Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENELITIAN

RAPID RURAL APPRAISAL (RRA)


PERMASALAHAN DAN ISU SOSIAL EKONOMI
DI KAMPUNG PEMULUNG KLEDOKAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Dasar-dasar Penelitian Kebijakan


Dosen Pengampu: Dr. Mami Hajaroh, M.Pd.

Disusun Oleh:
Donda Hasian Tumpalina Sihite
NIM. 18110241009

PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN


JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020
A. Latar Belakang (lokasi di mana)
Pemulung menurut Shalih (2003: 29) dalam Sumarni (Sumarni, 2012:11) adalah
orang yang memungut, mengambil, mengumpulkan, dan mencari sampah, baik
perorangan atau kelompok. Menurutnya ada dua faktor yang mendorong orang miskin
meminta bantuan dan sumbangan untuk menjadi pengemis dan pemulung (2003: 52),
yakni faktor ekonomi dan faktor sosial.
Faktor ekonomi muncul dalam rangka memenuhi keperluan hidupnya sekeluarga.
Pendapatan masyarakat dapat berasal dari bermacam-macam sumber, yaitu: ada yang di
sektor formal (gaji atau upah yang diterima secara bertahap), sektor informal (sebagai
penghasilan tambahan dagang, tukang, buruh dan lain-lain) dan di sektor subsistem (hasil
usaha sendiri berupa tanaman, ternak dan pemberian orang lain).
Kemudian, menurut (Sumarni, 2012:11) kondisi sosial ekonomi seseorang
merupakan salah satu faktor umum yang dapat mendorong terjadinya kesenjangan
(disparity) antara satu dengan yang lain. Perbedaan ini dapat dilihat, seperti dari aspek
pendapatan (income) seseorang, dampak dari berbagai aktivitas dan pekerjaan, serta
kepemilikan asset yang dikuasai seseorang. Hal tersebut merupakan komponen yang
mendukung pendapatan seseorang. Menurut (Soekanto 2001: 25 dalam Sumarni,
2012:11) status merupakan posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial dalam arti
tempat seseorang secara umum di masyarakat dan berhubungan dengan orang-orang lain,
seperti lingkungan pergaulan, prestise dan hak-hak serta kewajibannya. Sosial ekonomi
inilah yang menentukan posisi seseorang dalam tatanan kehidupan masyarakat.
Aspek sosial ekonomi sangat berpengaruh dalam pranata kehidupan masyarakat, tak
terkecuali bagi masyarakat yang bekerja sebagai pemulung. Oleh karena itu, peneliti
melakukan penelitian di Kampung Pemulung Kledokan yang beralamat di Desa
Kledokan, Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta 55281. Penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Rapid Rural Appraisal
(RRA), yang digunakan untuk mengumpulkan informasi secara akurat dalam waktu yang
terbatas. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rekomendasi kepada para policy
maker (pembuat kebijakan) untuk menyelesaikan permasalahan sosial ekonomi yang ada
di Kampung Pemulung tersebut.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana keadaan sosial masyarakat di kampung pemulung Kledokan?
2. Apa permasalahan sosial yang ada di kampung pemulung Kledokan?
3. Bagaimana masyarakat kampung pemulung Kledokan menyelesaikan berbagai
permasalahan sosial yang ada?

C. Metode pengumpulan data


Dalam mengumpulan data, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian kualitatif. Data dikumpulkan lewat observasi dan wawancara
mendalam semi terstruktur secara satu per satu dengan responden. Selanjutnya, pebeliti
juga melakukan FGD (Focus Group Discussion) dengan kelompok masyarakat pemulung
untuk membahas permasalahan sosial ekonomi yang ada di sana. Catatan-catatan yang
banyak seringkali diperoleh selama wawancara dan kemudian dianalisis. Peneliti
disamping sebagai partisipan dalam penelitian, juga bertindak sebagai pengamat dalam
pengumpulan informasi pada saat proses sedang berjalan.
Berikut adalah ciri-ciri utama penelitian kulaitatif:
 Penelitian kulaitatif mempunyai setting alami sebagai sumber data langsung dan
peneliti adalah instrument utamanya.
 Bersifat deskriptif berbentuk kata-kata. Data yang diperoleh meliputi transkip
interview, catatan lapangan, foto, dokumen pribadi dan lain-lain.
 Menekankan pada proses kerja, seluruh fenomena yang dihadapi diterjemahkan ke
dalam kegiatan sehari-hari terutama yang berkaitan langsung dengan masalah sosial .
 Menggunakan pendekatan induktif. Abstraksi-abstraksi disusun oleh peneliti
kebijakan atas dasar data yang telah terkumpul dan dikelompokkan bersama-sama
melalui pengumpulan data selama kerja lapangan di lokasi penelitian.
 Memberi titik tekan pada makna, dimana fokus penelaahan terpaut langsung dengan
masalah kehidupan manusia.
Aplikasi metode kualitatif dalam penelitian kebijakan dilakukan dengan
menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
 Merumuskan masalah sebagai fokus studi penelitian kebijakan

 Mengumpulkan data lapangan

 Menganalisis data

 Merumuskan hasil studi

 Menyusun rekomendasi untuk pembuatan kebijakan

D. Hasil RRA
a. Hasil Penelitian
Penelitian RRA di Kampung Pemulung Kledokan dilakukan pada hari Senin,
6 Januari 2020 pada pukul 13.00-16.00 WIB. Peneliti berhasil mewawancara 2 orang
ibu pemulung secara mendalam, dan melakukan FGD (Focus Group Discussion)
dengan sekelompok warga Kampung Pemulung. Warga yang berpartisipasi dalam
FGD sejumlah 5 orang.
Berdasarkan wawancara dan FGD diketahui bahwa warga yang bermukim di
Kampung Pemulung sejumlah 18 kepala keluarga. Seluruh warga Kampung
Pemulung sehari-hari bekerja sebagai pemulung, dan mencari barang-barang bekas
yang masih bernilai untuk dijual di sekitar bantaran Selokan Mataram, hingga ke
daerah Pringwulung. Barang-barang bekas yang telah terkumpul kemudian dijual
kepada pengepul barang bekas yang merupakan pemilik ranah permukiman Kampung
Pemulung. Sehari-hari pendapatan para pemulung berkisar Rp 30.000,- hingga Rp
50.000,- jika barang rongsok yang terkumpul jumlahnya normal. Namun, tak jarang
pendapatan mereka kurang dari nominal tersebut.

b. Analisis Hasil dan Masalah dalam Masyarakat


Hasil penelitian RRA di Kampung Pemulung Kledokan menunjukkan bahwa
ada beberapa masalah sosial yang terdapat di masyarakat, yakni:
1. Penghasilan masyarakat kampung yang bekerja sebagai pemulung sangat pas-
pasan, sehingga tak jarang menimbulkan konflik antar pemulung. Konflik terjadi
akibat pemulung yang pendapatannya kurang meminjam uang kepada pemulung
berpenghasilan cukup, dan terkendala saat mengembalikan pinjaman tersebut,
sehingga timbullah cekcok antar keluarga pemulung.
2. Warga sekitar Kampung Pemulung masih kerap merasa risih dan terganggu
dengan aktivitas para pemulung yang mengumpulkan barang rongsok di sekitaran
rumah mereka. Walau tidak mengalami diskriminasi yang parah, namun para
pemulung masih merasa kehadiran mereka tidak diharapkan di lingkungan
masyarakat.
3. Sebagian besar warga Kampung Pemulung merupakan pendatang dari daerah luar
Yogyakarta, dan tidak memiliki Kartu Tanda Penduduk maupun berkas-berkas
identitas lainnya. Hal ini mengakibatkan orang dewasa tanpa KTP tersebut tidak
dapat mengurus Jaminan Sosial, Kartu Keluarga Sejahtera, maupun fasilitas-
fasilitas kesejahteraan sosial lain yang disediakan pemerintah. Anak-anak para
pemulung juga jadi tidak memiliki Akta Lahir akibat dilahirkan oleh orangtua
tanpa KTP, sehingga terkendala untuk mendaftar ke sekolah formal.

