Anda di halaman 1dari 32

MODIFIKASI PERILAKU

Memahami Teknik Pembiasaan Dan Imitasi

Diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Teori & Teknik Konseling yang diampu oleh
Ibu Amherstia Pasca Rina, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Disusun Oleh:

Kelompok IV

Andreas Kurniawan P. 1511600119


Dea Yustina P. 1511600150
Dwi Putri Rahmawati 1511600133
Nabila Diniarti 1511600117
Natya Lakshita 1511600172
Oktavia Nurjannah 1511600100

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945

SURABAYA
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Modifikasi Perilaku tanpa ada halangan suatu apapun. Adapun tujuan dari penyusunan
makalah ini agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami Teknik Pembiasaan Dan
Imitasi.

Dalam menyelesaikan makalah ini, kami tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Amherstia Pasca Rina, S.Psi., M.Psi., Psikolog selaku dosen mata kuliah
Modifikasi Perilaku.
2. Teman-teman di kelompok empat dalam mata kuliah Modifikasi Perilaku.

Kami telah berusaha menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya agar bermanfaat
bagi para pembaca. Kami selaku penyusun masih menyadari bahwa kami masih banyak
kelemahan dalam menyusun tugas ini. Oleh karena itu, kami mohon saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak dalam memperbaiki tugas selanjutnya.

Surabaya, 5 April 2019

Penyusun

ii | P a g e
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ................................................................................................... i

Kata Pengantar ...................................................................................................... ii

Daftar Isi ................................................................................................................. iii

Tahap 3: Cara Merencanakan Intervensi ........................................................... 1-16

Intervensi dan rencana ............................................................................................. 1


Memilih intervensi ................................................................................................... 1
Kriteria untuk memilih intervensi ............................................................................ 2-6
Perencanaan intervensi ............................................................................................ 7
- Jenis rencana ............................................................................................................ 7-10
- Pertimbangan dalam perencanaan ........................................................................... 10-13
- Menguraikan rencana .............................................................................................. 14
Keterampilan untuk bekerja dengan klien ............................................................... 14-16

Tahap 4: Mengembangkan Keterampilan Membantu Diri Sendiri ................. 17-28

Penolong Sebagai Pelatih (Helper as Trainer) ........................................................ 17-18


Speaking Skills ........................................................................................................ 18-21
Demonstrating Skills ............................................................................................... 21-22
Coaching Skills ........................................................................................................ 23-28

Daftar Pustaka ....................................................................................................... 29

iii | P a g e
A. Applying Extinction
1) Pengertian
Extinction merupakan sebuah teknik modifikasi perilaku untuk mengatasi
perilaku bermasalah dengan cara menghapus atau menghilangkan penguat dari
perilaku tersebut agar frekuensinya dapat berkurang dan menghilang. Bab ini akan
menjelaskan bagaimana penerapan extinction untuk menghilangkan perilaku yang
bermasalah.

2) Prosedur Applying Extinction


 Mengumpulkan data untuk mencari tahu efek dari penerapan extinction
Pengamatan dan pencatatan perilaku subyek yang bermasalah merupakan
komponen yang penting dalam memodifikasi perilaku seseorang. Pengamatan dan
pencatatan perilaku subyek dilakukan saat sebelum dan sesudah diterapkannya
extinction untuk mengetahui apakah perilaku tersebut berkurang atau tidak. Perlu
diketahui bahwa hal penting saat menerapkan prosedur extinction atau teknik
modifikasi perilaku lainnya adalah dengan mengumpulkan data tentang perilaku
yang bermasalah dan mendokumentasikan setiap perubahan perilaku yang ada
setelah diterapkannya extinction. Jika tidak ada perubahan pada perilaku
bermasalah setelah diterapkannya extinction, maka yang dilakukan adalah
meninjau ulang tentang perilaku tersebut tersebut serta prosedur treatmentnya.

 Mengidentifikasi penguat dari perilaku bermasalah melalui penilaian


fungsional
Dalam penilaian fungsional, mengidentifikasi antecedent dan konsekuensi dari
perilaku bermasalah merupakan langkah penting dalam mengunakan prosedur
penghapusan agar lebih efektif. Mengidentifikasi penguat secara spesifik dan tepat
pada perilaku bermasalah akan membantu untuk menghilangkannya dalam
prosedur penghapusan.
Berbagai peristiwa dapat menjadi penguat dari perilaku yang bermasalah, dua
orang yang berbeda dapat memunculkan perilaku bermasalah yang sama dimana
perilaku tersebut diperkuat oleh stimulus yang berbeda. Contohnya ketika
seseorang anak berperilaku agresif karena ingin perhatian (reinforce) orang tuanya,
sedangkan anak lain berperilaku agresif karena ingin mendapatkan mainan
(reinforce) dari saudara kandungnya. Penguatan di bagi menjadi dua bagian, yaitu
1|Page
penguatan positif yang akan menghasilkan perilaku yang diinginkan, sedangkan
penguatan negatif dapat menghasilkan perilaku yang tidak sesuai. Keberhasilan
menggunakan treatment ini tergantung dari penguat dari perilaku bermasalah yang
telah teridentifikasi.

 Menghilangkan penguat
Extinction melibatkan penghapusan penguat di setiap perilaku bermasalah.
Sejumlah pertimbangan yang perlu dilakukan agar dapat berhasil dalam
menerapkan prosedur extinction adalah sebagai berikut :
 Melakukan identifikasi penguat
Sebelum menerapkan prosedur extinction, sebaiknya harus mengidentifikasi
penguat apa yang membuat perilaku bermasalah itu muncul. Jika tidak melakukan
identifikasi dengan tepat akan terjadi kegagalan dalam penerapan prosedur
extinction.
 Menghapus penguat
Setelah melakukan identifikasi penguat, maka langkah selanjutnya adalah
mengkondisikan apakah orang yang terlibat dalam prosedur extinction ini (orang
tua, guru, klien, perawat, dan sebagainya) dapat mengontrol penguat. Jika orang
yang ikut serta tidak dapat melakukannya, maka prosedur extinction ini tidak akan
berhasil.
 Apakah prosedur extinction ini aman?
Sebelum memutuskan untuk menerapkan prosedur extinction, sangat penting untuk
menentukan apakah prosedur ini dapat membahayakan orang yang memiliki
perilaku bermasalah itu sendiri atau orang lain di lingkungan sekitarnya.
 Dapatkah ledakan extinction di tolerir?
Penerapan prosedur extinction sering disertai dengan ledakan extinction, di mana
perilaku meningkat dalam frekuensi, durasi, atau intensitas, serta perilaku baru atau
respons emosional dapat muncul (Goh & Iwata, 1994; Lerman, Iwata, & Wallace,
1999; Vollmer et al., 1998). Sebelum memutuskan untuk menggunakan extinction,
harus mengantisipasi ledakan extinction dan memastikan bahwa orang-orang yang
terlibat dalam prosedur ini dapat mentolerir peningkatan perilaku.
- Dapatkah pemeliharan secara konsistensi?
Orang yang terlibat dalam prosedur extinction ini harus konsisten dalam
menghilangkan penguat yang dapat menguatkan perilaku bermasalah yang terjadi.

2|Page
Jika perilaku bermasalah itu mendapatkan penguat lagi maka prosedur extinction
akan gagal.

 Memperhatikan jadwal pemberian penguat sebelum extinction


Pemberian penguatan pada perilaku bermasalah sebelum diterapkannya
prosedur extinction akan dapat mempengaruhi perubahan perilaku saat prosedur
extinction sedang berlangsung (Ferster & Skinner, 1957; Skinner, 1953). Jika
penguat diberikan secara terus menerus atau konsisten terhadap perilaku
bermasalah, maka ketika diterapkannya extinction, perilaku tersebut akan
berkurang lebih cepat, tetapi jika penguatan yang di berikan tidak konsisten atau
hanya diwaktu-waktu tertentu, maka perilaku bermasalah akan cenderung menurun
lebih bertahap selama prosedur extinction diterapkan.

