Anda di halaman 1dari 51

1

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu permasalahan sosial yang melanda hampir di seluruh negara-negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Fenomena kemiskinan, bukan hanya terbatas kepada kurangnya keuangan untuk modal kerja atau untuk modal usaha, melainkan pada kurangnya kreativitas, kurangnya inovasi, kurangnya kesempatan untuk bersosialisasi dengan berbagai potensi dan sumber daya yang ada. Tidak terlalu sulit menentukan faktor-faktor penyebab kemiskinan, tetapi dari faktor-faktor tersebut sangat sulit untuk menentukan mana yang merupakan penyebab sebenarnya atau penyebab utama, atau faktor-faktor mana yang berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap perubahan kemiskinan. Jika diuraikan jumlah faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan cukup banyak. Mulai dari tingkat laju pertumbuhan output atau produktivitas, tingkat upah neto, distribusi pendapatan, kesempatan kerja, tingkat investasi, tingkat inflasi, pajak dan subsidi, alokasi serta kualitas sumber daya alam, penggunaan teknologi, tingkat dan jenis pendidikan, kondisi fisik dan alam di suatu wilayah, etos kerja dan motivasi kerja, kultur budaya atau tradisi, bencana alam hingga peperangan, politik dan lain-lain (Tambunan, 2001).

Sasaran dari pembangunan di Indonesia, sebagaimana dinyatakan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 antara lain adalah memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Kesejahteraan umum atau kesejahteraan rakyat dapat ditingkatkan kalau kemiskinan dapat dikurangi, sehingga untuk meningkatkan kesejahteraan umum dapat dilakukan melalui upaya penanggulangan kemiskinan. Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara memiliki jumlah penduduk sebanyak 17.117 jiwa dari 4.279 KK, dimana terdapat 1.964 jiwa atau 491 KK (Profil Desa Bandar Setia) masyarakat yang miskin dikarenakan pendidikan rendah, tidak memiliki mata pencaharian (pengangguran), jenis pekerjaan menjadi petani dan buruh informal yang mengakibatkan keluarga miskin tidak mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokoknya. Penduduk Desa Bandar Setia sebagian bekerja sebagai petani, buruh tani, peternak, pedagang maupun pembantu rumah tangga. Jumlah masyarakat di Desa Bandar Setia yang bekerja sebagai petani 707 orang, buruh tani 140 orang, peternak 130 orang, pedagang 132 orang, dan pembantu rumah tangga 128 orang. Masyarakat miskin Desa Bandar Setia yang lulus Sekolah Dasar (SD) sebanyak 240 orang, lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 425 orang dan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 720 orang (Profil Desa Bandar Setia). Rendahnya tingkat pendidikan penduduk Desa Bandar Setia berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia yang mengakibatkan masyarakat menjadi miskin.

Tingkat pendapatan keluarga di Desa Bandar Setia sebagai petani, peternak, maupun sebagai buruh tani sebanyak Rp. 550.000 sampai dengan 650.000 per bulan. Hal ini membuat keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti; kebutuhan kesehatan, pendidikan, maupun kebutuhan dasar lainnya (Profil Desa Bandar Setia). Penyebab lain kemiskinan yang terjadi di Desa Bandar Setia adalah kurangnya akses memperoleh bantuan modal untuk membuka lapangan pekerjaan atau usaha dalam membantu pendapatan keluarga. Keterbatasan sumber daya manusia, rendahnya tingkat pendapatan keluarga, terbatasnya lapangan pekerjaan, kurangnya modal usaha masyarakat Desa Bandar Setia mengakibatkan keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup seharihari seperti: kebutuhan kesehatan, pendidikan, maupun kebutuhan dasar lainnya. Namun pemerintah Kabupaten Deli Serdang juga tidak ketinggalan didalam melaksanakan program-program yang pro masyarakat khususnya dari Kementrian Sosial juga telah melakukan berbagai upaya dengan membentuk berbagai Kelompok Usaha Bersama di Desa Bandar Setia yang bertujuan untuk pemberdayaan masyarakat miskin diwilayah ini. Jika dilihat dari kondisi kesejahteraan masyarakat maka Desa Bandar Setia ini masih menghadapi persoalan yang cukup rumit berkaitan dengan kemiskinan. Masalah kemiskinan yang melanda di Desa Bandar Setia menjadi perhatian bagi peneliti untuk melakukan penelitian dalam upaya membantu mengatasi masalah kemiskinan yang terjadi di daerah tersebut. Sebenarnya pemerintah khususnya Kabupaten Deli Serdang sendiri sudah melaksanakan berbagai program yang mendukung berbagai usaha kecil menengah untuk

masyarakatnya. Misal dengan pemberian dana kepada UKM yang ada di desadesa melalui pinjaman lunak yang bekerja sama dengan pihak perbankan, namun bantuan itu belum merata baik pelaksanaan dan juga manfaatnya bagi seluruh masyarakat dikabupaten Deli Serdang umumnya dan Desa Bandar Setia pada khususnya. Dikarenakan pengamatan dilapangan yang dilakukan oleh peneliti sebelum memutuskan menulis tentang proses pemberdayaan usaha ekonomi rakyat melalui kelompok usaha bersama dan juga dikarenakan akses yang mudah dari tempat tinggal peneliti maka peneliti tertarik untuk mengkaji tingkat kesejahteraan masyarakat dan bagaimana pemerintah memberantas kemiskinan melalui pemberdayaan ekonomi rakyat melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) di Desa Bandar Setia. Sehubungan dengan itu, penelitian ini juga berkaitan langsung dengan pekerjaan sosial yang salah satu fungsinya adalah membantu masyarakat untuk meningkatkan kemampuan, meningkatkan kesejahteraan keluarga dan komunitas serta membantu proses pengembangan usaha yang ada dimasyarakat melalui pelaksanaan penyuluhan, pertemuan, dan intervensi terhadap program-program yang sudah ada sebelumnya dan khususnya pada penelitian ini pekerjaan sosial yang dilakukan oleh peneliti pada prinsipnya berorientasi pemberdayaan ekonomi rakyat melalui Kelompok Usaha Bersama di Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, sehubungan dengan upaya pemberdayaan ekonomi rakyat, maka penelitian ini membahas permasalahan utama yaitu Pemberdayaan Ekonomi Rakyat melalui

Kelompok Usaha Bersama di Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Derdang Sumatera Utara. Berdasarkan dari permasalahan utama, berikut merupakan sub-sub problematik yang dijabarkan sebagai berikut:
1.

Bagaimana proses pemberdayaan ekonomi rakyat melalui KUBE di Desa Bandar Setia.

2. 3.

Apa manfaat yang dirasakan oleh anggota KUBE di Desa Bandar Setia. Bagaimana tingkat keberdayaan keluarga miskin setelah menjadi anggota KUBE di Desa Bandar Setia.

4.

Bagaimana distribusi dan jejaring usaha ekonomi rakyat melalui KUBE di Desa Bandar Setia.

5.

Bagaimana pengelolaan usaha melalui KUBE di Desa Bandar Setia.

Tujuan Penelitian Dalam merumuskan gagasan rencana dan program pemecahan masalah, penelitian ini bertujuan:
1.

Untuk mengetahui proses usaha ekonomi rakyat melalui KUBE di Desa Bandar Setia.

2.

Untuk mengetahui manfaat-manfaat yang dirasakan oleh anggota KUBE di Desa Bandar Setia.

3.
4.

Untuk mengetahui tingkat keberdayaan keluarga miskin di Desa Bandar Setia. Untuk mengetahui jejaring usaha ekonomi rakyat melalui KUBE di Desa Bandar Setia.

5.

Untuk mengetahui pengelolaan usaha ekonomi rakyat melalui KUBE di Desa Bandar Setia.

Manfaat Penelitian Manfaat teoritis Sebagai bentuk pembelajaran bagi mahasiswa dari hasil teori yang didapat selama studi belajar di kelas mengenai permasalahan sosial khususnya dibidang kemiskinan.

Manfaat praktis
a. Meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi pada keluarga miskin

melalui pemberdayaan ekonomi rakyat melalui Kelompok Usaha Bersama di Desa Bandar setia
b. Memberikan

masukan

pemikiran

dan

pengembangan

ilmu

pengetahuan, informasi bagi keluarga miskin melalui pemberdayaan ekonomi rakyat melalui Kelompok Usaha Bersama di Desa Bandar Setia. Sistematika Penulisan

Karya ilmiah ini ditulis dengan sistematika sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN, memuat tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA, memuat tentang uraian teori, konsep yang digunakan sebagai dasar menggambarkan masalah penelitian meliputi: tinjauan tentang pemberdayaan rakyat, kesejahteraan sosial, dan kelompok usaha bersama, tinjauan tentang distribusi dan jejaring usaha dan relevansi pekerja sosial terhadap pemberdayaan ekonomi rakyat. BAB III METODE PENELITIAN, memuat tentang prosedur penelitian yang digunakan untuk menjawab penelitian dan membuktikan hipotesis penelitian yang diajukan. Adapun metode yang digunakan terdiri dari desain penelitian, deskripsi latar dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pemeriksaan keabsahan data, teknik analisa data, dan tahap-tahap penelitian serta jadwal penelitian. BAB IV DESKRIPSI dan PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN, menyajikan dan menguraikan data/informasi sebagai jawaban atas masalah yang menjadi fokus penelitian. Deskripsi hasil penelitian diorganisasi secara sistematis berdasarkan aspek-aspek variabel hasil penelitian.

BAB V

KESIMPULAN

Memuat tentang kesimpulan berikut saran untuk pemberdayaan masyarakat melalui kelompok usaha bersama di Desa Bandar Setia. BAB VI REKOMENDASI PROGRAM, memuat tentang suatu desain program, landasan pemikiran dalam perencanaan program penanganan, yang didasarkan pada hasil analisa masalah penelitian dan kebutuhan serta memperhatikan potensi dan sumber yang dapat dimanfaatkan dalam penanganan masalah tersebut.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan tentang Pemberdayaan Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata power (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka. Pada konsep pemberdayaan menurut Mujiyadi B. Dan Gunawan pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya untuk menolong yang lemah atau tidak berdaya (powerless) agar mampu atau berdaya baik secara fisik, mental dan pikiran untuk mencapai kesejahteraan sosial hidupnya. Dalam konteks ini mereka dipandang sebagai aktor untuk mengatasi masalahnya. Pemberdayaan merupakan suatu proses peningkatan kondisi kehidupan dan penghidupan yang ditujukan kepada masyarakat miskin (Suharto, 2005). Dari defenisi pemberdayaan di atas menunjukkan bahwa pemberdayaan merupakan tindakan yang sangat perlu dilakukan untuk meningkatkan kemampuan orang atau kelompok yang tidak memiliki kuasa atau daya untuk bisa melakukan sesuatu agar dapat mencapai kesejahteraan dalam hidup mereka. Terutama bagi masyarakat yang masih miskin. Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam : a. Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan, dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan. b. Menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan.

10

c.

Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.

Beberapa ahli di bawah ini mengemukakan defenisi pemberdayaan dilihat dari tujuan, proses, dan cara-cara pemberdayaan (Suharto, 2005): 1) Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung. 2) Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagai pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembagalembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan, yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya. 3) Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial. 4) Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi, dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas) kehidupannya. Dengan demikian, pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan seringkali digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses. (Suharto, 2005). Dapat disimpulkan dari uraian di atas pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan di mana masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri. Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi apabila warganya ikut berpartisipasi. Suatu usaha hanya berhasil dinilai sebagai "pemberdayaan masyarakat" apabila kelompok

11

komunitas atau masyarakat tersebut menjadi agen pembangunan atau dikenal juga sebagai subyek. Disini subyek merupakan motor penggerak, dan bukan penerima manfaat (beneficiaries) atau obyek saja. Keberhasilan pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari keberdayaan mereka yang menyangkut kemampuan ekonomi, kemampuan mengakses manfaat kesejahteraan, dan kemampuan kultural dan politis.

Pemberdayaan Ekonomi Rakyat Pemberdayaan ekonomi rakyat seyogyanya dilakukan oleh pemerintah dan bekerja sama dengan rakyat itu sendiri agar dapat memecahkan permasalahan ekonomi yang dihadapi, menciptakan manusia yang lebih mandiri dan mampu memenuhi kebutuhan hidup yang serta merta dapat memberikan perubahanperubahan yang signifkan didalam kehidupan pribadi dan juga masyarakat. Hal tersebut didukung oleh penjelasan pemberdayaan ekonomi rakyat yang diungkapkan oleh Syarif (dalam Mubyarto,2002) yaitu upaya yang dilakukan pemerintah dalam pengentasan permasalahan ekonomi yang meliputi kemiskinan, untuk memberdayakan masayarakat menjadi lebih mandiri, mampu menjalani kehidupan dan berdaya dalam upaya pemenuhan kebutuhannya Sebagaimana dilihat selama ini bahwa perekonomian di Indonesia dikuasai oleh segelintir pihak yang notabene memiliki sumber daya yang besar, baik dari segi keuangan dan juga manusianya. Kemampuan menguasai pasar sehingga membuat mereka memonopoli perekonomian yang menjadikan rakyat yang tidak berdaya menjadi terpojok dan tidak punya kesempatan untuk mampu

12

bersaing dengan mereka. Oleh karena itu pemberdayaan ekonomi rakyat pada prinsipnya difokuskan pada tindakan yang pro pada rakyat dan bertujuan untuk peningkatan kemampuan rakyat. Didalam pemberdayaan rakyat itu sendiri ada sistem-sistem ekonomi kerakyatan yang digunakan dan menjadi acuan dalam pengimplementasian suatu program pemberdayaan seperti dijelaskan oleh Mubyarto (2002) bahwa sistem ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang berasas kekeluargaan, berkedaulatan rakyat, dan menunjukan pemihakan sungguh-sungguh pada ekonomi rakyat. Dalam praktiknya, sistem ekonomi kerakyatan dapat dijelaskan juga sebagai sistem ekonomi jejaring (network) yang menghubungkan sentrasentra inovasi, produksi dan kemandirian usaha masyarakat ke dalam suatu jaringan berbasis teknologi informasi, untuk terbentuknya jejaring pasar domestik diantara sentra dan pelaku usaha masyarakat. Ditinjau dari defenisi yang dituliskan di atas dapat diketahui bahwa sistem ekonomi rakyat harus berdasarkan pada sifat kekeluargaan dengan kedaulatan bagi semua penduduk dan benar-benar bertujuan untuk membantu perekonomian rakyat. Sistem ekonomi rakyat juga berfungsi sebagai suatu sistem penghubung antara hasil inovasi atau penciptaan, produksi dan kemampuan masyarakat dalam berusaha dengan menggunakan teknologi informasi untuk menciptakan jaringan pasar antara para pelaku usaha dan sentra-sentra usaha yang ada.

13

Berkaitan dengan uraian diatas, pemberdayaan usaha ekonomi rakyat itu sendiri memiliki dasar yang memperkuat implementasi suatu program pemberdayaan rakyat yang harus diemban oleh pemerintah yaitu UU Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial yang menyatakan diantaranya: Bab I Pasal 10. Pemberdayaan Sosial adalah semua upaya yang diarahkan untuk menjadikan warga negara yang mengalami masalah sosial mempunyai daya, sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasarnya
Berdasarkan isi dari pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa negara memandang tindakan pemberdayaan sosial memiliki tujuan dasar yang penting untuk warga negara yaitu memberikan kemampuan bagi semua warga negara khususnya yang memiliki masalah sosial agar bisa memenuhi kebutuhan hidupnya.

Ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang berbasis pada kekuatan ekonomi rakyat, dimana ekonomi rakyat sendiri adalah sebagai kegiatan ekonomi atau usaha yang dilakukan oleh rakyat kebanyakan yang dengan secara swadaya mengelola sumberdaya ekonomi apa saja yang dapat diusahakan dan dikuasainya, yang selanjutnya disebut sebagai Usaha Kecil dan Menengah (UKM) terutama meliputi sektor pertanian, peternakan, kerajinan, makanan, dan sebagainya yang ditujukan terutama untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dan keluarganya tanpa harus mengorbankan kepentingan masyarakat lainnya. Husni (Mubyarto, 2002). Permasalahan ekonomi rakyat salah satunya meliputi kemiskinan, dimana kemiskinan sudah menjadi permasalahan sosial yang melanda hampir di seluruh pelosok Indonesia. Upaya pembangunan sosial yang telah disinggung secara singkat di atas pada dasarnya merupakan suatu upaya pemberdayaan masyarakat. Dalam kaitan dengan hal ini, (Payne, 1997) mengemukakan bahwa suatu proses pemberdayaan (empowerment), pada intinya, ditujukan guna to help clients gain power of decision and action over their own lives by reducing the effect of social or personal blocks to exercising existing power, by increasing capacity and self-

14

confidence to use power and by transferring power form the environment to clients. (membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya) Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pemberdayaan itu berfungsi untuk memberikan kemampuan kepada seseorang untuk melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi diri orang tersebut dengan mengatasi kendala pribadi dan juga sosial. Dengan kemampuan yang ada maka orang tersebut akan memiliki rasa percaya diri yang lebih kuat dari lingkungannya. Shardlow (1998) melihat bahwa berbagai pengertian yang ada mengenai pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Dalam kesimpulannya, Shardlow menggambarkan bahwa pemberdayaan sebagai suatu gagasan tidaklah jauh berbeda dengan gagasan Biestek (1961) yang dikenal dibidang ilmu Kesejahteraan Sosial dengan nama Self-determination. Prinsip ini intinya mendorong seseorang untuk menentukan sendiri apa yang harus ia lakukan dalam kaitan dengan upaya mengatasi permasalahan yang ia hadapi. Sehingga orang tersebut mempunyai kesadaran penuh dalam membentuk hari depannya. Menurut defenisi tentang pemberdayaan diatas dapat dijelaskan bahwa pemberdayaan pada prinsipnya berkaitasn dengan individu, kelompok ataupun komunitas tentang cara-cara mereka mengendalikan hidup dan melakukan suatu usaha yang diperlukan untuk masa depan yang mereka inginkan. Yang kemudian disimpulkan bahwa ide tentang pemberdayaan hampir sama dengan yang disebut self-determination yang artinya adalah determinasi diri atau menentukan nasib

15

atau keadaan diri kita sendiri dengan berusaha mengatasi permasalahan yang dihadapi untuk membangkitkan kesadaran pada diri seseorang dalam apa yang akan diraih dalam hidupnya dimasa depan.

Kesejahteraan Sosial Terkait dengan isu pembangunan sosial dan pemberdayaan, maka dalam bidang ilmu Kesejahteraan Sosial dikenal dua bentuk intervensi sosial yang dikembangkan guna meningkatkan taraf hidup masyarakat, intervensi di level (tingkat) mikro (Individu, keluarga dan kelompok), dan Makro (komunitas dan organisasi). Kesejahteraan sosial dalam artian yang sangat luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. Taraf kehidupan yang lebih baik ini tidak hanya diukur secara ekonomi dan fisik belaka, tetapi juga ikut memperhatikan aspek sosial, mental dan segi kehidupan spiritual. Bila mengutip dari apa yang dikemukakan oleh Adi (1995) Kesejahteraan sosial dapat dianalogikan seperti kesehatan jiwa, sehingga dapat dilihat dari empat sudut pandang, yaitu:

Kesejahteraan Sosial Sebagai Suatu Keadaan (Kondisi) Sebagai suatu kondisi (keadaan) Kesejahteraan sosial dapat dilihat dari rumusan undang-undang No. 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial Bab 1, pasal 1 yang bunyinya adalah sebagai berikut:

16

Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya Menurut isi dari undang-undang tersebut dapat diinterpretasikan bahwa kesejahteraan sosial adalah suatu keadaan dimana seseorang yang merupakan warga negara dapat memenuhi semua kebutuhan hidupnya agar dapat menjalani kehidupan yang layak dan mampu mengembangkan potensi yang ada didalamnya dirinya agar mampu melaksanakan semua hal yang berkaitan dengan fungsi sosialnya didalam masyarakat.

Kesejahteraan Sosial Sebagai ilmu Sebagai suatu ilmu, pada dasarnya merupakan suatu ilmu yang mencoba mengembangkan pemikiran, strategi dan teknik untuk meningkatkan

kesejahteraan suatu masyarakat, baik di level mikro, mezzo maupun makro. Ilmu Kesejahteraan Sosial masih merupakan ilmu yang baru dimana perkembangannya baru dimulai pada awal abad ke 20. Sedangkan di Indonesia sendiri, ilmu ini baru dikembangkan pada dasa warsa 60-70an. Sehingga bila dilihat dari sudut ini, perkembangan ilmu kesejahteraan sosial masihlah sangat muda bila dibandingkan dengan cabang-cabang ilmu sosial lainnya (Mubyarto, 1994) Menurut uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan sosial sebagai ilmu diterapkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik pada skala kecil, menengah dan juga skala besar. Oleh karena itu bila dipandang dari persepsi keilmuan kesejahteraan sosial berarti pelajaran-pelajaran tentang

17

bagaimana meningkatkan kemampuan individu, kelompok atau komunitas yang menjadi objek pembelajaran agar mampu mencapai hidup yang lebih sejahtera.

Kesejahteraan sosial sebagai suatu kegiatan Sebagai suatu kegiatan, pengertian kesejahteraan sosial dapat terlihat antara lain dari defenisi yang dikembangkan oleh Friedlander (1980). Social welfare is the organized system of social services and institutions, designed to aid individuals and group to attain satisfying standards of life and health. (Kesejahteraan sosial adalah sistem-sistem layanan dan lembaga terorganisir yang dirancang untuk membantu orang-orang dan kelompok untuk mencapai pemenuhan standar hidup dan kesehatan) Dari defenisi yang dikemukakan di atas menerangkan bahwa kesejahteraan sosial itu adalah sistem yang teratur dari layanan dan juga lembaga-lembaga sosial yang bertujuan untuk membantu masyarakat dalam mencapai hidup dan kesehatan yang semestinya mereka dapatkan.

Kesejahteraan Sosial Sebagai Suatu Gerakan Sebagai suatu gerakan, isu kesejahteraan sosial sudah menyebar luas hampir ke seluruh penjuru dunia. Sehingga menjadi suatu gerakan tersendiri yang bertujuan memberitahukan kepada dunia bahwa masalah kesejahteraan sosial merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan secara seksama oleh masyarakat dunia. Salah satu pengertian yang dikembangkan dari Pre-Conference Working Committe for the 15th International Committe of Social Welfare mungkin dapat

18

digunakan sebagai landasan untuk memandang kesejahteraan sosial sebagai suatu gerakan yang global. Social Welfare is all the organized social arrangements which have as their direct and primary objective the well being of people in social context. It includes the broad range of policies and services which are concerned with various aspects of people live-their income, security, healt, housing, education, recreation, cultural traditions, etc. (Isbandi Rukminto Adi, 2006) (Kesejahteraan sosial adalah semua tindakan sosial terorganisir yang memiliki sasaran langsung dan primer yaitu kesejahteraan orang-orang dalam konteks sosial. Mencakup berbagai macam kebijakan dan layanan yang berkaitan dengan bermacam-macam aspek hidup manusia, pendapatan, keamanan, kesehatan, perumahan, pendidikan, rekreasi, tradisi kebudayaan, dll). Maksud dari pernyataan tersebut bisa dijelaskan secara ringkas yaitu kesejahteraan sosial adalah semua tindakan yang telah disusun yang dengan sasaran langsung dan terutama dilakukan untuk kesejahteraan manusia dalam lingkup sosial. Termasuk didalamnya berbagai kebutuhan hidup seperti mata pencaharian, rasa aman, kesehatan jiwa dan raga, rumah untuk bernaung, pendidikan yang layak, kesempatan melakukan rekreasi atau mendapatkan hiburan, serta menjalankan tradisi dan kebudayaan yang dianut oleh masyarakat.

Tinjauan tentang Kelompok Usaha Bersama Pemerintah dalam upayanya memberantas kemiskinan melakukan banyak program diantaranya pembentukan kelompok usaha bersama. Yang pada umumnya dibuat didesa-desa dengan masyarakat yang kebanyakan masih hidup dalam kondisi miskin atau kurang mampu. Kelompok usaha bersama adalah suatu

19

kelompok yang terdiri dari beberapa orang dengan jenis usaha yang sama dan menjalankan usaha mereka dengan visi dan misi yang sama disertai dengan aturan tentang hak dan kewajiban yang jelas. Dengan pembentukan kelompok-kelompok ini diharapkan pemberdayaan keluarga miskin dapat berjalan dengan baik dan mencapai hasil yang diinginkan. Menurut Pedoman Penumbuhan Dan Pengembangan Kelompok Usaha Bersama (Kube) dari Departemen Sosial RI, pemberdayaan keluarga miskin mengandung makna pengakuan terhadap potensi, pemberian kepercayaan, mendorong kemandirian dan peningkatan kemampuan untuk memecahkan masalah. Kelompok Usaha Bersama (KUBE) sebagai Program kesejahteraan Sosial (Prokesos) yang diluncurkan oleh pemerintah RI sejak tahun 1990. KUBE dibentuk dengan harapan agar para penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) yang terdapat di Indonesia dapat tereliminir sedikit demi sedikit. Lebih lanjut lagi, KUBE merupakan metode pendekatan yang terintegrasi dari keseluruhan proses PROKESOS dalam rangka MPMK. KUBE tidak dimaksudkan untuk menggantikan keseluruhan prosedur baku PROKESOS, kecuali untuk Program Bantuan Kesejahteraan Sosial Fakir Miskin yang mencakup keseluruhan proses. Pembentukan KUBE dimulai dengan proses pembentukan kelompok sebagai hasil bimbingan sosial, pelatihan keterampilan berusaha, bantuan stimulan dan pendampingan. Juga menurut Pedoman Penumbuhan Dan Pengembangan Kelompok Usaha Bersama (Kube) dari Departemen Sosial RI, Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah kelompok warga atau keluarga binaan sosial yang dibentuk oleh

20

warga atau keluarga binaan sosial yang telah dibina melalui proses kegiatan PROKESOS untuk melaksanakan kegiatan kesejahteraan sosial dan usaha ekonomi dalam semangat kebersamaan sebagai sarana untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sosialnya. KUBE merupakan metode pendekatan yang terintegrasi dan keseluruhan proses PROKESOS dalam rangka MPMK. Berdasarkan tinjauan di atas dapat disimpulkan bahwa KUBE tidak dimaksudkan untuk menggantikan keseluruhan prosedur baku PROKESOS kecuali untuk Program Bantuan Kesejahteraan Sosial Fakir Miskin yang mencakup keseluruhan proses. Keberadaan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) bagi fakir miskin (FM) ditengah-tengah masyarakat merupakan sarana untuk meningkatkan usaha dalam ekonomi produktif (UEP) khususnya dalam meningkatkan pendapatan, menyediakan sebagian kebutuhan yang diperlukan bagi keluarga fakir miskin atau kurang mampu, menciptakan keharmonisan hubungan sosial antara warga, menyelesaikan masalah sosial yang dirasakan keluarga kurang mampu, pengembangan diri dan sebagai wadah berbagai pengalaman antar anggota. KUBE merupakan media untuk meningkatkan motivasi warga miskin agar lebih maju secara ekonomi dan sosial, meningkatkan kerjasama dalam kelompok, mendayagunakan potensi dan sumber sosial ekonomi lokal, memperkuat kewirausahaan, mengembangkan akses pasar dan menjalin kemitraan sosial ekonomi dengan berbagai pihak terkait. Kesimpulannya, dengan sistem KUBE, kegiatan usaha yang tadinya dilakukan secara sendiri-sendiri kurang efektif kini dikembangkan dalam

21

kelompok, sehingga setiap anggota dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampulan, dalam kegiatan usaha ekonomi produktif, usaha kesejahteraan sosial serta mampu berorganisasi. Penguatan-penguatan tersebut diberikan melalui berbagai program yang bertujuan untuk meningkatkan ketidakberdayaan mereka. Program tersebut diantaranya berbentuk Usaha Ekonomis Produktif (UEP), baik di bidang warungan/jualan, perikanan, peternakan, perbengkelan, pembuatan tutup limun dan sebagainya. Agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik dan berkesinambungan dalam pengelolaan usahanya, maka mereka yang mendapatkan bantuan diorganisir/dihimpun melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE). yaitu wadah yang menghimpun dan mengelola keluarga binaan sosial yang telah mendapatkan bantuan sarana usaha dari pemerintah sebagai usaha untuk meningkatkan kesejahteraan/kehidupannya. Kelompok Usaha Bersama (KUBE) merupakan salah satu pendekatan yang digunakan Program Kesejahteraan Sosial (Prokesos) dalam memberdayakan perubahan-perubahan pada pengetahuan, keterampilan, sikap dan tingkah laku secara bersamaan dan berkesinambungan.

Tujuan KUBE diarahkan kepada upaya mempercepat penghapusan kemiskinan melalui :


1.

Peningkatan kemampuan berusaha para anggota KUBE secara bersama dalam kelompok

2.

Peningkatan pendapatan Pengembangan usaha

3.

22

4.

Peningkatan kepedulian dan kesetiakawanan sosial diantara para anggota KUBE dan dengan masyarakat sekitar. Sebagai salah satu program untuk memberdayakan dan mendorong

masyarakat untuk mandiri. Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) yang ada selama ini dapat berkembang menjadi usaha ekonomi produktif yang dapat memberikan profit sehingga KUBE tersebut tidak saja memberikan manfaat bagi anggotanya saja, tetapi juga dapat memberikan manfaat bagi warga masyarakat lainnya. Untuk dapat berkembang menjadi usaha ekonomi produktif yang menguntungkan, KUBE sangat tergantung dengan manajemennya. Dengan pengelolaan secara bersama-sama bukan tidak mungkin KUBE akan berkembang menjadi sebuah bidang usaha yang menguntungkan. Oleh karena KUBE merupakan wadah yang dibentuk dari oleh dan untuk keluarga binaan sosial sendiri, maka kepengurusannya juga dikerjakan oleh para anggotanya sendiri sekaligus melaksanakannya.

Tinjauan tentang Kelompok dalam Masyarakat Kelompok dalam suatu komunitas yang mencerminkan adanya dinamika tindakan kolektif untuk mencapai tujuan bersama, karena dalam kelompok ada kebersamaan dan kesamaan kepentingan serta tujuan sehingga keinginan yang diharapkan lebih cepat tercapai. Kelompok merupakan suatu perkumpulan individu-individu yang saling membutuhkan dan mengatasi permasalahan bersama-sama.

23

Lebih jauh dapat dijelaskan pengertian kelompok yang diambil dari penjelasan Earl E. Eubank dalam Mubyarto (2002) tentang kelompok adalah dua orang atau lebih yang terlibat dalam suatu hubungan yang berwujud interaksi psikis, hubungan-hubungan yang mereka lakukan dengan orang lain, sehingga mereka sebagai suatu kelompok dapat dipandang sebagai suatu kesatuan. Berdasarkan pengertian tersebut kelompok adalah gabungan dari beberapa individu yang memiliki keterlibatan baik dalam interaksi fisik, hubungan dengan orang lain atau hubungan sosial yang menjadikan kelompok tersebut menjadi saling terintegrasi.

Proses Pembentukan KUBE Menurut Pedoman Penumbuhan Dan Pengembangan Kelompok Usaha Bersama (Kube) dari Departemen Sosial RI, selain KUBE yang ditumbuhkembangkan melalui Program Bantuan Kesejahteraan Fakir Miskin, langkah / kegiatan pokok pembentukan KUBE untuk sasaran PMKS lainnya adalah :
1.

Pelatihan keterampilan berusaha, dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan praktis berusaha yang disesuaikan dengan minat dan ketrampilan PMKS serta kondisi wilayah, termasuk kemungkinan pemasaran dan pengembangan basil usahanya. Nilai tambah lain dari pelatihan adalah tumbuhnya rasa percaya diri dan harga diri PMKS untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dan memperbaiki kondisi kehidupannya.

24

2.

Pemberian bantuan stimulan sebagai modal kerja atau berusaha yang disesuaikan dengan ketrampilan PMKS dan kondisi setempat. Bantuan ini merupakan hibah (bukan pinjaman atau kredit) akan tetapi diharapkan bagi PMKS penerima bantuan untuk mengembangkan dan menggulirkan kepada warga masyarakat lain yang perlu dibantu

3.

Pendampingan, mempunyai peran sangat penting bagi berhasil dan berkembangnya KUBE, mengingat sebagian besar PMKS merupakan kelompok yang paling miskin dan penduduk miskin. Secara fungsional pendampingan dilaksanakan oleh PSK yang dibantu oleh infrastruktur kesejahteraan sosial di daerah seperti Karang Taruna (KT), Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), Organisasi Sosial (ORSOS) dan Panita Pemimpin Usaha Kesejahteraan Sosial (PPUKS).

Organisasi Dan Manajemen KUBE Kelompok usaha bersama sebagai suatu organisasi yang bertujuan membantu meningkatkan kemampuan anggota-anggotanya dengan tatanan dan aturan yang diberlakukan agar tujuan tersebut bisa dicapai. Sebagai suatu organisasi, kelompok usaha bersama pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana masyarakat yang memiliki jenis usaha yang sama berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya alam maupun sumber daya manusia, pengetahuan, keahlian, sarana-parasarana, data, dan sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan kelompok. Sebagai

25

suatu organisasi sudah tentu suatu kelompok usaha bersama memiliki manajemen yang mengatur tentang hak dan kewajiban anggota, pengelolaan administrasi dan keuangan, cara memasarkan hasil usaha dll. Menurut Usmara (2006), setiap organisasi pasti memiliki budaya atau sistem nilai yang unik. Memang tidak semua organisasi secara khusus dan sadar membangun budayanya. Kemampuan organisasi menandai mekanisme dinamis yang tidak terbatas yang memudahkan organisasi memperoleh, mengembangkan, dan menyebarkan sumber dayanya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Secara pragmatis, budaya organisasi dapat diartikan sebagai : Norma-norma perilaku, sosial dan moral yang mendasari setiap tindakan dalam organisasi dan dibentuk oleh kepercayaan, sikap dan prioritas para anggotanya. Dilihat dari defenisi diatas dapat diketahui bahwa setiap organisasi memiliki budaya atau sistem nilai sendiri. Walaupun tidak secara khusus ataupun dengan kesadaran membentuk budaya atau sistem nilai yang ada diorganisasinya. Kemampuan untuk mengetahui mekanisme yang dinamis memudahkan suatu organisasi untuk mendapatkan atau mengembangkan pengetahuan yang sudah dimiliki dengan menggunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Disamping itu budaya organisasi juga dapat diinterpretasikan sebagai norma prilaku, sosial dan moral yang menjadi landasan dari semua hal yang telah diimplementasikan berdasar pada kepercayaan sikap dan prioritas dari anggota organisasi itu sendiri. Tentang pentingnya organisasi selanjutnya Usmara (2006) juga

menyatakan bahwa, ketika sumber-sumber daya lain telah menjadi semakin berkurang, maka faktor pembeda yang sangat penting adalah organisasi, para anggota organisasi, dan bagaimana mereka bekerja. Organisasi perlu untuk

26

merencanakan dan mengelola anggota yang memiliki kemampuan bersaing untuk dapat mengembangkan organisasi yang dimasukinya tersebut. Pengelolaan atau manajemen suatu organisasi dimulai dengan tahap pembuatan rencana, pengorganisasian, penggerakan/pengarahan dan evaluasi hasil. Definisi manajemen yang dikemukakan oleh Daft (2003) sebagai berikut Management is the attainment of organizational goals in an effective and efficient manner through planning organizing leading and controlling organizational resources. Pendapat tersebut kurang lebih mempunyai arti bahwa manajemen merupakan upaya-upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi dengan cara yang efektif dan efisien lewat perencanaan pengorganisasian pengarahan dan pengawasan sumber-sumber daya organisasi yang tersedia. Berkaitan dengan hal itu dapat dijelaskan bahwa didalam suatu kelompok usaha bersama pengelolaanya dilakukan sendiri oleh kelompok yang didampingi oleh pendamping kube dan melibatkan seluruh anggota dengan berlandaskan pada aturan pengelolaan yang telah ditentukan.

Kepengurusan KUBE Pada hakekatnya KUBE dibentuk dari, oleh dan untuk anggota kelompok Pengurus KUBE dipilih dari anggota kelompok yang mau dan mampu mendukung pengembangan KUBE, memiliki kualitas seperti kesediaan mengabdi, rasa keterpanggilan, mampu mengorganisasikan dan mengkoordinasikan kegiatan anggotanya, mempunyai keuletan, pengetahuan dan pengalaman yang cukup serta yang penting adalah merupakan hasil pilihan dari anggotanya

27

Keanggotaan KUBE Anggota KUBE adalah PMKS sebagai sasaran program yang telah disiapkan. Jumlah anggota untuk setiap KUBE berkisar antara 5 sampai 10 orang / KK sesuai dengan jenis PMKS. Khusus untuk Pembinaan Masyarakat Terasing dan Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh pembentukan KUBE berdasarkan unit pemukiman sosial, artinya suatu unit pemukiman sosial adalah satu KUBE.

Administrasi KUBE Untuk dapat berjalan dan berkembangnya KUBE dengan baik, maka pengurus maupun pengelola KUBE perlu memiliki catatan atau administrasi yang baik, yang mengatur keanggotaan, organisasi, kegiatan, keuangan, pembukuan dan lain sebagainya. Catatan dan administrasi KUBE meliputi antara lain buku anggota, buku peraturan KUBE, pembukuan keuangan / pengelolaan hasil, daftar pengurus dan sebagainya Pembentukan KUBE dimulai dengan proses pembentukan kelompok sebagai hasil bimbingan sosial, pelatihan keterampilan berusaha, bantuan stimulun, dan pendampingan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembentukan KUBE Menurut Pedoman Penumbuhan Dan Pengembangan Kelompok Usaha Bersama (Kube) dari Departemen Sosial RI, dalam pembentukan KUBE ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. 2.

Lokasi tempat tinggal keluarga binaan sosial (KBS) berdekatan sehingga memungkinkan mereka melakukan kegiatan secara teratur. Adanya kesamaan jenis usaha ekonomis produktif.

28

Kemudahan dalam memperoleh bahan baku. Kemudahan dalam pemasaran. Kemudahan dalam pembinaan. Pengelolaan jenis usaha 5 /10 orang. 7. KUBE dikelola oleh anggota kelompok sendiri dibawah bimbingan seorang pembina / pendamping. Pelaksanaan KUBE harus melibatkan semua anggota kelompok. 8. Pembina / pendamping bersama-sama anggota kelompok berusaha agar KUBE tersebut dapat lebih ditingkatkan dan dikembangkan pada waktu mendatang. 9. Aparat Desa / Kecamatan agar memberikan petunjuk, bimbingan dan mengikuti pelaksanaan KUBE serta membantu memecahkan kesulitan yang dihadapi anggota KUBE di masyarakat. 10. Perlu dibuat aturan main dalam kelompok yang mengatur tentang hak dan kewajiban serta sanksi bagi anggota kelompok.
3.

4. 5. 6.

Menurut pedoman ini bahwa untuk membentuk kube harus memperhatikan beberapa unsur yang menjadi pertimbangan diantaranya lokasi dari masyarakat yang menjadi sasaran sebaiknya berada dalam lingkungan yang sama agar lebih mudah dibina dan dipantau agar dapat mengikuti semua kegiatan yang dilaksanakan. Terdiri dari 5 hingga 10 orang yang sebaiknya mereka mempunyai jenis usaha yang sama sehingga menjadi memungkinkan kelompok yang sudah terbentuk mendapatkan beberapa kemudian misalnya kemudahan dalam memperoleh bahan baku, kemudahan dalam memasarkan hasil produksi dan kemudahan dalam pembinaan. Sementara pengelolaan kube akan dilakukan sendiri dibawah bimbingan seorang pendamping dan melibatkan semua anggota kelompok. Yang juga tidak dapat diabaikan adalah perlunya campur tangan dan perhatian dari pihak pemerintah baik tingkat desa dan kecamatan dalam memberikan petunjuk, bimbingan kepada kelompok usaha yang ada serta memberikan jalan keluar apabila kelompok usaha mendapatkan masalah dalam pelaksanaan usaha. Yang terakhir adalah perlunya aturan yang jelas tentang hak

29

dan kewajiban dari setiap anggota dalam kelompok dan mengenakan sanksi apabila ada kesalahan yang dilakukan anggota. Prinsip pengembangan KUBE Juga Berdasarkan pada Pedoman Penumbuhan Dan Pengembangan Kelompok Usaha Bersama (Kube) dari Departemen Sosial RI, ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pengembangan KUBE agar dapat maju dan berkembang dengan baik, yaitu:
1. Penentuan nasib sendiri. Setiap anggota KUBE sebagai manusia yang

2.

3. 4. 5.

6.

7.

memiliki harkat dan martabat, mempunyai hak untuk menentukan dirinya sendiri. Kekeluargaan. Pengembangan KUBE perlu dibangun atas dasar kekeluargaan sehingga dapat menumbuhkan semangat dan sikap dalam mewujudkan keberhasilan KUBE. Kegotong-royongan. Pengembangan KUBE menuntut perlu adanya semangat kebersamaan diantara anggota KUBE. Pengembangan potensi anggota. Pengelolaan dan pengembangan KUBE didasarkan pada kemampuan dan potensi anggota KUBE. Pemanfaatan sumber-sumber setempat. Pengembangan usaha ekonomi produktif yang dilaksanakan harus didasarkan pada ketersediaan sumber-sumber yang ada di lingkungannya. Kegiatan berkelanjutan. Pengelolaan KUBE harus diwujudkan dalam program-program yang berkelanjutan. Usaha yang berorientasi pasar. Pengembangan KUBE diarahkan pada jenis usaha yang memiliki prospek yang baik dan sesuai dengan kebutuhan pasar. Tinjauan tentang Distribusi dan Jaringan Usaha

Didalam memasarkan hasil usaha diperlukan adanya sistem distribusi dan jaringan usaha. Sistem yang baik dan jaringan yang luas akan memberikan dampak yang signifikan terhadap pengembangan suatu usaha dikarenakan sistem tersebut dapat mengakomodir hasil produk yang telah dibuat. Pendistribusian

30

barang ataupun hasil produksi bisa menggunakan berbagai metode baik secara langsung maupun tidak langsung. Berkenaan dengan hal itu Winardi (1989) menjelaskan distribusi adalah suatu proses penyampaian barang atau jasa dari produsen ke konsumen dan para pemakai, sewaktu dan dimana barang atau jasa tersebut diperlukan. Proses distribusi tersebut pada dasarnya menciptakan faedah (utility) waktu, tempat, dan pengalihan hak milik. Dalam menciptakan ketiga faedah tersebut, terdapat dua aspek penting yang terlibat didalamnya, yaitu :
1. Lembaga yang berfungsi sebagai saluran distribusi (Channel of

distribution/marketing channel).
2. Aktivitas yang menyalurkan arus fisik barang (Physical distribution).

Berdasarkan uraian defenisi diatas bisa disimpulkan bahwa distribusi merupakan gabungan dari berbagai tahap dalam penyampaian suatu produk ke pembeli atau konsumen. Didalam setiap tahapan ada berbagai macam metode yang digunakan oleh masing-masing produsen dalam mendistribusikan

produknya.

Saluran Distribusi Sementara itu menurut Winardi (1989) yang dimaksud dengan saluran distribusi adalah sebagai berikut Saluran distribusi merupakan suatu kelompok perantara yang berhubungan erat satu sama lain dan yang menyalurkan produkproduk kepada pembeli. Sedangkan Philip Kotler (1997) mengemukakan bahwa

31

Saluran distribusi adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung dan terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu barang atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa saluran distribusi pada dasarnya merupakan perantara yang menjembatani antara produsen dan konsumen. Lebih lanjut menurut Winardi (1989) perantara tersebut dapat digolongkan kedalam dua golongan, yaitu; Pedagang perantara dan Agen perantara. Perbedaannya terletak pada aspek pemilikan serta proses negoisasi dalam pemindahan produk yang disalurkan tersebut. Pedagang perantara. Pada dasarnya, pedagang perantara (merchant middleman) ini bertanggung jawab terhadap pemilikan semua barang yang dipasarkannya atau dengan kata lain pedagang mempunyai hak atas kepemilikan barang. Ada dua kelompok yang termasuk dalam pedagang perantara, yaitu ; pedagang besar dan pengecer. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa produsen juga dapat bertindak sekaligus sebagai pedagang, karena selain membuat barang juga memperdagangkannya. Agen perantara. Agen perantara (Agent middle man) ini tidak mempunyai hak milik atas semua barang yang mereka tangani. Mereka dapat digolongkan kedalam dua golongan, yaitu : 1. Agen Penunjang Agen pembelian dan penjualan Agen Pengangkutan Agen Penyimpanan 2. Agen Pelengkap Agen yang membantu dalam bidang finansial Agen yang membantu dalam bidang keputusan Agen yang dapat memberikan informasi Agen khusus Menurut penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa para perantara baik pedagan perantara dan agen perantara dalam pendistribusian barang atau hasil produksi merupakan elemen yang sangat penting. Setiap perantara memiliki fungsi yang berbeda diantaranya sebagai pedagang pengecer, perantara pembelian barang,

32

perantara

pengangkutan barang yang akan dijual maupun dibeli, dan juga

perantara yang bisa menyimpan hasil penjualan atau pembelian tersebut. Ada juga agen pelengkap yang fungsinya sebagai perantara urusan keuangan atau finansial, membantu pengambilan keputusan, memberikan informasi yang dibutuhkan, serta agen khusus. Menurut Philip Kotler (1993) agar suatu kegiatan penyaluran barang dapat berjalan dengan baik (efektif dan efisien) maka para pemakai saluran pemasaran harus mampu melakukan sejumlah tugas penting, yaitu : Penelitian, yaitu melakukan pengumpulan informasi penting untuk perencanaan dan melancarkan pertukaran. Promosi, yaitu pengembangan dan penyebaran informasi yang persuasive mengenai penawaran. Kontak, yaitu melakukan pencarian dan menjalin hubungan dengan pembeli. Penyelarasan, yaitu mempertemukan penawaran yang sesuai dengan permintaan pembeli termasuk kegiatan seperti pengolahan, penilaian dan pengemasan. Negoisasi, yaitu melakukan usaha untuk mencapai persetujuan akhir mengenai harga dan lain-lain sehubungan dengan penawaran sehingga pemindahan pemilikan atau penguasaan bisa dilaksanakan. Distribusi fisik, yaitu penyediaan sarana transportasi dan penyimpanan barang. Pembiayaan, yaitu penyediaan permintaan dan pembiayaan dana untuk menutup biaya dari saluran pemasaran tersebut Pengambilan resiko, yaitu melakukan perkiraan mengenai resiko sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan saluran tersebut. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Philip Kotler diatas ada beberapa tugas penting dari pengguna saluran pemasaran agar penyaluran atau distribusi barang dapat berjalan dengan efektif dan juga efesien diantaranya yaitu melakukan penelitian terhadap saluran pemasaran yang akan digunakan, mempromosikan barang atau hasil produksi yang akan dipasarkan, menjalin kontak atau hubungan dengan para pelaku pemasaran atau pihak-pihak yang terlibat dalam pendistribusi, penyelarasan atau penyesuaian, negoisasi untuk

33

mencapai kesepakatan, distribusi fisik, menghitung pembiayaan yang dikenakan atas saluran pemasaran yang dipilih, serta pengambilan resiko terhadap segala sesuatu berkenaan dengan pelaksanaan penyaluran tersebut. Untuk melakukan distribusi yang baik juga diperlukan adanya jaringan. Jaringan akan terbentuk ketika suatu komunitas belum mampu untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, maka keterlibatan pihak lain diperlukan untuk membantu menyelesaikan permasalahan. Menurut Robert M.Z Lawang (2005) jaringan pada dasarnya yang menghubungkan satu sama lain melalui simpul-simpul (ikatan). Dalam teori Kapital Sosial pengertian jaringan dijelaskan sebagai berikut: 1. Ada ikatan antar simpul (orang atau kelompok) yang dihubungkan dalam media. 2. Ada kerja antar simpul (orang atau kelompok) yang melalui media hubungan sosial menjadi satu kerjasama. 3. Dalam kerja jaring itu ada ikatan (simpul) yang tidak dapat berdiri sendiri. Bahkan kalau satu simpul saja putus, maka keseluruhan jaring itu tidak bisa berfungsi lagi, sampai simpul itu diperbaiki lagi. Semua simpul menjadi satu kesatuan dalam ikatan yang kuat. Bisa disimpulkan bahwa jaringan merupakan penghubung antara orang atau kelompok melalui ikatan dalam suatu media hubungan sosial yang saling bekerja sama dan saling tergantung. Apabila ikatan putus maka jaringan akan putus dan tidak berfungsi hingga ikatan tersebut diperbaiki. Setiap ikatan menjadi terintegrasi dalam ikatan yang kuat.

Tinjauan tentang Pekerja Sosial Dalam melakukan pekerjaan sosial diperlukan adanya seorang yang disebut pekerja sosial. Yang cakupan pekerjaannya berkaitan dengan interaksi sosial, menjalin hubungan dengan masyarakat, membantu masyarakat mengatasi

34

permasalahan yang mereka hadapi, mendengarkan aspirasi masyarakat dan membantu mewujudkannya. Lebih lanjut tinjauan tentang pekerjaan sosial dapat dijelaskan dari kutipan-kutipan dibawah ini.

Menurut Allen Pincus dan Anne Minahan dalam Dwi Heru Sukoco (1998) Social Work is concerned with the interactions between people and their social environment which affect the ability of people to accomplish their life task, alleviate distress and realize their aspirations and values. (pekerjaan sosial berkaitan dengan interaksi antara orang-orang dan lingkungan sosial, sehingga mereka mampu melaksanakan tugas-tugas kehidupannya, mengurangi ketegangan, dan mewujudkan aspirasi dan nilai-nilai mereka) Dari defenisi di atas bisa disimpulkan makna dari pekerjaan sosial secara terperinci yaitu pekerjaan sosial erat kaitannya dengan interaksi antara orang dan lingkungannya dan bertugas untuk mengurangi ketegangan, dan mewujudkan aspirasi serta nilai-nilai yang dipahami didalam masyarakat. Rex Skidmore et al. (1988) menjelaskan bahwa pekerjaan Sosial bertujuan untuk meningkatkan keberfungsian sosial individu-individu, baik secara individual maupun kelompok, dimana kegiatannya difokuskan kepada relasi sosial mereka khususnya interaksi orang-orang dengan lingkungannya. Berdasarkan dari penjelasan yang diungkapkan diatas bahwa pekerjaan sosial memiliki tujuan untuk meningkatkan fungsi sosial dari individu maupun kelompok, dengan berfokus pada hubungan sosial yang mereka miliki khususnya jalinan interaksi antara manusia dengan lingkungannya.

Sementara itu menurut Friedlander, Walter A. dan Apte, Robert Z (1980)

35

Social Work is a professional service, based on scientific knowledge and skill in human relation, which help individuals, groups, or communities obtain social or personal satisfaction and interdependence. (Pekerjaan sosial adalah pelayanan profesional yang didasarkan pada pengetahuan dan keterampilan ilmiah guna membantu individu, kelompok, maupun masyarakat agar tercapainya kepuasan pribadi dan sosial serta kebebasan) Menurut defenisi dari Friedlander dkk, bisa diringkaskan makna dari pekerjaan sosial yaitu pekerjaan sosial sebagai pelayanan profesional yang berdasarkan pada pengetahuan dan keterampilan ilmiah yang bertujuan untuk membantu individu, kelompok dan masyarakat mencapai aspek kepuasan diri, aspek sosial dan aspek kebebasan.

Fungsi Pekerja Sosial Fungsi utama seorang pekerja sosial menurut Dwi Heru Sukoco (1991), adalah sebagai berikut : 1. Membantu orang meningkatkan dan menggunakan kemampuannya secara efektif untuk melaksanakan tugas-tugas kehidupan dan memecahkan masalah-masalah sosial yang mereka alami. Mengkaitkan orang dengan sistem sumber. Memberikan fasilitas interaksi dengan sistem-sistem sumber. Memberikan fasilitas interaksi di dalam sistem-sistem sumber. Mempengaruhi kebijakan sosial. Memeratakan atau menyalurkan sumber-sumber material. Memberikan pelayanan sebagai pelaksana kontrol sosial.

2. 3. 4. 5. 6. 7.

Sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fungsi dari pekerja sosial adalah membantu seseorang meningkatkan serta menggunakan kemampuan yang ada pada dirinya secara maksimal dalam melaksanakan semua fungsi dalam hidupnya dan mengatasi permasalahan sosial yang dihadapi. Mengaitkan

36

seseorang dengan sistem sumber dan memberikan fasilitas untuk berinteraksi dengan dan didalam sistem-sistem sumber, mempengaruhi kebijakan sosial yang ada, meratakan dan menyalurkan sumber material yang tersedia dan memberikan pelayanan sebagai pengontrol sosial dimasyarakat. Keterlibatan atau intervensi pekerjaan sosial didalam menangani masalahmasalah yang dihadapi para anggota kelompok usaha bersama, pada prinsipnya sesuai dengan peran dari pekerja sosial, sebagaimana dijelaskan oleh Spergel (1975), Zastrow (1986), dan Adi (1994) dalam Isbandi Rukminto Adi (2003) sebagai berikut: 1. Pemercepat Perubahan (Enabler) Sebagai Enabler seorang community worker membantu masyarakat agar dapat mengartikulasikan kebutuhan mereka, mengidentifikasi masalah mereka, dan mengembangkan kapasitas mereka agar dapat menangani masalah yang mereka hadapi secara lebih efektif. Dasar filosofi dari peran ini adalah help people to help themselves. 2. Perantara (Broker) Peran seorang broker (perantara) dalam intervensi makro terkait dengan upaya menghubungkan individu ataupun kelompok dalam masyarakat yang membutuhkan bantuan ataupun layanan masyarakat (community services), tetapi tidak tahu dimana dan bagaimana mendapatkan bantuan tersebut, dengan lembaga yang menyediakan layanan masyarakat. 3. Pendidik (Educator) Dalam menjalankan peran sebagai pendidik, community worker diharapkan mempunyai kemampuan menyampaikan informasi dengan baik dan jelas, serta mudah ditangkap oleh komunitas yang menjadi sasaran perubahan. 4. Tenaga Ahli (Expert) Dalam kaitan dengan peranan sebagai tenaga ahli (expert) community worker diharapkan untuk dapat memberikan masukan, saran, dan dukungan informasi dalam berbagai area. 5. Perencana Sosial (Social Planner) Seorang perencana sosial mengumpulkan data mengenai masalah sosial yang terdapat dalam komunitas, menganalisisnya, dan menyajikan alternatif tindakan yang rasional untuk menangani masalah tersebut.

