Anda di halaman 1dari 57

MODIFIKASI PERILAKU

MUH FAKHRI ARHAM 09120140034


FANDI AHMAD 09120140046
SANJARUDIN 09120140036
MUHAMMAD ARIF 09120140004
Sebagaimana dikemukakan bahwa pendekatan modifikasi
perilaku tidak pernah lepas dari data, untuk mengevaluasi
apakah perilaku individu sudah berubah meningkat atau
berkurang. Secara khusus Martin dan Pear (2003)
mengemukakan bahwa asesmen perilaku meliputi proses
pengumpulan dan analisis terhadap data atau informasi untuk
tujuan-tujuan sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi perilaku target, yaitu perilaku yang


menjadi sasaran.
2. Mengidentifikasi penyebab-penyebab munculnya perilaku
tertentu
3. Menentukan metode intervensi yang dilakukan.
4. Mengevaluasi hasil tritmen.
Teknik asesmen yang sangat populer digunakan dalam
modifikasi perilaku adalah Analisis Fungsional.

Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa proses


modifikasi perilaku yang berhasil paling tidak melalui fase-
fase berikut:
(a) skrining atau intake phase, (b) baseline, (c) tritmen, dan
(d) tindak lanjut.
Untuk memperjelas pemahaman mengenai asesmen ini
baik kiranya diamati terlebih dahulu aktivitas yang
dilakukan pada setiap fase dari program modifikasi
perilaku.
1. Skrining atau intake phase.
lstilah fase intake biasanya dikenakan pada tahap awal dari
proses pertemuan seorang klien dan terapis. Pada fase ini
terapis memberi kesempatan pada klien untuk mengisi
formulir yang disediakan ataupun hanya wawancara umum
dengan maksud agar terapis memperoleh informasi
mengenai nama, alamat, usia, status perkawinan dll. Pada
fase ini, terapis juga dapat mengumpulkan informasi awal
mengenai hal-hal atau peristiwa-peristiwa yang mendorong
klien datang menemui terapis.
Fase ini sering juga disebut skrining karena fase ini berfungsi untuk
memberi kesempatan pada terapis untuk menimbang apakah klien
telah datang kepada terapis atau biro yang tepat untuk masalah yang
dialaminya. Fungsi kedua, terapis atau biro tersebut dapat
menginformasikan layanan-layanan yang diberikan, serta kode etik
profesi. Fungsi ketiga, mendeteksi apakah klien yang datang masuk
kategori krisis (misalnya dorongan bunuh diri atau penyalah gunaan
obat) sehingga membutuhkan tindakan segera atau tidak. Bagi terapis
tertentu, skrining ini memiliki fungsi keempat yaitu mengumpulkan data
melalui tes-tes psikologi yang dapat digunakan untuk memperkuat
diagnosa. Fungsi kelima dari fase skrining ini adalah
untuk menentukan perilaku mana yang perlu diukur baseline nya.
2. Fase Baseline
Fase baseline adalah fase penilaian awal terhadap perilaku
klien, yang merupakan sampel dari perilaku target. Fase ini
dilakukan dengan beberapa kali pengukuran terhadap
sampel perilaku tersebut pada situasi-situasi yang berbeda.
Pengukuran dihentikan apabila hasil pengukuran sudah
menunjukkan hasil yang konsisten.
Selama fase baseline, terapis menilai seberapa jauh gap
antara sampel perilaku yang ditunjukkan klien dengan
perilaku perilaku target untuk menentukan level perilaku
yang saat ini dimiliki klien. Pada fase ini, terapis juga
melakukan pengamatan dan penilaian terhadap lingkungan
tempat di mana klien hidup sehari-hari sehingga dapat
mengumpulkan informasi mengenai faktor-faktor apa saja
yang mungkin potensial mendukung atau menghambat
proses modifikasi perilaku terhadap klien. Setelah diamati,
terapis dapat memprediksi variabel apa saja yang
perlu dikontrol untuk mencapai tujuan program modifikasi
perilaku.
3. Fase Tritmen
setelah baseline dilakukan, terapis memperoleh data yang
lebih lengkap mengenai klien. ldealnya, pada saat ini
terapis mulai merancang program modifikasi perilaku yang
tepat bagi klien. Pada masalah-masalah kesulitan belajar,
umumnya program dalam bentuk pelatihan atau program
pengajaran. Untuk masalah-masalah klinis atau komunitas,
program yang lebih sering diusulkan adalah terapi atau
intervensi komunitas.

Dalam modifikasi perilaku, beberapa metode dapat


disarankan pada beberapa klien dengan masalah-masalah
tertentu. Namun demikian selama metode ini diterapkan,
sebagaimana pendekatan perilaku lainnya asesmen tetap
terus menerus dilakukan.
4. Fase Tindak Lanjut
Fase tindak lanjut dilakukan untuk mengevaluasi mengenai
keberlangsungan suatu perubahan perilaku tertentu. Bila perubahan
tersebut dapat bertahan selama periode tertentu mengikuti perubahan
perilaku yang terjadi setelah klien dikenai
metode modifikasi perilaku, maka dapat disimpulkan bahwa metode
tersebut efektif. Sebaliknya, bila perubahan itu tidak permanen maka
dapat dikatakan bahwa problem yang sesungguhnya tidak terpecahkan
secara tuntas.

