Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PERAN PANCASILA DALAM BERGOTONG ROYONG

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pancasila adalah pedoman hidup berbangsa dan bernegara Republik

Indonesia. Sebagai pedoman dan cita-cita bangsa indonesia bangsa indonesia

mempunyai cita-cita yang secara lugas telah tertulis dalam pembukaan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea

keempat , yaitu melindungi dan mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan

kesejahteraan umum, dan ikut serta berupaya memelihara ketertiban dunia.

Pancasila merupakan pedoman warga Indonesia untuk mencapai

kesejahteraan. Sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa bantuan

orang lain, hendaknya kita harus peka terhadap segala hal yang terjadi

disekitar kita. Pada dasarnya manusia adalah bagian dari masyarakat. Oleh

karena itu, kita harus bisa bersahabat dengan sema warga masyarakat bukan

hanya itu saja, namun sikap kepedulian sosial juga harus tertanam dalam diri

kita.

Kepedulian sosial dapat menimbulkan sikap tanggung jawab dalam

diri seseorang. Dengan memiliki rasa tanggung jawab diharapkan dapat


menjadi bekal dalam kehidupan masyarakat. Sehebat apapun pribadi

seseorang, dia tidak akan mampu untuk hidup sendiri. Saling membantu

terhadap sesama dan mengembangkan sikap toleran dapat menjadikan

kerukunan di masyarakat.Ketika di masyarakat ada kegiatan kerja bakti

ataupun hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan bersama maka sebagai

warga yang baik harus bergotong-royong demi terciptanya rasa solidaritas

dalam kehidupan bermasyarakat. Gotong royong merupakan hal yang penting

dalam masyarakat. Dengan gotong-royong suatu kegiatan atau pekerjaan akan

terasa lebih ringan daripada dikerjakan secara individu. Gotong royong juga

adalah tujuan contohnya pada sila ke 3 “persatuan Indonesia”. Jika kita

bergotong royong maka persatuan kita akan semakin erat dan untuk mencapai

suatu keadilan sosial akan semakin mudah sebagaimana tujuan dari pancasila

pada sila ke 5 yakni “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah gotong royong itu?

2. Bagaiman cara dan sikap kita bergotong royong ?

3. Mengapa kita perlu gotong royong?

4. Apa peranan pancasila dalam bergotong royong?

C. TUJUAN
a) Untuk memahami tujuan dari pancasila.

b) Untuk memahami tujuan pacasila dalam hal melakukan gotong rorong.

c) Untuk mengetahui bagaimana bergotong royong sesuai dengan tujuan

pancasila dimana pancasila merupakan fundamen atau merupakan pondasi

dari pembangunan Republik Indonesia.

D. MANFAAT

 Dapat memahami nilai-nilai dari pancasila

 Dapat menjalankan amanah pancasila dengan

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN GOTONG ROYONG

Gotong Royong merupakan suatu istilah asli Indonesia yang berarti

bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu hasil yang didambakan. Katanya

berasal dari gotong = bekerja, royong =Bersama-sama dengan musyawarah,

pantun,Pancasila, hukum adat, ketuhanan, dan kekeluargaan, gotong royong

menjadi dasar Filsafat Indonesia.

Sikap gotong royong adalah bekerja bersama-sama dalam

menyelesaikan pekerjaan dan secara bersama-sama menikmati hasil pekerjaan

tersebut secara adil. Atau suatu usaha atau pekerjaan yang dilakukan tanpa

pamrih dan secara sukarela oleh semua warga menurut batas kemampuannya

masing-masing.

Kondisi kehidupan bangsa-bangsa di dunia ini mengalami berbagai

perbedaan potensi tingkat kehidupan. Kemakmuran dan kemiskinan berada

dalam lingkup yang tiada batas (no limitation), Perbedaan ini menyebabkan

antar negara saling tergantung dan membutuhkan dalam memenuhi berbagai

kebutuhan hidupnyasehingga terjadi hubungan dan kerjasama diantara

mereka.

Budaya gotong royong adalah bagian dari kehidupan berkelompok

masyarakat Indonesia, dan merupakan warisan budaya bangsa. Nilai dan


perilaku gotong royong bagi masyarakat Indonesia sudah menjadi pandangan

hidup, sehingga tidak bisa dipisahkan dari aktivitas kehidupannya sehari-hari

karena untuk mencapai tujuan dari pancasila kita warga Indonesia harus

bersama-sama atau bergotong royong utuk kemakmuran bangsa.

