Disusun oleh :
B. Identifikasi Masalah
1. Siswa kurang aktif dan kurang memperhatikan dalam proses pembelajaran karena
pembelajaran dilaksanakan dengan metode ceramah, guru yang lebih dominan dalam
pembelajaran.
2. Sebagian besar siswa tidak mencapai KKM.
C. Rumusan Masalah
Apakah model pembelajaran kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat
meningkatkan motivasi dan prestasi belajar tentang Energi dan Perubahannya pada siswa
kelas III SDN Teguhan 3 Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi?
D. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif Tipe Teams Games
Tournament (TGT) dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar tentang Energi dan
Perubahannya pada siswa kelas III SDN Teguhan 3 Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi.
E. Kegunaan Penelitian.
1. Kegunaan Teoritis
a) Untuk merencanakan perbaikan dan penyempurnaan dalam melakukan kegiatan
belajar mengajar.
b) Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi para pendidik dalam meningkatkan
hasil belajar.
c) Sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya.
2. Kegunaan Praktis
a) Bagi Penulis
1) Untuk menambah wawasan tentang model pembelaajaran kooperatif tipe
TGT dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
2) Untuk mengembangkan ketrampilan dalam mengajar.
3) Untuk meningkatkan motivasi menerapkan strategi pembelajaran yang
lebih bervariasi, sehingga materi pelajaran akan lebih menarik.
b) Bagi Siswa
1) Untuk memupuk rasa kebersamaan antar siswa.
2) Untuk meningkatkan keaktifan dan minat belajar siswa.
3) Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
c) Bagi /Sekolah
Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses
pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan
F. Definisi Istilah
1. Prestasi belajar adalah Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam
bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran. Prestasi belajar pada umumnya
berkenaan dengan aspek pengetahuan (Zaenal, 2010: 12). Tolak ukur untuk mengukur
peningkatan hasil belajar disini adalah nilai tes yang diperoleh dari hasil tes pra siklus
dibandingkan dengan nilai evaluasi setiap siklus di akhir proses belajar mengajar.
Dalam penelitian ini dikatakan berhasil apabila dari siklus I ke siklus II dan
kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang dipatok SDN Teguhan 3 pada mata
2. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menurut Surjani (2011, 12) adalah sekumpulan
pengetahuan yag diperoleh melalui metode tertentu. Dalam penelitian ini Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) yang dijadikan materi adalah Energi dan Perubahannya.
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari siswa-siswa yang dituntut untuk bekerja
4. Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap siswa, misalnya, akan mengambil sebuah
kartu yang diberi angka dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan
Teams Games Tournament (TGT) yang dimaksud disini adalah pembelajaran dimana
siswa memainkan permainan dengan anggota kelompok lain untuk memperoleh skor
bagi tim mereka masing-masing. Permainannya dalam TGT ini berupa pertanyaan
yang ditulis di kartu-kartu yang diberi angka. Siswa kemudian diminta menjawab
pertanyaan yang ada pada kartu. Jika siswa menjawab benar maka dia secara otomatis
menyumbang poin bagi kelompoknya. Turnamen dalam hal ini harus memungkinkan
semua siswa dari semua tingkat kemampuan untuk menyumbangkan poin bagi
kelompoknya. Prinsipnya soal sulit untuk anak pintar, soal yang agak lebih mudah
untuk anak yang kurang pintar. Hal ini dimaksudkan agar semua anak mempunyai
kemungkinan memberi skor bagi kelompoknya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Prestasi Belajar
Hasilnya adalah perubahan dari tidak tahu menjadi tahu. Hal ini sesuai dengan
pendapat dari Slameto (2013, 2) bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
lingkungannya.
Definisi belajar menurut Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2012, 6) terbagi
psikomotor.
perlu dibimbing untuk mencapai tujuan tertentu, dan memberi reinformence dan
umpan balik (feed-back) yaitu penguatan optimal terjadi pada waktu siswa
Hasil dan bukti belajar menurut Oemar Hamalik (2004, 30) ialah ‘’terjadinya
perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu
dan dari tidak mengerti menjadi mengerti’’. Prestasi belajar siswa menurut Tulus Tu’u
adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan
faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri maupun dari luar diri’’ (Abu
Faktor yang mempengaruhi belajar menurut Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana
(2012, 8):
a) Peserta didik dengan sejumlah latar belakangnya yang terdiri dari tingkat
kecerdasan, bakat, sikap, minat, motivasi, keyakinan, kesadaran, kedisiplinan dan
tanggung jawab.
b) Pengajar yang professional yaitu memiliki kompetensi pedagogik, sosial,
personal, profesional, kualifikasi pendidikan dan kesejahteraan.
c) Atmosfer pembelajaran partisipatif dan interaktif
d) Sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran.
e) Kurikulum, lingkungan, atmosfer kepemimpinan pembelajaran yang sehat, dan
pembiayaan yang memadai.
Motivasi Belajar
Oemar Hamalik (2004: 158) ‘’motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi)
seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai
tujuan’’.
Oemar Hamalik (2004: 162) menuliskan motivasi terbagi menjadi 2 jenis yaitu:
a) Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup dalam situasi belajar dan
menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan murid. Motivasi ini sering disebut
motivasi murni, atau motivasi yang sebenarnya, yang timbul dari dalam diri siswa
sendiri, misalnya keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu, memperoleh
informasi dan pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil menyenangi
kehidupan, secara sadar memberikan sumbangan kepada kelompok, keinginan
untuk diterima orang lain dan sebagainya.
b) Motivasi ekstrinsik
Motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, seperti
angka, kredit, ijazah, tingkatan, hadiah, medali, pertentangan dan persaingan,
yang bersifat negatif ialah sarkasme, ejekan, dan hukuman. Motivasi ekstrinsik
tetap diperlukan disekolah, sebab pembelajaran disekolah tidak semuanya
menarik minat, atau sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
(Hamzah B Uno: 27) menuliskan ‘’peranan penting dari motivasi dalam belajar
dan pembelajaran antara lain dalam (a) menentukan hal-hal yang dapat dijadikan
penguat belajar, (b) memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, (c) menentukan
antara lain dengan memberi angka/nilai, pujian, hadiah, kerja kelompok, persaingan,
penilaian yang kontinu, karyawisata, film pendidikan, dan belajar melalui radio
(Oemar Hamalik, 2004: 167). Selain itu salah satu teknik motivasi yag dapat
Permainan merupakan proses yang sangat menarik bagi siswa. Suasana yang
sangat menarik menyebabkan proses belajar menjadi bermakna secara afektif atau
emosional bagi siswa. Sesuatu yang bermakna akan lestari diingat, dipahami atau
Untuk mengetahui prestasi belajar perlu adanya penilaian guru setiap akhir
belajar atau tiap periode tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat Oemar Hamalik
(2004: 146) yaitu Assesment adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk
yaitu kemampuan kognitif, afektif, dan psikomorik. Namun secara umum prestasi
kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran yang telah dipelajari
sebelumnya. Hal ini dibuktikan guru memberikan prestasi belajar berdasar dari nilai
hasil ulangan yang mana ulangan tersebut berisi soal-soal dan materi yang dipelajari.
terhadap materi yang dipelajari. Selain itu untuk melihat apakah proses belajar
mengajar yang dilaksanakan telah berjalan secara efektif atau belum. Hal ini sesuai
dengan pendapat Purwanto (2011: 47) bahwa hasil belajar perlu di evaluasi untuk
melihat kembali apakah tujuan yang ditetapkan telah tercapai dan apakah proses
Teknik yang digunakan dalam evaluasi terdiri dari tes dan non tes. Tes
kecerdasan, kemmpuan, atau bakat yang dimiliki siswa (Nunuk Suryani dan Leo
Agung, 2012: 177). Tes terdiri dari (a). tes tertulis. Tes tertulis terdiri dari tes uraian/
esay dan tes obyektif (benar salah dan pilihan ganda). (b). Tes Lisan (c). Tes
perbuatan/ tingkah laku. Dalam penelitian ini tes digunakan untuk mengukur nilai
siswa sebelum dan setelah pembelajaran dilakukan dengan model kooperatif tipe
TGT.
Non tes penting untuk mengevaluasi siswa pada ranah afektif dan psikomotorik.
Ada beberapa macam teknik non tes yaitu pengamatan, wawancara, kuesioner/
angket, dan analisis dokumen (Nunuk Suryani dan Leo Agung, 2012: 177). Dalam
penelitian ini non tes digunakan untuk mengukur motivasi siswa setelah
2. Hakikat IPA
disesuaikan perkembangan kognitif siswa sekolah dasar. IPA melatih anak berpikir
kritis dan objektif dengan pengetahuan menurut tolak ukur kebenaran ilmu yaitu
membantu siswa untuk memahami alam sekitarnya secara lebih mendalam. Hal ini
sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan
manusia. IPA menurut Trianto (2010: 136) adalah suatu kumpulan teori yang
sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan
berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serrta menuntut
sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka jujur dan sebagainya.
IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah dan sikap ilmiah.
(Trianto, 2010: 137). Sebagai proses diartikan sebagai kegiatan imiah untuk
baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang
diajarkan di sekolah dan luar sekolah atau bahan bacaan untuk penyebaran
pengetahuan. Karena itu sebagai guru kita perlu mengenalkan ketiga aspek ini,
walaupun hingga kini masih banyak guru yang lebih menekankan pada produk Ilmu
Seperti yang tercantum dalam KTSP (Mulyasa, 2011: 112) Ruang lingkup
pembelajaran IPA untuk Sekolah Dasar meliputi:
a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan
interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.
b. Benda/ materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi cair, padat dan gas.
c. Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan
pesawat sederhana.
d. Bumi dan alam semesta meliputi tanah, bumi, tata surya dan benda-benda langit
lainnya.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Ilmu Pengetahuan Alam
di Sekolah Dasar kelas 1 sampai kelas 3 diberikan secara tematik dengan pelajaran
lain. Sedangkan untuk kelas IV sampai kelas VI diberikan secara mata pelajaran.
Materi IPA kelas III yang dipakai dalam penelitian ini adalah Energi dan
Perubahannya.
disebut juga sebagai tenaga. Definisi energi adalah kemampuan untuk melakukan
usaha/ kerja (I Gusti Ayu dan I Nyoman Tika, 2013: 93). Tidak ada makhluk yang
bisa menciptakan dan memusnahkan energi, hanya bisa dirubah dari satu bentuk ke
bentuk lainnya. Setiap energi pasti mengalami perubahan. Energi adalah sesuatu yang
menyertai perubahan materi. Bentuk bentuk energi antara lain energi kimia, panas,
kepada guru dikelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Joyce & Weil (dalam Rusman,
2011: 133) yang menyatakan model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola
dikelas”.
terdiri dari siswa-siswa yang dituntut untuk bekerja sama dan saling meningkatkan
kooperatif para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan
unpleasant situations and maximizes the learning and satisfaction that result from
pendekatan yang dibentuk kelompok kerja yang memperkecil kesalahan individu dan
meningkatkan kerjasama akademik antar siswa, membentuk hubungan yang aktif dan
pendapat (sharing ideas). Model ini tidak hanya unggul dalam membantu siswa
memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna menumbuhkan kemampuan
berpikir kritis, bekerja sama, dan membantu teman (Isjoni, 2010: 13)
Dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya sebagai objek belajar tetapi
menjadi subjek belajar karena mereka dapat berkreasi secara maksimal dalam proses
(2010: 20) yaitu ‘’setiap anggota memiliki peran, terjadi interaksi langsung diantara
siswa, setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-
diperlukan.’’
antara lain Student Team Achievment Division (STAD), Jigsaw, Team Games
Tournament (TGT), Cooperative Integrated and Compositio (CIRC) dan Team
Accelerated Instruction).
sehingga guru lebih variatif, siswa antusias, tidak mudah bosan, membantu menguasai
permainan, kerjasama, dan persaingan positif, sehingga guru lebih variatif, siswa
Tournament adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang berbentuk turnamen
yang diberi angka. Tiap siswa, misalnya, akan mengambil sebuah kartu yang diberi
angka dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angkat tersebut
(Rusman, 2011: 224). Secara umum TGT sama dengan STAD kecuali satu hal: TGT
kemajuan individu dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka. Dengan
demikian model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki ciri-ciri ciri: siswa
kelompok.
a. Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe TGT (dalam Tukiran, 2013: 72-73) antara
lain: (1) dalam kelas kooperatif mahasiswa memiliki kebebasan berinteraksi dan
menggunakan pendapatnya; (2) Rasa percaya diri mahasiswa menjadi lebih tinggi;
(3) Perilaku mengganggu terhadap mahasiswa lain menjadi lebih kecil; (4)
dengan dosen;
b. Kekurangan pembelajaran kooperatif tipe TGT (dalam Tukiran, 2013: 73) antara
lain: (1) sering terjadi dalam kegiatan pembelajaran tidak semua siswa ikut serta
(3) kemungkinan terjadinya kegaduhan kalau dosen tidak dapat mengelola kelas.
direncanakan. Pada saat belajar tim yang perlu dipersiapkan adalah dua lembar kegiatan
untuk tiap tim dan dua lembar jawaban untuk tiap tim. Pada saat Turnamen yang perlu
dipersiapkan adalah lembar pembagian meja turnamen yang sudah di isi. Satu kopian
lembar permainan dan lembar jawaban untuk tiap meja turnamen. Satu lembar skor
permainan untuk tiap meja turnamen, satu boks kartu bernomor yang berhubungan
tournament. Pada saat rekognisi tim tentukan skor tim dan mempersiapkan sertifikat atau
meja turnamen. Acaklah nomor-nomornya supaya para siswa tidak bisa tahu mana meja
“atas” dan yang “bawah”. Mintalah salah satu siswa yang anda pilih untuk membagikan
satu lembar permainan, satu lembar jawaban satu kotak nomor, dan satu lembar skor
Untuk memulai permainan, para siswa menarik kartu untuk menentukan pembaca
yang pertama yaitu siswa yang menarik nomor tertinggi. Permainan berlangsung sesuai
waktu dimulai dari pembaca pertama. Pembaca pertama mengocok kartu dan mengambil
kartu yang teratas. Dia lalu membaca dengan keras soal yang berhubungan dengan nomor
yang ada pada kartu, termasuk pilihan pada jawabannya, jika soalnya pilian berganda,
misalnya seorang siswa yang mengambil kartu nomor 21 membaca dan menjawab soal
nomor 21. Pembaca yang tidak yakin dengan jawabannya diperolehkan menebak tanpa
dikenai sanksi. Jika konten dari permainan tersebut melibatkan permasalahan, semua
mereka siap untuk ditantang. Setelah si pembaca memberikan jawaban, siswa yang ada
disebelah kiri atau kanannya (penantang pertama) punya opsi untuk menantang dan
memberikan jawaban yang berbeda. Jika dia ingin melewatinya, atau bila penantang
kedua punya jawaban yang berbeda dengan dua peserta pertama, maka penantang kedua
boleh menantang, akan tetapi penantang harus berhati-hati karena mereka harus
mengembalikan kartu yang telah dimenangkan sebelumnya kedalam kotak (jika ada).
apabila jawaban yang mereka berikan salah. Apabila semua peserta punya jawaban,
ditantang, atau melewati pertanyaan, penantang kedua (atau peserta yang ada disebelah
kanan pembaca) memeriksa jawaban dan membacakan jawaban yang benar dengan keras.
Si pemain yang memberikan jawaban yang benar akan menyimpan kartunya. Jika kedua
penantang memberikan jawaban yang salah, dia harus mengembalikan kartu yang telah
dimenangkannya (jika ada) ke dalam boks. Untuk putaran berikutnya, semua bergerak
satu posisi ke kiri: Penantang pertama menjadi pembaca, penantang kedua menjadi
penantang pertama dan si pembaca menjadi penantang kedua. Permainan berlanjut seperti
yang telah ditentukan oleh guru sampai periode kelas berakhir atau jika kotaknya telah
kosong. Apabila permainan telah berakhir para pemain mencatat nomor yang telah
mereka menangkan pada lembar skor permainan pada kolom untuk game 1. Jika masih
ada waktu, para siswa mengocok kartu lagi dan memainkan game kedua sampai akhir
periode kelas dan mencatat nomor kartu-kartu yang telah dimenangkan pada game 2 pada
lembar skor.
B. Kerangka Berpikir
Adapun kerangka berfikir ini digambarkan dalam bagan 2.1 dibawah ini:
C. Hipotesa Tindakan
Hipotesa yang digunakan dalam penelitian ini adalah ada peningkatan yang
signifikan terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa dengan penggunaan model
pembelajaran kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) mata pelajaran IPA
tentang Energi dan Perubahannya pada siswa kelas III SDN Teguhan 3 Kecamatan
Paron Kabupaten Ngawi.
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Tempat Penelitian
untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SDN Teguhan 3
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini
kuantitatif berupa angka – angka tentang hasil belajar peserta didik. (H.E.Mulyasa, 2011:
Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan
suatu upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan
memberikan sebuah tindakan (treatment) yang sengaja dimunculkan (Mulyasa, 2011: 11).
kualitas pembelajaran.
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas III SDN Teguhan 3 Kecamatan Paron
Kabupaten Ngawi.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dengan beberapa metode
yaitu:
1. Wawancara untuk menggali data dari pendapat beberapa subyek mengenai motivasi/
pembelajaran di kelas. Data yang diperoleh berupa keadaan kelas pada waktu proses
pembelajaran. Data ini memuat catatan penting mengenai interaksi yang terjadi di
pembelajaran IPA menggunakan model kooperatif tipe TGT pada materi energi dan
E. Prosedur Penelitian
Secara garis besar prosedur penelitian berbentuk siklus yang mengacu pada
model Kemmis & Taggart (Suharsimi Arikunto, 2006: 97). Setiap siklus terdiri empat
F. Indikator Kinerja
Yang menjadikan indikator kinerja dalam penelitian ini adalah meningkatnya motivasi
dan prestasi belajar tentang energi dan perubahannya pada siswa kelas III SDN Teguhan
3 Kecamatan Paron Tahun ajaran 2018/ 2019 melalui model kooperatif tipe Team Games
Tournament (TGT). Indikator motivasi belajar setidaknya baik. Untuk prestasi belajar
setidaknya mencapai KKM yaitu pada penelitian ini adalah 70. Hal ini dapat dikatakan
diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif
kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau
fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar
yang dicapai siswa juga untuk memperoleh motivasi siswa selama proses pembelajaran.
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap
putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada
setiap akhir putaran. Data yang diperoleh dianalisis dengan membandingkan hasil tes
antara siklus sehingga hasilnya dapat mencapai batas ketercapaian yang ditetapkan. KKM
individual dan klasikal dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu tuntas dan tidak
Kriteria ketuntasan
Kualifikasi
Individual Klasikal
≥ 70 ≥85% Tuntas
(Sumber:KKM SDN Teguhan 3)
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hamzah B Uno. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
I Gusti Ayu dan I Nyoman Tika. 2013. Konsep Dasar IPA Aspek Fisika dan Kimia.
Yogyakarta: Ombak.
Miftahul Huda . 2013. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model
Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Mulyasa. 2011. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah Panduan Praktis. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana. 2012. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT
Refika Aditama.
Nunuk Suryani dan Leo Agung. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Ombak.
Robert E Slavin. 2008. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa
Media.
Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: PT Bumi Aksara.
Tukiran, dkk. 2013. Model-Model Pembelajaran Inovatif dan Efektif. Bandung: Alfabeta.
Tulus Tu’u. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: PT Grasindo.
Zaenal Arifin. 2010. Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik dan Prosedur. Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset.