Anda di halaman 1dari 8

Nilai-Nilai Yang Terkandung dalam Gontong Royong

Maambil Lupah Batanam Di Desa Anjir Seberang Pasar


Nadiatul izmi
1910128220034
1910128220034@mhs.ulm.ac.id

Abstrak

Gotong Royong adalah budaya, tradisi dan kearifan local yang sejak berabad-abad
lalu ditanamkan oleh para leluhur untuk terus dirawat dan dilanjutkan. . Gotong
royong merupakan bentuk kerjasama kelompok yang ada dalam masyarakat untuk
mencapai sesuatu yang mempunyai dampak positif dari tujuan yang ingin dicapai
secara mufakat dan musyawarah bersama Tulisan ini menggunakan metode
penelitian studi pustaka

PENDAHULUAN

Tradisi gotong royong merupakan identitas bagi bangsa Indonesia, setiap


daerah tentu mempunyai tradisi gotong royong yang sudah turun temurun
dilaksanakan. Adapun satu diantara nilai yang menjadi tolak ukur dalam
kehidupan bermasyarakat yaitu Gotong royong, nilai yang terkandung dalam
Gotong Royong menjadi ciri khas dari Bangsa Indonesia. Gotong Royong adalah
budaya, tradisi dan kearifan local yang sejak berabad-abad lalu ditanamkan oleh
para leluhur untuk terus dirawat dan dilanjutkan. Gotong Royong adalah budaya
yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia
sebagai bentuk warisan budaya yang tidak pernah lapuk digerus perkembangan
jaman. Gotong royong merupakan bentuk kerjasama kelompok yang ada dalam
masyarakat untuk mencapai sesuatu yang mempunyai dampak positif dari tujuan
yang ingin dicapai secara mufakat dan musyawarah bersama.(Rolitia et al., 2016).
Sama halnya pada Urang Banjar yang juga mempunyai tradisi gotong royong.
Gotong royong pada Urang Banjar terdapat dalam beberapa aspek kehidupan
seperti sosial, ekonomi, dan keagamaan. Karena Urang Banjar Identik dengan
tingkat religius yang sangat tinggi dalam beragama, dapat dilihat pada majelis-
majelis agama yang selalu ramai makam-makam alim ulama tidak pernah sepi
dari peziarah yang datang dan pergi, seperti pada makam abah guru sekumpul,
datu kelampayan, datu sanggul dan masih banyak lagi. Namun, tidak hanya itu
Urang Banjar juga sangat senang duduk di majelis-majelis ilmu, majelis yang
berisi pengajian-pengajian selalu ramai diisi oleh Jemaah.

Tingkat religus Urang Banjar yang sangat tinggi tidak hanya di daerah
perkotaan saja namun hingga ke pelosok desa Urang Banjar juga sangat religious
seperti di desa Anjir Seberang Pasar, Kec. Anjir Pasar. Kabupaten Barito kuala.
Mereka mempunyai kebiasaan mengadakan acara keagamaan yang sering mereka
lakukan pada bulan-bulan tertentu dan pengajian rutin yang dilakukan setiap hari
selasa dan minggu, selain itu ada yang unik dari masyarakat ini mereka
mempunyai tradisi atau kebudayaan yang mereka lakukan setiap tahunnya untuk
mendukung kecintaan mereka terhadap acara keagamaan yang mana mereka
“bergontong royong meambil lupah” untuk mengumpulkan dana yang akan
digunakan untuk keperluan pengeluaran dalam acara keagamaan yang mereka
adakan seperti acara, maulidan, isra mi’raj, haul guru sekumpul, buka bersama
pada bulan puasa, dan pengajian rutin yang mereka adakan.

METODE

Tulisan ini menggunakan metode penelitian studi pustaka, studi pustaka


merupakan pengumpulan data dengan menggunakan sumber kepustakaan seperti
jurnal ilmiah, buku elektronik, buku, website pemerintah dan sumber lain
berbentuk tulisan yang digunakan sebagai sumber data dan informasi baik
secaraprimer maupun sekunder (Darmalaksana, 2020). Analisi data dilakukan
dengan mencari sumber data, kemudian membaca dan memilah sumber data
berdasarkan dengan informasi yang ingin didapatkan, kemudian penyajian data
dan terakhir proses penarikan kesimpulan.

PEMBAHASAN
Konsep Gotong Royong
Indonesia merupakan masyarakat yang mempunyai jiwa gotong royong
yang tidak bisa dihindarkan. Dalam hal ini Collette (1987) menyebutkan
bahwa Gotong Royong telah menjadi berurat dan berakar dalam
kehidupan masyarakat Indonesia dan merupakan pranata asli paling
penting dalam pembangunan masyarakat Indonesia. Selanjutnya
Koenjaraningrat (2002) lebih jelasnyya menyebutkan bahwa manusia tidak
bisa hidup sendiri karena manusia merupakan makhluk sosial. Pada
sejatinya manusia adalah makhluk yang bergantung pada makhluk lainnya.
Dan manusia selalu mencoba berkompromi melakukan sesuatu secara
bersama-sama dengann manusia yang lain dalam suatu lingkup
masyarakat. Koenjraningrat membagi beberapa bentuk gotong royong
yang ada di perdesaan, yakni; berbentuk dalam kegiatan kematian, bentuk
dalam perbaikan terhadap atap rumah dan menggali mutur; bentuk dalam
kegiatan pesta perkawinan; dan bentuk dalam mengerjakan fasilitas atau
kepentingan terhadap orang banyak contohnya melakukan perbaikan
terhadap jalan atau membuat jembatan. Itu lah bentuk-bentuk gotong
royong menurut Koenjaraningrat yang ada dalam perdesaan, masyarakat
Indonesia dalam mengelola fasilitas umum yang pemanfaatannya untuk
kepentingan bersama dikelolal dalam bentuk gotong royong (Nur., et al
(2003 dalam Kusumastuti, 2015).(Subiyakto et al., 2017)
Dalam kehidupan modern sekarang ini manusia tidak akan bisa
lepas dengan tolong menolong, karena manusia tidak akan bias hidup
sendiri contohnya saja manusia pasti mempunyai teman, sahabat atau
keluarga dekat yang merupakan masuk dalam kategori kelompok primer.
Dalam kelompok primer jiwa gotong royong sangat lah erat, namun jiwa
gotong royong tidak hanya terbatas pada kelompok primer saja sehingga
dalam kehidupan modern ini tetap bias dipertahankan (Koenjaraningrat,
1988 dalam (Subiyakto dkk., 2017, hlm 154.). Bintaro dalam Fasya, 1987)
menegaskan bahwa kesadaran yang dimilikin warga desa untuk aktif
terlibat karena adanya kesadaran dalam diri mereka bahwa tidak bisa
hidup sendiri tanpa perlindungan masyarakatnya dan lingkungan alam
sekitarnya. Selain itu warga desa menyadari bahwa manusia pada
hakikatnya tergantung dalam aspek kehidupannya dengan sesamanya.
(Subiyakto dkk., 2017)
Nilai-nila yang Terkandung dalam Gotong Royong
Gotong Royong merupakan budaya yang telah tumbuh dan
berkembang dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia sebagai
warisan Budaya yang telah eksisi secara turun temurun. Gotong royong
adalah bentuk kerja sama kelompok masyarakat untuk mencapai suatu
hasil positif dari tujuan yang ingin dicapai secara mufakat dan
musyawarah bersama. Gotong Royong muncul atas dorongan keinsyafan,
kesadaran dan semangat untuk mengerjakan serta menanggung akibat dari
suatu karya, terutama yang benar-benar secara bersama-sama serentak dan
beramai-ramai, tanpa memikirkan dan mengutamakan keuntungan bagi
dirinya sendiri, melainkan selalu untuk kebahagian bersama, seperti
terkandung dalam istilah Gotong yang mempunyai makna didalam
membagi hasil karyanya, masing-masing anggota mendapat dan menerima
bagian-bagiannya sendiri-sediri seusia dengan tempat dan sifat sumbangan
karyanya masing-masing, seperti yang tersimpul dalam istilah ‘Royong’
yang mana setiap individu memegang prinsip dan memahami roh gotong
royong secara sadar bersedia melepaskan sifat egois. Gotong Royong
harus dilandasi dengan semangat keikhlasan, kerelaan, kebersamaan,
toleransi dan kepercayaan. Secara singkatnya gotong royong adalah
bersifat instrinsik, yakni interaksi sosial dengan latar belakang
kepentingan atau imbalan non-ekonomi.(Garuda - Garba Rujukan Digital,
n.d.)
Gotong Royong adalah suatu paham yang berkembang, yang
menggambarkan suatu usaha secara bersama, suatu amal, suatu pekerjaan
atau suatu karya bersama, suatu perjuangan bantu-membantu. Gotong
royong adalah amal dari semua untuk kepentingan semua atau jerih payah
dari semua untuk kebahagiaan bersama. Dalam azas gotong royong sudah
tersimpulkan kesadaran bekerja rohaniah maupun kerja jasmaniah dalam
usaha atau karya bersama yang mengandung didalamnya keinsyafan,
kesadaran dan sikap jiwa untuk menempatkan serta menghormati kerja
sebagai kelengkapan dan persiapan kehidupan. Banyak sekali nilai-nilai
yang terkandung dalam Gotong royong yang dapat diresapi dan dimaknai
seperti yang telah diuraikan diatas gotong royong tidak terlepas dari tolong
menolong, mengerjakan sesuatu secara bersama-sama tanpa
mengharapkan imbalan apapun, meletakkan kepentingan bersama diatas
kepentingan pribadi sehingga dapat dijadikan acuan dalam berkehidupan
bermasyarakat agar sejahteran.(Garuda - Garba Rujukan Digital, n.d.)
Gotong Royong merupakan sifat dasar yang dimiliki manusia
Indonesia. Masyarakat sejak lama telah menyadari bahwa sebagai makhluk
sosial untuk memenuhi kebutuhannya harus melibatkan orang lain.
Sehingga manusia menyadari bahwa tidak semua hal bias dilakukan
sendiri atau menggunakan kekuatan sendiri. budaya gotong royong benar-
benar hidup dan menjadi tulang punggung kehidupan bermasyarakat
(Hamzet, 2015 dalam (Pamungkas et al., 2018). Konsep nilai gotong
royong yang terkandung merupakan latar bekalang dari semua aktivitas
tolong menolong antar sesama warga desa yang harus dikelompokkan
dalam golongan nilai-nilai budaya yang mengenai masalah dasar (hakekat
hubunga manusia dengan sesamanya). Nilai-nilai tersebut mengandung
empat konsep dalam system nilai budaya orang Indonesia ialah:
1. Manusia adalah makhluk sosial tidak bias hidup sendiri,
2. Manusia pada dasarnya bergantung pada manusia lainnya dalam segala
bidang kehidupan
3. Manusia selalu mengusahakan untuk menjalin hubungan baik dengan
manusia lainnya yang terdorong oleh jiwa sama rata sama rasa.
4. Selalu mengusahakan untuk sebisa mungkin bersifat conform, berbuat
sama dengan sesamnya dalam suatu komunitas, yang terdorong oleh jiwa
sama tinggi sama rendah. Koenjaraningrat (2000) dalam (Pamungkas et
al., 2018).
Gotong Royong Meambil Upah Batanam di Desa Anjir Seberang Pasar