B. PENERAPAN SIKAP GOTONG ROYONG

Keluarga merupakan suatu wadah dimana orang-orang berkumpul

dan membentuk suatu kesatuan , keluarga sebagai tempat orang-orang bisa

bercerita, berckita, dan melakukan aksi-aksi sosial lainnya. Biasanya kita

mengenal keluarga sebagai saudara yang terikat secara lahiriah dan batiniah,

seperti contoh : ayah, ibu, dan anak. Mereka disebut keluarga terikat secara

lahiriah dan batiniah. Akan tetapi, dalam suatu masyarakat, keluarga memiliki

peranan penting, mereka berkumpul dan membentuk suatu

kelompok/komunitas yang akhirnya mereka anggap sebagai keluarga.

Keluarga juga merupakan suatu komunitas kecil sebelum menjadi

masyarakat. Mereka dapat berkembang atau menghasilkan keturunan secara

terus-menerus sehingga membentuk keluarga besar. Di Indonesia dikenal

dengan penduduk yang ramah tamah dan memiliki sikap kekeluargaan yang

kuat, gotong royong serta kepedulian terhadap sesama bangsa Indonesia dari

Sabang sampai Merauke, dalam arti khusus keluarga dapat diartikan untuk

membantu satu sama lainnya, tidak memiliki sikap ego, pelit, dan sombong,
berarti keluarga bukan hanya diartikan sebagai satu perkumpulan kecil

anggota masyarakat tetapi dapat diartikan sebagai sikap toleransi dan

menjunjung tinggi kebersamaan yang kuat sesuai dengan tujuan dari ideologi

bangsa.

Sifat gotong royong di daerah pedesaan biasanya lebih menonjol

dalam pola kehidupan mereka, seperti memperbaiki dan membersihkan jalan,

atau membangun/memperbaiki rumah. Sedangkan di daerah perkotaan gotong

royong dapat dijumpai dalam kegiatan kerja bakti di RT/RW, di sekolah dan

bahkan di kantor-kantor, misalnya pada saat memperingati hari-hari besar

nasional dan keagamaan, mereka bekerja tanpa imbalan jasa, karena demi

kepentingan bersama. Dari sini timbullah rasa kebersamaan, kekeluargaan,

tolong menolong sehingga dapat terbina rasa kesatuan dan persatuan

Nasional. Tidak hanya dipedesaan bisa kita jumpai sikap gotong

royong,melainkan di daerah perkotaan pun bisa kita jumpai dengan mudah.

Karena secara budaya, memang sudah di tanamkan sifat ini sejak kecil hingga

dewasa.

Gotong Royong merupakan suatu kegiatan sosial yang menjadi ciri

khas bangsa Indonesia dari jaman dahulu kala hingga saat ini. Rasa

kebersamaan ini muncul, karena adanya sikap sosial tanpa pamrih dari

masing-masing individu untuk meringankan beban yang sedang dipikul.


Hanya di Indonesia, kita bisa menemukan sikap gotong royong ini

karena di negara lain tidak ada sikap ini dikarenakan saling acuh tak acuh

terhadap lingkungan di sekitarnya. Ini merupakan sikap positif yang harus di

lestarikan agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kokoh & kuat di segala

lini. Ini merupakan salah satu cermin yang membuat Indonesia bersatu dari

sabang hingga merauke,walaupun berbeda agama,suku & warna kulit tapi kita

tetap menjadi kesatuan yang kokoh. Inilah alah satu budaya bangsa yang

membuat Indonesia,di puja & puji oleh bangsa lain karena budayanya yang

unik & penuh toleransi antar sesame manusia.

Semangat gotong royong didorong oleh suatu pemikiran yaitu:

• Bahwa manusia tidak hidup sendiri melainkan hidup bersama dengan

orang lain atau lingkungan sosial.

• Pada dasarnya manusia itu tergantung pada manusia lainnya.

• Manusia perlu menjaga hubungan baik dengan sesamanya

• Manusia perlu menyesuaikan dirinya dengan anggota masyarakat yang

lain

Dari pemikiran inilah timbul suatu kesadaran bahwa kita tidak boleh

hanya mementingkan diri sendiri atau kelompok sendiri. Oleh karena itu perlu
ditumbuhkan suatu kesadaran dan tanggung jawab terhadap kepentingan

bersama.

