Abstrak
Gotong Royong adalah budaya, tradisi dan kearifan local yang sejak berabad-abad
lalu ditanamkan oleh para leluhur untuk terus dirawat dan dilanjutkan. . Gotong
royong merupakan bentuk kerjasama kelompok yang ada dalam masyarakat untuk
mencapai sesuatu yang mempunyai dampak positif dari tujuan yang ingin dicapai
secara mufakat dan musyawarah bersama Tulisan ini menggunakan metode
penelitian studi pustaka
PENDAHULUAN
Tingkat religus Urang Banjar yang sangat tinggi tidak hanya di daerah
perkotaan saja namun hingga ke pelosok desa Urang Banjar juga sangat religious
seperti di desa Anjir Seberang Pasar, Kec. Anjir Pasar. Kabupaten Barito kuala.
Mereka mempunyai kebiasaan mengadakan acara keagamaan yang sering mereka
lakukan pada bulan-bulan tertentu dan pengajian rutin yang dilakukan setiap hari
selasa dan minggu, selain itu ada yang unik dari masyarakat ini mereka
mempunyai tradisi atau kebudayaan yang mereka lakukan setiap tahunnya untuk
mendukung kecintaan mereka terhadap acara keagamaan yang mana mereka
“bergontong royong meambil lupah” untuk mengumpulkan dana yang akan
digunakan untuk keperluan pengeluaran dalam acara keagamaan yang mereka
adakan seperti acara, maulidan, isra mi’raj, haul guru sekumpul, buka bersama
pada bulan puasa, dan pengajian rutin yang mereka adakan.
METODE
PEMBAHASAN
Konsep Gotong Royong
Indonesia merupakan masyarakat yang mempunyai jiwa gotong royong
yang tidak bisa dihindarkan. Dalam hal ini Collette (1987) menyebutkan
bahwa Gotong Royong telah menjadi berurat dan berakar dalam
kehidupan masyarakat Indonesia dan merupakan pranata asli paling
penting dalam pembangunan masyarakat Indonesia. Selanjutnya
Koenjaraningrat (2002) lebih jelasnyya menyebutkan bahwa manusia tidak
bisa hidup sendiri karena manusia merupakan makhluk sosial. Pada
sejatinya manusia adalah makhluk yang bergantung pada makhluk lainnya.
Dan manusia selalu mencoba berkompromi melakukan sesuatu secara
bersama-sama dengann manusia yang lain dalam suatu lingkup
masyarakat. Koenjraningrat membagi beberapa bentuk gotong royong
yang ada di perdesaan, yakni; berbentuk dalam kegiatan kematian, bentuk
dalam perbaikan terhadap atap rumah dan menggali mutur; bentuk dalam
kegiatan pesta perkawinan; dan bentuk dalam mengerjakan fasilitas atau
kepentingan terhadap orang banyak contohnya melakukan perbaikan
terhadap jalan atau membuat jembatan. Itu lah bentuk-bentuk gotong
royong menurut Koenjaraningrat yang ada dalam perdesaan, masyarakat
Indonesia dalam mengelola fasilitas umum yang pemanfaatannya untuk
kepentingan bersama dikelolal dalam bentuk gotong royong (Nur., et al
(2003 dalam Kusumastuti, 2015).(Subiyakto et al., 2017)
Dalam kehidupan modern sekarang ini manusia tidak akan bisa
lepas dengan tolong menolong, karena manusia tidak akan bias hidup
sendiri contohnya saja manusia pasti mempunyai teman, sahabat atau
keluarga dekat yang merupakan masuk dalam kategori kelompok primer.
Dalam kelompok primer jiwa gotong royong sangat lah erat, namun jiwa
gotong royong tidak hanya terbatas pada kelompok primer saja sehingga
dalam kehidupan modern ini tetap bias dipertahankan (Koenjaraningrat,
1988 dalam (Subiyakto dkk., 2017, hlm 154.). Bintaro dalam Fasya, 1987)
menegaskan bahwa kesadaran yang dimilikin warga desa untuk aktif
terlibat karena adanya kesadaran dalam diri mereka bahwa tidak bisa
hidup sendiri tanpa perlindungan masyarakatnya dan lingkungan alam
sekitarnya. Selain itu warga desa menyadari bahwa manusia pada
hakikatnya tergantung dalam aspek kehidupannya dengan sesamanya.
(Subiyakto dkk., 2017)
Nilai-nila yang Terkandung dalam Gotong Royong
Gotong Royong merupakan budaya yang telah tumbuh dan
berkembang dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia sebagai
warisan Budaya yang telah eksisi secara turun temurun. Gotong royong
adalah bentuk kerja sama kelompok masyarakat untuk mencapai suatu
hasil positif dari tujuan yang ingin dicapai secara mufakat dan
musyawarah bersama. Gotong Royong muncul atas dorongan keinsyafan,
kesadaran dan semangat untuk mengerjakan serta menanggung akibat dari
suatu karya, terutama yang benar-benar secara bersama-sama serentak dan
beramai-ramai, tanpa memikirkan dan mengutamakan keuntungan bagi
dirinya sendiri, melainkan selalu untuk kebahagian bersama, seperti
terkandung dalam istilah Gotong yang mempunyai makna didalam
membagi hasil karyanya, masing-masing anggota mendapat dan menerima
bagian-bagiannya sendiri-sediri seusia dengan tempat dan sifat sumbangan
karyanya masing-masing, seperti yang tersimpul dalam istilah ‘Royong’
yang mana setiap individu memegang prinsip dan memahami roh gotong
royong secara sadar bersedia melepaskan sifat egois. Gotong Royong
harus dilandasi dengan semangat keikhlasan, kerelaan, kebersamaan,
toleransi dan kepercayaan. Secara singkatnya gotong royong adalah
bersifat instrinsik, yakni interaksi sosial dengan latar belakang
kepentingan atau imbalan non-ekonomi.(Garuda - Garba Rujukan Digital,
n.d.)
Gotong Royong adalah suatu paham yang berkembang, yang
menggambarkan suatu usaha secara bersama, suatu amal, suatu pekerjaan
atau suatu karya bersama, suatu perjuangan bantu-membantu. Gotong
royong adalah amal dari semua untuk kepentingan semua atau jerih payah
dari semua untuk kebahagiaan bersama. Dalam azas gotong royong sudah
tersimpulkan kesadaran bekerja rohaniah maupun kerja jasmaniah dalam
usaha atau karya bersama yang mengandung didalamnya keinsyafan,
kesadaran dan sikap jiwa untuk menempatkan serta menghormati kerja
sebagai kelengkapan dan persiapan kehidupan. Banyak sekali nilai-nilai
yang terkandung dalam Gotong royong yang dapat diresapi dan dimaknai
seperti yang telah diuraikan diatas gotong royong tidak terlepas dari tolong
menolong, mengerjakan sesuatu secara bersama-sama tanpa
mengharapkan imbalan apapun, meletakkan kepentingan bersama diatas
kepentingan pribadi sehingga dapat dijadikan acuan dalam berkehidupan
bermasyarakat agar sejahteran.(Garuda - Garba Rujukan Digital, n.d.)
Gotong Royong merupakan sifat dasar yang dimiliki manusia
Indonesia. Masyarakat sejak lama telah menyadari bahwa sebagai makhluk
sosial untuk memenuhi kebutuhannya harus melibatkan orang lain.
Sehingga manusia menyadari bahwa tidak semua hal bias dilakukan
sendiri atau menggunakan kekuatan sendiri. budaya gotong royong benar-
benar hidup dan menjadi tulang punggung kehidupan bermasyarakat
(Hamzet, 2015 dalam (Pamungkas et al., 2018). Konsep nilai gotong
royong yang terkandung merupakan latar bekalang dari semua aktivitas
tolong menolong antar sesama warga desa yang harus dikelompokkan
dalam golongan nilai-nilai budaya yang mengenai masalah dasar (hakekat
hubunga manusia dengan sesamanya). Nilai-nilai tersebut mengandung
empat konsep dalam system nilai budaya orang Indonesia ialah:
1. Manusia adalah makhluk sosial tidak bias hidup sendiri,
2. Manusia pada dasarnya bergantung pada manusia lainnya dalam segala
bidang kehidupan
3. Manusia selalu mengusahakan untuk menjalin hubungan baik dengan
manusia lainnya yang terdorong oleh jiwa sama rata sama rasa.
4. Selalu mengusahakan untuk sebisa mungkin bersifat conform, berbuat
sama dengan sesamnya dalam suatu komunitas, yang terdorong oleh jiwa
sama tinggi sama rendah. Koenjaraningrat (2000) dalam (Pamungkas et
al., 2018).
Gotong Royong Meambil Upah Batanam di Desa Anjir Seberang Pasar
“Tradisi gontong royong maambil lupah ini dilakukan satu tahun sekali
yaitu pada musim tanam padi atau pada musim panen biasanya tradisi ini
dilakukan untuk mengumpulkan dana yang akan digunakan dalam acara
keagamaan seperti dalam tahun ini pada bulan rajab dilaksanakn peringatan isra
mi’raj dan haul guru sekumpul , nah pada acara-acara tersebutlah dana yang
dikumpulkan hasil gontong royong meambil lupah tadi digunakan.
Selain itu ia juga menuturkan bahwa tradisi gontong royong ini sudah
dilaksanakan secara turun temurun oleh warga desa anjir seberang pasar yang
terlibat dalam gontong royong ini biasanya seluruh warga desa laki-laki maupun
perempuan, anak muda dan orang tua, tokoh masyarakat dan kepala RT. gontong
royong meambil lupah ini terus dilaksanakan untuk melestarikan budaya agar kita
dapat saling bantu membantu sesama warga dan saling menjaga kebersamaan
serta kerukunan hidup bermsyarakat.
http://digilib.uinsgd.ac.id/id/eprint/32855
https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/1819709
Rolitia, M., Achdiani, Y., & Eridiana, W. (2016). NILAI GOTONG ROYONG
https://doi.org/10.17509/sosietas.v6i1.2871
Subiyakto, B., Syaharuddin, S., & Rahman, G. (2017). Nilai-Nilai Gotong
https://doi.org/10.20527/jvk.v31i2.3993