37

Sebagai pemercepat perubahan seorang pekerja sosial harus mampu menginterpretasikan kebutuhan masyarakat, membantu memecahkan

permasalahan yang mereka hadapi secara efektif. Sebagai seorang perantara pekerja sosial menjadi penghubung antara individu, kelompok didalam masyarakat yang membutuhkan layanan sosial kebadan atau lembaga yang menyediakan pelayanan kepada masyarakat. Sebagai pendidik, seorang pekerja sosial semestinya memiliki pengetahuan atau informasi yang memadai dan mengetahui cara mengtransfer informasi tersebut sehingga mudah dimengerti oleh individu atau kelompok yang menjadi sasaran dari pekerjaan sosial. Sebagai tenaga ahli seorang pekerja sosial diharapkan dapat memberikan gagasan yang baik dan bermanfaat didukung oleh informasi yang luas dalam berbagai bidang. Sebagai perencana seorang pekerja sosial harus mengumpulkan data berkaitan dengan masalah sosial yang dihadapi suatu komunitas, kemudian melakukan analisis yang akurat untuk menghasilkan tindakan alternatif yang rasional dalam mengatasi masalah yang dihadapi komunitas tersebut. Dalam upaya memberikan pertolongan/pelayanan sosial, pekerja sosial didasari pula oleh tugas-tugasnya sebagaimana dikemukakan oleh Schwartz (1961) dalam Edi Suharto (2005), sebagai berikut: 1. Mencari persamaan mendasar antara persepsi masyarakat mengenai kebutuhan mereka sendiri dan aspek-aspek tuntutan sosial yang dihadapi mereka. 2. Mendeteksi dan menghadapi kesulitan-kesulitan yang menghambat banyak orang dan membuat frustasi usaha orang-orang untuk mengidentifikasi kepentingan mereka dan kepentingan orangorang yang berpegaruh (significant others) terhadap mereka. 3. Memberikan kontribusi data mengenai ide-ide, fakta, nilai, konsep yang tidak dimiliki masyarakat, tetapi bermanfaat bagi

38

mereka dalam menghadapi realitas sosial dan masalah yang dihadapi mereka. 4. Membagi visi kepada masyarakat, harapan dan aspirasi pekerja sosial merupakan investasi bagi interaksi antara orang dan masyarakat dan bagi kesejahteraan individu dan sosial. 5. Mendefinisikan syarat-syarat dan batasan-batasan sesuai dengan mana sistem relasi antara pekerja sosial dan masyarakat dibentuk. Aturan-aturan tersebut membentuk konteks bagi kontrak kerja yang mengikat masyarakat dan lembaga. Batasan-batasan tersebut juga mampu menciptakan kondisi yang dapat membuat masyarakat dan pekerja sosial menjalankan fungsinya masing-masing. Menurut penjelasan tentang dasar-dasar dalam memberikan pertolongan atau pelayanan sosial seorang pekerja sosial mengacu pada persamaan mendasar antara apa yang dirasakan oleh masyarakat tentang kebutuhan mereka dan aspek tuntutan sosial yang mereka hadapi. Pekerja sosial harus mendeteksi dan membantu orang dalam mengatasi kesulitan dan mengidentifikasi kesulitan yang ada dan mengidentifikasi pihak yang dapat memberikan pengaruh terhadap mereka. Pekerja sosial harus memberikan kontribusi mengejai ide, fakta, nilai dan konsep yang sebelumnya tidak dimiliki dalam masyarakat tetapi sebenarnya memiliki fungsi dalam menghadapi kondisi sosial dan masalah yang dihadapi oleh masyarakat tersebut. Pekerja sosial seyogyanya saling berbagi visi dengan masyarakat yang dibinanya yang merupakan investasi atau nilai penting dalam interaksi antara orang dan masyarakat demi terciptanya hidup yang lebih sejahtera. Seorang pekerja sosial harus mampu menentukan batasan-batasan yang sesuai dalam hal relasi sosial dengan masyarakat sehingga pekerja sosial dan juga masyarakat dapat menciptakan kondisi yang mendukung bagi semua pihak menjalankan fungsi dengan baik.

39

BAB III METODE PENELITIAN

Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriftif studi kasus. Penelitian studi kasus merupakan penelitian tersendiri sebagai salah satu jenis penelitian kualitatif. Studi kasus (case study)adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas (Maxfield dalam Moh. Nazir, 2005). Penelitian studi kasus (case study) merupakan penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang dalam penelitian ini digunakan untuk untuk memperoleh gambaran pemberdayaan ekonomi rakyat melalui KUBE di Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang terhadap 3 Kelompok Usaha Bersama yaitu KUBE Kolam Pembuatan Tape, KUBE Rapi Menjahit, dan KUBE Tani Ternak Kambing. Definisi dari pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia (Crewell, 1998). Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan informan, dan melakukan studi pada situasi yang alami.

40

Studi kasus dalam penelitian ini adalah menyangkut bagaimana proses pemberdayaan ekonomi rakyat melalui KUBE di Desa Bandar Setia, Manfaat yang dirasakan oleh para angota-angota KUBE, tingkat keberdayaannya, distribusi dan jaringan kerjanya serta bagaimana para anggota KUBE melakukan pengelolaan usaha melalui KUBE itu sendiri.

Sumber Data (informan)

Dalam mencari jawaban terhadap masalah penelitian data diperoleh melalui wawancara dan observasi kepada orang-orang yang dipandang memahami situasi objek yang diteliti yang disebut sebagai informan. Penentuan sumber data dilakukan secara purposive sampling, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Caranya yaitu, peneliti memilih orang tertentu yang

dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan. Dalam hal ini sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah: Sumber Data Primer Sumber data yang diperoleh langsung oleh peneliti dari informan yang berasal dari 3 Kelompok Usaha Bersama yang masing-masing diwakili oleh 1 orang informan yang dianggap memiliki kapasitas dalam memberikan jawaban atas sub problematik dari penelitian, dalam hal ini Ketua dari masing-masing KUBE serta seorang pendamping Kelompok Usaha Bersama wilayah Desa Bandar Setia.

41

Sumber Data Sekunder Sumber data yang dikumpulkan untuk melengkapi data primer, yang diperoleh dari dokumen-dokumen dari ketiga KUBE dan pendamping KUBE, Kantor Desa Bandar Setia, dan Dinas Sosial Kabupaten Deli Serdang.

Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai langkah dalam mendapatkan data dalam penelitian Pemberdayaan ekonomi rakyat menggunakan teknik dilihat dari segi cara, yaitu dengan melakukan interview (wawancara), observasi (pengamatan) dan studi dokumentasi.

Pengumpulan data dengan wawancara/interview. Teknik wawancara digunakan peneliti sebagai teknik pengumpulan data ketika berada di lapangan. Peneliti sudah menyiapkan siapa-siapa saja yang akan dilakukan interview saat di lapangan, dalam hal ini ketua dari ketiga KUBE yakni KUBE Tani, KUBE Rapi, dan KUBE Kolam serta Pendamping KUBE Desa Bandar Setia. Sebelum melakukan wawancara peneliti melakukan upaya bersosialisasi terlebih dahulu dengan memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian serta melakukan perbincangan-perbincangan ringan seputar usaha-usaha yang sudah dijalani. Ketika suasana perbincangan mulai dirasakan oleh peneliti sangat bersahabat, wawancara kemudian dilakukan peneliti dengan memperhatikan bahasa didalam penyampaian setiap pertanyaan dari sub-

42

sub problematik yang ditujukan kepada informan agar setiap pertanyaan yang diajukan dapat dimengerti oleh informan sehingga informan dapat menjawab pertanyaan dari sub-sub problematik penelitian sesuai dengan fakta dan kenyataan yang ada.

Pengumpulan data dengan observasi. Observasi dilakukan disaat situasi dan kondisi para anggota KUBE melakukan kegiatan dalam mengelola usaha yang dilakukannya dengan mengunjungi rumah anggota-anggota KUBE maupun sekretariat KUBE. Hal lain yang diamati tempat menjalankan usaha yakni di rumah masing-masing anggota KUBE, jenis usaha yang dilakukan, cara-cara mereka berusaha dan menjalin hubungan dengan konsumen dan keadaan ekonomi keluarga dari anggota KUBE. Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.

Studi Dokumentasi Saat berada di lapangan peneliti berusaha melengkapi data penelitian melalui dokumentasi-dokumentasi baik berupa foto-foto kegiatan dan foto hasil

43

dari jenis usaha, maupun pengumpulan data tambahan pendukung penelitian seperti dokumentasi dari arsip-arsip yang dimiliki oleh masing-masing KUBE. Teknik Pemeriksaan Keabsahan/Validitas Data Untuk dapat mempertanggungjawabkan data secara akurat dan benar, diperlukan pemeriksaan keabsahan data yang telah diperoleh dari hasil penggalian data, maka sebelum diberikan kesimpulan diperlukan pemeriksaan keabsahan data. Hal ini dilakukan karena tidak tertutup kemungkinan bahwa data yang diperoleh dari informan tidak benar, hal ini dilakukannya karena beberapa hal, misalnya salah mengajukan pertanyaan yang berarti jawabannya juga salah, dan keinginan untuk menyenangkan peneliti. Dalam upaya memastikan keabsahan data dan mempertanggung

jawabkannya, peneliti selama di lapangan melakukan evaluasi terhadap data-data yang sudah diperoleh ketika wawancara maupun observasi dengan melakukan perbandingan melalui pengamatan secara teliti, agar data-data yang sudah diperoleh sebelumnya tidak menimbulkan adanya perbedaan fakta dan kenyataan di lapangan. Teknik pemeriksaan keabsahan data sebagai berikut : Triangulasi Teknik ini digunakan ketika di lapangan yaitu memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data sebelumnya seperti hasil wawancara dan observasi untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Dalam hal ini peneliti melakukan pengecekan data dengan membandingkan hasil informasi data yang diperoleh dari ketua ketiga KUBE dengan hasil yang diperoleh dari sumber lain, yakni informasi dari tokoh masyarakat dan pendamping KUBE. Hal

44

ini dimaksudkan agar tidak adanya perbedaan informasi maupun data yang diperoleh dari informan KUBE dengan pendamping KUBE dan tokoh masyarakat dalam hal ini kepala desa yang dikhawatirkan adanya data yang diperoleh dari informan sebelumnya yaitu informan dari KUBE tidak sesuai dengan fakta dan kenyataan yang ada di lapangan. Hal-hal yang dipakai sebagai pembanding adalah:
1)

Data hasil observasi di lokasi KUBE di Desa Bandar Setia dengan data hasil wawancara terhadap informan KUBE

2)

Perkataan informan di tempat umum dengan perkataan informan secara pribadi (face to face)

3)

Hasil wawancara dengan dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Hasil wawancara informan dengan pendapat dan pandangan orang lain dala hal ini membandingkan hasil wawancara informan dari KUBE dengan pendamping KUBE dan tokoh masyarakat atau Kepala Desa Bandar Setia.

