Materi Chaining merupakan suatu strategi instruksional
yang berdasarkan pada pendekatan perilaku, dimana dalam chaining melalui tahap-tahap dengan rangkaian stimulus dan respon dimana tiap stimulus digunakan sebagai reinforcer lanjutan untuk suatu respon (Martin & Pear. 2003). Teknik chaining menggambarkan beberapa respon secara bersama dalam satu urutan, dengan memberikan dukungan yang digunakan untuk membangkitkan suatu perilaku. Sedangkan rantai perilaku adalah sebuah perilaku kompleks yang terdiri dari banyak komponen perilaku yang terjadi bersama- sama secara berurutan. Dalam suatu kegiatan terdapat perilaku atau tindakan yang harus dilakukan secara berurutan. Rantai perilaku ini terdiri dari beberapa komponen stimulus-respon yang terjadi bersamaan dalam sebuah rangkaian yang berurutan. Karena alasan ini, rangkaian perilaku sering disebut sebuah rantai stimulus-respon. Metode chaining ada tiga macam yaitu forward chaining, backward chaining dan total task presentation. Salah satu metode chaining yang digunakan adalah forward chaining yaitu langkah awal diajarkan pertama, langkah atau tahap pertama diajarkan terkait dengan langkah kedua, kemudian langkah pertama sampai ketiga dan begitu seterusnya. (Martin & Pear. 2003).
Faktor yang Mempengaruhi Chaining :
Menurut (Martin & Pear, 2015) ada 6 faktor yang
mempengaruhi rantai perilaku manusia.
Analisis Tugas
Anilisis tugas (task analysis) adalah proses pemecahan
sebuah tugas menjadi langkah-langkah lebih kecil atau respons-respons komponen untuk memudahkan pelatihan. beberapa contoh tentang keterampilan- kompleks kompleks dimana analisis tugas diterapkan adalah keterampilan merawat apartemen (Williams & Cuvo, 1986).
Komponen-komponen chaining bersifat subjektif.
Komponen mestinya cukup sederhana untuk bisa dipelajari tanpa banyak kesulitan. Agar anak bisa menguasai behavior chaining, setiap komponen harus dibagi menjadi komponen-komponen mestinya diseleksi agarterdapat satu stimulus pintas yang mensinyalkan penyelesaian setiap komponen. Stimuli ini kemudian menjadi reinforcer terkondisikan bagi respons-respons yang mendahuluinya dan Sdbagi respons-respons sesudahnya di rantai.
Setelah menyelesaikan tugas, kajilah setiap stimuli
pengontrol atau Sd untuk setiap respons di urutan. Idealnya, masing-masing Sd mestinya berbeda jelas dengan dari Sd lain. Menggunakan stimulus yang samauntuk mengontrol respons yang berbeda-beda meningkatkan peluang kesalahan dan kebingungan pada pembelajar. Jika di analisis tugas anda, dua stimuli pengontrol cukup sama dan sepertinya tidak ada yang bisa anda lakukan untuknya, coba pertimbangkan mengkodekan secara artifisial salah satu stimuli dengan suatu cara sehingga chaining bisa lebih mudah diperoleh.
Penggunaan Independen Dorongan-Dorongan Oleh
Pembelajar
Banyak individu menggunakan dorongan-dorongan
untuk memandu penguasaan behavior chaining. Bagi pembelajar yang sudah bisa membaca, analisis tugas tertulis dapatefektif mendorong mereka untuk menyelesaikan dengan benar rantai-rantai perilaku (Cuvo, Davis, O’Reilly, Mooney & Crowley, 1992). Jika pembelajar tidak dapat membaca, dorongan gambar dapat memandu mereka. Contohnya, Theirman & Martin, (1989) menyiapkan sebuah album foto sebagai pendorong untuk memandu orang dewasa dengan disabilitas intelektual berat melengkapi behavior chaining demi perbaiki kualitas kebersihan rumah tangga mereka.
Para pembelajar diajarkan melihat foto di langkah yang
tepat, melakukan langkah tersebut, dan kemudian mentransfer titik adhesif pemonitoran-dirisebagai indikasi bahwa langkah sudah terpenuhi.strategi ini terbukti lebih efektif.
Percobaan Modeling Perintisan
Dibeberapa kasus, seperti pada individu-individu dengan
disabilitas perkembangan atau dengan anak kecil, lebih diinginkan untuk memodelkan urutan sepenuhnya sembari mendeskripsikan secara verbal peforma setiap langkah (Griffen, Wolery & Schuster, 1992). Jika hanya satu contoh tugas yang tersedia, tugas harus dipecah- pecah setelah percobaan pemodelan dan komponen- komponen diatur-ulang bagi pembelajar untuk mengerjakan tugas. Sebaliknya, pembelajaran dapat diajar dengan menggunakan contoh-contoh alternative tugas.
Melatih Rantai Perilaku
Latihan mestinya dimulai dari permintaan untuk
memulai pengerjaan dan penyelesaian langkah-langkah tugas.
Langkah-langkah untuk memulai bergantung kepada
apakah kita menggunakan penyajian tugas-total, perantaian mundur, atau perantaian maju. Jika dilangkah apapun pembelajaran berhenti merespons atau sepertinya teralihkan, pertama-tama anda semestinya menyediakan dorongan melangkah seperti “selanjutnya apa?” atau “terus?”. Jika pembelajaran menampakakkan responsdengan tidak benar atau gagal memulai merespons di tahap apapun di dalam periode waktu yang sudah ditentukan, sebaiknya kita memulai mengoreksi kekeliruan. Menyediakan instruksi atau panduan fisik yang dibutuhkan agar bisa membantu pembelajar mengerjakan langkah tersebut dengan benar. Setelah kekeliruan diperbaiki, teruslah berlanjut ke langkah berikutnya.
Meningkatkan Penguat Sosial dan Penguat Lainnya
Ketika mengajarkan rantai perilaku kepada individu
dengan disabilitas perkembangan, atau kepada anak kecil,sering kali lebih baikuntuk memuji langsung penyelesaian benar setiap langkah selama percobaan pelatihan awal (Koop, Martin, Yu & Suthons, 1980) dalam (Martin & Pear, 2015).
Membantu Langkah-Langkah Individu
Bergantung detail-detail analisis tugasnya, penyediaan
instruksi tambahan atau bantuan fisik dalam penerapan rantai-rantai perilaku yang sudah dikuasai(Martin & Pear, 2015). Teknik Chaining Pedoman Penerapan Chaining : dalam Modifikasi Lakukan Analisis Tugas (do task analysis). Perilaku Identifikasikan unit-unit chaining yangcukup sederhana untuk dipelajari klien tanpa banyak kesulitan.
Pertimbangan strategi-strategi tertentu bagi penggunaan
independen dorongan-dorongan oleh pembelajaran.
Lakukan percobaan pemodelan perintisanjika
dibutuhkan.
Putuskan metode chaining yang akan digunakan
(penyajian tugas-total, perantaian-mundur atau perantaian-maju) dan mengajarkan unit-unitnya dengan urutan yang tepat.
Untuk mempercepat pembelajaran, gunakan prosedur
pemudaran untuk menurunkan bantuan tambahan yang dibutuhkan pembelajar melakukan beberapa langkah.
Ketika menggunakan fordward chaining atau backward
chaining , pastikan bahwa disetiap percobaan individu mengerjakan seluruh perangkat komponen yang dipelajari hingga titik tersebut.
Diawal pelatihan, menggunakan penguatan besar bagi
performa yang tepat untuk langkah-langkah individu . secara bertahap, reduksikan penguatan ini ketika pembelajar sudah menjadi terampil
Pastikan bahwa penguatan (reinforcement) tersedia
diakhir chaining sudah sesuai dengan panduan-panduan bagi pengaplikasian efektif penguatan positif.
Penerapan Chaining
Pada teknik chaining dalam modifikasi perilaku,
saya akan memodifikasi perilaku adik saya yaitu tentang cara dia memakai jilbab. Dalam teknik modifikasi perilaku ini terdapat perilaku yang dilakukan secara berurutan. Rantai perilaku ini terdiri dari beberapa komponen stimulus-respon yang terjadi bersamaan dalam sebuah rangkaian yang berurutan. Karena alasan ini, rangkaian perilaku sering disebut sebuah rantai stimulus-respon. Metode chaining yang digunakan adalah forward chaining yaitu langkah awal diajarkan pertama, langkah atau tahap pertama diajarkan terkait dengan langkah kedua, kemudian langkah pertama sampai ketiga dan begitu seterusnya (Martin & Pear. 2003).
Berikut uraian modifikasi yang akan saya ubah melalui
teknik chaining:
Pertama, saya menampakaan poto wanita berjilbab
kepada subjek.
Kedua, saya mengajak subjek untuk mengambil jilbab di
lemari.
Kemudian, saya suruh dia merapikan rambut dan
mengikat rambutnya Lalu, saya memakaikan jilbab di kepalanya
Kemudian, saya member pujian dengan mengatakan
cantik, dan saya menjelaskan sedikit tentang jilbab melalui pembawaan yang santai dan menyesuaikan diri dengan subjek tersebut.
Lalu, pada waktu berbeda saya tidak lagi ikut
sepenuhmya untuk memakaikan jilbab pada si subjek
Sehingga iya bisa mengambil, dan memakai jilbab
sendiri.
Reference Miltenberger, R. G. (2012). Behavior Modification.
United States Of America: Wadsworth.
Martin, G. & Pear, J. (2015). Modifikasi Perilaku:
Makna Dan Penerapannya, Edisi Kesepuluh. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.