Anda di halaman 1dari 5

BAB IPENDAHULUAN.

A. LATAR BELAKANG

Gotong royong merupakan sikap hidup, cara kerja, dankebiasaan yang sudah dikenal bangsa
Indonesia secara turun-temurun sejak zaman dahulu. Dalam gotong royong,
orangmenyelesaikan suatu kegiatan secara bersama-sama dengansaling berbagi tugas dan
saling tolong menolong, kebersamaanmenjadi strategi dalam kehidupan sehari-hari.

Bergotong royong adalah satu kegiatan sosial yang sangat mulia tanpa pamrih untuk
mencapai suatu tujuan bersama. Kita semuaadalah anggota dari satu keluarga besar yang
mendiami sebuah rumah besar dalam bentuk negara, kita adalah bersaudara dan sekeluarga.
Dengan demikian, kita harus saling perduli, salingmenolong, serta saling mendukung dan
tidak saling menjatuhkan. Gotong royong diyakini oleh masyarakat Indonesia sebagai nilai
utama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Nilai gotong royong
diterima sebagai kepribadian bangsa karena telah mengakar pada nilai-nilai budaya sebagian
besar masyarakat. Kegotongroyongan dalam kehidupan masyarakat Indonesia diyakini
sebagai pranata asli dan merupakan salah satu bentuk solidaritas khas masyarakat agraris.

Gotong-royong sebagai bentuk solidaritas sosial, terbentuk karena adanya bantuan dari
pihak lain, untuk kepentingan pribadi ataupun kepentingan kelompok, sehingga di dalamnya
terdapat sikap loyal dari setiap warga sebagai satu kesatuan. Dalam hal ini, Parson (1951 97-
98) mengemukakan kegiatan gotong-royong dilakukan warga komunitas, baik yang berada di
perdesaan maupun di perkotaan, yang penting mereka dalam kehidupannya senantiasa
memerlukan orang lain. Di perkotaan nilai gotong- royong ini sangat berbeda dengan gotong-
royong di pedesaan, karena di perkotaan segala sesuatu sudah banyak dipengaruhi oleh
materi dan sistem upah, sehingga akan diperhitungkan untung-ruginya dalam melakukan
gotong-royong, sedangkan di perdesaan gotong-royong belum banyak dipengaruhi oleh
materi dan sistem upah sehingga kegiatan gotong-royong.
Gotong royong merupakan suatu kegiatan sosial yang menjadi ciri khas dari bangsa
Indonesia dari jaman dahulu kala hingga saat ini. Rasa kebersamaan ini muncul karena
adanya sikap sosial tanpa pamrih dari masing-masing individu untuk meringankan beban
yang sedang dipikul. Hanya di Indonesia kita dapat menemukan sikap gotong royong ini
karena di negara lain masyarakatnya cenderung acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitar.
Ini merupakan sikap positif yang harus selalu dijaga dan dilestarikan agar bangsa Indonesia
menjadi bangsa yang kokoh dan kuat disegala hal karena didasari oleh sikap saling bahu
membahu antara satu dengan yang lain. Secara lebih rinci, Gotong royong berarti bekerja
bersama-sama untuk mencapai suatu hasil yang didambakan. Sikap gotong royong adalah
bekerja bersama-sama dalam menyelesaikan pekerjaan dan secara bersama-sama menikmati
hasil pekerjaan tersebut secara adil. Atau suatu usaha atau pekerjaan yang dilakukan tanpa
pamrih dan secara sukarela oleh semua warga menurut batas kemampuannya masing-
masing.

Gotong royong terbentuk karena adanya bantuan dari pihak lain yang mempunyai
kepentingan pribadi maupun untuk kepentingan umum, sehingga di dalamnya terdapat sikap
loyal dari setiap masyarakat sebagai satu kesatuan. Bantuan yang diberikan adalah secara
sukarela tanpa adanya imbalan. Meskipun gotong royong pada awalnya muncul dalam
masyarakat perdesaan untuk menunjang kegiatan agraris, namun implementasinya sekarang
telah memasuki ranah yang lebih luas, dilaksanakan oleh masyarakat di perkotaan bahkan
menjadi salah satu nilai utama dalam mewujudkan pembangunan nasional. Akan tetapi,
dewasa ini kegotongroyongan mengalami pergeseran dan degradasi nilai. Perilaku gotong
royong sudah semakin susah kita temukan dan jarang dilakukan, terutama di wilayah-wilayah
perkotaan.

Dari sini timbulah rasa kebersamaan, kekeluargaan, tolong menolong sehingga dapat terbina
rasa kesatuan dan persatuan Nasional. Prinsip kekeluargaan dan kegotongroyongan dalam
kehidupan bernegara nampak dalam kehidupan sosial, politik, dan ekonomi. Nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan keadilan merupakan nilai-nilai Pancasila yang
mendasari gotong royong dalam kehidupan bernegara. Begitu juga yang terjadi dalam
masyarakat desa Keling, gotong royong seperti sudah menjadi tradisi bagi masyarakatnya.
Warga bahu membahu dan saling bekerja sama setiap kali mendapat himbauan untuk
melakukan kerja bakti dalam rangka memperbaiki sarana dan prasarana lingkungan sekitar
ataupun hanya sekedar melakukan bersih-bersih lingkungan secara rutin yang di agendakan
setiap satu bulan sekali. Semua dilakukan atas dasar kesadaran tanpa adanya paksaan,
karena setiap individunya sadar akan pentingnya menjaga lingkungan yang mereka tinggali
agar terlihat tetap nyaman dan layak untuk ditinggali.

Begitu juga yang terjadi dalam masyarakat desa Keling, gotong royong seperti sudah menjadi
tradisi bagi masyarakatnya. Warga bahu membahu dan saling bekerja sama setiap kali
mendapat himbauan untuk melakukan kerja bakti dalam rangka memperbaiki sarana dan
prasarana lingkungan sekitar ataupun hanya sekedar melakukan bersih-bersih lingkungan
secara rutin yang di agendakan setiap satu bulan sekali. Semua dilakukan atas dasar
kesadaran tanpa adanya paksaan, karena setiap individunya sadar akan pentingnya menjaga
lingkungan yang mereka tinggali agar terlihat tetap nyaman dan layak untuk ditinggali.

Disini dapat dilihat bahwa segala sesuatu yang pada awalnya terlihat sulit untuk dilakukan,
ternyata dapat dilaksanakan dengan baik asalkan ada keinginan dari tiap individu dan juga
adanya penggerak untuk berubah kearah yang lebih baik, tentu dalam hal ini mengenai nilai-
nilai kebersamaan dan peran pemuda dalam melaksanakan gotong royong didalam
masyarakat. Sikap gotong royong itu seharusnya dimiliki oleh seluruh elemen atau lapisan
masyarakat tak terkecuali bagi pemuda masyarakat desa Keling. Karena, dengan adanya
kesadaran setiap elemen atau lapisan masyarakat melakukan setiap kegiatan dengan cara
bergotong royong. Dengan demikian segala sesuatu yang akan dikerjakan dapat lebih mudah
dan cepat diselesaikan dan pastinya pembangunan di daerah tersebut akan semakin lancar
dan maju menuju kearah yang lebih positif. Bukan itu saja, tetapi dengan adanya kesadaran
setiap elemen atau lapisan masyarakat dalam menerapkan perilaku gotong royong maka
hubungan persaudaraan atau silaturahim akan semakin erat. Dibandingkan dengan cara
individualisme yang mementingkan diri sendiri maka akan memperlambat pembangunan di
suatu daerah. Karena individualisme itu dapat menimbulkan keserakahan dan kesenjangan
diantara masyarakat desa.

B. Rumusan Masalah

1.

2.

3.

4.

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui bagaimana pelaksana Gotong Royong di desa Lesmana

2.

3.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini, baik secara teoritis maupun secara praktis
antara lain:
1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang
kajian Sosiologi dan Antropologi khususnya tentang Gotong Royong dalam perspektif
Sosiologi

2. Manfaat Praktis
b. Hasil penelitian ini bisa dijadikan referensi dan bisa dilanjutkan oleh peneliti lain dengan
topik penelitian yang serupa.

c. Memperoleh gambaran tentang pelaksanaan Gotong Royong tetap dilaksanakan serta


bagaimana tanggapan masyarakat desa Lesmana mengenai adanya pelaksanaan Gotong
Royong.

E. Batasan Istilah

1. Kerja Bakti

Kerja bakti merupakan kegiatan bersama dalam suatu lingkungan sosial masyarakat sekitar.
Kegiatan ini merupakan suatu wujud untuk dapat meningkatkan rasa saling tolong menolong
dan saling peduli.

Anda mungkin juga menyukai