Anda di halaman 1dari 17

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan

sarat perkembangan. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi manusia, di

Indonesia pendidikan diatur dengan sistem pendidikan Nasional yang berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab (Trianto, 2009 : 1).

Salah satu indikasi peningkatan kualitas pendidikan dapat dilihat dari adanya peningkatan

potensi akademik atau hasil belajar siswa secara keseluruhan yang meliputi tiga aspek, yaitu :

Kognitif, berupa pengembangan pendidikan termasuk didalamnya fungsi ingatan dan

kecerdasan. Afektif, berupa pembentukan sikap termasuk didalamnya fungsi perasaan dan

sikap.Psikomotorik, berupa keterampilan termasuk didalamnya fungsi kehendak, kemauan, dan

tingkah laku. Dalam rangka upaya meningkatkan hasil belajar siswa dan tercapainya tujuan

pendidikan nasional, ketiga aspek tersebut harus diperhatikan sehingga proses belajar mengajar

tidak hanya menekankan pada pemahaman siswa tetapi juga menerapkan atau

mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, karena pada dasarnya pendidikan bukanlah

sekadar proses transformasi pengetahuan.


2

Salah satu masalah dalam dunia pendidikan adalah masalah lemahnya proses pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir.

Proses pembelajaran di kelas di arahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi.

( Sanjaya, 2012 : 1 )

Model pembelajaran merupakan salah satu komponen utama dalam menciptakan suasana

belajar yang inovatif, ktreatif dan menyenangkan. Model pembelajaran diartikan sebagai

prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

belajar. Model pembelajaran dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam

kegiatan pembelajaran.

Model pembelajaran yang yang menarik dan variatif akan berimplikasi pada minat maupun

motivasi peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas. Dengan adanya

tuntutan untuk mengembangkan model pembelajaran kreatif maka guru harus berani berinovasi

dan beradaptasi dengan metode pembelajaran apa saja dan tidak hanya terpaku pada metode

ceramah saja.

Guru sebagai pelaku pendidikan diharapkan agar lebih kreatif, utamanya dalam

mengorganisasi dan memformulasikan model pembelajaran yang dinilai dapat meningkatkan

motivasi dan minat belajar siswa yang tentunya berimplikasi langsung pada pencapaian hasil

belajar siswa. Hal ini merupakan masalah yang cukup sulit yang dirasakan oleh guru dikarenakan

siswa  kurang aktif dalam proses pembelajaran, sehingga model pembelajaran yang aktif dan

menyenangkan diperlukan oleh guru.

Pembelajaran aktif dalam pemberian tugas yang dapat dikerjakan siswa secara mandiri

(individual) umum diterapkan dan dikembangkan guru agar siswa dapat aktif dalam proses

belajar. Pembelajaran menunjuk pada proses belajar yang menempatkan siswa sebagai guru bagi
3

teman-temannya. Siswa merasakan bahwa proses belajar yang dialaminya bukan sebuah derita

yang mendera dirinya, namun merupakan panggilan jiwa yang harus ditunaikannya.

Pembelajaran yang menyenangkan menjadikan siswa ikhlas menjalaninya.

Untuk mengakomodasi dan mengapresiasi siswa dalam pembelajaran dalam rangka

mengoptimalkan prestasi akademik atau hasil belajar maka seorang guru harus pandai–pandai

memilih model pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran merupakan hal penting

sebagai solusi dari masalah peningkatan hasil belajar.

Salah satu upaya yang dianggap dapat memecahkan masalah tersebut adalah dengan

menerapkan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) sebagai salah satu

model pembelajaran yang tepat untuk mendapatkan partisipasi siswa dikelas secara keseluruhan

dan tanggung jawab individu. Model Aptitude Treatment Interaction (ATI) yaitu merupakan

sebuah konsep yang berisikan sejumlah strategi pembelajaran yang sedikit banyaknya efektif

digunakan untuk siswa tertentu sesuai dengan karakteristik kemampuannya. Didasari oleh

asumsi bahwa optimalisasi prestasi akademik dan hasil belajar dapat dicapai melalui penyesuaian

antara pembelajaran (treatment) dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa.

Dari prinsip-prinsip yang dikemukakan di atas, dapat dimengerti bahwa dalam

mengimplementasikan model pembelajaran ATI, masalah pengelompokan dan pengaturan

lingkungan belajar bagi masing-masing karakteristik kemampuan (aptitude) siswa, merupakan

masalah mendasar yang harus mendapat perhatian yang serius.

Di dalam melaksanakan proses belajar-mengajar guru memberikan pelayanan pembelajaran

yang sama untuk semua siswa, baik yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

Dengan perlakuan yang sama itu, siswa yang berbeda kecepatan belajarnya belum mendapatkan

layanan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan masing-masing. Siswa yang lambat akan
4

tetap tertinggal dari kelompok sedang, sementara siswa yang berkemampuan cepat belum

mendapatkan layanan yang optimal dalam pembelajaran. Proses pembelajaran yang berlangsung

di kelas cenderung belum bisa mendorong siswa untuk maju dan berkembang sesuai dengan

kemampuan masing-masing.

Terlihat dari hasil awal observasi di SMA Negeri 2 Pulau Haruku maka Aptitude treatment

Interraction (ATI ) merupakan salah satu alternatif belajar yang dimana dapat dipakai untuk

menemukan perlakuan-perlakuan (treatments) yang cocok dengan perbedaan kemampuan

(aptitude) siswa, yaitu perlakuan yang secara optimal efektif diterapkan untuk siswa yang

berbeda tingkat kemampuannya.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti merasa perlu melakukan penelitian dengan judul

“Penerapan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) untuk meningkatkan

hasil belajar fisika materi Usaha dan Energi pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Pulau

Haruku””

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan yang akan diungkapkan dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana Penerapan model pembelajaran Aptitude Treatment

Interaction (ATI) untuk meningkatkan hasil belajar fisika materi Energi pada siswa kelas

XI IPA SMA Negeri 2 Pulau Haruku”

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian

ini adalah untuk mengetahui “Bagaimana Penerapan model pembelajaran Aptitude


5

Treatment Interaction (ATI) untuk meningkatkan hasil belajar fisika materi Energi pada

siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Pulau Haruku”

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :

1. Bagi siswa, penelitian ini bisa menjadi masukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa,

khususnya mata pelajaran fisika.

2. Bagi guru, sebagai masukan dalam perbaikan metode pembelajaran yang akan diterapkan

dalam proses belajar mengajar terutama guru mata pelajaran fisika.

3. Bagi peneliti, untuk melihat hasil tentang “Penerapan model pembelajaran Aptitude

Treatment Interaction (ATI) untuk meningkatkan hasil belajar fisika materi Usaha dan

Energi pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Pulau Haruku”sekaligus untuk

memperkaya wawasan dalam bidang penggunaan metode pembelajaran Aptitude

Treatment Interaction (ATI).

4. Bagi sekolah, sebagai bahan informasi dan masukan bagi sekolah dalam menentukan

langkah untuk mengetahui hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran fisika.

1.5. Penjelasan Istilah

Agar tidak terjadi penyimpangan dalam pengertian istilah yang penulis gunakan, maka

penulis memberikan penjelasan istilah yang tercantum dalam judul penulisan ini sebagai

berikut :

1. Pendekatan pembelajaran ATI adalah sebuah pendekatan yang berusaha mencari dan

menemukan perlakuan-perlakuan (treatments) yang cocok dengan perbedaan (aptitude)


6

kemampuan siswa, yaitu perlakuan (treatment) yang secara optimal diterapkan untuk

siswa yang berbeda tingkat kemampuannya (Cronbach dalam Nurdin, 2005:37).

2. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima

pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004:22).

3. Energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha atau kerja.

3.4. Batasan Masalah

Agar tidak melebar, masalah penelitian perlu dibatasi. Dari Rumusan Masalah di atas,

penelitian hanya difokuskan pada “Penerapan model pembelajaran Aptitude Treatment

Interaction (ATI) untuk meningkatkan hasil belajar fisika materi Usaha dan Energi pada siswa

kelas XI IPA SMA Negeri 2 Pulau Haruku”

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Belajar dan Pembelajaran

2.1.1. Belajar
7

Belajar tidak untuk mengubah tingka laku seseorang tetapi untuk merubah kurikulum

sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah, alangka

baiknya bila sekolah dapat menyediakan kesempatan bagi siswa untuk maju dengan cepat sesuai

dengan kemampuan siswa dalam mata pelajaran tertentu. Menurut pengertian secara psikologis,

belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingka laku sebagai hasil dari

interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Bruner dalam (Slameto :

2010 : 2 & 11).

Dari pengertian belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa. Belajar ialah suatu proses

usaha yang dilakukan seseorang untuk memeroleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

(Slameto, 2010 : 2)

Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju ke perkembangan

pribadi seutuhnya, namun realitas yang dipahami oleh sebagian besar masyarakat tidaklah

demikian. Belajar dianggapnya properti sekolah.Kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan tugas-

tugas sekolah.Sebagian besar masyarakat menganggap belajar di sekolah adalah usaha

penguasaan materi ilmu pengetahuan. Anggapan tersebut tidak seluruhnya salah, sebab seperti

dikatakan Reber dalam (Suprijono, 2012 : 3). Belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan.

Belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan dalam praktiknya banyak dianut. Guru

bertindak sebagai pengajar yang berusaha memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya

dan peserta didik giat mengumpulkan atau menerimanya (Suprijono, 2012 : 3).

Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang

diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai.Untuk meningkatkan prestasi
8

belajar siswa, guru harus memperhatikan kondisi internal dan eksternal siswa.Kondisi internal

adalah kondisi atau situasi yang ada dalam diri siswa, seperti kesehatan, keterampilan dan

kemampuan. Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi siswa, misalnya ruang

belajar yang bersih, dan sarana dan prasarana belajar yang memadai (Hamdani, 2011 : 22).

2.1.2. Pembelajaran

Pembelajaran adalah pusat bagi keseluruhan proses, sedangkan fasilitator memberikan

pembelajaran dengan sebuah jasa. Pembelajaran adalah sebuah proses sosial dan aktif, yang

dengannya para siswa mampu mengonstruksikan ide-ide atau konsep-konsep baru berdasarkan

pada pengetahuan mutakhir mereka. Hal tersebut adalah proses berkelanjutan (Indriana, 2011 :

92 &199-200).

Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari.

Pembelajaran adalah dialog interaktif. Pembelajaran merupakan proses organik dan konstruktif,

bukan mekanis seperti halnya pengajaran. Pembelajaran seharusnya menjadi aktivitas bersama

yakni pembebasan untuk mengaktualisasi seluruh potensi kemanusiaan, bukan sebaliknya

(Suprijono, 2012 : 13). Proses pembelajaran yang terjadi adalah suatu proses yang dapat

mengembangkan potensi-potensi siswa secara menyeluruh dan terpadu (Aunurrahman, 2009 :

28).

Menurut aliran behavioristik pembelajaran adalah usaha guru membentuk tingkah laku

yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau stimulus. Aliran kognitif mendefinisikan

pembelajaran sebagai cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir agar

mengenal dan memahami sesuatu yang sedang dipelajari. Darsono dalam (Hamdani, 2011 : 23).
9

Salah satu sasaran pembelajaran adalah membangun gagasan sainstifik setelah siswa berinteraksi

dengan lingkungan, peristiwa, dan informasi dari sekitarnya (Hamdani, 2011 : 23).

2.2. Hasil Belajar Fisika

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,

apresiasi dan keterampilan. Yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan perilaku secara

keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja (Suprijono, 2012 : 5 & 7).

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.

Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi

siswa hasil belajar merupakan berakhirnya proses belajar (Dimiyati, 2010 : 3).

Hasil dari suatu interaksi dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif maupun

psikomotor.

1. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan,

pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

2. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif maliputi lima jenjang kemampuan yaitu

menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai

atau kompleks nilai.

3. Ranah Psikomotor

Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda benda koordinasi euromoscular

(menghubungkan, mengamati). Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan dari pada afektif
10

dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga

harus menjadi bagian dari hasil penilaian pembelajaran di sekolah.

Hasil belajar peserta didik akan lebih baik jika antara ranah kognitif, psikomotor

dan afektif berjalan searah. Hasil belajar yang baik akan tercapai bukan karena kemampuan

siswa untuk berpikir, tetapi bagaimana siswa bisa melihat situasi dan kondisi dalam suatu

masalah. Kemampuan seseorang utnuk melihat situasi dan kondisi bukan kerana kecerdasannya

tapi keterampilan dan aktifitas yang dilakukan (Purwanto, 2009 : 46).

2.3. Metode Pembelajaran ATI

2.3.1. Pengertian Pembelajaran ATI

Dipandang dari sudut pembelajaran (Teoritik), ATI approach merupakan sebuah konsep

yang berisikan sejumlah strategi pembelajaran yang sedikit banyaknya efektif digunakan untuk

siswa tertentu sesuai dengan karakteristik kemampuannya. Didasari oleh asumsi bahwa

optimalisasi prestasi akademik/hasil belajar dapat dicapai melalui penyesuaian antara

pembelajaran (treatment) dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa.

Sejalan dengan pengertian diatas, Cronbach yang dikutip Syafruddin Nurdin

mengemukakan bahwa ATI approach adalah sebuah pendekatan yang berusaha mencari dan

menemukan perlakuan-perlakuan (treatment) yang cocok dengan perbedaan (aptitude)

kemampuan siswa, yaitu perlakuan (treatments) yang secara optimal diterapkan untuk siswa

yang berbeda tingkat kemampuannya.

Berdasarkan pengertian yang dikemukakan diatas, dapat diperoleh makna esensial dari ATI

approach, sebagai berikut :


11

1. ATI approach merupakan suatu konsep atau model yang berisikan sejumlah strategi

pembelajaran (treatment) yang efektif digunakan untuk siswa tertentu sesuai dengan

perbedaan kemampuannya.

2. Sebagai sebuah kerangka teoritik ATI approach berasumsi bahwa optimalisasi prestasi

akademik/hasil belajar akan tercipta bila mana perlakuan-perlakuan dalam pembelajaran

disesuaikan sedemikian rupa dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa.

3. Terdapat hubungan timbal balik antara prestasi akademik/hasil belajar yang dicapai siswa

dengan pengaturan kondisi pembelajaran di kelas atau dengan kata lain, prestasi

akademik/hasil belajar yang diperoleh siswa tergantung kepada bagaimana kondisi

pembelajaran yang dikembangkan guru di kelas.

2.3.2. Langkah –Langkah Pembelajaran

Berdasarkan prinsip-prinsip model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction di atas

maka dapat diadaptasi beberapa langkah yang dilakukan dalam pembelajaran, yaitu:

1. Melaksanakan pengukuran kemampuan masing-masing siswa melalui tes kemampuan

(aptitude testing). Hal ini dilakukan guna untuk mendapatkan data yang jelas tentang

karakteristik kemampuan (aptitude) siswa.

2. Membagi siswa atau mengelompokkan siswa menjadi tiga kelompok sesuai dengan

klasifikasi yang didapatkan dari hasil aptitude testing. Pengelompokan siswa tersebut diberi

label tinggi, sedang dan rendah.


12

3. Memberikan perlakuan (treatment) kepada masing-masing kelompok (tinggi, sedang dan

rendah) dalam pembelajaran.

4. Bagi kelompok siswa yang memiliki kemampuan (aptitude) tinggi, perlakuan (treatment) yang

diberikan yaitu belajar mandiri (self learning) dengan menggunakan modul atau buku-buku

yang relevan. Pemilihan belajar mandiri melalui modul didasari anggapan bahwa siswa akan

lebih baik jika dilakukan dengan cara sendiri yang terfokus langsung pada penguasaan

tujuan khusus atau seluruh tujuan. Dengan kata lain dengan menggunakan modul siswa

dapat mengontrol kecepatan masing-masing, serta maju sesuai dengan kemampuannya.

5. Bagi kelompok siswa yang berkemampuan sedang dan rendah diberikan pembelajaran

regular atau pembelajaran konvensional sebagaimana mestinya.

6. Bagi kelompok siswa yang mempunyai kemampuan rendah diberikan special treatment, yaitu

berupa pembelajaran dalam bentuk re-teaching dan tutorial. Perlakuan (treatment) diberikan

setelah mereka bersama-sama kelompok sedang mengikuti pembelajaran secara regular.Hal

ini dimaksudkan agar secara psikologis siswa berkemampuan rendah tidak merasa

diperlakukan sebagai siswa nomor dua di kelas.Re-teaching-Tutorial dipilih sebagai

perlakuan khusus untuk kelompok rendah, didasarkan pada pertimbangan bahwa mereka

lambat dan sulit dalam memahami secara menguasai bahan pelajaran. Oleh karena itu

kelompok ini harus mendapat apersiasi khusus berupa bimbingan dan bantuan belajar dalam

bentuk pengulangan pelajaran kembali melalui tambahan jam pelajaran (re-teaching) dan

tutorial (tutoring), sehingga dengan cara demikian mereka bisa menguasai pelajaran yang

diberikan. Karena seperti diketahui bahwa salah satu tujuan pembelajaran atau program

tutoring adalah untuk memberikan bantuan dalam pembelajaran kepada siswa yang lambat,
13

sulit dan gagal dalam belajar, agar dapat mencapai prestasi akademik/hasil belajar secara

optimal.

2.4. Ruang Lingkup Materi

2.4.1. Pengertian Usaha

2.4.2. Pengertian Energi

Energi merupakan salah satu konsep penting dalam sains. Dalam sistem

internasional ( SI ), energi dinyatakan dalam satuan joule. Dalam fisika terdapat berbagai

jenis energi, diantaranya energi kinetik, energi potensial, dan energi mekanik.

 Energi kinetik adalah adalah energi yang dimiliki oleh suatu benda karena

pengaruh geraknya. Hanya benda-benda bergerak saja yang mempunyai energi

kinetik.

 Energi potensial merupakan energi yang berkaitan dengan kedudukan benda

terhadap titik acuan. Dengan demikian, titik acuan akan menjadi tolak ukur

penentu ketinggian suatu benda. Jadi energi potensial adalah energi yang dimiliki

oleh benda karena pengaruh kedudukannya pada suatu tempat tertentu.

 Energi mekanik adalah energi yang dimiliki benda karena gerak dan

kedudukannya.

BAB III
14

METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penilitian

Tipe penelitian yang dilakukan adalah tipe penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif

merupakan metode Penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterprestasikan objek

sesuai apa adanya. Tipe penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana penerapan metode

“Penerapan pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) untuk meningkatkan hasil

belajar fisika materi Energi pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Pulau Haruku”

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1. Tempat

Lokasi dalam Penelitian ini adalah sekolah SMA Negeri 2 Pulau Haruku.

3.2.2. Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan setelah proposal ini diseminarkan.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 2

Pulau Haruku.
15

3.3.2. Sampel

Yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas XI IPA2 SMA

Negeri 2 Pulau Haruku dengan jumlah siswa sebanyak 20 siswa. Dikarenakan

peneliti melihat kemampuan siswa yang heterogen.

3.4. Variabel Penelitian

Yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal ( Variabel X dan Y )

yaitu hasil belajar siswa menggunakan metode pembelajaran Aptitude Treatment Interactionpada

materi besaran dan satuan.

3.5. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrument penelitian yang digunakan adalah tes hasil belajar.Untuk

mendapatkan atau memperoleh data sesuai yang diharapkan maka terdiri dari dua bagian yaitu:

1. Tes hasil belajar dengan menggunakan soal-soal besaran dan satuan yang berupa soal

essay dan berjumlah 5 soal.

2. Lembar observasi terhadap siswa yang meliputi Aspek afektif dan psikomotor,

sedangkan Lembar observasi untuk guru yang meliputi keterlaksanaan metode.

3.6. Prosedur Penelitian

Untuk memperoleh data yang akurat dalam penelitian inimaka dilakukan sesuai dengan

prosedur sebagai berikut :


16

1. Langkah Persiapan

Menyusun soal tes.

Soal tes yang digunakan dipilih dari soal-soal materi Energi, kemudian soal tersebut

dikonsultasikan dengan guru bidang studi.

2. Langkah Pelaksanaan

1. Pemberian tes dilakukan dengan cara membagikan soal kepada siswa untuk mengetahui

hasil belajar siswa.

2. Hasil tes yang diperoleh selanjutnya akan dianalisis untuk menyimpulkan hasil

penelitian.

3. Hasil penelitian akan dianalisis secara deskriptif.

3.7. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis data yang berkaitan dengan pernyataan, data tingkat kemampuan

siswa dianalisis secara deskriptif. Untuk mendeskriptifkan hasil belajar siswa setelah diterapkan

metode pembelajaran Aptitude Treatment Interaction.


17

DAFTAR PUSTAKA

Alex 2012. Makalah fermentasi roti.http://alexchemistry. Blogspot.com. Acsess pada tanggal 12


September 2012
Anonim 2012.Tentang nira dan tuak.Online.http:// www.Halal guide info.Akses 11 desember
2011.
Arikunto. 2010. Prosedur penelitian. Jakarata : rineka cipta

Bartono, Ruffino 2011.Tata boga industri.Yogyakarta : andi Yogyakarta

Desrosier. 1988. teknoogi pengawetan pangan. Jakarta. Universitas Indonesia

Mudjajanto, Noor 2007.Membuat aneka roti. Jakarta. Penebar swadaya.

Nurhidayat. 2009 .Pembuatan roti cara fermentasi.http://nuhidayat.lecture.ub.ac.id. Acsess pada


tanggal 28 September 2009.
Rahayu .1998.uji organoleptik bahan pangan.

Renwarin. 2012. Pemanfaaatan buah pepaya tidak layak pakai sebagai bahan dasar pembuatan
bioetanol dengan menggunakan variasu ragi dan lama fermentasi. Skipsi fakultas
keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Darusalam.Ambon.( tidak dipublikasikan )

Sardjoko.1991. Bioteknologi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Bandung

Siregar. 2010. Pengaruh media stater antara air kelapa dan nira aren terhadap kualitas nata de

arenga. http://repositori.usu.ac.id. Acsess pada tanggal 10 januari 2010.

Soeseno. 1992. Bertanam aren. Jakarta. Penebar swadaya.

Winarno, Fardiaz. Biofermentasi dan Biosintesa protein. Bandung: Angkasa bandung.

Anda mungkin juga menyukai