“Tradisi gontong royong maambil lupah ini dilakukan satu tahun sekali
yaitu pada musim tanam padi atau pada musim panen biasanya tradisi ini
dilakukan untuk mengumpulkan dana yang akan digunakan dalam acara
keagamaan seperti dalam tahun ini pada bulan rajab dilaksanakn peringatan isra
mi’raj dan haul guru sekumpul , nah pada acara-acara tersebutlah dana yang
dikumpulkan hasil gontong royong meambil lupah tadi digunakan.

Selain itu ia juga menuturkan bahwa tradisi gontong royong ini sudah
dilaksanakan secara turun temurun oleh warga desa anjir seberang pasar yang
terlibat dalam gontong royong ini biasanya seluruh warga desa laki-laki maupun
perempuan, anak muda dan orang tua, tokoh masyarakat dan kepala RT. gontong
royong meambil lupah ini terus dilaksanakan untuk melestarikan budaya agar kita
dapat saling bantu membantu sesama warga dan saling menjaga kebersamaan
serta kerukunan hidup bermsyarakat.

Tradisi yang sejak lama dilakoni masyarakat ini menunjukkan kemandirian


mereka dalam memenuhi kebutuhan untuk acara-acara keagamaan, selain itu
dengan adanya kegiatan ini di tengah-tengah masyarakat dapat menumbuhkan
rasa kebersamaan dan kekeluargaan diantara warga desa. Serta mengajarkan
generasi-genarasi muda untuk mempunyai kepudulian saling tolong menolong
dalam hidup bermasyarakat.

Nilai yang terkandung dalam Tradisi Gotong Royong Meambil Upaha


Betanam ini adalah Kebersamaan, Toleransi, Kerukunan, Kerjsama, dan religious.
Warga Desa Anjir Seberang Pasar sudah terbiasa melakukan gotong Royong atau
aktivitas secara bersama-sama sehingga nilai-nilai kebersamaan sudah tertanam
dalam masyarakat ini, selain itu adanya gotong royong yang dilakukan
menciptakan kerukunan antar warga desa, meningkatkan kepedulian sesame
warga serta nilai religious yang sangat tinggi juga mendasari gotong royong
Meambil Upah Betanam.
DAFTAR PUSTAKA

Darmalaksana, W. (2020). Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka dan Studi


Lapangan. Pre-Print Digital Library UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

http://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/32855

Garuda—Garba Rujukan Digital. (n.d.). Retrieved May 31, 2022, from

https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/1819709

Pamungkas, S. K., Isawati, I., & Yunianto, T. (2018). Implementasi Nilai-Nilai

Kearifan Lokal Gotong Royong Dalam Pembelajaran Sejarah. Jurnal

CANDI, 18(2), 82–96.

Rolitia, M., Achdiani, Y., & Eridiana, W. (2016). NILAI GOTONG ROYONG

UNTUK MEMPERKUAT SOLIDARITAS DALAM KEHIDUPAN

MASYARAKAT KAMPUNG NAGA. SOSIETAS, 6(1), Article 1.

https://doi.org/10.17509/sosietas.v6i1.2871
Subiyakto, B., Syaharuddin, S., & Rahman, G. (2017). Nilai-Nilai Gotong

Royong Pada Tradisi Bahaul dalam Masyarakat Banjar di Desa Andhika

Sebagai Sumber Pembelajaran IPS. Vidya Karya, 31(2), Article 2.

https://doi.org/10.20527/jvk.v31i2.3993

Anda mungkin juga menyukai