Ketekunan Pengamatan Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti untuk melihat segala aktivitas kegiatan para anggota-anggota KUBE dalam menjalankan usaha-usahanya baik dalam pengelolaan, cara mendistribusikan hasil usaha dari KUBE, interaksi antar anggota KUBE apakah sudah sesuai dengan hasil yang disampaikan saat wawancara ketika melihat pengamatan secara langsung di lapangan sehingga diharapkan data yang diperoleh sebelumnya benar-benar akurat dan dapat menghasilkan tujuan penelitian.

45

Teknik Analisa Data Proses analisa data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh, baik dari hasil wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Peneliti menggunakan teknik analisa seperti yang dijelaskan oleh Lexy J. Moleong (2002), sebagai berikut : Pemprosesan Satuan Pemprosesan satuan ini terdiri dari tipologi satuan dan penyusunan satuan. Tipilogi satuan adalah penggolongan satuan berdasarkan tipe yang dimiliki oleh latar sosial. Penyusunan satuan adalah menyusun dan mengarahkan satu pengertian dan tindakan sehingga dapat ditafsirkan seperti dalam bentuk latar penelitian. Langkah-langkah yang digunakan dalam pemrosesan data adalah dengan menggolongkan data dan memberi nama pada data yang telah digolongkan sesuai dengan apa yang telah dipikirkan, dirasakan dan dihayati oleh peneliti dan dikehendaki oleh latar penelitian. Kategorisasi Kategorisasi merupakan seperangkat tumpukan yang disusun atas dasar pemikiran, pendapat, dan kriteria tertentu. Langkah-langkah pengkategorian adalah : pertama pemberian nama pada setiap kategori; kedua pemberian keputusan pada tiap kategori yang hampir sama; ketiga menempatkan data pada kategori mantap; keempat menyusun kategori baru bila ada data yang belum masuk dalam kategori mantap; kelima penelaahan pada setiap kategori dan

46

membuat daftar aturan; keenam menelaah kembali data yang layak dipertahankan; ketujuh pengujian kategori untuk menemukan hubungan; kedelapan membuat strategi perluasan, pengkaitan hubungan dalam pengumpulan data dan

pemrosesan; kesembilan menghentikan pengumpulan dan pemerosesan, dan kesepuluh mengevaluasi pengkategorian secara menyeluruh dari awal sampai akhir. Penafsiran Data Penafsiran data yaitu menyusun data yang diperoleh dengan jalan menghubungkan kategori-kategori dalam kerangka sistem yang diperoleh dari data. Adapun langkah-langkahnya adalah : dimulai dengan memberikan kode pada setiap kejadian data dan mencocokkan kategori, kemudian membandingkan dengan kejadian lain dan mengintregasikan tiap-tiap kategori, memodifikasi dan menata kejelasan logika, selanjutnya kerangka disusun dalam pertanyaanpertanyaan yang beralasan tepat sehingga dapat ditarik sebuah teori.

Jadwal dan Tahap-tahap Penelitian Jadwal penelitian ini dilakukan selama 5 bulan dimulai dari bulan Februari 2011-Juni 2011. Berikut tabel tahap-tahap penelitian dan jadwal penelitian yang dilakukan di Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara.

47

Tahap-tahap Penelitian Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tahap Pra Lapangan Dalam tahap pra lapangan, peneliti menyusun rencana penelitian, dengan melakukan penjajakan awal untuk memastikan lokasi penelitian, melakukan studi literatur, menyusun proposal, seminar proposal, menyusun pedoman wawancara dan mengurus izin untuk melakukan penelitian. 2. Tahap Pekerjaan Lapangan Pekerjaan lapangan adalah pengumpulan data dan penggalian informasi dari informasi yang terkait dengan penelitian ini.

Tahap Analisis Data Dalam proses menganalisa data digunakan analisa data kuantitatif. Analisa data disajikan dengan menggunakan analisis tabel. Kemudian dijelaskan dalam bentuk kata-kata sehingga dapat mudah dipahami.

Tahap penyusunan Karya Ilmiah Akhir (KIA) Setelah pengumpulan dan pengolahan data, maka langkah berikut adalah melakukan bimbingan penulisan KIA, pengesahan hasil penulisan dan sidang hasil penulisan.

48

BAB V KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian diketahui bahwa pemberdayaan rakyat melalui kelompok usaha bersama di Desa Bandar Setia Kecamata Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang sudah berjalan beberapa tahun. Dari data profil 3 kelompok usaha bersama yang menjadi objek penelitian rata-rata usia berdirinya sudah lebih dari 3 tahun dengan jumlah anggota per kelompok adalah 10 orang yang terdiri dari ketua kelompok sekretaris dan anggota. Para anggota kelompok merasakan adanya peningkatan pendapatan yang sangat diperlukan dalam peningkatan taraf hidup keluarganya. Diantara anggota kelompok ada yang mampu mengembangkan sendiri usahanya, ada yang mampu mempekerjakan orang-orang disekitarnya. Pada kelompok usaha bersama ada pendamping yang membantu mereka baik dalam memberikan informasi dan juga pengarahan, tetapi dikarenakan jumlah pendamping yang tidak sebanding dengan jumlah kelompok usaha bersama di Desa Bandar Setia ini maka menurut beberapa informan perlu adanya penambahan jumlah pendamping yang bisa selalu mengarahkan mereka. Namun pemberdayaan melalui kelompok usaha ini dirasa belum maksimal berdasarkan pernyataan dari beberapa informan diantaranya masih banyaknya kendala maupun hambatan dalam pengembangan kelompok usaha. Kurangnya pengetahuan dan kurangnya keterampilan menjadi proses pengembangan usaha

49

menjadi lambat. Minimnya intervensi pemerintah baik dalam permodalan dan juga pemasaran juga menjadi suatu pemicu kurang efektifnya suatu kelompok usaha bersama yang dibentuk masyarakat, bisa dibilang sifat pemasaran masih secara tradisional dan belum mengenai cara-cara pemasaran yang lebih efesien dan lebih cepat. Dasar pandangan pemberdayaan rakyat melalui kelompok usaha bersama adalah bahwa upaya-upaya yang dilakukan harus diarahkan langsung pada akar persoalannya, yaitu meningkatkan kemampuan rakyat dengan mengembangkan dan mendinamisasikan potensinya, dengan kata lain, memberdayakannya. Secara praktis upaya yang merupakan pengerahan sumber daya untuk mengembangkan potensi ekonomi kelompok usaha bersama ini diarahkan untuk meningkatkan produktivitas kelompok sehingga, baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam di sekitar kelompok usaha potensinya akan meningkat bukan hanya ekonominya, tetapi juga harkat, martabat, rasa percaya diri, dan harga dirinya.. Dengan demikian, rakyat dan lingkungannya mampu secara partisipatif menghasilkan dan menumbuhkan nilai tambah ekonomis. Rakyat miskin atau yang berada pada posisi belum termanfaatkan secara penuh potensinya akan meningkat bukan hanya ekonominya, tetapi juga harkat, martabat, rasa percaya diri, dan harga dirinya. Dengan demikian, dapatlah diartikan bahwa

pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial.

50

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1990. Manajemen Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta. Moleong, J. Lexi. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rodakarya. Mubyarto. 2002. Pemberdayaan Ekonomi Rakyat dan Peranan Ilmu Sosial. Yogyakarta: YAE. Poerwadarminta, WJS. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN. Balai Pustaka. Soehartono, Irawan. 2004. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&G. Bandung: Alfabeta. Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: PT. Rafika Aditama. Badan Pusat Statistik dan Departemen Sosial. 2002. Penduduk Fakir Miskin Indonesia, BPS: Jakarta Indonesia. Badan Pusat Statistik. 1999. Penduduk Miskin (Poor Population). Berita Resmi Statistik penduduk Miskin No. 04/Th.II/July. Jakarta: CBS. Badan Pusat Statistik. 2009. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009.

51

http://berita.kapanlagi.com/ekonomi/nasional/bps-parameter-disebut-keluargamiskin-telah-jelas-e9zkcy7.html, Kamis/3Maret2011 http://id.wikipedia.org/wiki/kemiskinan, Rabu/2 Maret 2011. http://succesary.wordpress.com/2008/12/10/sistem-ekonomi-kerakyatan/, Rabu/9Maret2011 http://www.depsos.go.id/Balatbang/Puslitbang%20UKS/2005/gunawan.htm, Kamis/3Maret2011 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24720/4/Chapter%20II.pdf diakses pada 15 Juni 2011
(http://www.depsos.go.id diakses pada 17 Juni 2011)

Anda mungkin juga menyukai