Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fakta bahwa di zaman sekarang gotong royong
sudah mulai memudar. Hal ini disebabkan oleh munculnya budaya individualisme
di masyarakat sehingga membuat masyarakat lupa akan pentingnya gotong royong.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang upaya pemberdayaan masyarakat
dalam kegiatan gotong royong yang selama ini telah dilakukan oleh warga
Kampung Batuloceng. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
jenis penelitian deskriptif. Objek penelitian ini adalah bagaimana persepsi
masyarakat terhadap gotong royong, bagaimana upaya pemberdayaan gotong
royong yang dilakukan serta nilai-nilai apa saja yang terkandung di dalam kegiatan
gotong royong. Subjek penelitian ini adalah ketua RT, tokoh masyarakat beserta
warga Kampung Batuloceng. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
menggunakan teknik wawancara dan teknik observasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa melalui kegiatan gotong royong yang dilakukan di Kampung
Batuloceng dapat memberikan upaya pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan
gotong royong melalui kegiatan minggu bersih (Mingsih).
A. PENDAHULUAN
Menurut Sekar Panuluh & Fitri, (2015) SDG’s adalah inisiatif global yang
bertujuan untuk menciptakan kehidupan manusia dalam rangka meningkatkan
aspek di bidang sosial dan ekonomi serta untuk menciptakan sinergi lingkungan.
Indonesia merupakan negara dengan berbagai macam kebudayaan. Keberagaman
budaya ini, menjadi ciri khas tersendiri bagi bangsa Indonesia. Selain itu,
keberagaman budaya ditandai dengan latar belakang iklim yang berbeda. Budaya
yang diterapkan di setiap suku bangsa dan dikenal dengan budaya nasional serta
bersifat universal di Indonesia ini adalah Gotong Royong. Gotong royong ini
merupakan salah satu dari inisiatif global untuk meningkatkan kehidupan manusia
di bidang sosial.
Pada era modernisasi ini semua dilakukan hanya karena ada uang, kegiatan
yang serba sibuk dan semua aktivitas dipacu oleh waktu sampai ada istilah “time is
money”, masyarakat pedesaan juga kini mulai mengharapkan imbalan dari setiap
apa yang ia kerjakan. Maka dari itu terjadi pergeseran nilai gotong royong pada
masyarakat. Kondisi itulah yang membuat khawatir akan memudarnya budaya
gotong royong.Berdasarkan pengamatan peneliti ada beberapa faktor yang
melatarbelakangi mulai memudarnya perilaku gotong royong diantaranya:
kurangnya kesadaran warga tentang pentingnya gotong royong, kurangnya peran
pemerintah setempat untuk menggerakkan masyarakat, mulai munculnya budaya
individualisme.
B. METODE
D. PEMBAHASAN
Konsep SDG’s (Sustainable Development Goals) lahir pada kegiatan
konferensi mengenai pembangunan berkelanjutan yang dilaksanakan oleh PBB
(Perserikatan Bangsa-Bangsa) di Rio de Jainero pada tahun 2012 dengan tujuan
ingin memperoleh tujuan yang universal yang mampu memelihara keseimbangan
tiga dimensi pembangunan berkelanjutan, tiga dimensi itu adalah lingkungan,
sosial, dan ekonomi (Ishartanto & ST, 2021) . Untuk menjaga keseimbangan tiga
dimensi SDG’s memiliki 5 pondasi yaitu manusia, planet, kesejahteraan,
perdamaian, dan kemitraan yang ingin mencapai tiga tujuan mulia di tahun 2030
yaitu: mengakhiri kemiskinan, mencapai kesetaraan, dan mengatasi perubahan
iklim. Ada 17 Tujuan Global yang disusun untuk mencapai tiga tujuan mulia
tersebut yaitu: Tanpa Kemiskinan, Tanpa Kelaparan, Kesehatan yang Baik dan
Kesejahteraan, Pendidikan Berkualitas, Kesetaraan Gender, Air Bersih dan
Sanitasi, Energi Bersih dan Terjangkau, Pertumbuhan Ekonomi dan Pekerjaan yang
Layak, Industri; Inovasi dan Infrastruktur, Mengurangi Kesenjangan,
Keberlanjutan Kota dan Komunitas, Keberlanjutan Kota dan Komunitas, Konsumsi
dan Produksi Bertanggung Jawab, Aksi Terhadap Iklim, Kehidupan Bawah Laut,
Kehidupan di Darat, Institusi Peradilan yang Kuat dan Kedamaian, dan Kemitraan
untuk mencapai Tujuan.
Kegiatan gotong royong merupakan ciri khas bangsa Indonesia atau dapat
dikatakan tradisi bangsa Indonesia terutama bagi mereka yang tinggal di pedesaan
yang berlaku turun temurun, sehingga membentuk perilaku sosial yang nyata
kemudian membentuk nilai kehidupan sosial. Nilai-nilai tersebut patut untuk
dilestarikan di dijaga. Sistem nilai dalam masyarakat tentunya akan mempengaruhi
setiap kegiatan yang dilakukan, seperti kegiatan gotong royong memiliki banyak
nilai yang terkandung didalamnya, dan masyarakat secara sadar dapat memaknai
nilai-nilai yang ada dalam kegiatan gotong royong.
Gotong royong sejatinya adalah sebuah nilai, namun di dalamnya terdapat
beberapa nilai-nilai yang dapat digali menjadi nilai budaya bangsa Indonesia
(Oktaviyani & Sukmayadi, 2020). Berdasarkan hasil penelitian penulis nilai-nilai
yang terdapat dalam kegiatan gotong royong yang dilakukan oleh masyarakat
Kampung Batuloceng terdiri dari nilai kebersamaan, persatuan, rela berkorban,
sosialisasi dan tolong menolong. Diantara nilai-nilai tersebut, nilai kebersamaan
dianggap paling penting mendominasi karena pada dasarnya manusia merupakan
makhluk sosial yang tidak bisa berdiri sendiri melainkan butuh bantuan dari orang
lain. Nilai-nilai tersebut dirasakan dapat membuat pekerjaan yang dilakukan
menjadi lebih ringan karena dilakukan bersama-sama dengan menggunakan nilai
kebersamaan. Selain itu kesukarelaan masyarakat dalam keikutsertaan melakukan
kegiatan gotong royong merupakan bagian dari nilai rela berkorban masyarakat
dalam hal mengesampingkan kepentingan pribadinya demi kepentingan bersama.
Masyarakat Kampung Batuloceng melakukan kegiatan gotong royong didasarkan
pada kesadaran masyarakat itu sendiri, hal ini berarti bahwa masyarakat menyadari
kesukarelaan untuk melakukan kegiatan gotong royong, karena gotong royong
sejatinya sudah menjadi bagian dari nilai kemanusiaan. Sehingga rasa kebersamaan,
toleransi dan solidaritas terhadap semua kegiatan yang dilakukan demi kepentingan
orang banyak akan berjalan dengan lancar.
Memaknai setiap nilai-nilai dalam gotong royong dapat dilakukan sesuai
peran dan fungsinya dalam masyarakat, sebagai salah satu tokoh masyarakat maka
akan lebih memaknai untuk terus memberikan contoh atau arahan kepada warga,
baik melalui ucapan atau tindakan dalam rangka memaknai setiap nilai yang
terdapat pada setiap kegiatan gotong royong.
Mencermati prinsip yang terkandung dalam gotong royong jelas melekat aspek-
aspek yang terkandung dalam modal sosial. Modal sosial secara konsepsional
bercirikan adanya kerelaan individu untuk mengutamakan kepentingan bersama
(Tadjuddin Noer Effendi, 2013) .
E. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Kampung Batuloceng Desa
Suntenjaya peneliti dapat menyimpulkan bahwa kegiatan gotong royong di desa
tersebut telah mulai memudar hal ini dikarenakan mulai terpengaruhnya
masyarakat desa oleh faham modernisasi yang serba sibuk dan semua aktivitas
dipacu oleh waktu sampai ada istilah “time is money” waktu adalah uang. Selain
karena terpengaruh oleh faham modernisasi ada pula faktor-faktor penghambat
yang terjadi di masyarakat diantaranya: kurangnya kesadaran dari setiap individu,
pekerjaan dan kesibukkan serta kebutuhan hidup maupun ekonomi yang semakin
mendesak, dan kurangnya perhatian dari pemerintah. Karena itu program SDG’s
hadir untuk memberikan dampak positif yaitu untuk mengakhiri kemiskinan,
mencapai kesetaraan, dan mengatasi perubahan iklim. Dalam pelaksanaan upaya
pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan gotong royong ini, peneliti melakukan
kegiatan minggu bersih (Mingsih). Kegiatan ini sama halnya dengan kegiatan
jumat bersih (Jumsih) yaitu melakukan kegiatan membersihkan jalan,
memperbaiki jalan, membersihkan gorong-gorong dan lain-lain.
F. DAFTAR PUSTAKA
Chotimah, C., Widodo, R., & Handayani, T. (2019). Efektivitas Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Desa Dalam Pelaksanaan Pembangunan Desa
Bululawang. Jurnal Civic Hukum, 4(2), 103.
https://doi.org/10.22219/jch.v4i2.9184
Ishartanto, R., & ST. (2021). The Sustainable Development Goals (SDG).
Carreteras, 4(232), 8–16. https://doi.org/10.1201/9781003080220-8
Rolitia, M., Achdiani, Y., & Eridiana, W. (2016). Nilai Gotong Royong Untuk
Memperkuat Solidaritas Dalam Kehidupan Masyarakat Kampung Naga.
Sosietas, 6(1). https://doi.org/10.17509/sosietas.v6i1.2871