OLEH:
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017
A. Analisa situasi
Desa Seribu Topeng atau Desaku Menanti terletak di dusun Baran, Kelurahan
Tlogowaru, Kecamatan Kedungkandang, Malang. Desaku Menanti adalah sebuah
program yang di gagas oleh Kementrian Sosial RI. Program Desaku Menanti adalah
salah satu upaya dari Kementerian Sosial RI untuk mengentaskan masalah kemiskinan
yang ada di Indonesia. Kementerian Sosial mempercayai Dinas Sosial kota Malang untuk
menangani Desaku Menanti. Di Kota Malang sendiri realisasi program telah dilakukan
pada bulan Maret 2016 berupa pembangunan 40 rumah bagi mantan gelandangan dan
pengemis (gepeng). Pada saat ini terdapat 40 kepala keluarga dengan 188 jiwa.
Sejumlah 40 Kepala Keluarga ini diberikan bimbingan fisik, mental dan sosial,
keterampilan, bantuan modal usaha, jaminan hidup, bantuan rumah, dan pembinaan lanjut.
Bimbingan dilakukan sejak bulan Mei 2016.
Guna memajukan para gelandangan dan pengemis sebagai warga desa, Dinas
Sosial bekerjasama dengan Lembaga Kesejahteraan Sosial Mutiara Insani. Lembaga
Kesejahteraan Sosial Mutiara ini bertugas sebagai badan yang bertanggungjawab
terhadap pendampingan WBS dan penyaluran dana dari Dinas Sosial. Adapun struktur
kepengurusan LKS diketuai oleh H. Drs. Moch.Rifai.MM, dengan wakil ketua 1 Ir.
Presetijo Adi.MSc, wakil ketua 2 Djoko Nunang, sekertaris 1 Dra.Winartiningsih.MM,
sekertaris 2 Djoko Suharsono, bendahara 1 Abdul Adjis, bendahara 2 Ayeti Mahmudah.
LKS Mutiara Insani membekali para warga desa untuk membuat sebuah produk yang
akan membantu kemajuan perkembangan desa tersebut, salah satunya yaitu pembuatan
topeng sehingga desa tersebut memiliki ikon yang dapat juga dinikmati oleh warga lain
disekitarnya sehingga mengundang para wisatawan untuk datang berkunjung untuk
sekedar berfoto-foto maupun membeli produk-produk seperti topeng dan makanan.
Pelatihan, pembekalan dan penyuluhan sering diberikan oleh berbagai pihak dengan
tujuan mengembangkan warga desa agar dapa menjalani kehidupan yang lebih layak
dengan keterampilan yang telah diberikan.
N Tanggal Waktu Metode Pelaksana Subjek
o
1 21 Maret 11.00 Wawancara Kelompok Dinas Sosial
2017 15.30 dan Volunteer Lembaga
Observasi
2 03 April 09.00 Observasi Kelompok WBS Desaku Menanti
2017 11.00
3 08 April 13.00 Wawancara Kelompok Dinas Sosial
2017 17.00 dan WBS Desaku Menanti
Observasi
B. Identifikasi Masalah
1) Jadwal Identifikasi Masalah
Managemen Keuangan
Permasalahan ini berhubungan dengan perekonomian WBS dimana WBS
terutama yang sudah melakukan usaha dagang masih belum dapat me-manage atau
mengatur keuangannya sehingga pendapatan-pendapatan yang didapatnya pada hari itu
langsung habis juga pada hari itu sehingga warga selalu kebingungan untuk memodali
usahanya dikeesokan harinya.
C. Analisa Masalah
Berdasarkan hasil assesmen yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa akar
dari permasalahan yang terjadi pasti adalah kemiskinan. Adapun permasalahan
kemiskinan berdampak pada permasalahan gaya hidup, pendidikan dan managemen
keuangan. Namun permasalahan kemiskinan telah diatasi oleh Dinas Sosial dengan
berbagai pemberian fasilitas, pelatihan, penyuluhan dan pembekalan. Pelatihan dan
pembekalan telah diberikan oleh beberapa pihak, salah satunya pelatihan dari Dinas
Pertanian adalah pembuatan tanaman hidroponik dan pelatihan yang diberikan dari
Bank Indonesia adalah pembuatan minuman sari jagung. Tidak hanya itu mahasiswa
Universitas Brawijaya juga memberikan keterampilan membuat hantaran dari kardus
bekas, dan dari mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim memberikan konseling. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggriana (2016), penelitian tersebut
menjelaskan bahwa terdapat program pendampingan diarahkan pada pemberian
berbagai ketrampilan dan keahlian kepada warga binaan sebagai bekal untuk bisa
kembali ke masyarakat. Harapannya dengan bekal ketrampilan ini warga binaan bisa
mendapatkan pekerjaan yang baik dan hidup lebih baik.
Pelatihan dan penyuluhan yang telah diberikan beberapa ada yang berjalan dengan
baik namun terdapat evaluasi atas pelatihan dan penyuluhan yang telah diberikan
sebelumnya, dimana pemberian keterampilan tidak sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki WBS (Warga Binaan Sosial), materi yang diberikan tidak sesuai dengan
kemampuan berpikir WBS, WBS dijanjikan pemasaran dari Dinas Sosial dan BI tanpa
diajarkan cara distribusi secara mandiri. Pihak-pihak terkait belum memberikan
pelatihan terkait pemasaran yang baik dan pengemasan produk yang menarik dan ramah
lingkungan. Selain itu WBS juga belum diberikan pengetahuan dasar terkait higenitas
produk. Pelatihan dan penyuluhan yang diberikan terlalu berat berat bagi WBS
sehingga banyak pelatihan dan penyuluhan yang tidak berjalan secara kontinyu. Dinas
Sosial dan pihak-pihak yang memberikan pelatihan dan penyuluhan belum menyentuh
permasalahan sosial yang mendasar yaitu perilaku hidup sehat.
Berdasarkan paparan diatas, peneliti mengangkat permasalahan sosial yang belum
ditangani oleh Dinas Sosial maupun pihak-pihak yang lain. Adapun permasalahan sosial
yang akan ditangani oleh peneliti adalah membangun perilaku hidup sehat WBS (Warga
Binaan Sosial) melalui penyuluhan dan simulasi. Melihat selama ini kehidupan di
jalanan yang sangat keras dan serba tidak sehat, para gelandangan dan pengemis
(gepeng) tentu masih merasa kesulitan untuk menerapkan gaya hidup sehat.
Menurut Lisnawati (2001) gaya hidup sehat menggambarkan pola perilaku sehari-hari
yang mengarah pada upaya memelihara kondisi fisik, mental dan social berada dalam
keadaan positif. Gaya hidup sehat meliputi kebiasaan tidur, makan, pengendalian berat
badan, tidak merokok atau minum-minuman beralkohol, berolahraga secara teratur dan
terampil dalam mengelola stres yang dialami. Sejalan dengan pendapat Lisnawati,
Notoatmojo (2005) menyebutkan bahwa perilaku sehat (healthy behavior) adalah
perilaku-perilaku atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan
dan meningkatkan kesehatan. Untuk mencapai gaya hidup yang sehat diperlukan
pertahanan yang baik dengan menghindari kelebihan dan kekurangan yang
menyebabkan ketidakseimbangan yang menurunkan kekebalan dan semua yang
mendatangkan penyakit (Hardinger dan Shryock, 2001). Menurut Solita (2007),
perilaku kesehatan merupakan bentuk pengalaman dan interaksi individu
dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang
kesehatan, serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan. Menurut Sarafino
(2006) perilaku kesehatan adalah setiap aktivitas individu yang dilakukan untuk
mempertahankan atau meningkatkan kondisi kesehatan tanpa memperhatikan status
kesehatan. Sedangkan menurut Taylor (2003) mengatakan bahwa perilaku kesehatan
adalah tindakan yang dilakukan individu untuk meningkatkan atau mempertahankan
kondisi kesehatan mereka.
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku kesehatan menurut
Taylor (2003), antara lain:
1) Faktor demografik, perilaku kesehatan berbeda-beda berdasarkan pada faktor
demografik. Individu yang masih muda, lebih makmur, memiliki tingkat
pendidikan yang lebih baik dan berada dalam kondisi stress yang rendah dengan
dukungan sosial yang tinggi memiliki perilaku sehat yang lebih baik dari pada
orang yang memiliki resources yang lebih sedikit.
2) Usia, perilaku kesehatan bervariasi berdasarkan usia. Secara tipikal perilaku
kesehatan pada anak-anak dapat dikatakan baik, memburuk pada remaja dan
orang dewasa, namun meningkat kembali pada orang yang lebih tua.
3) Nilai, nilai-nilai sangat mempengaruhi kebiasaan perilaku sehat individu.
Misalnya latihan bagi wanita sangat diinginkan bagi budaya tertentu tetapi tidak
bagi budaya lain.
4) Personal Control, persepsi bahwa kesehatan individu dibawah personal control
juga menentukan perilaku sehat seseorang. Misalnya penelitian yang dilakukan
pada Health locus of control scale yang mengukur derajat sejauh mana persepsi
individu dapat mengontrol kesehatan mereka.
5) Pengaruh Sosial, juga dapat mempengaruhi perilaku sehat individu. Keluarga,
teman, dan lingkungan kerja dapat mempengaruhi perilaku sehat.
6) Personal Goal, kebiasan perilaku sehat juga memiliki hubungan dengan tujuan
personal. Jika tujuan menjadi atlet berprestasi merupakan tujuan yang penting,
individu akan cenderung olah raga secara teratur dibandingkan jika hal itu
bukan tujuan personal.
7) Perceived Symptoms, kebiasaan sehat dikontrol oleh perceived symptoms.
Misalnya perokok mungkin mengontrol perilaku merokok mereka berdasarkan
sensasi pada paru- paru mereka.
8) Akses ke Health care delivery system, akses ke health care juga mempengaruhi
perilaku kesehatan. Menggunakan program pengobatan tuberkolosis, pap smear
yang teratur, mamogram, imunisasi, merupakan contoh perilaku kesehatan yang
secara langsung berhubungan dengan health care system.
9) Faktor kognisi, perilaku kesehatan memiliki hubungan dengan faktor kognisi,
seperti keyakinan bahwa perilaku tertentu dapat mempengaruhi kesehatan.
Menurut Roizen (1999) mengatakan ada 7 (tujuh) aspek perilaku kesehatan yang
dapat digunakan untuk mengukur perilaku kesehatan seorang individu, yaitu:
1) Makan dan minum, meliputi: a) mengkonsumsi makanan rendah kalori dan
lemak, diet berbagai jenis makanan yang bergizi tinggi; b) mengkonsumsi
makanan berbahan kacang kedelai segar; c) mengkonsumsi ikan yang kaya
omega 3; c) minum minimal 8 gelas air mineral perhari; d) sarapan setiap hari;
e) mengkonsumsi makanan yang kaya vitamin B6, C, D, E, folate, kalsium atau
suplemen; f) menghindari kurang vitamin dan tambahan mineral; g)
menghindari diet; dan h) menghindari minuman beralkohol.
2) Olah raga, meliputi: a) olah raga teratur; b) membangun stamina; dan c)
membangun kekuatan otot.
3) Kebiasan sehat, meliputi: a) menggosok gigi dan flosis setiap hari; b) tidur yang
baik; c) mendapat sinar matahari selama 10-20 menit untuk menghasilkan
vitamin D; d) menggunakan sabuk pengaman dan memiliki kantong udara di
mobil; dan e) tinggal di daerah yang memiliki udara bersih.
4) Seks, mencakup: a) memiliki seks sehat; dan b) memiliki orgasme yang lebih
sering.
5) Stres dan dukungan sosial, mencakup: a) menghindari stres yang tinggi atau
menghadapi stres dengan baik; b) hidup sesuai dengan penghasilan dan
menghindari kebangkrutan; dan c) mengembangkan hubungan sosial dengan
keluarga dan teman.
6) Berat badan dan jantung sehat, mencakup: a) mempertahankan berat badan yang
ideal; b) menjaga tekanan darah normal; dan c) kolesterol yang lebih rendah.
7) Tembakau dan rokok, meliputi: a) tidak merokok atau menggunakan produk
tembakau; b) tidak bekerja atau tinggal di daerah yang berasap; dan c)
menghindari menggunakan obat-obatan terlarang.
D. Rancangan Intervensi
a. Rencana Kegiatan
Permasalahan utama berdasarkan asesmen yaitu kurangnya perilaku hidup sehat
WBS (Warga Binaan Sosial). Melihat selama ini kehidupan di jalanan yang sangat
keras dan serba tidak sehat, para gelandangan dan pengemis (gepeng) tentu masih
merasa kesulitan untuk menerapkan gaya hidup sehat. Menurut Lisnawati (2001)
gaya hidup sehat menggambarkan pola perilaku sehari-hari yang mengarah pada
upaya memelihara kondisi fisik, mental dan social berada dalam keadaan positif.
Gaya hidup sehat meliputi kebiasaan tidur, makan, pengendalian berat badan, tidak
merokok atau minum-minuman beralkohol, berolahraga secara teratur dan terampil
dalam mengelola stres yang dialami. Sejalan dengan pendapat Lisnawati,
Notoatmojo (2005) menyebutkan bahwa perilaku sehat (healthy behavior) adalah
perilaku-perilaku atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan upaya
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. Untuk mencapai gaya hidup yang
sehat diperlukan pertahanan yang baik dengan menghindari kelebihan dan
kekurangan yang menyebabkan ketidakseimbangan yang menurunkan kekebalan dan
semua yang mendatangkan penyakit (Hardinger dan Shryock, 2001).
Kegiatan intervensi yang akan dilakukan berfokus pada perilaku hidup sehat.
Kegiatan berbentuk pelatihan yang mana terdapat penyuluhan mengenai perilaku
hidup sehat serta simulasi prilaku hidup sehat. Peneliti memberikan pelatihan berupa
penyluhan dan simulasi yang berkaitan dengan kesehatan dan kebersihan WBS
kepada para remaja di Desaku Menanti, remaja menjadi target pelatihan karena
remaja teori
b. Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan intervensi yang akan dilakukan peneliti yaitu untuk membangun
perilaku hidup sehat WBS melalui remaja yang ada di Desaku Menanti. Warga
Binaan Sosial Desaku Menanti menjadi target intervensi namun agar intervensi
yang diberikan dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan maka target sasaran
intervensi adalah remaja yang nantinya akan berperan untuk membangun perilaku
hidup sehat WBS Desaku Menanti. Adapun pelatihan yang diberikan memiliki
beberapa aspek pencapaian yaitu pmehaman mengenai perilaku hidup sehat seperti
kebersihan diri, kesehatan diri, cara dan upaya menjaga kebersihan dan kesehatan
diri. Intervensi tersebut memiliki tujuan spesifik dimana remaja yang telah
diberikan pelatihan diharapkan dapat membangun perilaku hidup sehat dimulai dari
diri sendiri kemudian di lingkungan keluarga dan lingkungan desa.
c. Kerangka Berfikir
Bentuk Target
No.Jenis Kegiatan Tujuan Waktu
Kegiatan Sasaran
1. Memberikan Memberikan Talk Show Ibu-ibu WBS Hari
penyuluhan pengetahuan tentang Desaku (kondisional)
perilaku hidup sehat Menanti Pukul
(kondisional
2. Penyuluhan Memberikan Talk Show Anak-anak Hari
dan Simulasi pengetahuan dan dapat dan remaja (kondisional)
mempraktekkan WBS Pukul
perilaku hidup sehat (kondisional)
3. Simulasi Sebagai media Lomba Anak-anak Hari
kebersihan diri realisasi perilaku dan Remaja (kondisional)
hidup sehat WBS Pukul
(kondisional)
4. Simulasi Sebagai media Lomba Warga Desaku Hari
Kebersihan realisasi perilaku Menanti (kondisional)
Rumah Huni hidup sehat di Pukul
lingkungan keluarga (kondisional
Tabel 2. Rencana pelaksanaan Intervensi
6. Monitoring danEvaluasi
a) Monitoring
Monitoring dapat didefinisikan sebagai suatu proses mengukur, mencatat,
mengumpulkan, memproses dan mengkomunikasikan informasi untuk membantu
pengambilan keputusan manajemen proyek/program. Monitoring dalam penelitian
ini dilakukan menggunakan observasi, dokumentasi angket. Monitoring dilihat
dari 3 aspek yaitu:
Peserta
Tahap awal sebelum proses pelatihan, monitoring dilakukan terhadap:
a. Kriteria peserta: Ibu-ibu WBS
Anak-anak dan remaja WBS
b. Jumlah peserta minimal 25 orang
Fasilitator/Trainer
Monitoring yang dilakukan terhadap Fasilitator adalah:
Tahap awal sebelum proses penyuluhan dan simulasi, monitoring dilakukan
terhadap:
a. Kemampuan fasilitator menyiapkan segala kebutuhan kegiatan.
b. Kemampuan fasilitator menyampaikan teknis lomba dengan jelas.
7. Evaluasi
Evaluasi bertujuan untuk melihat tingkat keberhasilan kegiatan yang akan menjadi
bahan evaluasi dalam kegiatan selanjutnya. Evaluasi memberikan informasi mengenai
tepat atau tidaknya strategi yang dipakai dan ketepatan metode yang dipilih.
Pelaksanaan evaluasi dilaksanakan secara periodik dan berkala, dapat bersifat internal
peneliti maupun partisipatif peserta kegiatan, sebagai umpan balik rangkaian kegiatan.
Evaluasi kegiatan dilakukan seminggu setelah kegiatan berakhir. Evaluasi dilakukan
dengan metode observasi, dokumentasi dan angket/kuisioner yang sesuai dengan hasil
diskusi peserta.
MONITORING KEGIATAN
NAMA: ...................................................
Peserta
4. Apakah menurut saudara/i apakah sesuai pengetahuan mengenai perilaku hidup sehat untuk
peserta?
a. Sangat sesuai c. Sesuai namun kurang jelas
b. Sesuai d. Tidak sesuai
Fasilitator
FASILITATOR
1. Fasilitator berinteraksi baik dengan peserta
2. Fasilitator menjelaskan materi dengan jelas
3. Fasilitator merespon pertanyaan peserta dengan baik
4. Peserta mampu menanggapi hasil perlombaan
Keterangan:
KUESIONER EVALUASI KEGIATAN
1) Apakah ibu hadir dalam penyuluhan yang diadakan? Jika iya/tidak berikan alasannya.
Jawab :
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
2) Apakah ibu ikut berpartisipasi dalam perlombaan yang diadakan? Jika iya/tidak berikan
alasannya.
Jawab :
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
6) Apa kendala yang dihadapi Warga Desaku Menanti dalam menjaga kebersihan lingkungan
dan kesehatan?
Jawab :
__________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________
LEMBAR OBSERVASI EVALUASI KEGIATAN UNTUK PENELITI
Tanggal: ..............................................