Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MODIFIKASI PERILAKU

Tentang

EXTINCTION

Disusun Oleh:

Anggota Kelompok 2

Rabiatul Fitri 1715040010

Arifah Kamila Chofsoh 1715040024

Tri Anisyah 1715040142

Melly Azani 1715040143

Dosen Pengampu:

Masnida Khairat, M.A.

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG

TP 1440 H/2019 M
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur diucapkan kepada Allah
SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul
“Extinction dalam Modifikasi Perilaku”. Shalawat dan salam juga tak
lupa dikirimkan buat junjungan alam yaitu Nabi Muhammad SAW yang
telah membimbing umat-Nya ke alam yang diridhoi oleh Allah SWT.

Tidak lupa juga pemakalah sampaikan rasa terima kasih sebesar –


besar nya kepada Allah SWT, karenanya pemakalah dapat
menyelesaikan makalah ini dengan cukup baik. Selain itu, kepada
Masnida Khairat, M.A dosen mata kuliah modifikasi perilaku pemakalah
juga menyampaikan banyak rasa terima kasih karena telah membimbing
dalam pembuatan makalah ini. Disisi lain, juga kepada orang tua yang
turut serta memberi dukungan agar pemakalah dapat mencapai sesuatu
yang terbaik dalam pembuatan makalah ini. Dan tidak lupa kepada
rekan-rekan mahasiswa/i yang turut memberikan atensinya dalam
pembuatan makalah ini.

Padang, 22 Februari 2019

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Extinction .................................................................................. 2


B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Extinction .................... 5
C. Kesalahan dalam Penerapan Extinction ................................................... 7
D. Pedoman Penerapan Extinction ................................................................. 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................ 11
B. Saran .......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekstinction merupakan salah satu fenomena-fenomena dalam
kondisioning klasik yang artinya adalah menurunnya frekuensi respon
bersyarat bahkan akhirnya menghilangnya respon bersyarat akibat
ketiadaan stimulus alami dalam proses conditioning atau secara singkat
dapat diartikan hilangnya perilaku akibat dari dihilangkannya
reinforcement. Extinction adalah pengurangan perilaku yang tidak
dikehendaki dengan cara menahan atau tidak memberikan positive
reinforcement yang selama ini memperkuat perilaku tersebut.
Kepunahan dapat berlaku untuk perilaku yang telah menerima
penguatan positif atau negatif. Perilaku yang tidak diinginkan juga dapat
dikurangi dengan menggunakan metode extinction.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan extinction?
2. Apa saja fator-faktor yang mempengaruhi efektifitas extinction?
3. Bagaimana kesalahan dalam penerapan extinction?
4. Bagaimana cara menerapkan pedoman dalam extinction?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengenal dan mengetahui pengertian dasar extinction.
2. Mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas extinction.
3. Memahami kesalahan dalam penerapan extinction.
4. Memahami dan mempraktekkan penerapan pedoman extiction dalam
kehidupan sehari-hari.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Extinction

Extinction adalah pengurangan perilaku yang tidak dikehendaki


dengan cara menahan atau tidak memberikan positive reinforcement
yang selama ini memperkuat perilaku tersebut (Reza Fahmi, 2011: 15).
Ekstinsi adalah salah satu cara untuk mengurangi proyekuensi perilaku
yang tidak sesuai adalah memastikan perilaku tersebut tidak diberi
penguatan (Jeanne E, O, 2009: 451). Exinction merupakan salah satu
fenomena-fenomena dalam kondisioning klasik yang artinya adalah
menurunnya frekuensi respon bersyarat bahkan akhirnya menghilangnya
respon bersyarat akibat ketiadaan stimulus alami dalam proses
conditioning atau secara singkat dapat diartikan hilangnya perilaku
akibat dari dihilangkannya reinforcement.

Kepunahan (extinction) jarang merupakan proses yang mulus.


Ketika penguatan ditarik kembali orang sering menambah tingkat
perilaku mereka untuk sementara waktu. Misalnya, bayangkanlah pintu
yang digunakan sebagai jalan pintas ke tempat tertentu dikampus yang
sering dikunjungi tiba-tiba tertutup. Mungkin seseorang akan
mendorong, menggoyangnya, memutar ganggangnya kedua arah, dan
menendang pintu tersebut dan akan marah serta frustasi namun setelah
beberapa saat, orang tersebut menyadari bahwa pintu itu terkunci
kemudian pergi. Apabila pintu itu dikunci selamanya (tanpa orang
ketahui), Orang tersebut mungkin akan mencobanya lagi beberapa kali
selama beberapa hari berikut, kemudian mungkin sekali satu bulan
kemudian akhirnya orang itu menyerah (Slavin, E. R, 2011: 192).

2
3

Kepunahan terjadi ketika :

1. Perilaku yang sebelumnya telah diperkuat.


2. Tidak lagi menghasilkan konsekuensi yang menguatkan.
3. Oleh karena itu, perilaku berhenti terjadi di masa depan (Raymond
G. Miltenberger, 2008: 102).

Ketika membahas perilaku operan, istilah kepunahan sebenarnya


memiliki dua makna. Ini adalah prosedur atau ketentuan dalam dimana
respon yang sebelumnya diperkuat tidak lagi menerima penguatan, dan
itu adalah proses dimana laju dan kekuatan dalam melakukan penurunan
respons yang tidak lagi diperkuat. Bentuk kata kerja untuk kepunahan
adalah pemadaman.

Kepunahan dapat terjadi sebagai kondisi sembarangan dalam


kehidupan sehari-hari atau sebagai prosedur yang hati-hati dan disengaja
dalam suatu intervensi. Dalam kehidupan sehari-hari, misalnya, jika
anak memiliki orang tua yang cukup acuh terhadap atau tidak terlibat
dalam peran pengasuhan mereka, banyak perilaku sosial yang pantas
yang anak-anak amati di sekolah dan di tempat lain mungkin tidak
menerima penguatan yang cukup untuk dipertahankan.

Pada saat yang sama, perilaku sosial negatif, seperti agresi, dapat
menghasilkan imbalan cepat. Pola penguatan ini membantu menjelaskan
mengapa anak-anak dengan acuh tak acuh, orang tua yang tidak terlibat
cenderung agresif, tidak patuh, dan tidak menyenangkan. Sebaliknya,
prosedur kepunahan dalam intervensi direncanakan untuk mencapai
tujuan perilaku tertentu. Untuk memulai prosedur kepunahan untuk
perilaku target, individu harus mengidentifikasi apa penguatan itu dan
dapat mengendalikan sumbernya. Jika tidak mengontrol sumber bala
bantuan dengan sangat hati-hati, bala bantuan asing dapat terjadi dan
mengembalikan perilaku.
4

Kepunahan dapat berlaku untuk perilaku yang telah menerima


penguatan positif atau negatif. Di salah satu kasus, penguatan dihentikan
dan perilaku di mana penguatan itu kontingen sekarang menurun

1. Extinction untuk penguatan positif


Jika konsekuensi dari perilaku adalah penguatan positif, seperti
menerima penguat nyata atau sosial, maka prosedur kepunahan
memastikan imbalan itu tidak lagi disediakan. Contoh prosedur
kepunahan untuk perilaku target yang telah menerima penguatan
positif datang dari intervensi untuk mengurangi kesalahan
aritmatika dari murid berusia 8 tahun bernama Bob. Meskipun
bocah itu akan menambahkan angka dengan benar, bocah tersebut
biasanya membalikkan angka dalam jumlah dua digit. Analisis
perlaku menentukan bahwa penguat untuk pembalikkan digit adalah
perhatian guru: ketika guru ditandai dengan 20 lembar kerja Bob
yang bermasalah, Bob menandai setiap jawaban yang benar dengan
huruf C dan masing-masing salah (terbalik digit) menjawab dengan
X, yang tampaknya memberikan perhatian yang berfungsi sebagai
penguat untuk pembalikan. Selama fase intervensi penelitian, guru
terus menandai setiap jawaban yang benar dengan C dan juga akan
menepuk punggungnya dan berkata “yang ini bagus” tetapi tidak
menandai atau mengomentari item yang salah.
2. Extinction penguatan negatif
Jika konsekuensi mempertahankan perilaku adalah penguatan
negatif, prosedur kepunahan mencegah individu melarikan diri atau
menghindari situasi yang tidak menyenangkan. Karena mengurangi
yang tidak menyenangkan situasi memberikan penguatan negatif
bahwa konsekuensi harus dihentikan untuk menggunakan
kepunahan mengurangi perilaku. Misalnya, anak-anak tidak ingin
bersekolah terkadang mengamuk ketika tiba disana, membimbing
orang tua untuk membawa anak tersebut pulang. Memadamkan
5

amarah dan mengharuskan anak-anak ini tidak diizinkan untuk


melarikan diri atau menghindari sekolah. Intervensi yang
menggunakan kepunahan untuk mengurangi perilaku target
dipertahankan dengan penguatan negative diimplementasikan untuk
seorang anak laki-laki bernama Drew, yang telah didiagnosis
dengan autism dan keterbelakangan mental. Masalah perilaku yang
ditangani analisis perilaku terjadi selama pelatihan dan termasuk
agresi dan perilaku merugikan diri sendiri: pengamatan
menunjukkan bahwa perilaku ini diperkuat oleh Drew melarikan
diri dari tugas yang dipelajari. Intervensi hanya mengguanakan
kepunahan yang terdiri dari menghentikan penguatan negatif
perilaku: ketika perilaku masalah terjadi, ahli terapi wicara
melanjutkan sesi dan secara fisik membimbing Drew menyelesaikan
tugas (Edward P. Sarafino, 2012:94-95).

Perilaku yang tidak diinginkan juga dapat dikurangi dengan


menggunakan metode extinction. Metode ini merupakan strategi untuk
mengubah atau menurunkan perilaku yang tidak diharapkan dengan
menghilangkan hubungan sebab akibat dari suatu stimulus dengan
respon, dimana respon yang muncul merupakan bentuk perilaku yang
tidak diharapkan terhadap suatu stimulus tertentu (Evi Syafrida
Nasution, 2016: 60).

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Extinction


1. Extinction combined with positive reinforcement (kepunahan
dikombinasikan dengan penguatan positif)
Extinction akan lebih efektif jika dikombinasikan dengan positive
reinforcement. Kombinasi dari keduanya akan lebih cepat menurunkan
frekuensi dari perilaku yang tidak dikehendaki dan mungkin sampai
pada tingkatan yang paling rendah. Positive reinforcement sebaiknya
tidak diberikan tepat saat perilaku yang tidak dikehendaki selesai
dilakukan.
6

2. Controling reinforcers for the behaviour that is to be decreased


(mengendalikan bala bantuan untuk perilaku yang harus
dikurangi)
Reinforcers yang diberikan oleh orang lain atau oleh lingkungan fisik
dapat merusak proses extinction.
3. The setting in which extinction is carried out (pengaturan dimana
kepunahan dilakukan)
Hal yang penting adalah mempertimbangkan setting dimana proses
extinction akan dilakukan, yaitu:
a. Meminimalkan pengaruh dari reinforcer alternative pada perilaku
yang akan dikurangi.
b. Memaksimalkan keberhasilan modifikasi perilaku melalui program
ini.
4. Intruction: make use of rules (intruksi: memanfaatkan aturan)
Ada kemungkinan untuk memberikan penjelasan mengenai proses
extinction ini kepada individu yang bersangkutan sehingga dapat
mempercepat proses pengurangan perilaku yang tidak dikehendaki.
Namun hal ini dapat menjadi sesuatu yang kompleks.
5. Extinction is quicker after continous reinforcement (kepunahan
lebih cepat setelah penguatan terus-menerus)
Extinction akan lebih cepat setelah continous reinforcement (dimana
setiap respon mendapatkan reinforcer) dibandingkan jika extinction itu
diikuti dengan intermittent reinforcement (dimana respon mendapatkan
reinforcement hanya pada waktu tertentu / kadang-kadang). Perilaku
yang sulit dihilangkan dikenal dengan resistant to extinction.
6. Behaviour being extinguished may get worse before its gets better
(perilaku yang padam bisa jadi lebih buruk sebelum menjadi
lebih baik)
Selama proses extinction, perilaku mungkin akan meningkat sebelum
mulai berkurang.
7

7. Extinction may produce aggression that interferes with the program


(kepunahan dapat menghasilkan agresi yang mengganggu
program)
Hal yang kurang menyenangkan dari proses extinction adalah
terkadang proses extinction menghasilkan sikap agresif. Namun, jika
kita menyerah pada munculnya sikap ini, program kita tidak akan
berhasil.
8. Extinguished behaviour may reapper after a delay (perilaku yang
padam dapat muncul kembali setelah penundaan)
Dikenal dengan spontanius recovery, dimana perilaku yang sudah
hilang tiba-tiba muncul kembali. Namun, biasanya frekuensinya jauh
lebih sedikit dibandingkan sebelum proses extinction, dan hal ini tidak
menjadi masalah yang besar (Reza Fahmi, 2011: 15-16).
C. Kesalahan dalam Penerapan Extinction
1. Reinforce (penguatan) yang tidak diberikan yang mengikuti perilaku
yang tidak diinginkan bukan merupakan reinforce yang
mempertahankan perilaku tersebut.
2. Perilaku yang tidak dinginkan mendapat intermittent reinforcement
dari orang atau sumber lain.
3. Perilaku alternatif yang dinginkan tidak cukup kuat.
D. Pedoman Penerapan Extinction
1. Menyeleksi perilaku yang akan dipunahkan
a. Saat memilih perilaku, spesifiklah. Jangan harapkan perbaikan
besar-besaran terjadi sekaligus secara serentak.
b. Ingatlah bahwa pada proses pemunahan berlangsung, perilaku
sering muncul lebih intesif sebelum akhirnya hilang, membuat
kondisi pemunahan memburuk lebih dulu sebelum akhirnya
membaik.
c. Mempertimbangkan lingkup dimana perilaku muncul.
8

2. Pertimbangan-pertimbangan awal
a. Jika memungkinkan, selalu catat seberapa sering perilaku yang tak
diingikan muncul sebelum memulai program pemunahan.
b. Cobalah mengindentifikasi apakah penguat sesungguhnhya yang
sudah mendukung kemunculan perilaku yang tak diinginkan.
c. Sejarah penguatan bagi perilaku tak diingikan tersebut dapat
memberi gambaran tentang seberapa lama waktu yang dibutuhkn
bagi program pemunahan.
d. Identifikasi jumlah perilaku alternative yang diinginkan dimana
individu dapat terlibat.
3. Mengimplementasikan Rencana
a. Memberitahukan individu yang bersangkutan tentang rencana yang
akan dilakukan sebelum memulai.
b. Setelah memulai program tetap konsisten menahan penguatan bagi
perilaku yang tak diinginkan dan menguatkan perilaku alternative
yang diinginkan (Garry Martin & Joseph Pear, 2015: 118-120).

Pedoman penerapan dalam dunia pendidikan:

1. Memberikan isyarat (cueing) terhadap perilaku yang tidak sesuai


Menggunakan isyarat untuk mengingatkan para siswa tentang apa
yang seharusnya dilakukan, dan memberikan isyarat tentang apa yang
seharusnya tidak dilakukan. Sebagai contoh, dengan menggunakan
bahasa tubuh seperti membuat kontak mata, mengangkat alis, atau
mengernyitkan dahi agar siswa tahu bahwa seorang guru tidak
menyetujui perilaku tersebut dan menginginkan agar perilaku tersebut
dihentikan. Jika bahasa tubuh tidak mendapat perhatian dari seorang
siswa yang berperilaku buruk, isyarat yang lebih jelas ialah kedekatan
fisik (physical proximity): bergerak mendekat ke arah siswa itu dan
berdiri disana sampai perilakunya yang bermasalah itu berhenti.
9

Cara-cara yang samar dan halus terkadang tidak mempan, dan


karena itu perlu lebih eksplisit. Dalam kasus seperti itu, isyarat verbal
yang singkat perlu dilakukan. Misalnya, menyebutkan nama siswa
yang berperilaku tidak sesuai, mengingatkan siswa tentang perilaku
yang benar, atau (bila perlu) menunjukkan perilaku yang tidak sesuai
2. Memberi penguatan pada perilaku yang bertentangan
Seringkali individu dapat mengurangi frekuensi perilaku yang
tidak produktif hanya dengan memberi penguatan pada perilaku
alternatif. Idealnya, dua perilaku itu merupakan perilaku yang
bertentangan (incompatible behaviours), yang tidak dapat dijalankan
bersamaan. Sebagai satu kemungkinan, individu mungkin mengatakan
bahwa duduk bertentangan dengan berdiri. Makan kerupuk tidak
cocok dengan bernyanyi, atau setidak-tidaknya bernyanyi dengan
baik. Jalan-jalan bertentangan dengan tidur siang. Secara fisik tidak
mungkin melakukan kedua kegiatan itu pada waktu yang sama.
Ketika usaha-usaha individu menghilangkan perilaku yang tidak
sesuai atau memberikan isyarat gagal, penguatan terhadap satu atau
lebih perilaku yang bertentangan (incompatible) dengan perilaku yang
bermasalah seringkali efektif. Pendekatan yang dapat diambil ketika
memberi penguatan pada seorang siswa hiperaktif bila ia duduk
dengan tenang: duduk bertentangan dengan perilaku meninggalkan
kursi dan berjalan-jalan mengelilingi ruangan. Itu juga merupakan
pendekatan yang dapat digunakan untuk mengatasi kelalaian
(memberikan penguatan kepada siswa jika mereka ingat melakukan
apa yang seharusnya mereka lakukan), perilaku tidak mengerjakan
tugas (memberikan penguatan pada perilaku yang mengerjakan tugas),
dan berkata-kata kasar (memberikan penguatan pada pernyataan-
pernyataan yang pro-sosial).
10

3. Hukuman
Hukuman (punishment) adalah suatu konsekuensi yang
menurunkan frekuensi respons yang mengikutinya. Semua
konsekuensi yang berupa hukuman terdiri dari 2 kategori:
a. Hukuman penghadiran, hukuman berupa menghadirkan suatu
stimulus baru, barangkali sesuatu yang tidak diinginkan atau
disenangi pembelajar.
b. Hukuman penghilangan, hukuman yang berupa penghilangan suatu
stimulus atau keadaan yang ada, barangkali stimulus yang
disenangi dan digandrungi siswa.
Banyak penganut aliran behaviourisme awal yakin bahwa
hukuman merupakan sarana yang relatif tidak efektif untuk mengubah
perilaku, hukuman mungkin dapat menekan suatu respon untuk
sementara waktu tetapi tidak dapat menghilangkannya. Namun, belum
lama berselang, kaum behaviouris menemukan bahwa beberapa bentuk
hukuman dapat sangat efektif mengurangi perilaku bermasalah dan
secara khusus berguna ketika siswa kelihatannya kurang memiliki
motivasi untuk mengubah perilakunya (Jeane Ellis Ormrod, 2009: 452-
455).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Extinction adalah pengurangan perilaku yang tidak dikehendaki
dengan cara menahan atau tidak memberikan positive reinforcement
yang selama ini memperkuat perilaku tersebut. Ekstinsi adalah salah
satu cara untuk mengurangi proyekuensi perilaku yang tidak sesuai
adalah memastikan perilaku tersebut tidak diberi penguatan.
Kepunahan dapat berlaku untuk perilaku yang telah menerima
penguatan positif atau negatif. Perilaku yang tidak diinginkan juga
dapat dikurangi dengan menggunakan metode extinction. Beberapa
faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas extinction diantaranya
kepunahan dikombinasikan dengan penguatan positif, mengendalikan
bala bantuan untuk perilaku yang harus dikurangi, pengaturan dimana
kepunahan dilakukan, intruksi: memanfaatkan aturan, kepunahan
lebih cepat setelah penguatan terus-menerus, perilaku yang padam
bisa jadi lebih buruk sebelum menjadi lebih baik, kepunahan dapat
menghasilkan agresi yang mengganggu program, perilaku yang
padam dapat muncul kembali setelah penundaan. Selain itu, terdapat
juga kesalahan dalam penerapan Extinction serta pedoman extinction
juga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
B. Saran
Untuk pemahaman lebih lanjut maka penulis memberikan saran
kepada pembaca. Pembaca dapat meningkatkan pemahaman tentang
extinction dengan membaca buku dari berbagai sumber sebagai
perbandingan dan mengaplikasikan teori extinction dalam kehidupan
sehari-hari sesuai dengan pedoman dalam penerapan extinction dan
metode extinction agar perilaku yang tidak diinginkan dapat dihilangkan
sehingga dapat mengubah perilaku tersebut sesuai dengan yang
diharapkan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Fahmi, R.(2011). Modifikasi Tingkah Laku. Padang: IAIN IMAM BONJOL.

Martin,G. & Pear, J. (2015). Modifikasi Perilaku Makna dan Penerapannya.


Edisi Kesepuluh. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Miltenberger, R. G. (2008). Behavior Modification: Principles and


Procedures. Four Edition. Belmont: Wadsworth/Thomson Learning.

Nasution, E.S. (2016). Efektifitas Modifikasi Perilaku untuk Mengatasi


Enuresis pada Anak. JP3SDM, 4 (1), 51-62.

Ormrod, J.E. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga.

Sarafino, E.P. (2012). Applied Behavior Analysis: Principles and


Procedures for Modifying Behavior. John Wiley & Sons, Inc., USA.

Slavin, R.E. (2011). Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik. Edisi


Kesembilan. Jilid 1. Jakarta: PT. Indeks Permata Puri Media.

Anda mungkin juga menyukai