Anda di halaman 1dari 8

Nama Muhammad

NIM 1715040102

Progam Studi Psikologi Islam (IV/C)

Mata kuliah Modifikasi Prilaku

Subjek Nama : Khumaira

Umur : 5 Tahun

Materi Chaining merupakan suatu strategi instruksional


yang berdasarkan pada pendekatan perilaku, dimana
dalam chaining melalui tahap-tahap dengan rangkaian
stimulus dan respon dimana tiap stimulus digunakan
sebagai reinforcer lanjutan untuk suatu respon (Martin
& Pear. 2003). Teknik chaining menggambarkan
beberapa respon secara bersama dalam satu urutan,
dengan memberikan dukungan yang digunakan untuk
membangkitkan suatu perilaku. Sedangkan rantai
perilaku adalah sebuah perilaku kompleks yang terdiri
dari banyak komponen perilaku yang terjadi bersama-
sama secara berurutan. Dalam suatu kegiatan terdapat
perilaku atau tindakan yang harus dilakukan secara
berurutan. Rantai perilaku ini terdiri dari beberapa
komponen stimulus-respon yang terjadi bersamaan
dalam sebuah rangkaian yang berurutan. Karena alasan
ini, rangkaian perilaku sering disebut sebuah rantai
stimulus-respon. Metode chaining ada tiga macam yaitu
forward chaining, backward chaining dan total task
presentation. Salah satu metode chaining yang
digunakan adalah forward chaining yaitu langkah awal
diajarkan pertama, langkah atau tahap pertama
diajarkan terkait dengan langkah kedua, kemudian
langkah pertama sampai ketiga dan begitu seterusnya.
(Martin & Pear. 2003).

Faktor yang Mempengaruhi Chaining :

Menurut (Martin & Pear, 2015) ada 6 faktor yang


mempengaruhi rantai perilaku manusia.

Analisis Tugas

Anilisis tugas (task analysis) adalah proses pemecahan


sebuah tugas menjadi langkah-langkah lebih kecil atau
respons-respons komponen untuk memudahkan
pelatihan. beberapa contoh tentang keterampilan-
kompleks kompleks dimana analisis tugas diterapkan
adalah keterampilan merawat apartemen (Williams &
Cuvo, 1986).

Komponen-komponen chaining bersifat subjektif.


Komponen mestinya cukup sederhana untuk bisa
dipelajari tanpa banyak kesulitan. Agar anak bisa
menguasai behavior chaining, setiap komponen harus
dibagi menjadi komponen-komponen mestinya diseleksi
agarterdapat satu stimulus pintas yang mensinyalkan
penyelesaian setiap komponen. Stimuli ini kemudian
menjadi reinforcer terkondisikan bagi respons-respons
yang mendahuluinya dan Sdbagi respons-respons
sesudahnya di rantai.

Setelah menyelesaikan tugas, kajilah setiap stimuli


pengontrol atau Sd untuk setiap respons di urutan.
Idealnya, masing-masing Sd mestinya berbeda jelas
dengan dari Sd lain. Menggunakan stimulus yang
samauntuk mengontrol respons yang berbeda-beda
meningkatkan peluang kesalahan dan kebingungan
pada pembelajar. Jika di analisis tugas anda, dua stimuli
pengontrol cukup sama dan sepertinya tidak ada yang
bisa anda lakukan untuknya, coba pertimbangkan
mengkodekan secara artifisial salah satu stimuli dengan
suatu cara sehingga chaining bisa lebih mudah
diperoleh.

Penggunaan Independen Dorongan-Dorongan Oleh


Pembelajar

Banyak individu menggunakan dorongan-dorongan


untuk memandu penguasaan behavior chaining. Bagi
pembelajar yang sudah bisa membaca, analisis tugas
tertulis dapatefektif mendorong mereka untuk
menyelesaikan dengan benar rantai-rantai perilaku
(Cuvo, Davis, O’Reilly, Mooney & Crowley, 1992). Jika
pembelajar tidak dapat membaca, dorongan gambar
dapat memandu mereka. Contohnya, Theirman &
Martin, (1989) menyiapkan sebuah album foto sebagai
pendorong untuk memandu orang dewasa dengan
disabilitas intelektual berat melengkapi behavior
chaining demi perbaiki kualitas kebersihan rumah
tangga mereka.

Para pembelajar diajarkan melihat foto di langkah yang


tepat, melakukan langkah tersebut, dan kemudian
mentransfer titik adhesif pemonitoran-dirisebagai
indikasi bahwa langkah sudah terpenuhi.strategi ini
terbukti lebih efektif.

Percobaan Modeling Perintisan

Dibeberapa kasus, seperti pada individu-individu dengan


disabilitas perkembangan atau dengan anak kecil, lebih
diinginkan untuk memodelkan urutan sepenuhnya
sembari mendeskripsikan secara verbal peforma setiap
langkah (Griffen, Wolery & Schuster, 1992). Jika hanya
satu contoh tugas yang tersedia, tugas harus dipecah-
pecah setelah percobaan pemodelan dan komponen-
komponen diatur-ulang bagi pembelajar untuk
mengerjakan tugas. Sebaliknya, pembelajaran dapat
diajar dengan menggunakan contoh-contoh alternative
tugas.

Melatih Rantai Perilaku

Latihan mestinya dimulai dari permintaan untuk


memulai pengerjaan dan penyelesaian langkah-langkah
tugas.

Langkah-langkah untuk memulai bergantung kepada


apakah kita menggunakan penyajian tugas-total,
perantaian mundur, atau perantaian maju. Jika
dilangkah apapun pembelajaran berhenti merespons
atau sepertinya teralihkan, pertama-tama anda
semestinya menyediakan dorongan melangkah seperti
“selanjutnya apa?” atau “terus?”. Jika pembelajaran
menampakakkan responsdengan tidak benar atau gagal
memulai merespons di tahap apapun di dalam periode
waktu yang sudah ditentukan, sebaiknya kita memulai
mengoreksi kekeliruan. Menyediakan instruksi atau
panduan fisik yang dibutuhkan agar bisa membantu
pembelajar mengerjakan langkah tersebut dengan
benar. Setelah kekeliruan diperbaiki, teruslah berlanjut
ke langkah berikutnya.

Meningkatkan Penguat Sosial dan Penguat Lainnya

Ketika mengajarkan rantai perilaku kepada individu


dengan disabilitas perkembangan, atau kepada anak
kecil,sering kali lebih baikuntuk memuji langsung
penyelesaian benar setiap langkah selama percobaan
pelatihan awal (Koop, Martin, Yu & Suthons, 1980)
dalam (Martin & Pear, 2015).

Membantu Langkah-Langkah Individu

Bergantung detail-detail analisis tugasnya, penyediaan


instruksi tambahan atau bantuan fisik dalam penerapan
rantai-rantai perilaku yang sudah dikuasai(Martin &
Pear, 2015).
Teknik Chaining Pedoman Penerapan Chaining :
dalam Modifikasi
Lakukan Analisis Tugas (do task analysis).
Perilaku
Identifikasikan unit-unit chaining yangcukup sederhana
untuk dipelajari klien tanpa banyak kesulitan.

Pertimbangan strategi-strategi tertentu bagi penggunaan


independen dorongan-dorongan oleh pembelajaran.

Lakukan percobaan pemodelan perintisanjika


dibutuhkan.

Putuskan metode chaining yang akan digunakan


(penyajian tugas-total, perantaian-mundur atau
perantaian-maju) dan mengajarkan unit-unitnya dengan
urutan yang tepat.

Untuk mempercepat pembelajaran, gunakan prosedur


pemudaran untuk menurunkan bantuan tambahan yang
dibutuhkan pembelajar melakukan beberapa langkah.

Ketika menggunakan fordward chaining atau backward


chaining , pastikan bahwa disetiap percobaan individu
mengerjakan seluruh perangkat komponen yang
dipelajari hingga titik tersebut.

Diawal pelatihan, menggunakan penguatan besar bagi


performa yang tepat untuk langkah-langkah individu .
secara bertahap, reduksikan penguatan ini ketika
pembelajar sudah menjadi terampil

Pastikan bahwa penguatan (reinforcement) tersedia


diakhir chaining sudah sesuai dengan panduan-panduan
bagi pengaplikasian efektif penguatan positif.

Penerapan Chaining

Pada teknik chaining dalam modifikasi perilaku,


saya akan memodifikasi perilaku adik saya yaitu tentang
cara dia memakai jilbab. Dalam teknik modifikasi
perilaku ini terdapat perilaku yang dilakukan secara
berurutan. Rantai perilaku ini terdiri dari beberapa
komponen stimulus-respon yang terjadi bersamaan
dalam sebuah rangkaian yang berurutan. Karena alasan
ini, rangkaian perilaku sering disebut sebuah rantai
stimulus-respon. Metode chaining yang digunakan
adalah forward chaining yaitu langkah awal diajarkan
pertama, langkah atau tahap pertama diajarkan terkait
dengan langkah kedua, kemudian langkah pertama
sampai ketiga dan begitu seterusnya (Martin & Pear.
2003).

Berikut uraian modifikasi yang akan saya ubah melalui


teknik chaining:

Pertama, saya menampakaan poto wanita berjilbab


kepada subjek.

Kedua, saya mengajak subjek untuk mengambil jilbab di


lemari.

Kemudian, saya suruh dia merapikan rambut dan


mengikat rambutnya
Lalu, saya memakaikan jilbab di kepalanya

Kemudian, saya member pujian dengan mengatakan


cantik, dan saya menjelaskan sedikit tentang jilbab
melalui pembawaan yang santai dan menyesuaikan diri
dengan subjek tersebut.

Lalu, pada waktu berbeda saya tidak lagi ikut


sepenuhmya untuk memakaikan jilbab pada si subjek

Sehingga iya bisa mengambil, dan memakai jilbab


sendiri.

Reference Miltenberger, R. G. (2012). Behavior Modification.


United States Of America: Wadsworth.

Martin, G. & Pear, J. (2015). Modifikasi Perilaku:


Makna Dan Penerapannya, Edisi Kesepuluh.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai