Anda di halaman 1dari 17

.

Penerapan Metode Berpikir, Berkelompok, dan Berbagi (Think Pair And Share) untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Pada Penyiapan Media Pembibitan dalam Mata Pelajaran
Pembiakan Tanaman Kelas X ATPH Tahun 2019-2020

Ramdhan Hidayat Dunggio. SP


Guru Produktif Pertanian SMK Negeri 1 Mootilango

ABSTRACT

The objectives of classroom action research is to find out how far the achievement results of
student of class X ATPH SMK Negeri 1 Mootilango after Think, Pair, and Share methods are
applied. This research is a classroom action research conducted in two cycles. The first cycle
conducted four times and the second cycle conducted two times. The research subjects were all
students of class X ATPH consists of 24 students. Data were analyzed using quantitative and
qualitative data. The results concluded that the used of Think, Pair, and Share methods can
improve the performance results of class X ATPH SMK Negeri 1 Mootilango. Student
achievement increased measured by evaluation test of the first and second cycle.
Keywords: Study results, breeding plants in vegetative, the learning methods
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa, apalagi bangsa
yang sedang berkembang, yang giat membangun negaranya. Pembangunan hanya dapat
dilakukan oleh manusia, yang dipersiapkan untuk itu melalui pendidikan. Indonesia merupakan
salah satu negara yang genjar melakukan pembangunan dibidang pendidikan dan juga
pembangunan dibidang insfratruktur. Pembangunan dibidang pendidikan ini dilakukan disegala
sektor. Salahsatu pembangunan pendidikan dibidang Pertanian. Hal ini didasarkan pada potensi
besar yang dimiliki oleh Indonesia dibidang pertanian, sehingga pengembangan pendidikan
dibidang pertanian terus dipacu. Adanya Sekolah Menengah Kejuruan yang difokuskan pada
pertanian adalah langkah pemenritah untuk meningkatkan pendidikan dibidang pertanian.
Peserta didik di SMK Pertanian tidak untuk menjadi petani tradisional, namun peserta
didik diperkenalkan dengan teknologi pertanian terbaru maupun yang canggih yang digunakan
untuk mengembangkan pertanian. Teknologi pertanian diperkenalkan sedari awal yakni dimulai
dari dibentuknya Sekolah Menengah Kejuruan yang mengenalkan pertanian sekaligus dengan
teknologi untuk pengembangan pertanian. SMK Negeri 1 Mootilango membuka kompetensi
keahlian Agribisnis Tanaman pangan dan Hortikultura (ATPH). Data awal observasi yang
dilakukan di SMK Negeri 1 Mootilango Kelas X ATPH menunjukkan bahwa hasil belajar pada
mata pelajaran Pembiakan Tanaman belum memenuhi kriteria ketuntasan, Mengingat masih
rendahnya hasil belajar yang diberikan. Hal tersebut dikatakan tuntas dan tidak tuntas dilihat dari
standar Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 70% yang ditentukan di SMK Negeri 1
Mootilango dan standar klasikal keseluruhan peserta didik ≥ 75 (Data Nilai Peserta didik Kelas
X ATPH 2019).
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka diperlukan metode pembelajaran yang mampu
meningkatkan peran peserta didik secara menyeluruh. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Penerapan Metode Berpikir, Berkelompok,
dan Berbagi (Think Pair And Share) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Penyiapan
Media Pembibitan dalam Mata Pelajaran Pembiakan Tanaman Kelas X ATPH Tahun
2019-2020.

1) Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka permasalahannya adalah
menyeluruh, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penggunaan metode
berpikir, berkelompok dan berbagi dapat meningkatkan prestasi hasil belajar peserta didik Kelas
X ATPH pada mata pelajaran Pembiakan Tanaman di SMKN 1 Mootilango.

2) Pemecahan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka salahsatu solusi untuk meningkatkan prestasi hasil
belajar peserta didik Kelas X ATPH pada mata pelajaran Pembiakan Tanaman di SMKN 1
Mootilango dengan metode berpikir, berkelompok dan berbagi.

3) Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada peningkatan prestasi hasil belajar
mata pelajaran Pembiakan Tanaman peserta didik Kelas X ATPH SMKN 1 Mootilango melalui
penerapan metode pembelajaran berpikir, berkelompok dan berbagi.

4) Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain; dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan atau masukan untuk mendapatkan pola pembelajaran yang efektif dalam setiap
proses pembelajaran, sebagai gambaran kepada peneliti sebagai guru tentang keadaan
pembelajaran peserta didik di sekolah sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk
pengembangan ide-ide dalam rangka perbaikan proses pembelajaran dan sebagai bahan referensi
dan pendukung bagi penelitian yang berkaitan dengan metode berpikir, berkelompok dan
berbagi.
II. LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Teori Peningkatan Hasil belajar


Pengertian ini terdiri dari dua kata ‘hasil’ dan ‘belajar’. Dalam KBBI hasil memiliki
beberapa arti: 1) Sesuatu yang diadakan oleh usaha, 2) pendapatan; perolehan; buah. Sedangkan
belajar adalah perubahan tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman (Tim
penyusun Pusat Bahasa. 2007).
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkahlaku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003 : 2). Proses belajar mengajar merupakan suatu
proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan Peserta didik atas dasar timbal balik
yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Secara umum
Abdurrahman Mulyono, (1999) menjelaskan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang
diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.menurutnya juga anak-anak yang berhasil dalam
belajar ialah berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.
Pengertian belajar Menurut Mardianto (2012) adalah:
1) Belajar adalah suatu usaha, yang berarti perbuatan yang dilakukan secara sungguh-sungguh,
sistematis, dengan mendayagunakan semua potensi yang dimiliki, baik fisik maupun mental
2) Belajar bertujuan untuk mengadakan perubahan di dalam driri antara lain perubahan tingkah
laku diharapkan kearah positif dan kedepan.
3) Belajar juga bertujuan untuk mengadakan perubahan sikap, dari sikap negatif menjadi
positif, dari sikap tidak hormat menjadi hormat dan lain sebagainya.
4) Belajar juga bertujuan mengadakan perubahan kebiasaan dari kebiasaan buruk, menjadi
kebiasaan baik. Kebiasaan buruk yang dirubah tersebut untuk menjadi bekal hidup
seseorang agar ia dapat membedakan mana yang dianggap baik di tengah-tengah
masyarakat untuk dihindari dan mana pula yang harus dipelihara.
5) Belajar bertujuan mengadakan perubahan pengetahuan tentang berbagai bidang ilmu,
misalnya tidak tahu membaca menjadi tahu membaca, tidak dapat menulis jadi dapat
menulis. Tidak dapat berhitung menjadi tahu berhitung dan lain sebagainya.
6) Belajar dapat mengadakan perubahan dalam hal keterampilan, misalnya keterampilan
bidang olah raga, bidang kesenian, bidang tekhnik dan sebagainya.
Pemberian motivasi kepada peserta didik juga menentukan untuk meningkatkan
Pemahaman konsep dalam mata pelajaran Pembiakan Tanaman sehingga peserta didik agar
bersemangat dan merasa senang untuk mengikuti pembelajaran pada mata pelajaran pembiakan
tanaman. Pemberian ransangan berupa motivasi kepada Peserta didik akan memumbuhkan
pemahaman pada dirinya, karena pemahaman dapat berfungsi sebagai pendorong usaha
pencapaian hasil belajar yang baik. Jika peserta didik telah merasa senang maka dimungkinkan
hasil belajar dapat dipacu sehingga dapat meningkat.
Salah satu metode yang dapat memacu minat dan semangat belajar adalah berpikir,
berkelompok, dan berbagi. Metode pembelajaran berpikir, berkelompok, dan berbagi diharapkan
mampu meningkatkan pemahaman konsep bagi peserta didik. Berpikir, berkelompok, dan
berbagi pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland
sesuai yang dikutik (Arends, 1997), menyatakan bahwa Berpikir, berkelompok, dan berbagi
dapat memberi peserta didik banyak waktu untuk berpikir, untuk merespon dan saling membantu
(Trianto, 2011).

2.2 Pengertian Think Pair Share (TPS)


Pengertian Berpikir, berkelompok, dan berbagi (Think Pair Share) atau berpikir
berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang di reancang untuk
mempengaruhi pola interaksi Peserta didik. Strategi Berpikir, berkelompok, dan berbagi (Think
Pair Share) ini berkembang dari penelitian kooperatif dan waktu tunggu. Pertama kali
dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland yang menyatakan
bahwa Berpikir, berkelompok, dan berbagi (Think Pair Share) merupakan cara yang efektif
untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas (Trianto, 2014).
Metode Berpikir, berkelompok, dan berbagi (Think Pair Share) berarti memberikan
waktu pada Peserta didik untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan atau permasalahan yang
akan diberikan oleh guru. Peserta didik saling membantu dalam menyelesaikan masalah tersebut
dengan kemampuan yang dimiliki masing–masing. Setelah itu dijabarkan atau menjelaskan di
ruang kelas (Huda M, 2015).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motode pembelajaran Berpikir,
berkelompok, dan berbagi (Think Pair Share) merupakan salah satu metode pembelajaran yang
memberi waktu bagi Peserta didik untuk dapat berpikir secara individu maupun berpasangan.
Menurut Yahya, (2012) Metode Berpikir, berkelompok, dan berbagi memberikan waktu
kepada peserta didik untuk berpikir dan merespon serta saling membantu dalam mengkaji
permasalahan yang disajikan guru. Dalam proses belajar mengajar seperti ini guru bukan lagi
sebagai internal fokus belajar, tetapi lebih diarahkan kepada bagaimana anak didik lebih aktif
belajar di bawah bimbingan guru. “Guru tidak lagi merupakan sumber informasi utama di dalam
suatu proses belajar mengajar, situasi berubah pada peserta didik menjadi sumber utama pada
sesama mereka, sedangkan guru bertindak sebagai pemandu dan pembimbing.

Gambar 1.Kerangka Pikir Penelitian


2.3 Tahapan dalam Pembelajaran Berpikir, berkelompok, dan berbagi (Think Pair Share)
Ada 3 tahap pembelajaran Berpikir, berkelompok, dan berbagi (Think Pair Share) yang
harus dilakukan oleh guru think (berpikir), pair (berpasangan), dan share (berbagi). Guru guru
memberikan batasan waku agar Peserta didik dapat belajar berfikir dan bertindak secara cepat
dan tepat.
Guru menggunakan langkah-langkah fase berikut:4
a. Langkah 1 : Berpikir (Think)
Pada tahap Think, Peserta didik diminta untuk berpikir secara mandiri mengenai
pertanyaan atau masalah yang diajukan. Pada tahap ini, Peserta didik sebaiknya menuliskan
jawaban mereka, hal ini karena guru tidak dapat memantau semua jawaban Peserta didik satu per
satu sehingga dengan catatan Peserta didik tersebut, guru dapat memantau semua jawaban dan
selanjutnya akan dapat dilakukan perbaikan atau pelurusan atas konsep-konsep maupun
pemikiran yang masih salahlm. Adanya tahap ini, maka guru dapat mengurangi masalah dari
adanya Peserta didik yang mengobrol karena pada tahap Think ini mereka akan bekerja sendiri
untuk dapat menyelesaikan masalah.
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, meminta
Peserta didik memikirkan jawaban dari permasalahan yang diajukan secara mandiri.
b. Langkah 2 : Berpasangan (Pairing)
Pada tahap ini guru meminta kepada Peserta didik untuk berpasangan dengan teman
disampingnya, misalnya teman sebangkunya. Ini dilakukan agar Peserta didik yang
bersangkutan dapat bertukar informasi satu sama lain dan saling melengkapi ide-ide jawaban
yang belum terpikirkan pada tahap Think.
Pada tahap ini bahwa ada dua orang Peserta didik untuk setiap pasangan. Langkah ini
dapat berkembang dengan menerima pasangan lain untuk membentuk kelompok berempat
dengan tujuan memperkaya pemikiran mereka sebelum berbagi dengan kelompok lain yang lebih
besar, misalnya kelas. Namun dengan pertimbangan tertentu, terkadang kelompok yang besar
akan bersifat kurang efektif karena akan mengurangi ruang dan kesempatan bagi tiap individu
untuk berpikir dan mengungkapkan idenya.
Guru mengarahkan Peserta didik untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah
dipikirkan dengan teman sebangku.
c. Langkah 3 : Berbagi (Sharing)
Pada tahap ini setiap pasangan atau kelompok kemudian berbagi hasil pemikiran, ide, dan
jawaban mereka dengan pasangan atau kelompok lain atau bisa ke kelompok yang lebih besar
yaitu kelas.
Langkah ini merupakan penyempurnaan langkah-langkah sebelumnya, dalam artian bahwa
langkah ini menolong agar semua kelompok berakhir titik yang sama yaitu jawaban yang paling
benar. Pasangan atau kelompok yang pemikirannya masih kurang sempurna atau yang belum
menyelesaikan permasalahannya diharapkan menjadi lebih memahami pemecahan masalah yang
diberikan berdasarkan penjelasan kelompok lain yang berkesempatan untuk mengungkapkan
pemikirannya. Atau jika waktu memungkinkan, dapat juga memberi kesempatan pada semua
kelompok untuk maju dan menyampaikan hasil diskusinya bersama pasangannya.
Peserta didik berbagi pengetahuan yang diperoleh dari hasil diskusi di depan kelas. Pada
kesempatan ini pula, guru dalam meluruskan dan mengoreksi mampu memberikan penguatan
jawaban di akhir pembelajaran. Sebelum guru menerapkan ketiga tahap diatas, guru terlebih
dahulu memberikan penjelasan materi yang akan dibahas oleh Peserta didik baik secara individu
maupun berpasangan. Jika hal ini tidak dilaksanakan, kemungkinan akan membuat Peserta didik
kebingungan mengenai materi yang hendak di bahas.
Berikut langkahnya:
a) Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin di capai.
b) Peserta didik diberikan satu permasalahan yang berkaitan dengan pokok bahasan yang
telah dijelas kanoleh guru, untuk kemudian dipikirkan pemecahannya secara individu.
c) Peserta didik membentuk pasangan dengan teman sebangku dan mengutarakan hasil
pemikiran masing – masing. Dalam langkah ini Peserta didik harus mencari titik temu
dari pemikiran masing – masing.
d) Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi bersama pasangan di depan kelas.
e) Berawal dari kegiatan tersebut, guru mengarahkan pembicaraan pada pokok
permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan oleh Peserta didik.
f) Guru member kesimpulan.
g) Penutup.

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Berpikir, berkelompok, dan berbagi (Think Pair Share)
Setiap stategi, metode, maupun model pembelajaran, tidak akan ada sesuatu hal yang
sempurna dan dapat digunakan dalam setiap pembelajaran. Setiap jenis pembelajaran pasti
memiliki kelebihan dan kekurangannya. Menurut Kasimmudin (2017) kekurangan dan kelebihan
dari metode berpikir, berkelompok dan berbagi (Think, pair and share) adalah :
a. Kelebihan
1. Meningkatkan daya pikir Peserta didik.
2. Menyediakan waktu berpikir untuk meningkatkan kualitas respons Peserta didik.
3. Peserta didik menjadi lebih aktif dalam berpikir mengenai konsep dalam mata pelajaran.
4. Peserta didik lebih memahami tentang konsep topik pelajaran selama diskusi.
5. Peserta didik dapat belajar dari Peserta didik lain.
6. Setiap Peserta didik dalam kelompoknya mempunyai kesempatan untuk berbagi atau
menyampaikan idenya.
b. Kekurangan
1. Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor.
2. Lebih sedikit ide yang muncul.
3. Jika jumlah Peserta didik sangat besar maka guru akan mengalami kesulitan dalam
membimbing Peserta didik yang membutuhkan perhatian lebih.
4. Lebih banyak waktu yang di perlukan untuk presentasikaren kelompok yang banyak.
5. Jika ada perselisihan, tidak ada penengah.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode berpikir, berkelompok dan
berbagi (Think, pair and share) memiliki beberapa kelebihan di antaranya dapat memudahkan
guru maupun Peserta didik dalam mementuk kelompok, karena setiap kelompok terdiri dari dua
Peserta didik saja. Selain itu Peserta didik dapat lebih lelusa mengemukakan pendapatnya.
Namun, metode berpikir, berkelompok dan berbagi (Think, pair and share) juga memiliki
kekurangan jika kemampuan Peserta didik rendah dan kelompok banyak, metode pembelajaran
ini sulit di terapkan.

2.5 Manfaat pembelajaran metode metode berpikir, berkelompok dan berbagi (Think, pair
and share)
Manfaat Think Pair Share antara lain adalah: 1) memungkinkan Peserta didik untuk
bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain, 2) mengoptimalkan partisipasi Peserta didik
dan 3) memberi kesempatan kepada Peserta didik untuk menunjukkan partisipasi mereka kepada
orang lain. Kemampuan yang umumnya dibutuhkan dalam strategi ini adalah berbagi informasi,
bertanya, meringkas gagasan orang lain, dan menganalisis (Huda. M, 2013).
2.6 Kajian Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang metode Berpikir, berkelompok, dan berbagi (Think Pair Share)
terdahulu pernah dilakukan oleh Giyastutik (2009), hasil penelitian menunjukkan bahwa
pelaksanaan pembelajaran melalui metode pembelajaran Berpikir, berkelompok, dan berbagi
(Think Pair Share) mata pelajaran biologi pada peserta didik Kelas VII A tahun pelajaran
2007/2008 dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran biologi Kelas VII A SMP Negeri 3
Karanganyar. Penelitian lain dilakukan oleh Ririn Parlina (2010) yang menunjukkan bahwa
pelaksanaan pembelajaran melalui Metode pembelajaran Berpikir, berkelompok, dan berbagi
(Think Pair Share) mata pelajaran akutansi pada peserta didik Kelas X dapat meningkatkan
aktivitas dan penguasaan materi akutansi Kelas X SMK Muhammadiyah Cawas Kabupaten
Klaten.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah subjek penelitian ini di Kelas
X ATPH SMK Negeri 1 Mootilango tahun pelajaran 2019/2020, dengan objek penelitian
penggunaan metode pembelajaran Berpikir, berkelompok, dan berbagi (Think Pair Share) untuk
meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Pembiakan Tanaman.

Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan
yaitu diduga penggunaan metode Berpikir, berkelompok, dan berbagi dapat meningkatkan hasil
belajar peserta didik pada mata pelajaran Pembiakan Tanaman Peserta didik Kelas X ATPH di
SMK Negeri 1 Mootilango.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Seting Penelitian
Jenis Penelitian yang dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau
Classroom Action Research (CAR). Peneliti mendiskusikan permasalahan penelitian dan
menentukan rencana tindakan.
3.1.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Mootilango dengan subjek penelitian adalah
peserta didik Kelas X ATPH SMK NEGERI 1 Mootilango berjumlah 24 peserta didik. Waktu
penelitian dilaksanakan akhir semester ganjil tahun ajaran 2019/2020 (bulan Oktober-November)
sesuai jadwal penelitian.

3.2 Metode Penelitian


Penelitian tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus kegiatan yaitu siklus I
(pertama) dilaksanakan selama 4 kali pertemuan, dan siklus II hanya dilaksanakan 2 kali
pertemuan.
3.3 Prosedur Penelitian
Prosedur kegiatannya meliputi : Perencanaan (planning), Pelaksanaan tindakan (action),
Observasi (observation), dan Refleksi (reflecting). Pada penelitian ini dilakukan melalui tahap
sebagai berikut :
1) Tahapan Persiapan
a. Mengadakan konsultasi dengan guru dan kepala sekolah dalam rangka persiapan
penelitian
b. Menyiapkan Administrasi Pembelajaran
c. Penyusunan Instrumen pemantau atau alat evaluasi
2) Tahap Pelaksanaan
Dalam meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Pembiakan Tanaman maka guru
melaksanakan kegiatan belajar seperti biasa yakni mengajarkan materi pembiakan
Tanaman. Pelaksanaan proses pembelajaran ini, peneliti menggunakan metode metode
pembelajaran Berpikir, berkelompok, dan berbagi (Think Pair Share) yang terbagi menjadi :
a. Kegiatan Awal
1. Menjelaskan Indikator pembelajaran dan menjelaskan secara singkat proses
pembelajaran yang akan dilaksanakan,
2. Memperkenalkan materi yang akan dilaksanakan,
3. Menjelaskan secara singkat tentang media yang digunakan dalam proses
pembelajaran nanti.
b. Kegiatan inti
Dalam kegiatan inti ini akan dijelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam
menyampaikan materi Pembiakan Tanaman pada seluruh proses kegiatan pembelajaran.
Kegiatan ini akan diuraikan dalam scenario pembelajaran sebagai berikut :
1. Guru menjelaskan materi pelajaran yang akan diajarkan dengan menggunakan
metode metode pembelajaran Berpikir, berkelompok, dan berbagi (Think Pair
Share)
2. Menampilkan media yang berkaitan dengan Pembiakan Tanaman.
Skenario pembelajaran sebagaimana diuraikan tersebut berlangsung terus pada setiap
siklus pembelajaran sampai akhirnya hasil belajar peserta didik meningkat.
3) Tahap Pemantauan dan Evaluasi
a. Melakukan pemantauan terhadap hasil belajar peserta didik melalui penggunaan metode
pembelajaran Berpikir, berkelompok, dan berbagi (Think Pair Share)
b. Menetapkan Kriteria keberhasilan yang dicapai oleh peserta didik.
c. Melakukan tindakan pada tahap berikutnya.
3.4 Tahap Analisis dan refleksi
Pengolahan data pada penelitian ini dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Untuk
analisis secara kuantitatif digunakan analisis deskriptif, yaitu nilai rata-rata dan persentase.
Selain itu, tabel frekuensi nilai minimum dan maksimum yang peserta didik peroleh pada
pokok bahasan yang diajarkan. Dalam hal analisis kualitatif dilakukan dengan melihat hasil
observasi selama proses belajar mengajar dari tiap siklus. Dari aktifitas peserta didik dalam
kelompok dan sikap peserta didik. Dengan menggunakan lembar observasi yang dilakukan oleh
observator.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan selama 2 siklus. Siklus I ke Siklus II dengan
menggunakan analisis kualitatif yaitu hasil observasi yang diambil dari pengamatan, sedangkan
data tentang hasil belajar peserta didik dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan
statistik deskriptif yaitu skor rata-rata dan persentase skor terendah dan skor tertinggi yang
dicapai peserta didik setiap siklus.
IV.1.1 Siklus I
Pelaksanaan tindakan kelas pada siklus ini. Jumlah peserta didik satu kelas 24 orang akan
diberikan evaluasi tanpa menggunakan metode pembelajaran Berpikir, berkelompok, dan berbagi
(Think Pair Share).

Tabel 1. Distribusi Ketuntasan Belajar Peserta didik Kelas X ATPH SMK Negeri 1 Mootilango
Pada Siklus I.

Skor Frekuensi Persentase (%) Kategori

0 – 69 13 54,167 Tidak tuntas

70 – 100 11 45,833 Tuntas


Jumlah 24 100
Sumber: Hasil analisis data penelitian, 2019/2020
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa :
a. Peserta didik dalam 1 kelas adalah 24 orang yang mendapatkan skor 0-69 adalah 13
orang dengan persentase 54,167 dengan kategori tidak tuntas.
b. Pada skor 70-100, peserta didik yang mendapatkan skor ini adalah 11 orang persentase
45,833 dengan kategori tuntas.

4.1.2 Refleksi Siklus 1


Uraian tabel diatas dapat dilihat jumlah peserta didik 13 orang belum tuntas lebih
dominan dibandingkan dengan 11 orang yang tuntas. Berdasarkan kelemahan yang terjadi pada
siklus 1 dan melihat hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Pembiakan Tanaman, maka
peneliti bersama guru produktif melakukan kegiatan refleksi untuk menilai kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan padak siklus 1.
Sesuai dengan hasil refleksi, maka peneliti bersama guru produktif menetapkan beberapa
kelemahan yang masih ditemui pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran di Siklus 1 ini : (1)
perumusan rencana pembelajaran belum maksimal, (2) langkah – langkah proses pembelajaran
belum efektif dan efisien, (3) penampilan guru belum menarik perhatian siswa, (4) motivasi
dalam pembelajaran belum maksimal, (5) penggunaan alat bantu belajar kurang memadai, (6)
partisipasi peserta didik belum maksimal, (7) masih kurangnya bimbingan terhadap peserta
didik.
Berdasarkan hasil refleksi bersama bahwa untuk memperbaiki kelemahan yang terjadi
pada pelaksanaan tindakan kelas pada siklus 1 serta memperbaiki hasil belajar pada mata
pelajaran pembiakan Tanaman maka peneliti dan guru produktif ATPH menetapkan bahwa
pelaksanaan tindakan lanjutan pada siklus berikutnya yang pada siklus II.
4.1.3 Siklus II
Pelaksanaan tindakan disiklus ini karena pada siklus I hasil belajar peserta didik siswa
masih rendah, pelaksanaan siklus I belum berhasil, maka diadakan refleksi dan dilanjutkan
tindakan selanjutnya.
4.1.3.1 Hasil Pengamatan Siklus II
Tabel 2. Distribusi Ketuntasan Belajar Kompetensi Kejuruan Peserta didik Kelas X ATPH SMK
Negeri 1 Mootilango Pada Siklus II

Skor Frekuensi Persentase (%) Kategori

0 – 69 5 20,8333333 Tidak tuntas


70 – 100 19 79,1666667 Tuntas
Jumlah 24 100  
Sumber: Hasil analisis data penelitian, 2019/ 2020

4.1.4 Refleksi Siklus II


Setelah melaksanakan tindakan pada siklus II, Penelitian pada tahap siklus I, (Tabel 2),
terlihat bahwa hasil ketuntasan belajar peserta didik pada siklus ini mengalami peningkatan
sebesar 79,16 % atau 19 dari 24 peserta didik berada dalam kategori tuntas, sedangkan 5 dari 24
peserta didik masuk dalam kategori tidak tuntas dengan persentase 20,83%.
Berdasarkan hasl refleksi bahwa pada pelaksanaan siklus II sudah mencapai indikator
kinerja yang telah ditetapkan Sehingga pada penelitian ini tidak perlu dilanjutkan pada siklus
berikutnya karena berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, yaitu terjadi peningkatan hasil belajar
yang dinyatakan berdasarkan standar klasikal keseluruhan peserta didik yaitu ≥75% dari jumlah
peserta didik yang tuntas, data hasil penelitian pada siklus II diatas dianggap tuntas dikarenakan
peserta didik yang sudah tuntas telah mencapai 79,16%
4.2 Pembahasan
Pelaksanaan tindakan kelas ini terlihat pada hasil penelitian yang dilakukan selama dua
siklus dengan menerapkan metode berpikir, berkelompok dan berbagi memberikan banyak
perubahan kepada peserta didik, diantaranya:
1) Peserta didik merasakan senang dengan metode yang diterapkan.
2) Interaksi antar pasangan lebih mudah.
3) Peserta didik lebih termotivasi dalam mengerjakan Lembar Kerja (LK).
4) Meningkatkan partisipasi peserta didik dalam pembelajaran.
5) Perhatian peserta didik pada saat proses pembelajaran meningkat.
6) Peserta didik yang aktif dalam kegiatan kelompok meningkat pada siklus II.
Hal ini disebabkan pada saat semua kelompok melakukan investigasi masalah, setiap
peserta didik memiliki tugas masing-masing dalam kelompok, sehingga terjalin kerjasama antar
peserta didik dalam kelompok dan juga motivasi antar kelompok meningkat karena rasa bersaing
antar kelompok pada saat diskusi kelompok berlangsung, terjadi timbal balik antara kelompok
yang melaporkan hasil investigasi mereka kepada kelompok lain mengenai masalah yang
diberikan.
Peserta didik yang melakukan kegiatan lain baik dalam proses pemberian materi
pelajaran maupun disaat mengerjakan tugas mengalami penurunan pada tahap siklus I. Hal ini
dikarenakan peserta didik aktif dalam mengerjakan tugas yang diberikan berupa semua masalah,
sehingga tidak ada waktu lagi untuk peserta didik melakukan aktivitas lain.
Peningkatan hasil belajar peserta didik menggunakan metode berpikir, berkelompok dan
berbagi pada mata pelajaran Pembiakan Tanaman Kelas X Agribisnis Tanaman Pangan dan
Hortikultura (ATPH) SMK Negeri 1 Mootilango pada siklus I ke siklus II didukung dengan
meningkatnya aktivitas belajar peserta didik setelah melalui pengalaman belajar dalam kurun
waktu tertentu yang diukur menggunakan tes yang diberikan oleh guru. Berdasarkan hasil yang
diberikan pada siklus I ke siklus II, metode berpikir, berkelompok dan berbagi memberikan
sumbangsih atau pengaruh nyata dalam peningkatan prestasi hasil belajar serta aktivitas belajar
peserta didik.
V. PENUTUP
5. 1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil belajar Pembiakan Tanaman Kelas X ATPH SMK Negeri 1
Mootilango mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat ditunjukkan dari nilai rata-rata hasil
belajar Pembiakan Tanaman peserta didik pada siklus I ke siklus II. Metode pembelajaran
berpikir, berkelompok dan berbagi dalam pembelajaran mata pelajaran Pembiakan Tanaman
dapat memberikan perubahan terhadap prestasi hasil belajar peserta didik.

5.2 Saran
Sebaiknya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran
Pembiakan Tanaman:
1) Guru dapat menerapkan metode pembelajaran berpikir, berkelompok, dan berbagi untuk
meningkatkan kualitas belajar pada mata pelajaran Pembiakan Tanaman,
2) Peserta didik diharapkan lebih serius dalam menjalankan metode pembelajaran berpikir,
berkelompok dan berbagi yang diterapkan oleh guru sehingga dapat meningkatkan prestasi
hasil belajar peserta didik dan
3) Kepada peneliti selanjutnya dalam bidang kependidikan khususnya penelitian tindakan
Kelas agar diharapkan dapat meneliti lebih lanjut tentang Metode yang efektif dan efesien
untuk mengatasi kesulitan belajar peserta didik serta motivasi peserta didik dalam belajar
khususnya di SMK Negeri 1 Mootilango.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono, 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar (Jakarta: Rineka
Cipta, 1999), h. 38
Kasimmudin, 2017. Penggunaan Model Pengajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
Untuk Meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas XI
IPA 2 SMA Negeri 9 Makasar, (Junal Pendidikan Fisika Universitas
Muhammadiyah Makasar,Vol 4,2017), hal.59
Mardianto, 2012. Psikologi Pendidikan, (Medan: Perdana Publishing, 2012), h. 39-40.
Miftahul Huda, 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2013), hal. 206
Miftahul Huda, 2015. Cooperative Learning “Metode, Teknik, Struktur Dan Metode Penerapan”,
(Yogyakarta : PustaPelajar, 2015), hal.132
Slameto, 2003. Belajar dan Faktor - Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Tim Penyusun Pusat Bahasa (Mendikbud), 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, Ed. 3, cet. 4, 2007), h. 408 & 121.
Trianto, 2014. Mendesain Metode Pembelajaran, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014) (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2014) hal. 108
Trianto. 2011. Mendesain Metode Pembelajaran Inovatif- Progresif. Jakarta: Kencana.
Wartakota, 2015. Kemendikbud Berikan Bantuan Afirmasi ke SMK Jurusan Pertanian [Internet].
Wartakota. [cited 2015 Juli 20]. Available from: http://wartakota.tribunnews.com
Yahya. 2012. Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair And Share (TPS)
Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta didik Pada Materi Ciri–Ciri
Makhluk Hidup di SMP Negeri 2 Sakti Kabupaten Pidie. Jurnal Pendidikan
Serambi Ilmu, (on line), Volume 13, nomor 2, September 2012,
(http://www.serambimekkah.ac.id/d ownload/September-2012.pdf jurnal
nasional pembelajaran kooperatif, di akses 28 Januari 2015).

Anda mungkin juga menyukai