Anda di halaman 1dari 2

Forward Chaining

Weber (dalam Lee, et. al., 2014) mengatakan bahwa chaining merupakan metode yang
efektif dalam mengajar anak dengan disabilitas intelektual. Behavior chaining adalah metode
modifikasi perilaku yang melibatkan stimulus dan respon yang berurutan secara sistematis, di
mana respon terakhir diikuti oleh pemberian penguatan/reinforce. Dalam behavior chaining,
target perilaku akan dibagi ke dalam beberapa tahap sehingga anak tidak perlu menguasai satu
keterampilan dalam satu waktu. Behavior chaining sendiri terbagi dalam tiga metode, yakni
total-task presentation, backward chaining, dan forward chaining (Martin & Pear, 2015).
Metode chaining merupakan bagian dari intervensi modifikasi perilaku. Salah satu karakteristik
penting dalam intervensi modifikasi perilaku adalah penekanan pada perilaku spesifik yang
menjadi fokus perubahan. Perilaku harus jelas (overt) dan dapat diukur (Kazdin, 2013).
Ketiga metode behavior chaining memiliki fungsi dan penerapan yang berbeda-beda.
Dalam total-task presentation anak mendapatkan penguatan setelah selesai melakukan seluruh
tahap yang harus dilakukan (Martin & Pear, 2015). Dalam forward chaining, anak diminta
untuk menyelesaikan tahap demi tahap secara berurutan, setelah anak berhasil menyelesaikan
satu tahap, anak mendapatkan penguatan. Metode ini akan sangat menolong anak dengan yang
memiliki kesulitan untuk mempelajari hal secara umum. Metode backward chaining sangat
sesuai untuk dilakukan pada anak yang memiliki batas toleransi terhadap frustasi yang rendah,
dan memiliki self-esteem yang buruk. Dalam backward chaining, anak diminta untuk
melakukan tugas dimulai dari tahapan yang paling akhir. Tahap-tahap sebelumnya dilakukan
oleh pengasuh. Anak yang berhasil menyelesaikan satu tahap berhak mendapat penguatan
(Case-Smith, dalam Lee, et. al., 2014).
Metode forward dan backward chaining memberikan hasil yang efektif bagi
perkembangan kemampuan anak dengan disabilitas intelektual. Keduanya memiliki efektivitas
yang lebih tinggi daripada metode total-task presentation (Watters; Watters & Scott, dalam Lee,
et. al., 2014). Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang relevan, penelitian pertama dari
Septi Pambudi Arti (2016) dari Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan judul “Efektivitas
Penggunaan Forward Chaining untuk Meningkatkan Kemampuan Merawat Diri Materi Makan
pada Anak Tunagrahita Sedang Kelas III di SLB Negeri Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016”.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ditemukannya siswa tunagrahita yang kurang mandiri dalam
kegiatan makan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa forward chaining
efektif untuk meningkatkan kemampuan makan pada anak tunagrahita sedang. Penelitian
lainnya yang dilakukan oleh Meenakshi Batra dan Vijay Batra (2006) dalam jurnal The Indian
Journal of Ocupational Therapy dengan judul “Comparison Between Forward Chaining and
Backward Chaining Techniques in Children with Mental Retardation”. Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa penerapan metode forward chaining dan backward chaining efektif
untuk melatih anak tunagrahita dalam kemampuan memakai kaos kaki, memakai sepatu, dan
mengikat tali sepatu. Dari kedua penelitian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa metode
forward chaining efektif untuk mengatasi masalah keterampilan kehidupan sehari-hari anak
tunagrahita.
Metode forward chaining (berantai maju) merupakan salah satu metode yang dapat
digunakan untuk melatih anak dalam mempelajari langkah demi langkah dalam setiap
keterampilan yang diajarkan. Menurut Arhami (2005:115) Forward chaining disebut juga
penalaran dari bawah ke atas karena penalaran dari fakta pada level bawah menuju konklusi
pada level atas didasarkan pada fakta. Penalaran dari bawah ke atas dalam suatu sistem pakar
dapat disamakan untuk pemgrograman konvensional dari bawah ke atas. Fakta merupakan
satuan dasar dari paradigma berbasis pengetahuan karena mereka tidak dapat diuraikan ke
dalam satuan paling kecil yang mempunyai makna.Forward chaining merupakan strategi
pencarian yang memulai proses pencarian dari sekumpulan data atau fakta, dari data-data
tersebut dicari suatu kesimpulan yang menjadi solusi permasalahan yang dihadapi.
Metode forward chaining dalam setiap langkah yang diajarkan dipasangkan dengan
reinforcement (penguat) sehingga dapat menjadi kunci untuk memperoleh rantai perilaku yang
diharapkan. Selaras dengan pendapat Slocum dan Tiger (2011: 794) yang menjelaskan bahwa
prosedur metode berantai maju melibatkan pengajaran langkah awal dalam analisis tugas untuk
penguasaan dan kemudian secara berurutan mengajarkan langkah-langkah tambahan. Setelah
satu langkah dikuasai dan langkah selanjutnya ditargetkan untuk pengajaran, semua langkah
sebelumnya seiring dengan langkah saat ini yang harus diselesaikan secara akurat agar
dianggap benar dan menghasilkan penguatan. Prosedur menggunakan metode berantai maju
juga dijelaskan oleh Martin & Pear (1992: 143) yaitu langkah awal urutan diajarkan terlebih
dahulu, maka langkah pertama dan kedua diajarkan dan dihubungkan bersama, lalu tiga
langkah pertama, dan seterusnya sampai keseluruhan rantai diperoleh. Biasanya, instruktur
akan memberikan penguatan pada penyelesaian setiap respons yang berhasil. Penguatan yang
diberikan bertujuan agar subjek lebih semangat dalam mempelajari dan menguasai setiap
langkah-langkah.

Natasya dan Stella Tirta. 2018. Penerapan Forward Chaining Untuk Meningkatkan
Kemampuan emakai Baju Pada Anak Penyandang Disabilitias Intelektual Sedang. Jurnal
Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni. 02(01), 302-309.
https://journal.untar.ac.id/index.php/jmishumsen/article/view/1676/1179 (diakses pada 07 April
2020)
Dzikrullah, Muhammad. 2015. Penerapan Metode Forward Chaining Untuk Pelevelan Pada
Game Pembelajaran Bahasa Inggris [skripsi]. Malang (ID): Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim.
Septianingrum, Paulina Erica. 2019. Efektivitas Metode Forward Chaining (Berantai Maju)
Terhadap Keterampilan Merawat Rambut Pada Siswa Sindrom Down. Jurnal Widia
Ortodidaktika. 8(01).
http://journal.student.uny.ac.id/ojs/ojs/index.php/plb/article/view/15985/15468 (diakses pada
07 April 2020)

Anda mungkin juga menyukai