PENDAHULUAN
pengetrian yang di anut secara jelas dan konsisten. Dalam KTSP tahun 2006
merupakan wahana dan alat untuk membina anak agar kelak mereka mampu
dalam membuat keputusan terbaik tentang aktivitas jasmani yang di lakukan dan
menjalani pola hidup. Menurut Subagio dkk (2008:18) pendidikan jasmani adalah
pendidikan.
1
keterampilan dasar permainan olahraga, (2) pembelajaran Uji diri, dan (3)
Pendidikan luar kelas dan kesehatan. Ini disajikan untuk membantu siswa agar
siswa diharapkan dapat meningkatkan sikap positif bagi diri sendiri dan
Dengan demikian, akan terbentuk jiwa sportif dan gaya hidup aktif (Samsudin,
2008:5)
optimal, hal ini terlihat dari aktivitas belajar siswa 40% saja siswa yang aktif
kelasnya 50,0 kemudian untuk daya serap siswa hanya 50% saja dan kentuntasan
dengan hasil belajar siswa sebgai titik ukurnya, maka diperlukan proses
pembelajaran yang baik, artinya jika proses pembelajaran yang baik, maka hasil
belajar siswa pun akan baik. Hasil belajar di peroleh dari penilaian yang dilakukan
Penilaian atau evaluasi kelas dilakukan oleh seorang guru untuk mengetahui
umpan balik untuk perbaikan proses pembelajarn, serta penentuan kenaikan kelas.
2
Proses pembelajaran merupakan jantung dari keberhasilan. Pemilihan
proses belajar mengajar karena model merupakan salah satu kunci dalam
(Slameto, 2010) mengatakan guru harus menggunakan banyak model pada waktu
belajar, karena variasi model mengakibatkan penyajian bahan pelajaran yang lebih
menarik perhatian siswa, mudah diterima siswa dan kelas menjadi aktif. Salah
aktivitas siswa untuk mecari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan
dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau
siswa dapat mencari dari internet dan juga narasumber. Dalam teknik
tujuan itu tercapai dengan optimal. Tanpa suatu metode yang cocok, tepat dan jitu,
Sebagain besar siswa cenderung pasif dan sebagian cenderung aktif. Sikap aktif
dan pasif perlu diarahkan, karena dalam proses pembelajaran aktifnya siswa di
3
yang baik. Dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation (GI) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Teknik Dasar
Adapun kajian dari hasil penelitian yang mendukung penelitian ini antara lain:
1. Menurut I Ketut Bayu Japa Widnyana, I Nyoman Kanca, Ni Made Sri Dewi
aktivitas belajar siswa secara klasikal sebesar 8,44 (aktif). Untuk data hasil
belajar dimana siswa yang tuntas 21 orang dengan presentase 95,5% dan yang
tidak tuntas 1 orang dengan presentase 4,5%. Berdasarkan hasil analisis data
tersebut maka aktivitas teknik dasar passing control sepak bola meningkat
(GI). Hasil belajar teknik passing control sepak bola menggunakan kaki
4
2. Menurut Lalu Muh Supriadi Wirya, Lanang Agung Parwata, Kusuma Wijaya
bahwa hasil belajar pada siklus I adalah sebesar 80 dan termasuk dalam
belajar pada siklus II sebesr 86.6 dan termasuk dalam kategori baikdengan
terhadap peningkatan hasil belajar materi teknik dasar passing bola voli.
3. Menurut Putu Angga Gargita, I Ketut Budaya Astra, S.Pd, M.Or., Dr. I Made
kedua adalah 8,42 (aktif). Dari siklus I ke siklus II meningkat menjadi 1,07.
bulutangkis secara klasikal sebesar 71,42% (baik) dan pada siklus I presentase
5
sebesar 23,81%. Dapat di simpulkan bahawa aktivitas belajar dan prestasi
2020/2021?.
1.2.2. Bagaimanakah hasil belajar Teknik Dasar Servis Panjang Pada Bulutangkis
1.3.2. Untuk meningkatkan hasil belajar Teknik Dasar Servis Panjang Pada
6
Investigation (GI) pada siswa kelas X MM 1 SMK Negeri 3 Singaraja
a. Bagi Guru
b. Bagi Siswa
c. Bagi Sekolah
7
yang menuntut siswa berinteraksi secara aktif baik individu maupun
jasmani.
d. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menarik minat peneliti lain untuk
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Penjasorkes
Belajar pada hakikatnya adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat di
aspek-aspek yang lain yang ada pada individu yang belajar ( Trianto 2009 : 9 )
Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa
(H. Isjoni, 2010: 11). Pembelajaran merupakan proses yang interaktif antara guru
pembelajaran adalah suatu proses yang melibatkan interaksi antara siswa, guru,
sikap yang baru. Proses pembelajaran, diciptakan suatu kondisi agar siswa sebagai
peserta didik dapat menerima materi-materi pelajaran dengan baik dan dapat
anak untuk menggali potensinya dalam hal gerak. Penjasorkes merupakan bagian
9
integral dari pendidikan secara keseluruhan yang mampu mengembangkan anak
atau individu secara utuh dalam arti mencakup aspek-aspek jasmaniah, intelektual,
2004: 6). Tujuan penjasorkes adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai
kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani
d. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai nilai
olahraga dan kesehatan adalah merupakan tujuan yang ideal yang berkembang
secara jasmaniah, sosial, dan mental melalui pelajaran yang terpimpin dan
Kesehatan Penjasorkes
10
Sistematika pembelajaran merupakan satu kesatuan kerja sistematik yang
tidak dapat dipisah-pisahkan yang berlaku untuk semua jenis pelajaran pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan secara umum mengikuti tiga pola pelajaran
sebagai berikut.
b. Mengucapkan salam kepada siswa dan mengajak siswa untuk berdoa terlebih
dahulu.
e. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang ingin dicapai dan
f. Melakukan pemanasan
11
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Kegiatan inti
a. Eksplorasi
peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik atau tema
materi yang akan dipelajari dan guru belajar dari aneka sumber. (2) Menggunakan
(3) memfasilitasi terjadinya interaksi antar siswa dengan guru, lingkungan dan
sumber belajar lainnya. (4) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap
b. Elaborasi
peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu
yang bermakna. (2) Memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas, diskusi dan
lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis. (3)
bertindak tanpa rasa takut. (4) Memfasilitasi siswa dalam pembelajaran kooperatif
eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun
kelompok. (7) Memfasilitasi siswa untuk kerja individual maupun kelompok. (8)
12
Memfasilitasi siswa melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang
c. Konfirmasi
umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isiarat, maupun
ekplorasi dan elaborasi siswa melalui berbagai sumber. (3) Memfasilitasi siswa
mencapai kompetensi dasar: Berfungsi sebagai nara sumber dan fasilitator dalam
simpulan pembelajaran.
13
f. Setelah melakukan aktivitas olahraga sebaiknya seluruh siswa dan guru berdoa.
penjasorkes siswa tidak hanya memperoleh teori tentang kesehatan dan berbagai
melalui praktik dari berbagai cabang olahraga diharapkan mucul bakat yang
muskular dan diekspresikan dalam bentuk gerakan tubuh. Belajar gerak yang
pola gerak tertentu sesuai situasi yang ada. Belajar gerak melibatkan ranah
ranah afektif berkenaan dengan prilaku emosi, dan ranah psikomotor berkenaan
. Belajar gerak sebagai suatu aktivitas berlangsung dalam suatu proses untuk
mencapai tujuan belajar. Pencapaian tujuan belajar gerak selalu melalui tahapan
atau fase-fase belajar yang dapat diidentifikasi ada 3 fase belajar (Kemenpora,
Pada fase kognitif pelajar berusaha memahami ide atau konsep gerak
14
Pada fase asosiatif ini, dengan cara melakukan rangkaian gerakan secara
Fase otonom merupakan fase akhir dalam belajar gerak keterampilan. Fase
otonom ini pelajar mencapai tingkat penguasaan gerakan yang tinggi dan
secara otomatis. Proses belajar gerak bisa berlangsung dengan baik dengan
a. Kondisi Internal
Kondisi internal adalah kondisi dimana selama proses belajar gerak siswa
b. Kondisi Eksternal
Kondisi eksternal adalah stimulus di luar diri siswa yang diperlukan agar
15
Selain memperhatikan hal-hal yang rasional dan teoritis, tujuan dan hasil
yang ingin dicapai, model pembelajaran seharusnya memiliki lima unsur dasar,
system, adalah suasana dan norama yang berlaku dalam pembelajaran, (3)
memperlakukan, dan merespons siswa, (4) support system, yakni segala sarana,
intructional dan nurturant effects, adalah hasil belajar yang diperoleh langsung
berdasarkan tujuan yang didasar (intructional effects) dan hasil belajar di luar
yang disasar (nurturant effects) pembelajaran yang di kutip Heri Rahyubi (2012 :
251)
sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis
2.4.2. Model pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan
16
ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan
permusuhan.
memecahkan masalah.
kerja .
17
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat.
sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah dan silih asuh antar sesama
siswa sebagai latihan hidup didalam masyarakat nyata sebagai Menurut PLPG
lebih baik antar siswa, dan dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa.
Siswa belajar lebih banyak dari teman mereka dalam belajar kooperatif daripada
dari guru.
2.5.1. Pertama, Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam
belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk
2.5.2. Kedua, Interaksi antar siswa yang semakin meningkat. Hal ini terjadi dalam
hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota
kelompok.
18
2.5.3. Ketiga, Tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual dalam
belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal membantu
2.5.5. Kelima, Proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa
19
5 Fase-5 Guru mengevalusi hasil belajar tentang
Evaluasi materi yang telah dipelajari atau didiskusikan
oleh masing-masing kelompok dalam
mempresentasikan hasil kerjanya.
6 Fase-6 Guru mencari cara untuk menghargai baik
Memberi upaya maupun hasil belajar individu atau
penghargaan/penguatan kelompok.
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang siswa yang memiliki tingkat
setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu materi
aktivitas lainnya dengan tujuan untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi.
Dalam tipe STAD para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas
empat orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar
belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim
mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran.
sendiri, dimana saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling bantu.
Permainan.
20
Tipe ini telah dikembangkan David de Vries dan Keith Edwards, ini
merupakan tipe pembelajaran pertama dari Johns Hopkins dinama tipe ini
menggunakan pelajaran yang sama disampaikan oleh guru dan tim kerja yang
sama seperti dalam tipe STAD. Tipe TGT memiliki banyak kesamaan dinamika
dalam tipe STAD, tetapi menambahkan dimensi kegembiraan yang diperoleh dari
penggunaan permainan. Teman satu tim akan saling membantu dalam persiapkan
masalah-masalah satu sama lain, tetapi sewaktu siswa sedang bermain dalam
game temannya tidak boleh membantu, memastikan telah terjadi tanggung jawab
individual.
Universitas Texas. Tipe jigsaw ini para peserta didik ditentukan pada tim-tim
peserta didik dalam bentuk teks), dan setiap peserta didik mempunyai tanggung
jawab pada masing-masing materi tersebut. Ada 2 kelompok yaitu kelompok asal
dan paling sulit untuk diterapkan. Dalam implementasi tipe GI guru membagi
21
menemukan jawaban. Kemudian mereka saling bertukar pikiran atas hasil
individu (pairing) yang akhirnya guru akan memimpin diskusi bersama peserta
lebih banyak peserta didik dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman
dalam melakukan teknik dasar shooting bola basket yang meliputi; tahap awalan
gerakan, tahap pelaksanaan gerakan dan tahap lanjutan gerakan tidak sempurna.
22
Tahap 3: Membuat Penyelidikan
kelompok.
di depan kelas.
mengikuti.
Tahap 6 : Evaluasi
dipresentasikan.
a. Motivasi belajar siswa lebih besar karena rasa tanggung jawab bersama
di perbaiki.
23
e. Siswa diberikan kesempatan untuk lebih intensif mengadakan penyelidikkan
lain.
siswa.
b. Keadaan kelas sulit untuk di atur karena pengaturan tempat duduk yang tidak
teratur.
secara merata, karena siswa yang kurang mampu lebih lama berproses dalam
kelompok.
dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan
belajar. Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu
indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar (Ahmad, 2008: 15).
24
Belajar pada hakikatnya adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat
aspek-aspek yang lain yang ada pada individu yang belajar (Trianto 2009: 9)
bermakna dan siswa dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya
.Sehingga kegiatan atau aktivitas belajar siswa merupakan dasar untuk mencapai
bermain.
25
d. Kegiatan-kegiatan menulis : Menulis laporan, membuat rangkuman,
menyelenggarakan permainan.
membuat keputusan.
kegiatan.
perubahan perilaku karena adanya pengalaman dan proses belajar telah terjadi jika
di dalam diri anak telah terjadi perubahan, perubahan tersebut diperoleh dari
maupun motorik.
pencapaian dari tujuan belajar. Sardiman A.M. juga mengemukakan tentang hasil
26
personal (afektif) serta bidang kelakuan (psikomotorik). “Hasil belajar
lingkungannya. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui,
bahan yang sedang dipelajari.” dikemukakan oleh Paul Suparno yang dikutip dari
2.11. Bulutangkis
bulutangkis dapat dijadikan bukti bahwa olahraga ini banyak diminati oleh banyak
individual yang dapat dilakukan dengan cara melakukan satu orang melawan satu
orang atau dua orang melawan dua orang. Permainan ini menggunakan raket
sebagai alat pemukul dan shuttlecock sebagai objek pukul. Lapangan permainan
berbentuk segi 18 empat dan dibatasi oleh net untuk memisahkan antara daerah
permainan sendiri dan daerah permainan lawan ( Sudarman, 2004: 56). Menurut
Johnson (1984 : 5), Bulutangkis atau badminton sebagai olahraga hiburan dan
pertandingan digemari tua muda diseluruh dunia. Dalam hal ini permainan
shuttlecock di daerah permainan lawan dan berusaha agar lawan tidak dapat
yang cepat dan membutuhkan gerak reflek yang baik dan tingkat kebugarannya
yang tinggi. Untuk dapat bermain bulutangkis dengan baik, maka dituntut untuk
27
banyak melakukan latihan, mempelajari dan memahami unsur-unsur fisik, teknik,
taktik maupun mental. Karena tidak mungkin dapat bermain dengan baik jika
teknik yang ada dalam permainan bulutangkis belum diketahui dan tidak
pada umumnya. Belajar ketrampilan gerak harus mengikuti kaidah proses belajar
pada umumnya. Belajar merupakan suatu fenomena atau gejala yang tidak
dipahami secara langsung. Gejala tersebut hanya bisa diduga atau diketahui dari
pegang kok dan letakkan di depan badan. Gunakan kaki belakang untuk
2. Setelah itu berat badan dipindahkan ke arah depan dan kok dijatuhkan.
Adapun kajian yang mengacu dalam penelitian ini adalah Teknik Dasar Servis
Panjang Bulutangkis
sebagai berikut :
28
2.Berdiri dengan kaki di renggangkan satu di depan dan satu di
belakang
dan sentakkan
29
c. Sikap akhir :1. Akhiri gerakan dengan raket mengarah ke atas lurus
2.12.1. Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah terbatas pada siswa kelas X
SMK Negeri 3 Singaraja. Jumlah siswa 35 orang terdiri dari 19 siswa laki-laki
2.12.2. Penelitian ini terbatas pada aktivitas dan hasil belajar Servis Panjang Pada
Bulutangkis.
30
panjang yang terdiri dari kegiatan visual, lisan, audio, metrik, mental dan
emosional.
2.12.4. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini terbatas pada lembar
2.12.5. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini terbatas hanya
31
Aktivitas dan Hasil Belajar
Tubuh diposisikan berdiri dalam daerah servis secara rileks. Kemudian pegang
kok dan letakkan di depan badan. Gunakan kaki belakang untuk menumpu berat
badan.
Setelah itu berat badan dipindahkan ke arah depan dan kok dijatuhkan. Dalam
waktu yang bersamaan, raket diayunkan ke depan atas melewati pinggang bagian
bawah. Lalu kok dipukul sekuat mungkin. Pemukulan kok dilanjutkan sampai
raket dalam posisi yang menghadap ke atas.
Segera kembali ke posisi siap setelah memukul kok.
guru, siswa tidak memperhatikan penjelasan guru, siswa tidak berani bertanya dan
pembelajaran dan siswa hanya sekedar melakukan gerakan dan tidak berdasarkan
menyebabkan aktivitas belajar siswa tergolong cukup aktif dan hasil belajar siswa
belum tuntas.
32
Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka perlu adanya perbaikan proses
proses dan hasil belajar siswa serta mampu memfasilitasi siswa untuk
yang tepat dan efektif akan membuat siswa lebih aktif untuk mengikuti
model pembelajaran yang dapat membuat siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti
kelompok yang sudah disiapkan oleh guru, selanjutnya diikuti dengan pemberian
bantuan secara individu bagi siswa yang memerlukannya. Siswa belajar teknik
Servis Panjang dalam kelompok dengan dibantu oleh siswa pandai anggota
kelompok secara individu saling tukar jawaban, saling berbagi sehingga terjadi
diskusi.
kooperatif, siswa mengemban tanggung jawab, saling membantu satu sama lain
dalam menghadapi masalah, dan saling memberi dorongan untuk maju serta siswa
dapat meningkatkan pikiran kritisnya, kreatif dan menumbuhkan rasa sosial yang
tinggi.
33
Dengan demikian dapat diduga penerapan model pembelajaran kooperatif
2020/2021.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
yaitu 1). Guru sebagai peneliti, 2). Penelitian Tindakan Kolaboratif, 3). Simultan-
Terintregasi, 4). Administrasi Sosial (Kanca, 2010: 115). Dalam penelitian ini
Pada bentuk PTK yang memandang guru sebagai peneliti mempunyai ciri-
ciri penting, yaitu sangat berperannya guru itu sendiri dalam proses PTK. Dalam
demikian, guru mencari problema sendiri untuk dipecahkan melalui PTK. Apabila
35
melibatkan pihak lain pada penelitian seperti ini peranannya tidak dominan.
Sebaliknya keterlibatan pihak lain dari luar hanya bersifat konsultatif dalam
guru yang sekiranya layak untuk dipecahkan melalui PTK. Jadi dalam bentuk
PTK guru sebagai peneliti, peran pihak luar sangat kecil dalam proses penelitian
masing-masing siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dengan
kedua dengan pemberian materi yang bersifat pengulangan atau pemantapan dan
Masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu: (1) Perencanaan tindakan,
(2) Pelaksanaan tindakan, (3) Observasi/Evaluasi, dan (4) Refleksi. Agar lebih
36
1.Perencanaan
Tindakan
Siklus I 2. Pelaksanaan
4.Refleksi Tindakan
3. Observasi/
Evaluasi
1.Perencanaan
Tindakan
2. Pelaksanaan
4.Refleksi Siklus II Tindakan
3. Observasi/
Evaluasi
5. Laporan/
Rekomendasi
37
KETERANGAN:
: Alur Siklus
1. Perencanaan Tindakan
2. Pelaksanaan tindakan
3. Observasi/Evaluasi
4. Refleksi
5. Laporan/rekomendasi
2010: 139).
tindakan.
3.2.2. Perencanaan Tindakan merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh guru
diinginkan.
38
3.2.3. Observasi/Evaluasi digunakan untuk mengumpulkan data mengingat data
yang berjumlah 35 siswa terdiri dari 19 siswa putra dan 16 siswa putri. Penelitian
Subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X
Penelitian ini direncanakan dalam 2 siklus dimana dalam setiap siklus terdiri dari
2 kali pertemuan. Adapun prosedur yang harus dilalui dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
39
3.5.1. Observasi Awal
Dari hasil observasi awal yang dilakukan pada tanggal 20 Oktober 2020,
khususnya pada materi Bulutangkis masih kurang optimal, hal ini terlihat
dari aktivitas belajar siswa 40% saja siswa yang aktif. Kemudian untuk
hasil belajar di peroleh rata-rata 50,0 kemudian untuk daya serap siswa
perhatian guru terhadap interaksi siswa dalam kelompok belajar, sehingga siswa
terlalu banyak belajar mandiri hanya tergantung pada materi yang diajarkan oleh
guru saja, interaksi diantara siswa kurang, siswa yang memiliki kemampuan
kurang, mereka tidak mau bertanya dan berlatih pada siswa yang lebih mampu
sehingga kelas tampak pasif, dan keterbatasan waktu sehingga proses belajar
dan hambatan yang dialami siswa mengenai aktivitas dan hasil belajar
40
mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group
Berdasarkan refleksi awal sebagai tindak lanjut atas solusi untuk memecahkan
a. Rencana Tindakan
pembelajaran.
41
b. Pelaksanaan tindakan
Kelas/Semester :X/1
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
A. Tujuan Pembelajaran
B. Materi Pembelajaran
42
1. Teknik dasar servis panjang bulutangkis (awalan, pukulan, akhiran)
C. Metode Pembelajaran
D. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan ke 1
Eksplorasi
5 orang dan member mereka nomor sehingga tiap siswa dalam tim
umum.
43
e. Berpikir bersama : siswa berpikir bersama untuk menggambarkan
jawaban tersebut.
masing kelompok
benar.
Elaborasi
baik.
Konfirmasi
44
3. Kegiatan Penutup (15 menit)
Bertanggung jawab);
Pertemuan 2
lapangan upacara
Konfirmasi
45
3. Kegiatan Penutup (10 menit)
Bertanggung jawab);
1. Alat Pembelajaran :
a. Lapangan Bulutangkis
b. Shuttlecock
c. Peluit
d. Net
2. Sumber Pembelajaran :
1. Media cetak
2.Pelaksanaan Siklus II
a. Perencana Tindakan .
46
1. Menyusun rencana pembelajaran Teknik Dasar Servis Panjang Bulutangkis
pembelajaran.
siswa dan assessment untuk mengetahui tingkat hasil belajar Teknik Dasar
b. Pelaksanaan tindakan
Kelas/Semester :X/1
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
47
Indikator Pencapaian Kompetensi
A. Tujuan Pembelajaran
B. Materi Pembelajaran
C. Metode Pembelajaran
D. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan ke 1
Eksplorasi
48
b. Guru Menyampaikan materi pembelajaran
3-5 orang dan member mereka nomor sehingga tiap siswa dalam tim
umum.
f. Menjawab : guru menyebutkan satu nomor dan para siswa dari tiap
kelompok
benar.
Elaborasi
baik.
Konfirmasi
49
Menyimpulkan tentang materi pelajaran yang telah dilaksanakan
Bertanggung jawab);
Pertemuan 2
Konfirmasi
50
Dalam kegiatan konfirmasi, Guru:
Bertanggung jawab);
1. Alat Pembelajaran:
b. Lapangan Bulutangkis
a. shuttlecock
b. Peluit
c. Net
2. Sumber Pembelajaran :
a. Media cetak
51
1. Sumber:Buku Penjasorkes SMK Kelas X
Variabel adalah ciri atau faktor yang dapat menunjukan variasi (Kanca, 2010: 42).
3.6.1. Variabel bebas, yaitu: Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation (GI)
3.6.2. Variabel terikat, yaitu: Aktivitas dan Hasil belajar siswa dalam Servis
Panjang Bulutangkis.
salah satu dari model pembelajaran kooperatif yang melibatkan lebih banyak
siswa untuk menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
kooperatif tipe Group Investigation (GI), yang pertama penomoran, dari 35 orang
orang, dan setiap orang siswa dalam 1 kelompok memiliki nomor yang berbeda.
Kedua, guru memberikan sebuah pertanyaan, ketiga, siswa berpikir bersama dan
52
Aktivitas belajar Servis Panjang Bulutangkis adalah segala aktivitas yang
yang dilakukan oleh siswa dapat diamati dan dinilai dari kegiatan visual (melihat),
hasil belajar siswa atau unjuk kerja siswa dari proses belajar yang di dapat melalui
proses evaluasi yang dilakukan oleh guru mengenai penguasaan gerakan Servis
Panjang Bulutangkis yang mencakup sikap awal, sikap pelaksanaan, dan sikap
akhiran.
3.8.1. Instrumen yang digunakan untuk memproleh data yang sesuai dengan
tujuan penelitian adalah lembar observasi aktivitas belajar siswa dan tes
Tabel 3.1. Lembar Observasi Aktivitas Belajar teknik dasar servis panjang
Bulutangkis.
53
Skor
No Deskripsi 0 1
Kegiatan-kegiatan visual, yaitu
a. Melihat penjelasan yang disajikan dalam proses
1 pembelajaran teknik dasar servis panjang bulutangkis
b. Mengamati penjelasan (guru, peneliti, teman) dalam
berdemonstrasi teknik dasar servis panjang bulutangkis
Kegiatan-kegiatan lisan, yaitu
Keterangan
2 : Kriteria terpenuhi
54
Tabel 03 Format Lembar Aktivitas Belajar Teknik Dasar Servis Panjang
Bulutangkis
N Nama Emosi
Visual Lisan Audio Metrik Mental Skor Nilai
o siswa onal
a b A b A B a B A b A b
D
st
Jumlah
Rata-rata
Keterangan :
3. Yang mengisi format lembar observasi ini adalah 2 orang observer di mana
1. Kegiatan Visual :2
2. Kegiatan Lisan :2
3. Kegiatan Audio :2
4. Kegiatan Metrik :2
5. Kegiatan Mental :2
55
6. Kegiatan Emosional :2
Jumlah : 12
Panjang Bulutangkis
mengamati dan menilai secara langsung dengan memberikan skala 1-4, dimana
Skor Deskripsi
Terpenuhi 5 komponen sebagai berikut :
1. Grip handshake atau pistol
2. Berdiri dengan kaki di renggangkan satu di depan dan satu di
5 belakang
3. Bola di pegang pada ketinggian pinggang
4. Berat badan pada kaki yang berada di belakang
5. Tangan yang memegang raket pada posisi backswing
56
Skor Deskripsi
4 4 dari komponen di atas terpenuhi
3 3 dari komponen di atas terpenuhi
2 2 dari komponen di atas terpenuhi
1 1 dari komponen di atas terpenuhi
Skor Deskripsi
Terpenuhi 5 komponen sebagai berikut :
1. Berat badan di pindahkan
2. Gunakan gerakan menelungkup tangan bagian bawah dan sentakkan
5 3. Lakukn kontak pada ketinggian lutut
4. Bola akan melambung tinggi dan jauh
5. Posisi jatuhnya bola di area lawan
Skor Deskripsi
Terpenuhi 5 komponen sebagai berikut :
1. Akhiri gerakan dengan raket mengarah ke atas lurus dengan gerakan
bola
2. silangkan raket di depan dan di atas bahu tangan yang tidak
5
memegang raket
3. putar pinggul dan bahu
4. Posisi badan kembali ke posisi awal
5. Pandangan fokus ke shuttlecock
4 3 dari komponen di atas terpenuhi
3 3. dari komponen di atas terpenuhi
2 5. dari komponen di atas terpenuhi
1 3 dari komponen di atas terpenuhi
57
3.9. Fasilitas Dan Alat Penelitian
Fasilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah lapangan SMK Negeri 3
Singaraja. Sedangkan alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Lapangan Bulutangkis
b. Shuttlecock
c. Alat Tulis
d. Kamera
e. Lembar Observasi/Evaluasi
dan emosional, dan mengisi lembar observasi aktivitas belajar siswa. Alat
58
Tabel lembar observasi aktivitas belajar siswa, seperti di bawah ini.
Tabel 3.1. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Teknik Dasar Servis Panjang
Bulutangkis
Dst
Jumlah
Rata-rata
Keterangan :
3. Yang mengisi format lembar observasi ini adalah 2 orang di mana cara
a. Kegiatan Visual :2
b. Kegiatan Lisan :2
c. Kegiatan Audio :2
d. Kegiatan Metrik :2
59
e. Kegiatan Mental :2
f. Kegiatan Emosional : 2
Jumlah : 12
3.10.2. Teknik Pengumpulan Data Hasil Belajar Teknik dasar servis panjang
bulutangkis
dan II, untuk materi Bulutangkis. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah
berdasarkan hasil penilaian assesment teknik dasar servis panjang yang diisi oleh
diberikan pemanasan, setelah itu siswa diberikan penjelasan mengenai apa yang
akan dilakukan pada saat pengumpulan data. Kemudian siswa diberikan waktu
selama 30 menit untuk melakukan tiap-tiap servis panjang mulai dari sikap awal,
Tabel 3.2. Format Assesmen Hasil belajar Aspek Psikomotor Teknik dasar servis
panjang
60
Tabel 3.2. Kriteria penilaian sikap awalan
Skor Deskripsi
Terpenuhi 5 komponen sebagai berikut :
1.Grip handshake atau pistol
2. Berdiri dengan kaki di renggangkan satu di depan dan satu di belakang
5
3. Bola di pegang pada ketinggian pinggang
4. Berat badan pada kaki yang berada pada kaki bagian belakang
5. Tangan memegang raket pada posisi backswing
4 4 dari komponen di atas terpenuhi
3 3 dari komponen di atas terpenuhi
2 2 dari komponen di atas terpenuhi
1 1 dari komponen di atas terpenuhi
Skor Deskripsi
Terpenuhi 5 komponen sebagai berikut :
1. Berat badan dipindahkan
2. Gunakan gerakan menelungkupkan tangan bagian bawah dan
5 sentakkan pergelangan tangan
3. Lakukan kontak pada ketinggian lutut
4. Bola akan melambung tinggi dan jauh
5. Posisi jatuhnya bola di area lawan
4 4 dari komponen di atas terpenuhi
3 3 dari komponen di atas terpenuhi
2 2 dari komponen di atas terpenuhi
1 1 dari komponen di atas terpenuhi
Skor Deskripsi
Terpenuhi 5 komponen sebagai berikut :
1. Akhiri gerakan dengan raket mengarah ke atas lurus dengan gerakan
bola
2. Silangkan raket di depan dan di atas bahu tangan yang tidak
5
memegang raket
3. putar pinggul dan bahu
4. Posisi badan kembali ke posisi awal
5. Pangan fokus ke shuttlecock
4 4 dari komponen di atas terpenuhi
61
Skor Deskripsi
3 3 dari komponen di atas terpenuhi
2 1. dari komponen di atas terpenuhi
1 2 dari komponen di atas terpenuhi
Dalam penelitian ini, analisis data yang digunakan adalah sesuai dengan
penelitian ini adalah analisis aktivitas dan hasil belajar servis panjang bulutangkis
sebagai berikut.
3.11.1. Analisis Data Aktivitas Belajar Siswa Teknik Dasar Servis Panjang
Bulutangkis
Data aktivitas (berupa skor) siswa diamati dan dicatat dalam lembar
keaktifan belajar siswa secara klasikal ( X ), mean ideal (Mi) dan standar deviasi
1
Mi = 2 x SMI
1
SDi = 3 x Mi
Keterangan :
62
SMI : Skor maksimal ideal
Kriteria penggolongan aktivitas belajar siswa dapat di lihat pada tabel 3.10.
di bawah ini.
No Kriteria Kategori
1 X≥ Mi + 1,5 Sdi Sangat Aktif
2 Mi + 0,5 SDi ¿ X < Mi + 1,5 Sdi Aktif
3 Mi – 0,5 SDi ¿ X < Mi + 0,5 Sdi Cukup Aktif
4 Mi – 1,5 SDi ¿ X < Mi - 0,5 Sdi Kurang Aktif
5 X < Mi – 1,5 Sdi Sangat Kurang Aktif
sebanyak 6 indikator. Adapun cara pemberian skor tentang aktivitas belajar siswa
adalah setiap indikator memuat dua buah deskripsi dan setiap deskripsi dari
dicatat pada lembar observasi dengan memberi skor apabila sebuah deskripsi
tampak maka diberi skor 1 dan jika tidak tampak diberi skor 0. Apabila setiap
siswa skor tertinggi ideal adalah 12 dan skor terendah adalah 0. Dengan demikian
1
Mi = 2 x 12
= 6
63
1
SDi = 3 x 6
=2
pada tabel berikut. Agar lebih jelas, dapat di lihat pada tabel 3.11. di bawah ini.
No Kriteria Kategori
1 X≥ 9 Sangat Aktif
2 7 ¿X < 9 Aktif
3 5 ¿X < 7 Cukup Aktif
4 3 ¿X < 5 Kurang Aktif
5 X <3 Sangat Kurang Aktif
Hasil dari data aktivitas yang terkumpul, dihitung rata-rata skor aktivitas (
∑X
X = N (Sudjana, Nana, 2004: 109)
Keterangan :
N = Jumlah siswa
dikatakan berhasil apabila aktivitas belajar siswa minimal berada pada kategori
64
a. Tingkat ketuntasan individual
SHT
NA = ---------- x NI
Keterangan :
NA = Nilai Akhir
KB = ----------------------------------- x 100%
Keterangan :
KB = Ketuntasan Belajar
Rentang
Nilai
Skor dalam Kategori Keterangan
Angka/Huruf
%
85-100 A Sangat Baik Tuntas
75-84 B Baik Tuntas
60-74 C Cukup Tidak Tuntas
55-59 D Kurang Tidak Tuntas
0-54 E Sangat Kurang Tidak Tuntas
65
S 1+S 2
X=
2
Keterangan:
S1 = Nilai Siklus I
S2 = Nilai Siklus II
sebagai berikut:
KB Siklus I + KB Siklus II
Rata-rata KK =
Banyaknya Siklus
Keterangan:
KK = Ketuntasan Klasikal
Ketuntasan Belajar (KB) secara individu dan secara klasikal minimal 78% sesuai
model pembelajaran kooperatif tipe GI, maka penelitian ini tetap dilakukan dalam
dua siklus sesuai dengan rancangan penelitian yang telah dibuat, walaupun
nantinya penelitian ini berhasil atau tidak. Ketuntasan belajar siswa merupakan
cerminan atau tolak ukur dari keberhasilan model pembelajaran yang digunakan
66
BAB IV
aktivitas dan hasil belajar Teknik Dasar Servis Panjang Bulutangkis, Siklus I
dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yaitu pada tanggal 4-11-2021 untuk
tindakan dan pengamatan aktivitas belajar teknik dasar servis panjang bulutangkis
dan pada tanggal 11-11-2021 untuk evaluasi aktivitas dan hasil belajar teknik
dasar servis panjang bulutangkis. Penelitian ini dilaksanakan pada pukul 07.30-
aktivitas dan hasil belajar teknik dasar servis panjang bulutangkis dan pada
tanggal 25-11-2021 untuk evaluasi aktivitas dan hasil belajar teknik dasar servis
67
Berdasarkan hasil analisis data pada siklus I, maka adapun kriteria
penggolongan aktivitas belajar Siklus I yaitu yang tertuang dalam tabel sebagai
berikut:
Berdasarkan tabel 4.1. maka kriteria penggolongan aktivitas belajar teknik dasar
servis panjang bulutangkis pada siklus I dapat dituangkan dalam bentuk diagaram
80
70%
70
60
50
40
30 %
30
20
10
0
Sangat Aktif Aktif Cukup Aktif Kurang Aktif Sangat Kurang Aktif
68
Gambar 4.1. Diagram presentase aktivitas belajar teknik dasar servis panjang
Keterangan:
= Jumlah Siswa
= Presentase (%)
sebanyak 17 orang (30%), pada kategori aktif sebanyak 18 orang (70%), pada
kategori cukup aktif, kurang aktif, pada kategori sangat kurang aktif tidak ada.
Adapun nilai rata-rata aktivitas belajar teknik dasar servis panjang bulutangkis
klasikal yaitu:
∑X
X = N
277
= = 7,91
35
Dengan demikian maka rata-rata aktivitas belajar pada siklus I yaitu, 7,91 berada
di kategori aktif. Dengan memperhatikan siklus I maka tidak ada siswa yang tidak
69
Tabel 4.2. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Teknik Dasar Servis Panjang
Siklus I
Teknik Dasar Servis Panjang Bulutangkis pada siklus I dapat dilihat dalam bentuk
70
61%
60
50
40
30 23 %
20 14%
10
0
Sangat Aktif Aktif Cukup Aktif Kurang Aktif Sangat Kurang Aktif
70
Gambar 4.2. Diagram Presentase Hasil Belajar Teknik Dasar Servis Panjang
pada Siklus 1
Keterangan:
= Jumlah Siswa
= Persentase (%)
sangat baik sebanyak 5 orang (14,29%), siswa dalam kategori baik sebanyak 23
orang (61,90%), siswa dalam kategori cukup sebanyak 7 orang (23,81%), siswa
dalam kategori kurang baik dan siswa dalam kategori sangat kurang tidak baik
tidak ada. Siswa yang tuntas sebanyak 28 orang sedangkan siswa yang tidak
tuntas sebanyak 7 orang. Dalam hal ini terdapat 7 siswa yang tidak tuntas.
Dari analisis data pada penelitian tindakan kelas siklus I, maka ketuntasan
belajar siswa secara klasikal untuk Teknik Dasar Servis Panjang Bulutangkis
28
KK= x100%
35
= 80%
Dengan demikian, secara umum bahwa penelitian tindakan kelas pada siklus
I, tingkat penguasaan materi secara klasikal pada Teknik Dasar Servis Panjang
71
katagori baik.Namun demikain penelitian dilanjutkan pada tindakan siklus 2 untuk
pengolongan tentang aktivitas belajar pada siklus 2 adalah yang tertuang dalam
Jumlah Prosentase
No Kriteria Predikat
Siswa (%)
1 X 9 30 80% Sangat aktif
2 7 ¿ X <9 5 20% Aktif
3 5 ¿ X <7 0 0 Cukup Aktif
4 3 ¿ X <5 0 0 Kurang Aktif
5 X <3 0 0 Sangat Kurang Aktif
Total 35 100%
belajar Teknik Dasar Servis Panjang Bulutangkis siklus 2 dapat dituangkan dalam
72
90
80%
80
70
60
50
40
30
20 20%
10
0
Sangat Aktif Aktif Cukup Aktif Kurang Aktif Sangat Kurang
Aktif
Keterangan:
= Jumlah Siswa
= Persentase (%)
sangat aktif sebanyak 30 orang (80%), pada kategori aktif sebanyak 5 orang
(20%), pada kategori cukup aktif, kategori kurang aktif, dan pada kategori sangat
dilakukan oleh observer tentang aktivitas belajar Teknik Dasar Servis Panjang
Bulutangkis pada siklus 2, adapun nilai rata-rata aktivitas belajar Teknik Dasar
73
∑X
X = N
336
= =9,6
35
Nilai 9,6 jika dimasukan ke dalam kategori yang telah di buat pada bab III
Tabel 4.4. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Teknik Dasar Servis Panjang
Pada Siklus II
Berdasarkan tabel 4.4. maka kriteria penggolongan tentang hasil belajar Teknik
Dasar Servis Panjang Bulutangkis pada siklus II dapat dituangkan dalam bentuk
74
120
100%
100
80
60
40
20
0
Sangat Kurang Kurang Cukup Baik Sangat Baik
Keterangan:
= Jumlah Siswa
= Persentase (%)
kategori sangat baik sebanyak 35 orang (100%), untuk siswa dalam kategori baik,
siswa dalam kategori cukup baik, siswa dalam kategori kurang baik dan siswa
dalam kategori sangat kurang baik tidak ada. Siswa yang tuntas sebanyak 35
Dari analisis data pada penelitian tindakan kelas siklus II, maka ketuntasan
belajar siswa secara klasikal untuk Teknik Dasar Servis Panjang Bulutangkis
sebagai berikut:
75
Jumlah Siswa yang Tuntas
KK= × 100%
Jumlah Siswa Keseluruhan
35
KK= x100%
35
= 100%
Dengan demikian, secara umum bahwa penelitian tindakan kelas pada siklus
II, tingkat penguasaan materi secara klasikal pada Teknik Dasar Servis Panjang
Sesuai dengan hasil analisis data pada siklus 1 dan siklus 2 aktivitas belajar
Servis Panjang Bulutangkis secara klasikal pada siklus 1 yaitu sebesar 7,91 yang
tergolong dalam kategori aktif, sedangkan aktivitas belajar Teknik Dasar Servis
Panjang Bulutangkis secara klasikal pada siklus 2 adalah sebesar 9,6 yang berada
dalam kategori sangat aktif. Dilihat dari hasil aktivitas yang diperoleh tersebut,
berikut:
76
Maka dapat disampaikan bahwa rata-rata aktivitas belajar Teknik Dasar
Dilihat dari analisis kedua siklus di atas aktivitas belajar Teknik Dasar
2020/2021 dapat juga dilihat dalam bentuk diagram pada gambar 4.5 sebagai
berikut:
12
10 9,6
8,75
7,91
8
0
Siklus 1 Siklus 2 Rata-Rata
Keterangan:
= Siklus 1
= Siklus 2
= Rata-Rata
analisis data pada siklus 1 dan siklus 2, persentase tingkat ketuntasan hasil belajar
77
Teknik Dasar Servis Panjang Bulutangkis secara klasikal pada siklus 1 sebesar
80%, sedangkan persentase tingkat ketuntasan hasil belajar Teknik Dasar Servis
Panjang Bulutangkis secara klasikal pada siklus 2 adalah sebesar 100%. Dengan
Adapun rata-rata persentase tingkat ketuntasan hasil belajar Teknik Dasar Servis
80 %+100 %
Rata−rata Persentase=
2
Rata−rata Persentase=90 %
Teknik Dasar Servis Panjang Bulutangkis mencapai 90% yang berarti hasil belajar
dikatakan berhasil atau tuntas karena berada di atas persentase KKM secara
Dilihat dari hasil analisis kedua siklus di atas hasil belajar Teknik Dasar
tahun pelajaran 2020/2021 dapat juga dilihat dalam bentuk diagram pada gambar
78
120
100 100%
90%
80 80
%
60
40
20
0
Siklus 1 Siklus 2 Rata-Rata
Keterangan:
= Siklus 1
= Siklus 2
= Rata-Rata
4.6. Pembahasan
yang dilakukan pada siswa kelas X MM 1 SMK 3 Singaraja tahun pelajaran 2020-
2021 diketahui aktivitas belajar teknik dasar servis panjang bulutangkis masih
tergolong cukup aktif dan hasil belajar teknik dasar servis panjang bulutangkis
belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 80%, sehingga hasil
belajar dikatakan belum tuntas. Hal ini disebabkan karena model pembelajaran
yang diterapkan masih berpusat pada guru sehingga pada saat guru menjelaskan
materi, siswa tidak memperhatikan penjelasan guru, siswa tidak berani bertanya
79
dan mengemukakan pendapat, siswa tidak bersemangat untuk mengikuti proses
pembelajaran dan siswa hanya sekedar melakukan gerakan dan tidak berdasarkan
kemampuan siswa dalam melakukan teknik dasar servis panjang bulutangkis (fase
kemajuan dalam proses dan hasil belajar siswa serta mampu memfasilitasi siswa
kooperatif Tipe Group Investigation (GI) adalah salah satu model pembelajaran
inovatif yang dapat membuat siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti
pembelajaran Group Investigation (GI), siswa belajar teknik dasar servis panjang
bulutangkis dalam kelompok dengan dibantu oleh siswa pandai anggota kelompok
secara individu saling tukar jawaban, saling berbagi sehingga terjadi diskusi.
siswa mengemban tanggung jawab, saling membantu satu sama lain dalam
menghadapi masalah, dan saling memberi dorongan untuk maju serta siswa dapat
meningkatkan pikiran kritisnya, kreatif dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi.
belajar teknik dasar servis panjang bulutangkis pada siswa kelas X MM 1 SMK
80
4.6.1. Aktivitas Belajar Teknik Dasar Servis Panjang Bulutangkis pada Siklus I,
dan II
tingkat aktivitas belajar siswa secara klasikal (7,91) dalam proses pembelajaran
teknik dasar servis panjang bulutangkis aktivitas belajar siswa pada siklus I secara
klasikal tergolong aktif, ini menunjukkan bahwa keaktifan belajar siswa dalam
data aktivitas belajar teknik dasar servis panjang bulutangkis pada siklus I,
tergolong cukup aktif yaitu: (1) Siswa tidak mendengarkan diskusi dalam
dialami oleh ketiga siswa tersebut maka peneliti memberikan solusi untuk
diskusi menjadi lebih baik, (2) Memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih
Bulutangkis.
belajar siswa secara klasikal (9,6) dalam proses pembelajaran teknik dasar servis
81
panjang bulutangkis aktivitas belajar siswa pada siklus II secara klasikal
tergolong sangat aktif, ini menunjukkan bahwa siswa sangat aktif dalam proses
pembelajaran pada siklus II. Hasil dari refleksi siklus II ini akan dijadikan laporan
Dari hasil analisis siklus I, dan II dapat dilihat bahwa, rata-rata aktivitas
belajar siswa secara klasikal berada pada kategori sangat aktif. Dari hasil siklus I
dan II, maka diperoleh rata-rata tingkat aktivitas belajar teknik dasar servis
4.6.2. Hasil Belajar Teknik Dasar Servis Panjang Bulutangkis pada Siklus I, dan
II.
Hasil analisis data dan pembahasan ketuntasan hasil belajar teknik dasar
servis panjang bulutangkis pada siklus I secara klasikal mencapai 80% berada
pada rentang 78% - 87% dalam kategori baik dengan keterangan tuntas. Dengan
memperhatikan data hasil belajar teknik dasar servis panjang bulutangkis pada
siswa yang belum tuntas yaitu: (1) Siswa masih melakukan pukulan servis dengan
Fase follow through yaitu sikap badan kaku. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut maka solusi yang diberikan atau diterapkan adalah (1) Menjelaskan
kembali materi pelajaran dengan lebih menekankan pada fase persiapan ,fase
82
pembelajaran, (3) Memberikan bimbingan belajar kepada siswa yang mengalami
Hasil analisis data dan pembahasan rata-rata ketuntasan hasil belajar teknik
dasar servis panjang bulutangkis pada siklus II terdapat 35 orang (100%) dapat
terhadap materi servis panjang bulutangkis mencapai 100% berada pada rentang
Dengan memperhatikan data hasil belajar pada siklus II, maka dalam hal ini
demikian, hasil belajar siswa mengalami peningkatan 20% dari siklus I ke siklus
II, dan rata rata ketuntasan hasil belajar teknik dasar servis panjang bulutangkis
secara klasikal sebesar 90% yang berada pada kategori sangat baik.
sendiri kepada siswa. Siswa belajar dan beraktivitas sendiri untuk memperoleh
kegiatan atau aktivitas belajar siswa merupakan dasar untuk mencapai hasil
belajar yang lebih optimal. Belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan
dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi
lebih luas dari pada itu yakni mengalami hasil belajar bukan suatu penugasan hasil
83
yaitu: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional,
pendukung dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar teknik dasar Servis Panjang Bulutangkis
84
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.1.1. Dari hasil analisis data pada siklus I dan siklus II, dapat disimpulkan
klasikal pada siklus I yaitu sebesar 7,91 yang berada pada kategori aktif
dan persentase aktifitas siswa secara klasikal pada siklus II adalah 9,6
aktifitas siswa klasikal sebesar 8,75 yang berada dalam kategori sangat
aktif.
5.1.2. Dari hasil analisis data pada siklus I dan siklus II, dapat disimpulkan
siswa pada siklus I adalah sebesar 80% yang berada pada kriteria baik dan
85
pada siklus II tingkat penguasaan materi klasikal siswa adalah 100% yang
5.2. Saran-Saran
dalam upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
Tipe Group Investigation (GI) ,adapaun hal-hal yang disarankan adalah sebagai
berikut:
86
Kepada siswa kelas X MM 1 SMK 3 Singaraja. Untuk Siswa, hendaknya
siswa menjadi lebih aktif. Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap siswa
harus menjadi siswa yang aktif belajar sendiri meskipun pada saat guru
bidang studi itu tidak mengisi pelajarannya, tanpa adanya aktivitas maka
proses belajar tidak mungkin terjadi. Jadi sangat jelas bahwa dalam
87
88