 Memberikan penguat untuk perilaku alternative


Prosedur extinction harus digunakan secara bersamaan dengan prosedur
penguatan. Prosedur extinction akan mengurangi frekuensi perilaku bermasalah
sedangkan, prosedur penguatan meningkatkan perilaku alternatif untuk mengganti
perilaku bermasalah. Ketika perilaku alternatif menghasilkan konsekuensi
penguatan yang sama dengan perilaku bermasalah yang telah dilakukan maka kecil
kemungkinan perilaku bermasalah akan terjadi setelah proses extinction selesai
(spontaneous recovery).
Fokus utama modifikasi perilaku adalah untuk mengembangkan perilaku yang
diinginkan yang dapat berfungsi dalam kehidupan sehari-hari dan meningkatkan
kehidupan orang tersebut (Goldiamond, 1974).

 Menunjukkan generalisasi dan pemeliharaan


Setelah mengidentifikasi dan menghilangkan penguat yang mempertahankan
perilaku bermasalah serta telah menerapkan prosedur penguatan untuk
meningkatkan perilaku alternative yang diinginkan, maka harus mempromosikan
generalisasi dan pemeliharaan perubahan perilaku tersebut. Generalisasi perubahan
perilaku setelah diterapkannya prosedur extinction berarti bahwa perilaku
bermasalah akan berhenti (dan perilaku alternatif akan terjadi) dalam semua situasi
yang relevan. Pemeliharaan berarti bahwa perubahan perilaku akan berlangsung
seiring berjalannya waktu. Untuk mempromosikan generalisasi, extinction harus

3|Page
diimplementasikan secara konsisten oleh semua orang yang terlibat dalam prosedur
ini dan harus diimplementasikan dalam semua keadaan di mana perubahan
perilaku diharapkan. Untuk mempromosikan pemeliharaan perubahan perilaku
yang terjadi, maka penting untuk menerapkan prosedur extinction setiap kali
perilaku bermasalah terjadi lagi.

3) Keunggulan dan Kelemahan Applying Extinction


 Keunggulan Applying Extinction
 Prosedur ini harus di kombinasikan dengan prosedur lain yag telah terbukti
efektif diterapkan dalam berbagai situasi. Pengurangan perilaku yang
diinginkan berlangsung lebih cepat bila, prosedur penghapusan
dikombinasikan dengan pengukuhan perilaku yang diinginkan
 Prosedur penghapusan menimbulkan efek yang lama
 Prosedur penghapusan tidak menimbulkan efek samping yang negatif.

 Kelemahan Applying Extinction


 Efek tidak terjadi dengan segera setelah konskuensi yang menguatkan di
hilangkan dapat menimbulakn masalah dalam penerapannya.
 Perilaku ini dapat membahayakan dirinya atau orang lain (berperilaku agresif
dan destriktif) yang harus dihentikan segera atau mengkombinasikan dengan
cara lain.
 Frekuensi dan intensitas sementara meningkat cenderung bertambah karena
menghentikan pengukuhan tidak pada waktu yang tepat.
 Perilaku yang lain termasuk perilaku agresif sering timbul, karena kekecewaan
tidak memperoleh pengukuhan yang biasanya di dapat.
 Imitasi perilaku orang lain
 Perilaku yang dilakukan berulang kali dan tidak mendapat perhatian oleh
orang lain maka di anggap sebagai mendapatkan persetujuan. Sehingga
perilaku cenderung ditiru oleh orang lain, namun sulit dilakukan bila subyek
berada di dalam kelompok.
 Kesukaran menemukan pengukuhan yang mengontrol

4) Penerapan Applying Extinction


4|Page
Willy adalah seorang pria berusia 54 tahun dengan keterbelakangan mental
ringan. Baru-baru ini dia pindah ke sebuah panti karena orangtuanya sudah tidak
mampu untuk merawatnya lagi. Willy menghabiskan seluruh hidupnya bersama
dengan orangtuanya sebelum pindah ke panti. Di panti, Willy menunjukkan
perilaku yang bermasalah, dia selalu saja mendebat perkataan staf saat diminta
untuk melakukan tugas-tugas pelatihan seperti memasak, membersihkan, mencuci
atau keterampilan untuk hidup mandiri lainnya. Wawancara penilaian fungsional
dan pengamatan program ABC (Antecedence-Behavior- Consequence)
menghasilkan informasi sebagai berikut, pencetus dari perilaku Willy adalah
seorang staf wanita yang meminta Willy untuk melakukan tugas-tugas pelatihan,
jika yang meminta tersebut adalah staf pria, Willy tidak menunjukkan adanya
perilaku bermasalah. Perilaku yang ditunjukkan Willy ketika staf wanita yang
memintanya adalah dengan menolaknya dan mengatakan “itu pekerjaan wanita”,
“seorang wanitalah yang harus mengerjakan itu”, atau “itu bukan pekerjaan pria”.
Perilaku tersebut berlangsung selama 15 menit tetapi pada akhirnya Willy akan
tetap menyelsaikan tugasnya. Konsekuensi dari perilaku Willy adalah staf wanita
yang meminta Willy akan berdebat dengan Willy dengan mengatakan bahwa dia
tidak boleh mengatakan hal-hal seperti itu dan meyakinkan Willy bahwa laki-laki
juga harus melakukan tugas-tugas mandiri seperti ini juga. Staf wanita yang
berdebat dengan Willy sering terlihat kesal dengan komentar seksis yang Willy
katakan dan akan berdebat sampai Willy melakukan tugas-tugas yang dimintanya.
Dari informasi yang sudah didapat, penilaian mengarah pada sebuah hipotesis
bahwa anggota staf wanita yang meminta Willy untuk mengerjakan tugas-tugas
pelatihan akan memberikan respon berupa berdebat, menjelaskan dan reaksi
emosional saat Willy menolaknya serta berkomentar seksis padanya akan menjadi
penguat bagi perilaku Willy tersebut. Penguatan negatif seperti melarikan diri dari
tugas sepertinya tidak terlalu berperan karena pada akhirnya Willy akan
menyelesaikan tugas-tugasnya itu.
Staf ingin mengurangi frekuensi komentar seksis Willy dan penolakan untuk
menyelesaikan tugasnya. Hasil penilaian fungsional menyarankan bahwa untuk
mengurangi perilaku yang bermasalah, anggota staf wanita harus menghilangkan
perhatian mereka setelah perilaku yang bermasalah itu muncul. Pengelola panti
mengadakan pertemuan dengan seluruh staf untuk mengajari mereka cara
menggunakan extinction untuk mengurangi perilaku Willy.

5|Page
Pertama, dia memberi tahu staf tentang hasil penilaian fungsional bahwa
perhatian anggota staf wanita tampaknya memperkuat perilaku yang bermasalah.
Pengelola tersebut kemudian mengatakan kepada stafnya bahwa mereka harus
menghilangkan penguat agar perilaku bermasalah dapat berkurang. Dia memberi
stafnya instruksi seperti berikut: "Setiap kali Anda meminta Willy untuk
menyelesaikan tugas dan dia menolak atau membuat komentar seksis, jangan
ulangi permintaan itu dan jangan menanggapi Willy dengan cara apa pun. Jangan
berdebat dengannya. Jangan mencoba membujuknya melakukan tugasnya. Jangan
mencoba menjelaskan kepadanya bahwa ucapan seksisnya itu tidak dapat diterima.
Jangan tunjukkan Willy segala macam reaksi emosional. Jangan membuat wajah
yang terlihat kecewa atau kesal. Cukup berjalan pergi dan melakukan kegiatan lain
ketika Willy menunjukkan perilaku yang bermasalah. ”
Setelah memberikan instruksi untuk penggunaan extinction, pengelola panti
mencontohkan penggunaan extinction untuk stafnya. Dia meminta Willy menolak
permintaan dan membuat komentar seksis, dan sebagai tanggapan, dia pergi begitu
saja dan tidak menanggapi perilaku bermasalah Willy. Selanjutnya, ia memainkan
peran sebagai Willy dan meminta setiap anggota staf berlatih menggunakan
prosedur extinction sebagai tanggapan terhadap perilaku bermasalah Willy. Setelah
setiap anggota staf telah menunjukkan penggunaan extinction dalam demonstrasi
role play dengan variasi yang berbeda dari perilaku bermasalah Willy, pengelola
panti menginstruksikan stafnya untuk menggunakan prosedur dengan Willy setiap
kali dia menunjukkan perilaku yang bermasalah dalam menanggapi permintaan
staf wanita. Dia memperingatkan staf bahwa mereka semua harus menggunakan
prosedur extinction secara konsisten, dengan harus mengabaikan komentar seksis
Willy, tidak peduli seberapa mengecewakan komentar tersebut. Dia menekankan
bahwa jika hanya satu orang yang terus menanggapi perilaku bermasalah Willy
dengan perhatian, Willy akan terus menunjukkan perilaku yang bermasalah dan
prosedur extinction tidak akan berhasil. Dia juga memperingatkan anggota stafnya
bahwa ada kemungkinan perilaku Willy akan semakin parah ketika mereka mulai
menggunakan extinction. Penolakannya mungkin menjadi lebih keras atau lebih
lama, dan dia mungkin membuat komentar yang lebih mengecewakan. Staf harus
siap untuk ledakan extinction ini dan terus mengabaikan perilaku Willy.
Dalam kaitannya dengan prosedur extinction ini, pengelola panti
menginstruksikan anggota stafnya untuk memuji Willy segera setelah dia

6|Page
mengerjakan tugas yang mereka minta. Dia mengatakan kepada stafnya bahwa
mereka harus memperkuat perilaku kooperatif Willy dengan perhatian mereka,
sehingga perilaku ini akan meningkat saat perilaku bermasalahnya berkurang.
Karena Willy tidak akan menerima perhatian anggota staf karena menolak
mengerjakan tugasnya dan membuat komentar seksis, sangat penting bagi Willy
untuk menerima perhatian anggota staf saat dia bersikap kooperatif.

Untuk mempromosikan generalisasi perubahan perilaku, pengelola panti


menekankan bahwa semua staf harus menggunakan prosedur extinction (dan
prosedur penguatan) setiap saat dan dalam semua situasi dengan Willy. Hal ini
berarti bahwa semua staf baru dan staf pengganti harus dilatih untuk menggunakan
prosedur ini. Selanjutnya, dia mengadakan pertemuan dengan orang tua Willy dan
meminta bantuan mereka ketika Willy pulang kerumah pada akhir pekan. Karena
dia tidak ingin perilaku itu diperkuat pada akhir pekan, dia meminta orangtua
Willy untuk melakukan salah satu dari dua hal. Mereka bisa menahan diri untuk
tidak meminta Willy melakukan tugas apa pun ketika dia ada di rumah, atau
mereka bisa menggunakan prosedur extinction dengan cara yang sama seperti yang
digunakan staf. Dengan tidak meminta Willy untuk melakukan tugas apa pun,
mereka akan menggunakan prosedur kontrol stimulus di mana mereka
menghilangkan pemicu dari perilaku yang bermasalah itu muncul sehingga
perilaku tersebut tidak akan terjadi. Willy tidak bisa menolak untuk melakukan
tugas jika dia tidak pernah diminta untuk melakukannya, karena ibu Willy selalu
melakukan segalanya untuk Willy sebelumnya, dia paling nyaman dengan pilihan
ini.
Anggota staf mengumpulkan data tentang berapa kali Willy menolak untuk
menyelesaikan tugas dan mendapati bahwa penolakannya menurun seiring waktu
setelah prosedur extinction dilaksanakan. Willy akan menolak sesekali, tetapi staf
tidak memperkuat perilaku tersebut dan penolakan tidak berlangsung lama. Paling
sering, Willy menyelesaikan tugas yang diminta staf begitu mereka memintanya.

B. Differential Reinforcement
Pengertian Differential Reinforcement (Penguatan Differensial)
Differential reinforcement adalah prosedur yang digunakan untuk
meningkatkan terjadinya perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku yang

7|Page
tidak diinginkan. diiferential reinforcement melibatkan penerapan reinforcement
dan extinction yang. Ada 3 jenis differential reinforcement, yaitu :
a) DRA (Differential Reinforcement of Alternative Behavior)
b) DRO (Differential Reinforcement of Other Behavior)
c) DRL (Differential Reinforcement of Low Rates of Responding)

1) DRA (Differential Reinforcement of Alternative Behavior)

DRA didefinisikan sebagai prosedur perilaku yang digunakan untuk


meningkatkan frekuensi perilaku yang diinginkan dan untuk mengurangi frekuensi
perilaku yang tidak diinginkan. Perilaku yang diinginkan diperkuat setiap kali
perilaku itu terjadi. Hal ini dapat meningkatkan kemungkinan perilaku yang
diinginkan di masa depan. Pada saat yang sama, setiap perilaku yang tidak
diinginkan bisa mengganggu perilaku yang diinginkan untuk tidak lagi diperkuat.
Hal ini yang membuat DRA melibatkan penguatan untuk perilaku yang diinginkan
dan memunahkan atau mengurangi perilaku yang tidak diinginkan.

 Kapan Menggunakan DRA


Sebelum menerapkan DRA, Anda harus memutuskan apakah itu prosedur
yang tepat dalam situasi tertentu. Untuk menentukan apakah DRA sesuai, Anda
harus menjawab tiga pertanyaan.
 Apakah Anda ingin meningkatkan tingkat perilaku yang diinginkan?
 Apakah perilaku sudah terjadi setidaknya sesekali?
 Apakah Anda memiliki akses ke penguat yang dapat Anda berikan setelah
kejadian perilakunya?

DRA adalah prosedur untuk memperkuat perilaku yang diinginkan. Namun


yang diinginkan perilaku harus terjadi setidaknya sesekali jika Anda ingin
memperkuatnya. Jika perilaku tidak terjadi sama sekali, DRA dengan sendirinya
bukan prosedur yang tepat. Anda harus dapat mengidentifikasi penguat yang dapat
Anda gunakan setiap kali perilaku terjadi. Jika Anda tidak dapat mengidentifikasi
penguat atau jika Anda tidak memiliki kendali atas penguat, Anda tidak dapat
menggunakan DRA.

8|Page
 Prosedur Menggunakan DRA
Ada beberapa langkah untuk terlibat dalam menggunakan DRA secara efektif.
Langkah-langkah ini dijelaskan di sini.
a. Definisikan Perilaku yang Diinginkan
Anda harus mengidentifikasi dan mendefinisikan perilaku yang diinginkan
dengan jelas yang Anda rencanakan untuk ditingkatkan dengan DRA. Definisi
perilaku yang jelas dari perilaku yang diinginkan untuk membantu memastikan
bahwa Anda memperkuat perilaku yang benar dan memungkinkan Anda untuk
merekam perilaku tersebut untuk menentukan apakah perawatan yang dilakukan
berhasil.

b. Definisikan Perilaku yang Tidak Diinginkan


Anda juga harus mendefinisikan dengan jelas perilaku yang tidak diinginkan
yang Anda rencanakan untuk dikurangi dengan DRA. Definisi perilaku yang tidak
diinginkan membantu memastikan bahwa Anda tidak menggunakan penguatan
ketika perilaku yang tidak diinginkan terjadi dan juga memungkinkan Anda untuk
merekam perilaku yang tidak diinginkan untuk menentukan apakah perilaku
mereka berkurang setelah menggunakan DRA.

c. Identifikasi Penguat
DRA bertujuan untuk menguatkan perilaku yang diinginkan dan menahan
penguatan untuk perilaku yang tidak diinginkan. Sebab itu, pentingnya
mengidentifikasi penguat apa yang akan dilakukan atau digunakan karena akan
berbeda perlakuan untuk satu orang dengan orang yang lainnya.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penguat,
yaitu:
 Menggunakan penguat yang mempertahankan perilaku yang tidak
diinginkan. Contohnya, ketika perawat memberikan perhatian yang akan
memperkuat perilaku mengeluh (perilaku yang tidak diinginkan) lalu perawat
bisa menggunakan perhatiannya untuk memperkuat pembicaraan yang lebih
positif daripada mengeluh.
 Melakukan observasi dan mencatat kegiatan atau hal-hal yang menarik bagi
individu yang ingin kita ubah perilakunya. Contohnya, bermain game,
shopping, dll.

9|Page
 Bertanya langsung kepada orang yang bersangkutan
 Mencoba berbagai stimulus yang berbeda dan lihat mana yang berfungsi
sebagai penguat atau yang disebut dengan Preference Assessment :
- Single Stimulus Assessment : stimulus dihadirkan satu per satu secara
bergantian dan lihat apakah individu tersebut mendekati stimulus yang
diberikan.
- Paired Stimulus Assessment : dua stimulus dihadirkan dalam waktu yang
bersamaan dan lihat stimulus mana yang dipilih
- Multiple Stimulus Assessment : lebih dari dua stimulus dihadirkan dalam
waktu yang bersamaan kemudian terapis dapat mencatat stimulus mana yang
didekati oleh individu tersebut.

Salah satu cara untuk mengidentifikasi penguat adalah dengan mengamati


orang tersebut dan mencatat kegiatan atau minat yang ia kejar. Selain itu, cara lain
untuk mengidentifikasi penguat yaitu dengan cara mengajukan pertanyaan kepada
mereka. Contohnya, apa yang kamu suka? atau ‘bagaimana caramu menghabiskan
waktu luangmu?’
Kebanyakan orang bisa memberitahu Anda setidaknya beberapa hal yang bisa
Anda gunakan sebagai penguat. Orang tua atau guru yang mengenal orang tersebut
dengan baik juga bisa memberikan informasi tentang apa yang mereka sukai untuk
Anda.

d. Perkuat Perilaku yang Diinginkan


Penting untuk memperkuat perilaku segera setelah perilaku yang diinginkan
itu terjadi jika Anda mau perilaku itu meningkat. Sejalan dengan itu, keterlambatan
dalam penguatan perilaku yang diinginkan akan membuat DRA kurang efektif.
Selain itu, Anda harus memperkuat perilaku yang diinginkan setiap orang waktu
itu terjadi. Perilaku yang diperkuat pada jadwal penguatan berkelanjutan,
setidaknya pada awalnya, lebih cenderung meningkat ke tingkat yang diinginkan
dan untuk menggantikan perilaku yang tidak diinginkan untuk tidak diperkuat
(Vollmer, Roane, Ringdahl, & Marcus, 1999).

e. Hilangkan Perilaku yang Tidak Diinginkan

10 | P a g e
Anda harus mengidentifikasi dan menghilangkan penguatan untuk perilaku
yang tidak diinginkan. Jika penguat untuk perilaku yang tidak diinginkan tidak
dapat dihilangkan sepenuhnya, itu setidaknya harus diminimalkan sehingga kontras
antara penguatan perilaku yang diinginkan dan yang tidak diinginkan
dimaksimalkan.

Contohnya, ketika perawat menaikkan durasi untuk membicarakan hal-hal


yang lebih positif daripada durasi untuk mendengarkan kliennya mengeluh.
Dengan kata lain, ada lebih banyak dorongan untuk membicarakan hal-hal positif
daripada untuk mengeluh.

f. Gunakan Penguatan Berselang


Penguatan berkelanjutan untuk perilaku yang diinginkan digunakan pada
tahap awal DRA. Namun, ketika perilaku yang diinginkan terjadi secara konsisten
dan perilaku yang tidak diinginkan jarang terjadi atau tidak sama sekali, maka
Anda harus mulai menipiskan jadwal penguatan dan memperkuat perilaku yang
diinginkan secara sebentar-sebentar (berselang). Penguatan intermiten
mempertahankan yang diinginkan perilaku dari waktu ke waktu dengan
membuatnya lebih tahan terhadap kepunahan.

g. Program untuk Generalisasi


Generalisasi berarti bahwa perilaku target harus terjadi di luar situasi
pelatihan di semua situasi stimulus yang relevan. Jika perilaku target tidak terjadi
di semua situasi yang relevan, prosedur DRA belum sepenuhnya efektif.
Sasarannya, tujuan perilaku harus diperkuat secara berbeda dalam sebanyak
mungkin situasi yang relevan dan oleh sebanyak mungkin orang yang relevan
untuk memprogram generalisasi pada individu tesebut.

 Keunggulan dan Kelemahan DRA


Keunggulan DRA
 Tidak mengandung unsur hukuman
 Tidak mengandung unsur asertif
 Dapat mengganti perilaku yang bermasalah dengan perilaku yang lebih tepat
Kelemahan DRA

11 | P a g e
 Hasil dari penggunaan prosedur ini tidak bisa dicapai dengan cepat
 Penguat akan digunakan diluar situasi yang diinginkan secara terus menerus
dan akan membuat penguat tidak lagi efektif.

12 | P a g e
 Penerapan DRA
Ny. Williams telah berada di panti jompo selama sekitar satu tahun, tetapi bagi
para perawatnya terasa seperti lama sekali. Kapan pun Ny. Williams menemui
seorang perawat, ia akan mulai mengeluh tentang makanan, kamarnya, pasien-
pasien lain, kebisingan, atau radang sendi. Para perawat selalu mendengarkan
dengan sopan dan berusaha menghibur Ny. Williams ketika dia mengeluh.
Tampaknya selama setahun terakhir keluhannya semakin memburuk, sampai-
sampai dia jarang mengatakan sesuatu yang positif lagi. Ketika dia pertama kali
datang ke panti jompo, Ny. Williams mengatakan banyak hal baik, dia memuji
orang, dan dia jarang mengeluh. Para perawat berharap mereka bisa membuat Ny.
Williams seperti dulu lagi, jadi mereka berkonsultasi dengan seorang psikolog
perilaku untuk menentukan apakah ada yang bisa mereka lakukan.
Psikolog memberi tahu para perawat bahwa mereka dapat membantu Ny.
Williams mengubah perilakunya dengan mengubah cara mereka berinteraksi
dengannya. Para perawat diperintahkan untuk melakukan tiga hal. Pertama, setiap
kali mereka melihat Ny. Williams, mereka harus mengatakan sesuatu yang positif
kepadanya sesegera mungkin. Kedua, kapanpun Ny. Williams sendiri mengatakan
sesuatu yang positif, perawat harus menghentikan apa yang dia lakukan, tersenyum
pada Ny. Williams, dan secara aktif mendengarkannya dan memperhatikan apa
yang dia katakan. Perawat harus terus mendengarkan dan memperhatikannya
selama dia terus mengatakan hal-hal positif. (Tentu saja, perawat dapat mulai
bekerja lagi dan terus memperhatikan Ny. Williams saat dia sedang bekerja.)
Ketiga, setiap kali Ny. Williams mulai mengeluh, perawat harus membiarkannya
dan meninggalkan ruangan atau menjadi sangat sibuk untuk mendengarkan
keluhan itu. Segera setelah Ny. Williams berhenti mengeluh dan mengatakan
sesuatu yang positif, perawat kembali berhenti bekerja dan memperhatikannya.
Semua perawat secara konsisten menerapkan program ini dan, dalam beberapa
minggu, Ny. Williams mengatakan banyak hal positif kepada perawat dan sangat
jarang mengeluh. Dia tampak lebih bahagia, dan para perawat senang bekerja
dengannya lagi.
Prosedur perilaku yang biasa digunakan perawat untuk membuat Ny. Williams
mengatakan lebih banyak hal positif dan lebih sedikit mengeluh adalah DRA.
Setelah mendengarkan para perawat menjelaskan masalahnya dan mengamati Ny.
Williams selama beberapa waktu, psikolog berhipotesis bahwa Ny. Williams sering

13 | P a g e
mengeluh karena para perawat secara tidak sengaja memperkuat perilaku
mengeluhnya. Ketika Ny. Williams mengeluh, mereka mendengarkan dengan
penuh perhatian, mengatakan hal-hal yang menghiburnya, dan menghabiskan lebih
banyak waktu dengannya. Psikolog memutuskan bahwa perawat harus
meningkatkan perhatian mereka ketika Ny. Williams mengatakan hal-hal positif
untuk memperkuat perilaku ini. Selain itu, para perawat harus memastikan bahwa
Ny. Williams tidak mendapatkan perhatian mereka ketika dia mengeluh.

2) DRO (Differential Reinforcement of Other Behavior)


DRO adalah pemberian penguatan (reinforcement) bila tingkah-laku
tersebut tidak muncul selama periode tertentu (Cooper, et.al., 2007: 475).
Ada 3 variasi dalam menggunakan DRO, yaitu :
 Fullsession DRO, yaitu reinforcement diberikan bila tingkah laku yang
tidak diinginkan tidak muncul sepanjang periode waktu yang sudah
ditetapkan (Cooper, et.al.,2007: 475) . Misalnya reinforcement akan
diberikan bila talking- out (seperti ngobrol) tidak terjadi sepanjang 40
menit pembelajaran (DRO 40 menit). Siswa yang menjadi target akan
diberi tahu bila talking-out tidak muncul sepanjang sesi 40 menit maka dia
akan mendaptkan konsekuensi tertentu yang menyenangkan.
 Interval DRO, yaitu dalam variasi ini reinforcement diberikan bila tingkah
laku tersebut tidak muncul selama satu periode waktu yang telah dipecah-
pecah ke dalam interval yang lebih kecil. Prosedur ini digunakan bila
pengurangan tingkah -laku secara bertahap nampak lebih praktis atau
realistik (Cooper, et.al., 2007: 476). Dalam beberapa kasus, tingkah – laku
yang tingkat kemunculannya sangat tinggi akan menyulitkan siswa
mendapatkan reinforcement. Misalnya sesi 40 menit bisa dibagi menjadi
interval 5 menit sehingga reinforcement diberi kan pada akhir setiap
interval 8 menit bilamana siswa tersebut tidak menampilkan talking-out
behavior.
 DRO dapat digunakan dengan data produk permanen (Cooper,et.al.,
2007:479) . Misalnya, guru memberi bintang pada setiap tugas yang
berhasil dikerjakan oleh siswa dengan benar dan tepat waktu.

14 | P a g e
 Prosedur Menggunakan DRO
 Mengidentifikasi Penguat untuk Perilaku yang Bermasalah
Pada prosedur ini maka psikolog atau terapis harus menghilangkan
reinforce (penguat) dari perilaku yang bermasalah agar prosedur DRO
berhasil dengan baik.

 Mengidentifikasi Penggunaan Penguat dalam Prosedur DRO


Jika keadaan tertentu memiliki kekuatan (nilai reinforcer) untuk
perilaku yang bermasalah maka hal tersebut bisa digunakan untuk
membentuk perilaku yang baru dengan nilai reinforcement yang sama pada
prosedur DRO.

 Memilih Interval Waktu DRO


Anda harus memilih interval waktu awal untuk memberikan penguat.
Panjangnya dari interval harus dikaitkan dengan tingkat dasar perilaku
bermasalah: Jika perilaku masalah sering terjadi, interval DRO akan
pendek; jika masalah perilaku jarang terjadi, interval DRO akan lebih lama.
Anda harus memilih panjang interval yang akan menghasilkan probabilitas
penguatan yang tinggi (Repp, 1983). Sebagai contoh, misalkan perilaku
masalah terjadi pada tingkat rata-rata sepuluh kali dalam satu jam dalam
pemberian situasi. Ini berarti bahwa, rata-rata 6 menit berlalu ada
kemunculan perilaku bermasalah. Untuk perilaku ini, interval DRO harus
ditetapkan pada kurang dari 6 menit sehingga ada kemungkinan yang baik
bahwa perilaku bermasalah tidak akan terjadi pada interval tersebut dan
penguat dapat diberikan. Ketika frekuensi perilaku bermasalah berkurang,
maka interval DRO dapat diperpanjang secara bertahap.

 Hilangkan penguat untuk perilaku yang bermasalah dan berikan penguat


untuk waktu dimana tidak adanya perilaku bermasalah.
Pada tahap ini Anda harus mengeliminasi penguat pada saat perilaku
yang bermasalah terjadi dan memberikan penguat ketika perilaku
bermasalah tidak terjadi.

15 | P a g e
 Keunggulan dan Kelemahan DRO
Keunggulan DRO
 Pengurangan frekuensi secara cepat atau lamanya perilaku sasaran terjadi
 Dapat dilaksanakan secara bertahap
 Jadwal pemberian penguatan juga dapat dibuat bervariasi (VR)
 Perhatian tidak tertuju pada perilaku negative
Kelemahan DRO
 Ada kemungkinan perilaku negatif muncul pada saat interval waktu yang
ditentukan
 Kemungkinan adanya efek diskriminatif

 Penerapan DRO
Sara adalah seorang gadis berusia 3 tahun yang menghabiskan setiap harinya
di sebuah tempat penitipan anak karena orang tuanya sibuk bekerja. Selama di
penitipan, Sara tidur siang selama satu jam setiap sore dan mengisap ibu jarinya
hampir sepanjang waktu tidur siang. Para peneliti menggunakan prosedur
penguatan diferensial untuk mengurangi durasi mengisap ibu jari selama waktu
tidur siang. Karena Sara suka dibacakan sebuah cerita sebelum tidur siang,
mereka menggunakan bacaan tersebut sebagai penguat. Dalam prosedur ini,
perawat Sara duduk di sebelah Sara pada waktu tidur siang dan membacakannya
setiap kali dia tidak mengisap ibu jari. Penguatan diberikan ketika perilaku yang
bermasalah tidak terjadi. Setiap kali Sara memasukkan ibu jarinya ke mulut,
perawat Sara akan berhenti membacakan cerita. Karena reseptor bergantung pada
tidak adanya perilaku mengisap ibu jari, lamanya waktu tanpa mengisap ibu jari
meningkat sampai tidak ada lagi perilaku mengisap ibu jari selama waktu tidur
siang. Prosedur ini efektif dilakukan pada dua anak lain yang mengisap ibu jari
mereka. Hal tersebut diterapkan oleh ibu mereka di rumah sebelum tidur.

16 | P a g e
3) DRL (Differential Reinforcement of Low Rates Responding)
DRL merupakan pemberian penguatan secara terjadwal (schedule of
reinforcement) yang bertujuan untuk mengurangi tingkat kemunculan tingkah–laku
yang tidak diinginkan bila tingkah-laku tersebut sering muncul (Cooper, et.al., 2007:
480).
Contohnya, ketika seorang siswa mengangkat tangannya untuk menjawab
pertanyaan pada setiap menit. Mengangkat tangan bukan perilaku yang bermasalah,
hanya saja itu terlalu sering dan membuat siswa lain tidak memiliki kesempatan
untuk ikut berpartisipasi. Seorang guru tidak ingin menghilangkan perilaku ini
(mengangkat tangan), tetapi dia hanya ingin menurunkan tingkat perilaku. Untuk
menggunakan DRL, guru memberitahu kepada semua siswanya bahwa ketika ia
mengangkat tangan 3 kali maka ia diizinkan untuk membaca pertama kali dalam
kelompok. Tetapi, jika siswa mengangkat tangan lebih dari 3 kali maka ia akan
membaca pada urutan terakhir di kelompok tersebut. Dalam hal ini, guru bisa
mencatat perilaku siswa atau membuat tanda di papan tulis bahwa siswa yang sudah
mengangkat tangannya sebanyak 3 kali maka ia tidak boleh mengangkat tangannya
lagi.
Ada 2 variasi dalam menggunakan DRL, yaitu :
A. Full-session DRL: reinforcement yang diberikan lebih sedikit dari jumlah
respon yang terjadi dalam satu periode waktu. Contoh: siswa yang diminta
angkat tangan tidak lebih dari 3 kali dalam satu hari waktu belajar maka akan
mendapatkan reinforce jika berhasil melakukannya.
B. Spaced-Responding DRL: respon terjadi setelah interval waktu tertentu,
kemudian diberikan reinforce (penguat).

 Prosedur Menggunakan DRL


 Menentukan apakah DRL adalah prosedur yang tepat untuk digunakan.
Prosedur ini dikatakan tepat apabila tujuannya adalah untuk mengurangi tingkat
perilaku tetapi tidak menghilangkan perilaku secara keseluruhan.

 Menentukan perilaku yang dapat diterima


Jika menggunakan Full-session DRL maka harus diberitahukan kepada klien
respon maksimum yang diharapkan dalam satu periode waktu. Apabila

17 | P a g e
menggunakan Spaced-responding DRL, kamu harus mengatakan kepada klien
berapa lama kamu mengharapkan perilaku itu muncul dalam satu interval waktu.

 Memberikan feedback pada performanya ketika mengimplementasikan DRL

 Keunggulan dan Kelemahan DRL


Keunggulan DRL
 Tidak menggunakan stimulus aversif
 Memberikan kesan toleransi
Kelemahan DRL
 Proses berjalan lambat
 Perhatian terarah pada perilaku negatif

 Penerapan DRL
Dalam DRL, penguat disampaikan ketika tingkat perilaku masalah menurun
ke tingkat kriteria. Dalam prosedur DRL, Anda tidak memperkuat ketiadaan
perilaku, seperti dalam prosedur DRO; alih-alih, Anda memperkuat tingkat perilaku
bermasalah yang lebih rendah. Prosedur DRL digunakan ketika tingkat rendah dari
perilaku bermasalah dapat ditoleransi atau ketika perilaku menjadi masalah hanya
karena tingkat tinggi. Ada seorang siswa di kelas dua, mengangkat tangannya untuk
menjawab pertanyaan setiap beberapa menit. Mengangkat tangannya bukan
termasuk masalah perilaku kecuali adanya fakta bahwa itu terjadi terlalu sering dan
siswa lain tidak mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi. Guru tidak ingin
menghilangkan perilaku tersebut; dia hanya ingin menurunkan tingkat perilakunya.
DRL akan menjadi prosedur yang ideal untuk digunakan dalam kasus ini. Untuk
menggunakan DRL, guru akan memberi tahu siswa tersebut bahwa gurunya ingin
dia mengangkat tangan hanya tiga kali perperiode kelas, dan jika dia melakukannya,
dia akan diizinkan untuk membaca pertama kali dalam kelompok membaca di
kemudian hari. (Guru tahu bahwa hal ini adalah penguat untuk siswa tersebut). Jika
dia mengangkat tangannya lebih dari tiga kali dalam periode kelas, dia akan
membaca yang terakhir dalam kelompok membaca pada hari itu. Guru membuat
prosedur DRL lebih efektif lagi dengan menyuruh siswa tersebut untuk mencatat
waktu dia mengangkat tangannya di selembar kertas di atas mejanya. Ketika dia

18 | P a g e
mencatat perilaku itu untuk ketiga kalinya, dia tahu dia tidak harus mengangkat
tangannya lagi. Atau, guru dapat membuat tanda di papan tulis setiap kali siswa
tersebut mengangkat tangannya, siswa akan melihat tanda tersebut dipapan tulis dan
ketika dia melihat sudah ada tiga tanda dipapan tulis maka siswa tersebut akan tahu
bahwa dia tidak harus mengangkat tangannya lagi.

C. Antecedent Control Procedures (Prosedur Kontrol Penyebab)


1) Pengertian Antecedent Control
Dalam prosedur kontrol anteseden (juga disebut manipulasi anteseden),
rangsangan anteseden dimanipulasi untuk membangkitkan perilaku yang
diinginkan, sehingga mereka dapat diperkuat secara berbeda, dan untuk
mengurangi perilaku yang tidak diinginkan yang mengganggu perilaku yang
diinginkan. Prosedur ini melibatkan manipulasi beberapa aspek fisik maupun
lingkungan sosial.

2) Prosedur Antecedent Control


Manipulasi penyebab (antecedent) yang dapat memunculkan perilaku yang
diinginkan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

 Presenting The Discriminative Stimulus (SD) Or Cues For Desired Behaviour/


Menghadirkan Stimulus Diskriminatif (SD) Atau Stimulus Tambahan/ Sinyal/
Isyarat Pada Perilaku yang Diharapkan
Stimulus diskriminatif (SD) adalah hal-hal yang dilakukan untuk
memicu munculnya perilaku yang diharapkan. Salah satu alasan mengapa
perilaku yang diinginkan mungkin tidak sering terjadi adalah karena SD untuk
perilaku yang diharapkan, tidak ada di lingkungan orang tersebut.
Sebagai contoh, SD pada kasus belajar Mawar di atas adalah meja di
tempat yang sepi, dengan buku catatan dan modul. Cara Mawar untuk
memunculkan SD tersebut adalah dengan cara:
 Pergi ke perpustakaan dengan membawa buku catatan dan modul
sehingga ia bisa belajar dengan tenang.
Lalu contoh isyarat yang dimunculkan Mawar untuk meningkatkan
perilaku belajarnya adalah:

19 | P a g e
 Membuat jadwal belajar dan menulisnya, sehingga setiap kali melihat
catatan tersebut mengisyaratkan Mawar untuk pergi belajar.
 Mengajak temannya untuk belajar bersama juga merupakan stimulus
yang mengisyaratkan Mawar untuk belajar.
Ketika mempertimbangkan untuk menggunakan prosedur antecedent
control untuk meningkatkan perilaku tertentu, tanyakan pada klien keadaan
atau stimulus apa yang bisa memunculkan perilaku yang diharapkan seperti
contoh di atas.

 Arranging Establishing Operations for The Desirable Behaviour/ Mengatur


Rencana Pembentukan Perilaku yang Diharapkan
Rencana pembentukan perilaku bisa berasal dari kejadian di
lingkungan atau kondisi biologis yang mengubah stimulus menjadi penguat.
Sebagai contoh pada kasus belajar Mawar di atas, prosedur ini terlihat
pada:
 Mawar menandai semua tanggal yang berhubungan dengan deadline
pengumpulan tugas dan jadwal ujian di kalendernya, lalu setiap sore
ia akan menyilang tanggal yang sudah terlewati agar terlihat seberapa
dekat ia dari deadline pengumpulan tugas atau jadwal ujian. Melihat
deadline tugas atau jadwal ujian yang semakin dekat, akan membuat
perilaku belajar diperkuat.
 Hipotesa dari kondisi di atas adalah ketika Mawar melihat tanggal di
kalender semakin mendekat jadwal ujian atau deadline tugas, akan
menimbulkan keadaan yang tidak nyaman pada dirinya, seperti
merasa cemas, membayangkan gagal dalam ujian dll. Sehingga
dengan muncul perasaan tersebut akan membuat belajar diperkuat
secara negatif, agar perasaan tersebut hilang maka Mawar harus
belajar.

 Decreasing Response Effort for the Desirable Behavior/ Mengurangi Upaya


yang Membuat Kita Harus Berupaya Lebih Untuk Melakukan Perilaku yang
Diinginkan
Strategi lain untuk membuat perilaku yang diharapkan lebih mungkin
untuk dilakukan adalah dengan cara mengatur kondisi anteseden sedemikian

20 | P a g e
rupa sehingga sedikit upaya yang diperlukan untuk melakukan perilaku yang
diharapkan. Perilaku yang diharapkan akan lebih mungkin terjadi apabila
sedikit upaya yang dibutuhkan untuk melakukannya, dibandingkan bila
membutuhkan upaya lebih banyak.
Sebagai contoh pada kasus Mawar:
Mawar selalu membawa buku catatan dan modulnya di dalam tas,
sehingga ia bisa belajar sewaktu-waktu saat ada jadwal kelas yang kosong.
Dengan selalu membawa bukunya, upaya yang dibutuhkan Mawar untuk
belajar menjadi lebih sedikit. Dibandingkan dengan kondisi yang
mengharuskan Mawar untuk kembali dulu ke asrama mengambil buku
catatannya.

Manipulasi penyebab (antecedent) yang dapat mengurangi/ menghilangkan


perilaku yang tidak diinginkan dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu:
 Removing the Discriminative Stimulus or Cues for Undesirable Behaviors/
Menghilangkan Stimulus Diskriminatif Atau Stimulus Tambahan/ Sinyal/
Isyarat Pada Perilaku yang Tidak Diharapkan
Salah satu cara untuk mengurangi perilaku yang tidak diinginkan
adalah dengan menghilangkan kondisi anteseden yang memiliki kontrol pada
stimulus. Jika SD atau stimulus tambahan pada perilaku yang tidak diharapkan
tidak muncul, kecil kemungkinan individu akan terlibat dalam perilaku
tersebut.
Sebagai contoh pada kasus Mawar:
Kehadiran teman-temannya merupakan SD untuk bersenang-senang,
TV merupakan SD untuk menonton, sehingga Mawar memutuskan untuk
belajar di perpustakaan. Dengan begitu Mawar telah menghilangkan SD
perilaku yang tidak diharapkan dan memperkuat perilaku belajar.
 Removing Establishing Operations for Undesirable Behaviors/
Menghilangkan Kemungkinan Terbentuknya Perilaku yang Tidak Diinginkan
Jika dapat membuat hasil dari perilaku yang tidak diinginkan melemah,
akan menjadi kecil kemungkinannya untuk terlibat dalam perilaku yang tidak
diinginkan tersebut, dan akan lebih mungkin untuk terlibat dalam perilaku
yang diinginkan. Cara membuat hasil dari perilaku yang tidak diinginkan

21 | P a g e
melemah adalah dengan cara menghilangkan kemungkinan terbentuknya
perilaku tersebut. Ini tidak selalu berhasil, tetapi dalam beberapa kasus, ini
adalah strategi yang berguna.
Contoh kasus:
Noah sedang menjalankan program diet dan hanya makan makanan
yang sehat, tanpa junk food. Untuk menghilangkan perilaku membeli junk
food atau makanan ringan yang tidak sehat saat sedang berbelanja di mall,
Noah memutuskan untuk makan dulu sebelum pergi. Karena perut sudah
merasa kenyang, Noah tidak membeli junk food atau makanan ringan yang
tidak sehat. Dari kasus ini dapat dilihat bahwa Noah memperlemah
kemungkinan terbentuknya perilaku yang tidak diharapkan (membeli junk
food) dengan cara membuat dirinya kenyang sebelum pergi ke mall.

 Increasing the Response Effort for Undesirable Behaviors/ Meningkatkan


Upaya Respon untuk Perilaku yang Tidak Diinginkan
Satu strategi lain untuk mengurangi kemungkinan perilaku yang tidak
diinginkan adalah dengan meningkatkan upaya respon untuk perilaku tersebut.
Jika perilaku yang tidak diinginkan mengambil lebih banyak upaya, mereka
cenderung mengganggu perilaku yang diinginkan.
Sebagai contoh dalam kasus Mawar:
Dengan pergi ke perpustakaan, Mawar membuat dirinya susah untuk
mengobrol dan menonton TV dengan teman-temannya. Jika Mawar ingin
mengobrol dan menonton TV dengan teman-temannya, dia harus mengemasi
buku-bukunya dan berjalan dari perpustakaan kembali ke asramanya. Hal ini
membutuhkan upaya yang lebih banyak. Jika Mawar belajar di asrama, hanya
akan membutuhkan upaya yang sedikit untuk menghentikan kegiatan
belajarnya dan mengobrol dengan teman-temannya sambil menonton TV.
Dengan pergi ke perpustakaan, Mawar telah menghapuskan SD untuk perilaku
yang tidak diinginkan dan meningkatkan upaya untuk terlibat dalam perilaku
yang tidak diinginkan.

3) Keunggulan dan Kelemahan Antecedent Control


Keunggulan:
 Tidak menimbulkan efek samping

22 | P a g e
 Prosedur mudah untuk diterapkan
Kelemahan:
 Membutuhkan waktu yang lama sampai terjadi perubahan perilaku
 Membutuhkan komitmen yang kuat dari klien dalam penerapannya

4) Penerapan Antecedent Control


Mawar mendapat nilai buruk dalam ujian, karena kebiasaannya adalah hanya
belajar semalam sebelum hari ujian (sistem kebut semalam). Selebihnya, Mawar lebih
sering menghabiskan waktu untuk mengobrol sampai larut malam dengan teman-
temannya di asrama. Mawar mendatangi konselor, dan sepakat untuk menerapkan
prosedur antecedent control. Langkah-langkah berikut yang dilakukan untuk
menjalankan prosedur tersebut:
• Mawar menentukan bahwa belajar selama 2 jam per hari akan cukup baginya.
Lalu Mawar membuat jadwal belajar selama 2 jam per hari dalam 1 minggu.
• Mawar menentukan akan belajar di perpustakaan. Karena Mawar merasa
konsentrasinya sering terganggu oleh teman-temannya bila di asrama. Mawar
memilih perpustakaan karena lokasinya dekat dengan kelas dan teman-temannya
tidak pernah pergi ke perpustakaan.
• Mawar mengidentifikasikan temannya yang belajar rutin setiap hari. Kemudian
Mawar meminta temannya tersebut untuk membantunya belajar dan
merencanakan sesi belajar bersama minimal 2-3 hari dalam 1 minggu.
• Mawar menuliskan rencana belajarnya di kertas dan ditempel di tempat yang
terlihat, dan Mawar juga mengatakan pada teman-temannya di asrama agar tidak
mengganggunya di jadwal belajar tersebut.
• Mawar selalu membawa buku catatan dan modulnya di dalam tas, sehingga ia
bisa belajar sewaktu-waktu saat ada jadwal kelas yang kosong.
• Mawar menandai semua tanggal yang berhubungan dengan deadline
pengumpulan tugas dan jadwal ujian di kalendernya, lalu setiap sore ia akan
menyilang tanggal yang sudah terlewati agar terlihat seberapa dekat ia dari
deadline pengumpulan tugas atau jadwal ujian.
• Mawar membuat kontrak tertulis dengan konselornya bahwa ia akan
berkomitmen untuk menjalankan belajar sesuai jadwal yang sudah dibuat.

23 | P a g e
D. Using Punishment: Time Out dan Response Cost
1) Pengertian Teknik Time Out
Time-out adalah salah satu teknik mengubah perilaku bermasalah anak
berbasis pada hukumandengan cara menempatkan anak dalam lingkungan
yang terbatas tetapi tetap dalam pantauan untuk menurunkan perilaku
menyimpang. Time-out digunakan untuk menurunkan frekuensi perilaku
bermasalah (Wolf, McLaughlin & Williams, 2006). Time-out adalah jenis
hukuman negatif untuk menghilangkan penguatan positif yang diterima anak
setiap kali melakukan perilaku maladaptif. Hal itu dilakukan dengan harapan
anak tidak lagi melakukan perilaku salah tersebut karena ia mendapatkan hal
positif tetapi sebaliknya hukuman (Erford, 2010). Teknik ini banyak digunakan
oleh guru di sekolah dan orangtua di rumah. Beberapa kasus, time-out efektif
membantu anak berkebutuhan khusus, anak tantrum, perilaku sosial yang
salah, suka berteriak-teriak (yelling), anak agresif (Wolf, McLaughlin & Williams,
2006).

2) Tipe Teknik Time Out


 Exclusionary Time-Out.
Time-out tipe ini menempatkan anak di ruang yang terpisah dari
ruangan anak menunjukkan perilaku bermasalah. Harris (1985)
menyebut tipe ini dengan istilah isolationary time-out. Tipe ini
membutuhkan tenaga ekstra.
Contoh, seorang siswa SD disuruh masuk ruangan Bimbingan dan
Konseling (BK) karena mengganggu temannya yang sedang belajar.

 Exclusionary Time-Out.
Time-out tipe ini mengasingkan anak ke satu tempat yang tidak
memungkinkan anak tersebut berinteraksi sosial, tetapi masih dalam
ruangan yang sama agar tetap dapat diobservasi.
Contoh, seorang siswa SD karena ribut dan mengganggu temannya
diberikan time-outdengan cara menyuruh dia duduk di pojok
menghadap tembok sampai batas waktu yang ditentukan.

24 | P a g e
 Non-seclusionary time-out.
Time-out tipe ini menempatkan anak di lingkungan yang
berbeda dengan lingkungan anak di mana dia menunjukkan
perilakubermasalahnya tetapi masih di dalam satu ruangan yang sama.
Contohnya, seorang anak TK mengganggu temannya yang satu
meja dengan dia. Anak tersebut kemudian dikenai time-out dengan
memindahkan ke meja lain.
Tipe time-out ini dibagi menjadi tiga bentuk: contigent observation,
removal of stimulus conditions, dan ignoring (Wolf, Mclaugh&
Williams, 2006; Costenbader & Reading-Brown, 1995; Harris, 1985).

3) Prosedur Time – Out


Sebelum menerapkan time-out satu hal yang paling mendasar yang harus
dipahami adalah prosedur hukuman biasanya digunakan hanya setelah tindakan
normatif-positif tidak lagi efektif mengubah perilaku anak. Pada saat itulah
teknik time-out dan juga teknik lain yang berbasis hukuman dipertimbangkan
untuk diberikan kepada anak. Ketika tindakan normatif-positif sudah mampu
mengubah perilaku anak yanag bermasalah maka time-out tidak perlu diberikan.
Pemberian intervensi hukuman biasanya bukan pilihan pertama untuk mengurangi
masalah perilaku.
Langkah-langkah penerapan time-out dalam setingsekolah maupun rumah
dijelaskan sebagai berikut:
 Langkah pertama, guru atau orangtua harus paham dengan detail perilaku
bermasalah yang harus diubah. Misalnya, anak yang suka naik meja
ketika pelajaran. Atau anak yang berteriak-teriak dan berguling-guling
di lantai ketika meminta sesuatu kepada orangtuanya.
 Langkah kedua, memaksimalkan kondisi untuk memunculkan perilaku
alternatif, sehingga dapat diberi penguatan ketika anak melakukan
perilaku positif menggantikan perilaku yang tidak diharapkan.
Artinya,orang tua atau guru harus mampu menciptikan situasi yang
memungkinkan anak berperilaku positif, bukan sebaliknya menciptakan
situasi memancing anak untuk memunculkan perilaku bermasalah.
 Langkah ketiga, memilih time-out yang efektif. Hukuman dalam bentuk
time-out dipastikan diberikan sesegera mungkin setelah anak

25 | P a g e
melakukan perilaku yang tidak diharapkan. Hukuman dalam bentuk time-
outharus konsisten diberikan kepada anak setiap kali anak tersebut
melakukan perilaku bermasalah. Agar menjadi efektif, pemberian time-
outtidak diberikan bersamaan dengan pemberian penguatan.
 Langkah keempat, komunikasikan prosedur time-out kepada anak
sebelumnya. Anak harus mendapatkan informasi yang jelas dan lengkap
tentang program ini agar anak mampu terlibat penuh. Anak juga harus
diinformasikan frase-frase yang digunakan dalam time-out.
 Langkah kelima, penerapan hukuman dilakukan dengan aturan yang
jelas. Anak harus mengetahui aturan main dari time-out. Sangat baik jika
penerapan time-out disertai dengan pencatatan.

4) Penerapan Time – Out


Cheryl dan anak-anak taman kanak-kanak lainnya duduk di sekeliling meja
membuat patung-patung dari tanah liat, mengecat jari, dan memotong kertas lipat.
Setelah beberapa saat kemudian, Cheryl melemparkan salah satu figur tanah
liatnya dan menghancurkan beberapa figur buatan anak-anak lain. Melihat ini, guru
dengan tenang berjalan ke Cheryl dan berkata, “Cheryl, ikut denganku.”
Guru itu meraih lengan Cheryl, dan mereka berjalan ke kursi di belakang
kelas. Ketika mereka sampai di kursi, guru berkata, “Cheryl, kamu tidak bisa
bermain jika kamu melempar atau merusak barang. Duduklah di sini sampai saya
katakan Anda bisa bermain lagi.”
Guru itu kemudian berjalan kembali ke meja dan memuji anak-anak lain untuk
prakarya yang mereka buat. Setelah 2 menit, guru berjalan kembali ke Cheryl dan
berkata, “Cheryl, kamu bisa datang kembali ke meja dan bermain lagi sekarang.”
Ketika Cheryl kembali dan bermain tanpa membuat masalah lebih lanjut, guru
berbicara dengannya dan memujinya karena bermain dengan baik.

26 | P a g e
27 | P a g e
28 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

1. Prosedur Pengubahan Tingkah Laku Dalam Pesrpektif Behaviorisme


https://ejournal.stkipsantupaulus.ac.id/index.php/jpkm/article/download/31/33/
2. Soekardji, Soeftarlinah. 1983. Modifikasi Perilaku ; Penerapan Sehari-hari dan
Penerapan Profesional. Yogyakarta : Liberty.
3. Raymond G. Miltenberger. 2008. Behavior Modification: Principles and Procedures
(Fourth Edition). USA : Thomson Higher Education.

29 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai