Anda di halaman 1dari 20

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

Analisis Pengubahan Tingkah Laku Widya Aris Radiani, S.Psi, M.Psi, Psikol

ANALISIS PENGUBAHAN TINGKAH LAKU

“Teknik Extinction dalam Menghilangkan Tingkah Laku Kecanduan Minum


Kopi”

Disusun Oleh:
Kelompok 3

Anwar Ibrahim 200101060664


Muhammad Abidillah 200101060830
Erfa Aesyana 200101060602
Puapa Ningsih 200101060640

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM
BANJARMASIN
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, Yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Teknik Extinction dalam Mengurangi Tingkah Laku
Kecanduan Minum Kopi.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini dan kami juga mengucapkan terima
kasih kepada Ibu Widya Aris Radiani, S.Psi, M.Psi, Psikol sehingga makalah kami
dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga Makalah
tentang Teknik Extinction dalam Mengurangi Tingkah Laku Kecanduan Minum Kopi
dapat bermanfaatat memberikan wawasan serta inpirasi terhadap pembaca.

Banjarmasin, 25 September 2022


Penulis

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1

C. Tujuan Penulis .............................................................................................................. 2

BAB II KAJIAN TEORI ........................................................................................................ 3

A. Pengertian Teknik Extinction........................................................................................ 3

B. Karakteristik dari proses Extinction .............................................................................. 3

C. Prosedur dari hukuman Extinction................................................................................ 4

D. Kelebihan dan Kelemahan Prosedur Penghapusan Extinction ..................................... 5

E. Faktor-faktor yang Memengaruhi Keefektifan Extinction ............................................ 5

BAB III PEMBAHASAN KASUS ......................................................................................... 9

A. Data Subjek ................................................................................................................... 9

B. Kasus ............................................................................................................................. 9

C. Waktu pengukuran ..................................................................................................... 10

D. Proses Pelaksanaan Teknik ......................................................................................... 11

E. Evaluasi ....................................................................................................................... 15

BAB IV PENUTUP ............................................................................................................... 16

A. Kesimpulan ................................................................................................................. 16

B. Saran ........................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tingkah laku dan sikap merupakan mata rantai yang terjalin dengan
hubungan faktor penentu, yaitu motif yang mendasari sikap. Motif sebagai tenaga
pendorong arah sikap negatif atau positif akan terlihat dalam tingkah laku nyata
(overt behavior) pada diri seseorang atau kelompok. Sedangkan motif yang dengan
pertimbangan-pertimbangan tertentu dapat diperkuat oleh komponen afeksi biasanya
akan menjadi lebih stabil. Pada tingkat tertentu motif akan berperan sebagai pusat
sikap (central attitude) yang akhirnya akan membantu kecenderungan/predisposisi.
Dengan kata lain, tingkah laku organisme (makhluk hidup) adalah bagiandari
interaksi makhluk hidup dengan lingkungan yang ditandai denganterdeteksinya
pemindahan dalam suatu bentuk melalui waktu (rentan waktu) yangterjadi pada
beberapa bagian dari organisme dan hasil perubahan dapat diukursetidaknya dari satu
aspek lingkungan.
Extinction merupakan strategi atau teknik untuk mengubah atau menurunkan
perilaku yang tidak diharapkan dengan menghilangkan hubungan sebab akibat dari
suatu stimulus dengan respon, dimana respon yang muncul merupakan bentuk
perilaku yang tidak diharapkan terhadap suatu stimulus tertentu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian teknik extinction?
2. Bagaimana karakteristik dan proses teknik extinction?
3. Bagaimana prosedur dari hukuman teknik extinction?
4. Apa kelebihan dan kelemahan prosedur penghapusan teknik extinction?
5. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi keefektifan teknik extinction?

1
C. Tujuan Penulis
1. Mengetahui pengertian teknik extinction
2. Mengetahui karakteristik dan proses teknik extinction
3. Mengetahui prosedur dari hukuman teknik extinction
4. Mengetahui kelebihan dan kelemahan prosedur penghapusan teknik extinction
5. Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi keefektifan teknik extinction

2
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Teknik Extinction


Extinction merupakan salah satu fenomena-fenomena dalam kondisioning
klasik yang artinya adalah menurunnya frekuensi respon bersyarat bahkan akhirnya
menghilangnya respon bersyarat akibat ketiadaan stimulus alami dalam proses
kondisioning atau secara singkat dapat diartikan hilangnya perilaku akibat dari
dihilangkannya reinforcers.

Definisi Behavioral terkait dengan Extinction ini adalah bahwasanya


Extinction terjadi ketika :

1. Sebuah perilaku yang telah dikuatkan sebelumnya.

2. Tidak ada hasil dalam waktu yang lama dalam konsekuensi penguatan.

3. Dan bagaimanapun, perilaku terhenti terjadi di masa yang akan datang.

B. Karakteristik dari proses Extinction


1. Jika salah satu perilaku yang tidak diberi penguat, maka mengalami
peningkatan dari segi frekuensi, sebelum pada akhirnya berkurang dan hilang
untuk selamanya.

2. Perilaku novel (perilaku yang tidak secara khusus menyusun pada setiap
bagian situasi) muncul menyertai perilaku utama ketika penguatan tidak
diberikan.Langkah-langkah analisis perubahan tingkah laku. perilaku novel

3
yang muncul bersamaan dengan extinction burst termasuk di dalam nya
adalah respon emosi.

C. Prosedur dari hukuman Extinction


Prosedur penghapusan (extinction) adalah prosedur menghentikan pemberian
penguatan pada perilaku yang semula dikuatkan sampai ke tingkat sebelum perilaku
tersebut dikuatkan. Contoh sederhananya adalah Sodikin selalu melompat-lompat di
atas tempat duduknya sambil berteriak-teriak ketika ia ingin menjawab pertanyaan
dari gurunya.

Reinforcement ada dua prosedur, yaitu positive dan negative reinforcement.


Begitu juga dengan extinction, Sebuah perilaku dapat mengalami pengurangan
terlepas dari apakah karena diberi reinforcement positif atau negatif. baik
reinforcement maupun extinction adalah untuk mengurangi atau menghentikan
perilaku yang tidak diinginkan. Namun ada dua hal yang membedakannya. Yang
pertama yaitu apabila sebuah perilaku secara positif diberi penguatan, maka
konsekuensinya akan dimunculkan atau ditambahkan setelah perilaku tersebut
dilakuka. Oleh karena itu, pengurangan perilaku karena diberi reinforcement positif
melibatkan pengurangan perilaku yang sebelumnya sudah diberikan setelah perilaku
tersebut dilakukan.Dengan kata lain, ketika sebuah perilaku menghasilkan
konsekuensi penguatan, maka perilaku yang diinginkan pun tidak lama kemudian
dapat terjadi.

Sedangkan jika dalam kasus reinforcement negative, perilaku dihilangkan atau


dikurangi karena adanya stimulus aversive. Oleh karena itu extinction karena
reinforcement negative mengakibatkan perilaku yang tadinya sudah ada penguatan
bisa jadi berkurang atau bahkan musnah karena dihilangkannya penguat tersebut.
Dengan kata lain, ketika sebuah perilaku mengakibatkannya menghindar dari
aversive stimulus maka secara otomatis perilaku tersebut akan berhenti.

4
D. Kelebihan dan Kelemahan Prosedur Penghapusan Extinction
Kelebihan : 1. Prosedur ini dikombinasikan dengan prosedur lain telah
terbukti efektif diterapkan dalam berbagai macam situasi. Berlangsung cepat apabila
dikombinasikan dengan penguatanan perilaku yang diingini ; 2. Prosedur
penghapusan menimbulkan efek yang tahan lama; 3. Prosedur penghapusan tidak
menimbulkan efek sampingan se-negatif prosedur-prosedur yang menggunakan
stimulus aversif.

Kelemahan : 1. Efek penghapusan biasanya tidak terjadi dengan segera dan


tidak seketika terjadi. Setelah konsekuensi yang mengukuhkan dihilangkan, perilaku-
sasaran tetap berlangsung sampai waktu tertentu. Ini dapat menimbulkan masalah
dalam penerapannya; 2. Frekuensi dan intensitas sementara meningkat, pada saat-saat
permulaan penguatan tidak diberikan, frekuensi dan intensitas perilaku sasaran
cenderung bertambah. Oleh karena itu, memilih saat yang tepat menghentikan
pemberian penguatan sangat penting ; 3. Perilaku-perilaku lain, termasuk perilaku
agresif, sering timbul.Kenaikan dan frekuensi dan intensitas sementara diikuti oleh
perilaku-perilaku lain sebagai usaha mendapat penguatan, termasuk perilaku agresif.
Perilaku agresif disebabkan oleh kekecewaan tidak diperolehnya penguatan yang
biasa diperoleh ; 4. Imitasi perilaku oleh orang lain, Pada permulaan penghapusan,
perilaku yang berulang-ulang timbul dan tidak mendapat perhatian yang berwenang,
oleh orang lain yang melihatnya disangka mendapat persetujuan, akibatnya
perilakunya cenderung ditiru.

E. Faktor-faktor yang Memengaruhi Keefektifan Extinction


1. Controlling Reinforcers for the Behavior That Is to Be Decrease

Mengontrol reinforcer pada perilaku yang ingin diubah. Reinforcer


diperoleh dari orang lain atau dari lingkungan tempat individu tinggal.
Sebagai contoh, setiap orang yang berhubungan dengan klien, harus secara
konsisten menerapkan extinction, sebagai contoh seorang anak yang meminta
5
popcorn untuk dimakan sambil menonton TV. Ibu mengabaikannya, sehingga
anak berhenti menangis dan meminta. Tetapi beberapa waktu kemudian,
ayahnya pulang dan mengambilkan popcorn, maka kelak anak akan menangis
kembali ketika meminta popcorn.

2. Extinction of a Behavior Combined with Positive Reinforcement for an


Alternative Behavior.

Pada perilaku-perilaku tertentu, jika extinction dikombinasikan dengan


positive reinforcement, akan memberi efek yang lebih cepat dalam
mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan. Sebagai contoh seorang ibu
mengabaikan rengekan anaknya ketika meminta es krim, setelah rengekannya
tidak terdengar lagi, maka segera berikan positive reinforcement berupa
pujian. Interval waktu dari perilaku ke positive reinforcement bisa semakin
lebar. Misal diberikan pujian setelah rengekan berhenti selama 5 detik
meningkat sampai 25 detik.

3. The Setting in Which Extinction is Carried Out

Perubahan setting (tempat diterapkannya program extinction)


dilakukan untuk meminimalisir reinforcer yang mungkin diberikan oleh orang
lain. Selain itu juga memaksimalkan peran behavior modifier terhadap
program.

4. Instructions : Make Use of Rules

Berikan penjelasan. Sebagai contoh, ketika setiap hari ketika suami


pulang bekerja ia selalu komplain tentang kemacetan. Istri mengatakan bahwa
kemacetan sepulang kerja akan tetap sama setiap harinya dan ia juga
mengatakan bahwa ia sebenarnya senang berbincang dengan suaminya,
namun jika suaminya komplain tentang kemacetan, maka ia akan

6
mengabaikannya. Walaupun memerlukan lebih dari 1 kali percobaan,
komplain suami tentang kemacetan akan berkurang.

5. Extinction May Be Quicker After Continuous Reinforcement

Extinction memiliki efek yang lebih cepat jika diikuti oleh


reinforcement yang berkesinambungan.

6. Behavior Being Extinguished May Get Worse Before It Gets Better

Selama extinction diterapkan, bisa jadi perilaku yang tidak dinginkan


semakin parah sebelum berkurang. Hal ini dinamakan extinction burst. Misal
ketika seseorang menekan tombol mesin minuman, maka minuman kaleng
akan keluar. Suatu ketika mesinnya rusak, seseorang menekan tombol mesin
tetapi minuman tidak keluar. Ia akan menekan tombol mesin dengan lebih
keras dan lebih sering lagi. Minuman kaleng tetap tidak keluar, sehingga
lama-kelamaan ia tidak lagi menekan tombol mesin minuman tersebut.
Karenanya penting untuk diketahui oleh behavior modifier, jangan sampai ia
menyerah karena melihat perilaku yang tidak diinginkan justru semakin parah,
namun jika diperkirakan extinction burst akan membahayakan, maka tidak
usah menggunakan program extinction.

7. Extinction May Produce Aggression That Interferes With The Program

Kesulitan lain dari program extinction adalah dapat menimbulkan


egresivitas. Sebagai contoh ketika mesin minuman tidak mengeluarkan
minuman, maka mungkin bisa saja kita menendang atau memukul mesin
tersebut. Penelitian memperlihatkan bahwa exticntion lebih banyak
menimbulkan agresivitas jika tidak dibarengi dengan pemberian
reinforcement positif.

8. Extinguished Behavior May Reappear After a Delay

7
Perilaku yang sudah hilang pada saat program extinction, bisa jadi
muncul kembali setelah beberapa waktu. Biasa disebut dengan spontaneous
recovery. Biasanya spontaneous recovery lebih sedikit terjadi daripada
perilaku yang tidak diinginkan ketika dalam program extinction.

8
BAB III

PEMBAHASAN KASUS
A. Data Subjek
Nama : M.M.B
Jenis Kelamin: Laki-laki
Usia: 21
Alamat : Asrama Rakat Mufakat Putera, Jl. Ahmad Yani Km. 4,5. Jl. Manunggal II
Gg II No. 41
Jumlah Saudara: 0
Anak Ke: Tunggal
Status: Mahasiswa
B. Kasus
1. Latar belakang Kasus
Perilaku subjek yang kecanduan minum kopi itu terbentuk pada saat dia
mengambil saran dari teman dekatnya yang menyebutkan bahwa jika dia ingin
mengerjakan tugas pada malam hari maka alangkah baiknya dia meminum kopi
sesuai saran dari temannya. Selain itu keluarga juga berpengaruh terhadap
terpicunya perilaku kecanduan kopi karena keluarganya suka mengonsumsi kopi.
Dengan seiring berjalannya waktu, subjek tersebut mengonsumsi kopi secara
berulang-ulang ketika mengerjakan tugas pada siang dan malam hari dia selalu
mengonsumsi kopi dan tidak hanya saat mengerjakan tugas saja tetapi pada saat
tidak melakukan aktivitas apapun dia tetap mengonsumsi kopi, sehingga dia
merasakan pusing dan tidak bersemangat apabila dia tidak mengonsumsinya.
2. Karakteristik Subyek
Pribadi: M.M.B
Kemampuan belajar: kemampuan rata-rata (normal)

9
Cita-cita: Pengusaha
Minat: Suka hal yang berbau seni
Sifat kepribadian: lucu, periang, suka berteman banyak, sering jalan-jalan keluar
rumah.
Perasaan yang dirasakan saat ini: Pusing
3. Baseline
a). Bentuk Perilaku Bermasalah :
Antecedent Perilaku Subyek Konsekuensi (+/-)
Terpengaruh teman Minum kopi (-) Kesehatannya terganggu
dekatnya berlebihan (+) Semangat dalam
mengerjakan tugas-tugas

b). Nama Teknik Intervensi: Teknik Extinction

C. Waktu pengukuran
1. Tujuan Intervensi:
a. Mengurangi kuantitas dalam mengkomsumsi kopi
b. Mengganti perilaku kecanduan kopi dengan perilaku hidup yang sehat
dengan memperbanyak minum air putih, makan teratur dan olahraga
2. Durasi Intervensi :
Berdasarkan hasil penelitian, maka kami memberikan saran, masukan,
dan tugas yang di inginkan kepada M.M.B selama 3 minggu.
a. Minggu pertama belum berhasil: kami memberikan reinfocement
(penguatan) kepada subjek, memberikan masukan informasi tentang
bahaya mengkomsumsi kopi yang berlebihan. 3 hari setelah pemberian
reinfocement (penguatan) kami melakuakn komunikasi dengan dia
hasil yang kami inginkan belum berhasil.

10
b. Minggu kedua mulai ada progres: kami mengurangi stok kopi
subjek dan memberikan peneguran pada saat dia mengkomsumsi kopi.
Sebelumnya dia mengkomsumsi 2 bungkus ketika dia memimum kopi
tapi minggu ini hanya 1 bungkus kopi.
c. Minggu ketiga berhasil namun tidak maksimal: kami memberikan
saran kepada subjek untuk memperbanyak mengomsumsi air putih
yang cukup, makan yang seimbang, dan olahraga. Di minggu ketiga ini
subjek mengalami perubahan sesuai yang kami inginkan meskipun
kurang maksimal, tetapi subjek sekarang hanya mengomsumsi kopi
pada siang hari sedangkan malam hari sangat jarang subjek
mengomsumsi kopi.

D. Proses Pelaksanaan Teknik


1). Prosedur Pelaksanaan
a. Memberikan informasi mengenai bahaya konsumsi kopi yang berlebihan
kepada subjek
b. Meminta untuk membatasi stok kopi yang biasanya 2 bungkus menjadi 1
bungkus
c. Mengamati tingkahlaku kesehariannya dengan meminta bantuan dengan
orang terdekatnya
d. Memberikan peneguran pada saat dia minum kopi
e. Menyarankan untuk menerapkan pola hidup sehat
2). Tabel Teknik
Perilaku yang Treatment Tindakan
Perilaku
Tampak Perlakuan Hasil Follow UP
Hari 1/25 Sep pemberian Mengetahui
reinforcement bahaya
11
(penguatan) mengonsumsi
memberikan kopi yang
masukan bahaya berlebihan
mengonsumsi
kopi yang
berlebihan
Hari 2/26 Sep pemberian Mengetahui
reinforcement bahaya
(penguatan) mengonsumsi
memberikan kopi yang Menemui subjek
masukan bahaya berlebihan untuk
mengonsumsi menanyakan
kopi yang perkembangan
berlebihan
Kecanduan Hari 3/27 Sep pemberian Mengetahui
minum kopi reinforcement bahaya
(penguatan) mengonsumsi
memberikan kopi yang
masukan bahaya berlebihan
mengonsumsi
kopi yang
berlebihan
Hari 4/28 Sep Wawancara Masih belum bisa
mengurangi
minum kopi
Hari 5/29 Sep Menanyakan Masih belum bisa
tentang minum mengurangi
kopi minum kopi
Hari 6/30 Sep Menegur dan Masih belum bisa
mengingatkan mengurangi
agar mengurangi minum kopi
minum kopi
pada saat minum
kopi
Hari 7/1 Okt Wawancara Masih belum bisa
mengurangi
minum kopi
Hari 8/2 Okt Membatasi stok Menyepaikati atas
minum kopi permintaan untuk
biasanya 2 membatasi stok
bungkus pada kopi
saat minum kopi
12
menjadi 1
bungkus saja
saat minum kopi
pada siang dan
malam
Hari 9/3 Okt Mengingatkan Subjek
menjalankan
perintah
Hari 10/4 Okt Menyuruh orang Terpantau masih
terdekat kecanduan minum Menanyakan,
mengamatinya kopi tapi menegur, dan
kapasitas kopinya mengamati
berkurang tingkah laku
menjadi 1 subjek
bungkus pada saat
minum kopi
Hari 11/5 Okt Menanyakan Takaran kopi
perkembangan berkurang tapi
masih kecanduan
Hari 12/6 Okt Menanyakan Takaran kopi
perkembangan berkurang tapi
masih kecanduan
Hari 13/7 Okt Menanyakan Takaran kopi
perkembangan berkurang tapi
masih kecanduan
Hari 14/8 Okt Wawancara Ada peningkatan
subjek bisa
mengurangi
jumlah takaran
kopi tapi belum
bisa
menghilangkan
kecanduannya
Hari 15/9 Okt Menyuruh Menyepakati
banyak permintaan
mengumsumsi tersebut
air putih sebagai
pengganti kopi,
makan makan
yang sehat, dan
olahraga.
Hari 16/10 Okt Menyuruh orang Subjek membawa
13
terdekat air putih dalam
mengamatinya botol saat ke
kampus
Hari 17/11 Okt Menyuruh orang Sering makan
terdekat sayur buah
mengamatinya buahan
Hari 18/12 Okt Menyuruh orang Minum kopi
terdekat sekarang hanya
mengamatinya pada siang hari
pada saat malam
sangat jarang
sekali
Hari 19/13 Okt Menyuruh orang Berolahraga pagi
terdekat hari Menanyakan,
mengamatinya menegur, dan
Hari 20/14 Okt Menyuruh orang Selalu melakukan mengamati
terdekat yang di suruh tingkah laku
mengamatinya sesuai subjek
kesepakatan
Hari 21/15 Okt Wawancara Perkembangannya
berhasil tapi
kurang maksimal,
subjek mengganti
minum kopi
dengan minum air
putih tapi dia
masih
mengonsumsi
kopi hanya pada
siang hari, dia
berhasil sembuh
dari pusing
apabila tidak
mengonsumsi
kopi, dan tidak
ketergantungan
atau kecanduan
dengan kopi lagi
meski dia masih
minum kopi di
siang hari.

14
3). Penjelasan mengenai pelaksanaan tes
Teknik extinction digunakan untuk mengubah atau menurunkan
perilaku yang tidak diharapkan dengan menghilangkan hubungan sebab akibat
dari suatu stimulus dengan respon, dimana respon yang muncul merupakan
bentuk perilaku yang tidak diharapkan terhadap suatu stimulus tertentu.

4). Grafik Perkembangan Perilaku sebelum , selama, sesudah intervensi


25
20
15
10
5
0
Hari 1-7 Hari 8-14 Hari 15-21
E. Evaluasi
Triatment yang kami berikan kepada subjek selama 3 minggu belum
sepenuhnya berhasil karena kurangnya follow up dan hanya menerima hasil
pengamatan dari orang yang kami suruh dalam mengamati subjek kami
bertemu mewawancarai subjek hanya di akhir pekan selebihnya kalau bertemu
menegur dan mengingatkan dia untuk mengurangi minum kopi dan meminta
orang untuk mengamati tingkah laku kesehariannya, sehingga keberhasilan
teknik ini dapat dikatakan berhasil tetapi belum maksimal dikarenakan subjek
sekarang minum kopi pada saat siang hari saja dan 1 bungkus kopi saja, kalau
malam hari dia tidak minum kopi bahkan jarang.

15
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Extinction merupakan salah satu fenomena-fenomena dalam kondisioning
klasik yang artinya adalah menurunnya frekuensi respon bersyarat bahkan akhirnya
menghilangnya respon bersyarat akibat ketiadaan stimulus alami dalam proses
kondisioning atau secara singkat dapat diartikan hilangnya perilaku akibat dari
dihilangkannya reinforcers.
Prosedur penghapusan (extinction) adalah prosedur menghentikan pemberian
penguatan pada perilaku yang semula dikuatkan sampai ke tingkat sebelum perilaku
tersebut dikuatkan.

B. Saran
Demikian makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam
penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti dan lugas. Karena kami
hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan kami juga sangat
mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah.

16
DAFTAR PUSTAKA

Robert E. Slavin. 2008. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta: PT Indeks

http://link.springer.com/article/10.1007%2FBF00924733 (journal)

17

Anda mungkin juga menyukai