Anda di halaman 1dari 11

Pemberdayaan Masyarakat dalam Kegiatan Gotong Royong sebagai Upaya

Mencapai SDG's Desa Suntenjaya

Maspupah Adawiyah, Nida Nabilla, Rahayu Lidinilah,


Akhmad Mar’i Muyassar, Febri Lusiana Pangaribuan, Herbert Siregar
Abstract
This research is motivated by the fact that in this day and age mutual cooperation
has begun to fade. This is due to the emergence of a culture of individualism in
society that makes people forget the importance of mutual cooperation. This study
aims to find out about community empowerment efforts in mutual cooperation
activities that have been carried out by the residents of Kampung Batuloceng. This
study uses a qualitative approach with a descriptive type of research. The object of
this research is how the community's perception of mutual cooperation, how mutual
cooperation empowerment efforts are carried out and what values are contained in
gotong royong activities. The subjects of this study were the head of the RT,
community leaders and the residents of Kampung Batuloceng. Data collection
techniques were carried out using interview techniques and observation techniques.
The results showed that through mutual cooperation activities carried out in
Batuloceng Village, it could provide community empowerment efforts in mutual
cooperation activities through clean week activities (Mingsih).

Keywords: mutual cooperation, community, values of mutual cooperation,


community empowerment

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fakta bahwa di zaman sekarang gotong royong
sudah mulai memudar. Hal ini disebabkan oleh munculnya budaya individualisme
di masyarakat sehingga membuat masyarakat lupa akan pentingnya gotong royong.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang upaya pemberdayaan masyarakat
dalam kegiatan gotong royong yang selama ini telah dilakukan oleh warga
Kampung Batuloceng. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
jenis penelitian deskriptif. Objek penelitian ini adalah bagaimana persepsi
masyarakat terhadap gotong royong, bagaimana upaya pemberdayaan gotong
royong yang dilakukan serta nilai-nilai apa saja yang terkandung di dalam kegiatan
gotong royong. Subjek penelitian ini adalah ketua RT, tokoh masyarakat beserta
warga Kampung Batuloceng. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
menggunakan teknik wawancara dan teknik observasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa melalui kegiatan gotong royong yang dilakukan di Kampung
Batuloceng dapat memberikan upaya pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan
gotong royong melalui kegiatan minggu bersih (Mingsih).

Kata kunci : gotong royong, masyarakat, nilai-nilai gotong royong,


pemberdayaan masyarakat

A. PENDAHULUAN

Untuk pertama kalinya era SDG’s (Sustainable Development Goals) dengan


sebuah pertemuan yang dilaksanakan pada tanggal 25-27 september 2015 di tempat
utama berkumpulnya PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), New York, Amerika
Serikat. Acara besar tersebut yang dihadiri perwakilan 193 negara anggota PBB
dari seluruh dunia merupakan kegiatan seremoni pengesahan dokumen SDG’s
(sustainable Development Goals). Dicetuskannya dokumen SDG’s bertujuan untuk
meneruskan dan memantapkan hasil capain MDG’s sebelumnya supaya lebih
berkembang lebih baik dan berkelanjutan mencapai tujuan seterusnya. Indonesia
sebagai bagian anggota PBB tentunya ikut serta berkomitmen dalam hal mengatasi
persoalan seiring dengan deklarasi SDG’s.

Menurut Sekar Panuluh & Fitri, (2015) SDG’s adalah inisiatif global yang
bertujuan untuk menciptakan kehidupan manusia dalam rangka meningkatkan
aspek di bidang sosial dan ekonomi serta untuk menciptakan sinergi lingkungan.
Indonesia merupakan negara dengan berbagai macam kebudayaan. Keberagaman
budaya ini, menjadi ciri khas tersendiri bagi bangsa Indonesia. Selain itu,
keberagaman budaya ditandai dengan latar belakang iklim yang berbeda. Budaya
yang diterapkan di setiap suku bangsa dan dikenal dengan budaya nasional serta
bersifat universal di Indonesia ini adalah Gotong Royong. Gotong royong ini
merupakan salah satu dari inisiatif global untuk meningkatkan kehidupan manusia
di bidang sosial.

Gotong royong merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan bersama-


sama demi kepentingan bersama. Bintarto (1980, hlm. 14) menyatakan bahwa
“dalam artian yang sebenarnya gotong royong salah satu kegiatan dilaksanakan
oleh sekelompok penduduk tertentu di suatu daerah yang berkeinginan untuk
membantu atau menawarkan jasa tenaganya tanpa balasan apapun atau sukarela
menolong secara bersama untuk daerah tersebut”. Dalam kehidupan sehari-hari,
masyarakat Indonesia khususnya masyarakat di desa tidak dapat dipisahkan dari
keberadaan gotong royong. Kegiatan gotong royong ini terjadi, karena masyarakat
merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri dan membutuhkan bantuan
orang lain, Sehinga dalam kehidupan bermasyarakat, gotong royong mempunyai
nilai yang sangat tinggi (Derung, 2019). Hal ini sejalan dengan artikel
Pengembangan Nilai Dan Tradisi Gotong Royong Dalam Bingkai Konservasi Nilai
Budaya oleh Subagyo tahun 2012 menyatakan bahwa kegiatan gotong royong
banyak diakui menjadi sebuah nilai yang tinggi dalam perilaku masyarakat dan
menjadi ciri khas atau kebiasaan bangsa Indonesia sehingga dalam falsafah negara
Indonesia yaitu Pancasila, kita akan mengetahui bahwa semangat gotong royong
atau kebersamaan menjadi salah satu nilai pokok yang membentuk Pancasila, antara
lain dalam nilai kemanusiaan, persatuan bangsa, permusyawaratan,serta keadilan
sosial bagi seluruh rakyat indonesia.

Masyarakat pedesaan biasanya memiliki ikatan yang kuat dengan sesama


warga desanya yang ditandai dengan saling menghormati, mempunyai hak dan
tanggung jawab yang sama serta mempunyai hubungan yang lebih erat
dibandingakan dengan warga di luar wilayahnya. Salah satu ciri khas dari
masyarakat pedesaan adalah gotong royong, misalnya memperbaiki jalan, membuat
saluran air, mendirikan rumah dan kegiatan lain untuk kepentingan bersama.
Gotong royong ini lebih dikenal dengan istilah kerja bakti. Untuk mewujudkan
suatu kegiatan gotong royong yang berjalan dengan baik dan efektif dalam
masyarakat bisa dikatakan sedikit sulit, karena gotong royong yang berjalan dengan
baik dan efektif perlunya kesadaran diri masyarakat tersebut untuk meluangkan
waktu. Maka kerjasama dari berbagai kelompok masyarakat dalam melaksanakan
kegiatan gotong royong, memerlukan penggerkan atau dukungan adanya peranan
yang nyata dari pemuda Karang Taruna. hal ini sejalan dalam artikel Peranan
Pemuda Karang Taruna dalam Kegiatan Gotong Royong Masyarakat menyatakan
bahwa Karang Taruna menurut PERMENSOS nomor : 83 / HUK / 2005 adalah
organisasi sosial wadah pengembangan generasi muda yang tumbuh dan
berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh, dan untuk
masyarakat terutama generasi muda diwilayah desa/kelurahan atau komunitas adat
sederajat dan bergerak dibidang usaha kesejahteraan sosial dan bidang-bidang yang
berorientasi pada peningkatan kesejahteraan sosial.

Kegiatan gotong royong di masyarakat akan berkaitan dengan peranan


solidaritas yang didukung oleh bagaimana masyarakat menyikapi nilai yang ada
dalam kegiatan gotong royong tersebut. Menurut Rolitia et al., (2016) menyatakan
bahwa untuk menyatukan sebuah kelompok dalam kehidupan bermasyarakat
tentunya tidak hanya dipengaruhi oleh faktor geografisnya saja, faktor lain seperti
kekuasaan, identitas dan rasa solidaritas juga mempengaruhi, karena menjadi nilai
dasar untuk masyarakat dalam hidup bersama.

Faham modernisasi dan globalisasi memiliki pengaruh yang cukup besar


yang menyebabkan lambat laun budaya gotong royong mulai memudar. Bangsa ini
jika diperhatikan mulai kehilangan kepribadiannya sebagai bangsa yang kaya akan
unsur budaya salah satunya adalah eksistensi budaya gotong royong. Bintarto
(1980, hlm, 14 dalam Widaty, 2020) mengatakan bahwa “modernisasi banyak
memberi pengaruh terhadap kehidupan ekonomi, kehidupan sosial, kebudayaan,
gaya hidup manusia Indonesia dan sebagainya”. Akibat dari modernisasi adalah
mengubah masyarakat tradisional ke arah modern.

Pada era modernisasi ini semua dilakukan hanya karena ada uang, kegiatan
yang serba sibuk dan semua aktivitas dipacu oleh waktu sampai ada istilah “time is
money”, masyarakat pedesaan juga kini mulai mengharapkan imbalan dari setiap
apa yang ia kerjakan. Maka dari itu terjadi pergeseran nilai gotong royong pada
masyarakat. Kondisi itulah yang membuat khawatir akan memudarnya budaya
gotong royong.Berdasarkan pengamatan peneliti ada beberapa faktor yang
melatarbelakangi mulai memudarnya perilaku gotong royong diantaranya:
kurangnya kesadaran warga tentang pentingnya gotong royong, kurangnya peran
pemerintah setempat untuk menggerakkan masyarakat, mulai munculnya budaya
individualisme.

B. METODE

Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif sebagai


rancangan penelitiannya. Pendekatan kualitatif ini digunakan untuk mendekati,
memahami, mengenai dan mengungkap fenomena tertentu dari yang diteliti.
Penelitian Kualitatif merupakan teknik penelitian yang menghasilkan data
deskriptif. dalam bentuk tertulis atau lisan dari seseorang atau perilaku yang dapat
diamati; pendekatan ditargetkan secara latar pada individu secara menyeluruh
(Bogdan dan Taylor 1982 dalam (Abdussamad, 2021). Sedangkan Andreas,
Bogdan dan Taylor (1975 dalam Surayya, 2018) menyatakan bahwa metode
penelitian kualitatif sebagai metode Riset yang menghasilkan data deskriptif dalam
bentuk kata-kata tertulis atau lisan orang dan tindakan yang dapat diamati.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka penelitian ini menggunakan


desain penelitian kualitatif yaitu masalah penelitian yang berasal dari fenomena
sosial yaitu fenomena gotong royong sebagai bentuk kegiatan solidaritas dalam
kehidupan bermasyarakat di RW 10 Desa Suntenjaya.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini, peneliti memilih metode
wawancara dan observasi. Pada metode wawancara, peneliti langsung melakukan
wawancara untuk memperoleh informasi kepada masyarakat setempat, rukun
tetangga, rukun warga dan ketua dusun serta kepala Desa Suntenjaya. Adapun
metode observasi, peneliti mengamati dan meninjau secara langsung di RW 10
kampung Batuloceng untuk mengetahui kondisi yang sedang terjadi.
Pendekatan kualitatif dengan metode wawancara dan observasi ini
dilakukan, karena dirasa memberikan gambaran mengenai bentuk gotong royong di
kampung Batuloceng. Selain itu, pendekatan ini dapat mempermudah peneliti,
karena penelitiannya dilakukan langsung bertemu dengan informan. Sehingga data
yang diperoleh dari informan tersebut bisa diolah dan dianalisis oleh peneliti.
C. HASIL
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi ditemukan bahwa kegiatan
gotong royong yang terdapat di Kampung Batuloceng Desa Suntenjaya
dilaksanakan dalam satu minggu sekali. Adapun bentuk kegiatan gotong royong
yang pernah dilakukan yaitu kegiatan jumat bersih (Jumsih). Kegiatan Jumsih ini
merupakan kegiatan membersihkan lingkungan sekitar di RW 10, seperti
membersihkan jalan, memperbaiki jalan, membersihkan gorong-gorong dan lain-
lain yang dilaksanakan setiap hari jumat.
Bentuk gotong royong yang ada di Kampung Batuloceng Desa Suntenjaya
sudah biasa dilaksanakan oleh masyarakat. Namun, sudah beberapa bulan terakhir
terhenti dan tidak ada kegiatan gotong royong. Hal ini tentu dalam melakukan
pemberdayaan kegiatan gotong royong pasti terdapat faktor-faktor yang menjadi
penghambat dalam kegiatan tersebut. Faktor Penghambat yang terjadi di
masyarakat Kampung Batuloceng Desa Suntenjaya adalah kurangnya kesadaran
dari setiap individu, pekerjaan dan kesibukkan serta kebutuhan hidup maupun
ekonomi yang semakin mendesak, kurangnya perhatian dari pemerintah.
Peran yang ada ketika melaksanakan gotong royong tergantung pada fungsi
dan peran masyarakat, terutama pada pihak pemerintah. Seperti halnya Rukun
Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT) memiliki peran yang berbeda. RW
berperan untuk mengkoordinasi setiap RT. Sedangkan RT lebih berperan untuk
mengurus koordinasi setiap kali akan dilaksanakannya kegiatan gotong royong
kepada kepala keluarga, sehingga kegiatan gotong royong ini dapat berjalan dengan
baik. Peranan tokoh masyarakat dan pemerintah memiliki pengaruh terhadap
berjalannya kegiatan gotong royong.
Menurut Oktaviyani & Sukmayadi, (2020) mengatakan bahwa upaya
pemberdayaan perlu dilakukan mengingat gotong royong merupakan filosofis
leluhur yang di dalamnya yang di dalamnya mengandung aspek dan nilai-nilai
integritas, nilai kebangsaan dan kebersamaan. Nilai kebersamaan ini menjadi nilai
yang paling dominan, karena kegiatan gotong royong ini mengarah pada
kebersamaan yang dilakukan oleh masyarakat. Tanpa disadari nilai kebersamaan
ini yang memperkuat masyarakat untuk terus terjalin komunikasi dan hubungan
baik dengan sesama. Ketika kebersamaan di masyarakat sudah terjalin dengan baik,
maka ketika ada individu yang membutuhkan pertolongan, masyarakat yang lain
dengan sadar akan membantu dan memberikan pertolongan tanpa diminta.
Selain itu upaya pemberdayaan perlu dilakukan mengingat seiring dengan
perkembangan zaman semangat gotong royong sudah mulai memudar. Untuk
meningkatkan semangat gotong royong dari masyarakat, maka diperlukan adanya
dukungan dari para pemimpin di desa terlebih dahulu, apabila para pemimpin
memberikan pengertian, semangat serta kontribusi tentang betapa pentingnya
mengikuti kegiatan gotong royong, maka masyarakat akan mengikuti dan
melakukan gotong royong tanpa harus diperintah oleh ketua atau pemimpin desa.
Sebagian dari masyarakat Kampung Batuloceng Desa Suntenjaya masih memiliki
antusias dan respons yang baik dalam melakukan kegiatan gotong royong. Antusias
masyarakat dalam melaksanakan gotong royong didukung oleh faktor kesadaran
untuk ikut membantu dan bekerja secara bersama dengan tujuan agar dapat
menyelesaikan suatu permasalahan menggunakan kekeluargaan. Kegiatan gotong
royong yang selama ini dilakukan oleh masyarakat Kampung Batuloceng bertujuan
untuk menciptakan kemaslahatan di masyarakat.

Kegiatan Gotong Royong Kampung Loceng


Dalam upaya pemberdayaan kembali masyarakat dalam kegiatan gotong
royong ini, kami melakukan kegiatan minggu bersih (Mingsih). Kegiatan minggu
bersih ini sama seperti halnya melakukan Jumsih yaitu membersihkan jalan,
memperbaiki jalan, membersihkan gorong-gorong dan lain-lain. Kegiatan minggu
bersih ini diawali dengan koordinasi dengan kepala dusun, Rw dan Rt serta tokoh
masyarakat di Kampung Batuloceng. Kegiatan minggu bersih ini dilakukan dengan
harapan masyarakat Kampung Batuloceng dapat terus melaksanakan gotong
royong, mengingat banyak sekali nilai-nilai dan manfaat yang dapat diambil dari
kegiatan tersebut.

D. PEMBAHASAN
Konsep SDG’s (Sustainable Development Goals) lahir pada kegiatan
konferensi mengenai pembangunan berkelanjutan yang dilaksanakan oleh PBB
(Perserikatan Bangsa-Bangsa) di Rio de Jainero pada tahun 2012 dengan tujuan
ingin memperoleh tujuan yang universal yang mampu memelihara keseimbangan
tiga dimensi pembangunan berkelanjutan, tiga dimensi itu adalah lingkungan,
sosial, dan ekonomi (Ishartanto & ST, 2021) . Untuk menjaga keseimbangan tiga
dimensi SDG’s memiliki 5 pondasi yaitu manusia, planet, kesejahteraan,
perdamaian, dan kemitraan yang ingin mencapai tiga tujuan mulia di tahun 2030
yaitu: mengakhiri kemiskinan, mencapai kesetaraan, dan mengatasi perubahan
iklim. Ada 17 Tujuan Global yang disusun untuk mencapai tiga tujuan mulia
tersebut yaitu: Tanpa Kemiskinan, Tanpa Kelaparan, Kesehatan yang Baik dan
Kesejahteraan, Pendidikan Berkualitas, Kesetaraan Gender, Air Bersih dan
Sanitasi, Energi Bersih dan Terjangkau, Pertumbuhan Ekonomi dan Pekerjaan yang
Layak, Industri; Inovasi dan Infrastruktur, Mengurangi Kesenjangan,
Keberlanjutan Kota dan Komunitas, Keberlanjutan Kota dan Komunitas, Konsumsi
dan Produksi Bertanggung Jawab, Aksi Terhadap Iklim, Kehidupan Bawah Laut,
Kehidupan di Darat, Institusi Peradilan yang Kuat dan Kedamaian, dan Kemitraan
untuk mencapai Tujuan.
Kegiatan gotong royong merupakan ciri khas bangsa Indonesia atau dapat
dikatakan tradisi bangsa Indonesia terutama bagi mereka yang tinggal di pedesaan
yang berlaku turun temurun, sehingga membentuk perilaku sosial yang nyata
kemudian membentuk nilai kehidupan sosial. Nilai-nilai tersebut patut untuk
dilestarikan di dijaga. Sistem nilai dalam masyarakat tentunya akan mempengaruhi
setiap kegiatan yang dilakukan, seperti kegiatan gotong royong memiliki banyak
nilai yang terkandung didalamnya, dan masyarakat secara sadar dapat memaknai
nilai-nilai yang ada dalam kegiatan gotong royong.
Gotong royong sejatinya adalah sebuah nilai, namun di dalamnya terdapat
beberapa nilai-nilai yang dapat digali menjadi nilai budaya bangsa Indonesia
(Oktaviyani & Sukmayadi, 2020). Berdasarkan hasil penelitian penulis nilai-nilai
yang terdapat dalam kegiatan gotong royong yang dilakukan oleh masyarakat
Kampung Batuloceng terdiri dari nilai kebersamaan, persatuan, rela berkorban,
sosialisasi dan tolong menolong. Diantara nilai-nilai tersebut, nilai kebersamaan
dianggap paling penting mendominasi karena pada dasarnya manusia merupakan
makhluk sosial yang tidak bisa berdiri sendiri melainkan butuh bantuan dari orang
lain. Nilai-nilai tersebut dirasakan dapat membuat pekerjaan yang dilakukan
menjadi lebih ringan karena dilakukan bersama-sama dengan menggunakan nilai
kebersamaan. Selain itu kesukarelaan masyarakat dalam keikutsertaan melakukan
kegiatan gotong royong merupakan bagian dari nilai rela berkorban masyarakat
dalam hal mengesampingkan kepentingan pribadinya demi kepentingan bersama.
Masyarakat Kampung Batuloceng melakukan kegiatan gotong royong didasarkan
pada kesadaran masyarakat itu sendiri, hal ini berarti bahwa masyarakat menyadari
kesukarelaan untuk melakukan kegiatan gotong royong, karena gotong royong
sejatinya sudah menjadi bagian dari nilai kemanusiaan. Sehingga rasa kebersamaan,
toleransi dan solidaritas terhadap semua kegiatan yang dilakukan demi kepentingan
orang banyak akan berjalan dengan lancar.
Memaknai setiap nilai-nilai dalam gotong royong dapat dilakukan sesuai
peran dan fungsinya dalam masyarakat, sebagai salah satu tokoh masyarakat maka
akan lebih memaknai untuk terus memberikan contoh atau arahan kepada warga,
baik melalui ucapan atau tindakan dalam rangka memaknai setiap nilai yang
terdapat pada setiap kegiatan gotong royong.
Mencermati prinsip yang terkandung dalam gotong royong jelas melekat aspek-
aspek yang terkandung dalam modal sosial. Modal sosial secara konsepsional
bercirikan adanya kerelaan individu untuk mengutamakan kepentingan bersama
(Tadjuddin Noer Effendi, 2013) .
E. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Kampung Batuloceng Desa
Suntenjaya peneliti dapat menyimpulkan bahwa kegiatan gotong royong di desa
tersebut telah mulai memudar hal ini dikarenakan mulai terpengaruhnya
masyarakat desa oleh faham modernisasi yang serba sibuk dan semua aktivitas
dipacu oleh waktu sampai ada istilah “time is money” waktu adalah uang. Selain
karena terpengaruh oleh faham modernisasi ada pula faktor-faktor penghambat
yang terjadi di masyarakat diantaranya: kurangnya kesadaran dari setiap individu,
pekerjaan dan kesibukkan serta kebutuhan hidup maupun ekonomi yang semakin
mendesak, dan kurangnya perhatian dari pemerintah. Karena itu program SDG’s
hadir untuk memberikan dampak positif yaitu untuk mengakhiri kemiskinan,
mencapai kesetaraan, dan mengatasi perubahan iklim. Dalam pelaksanaan upaya
pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan gotong royong ini, peneliti melakukan
kegiatan minggu bersih (Mingsih). Kegiatan ini sama halnya dengan kegiatan
jumat bersih (Jumsih) yaitu melakukan kegiatan membersihkan jalan,
memperbaiki jalan, membersihkan gorong-gorong dan lain-lain.

F. DAFTAR PUSTAKA
Chotimah, C., Widodo, R., & Handayani, T. (2019). Efektivitas Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Desa Dalam Pelaksanaan Pembangunan Desa
Bululawang. Jurnal Civic Hukum, 4(2), 103.
https://doi.org/10.22219/jch.v4i2.9184

Derung, T. N. (2019). Gotong Royong dan Indonesia. SAPA - Jurnal Kateketik


Dan Pastoral, 4(1), 5–13.

Ishartanto, R., & ST. (2021). The Sustainable Development Goals (SDG).
Carreteras, 4(232), 8–16. https://doi.org/10.1201/9781003080220-8

Oktaviyani, M., & Sukmayadi, T. (2020). Penguatan nilai-nilai gotong royong di


Kampung Potronanggan Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul. Jurnal
Citizenship: Media Publikasi Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan,
3(2), 65. https://doi.org/10.12928/citizenship.v3i2.17923

Rolitia, M., Achdiani, Y., & Eridiana, W. (2016). Nilai Gotong Royong Untuk
Memperkuat Solidaritas Dalam Kehidupan Masyarakat Kampung Naga.
Sosietas, 6(1). https://doi.org/10.17509/sosietas.v6i1.2871

Sekar Panuluh, & Fitri, M. R. (2015). Perkembangan Pelaksanaan Sustainable


Development Goals (SDGs) di Indonesia. International NGO Forum on
Indonesian Development, 2(September), 1–25.

Surayya, R. (2018). Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Kesehatan.


AVERROUS: Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan Malikussaleh, 1(2), 75.
https://doi.org/10.29103/averrous.v1i2.415

Tadjuddin Noer Effendi. (2013). Budaya Gotong-Royong Masyarakat dalam


Perubahan Sosial Saat Ini. Jurnal Pemikiran Sosiologi, 1(1).

Widaty, C. (2020). Di Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran ”. Jurnal


Pendidikan Sosiologi Antropologi, 2(1).

Anda mungkin juga menyukai