Penerapan sikap-sikap pegotong royong dapat kita bedakan dalam

beberapa tingkatan atau beberapa ingkungan:

1. Lingkungan keluarga

Penerapan gotong royong pada lingkungan keluarga sangatlah penting

karena keluarga lingkungan keluarga merupakan suatu dasar menuju

lingkungan masyarakat. Pada lingkungan orangtua sepantasnya memberikan

contoh pada anaknya khususnya dalam hal tingkah laku. Contohnya seorang

Ayah dan Ibu harus selalu menunjukan sikap kebersamaan dan saling

membantu satu sama lain. Seorang Bapak selaku kepala rumah tangga

memang memiliki kewajiban untuk mencari nafkah buat keluarga namun

seorang Bapak juga sepantasnya ikut ambil bagian dalam mengerjakan

pekerjaan rumah contohnya, seorang Bapak ikut ambil bagian dalam

membereskan rumah. Seorang Ibu rumah tangga juga tidak hanya mengurus

rumah saja melainkan ikut serta dalam mencukupi kebutuhan keluarga. Dari

hal-hal kecil seperti ini akan sangat bermanfaat bagi anak sebab mereka dari

kecil sudah melihat orang tua mereka saling membantu dan jiwa atau sikap

bergotong royong sudah terdidik dari lingkungan keluarga sejak mereka kecil.

2. Linkungan sekolah
Penerapan gotong royong pada lingkungan sekolah seharusnya

dimulai dari sekolah-sekolah dasar. Umumnya sifat gotong royong yang

sering kita jumpai di sekolah-sekolah dasar yang berada di pedesaan seperti

memotong rumput di lapangan atau halaman depan sekolah setiap hari jumat

dan dilakukan oleh seluruh warga sekolah tak terkecuali guru. Dari hal-hal

seperti ini nantiya akan berkembang sesuai dengan sekolah yand ia duduki

misalnya saat si anak sekolah di perguruan tinggi nantinya sifat gotong

royong yang dulunya hanya tau membersihkan lingkungan sekolah

diharapkan setelah mahasiswa mampu bergotong royong memikirkan dan

melakukan suatu hal yang dapat memajukan negara kita ini dan jika semangat

gotong royong memang betul-betul tertanam pada pribadi kita masing-masing

maka kemungkinan untuk melakukan praktek korupsi tidak mugkin terjadi

karenadalam prinsip gotong royong ialah “tanggung jawab bersama dan hak

bersama”.

3. Lingkungan kerja

Prinsip bergotong royong paling penting diterapkan adalah di

lingkungan pekerjaan. Jika pemimpin hingga kariawan terendah saling bekerja

sama maka apapun kesulitan dalam pekerjaan tersebut akan mudah

terselesaikan. Oleh sebap itu sifat gotong royong yang kita pelajari dari

lingkungan keluarga dan sekolah ada baiknya kita terapkan di lingkungan

pekerjaan. Dilingkungan ini juga kita dituntut untuk saling menghargai orang
lain sebab kemampuan sseorang itu berbeda-beda. Ada orang yang

staminanya tinggi dan ada juga yang rendah, ada juga yang memang umurnya

sudah tua ada juga yang tua namun dipekerjaan di tempat yang sama. Hal ini

yang menuntut kita untuk saling mengerti keadaan seseorang dan lebih

meningkatkan rasa tolong menolong kita agar segala pekerjaan yang kita

lakukan lebih mudah tanpa beban didalam hati.

4. Lingkungan masyarakat

Prinsip bergotong royong juga perlu kita terapkan di tengah-tengah

masyarakat. Misalnya jika ada tetangga kita yang sedang berduka maka kita

harus ambil bagian untuk menolongnya seperti ikut serta dalam menyediakan

hidangan bagi para keluarga yang berduka. Hal ini sangat penting karena

semakin tinggi rasa solidaritas kita dan rasa bergotong royong kita akan

semakin mempercepat pertumbuhan ekonomi bangsa kita ini. Sebab jika kita

sudah menanamkan sifatgotong royang maka saudara kita sudah benar-benar

mampu akan bergotong royong bersama-sama menolong dan mendukung

saudaranya yang kurang mampu. Jadi segala hal jika kita lakukan dengan

bergotong royong maka akan mempermudah tujuan yang ingin kita capai

dengan hasil yang maksimal.


C. TUJUAN POKOK BERGOTONG ROYONG

Tujuan dari bergotong royong sama dengan tujuan dari pancasila

yakni yang tertera pada UUD 1945, alinea ke 4, dan manfaatnya bagi kita

untuk melakukan tujuan dari dari pancasila adalah:

• Untuk dapatmenciptakan suatu kenyamanan dengan saling menghargai

agama dan keyakinan masing-masing individu.

• Meringankan beban, waktu dan biaya suatu pekerjaan.

• Meningkatkan solidaritas dan rasa kekeluargaan dengan sesama.

• Menambah kokohnya rasa persatuan dan kesatuan.

• Meningkatkan ekonomi bersama.

• Meningkatkan keamanan dan kenyamanan bersama.

• Mempererat rasa kekeluargaan.

D. PERANAN PANCASILA DALAM BERGOTONG ROYONG

Pancasila memiliki kedudukan sebagai falsafah atau pandangan hidup,

sebagai dasar negara dan sebagai ideologi bangsa. Pancasila sebagai falsafah,

sejatinya penuntun dan petunjuk arah bagi bangsa Indonesia dalam semua

kegiatan dan aktivitas hidup serta kehidupan di segala bidang. Pancasila


sebagai dasar negara sejatinya pancasila menjadi sumber dari segala sumber

hukum atau sumber tertib hukum Indonesia.

Pancasila sebagai ideologi, sejatinya pancasila menjadi pedoman

berperilaku berbangsa dan bernegara dalam kehidupan sehari-hari, pancasila

sejatinya menjadi pedoman moral kehidupan berbangsa dan bernegara.

Singkatnya, Pancasila adalah dasar statis yang mempersatukan sekaligus

bintang penuntun (Leitstar) yang dinamis, yang mengarahkan bangsa dalam

mencapai tujuannya. Dalam posisinya seperti itu, Pancasila merupakan

sumber jatidiri, kepribadian, moralitas, dan haluan keselamatan bangsa.

Dengan demikian Pancasila memiliki landasan ontologis, epistemologis, dan

aksiologis yang kuat. Setiap sila memiliki justifikasi historisitas, rasionalitas,

dan aktualitasnya, yang jika dipahami, dihayati, dipercayai, dan diamalkan

secara konsisten dapat menopang pencapaian-pencapaian agung peradaban

bangsa.

Menerapkan nilai-nilai atau kelima sila pada pancasila dengan sifat

bergotong royong:

a. Nilai keTuhanan Yang Maha Esa

Nilai-nilai ketuhanan (religiositas) sebagai sumber etika dan spiritualitas

(yang bersifat vertikal-transendental) dianggap penting sebagai fundamen etik

kehidupan bernegara. Prinsip ketuhanannya harus berjiwa gotong-royong,


yaitu ketuhanan yang berkebudayaan, yang lapang dan toleran; bukan

ketuhanan yang saling menyerang, merusak dan mengucilkan

Indonesia bukanlah negara sekular yang ekstrem, yang memisahkan

“agama” dan “negara” dan berpretensi untuk menyudutkan peran agama ke

ruang privat/komunitas. Negara harus melindungi dan mengembangkan

kehidupan beragama; sementara agama diharapkan bisa memainkan peran

publik yang berkaitan dengan penguatan etika sosial. Namun, Indonesia juga

bukan “negara agama”, yang hanya merepresentasikan salah satu (unsur)

agama dan memungkinkan agama untuk mendikte negara. Peran agama dan

negara tidak perlu dipisahkan, melainkan dibedakan. Dengan syarat bahwa

keduanya saling mengerti batas otoritasnya masing-masing yang disebut

dengan istilah “toleransi-kembar” (twin tolerations).

b. Nilai kemanusiaan yang adil dan beradap

Nilai-nilai kemanusiaan universal yang bersumber dari hukum Tuhan,

hukum alam, dan sifat-sifat sosial manusia (yang bersifat horizontal) dianggap

penting sebagai fundamen etika-politik kehidupan bernegara dalam pergaulan

dunia. Prinsip intenasionalismenya harus berjiwa gotong-royong, yakni yang

berperikemanusian dan berperikeadilan; bukan menjajah dan eksploitatif.

Prinsip kebangsaan yang luas yang mengarah pada persaudaraan dunia itu

dikembangkan melaui jalan eksternalisasi dan internalisasi. Keluar, bangsa


Indonesia menggunakan segenap daya dan khazanah yang dimilikinya untuk

secara bebas-aktif ‘ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial’. Kedalam, bangsa

Indonesia mengakui dan memuliakan hak-hak dasar warga dan penduduk

negeri. Landasan etik sebagai prasyarat persaudaraan universal ini adalah

“adil” dan “beradab”.

c. Nilai persatuan

Nilai-nilai persatuan bersumber dari internalisasi nilai-nilai

persaudaraan kemanusiaan ini, Indonesia adalah negara persatuan kebangsaan

yang mengatasi paham golongan dan perseorangan. Prinsip kebangsaannya

harus berjiwa gotong-royong yakni mampu mengembangkan persatuan dari

aneka perbedaan, “bhineka tunggal ika”; bukan kebangsaan yang meniadakan

perbedaan atau menolak persatuan.

Persatuan dari kebhinekaan masyarakat Indonesia dikelola

berdasarkan konsepsi kebangsaan yang mengekspresikan persatuan dalam

keragaman, dan keragaman dalam persatuan , yang dalam slogan negara

dinyatakan dengan ungkapan ’bhineka tunggal ika’.

d. Nilai permusyawaratan

Nilai-nilai permusyawaratan sebagai semangat menjunjung tinggi

kedaulatan rakyat adalah aktualisasi dari nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan,


dan nilai serta cita-cita kebangsaan yakni semangat permusyawaratan yang

dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan.Prinsip demokrasinya harus berjiwa

gotong-royong (mengembangkan musyawarah mufakat); bukan demokrasi

yang didikte oleh suara mayoritas (mayorokrasi) atau minoritas elit penguasa-

pemodal (minorokrasi).

Dalam visi demokrasi permusyawaratan, demokrasi memperoleh

kesejatiannya dalam penguatan daulat rakyat, ketika kebebasan politik

berkelindan dengan kesetaraan ekonomi, yang menghidupkan semangat

persaudaraan dalam kerangka ’musyawarah-mufakat”. Dalam prinsip

musyawarah-mufakat, keputusan tidak didikte oleh golongan mayoritas

(mayorokrasi) atau kekuatan minoritas elit politik dan pengusaha

(minorokrasi), melainkan dipimpin oleh hikmat/kebijaksanaan yang

memuliakan daya-daya rasionalitas deliberatif dan kearifan setiap warga tanpa

pandang bulu.

e. Nilai keadilan sosial

Nilai keadilan sosial menurut Pancasila, yakni nilai ketuhanan, nilai

kemanusian, nilai dan cita kebangsaan, serta demokrasi permusyawaratan itu

memperoleh kepenuhan artinya sejauh dapat mewujudkan keadilan

sosial.Prinsip kesejahteraannya harus berjiwa gotong-royong

(mengembangkan partisipasi dan emansipasi di bidang ekonomi dengan


semangat kekeluargaan); bukan visi kesejahteraan yang berbasis

individualisme-kapitalisme; bukan pula yang mengekang kebebasan individu

seperti dalam sistem etatisme.

Di satu sisi, perwujudan keadilan sosial itu harus mencerminkan

imperatif etis keempat sila lainnya. Di sisi lain, otentisitas pengalaman sila-

sila Pancasila bisa ditakar dari perwujudan keadilan sosial dalam

perikehidupan kebangsaan. Dalam visi keadilan sosial menurut Pancasila,

yang dikehendaki adalah keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan jasmani

dan rohani, keseimbangan antara peran manusia sebagai mahkluk individu

dan peran manusia sebagai makhluk sosial (yang terlembaga dalam negara),

juga keseimbangan antara pemenuhan hak sipil dan politik dengan hak

ekonomi, sosial dan budaya.

Dalam kehidupan sosial-perekonomian kompetisi ekonomi diletakkan

dalam kompetisi yang kooperatif (coopetition)berlandaskan asas

kekeluargaan;cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang

menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara; bumi dan air dan

kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan

dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam

mewujudkan keadilan sosial, masing-masing pelaku ekonomi diberi peran

masing-masing yang secara keseluruhan mengembangkan semangat

kekelurgaan.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Gotong Royong merupakan suatu istilah asli Indonesia yang berarti

bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu hasil yang kita inginkan. Sikap

gotong royong adalah bekerja bersama-sama dalam menyelesaikan pekerjaan

dan secara bersama-sama menikmati hasil pekerjaan tersebut secara adil.

Pancasila merupakan sumber jatidiri, kepribadian, moralitas, dan

haluan keselamatan bangsa. Hal ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan

bergotong royong sebab jika kepribadian kita bagus maka keinginan untuk

menolong orang lain akan semakin tinggi dan semangat bergotong royong

akan semakin tercipta di negara kita ini. Maka dari itu apa yang di cita-citakan

dari pancasila akan semakin mudah dan cepat kita capai jika kita

melekukannya dengan bergotong royong.

B. SARAN

Lebih memahami pengertian dan nilai-nilai dari sila

pancasila.Meningkatkan sikap persatuan dalam bergaul.Membiasakan

bergotong royong dalam menyelesaikan masalah Selalu bekerja sama dalam

mengatasi kesulitan bersama.


DAFTAR PUSTAKA

http://research.amikom.ac.id/index.php/STI/article/view/5880

SalamuddinDaeng https://www.facebook.com/permalink.php?

id=128233380538426&story_fbid=607664809261945

Hatta, Muhammad. 1977. Pengertian Pancasila. Jakarta

http://webmakalah.blogspot.com/2012/10/kekeluargaan-dan-

Anda mungkin juga menyukai