1. Artikel 1
Meningkatkan prestasi belajar pesrta didik. Kinerja guru merupakan faktor dominan yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Oleh karena itu kinerja guru harus senantiasa
ditingkatkan dengan cara melakukan supervisi kinerja mengajar guru. Supervisi kinerja
mengajar guru teriri dari (1) perencanaan pembelajaran dengan cara mengecek
kelengkapan administrasi pembelajaran terutama kesiapan silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), (2) pelaksanaan pembelajaran dengan nilai guru dalam
mengajar di dalam kelas dengan cara membandingkan langkah-langkah pembelajaran
yang telah direncanakan dalam RPPdengan standar yang telah ditetapkan pemerintah
dengan kenyataan yang dilakukan oleh guru, (3) penilaian pembelajaran dengan cara
melakukan evaluasi terhadap hasil penilaian pembelajaran yang diakukan guru, apakah
telah memenuhi ketuntasan minimal atau tidak, serta tingkat keberhasilan pembelajaran
yang dilakukan guru dalam kelas. (Junianto, 2013: 307-319).
1. Artikel 1
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi, dkk (2018) yang menyatakan
bahwa kemampuan professional guru akan memberikan pengaruh positif pada kinerja
mengajar guru sehingga akan berdampak pada pembelajaran di kelas. Pendidik yang
memegang peranan penting dalam mencapai tujuan pembelajaran.
2. Artikel 2
Hal tersebut diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Azizah, dkk, (2019)
menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa
sehingga berdampak pada hasil belajar siswa.
3. Artikel 3
4. Artikel 4
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fauziyah dan Sukanti (2018) yang
menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa
setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif sekitar 37,80%
5. Artikel 5
Suryana, dan Teni (2018) juga menyatakan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif
tipe STAD mendapatkan respon yang baik dari siswa, menjadikan kondisi kelas menjadi
hidup sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa
1. Buku 1
1. Buku 1
Salah satu landasan teoretis tentang belajar kelompok kecil berasal dari teori Piaget
tentang konflik sosiokognitif. Konflik ini menurut Piaget, muncul ketika siswa mulai
merumuskan kembali pemahamannya akan suatu masalah yang bertentangan dengan
pemahaman orang lain yang tengah berinteraksi dengannya. Saat pertentangan ini terjadi,
siswa akan tertuntut untuk merefleksikan pemahamannya sendiri, mencari informasi
tambahan untuk mengklarifikasi pemahaman tersebut dan berusaha “mendamaikan”
pemahaman dan perspektifnya yang baru untuk kembali menyelesaikan inkonsistensi-
inkonsistensi yang ada (Miftahul Huda, 2014, p. 25).
2. Buku 2
3. Buku 3
Sejalan dengan itu, Sharan berpendapat bahwa Student Teams Achievement Division
(STAD) sangat mudah diadaptasi-telah digunakan dalam matematika,sains, ilmu
pengetahuan sosial, bahasa nggris, teknik dan banyak subjek lainnya dan pada tingkat
sekolahmenengah sampai perguruan tinggi (Tukiran Taniredja et al, 2014, p. 64).
4. Buku 4
5. Buku 5
Kemampuan yang menyangkut jenis-jenis belajar yaitu domain/ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik.
1) Hasil belajar kognitif Hasil belajar kognitif adalah perubahan prilaku yang terjadi
kawasan kognisi. Bloom membagi dan menyusun secara hirarkis tingkat kognitif
mulai dari yang paling rendah dan sederhana yaitu hafalan sampai tingkat yang
paling tinggi dan kompleks yaitu evaluasi. Enam tingkat itu adalah hafalan
(knowladge) (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), Sintesis (C5) dan
evaluasi (C6).
2) Hasil belajar Afektif
Taksonomi hasil belajar afektif dikemukakan oleh Kratwhwol. Karthwol membagi
hasil belajar afektif menjadi lima tingkatan yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian,
organisasi dan internalisasi. Hasil belajar disusun mulai dari tingkat yang paling
rendah dan sederhana hingga yang paling tinggi dan kompleks.
3) Hasil belajar Psikomotorik Beberapa ahli mengklasifikasikan dalam menyusun
hirarki hasil belajar psikomotorik. Menurut Harrow hasil belajar psikomotorik dapat
diklasifikasikan menjadi enam : gerakan refleks, gerakan fundamental dasar,
kemampuan perseptual, kemampuan fisis, kemampuan gerakan keterampilan, dan
komunikasi tanpa kata (Purwanto, 2014, p. 45).
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, D. (2019). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing
untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa. Jurnal Penelitian Dan Pengkajian Ilmu Pendidikan,
2(2), 127–134.
Dewi, D. (2018). Kemampuan Profesional Guru Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Mengajar Guru Sekolah Dasar. Jurnal Administrasi Pendidikan, 25(1), 150–158.
Kurniasih, Imas & Berlin Sani. (2015). Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk
Meningkatkan Profesionalitas Guru, Jilid II h.. 22-23. Surabaya: Kata Pena
Suryana, T. (2018). Kajian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams
Achievement Division) Dalam Upaya Meningkatkan Efektifitas Proses Belajar Mengajar
Akuntansi. Jurnal Kajian Pendidikan Ekonomi Dan Ilmu Ekonomi, 2(2), 133–145.
Taniredja, Tukiran. Dkk. (2014). Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif. Jilid V.
Bandung: Alvabeta.