Sumber-sumber lnformasi untuk Asesmen


Pentingnya data yang dikumpulkan melalui fase-fase dalam modifikasi
perilaku merupakan ciri yang menonjol dari pendekatan perilaku. Data
akurat dan lengkap merupakan kunci keberhasilan suatu proses
modifikasi perilaku, terutama dalam
menentukan perilaku target. Dengan demikian perlu ditentukan
prosedur yang tepat untuk mengumpulkan data ini.
Beberapa prosedur yang biasa dilakukan untuk
pengumpulan data, dapat dikelompokkan ke dalam tiga
prosedur.

Prosedur pertama adalah penilaian tidak langsung.


Penilaian tidak langsung dapat dilakukan dengan cara
mewawancarai orang-orang terdekat dengan klien,
misalnya orang tua, saudara-saudara klien, teman-teman,
guru, dan orang-orang yang banyak berhubungan
dengannya. Sumber informasi lain yang dapat diminta
datanya adalah konselor profesional dari sekolah. Cara lain
yang masuk kategori asesmen yang tidak langsung ini
adalah kuesioner yang didesain khusus seperti misalnya
life history, self report problem checklist, dan role play.
Prosedur kedua adalah penilaian langsung pada klien,
dilakukan dengan cara melakukan observasi terhadap
sampel perilaku yang diperlihatkan klien. Prosedur
penilaian langsung ini memberikan data yang akurat
karena ditampilkan langsung oleh klien, tetapi tentu saja
kelemahannya adalah dari segi waktu yang harus
disediakan lebih banyak. Dalam prosedur penilaian
langsung ini beberapa hal yang menjadi sasaran untuk
dinilai, adalah frekuensi dimunculkannya perilaku tertentu,
bagaimana
pula dengan durasi munculnya perilaku tersebut, intensitas,
dan kualitas.

Prosedur penilaian eksperimen dilakukan dengan cara


melakukan kontrol pada situasi yang ada pada klien
(antecedent) untuk kemudian diamati perilaku apa yang
akan dimunculkan (consequence). Prosedur ini disebut
juga dengan analisis fungsional.
Analisis Fungsional
lstilah analisis fungsional seringkali disamakan dengan
asesmen fungsional. Beberapa buku memang menyebut
dua istilah ini secara bergantian. Namun demikian Martin
dan Pear (2003) demikian pula halnya dengan Cone (1997)
membedakan definisi
keduanya. Martin dan Pear (2003) mengemukakan bahwa
asesmen fungsional adalah beberapa pendekatan yang
digunakan untuk mengidentifikasi antecedents dan
consequences dari suatu perilaku tertentu. Sementara itu,
analisis fungsional adalah manipulasi yang sistematis dari
suatu situasi untuk menguji perannya sebagai antecedents
yang mengontrol suatu perilaku tertentu, atau sebagai
consequences yang memperkuat terbentuknya perilaku
tertentu.
FADING
Adalah perubahan secara gradual pada successlye trials
dari stimulus yang mengontrol respon, sehingga respon
yang dihasilkan sedikit demi sedikit akan berubah seiring
dengan semakin lengkapnya stimulus.

Faktor - faktor yang mempengaruhi Keefektivitasan Fading :


1. Memilih stimulus akhir yang diinginkan
Sangat penting memilih stimulus akhir yang tepat untuk dapat
menghasilkan perilaku (respon) akhir yang diinginkan.
2. Memilih stimulus awal
Pada permulaan fading, sangat penting menentukan stimulus awal
yang mungkin memunculkan perilaku yang diinginkan.
Prompt adalah stimulus yang diperkenalkan utuk mengontrol perilaku
yang diinginkan selama masa awal program belajar dan kemudian
dihilangkan setelah perilaku yang diinginkan diperkuat.
Prompt dibedakan menjadi :
a. Physical Prompt
Misal : orang tua memegangi anaknya ketika belajar
berjalan.
b. Gestural Prompt
Misal : trainer menujukkan materi pada peserta dengan
menggunakan pointer
c. Modeling Prompt
Misal : pelatih renang menunjukkan gerakan tangan dalam
gaya bebas.
d. Verbal Prompt
Misal : pelatih mengendarai mobil mengatakan pada siswa
"hati - hati, jangan terlalu cepat”!
e. Environmental Prompt
Misal : orang yang ingin mengurangi berat badan
menempel fotonya yang gemuk di depan pintu kulkas.
Selain itu, Prompt juga dibedakan menjadi :
1. Extra stimulus prompt
sesuatu yang ditambahkan pada lingkungan untuk membentuk
respon yang diinginkan.
2. Within stimulus prompt
perubahan karakteristik dari stimulus untuk membuatnya lebih mudah
diperhatikan/dibedakan.
3. Memillih tahapan fading
Jika respon dapat terjadi dengan prompt yang diberikan,maka prompt
dapat secara bertahap dihilangkan. Jangan terlalu cepat dan jangan
terlalu lambat, tetapi harus disesuaikan dengan perkembangan subjek.
4. Memilih reinforcer yang sesuai
Pemilihan reinforcer yang tidak sesuai bisa menyebabkan perilaku
yang dihasilkan sebagai respon tidak terkuatkan.
5. Menerapkan rencana pada efek program
Untuk memperkecil terbentuknya efek negatif dan memperbesar efek
positif sebagai hasil program fading yang dilakukan.
Contoh Penerapan Fading
1. Belajar mengendarai sepeda
2. Menuntun anak belajar menggambar lingkaran, segitiga,
menulis angka dan huruf
3. Mengajarkan kemampuan verbal pada anak autis
4. Memunculkan perilaku tidak merokok
MODELING
Pengertian
Modeling adalah prosedur dimana contoh perilaku
diberikan kepada individu untuk membujuk individu
tersebut melakukan perilaku yang sama.

Cirinya:
1. Memamerkan perilaku seorang/sekelompok orang
kepada subjek
2. Memanfaatkan proses belajar melalui pengamatan
Tahap dalam Modeling
1.Pemilikan (masuknya perilaku ke dalam perbendaharaan
subjek
- Pengamatan intensif dan mengesankan
- Berulang-ulang
2.Pelaksanaan (melakukan perilaku yang telah dipelajari)
terwujud jika ada:
- Penunjang
- Pengukuhan (dialami melalui pengamatan)

Efek Modeling
1.Memperoleh perilaku yg belum pernah dilakukan
2.Melepaskan perilaku yg dimiliki tetapi belum
dimanfaatkan
3.Menahan perilaku yg tadinya bebas dilakukan
4.Mempermudah timbulnya perilaku
Penerapan modeling
1. Memusatkan perhatian subjek
2. Memilih media pameran
- Live models, participant modeling
- Film models (video tape, movies)
- Imagery characters (kartun, boneka, komik)
3. Memilih model (berpengalaman, popular, sukses,
dikagumi)
Beberapa Pedoman dalam menggunakan Modeling
1. Jika mungkin, pilih model yang merupakan teman atau kawan
sebaya dari klien dan orang yang dilihat klien sebagai orang yang
kompeten dengan status atau gengsi.
2. Jika mungkin, gunakan lebih dari satu model.
3. Kompleksitas dari perilaku model sebaiknya sesuai dengan tingkat
perilaku klien
4. Kombinasikan modeling dengan aturan
5. Klien melihat perilaku model dan diperkuat (lebih baik dengan
penguat natural)
6. Jika mungkin, rencanakan pelatihan sehingga imitasi yang tepat dari
perilaku model yang mengarah pada penguat natural pada klien.
7. Jika perilaku cukup kompleks, modeling sebaiknya dirangkai dari
yang paling mudah hingga ke yang sulit pada individu yang diberi
perlakuan.
8. Untuk menggeneralisasikan stimulus, modeling harus serealistis
mungkin
9. Gunakan fading jika perlu sehingga stimuli selain model dapat
mengambil kontrol pada perilaku yang diinginkan
PUNISHMENT
Pengertian
Pemberian stimulus yg mengikuti suatu perilaku mengurangi
kemungkinan berulangnya perilaku tersebut

Prinsip Punishment
Jika dalam situasi yang diberikan. seseorang melakukan sesuatu yang
segera diikuti oleh hukuman, kemudian orang tersebut akan
mengurangi perilaku yang sama ketika dia berada pada situasi yang
sama nantinya,
Keunggulan Hukuman :
1.Menghentikan dg cepat
2.Memudahkan diskriminasi
Hukuman yg bersifat spesifik memudahkan subjek
membedakan dalam situasi mana perilakunya harus dihilangkan
3. Merupakan pelajaran bagi orang lain

Kelemahan Hukuman:
1.Reaksi subjek mengundurkan diri
mogok, melarikan diri, membolos
2. Reaksi subjek agresi
3.Reaksi subjek tergeneralisasi
4.Reaksi subjek diskriminatif
5.Tindakan menghukum dijadikan contoh
6.Perilaku terhukum dicontoh
7.Reaksi subjek thd diri sendiri & lingkungan menjadi negatif
8.Reaksi lingkungan thd penghukum negatif
Tipe - tipe Hukuman
1. Physical (Aversive) Punisher
Segala jenis hukuman yang mengikuti perilaku yang mengaktifikan
reseptor sakit atau reseptor rasa lain yang menimbulkan rasa tidak
nyaman
2. Reprimands
Adalah stimuli verbal negative yang kuat, misalnya “Tidak!" 'ltu
buruk!" dapat juga mengandung tatapan kasar dan genggaman
keras.
3. Timeout (Penyisihan sesaat)
Memindahkan sumber pengukuhan utk sementara waktu tertentu,
bila perilaku sasaran yg akan dihilangkan muncul, kesempatan
mendapat pengukuh ditiadakan sementara waktu.
4. Response Cost (denda)
Penarikan kembali sejumlah pengukuh yang telah diberikan untuk
suatu perilaku sasaran.
Penerapan Hukuman :
1.Menghalangi lolos dari hukuman
2.Konsisten & diberikan seketika
3.Penyajian dg intensitas kuat
4.Kombinasi dg prosedur lain
5.Kombinasi dg pengaturan lingkungan
Faktor-faktor yang mempengaruhi Efektifitas Hukuman
1. Memaksimalkan kondisi untuk respon alternatif yang
diinginkan
Harus mengidentifikasi beberapa respon diinginkan yang akan
berkompetisi dengan perilaku tidak diinginkan yang akan
dihilangkan. Untuk menjaga perilaku diinginkan, kita sebaiknya
memiliki reinforcemen positif yang diberikan pada jadwal efektif.
2. Minimalisir penyebab respon yang dihukum
Kita harus mengenali kontrol stimulus dari perilaku yang akan
dihukum, lalu kita juga harus mengetahui reinforcer yang menjaga
perilaku tidak diinginkan tersebut.
3. Pemilihan hukuman
Pemilihan tipe hukuman sangat penting dalam mempengaruhi
efektivitas pelaksanaan modifikasi perilaku.
4. Pelaksanaan hukuman
Punishmen paling efektif ketika hukuman diberikan segera setelah
perilaku yang tidak diinginkan muncul.
5. Penggunaan aturan
Penggunaan aturan yang tepat akan membantu menurunkan
perilaku tidak diinginkan dan meningkatkan perilaku alternatif lebih
cepat.
SELF CONTROL
Self Control atau pengelolaan diri adalah prosedur dimana seseorang
mengarahkan atau mengatur perilakunya sendiri. Masalah yang ada
pada self control biasanya ada dua, yaitu masalah akan adanya
perilaku yang berlebihan (problems of behavior excesses), atau adanya
perilaku yang kurang sehingga harus ditambah (problems of behavioral
deficiencies).
A. Problems Of Behavior Excesses
1. lmmediate Reinforcers VS Delayed Punishers
Melakukan sesuatu yang mendapatkan pengukuhan yang segera,
namun ada hukuman yang tertunda atas tercapainya pengukuh segera
tersebut. Misalnya: seorang anak yang berbohong pada orangtuanya
agar dapat pergi bersama teman-temannya, padahal pekerjaan
rumahnya masih belum selesai.
2. lmmediate Reinforcers VS Cummulative Significant Punishers
Melakukan sesuatu yang akan mendapatkan pengukuh dengan
segera, namun akan mendapatkan hukuman yang tertunda dengan
jumlah hukuman yang berlipat.
Misalnya: makan makanan yang rasanya enak tapi berkadar kolesterol
tinggi.
3. lmmediate Reinforcers (For Problem Behavior) VS Delayed
Reinforces
Pengukuhan langsung versus pengukuhan yang tertunda.
Mlsalnya : seorang mahasiswa akan ujian, namun teman kostnya
meminjam film bagus yang ingin ia tonton. Apabila mahasiswa itu
memilh belajar, maka ia akan mendapatkan nilai bagus nantinya.
Namun apabila mahasiswa itu memilih untuk menonton film, maka ia
akan mendapatkan kesenangan yang segera.
B. Problems Of Behavioral Deficiencies

1. lmmediate Small Punisher VS Reinforcers That Are


Cummulatively Significant

2. lmmediate Small Punishers For A Behavior VS lmmediate


But Highly lmprobable Major Punisher if The Behavior Doesn’t
Occur

3. lmmediate small punisher for a behavior vs a Delayed


major punisher if the behavior doesn't occur
Langkah-langkah Dalam Prosedur Self Control
1. Spesifikasi Masalah
a. Tentukan tujuan perilaku dengan rinci, konkrit, dan wajar
b. Buat daftar bukti yang menyatakan bahwa program control diri telah
berhasil.
c. Cantumkan beberapa orang yang punya tujuan sama. Amati, dan
berikan alasan mengapa mereka berhasil dan mengapa mereka
tidak berhasil,
d. Buat daftar perilaku yang dapat membantu tercapainya tujuan

2. Membuat Komitmen Untuk Berubah


a. Buat daftar keuntungan apabila program ini berhasil
b. Atur lingkungan : ada orang lain yang mengingatkan
c. Siapkan waktu dan energi untuk melakukan program
d. Rencanakan cara untuk mengatasi gangguan

3. Mengambil Data dan Analisis Penyebab


a. Ambil data tentang munculnya masalah : kapan, dimana, seberapa
sering?
b. Catat frekuensi permasalahan
c. Analisis anteseden & konsekuensi yang memelihara perilaku : dasar
untuk menyusun strategi berikutnya
4. Merancang Program
a. Manage The Situation
i. Self lnstruction
ii. Modelling
iii. Mengatur lingkungan
iv. Mengurangi kontak dengan orang lain
v. Menentukan waktu
b. Manage The Behavior
i. Chaining : tiap perilaku kecil merupakan syarat bagi perilaku
selanjutnya.
ii. lncompatible Behavior : Perilaku bermasalah diganti perilaku
lain
yang lebih tepat.
iii. Shaping : Membentuk perilaku secara bertahap
c. Manage The Consequences
i. Utilizing Feedback : cermin, tape recorder, video, self
monitoring
ii. Menyediakan self reward
iii. Mencatat keuntungan melakukan program
iv. Administering Punishment
Keunggulan Self Control
1. Klien aktif
2. Perubahan yang diperoleh lebih tahan lama

Kelemahan Self Control


1. Tergantung kesadaran, ketelatenan, dan motivasi klien
2. Perilaku yang bersifat pribadi sulit dideskripsikan (malu,
cemas), sulit dimonitor dan dievaluasi
3. Pengukuh imajinasi hanya disarankan untuk klien yang baik
daya khayalnya
4. Penggunaan imajinasi sebagai pengukuh hukuman dapat
melebihi takaran tanpa Diketahui orang lain.
SYSTEMATIC DESENSITIZATION
Pengertian
Teknik untuk mengurangi / mengambat / menghilangkan respon
kecemasan
secara bertahap dengan cara memunculkan respon yang berlawanan

Dasar Pemikiran
Reciprocal lnhibition
Penekanan munculnya suatu reaksi dg memberikan
pemunculan
Reaksi yang berlawananan
Refleks simpatetis ditekan dan secara simultan dimunculkan
Refleks yang
antagonistis (refleks parasimpatetis)
Terjadi kombinasi
Counter conditioning
Menyajikan stimulus yg menyenangkan (relaksasi) -- membuat kondisi
baru -- cemas diganti rileks
Extinction
Terjadi penghilangan respon kecemasan -- karena sudah dicounter
dengan relaksasi
Prosedur
1. Asesmen
- Wawancara
- Observasi / self monitoring
- Skala / inventory
2. ldentifikasi stimulus penyebab kecemasan
- Golongkan dalam tema
- Susun hirarkhi kecemasan
3. Melatih bentuk-bentuk respon penghambat kecemasan
- Relaksasi
- Asertif
4. Proses terapi
- Dibuat santai
- Membayangkan situasiyg menimbulkan kecemasan -- mulai
yang paling rendah
- Sambil membayangkan situasi yg menimbulkan kecemasan ia
juga diminta rileks -- menolong individu untuk rileks dalam situasi
yg mencemaskan
Hambatan
- Penyusunan hirarkhi
- Kurang dapat berimaginasi
- Kesulitan dalam relaksasi
Contoh :
Klien yang takut pada tikus diminta untuk membuat daftar hierarki
ketakutannya pada tikus tersebut, kemudian terapis meminta klien
untuk membayangkan ketakutannya dari tingkat hierarki yang paling
rendah, setelah itu terapis memberikan kesempatan kepada klien untuk
melakukan relaksasi, proses ini terus berjalan sampai pada tingkat
hierarki yang paling tinggi.
TOKEN ECONOMY
Token economy adalah sebuah program dimana sekelompok individu
bisa mendapatkan token untuk beberapa perilaku yang diharapkan
muncul, dan token yang dihasilkan bisa ditukar dengan back up
reinforcer.
Token economy dibuat berdasarkan prinsip conditioning reinforcement.
Conditioning reinforcement adalah stimulus yang tidak secara langsung
menguatkan prilaku, namun stimulus tersebut bisa menjadi penguat
jika dipasangkan dengan reinforcer lain.
Ada tiga karakteristik dasar yang dimiliki token economy
sebagai suatu program dalam modifikasi perilaku, yaitu :
1. Perilaku yang akan diperkuat dipaparkan dengan jelas.
2. Prosedur yang digunakan adalah dengan memberikan
reinforcing stimuli (token) saat perilaku target muncul.
3. Aturan yang ada direncanakan untuk mengatur
pertukaran token untuk setiap objek atau peristiwa yang
akan diperkuat.
Langkah-langkah lmplementasi Token Economy
1. Menentukan Perilaku Target
Semakin homogen individu kelompok yang akan dikenai token
economy, maka akan semakin mudah menstandardisasikan aturan-
aturan yang berlaku dalam token economy.
2. Mencari Garis Basal
Yakni memperoleh data sebelum melakukan penanganan, biasanya
melalui pengamatan selama dua minggu terhadap perilaku target.
Sesudah program dimulai, kita bisa membandingkan data dengan
data yang diperoleh saat menentukan garis basal, sehingga dapat
menentukan efektivitas program.
3. Memilih Back up Reinforcer
Perlu diperhatikan bagaimana karakteristik peserta program dan
apa saja kira-kira barang yang dibutuhkannya. Barang yang
menjadi pengukuh pendukung haruslah barang yang dapat
digunakan atau consumable. Perlu diperhatikan pula tempat
penyimpanan. dan dana yang dibutuhkan untuk melaksanakan
program.
4. Memilih Tipe Token Yang Akan Digunakan
Secara umum, tipe token haruslah menarik, ringan, mudah
dipindahkan, tahan lama, mudah dipegang, dan tidak mudah
dipalsukan. Beberapa contoh yaitu stiker, keping logam, koin, check-
mark, poin, poker chip, stempel yang dicap di buku, tanda bintang,
kartu, dll.
5. Mengidentifikasi Sumber-sumber Yang Bisa Membantu
Beberapa sumber yang bisa membantu adalah staf, relawan,
mahasiswa,
residen, orang yang akan dikenaitoken itu sendiri.
6. Memilih Lokasi Yang Tepat.
Token dapat diberikan dimana saja, asal diberikan setelah perilaku
target
muncul.
7. Menyiapkan manual/ pedoman Token Economy Pada Klien Dan staf.
Ada suatu prosedur spesifik dalam penerapan program token economy
1. Perlu diperhatikan bagaimana cara penyimpanan data, kertas data yang
akan digunakan, siapa dan bagaimana data itu akan dicatat.
2. Siapa yang akan memberikan pengukuh atau agen pengukuh (rerinforcing
agent), dan untuk perilaku apa.
3. Menentukan jumlah token yang bisa didapat pada setiap perilaku.
Pemberian token dapat mulai dikurangi bila perilaku target telah terbetuk.
4. Menyusun prosedur dan menentukan jumlah token untuk memperoleh back
up reinforcer. Pada awal program, frekuensi penyediaan pengukuh pendukung
harus cukup tinggi, lalu berkurang secara bertahap.
5. Berhati-hati terhadap kemungkinan munculnya hukuman.
Ada kemungkinan hukuman bersyarat (possible punishment contingencies).
Klien membayar dengan token bila ia melakukan tindakan kontraproduktif.
6. Memastikan bahwa tugas yang harus dilakukan staf sudah jelas, dan
pemberian pengukuh pada staf.
7. Membuat rencana untuk menghadapi kemungkinan masalah yang akan
timbul. Masalah yang biasa timbul antara lain, kebingungan, kekurangan staf,
peserta merusak token, dan lain-lain.
Penerapan Token Economy
1. Membantu murid yang cacat di dalam ruang kelas
2. Menangani anak -anak dengan masalah antisocial
3. Treatment untuk pecandu alkohol
4. Menurunkan tingkat absent dan meningkatkan performa kerja
5. mengurangi perilaku agresif tahanan.
6. Mengelola perilaku anak dalam keluarga.

Kelemahan Token Economy


1. Kurangnya pembentukan motivasi intrinsik, karena token merupakan
dorongan dari luar diri.
2. Dibutuhkan dana lebih banyak untuk penyediaan pengukuh pendukung
/ back up reinforcer
3. Adanya beberapa hambatan dari orang yang memberikan dan menerima
token.
TEORI BEHAVIORISME
PRINSIP PRINSIP TEORI BEHAVIORISME
1. Obyek psikologi adalah tingkah laku
2. Semua bentuk tingkah laku dikembalikan pada reflek
3. Mementingkan pembentukan kebiasaan

ADA DUA ALIRAN BESAR DALAM TEORI BEHAVIORISME


1. Reflek bersarat dari Rusia di antaranya PAVLOV dkk
2. Behaviorisme dari Amerika diantaranva THORNDIKE dkk
A. Teori Belajar Behaviouristik
Adalah teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku
manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi
respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan
membentuk perilaku mereka.

Kerangka Berpikir Teori


Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil,
bersifat mekanistis. menekankan peranan lingkungan. mementingkan
pembentukan reaksi atau respon. menekankan pentingnya
latihan.mementingkan mekanisme hasil belajar. mementingkan
peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah
munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering
disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia
dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau
reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku
belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural
dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat
bahwa tingkah laku siswa merupakan
reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku adalah hasil belajar.
Tokoh-Tokoh

Edward Edward Lee Thorndike (1874-1949)


Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-
asosiasi antara peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Teori
belajar ini disebut teori "connectionism". Eksperimen yang dilakukan
adalah dengan kucing yang dimasukkan pada sangkar tertutup yang
apabila pintunya dapat dibuka secara otomatis bila knop di dalam
sangkar disentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori Trial dan
Error.
Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error yaitu : adanya aktifitas, ada
berbagai respon terhadap berbagai situasi, ada eliminasai terhadap
berbagai respon yang salah. Ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai
tujuan.
Thorndike menemukan hukum-hukum.
1. Hukum kesiapan (Law of Readiness)
Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk
memperoleh stimulus maka pelaksanaan tingkah laku akan
menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung
diperkuat.
2. Hukum latihan
Semakin sering suatu tingkah laku dilatih atau digunakan maka
asosiasi tersebut semakin kuat.
3. Hukum akibat
Hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibat
menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibanya tidak
memuaskan.
Ivan Petrovich Pavlo (1849-1936) dan Watson

Pavlo mengadakan percobaan laboratories terhadap anjing. Dalam


percobaan ini anjing diberi stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi
bersarat pada anjing. Contoh situasi percobaan tersebut pada manusia
adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu tanpa disadari
menyebabkan proses penandaan sesuatu terhadap bunyi-bunyian
yang berbeda dari pedagang makan, bel masuk, dan antri di bank. Dari
contoh tersebut diterapkan strategi Pavlo ternyata individu dapat
dikendalikan melalui cara mengganti stimulus
alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan
respon yang diinginkan. Sementara individu tidak sadar dikendalikan
oleh stimulus dari luar. Belajar menurut teori ini adalah suatu proses
perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang
menimbulkan reaksi.Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini
adalah adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah
belajar hanyalah terjadi secara
otomatis keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.
Skinner (1904-1990)

Skinner menganggap reward dan reinforcement merupakan factor


penting dalam belajar. Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi
adalah meramal mengontrol tingkah laku. Pada teori ini guru memberi
penghargaan hadiah atau nilai tinggi sehingga anak akan lebihrajin.

Teori ini juga disebut dengan operant conditioning. Operant conditing


menjamin respon terhadap stimuli. Bila tidak menunjukkan stimuli
maka guru tidak dapat membimbing siswa untuk mengarahkan tingkah
lakunya. Guru memiliki peran dalam mengontrol dan mengarahkan
siswa dalam proses belajar sehingga tercapai tujuan yang diinginkan.
Skinner membagi menjadi 2 jenis respon.

1. Responden
Respon yang terjadi karena stimulus khusus misalnya Pavlo.
2. Operans
Respon yang terjadi karena situasi random. Operans
conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku operans yang
dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang kembali atau
menghilang sesuai keinginan.
Prinsip belajar Skinners adalah :
1. Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika salah
dibetulkan jika benar diberi penguat.
2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi
pelajaran digunakan sebagai sistem modul.
3. Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas
sendiri, tidak digunakan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah
untuk menghindari hukuman.
4. Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan
sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable ratio
reinforcer.
5. Dalam pembelajaran digunakan shapping
Robert Gagne (1916-2002)
Teori Gagne banyak dipakai untuk mendisain Software instructional
(Program berupa Drill Tutorial). Kontribusi terbesar dari teori
instructional Gagne adalah 9 kondisi instructional:
1. Gaining attention = mendapatkan perhatian
2. Intorm learner of objectives = menginformasikan siswa
mengenai tujuan yang akan dicapai
3. Stimulate recall of prerequisite learning = stimulasi
kemampuan dasar siswa untuk persiapan belajar.
4. Present new material = penyajian materi baru
5. Provide guidance = menyediakan pembimbingan
6. Elicit performance = memunculkan tindakan
7. Provide feedback about correctness = siap memberi umpan
balik langsung terhadap hasil yang baik
8. Assess performance = Menilai hasil belajar yang ditunjukkan
9. Enhance retention and recall = meningkatkan proses
penyimpanan memori dan mengingat.
Gagne disebut sebagai modern noebehaviouristik mendorong guru
untuk merencanakan pembelajaran agar suasana dan gaya belajar
dapat dimodifikasi.
Albert Bandura (1925-sekarang)
Teori belajar Bandura adalah teori belajar social atau kognitif social
serta efikasi diri yang menunjukkan pentingnya proses mengamati dan
meniru perilaku, sikap dan emosi orang lain. Teori Bandura
menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi tingkah laku
timbal balik yang berkesinambungan antara kognitive perilaku dan
pengaruh
lingkungan. Factor-faktor yang berproses dalam observasi adalah
perhatian, mengingat, produksi motorik, motivasi.

Aplikasi teori behaviouristik terhadap pembelajaran siswa


Guru yang menggunakan paradigma behaviourisme akan menyusun
bahan pelajaran yang sudah siap sehingga tujuan pembelajaran yang
dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak hanya
memberi ceramah tetapi juga contoh-contoh. Bahan pelajaran disusun
hierarki dari vang sederhana sampai yang kompleks. Hasil dari
pembelajaran dapat diukur dan diamati. kesalahan dapat diperbaiki.
Hasil yang diharapkan adalah terbentuknya suatu perilaku yang
diinginkan.
Kekurangan dan kelebihan

Metode ini sangat cocok untuk pemerolehan kemampuan yang


membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur
kecepatan spontanius kelenturan daya tahan dsb.
Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih
membutuhkan peran Orang tua.
Kekurangan metode ini adalah pembelajaran siswa yang berpusat
pada guru bersifat mekanistis dan hanya berorientasi pada hasil. Murid
dipandang pasif. Murid hanya mendengarkan. menghafal penjelasan
guru sehingga guru sebagai sentral dan bersifat otoriter.
TEORI HUMANISTIK
Prinsip- prinsip belajar humanistic:
A. Manusia mempunyai belajar alami
B. Belajar signifikan terjadi apabila materi plajaran dirasakan
murid mempuyai relevansi dengan maksud tertentu
C. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi
mengenai dirinya
D. Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah
dirasakan bila ancaman itu kecil
E. Bila ancaman itu rendah terdapat pangalaman siswa dalam
memperoleh caar
F. Belajar yang bermakna diperoleh jika siswa melakukannya
G. Belajar lancar jika siswa dilibatkan dalam proses belajar
H. Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil
yang mendalam
I. kepercayaan pada diri siswa ditumbuhkan dengan
membiasakan untuk mawas diri
J. Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.
Pengertian Teori
Humanistik tertuju pada masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi
dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan
kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri.

Kerangka Berfikir Teori Belajar


Tujuan belajar menurut teori ini adalah memanusiakan manusia artinya
perilaku tiap orang ditentukan oleh orang itu sendiri dan memahami
manusia terhadap lingkungan dan dirinya sendiri.Menurut para
pendidik aliran ini I penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus
sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa. Tujuan utama pendidik
adalah membantu siswa mengembangkan dirinya yaitu membantu
individu untuk mengenal dirinya sendiri sebagai manusia yang unik dan
membantu mewujudkan potensi
mereka. Para ahli humanistic melihat adanya dua bagian pada proses
belajar yaitu : proses pemerolehan informasi baru dan personalisasi
informasi ini pada individu. Tujuan utama pada pendidik adalah
membantu siswa untuk mengembangkan dirinya yaitu membantu
masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai
manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi yang
ada pada diri mereka.
Dua bagian pada proses belajar:
a. Proses memperoleh informasi baru
b. Personalisasi informasi ini pada individu

Tokoh –Tokohnya

Arthur Comb (1921-1999)


Meaning adalah konsep dasar yang dipakai atau digunakan. Belajar
terjadi bila siswa mempunyai arti bagi siswa itu sendiri, guru tidak bisa
memaksakan materi pada siswa.
Guru harus memahami perilaku siswa dengan memahami persepsi
siswa apabila ingin mengubah perilaku siswa. Menurut Comb perilaku
buruk itu adalah ketidakmauan siswa untuk melakukan sesuatu yang
tidak menimbulkan kepuasan bagi dirinya.
Maslow
Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa dalam diri manusia ada dua
hal yaitu adalah suatu usaha positif untuk berkembang dan kekuatan
untuk melawan atau menolak perkembangan itu. Pada diri manusia
mempunyai berbagai perasaan takut tetapi manusia juga mempunyai
perasaan yang mendorong untuk maju kearah keunikan diri. Kearah
fungsinya semua kemampuan yang dimiliki dapat dikembangkan.
Maslow membagi kebutuhan manusia menjadi tujuh hierarki yang tiap
hierarki tersebut memiliki tingkat penting dalam pemenuhan yang harus
dipanuhi dari yang paling dasar.

CARL ROGERS
Belajar akan lebih baik jika dilengkapi dengan fasilitas yang baik pula.
Kerangka berfikir teori Rogers membedakan 2 tipe belajar yaitu:
a. Kognitif (kebermaknaan)
b. Eksperimental (pengalaman atau signifikansi)
yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru
memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran.
Aplikasi Teori
Aplikasi pada teori ini adalah lebih menunjuk pada ruh atau spirit dalam
proses belajar yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran
guru hanya sebagai fasilitator bagi siswa dan dengan memberi
motivasi, kesadaran bagi siswa, membimbing dan memfasilitasi siswa.
Guru sebagai fasilitator memiliki berbagai cara untuk memberi
kemudahan bagi siswa dalam belajar dan berbagai kualitas si
fasilitator. Siswa berperan sebagai pelaku utama yang memaknai
proses pambelajarannya.Tujuan pembelajaran lebih diutamakan
pada prosesnya bukan pada hasilnya.
Proses pembelajaran pada umumnya yaitu adalah merumuskan tujuan
belajar yang jelas. mengusahakan adanya partisipasi siswa,
mendorong inisiatif siswa untuk peka kritis, mengemukakan pendapat,
guru berusaha menerima dan memberi kesempatan pada siswa serta
adanya evaluasi pembelajaran. Pada teori ini lebih menekankan pada
proses dari pada hasil pembelajaran sehigga siswa harus aktif. Guru
berpendapat bahwa pendidikan adalah warisan kebudayaan,
pertanggungjawaban sosial, dan bahan pengajaran yang khusus.
Sehingga masalah tersebut tidak dapat diserahkan pada siswa tetapi
perlu adanya suatu rencana pelajaran yang telah disiapkan oleh guru.
Materi tersusun logis dan tujuan instruksional yang tertentu dan mereka
memiliki kecenderungan memperoleh jawaban yang benar.
Kekurangan dan Kelebihan

Teori ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi yang bersifat


pembentukan Kepribadian hati nurani, perubahan sikap dan analisis
terhadap fenomena social. Indikator keberhasilan dari teori ini adalah
siswa senang, bergairah- berinisiatif dalam belajar, dan terjadi
perubahan pola pikir siswa, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
Ciri-ciri guru yang baik dan kurang baik menurut humanistic.

Guru yang baik menurut teori ini adalah : Guru yang memiliki rasa
humor, adil, menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan
siswa dengan mudah dan wajar. Ruang kelas lebih terbuka dan mampu
menyesuaikan pada perubahan.
Sedangkan guru yang tidak efektif adalah guru yang memiliki rasa
humor yang rendah, mudah menjadi tidak sabar ,suka melukai
perasaan siswa dengan komentar yang menyakitkan, bertindak agak
otoriter, dan kurang peka terhadap perubahan yang ada.

Anda mungkin juga menyukai