E. Rekomendasi
Berdasarkan permasalahan yang ada di Kampung Pemulung, peneliti memberikan
rekomendasi sebagai berikut:
1. Pemerintah maupun Lembaga Swadaya Masyarakat yang pelayanannya bergerak di
lingkaran sosial dapat melakukan penurunan tingkat kemiskinan lewat pemberdayaan
masyarakat. Hal ini dilakukan bukan dengan semata-mata memberikan fasilitas dan
bantuan fisik, namun menciptakan pembangunan yang berkelanjutan dan membuat
angka kemiskinan turun permanen. Kemiskinan bisa dibasmi dengan kebijakan
jangka panjang, sehingga membuat masyarakat Kampung Pemulung tidak makin
terlena dengan guyuran bantuan pemerintah.
Pemberdayaan masyarakat dapat berupa pelatihan-pelatihan keterampilan, seperti
pengolahan barang-barang bekas menjadi produk baru dengan daya jual yang tinggi,
pelatihan memasak, dan keterampilan lainnya. Pemberdayaan ini tidak bertujuan
untuk mencabut para pemulung dari pekerjaan awalnya sebagai pemulung, namun
memberi wadah bagi mereka untuk berusaha secara mandiri mencari pendapatan
tambahan untuk kehidupan yang lebih baik.
2. Mengadvokasi kebutuhan masyarakat Kampung Pemulung untuk mengurus berkas-
berkas administratif dasar seperti KTP dan Akta Lahir bagi anak-anak mereka agar
anak-anak bisa berkesempatan mengenyam pendidikan formal. Advokasi dapat
dilakukan oleh LSM maupun pemerintah daerah setempat.

F. Penutup
Permasalahan sosial ekonomi masyarakat Kampung Pemulung membutuhkan
perhatian dari pemerintah sebagai penyelenggara negara dan kelompok masyarakat
pemerhati isu-isu sosial. Para pemulung berhak mendapatkan kehidupan yang lebih baik,
tanpa harus mencabut mereka dari akar profesi mereka sebagai pengumpul barang-barang
bekas. Pemberdayaan masyarakat adalah hal mendasar yang harus diberikan kepada para
pemulung agar dapat meningkatkan taraf hidup dengan mandiri.

G. Daftar Pustaka
Sumarni. (2012). Sosial Ekonomi Komunitas Pemulung di TPA Lubuk Minturun. Journal
of Economic and Economic Education Vol.1 No.1 (111-119) ISSN: 2302 – 1590

H. Lampiran
a. Pertanyaan Wawancara
No. Pertanyaan
1. Darimanakah sumber penghasilan masyarakat disini ?
2. Apakah penghasilan tersebut sudah mencukupi kebutuhan hidup ?
3. Jika belum apa yang dilakukan dalam mencari sumber penghasilan lain?
4. Apakah warga disini memiliki kartu jaminan sosial?
5. Berapa penghasilan yang paling besar yang di dapat?
6. Apakah pernah ada pikiran untuk beralih profesi ?
7. Adakah pesan untuk pemerintah daerah?
8. Apa kendala yang dihadapi selama bekerja
9. Sejak kapan bapak tinggal didaerah ini?
Berasal dari mana tempat yang bapak tinggali? Apakah punya pribadi? Jika bukan,
10.
apakah bapak ditarik sumbangan atau tidak?
11. Bagaimana interaksi sosial antar pemulung di kampung ini?
12. Apakah pernah terjadi konflik antar pemulung?
13. Apakah ada kultur gotong royong di lingkungan pemulung?
14. Permasalahan sosial apa yang kerap terjadi di kampung pemulung?
15. Bagaimana biasanya warga kampung pemulung menyelesaikan konflik sosial yang ada?
16. Bagaimana interaksi sosial warga kampung pemulung dengan warga di sekitar kampung?
Apakah warga kampung pemulung pernah terlibat konflik dengan waga di sekitar
17.
kampung?
Adakah diskriminasi sosial yang diterima warga kampung pemulung dari warga sekitar
18.
kampung?
Bagaimana cara warga kampung pemulung menyikapi diskriminasi sosial dari warga
19.
sekitar kampung?
Bagaimana cara warga kampung pemulung menjaga keharmonisan hubungan sosial
20.
dengan warga sekitar kampung?

b. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai