PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah kebutuhan manusia di sepanjang hidupnya. Tanpa
pendidikan, manusia akan sulit berkembang dan menjadi terbelakang. Dengan
pendidikan, manusia dapat diarahkan menjadi lebih baik dan berkualitas.
Pendidikan akan terus dilakukan karena pendidikan tidak mengenal waktu
dan merupakan proses yang terus berjalan sepanjang hidup manusia.
Upaya peningkatan mutu pendidikan haruslah dilakukan dengan
menggerakan seluruh komponen yang menjadi subsistem dalam suatu mutu
pendidikan. Salah satu subsistem yang paling menentukan dalam peningkatan
mutu pendidikan adalah faktor guru. Guru adalah ujung tombak pendidikan,
sebab guru secara langsung mempengaruhi, membina, dan mengembangkan
kemampuan siswa agar menjadi manusia yang cerdas, terampil dan bermoral.
Guru harus mempunyai kemampuan dasar yang diperlukan sebagai pendidik
dan pengajar. Sebagai pengajar, paling tidak guru harus menguasai bahan
yang diajarkannya dan terampil dalam hal mengajarkannya.
Proses pembelajaran yang diterapkan guru saat ini masih monoton,
dimana guru hanya mentransfer ilmunya tanpa mempertimbangkan aspek
intelegensi dan aspek kesiapan siswa, akibatnya siswa mengalami depresi
mental, seperti kebosanan, dan mengantuk. Disamping itu fenomena yang
sering diperlihatkan oleh siswa dapat melupakan suatu materi pelajaran
Rata-rata siswa dalam kelas tersebut memliki daya serap yang berbeda, oleh
karenanya guru tidak bisa memberikan perlakuan yang sama terhadap setiap
siswa. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut peneliti coba untuk
menerapkan model pembelajaran ATI, yang mana model pembelajaran ATI
ini akan memberikan perlakuan yang berbeda kepada masing-masing siswa
dengan melihat tingkat kemampuannya, yaitu tinggi, sedang dan rendah.
Hasil belajar siswa pada saat pemberian tugas masih tergolong rendah.
Beberapa kendala lain yang mengakibatkan hasil belajar matematika belum
mencapai taraf yang diharapkan adalah kurangnya motivasi untuk belajar
matematika.
Kendala lain adalah siswa cepat lupa materi yang diajarkan karena
kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep yang diajarkan serta seringnya
matematika dianggap oleh siswa sebagai mata pelajaran yang sulit untuk
dipahami konsep-konsepnya. Selain itu perlakuan yang diberikan oleh guru
kepada siswa tidak memperhatikan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh
siswa terebut, karena pada dasarnya siswa memiliki kemampuan yang
berbeda-beda mulai dari tingkat tinggi, sedang dan rendah.
Beberapa kendala di atas timbul dikarenakan proses belajar yang
masih menyamakan perlakuan-perlakuan dalam pembelajaran yang tidak
disesuaikan dengan perbedaan kemampuan siswa. Untuk mengakomodasi
perbedaan
individual
siswa
dalam
pembelajaran
dalam
rangka
pembelajaran dengan perbedaan individual siswa. Salah satu dari modelmodel tersebut adalah Aptitude Treatment Interaction (ATI) yaitu suatu
model pembelajaran yang menekankan pada penyesuaian pembelajaran
(treatment) dengan perbedaan kemampuan (aptitude) siswa.
Berdasarkan pemikiran
untuk
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasikan
masalah-masalah berikut:
1. Pelajaran matematika dianggap pelajaran yang sulit dan menakutkan
dalam tiap proses pembelajarannya.
2. Seorang guru harus trampil menerapkan suatu metode pembelajaran pada
suatu materi pelajaran yang akan disampaikan.
3. Dalam pembelajaran kooperatif ada berbagai macam model pembelajaran
dan tidak setiap model dalam pembelajaran kooperatif dapat diterapkan
pada setiap materi pelajaran matematika.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah Penerapan
Model
Pembelajaran
Aptitude
Treatment
Interaction
(ATI)
dapat
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah
Berdasarkan hasil penelitian ini, SMP Negeri 07 Kota Bima diharapkan
dapat lebih mengembangkan metode pembelajaran yang bervariasi sesuai
dengan kondisi lingkungan sendiri agar hasil belajar siswa menjadi lebih
baik.
2. Bagi Guru
Sebagai masukan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam upaya
memilih dan mengembangkan strategi pembelajaran yang bervariasi untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa.
3. Bagi Peserta Didik
5
F. Batasan Masalah
Pendataan yang diambil dalam penelitian ini terbatas pada hal-hal yang
ada hubungannya dengan peningkatan hasil belajar matematika karena
keterbatasan waktu dan supaya penelitian dapat dilakukan lebih mendalam.
Untuk itu peneliti memberi batasan sebagai berikut :
1. Model pembelajaran ATI merupakan salah satu model pembelajaran yang
digunakan peneliti dalam melakukan penelitian untuk mengetahui sejauh
mana hasil belajar siswa kelas VIII A SMP N 07 Kota Bima Tahun
pelajaran 2014/2015.
2. Operasi Bentuk Aljabar merupakan materi ajar yang digunakan peneliti
untuk mengaplikasikan model pembelajaran ATI.
3. Siswa kelas VIII A SMP N 07 Kota Bima merupakan subjek peneltian
yang dipilih oleh peneliti guna untuk meneliti bagaimana penerapan model
pembelajaran ATI dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
1.
Interaction
(ATI)
dapat
diartikan
sebagai
suatu
kemampuan yang dimiliki oleh setiap siswa dalam kelas, sehingga tidak
menimbulkan perbedaan pemahaman dan daya serapa antara masingmasing siswa tersebut. Sehingga hasil belajar dapat ditingkatkan melalui
penerapan model pembelajaran ATI.
2.
Operasi Aljabar
Bentuk Aljabar adalah suatu bentuk matematika yang dalam
penyajiannya memuat huruf-huruf untuk mewakili bilangan yang belum
diketahui. Bentuk aljabar dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan
masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hal-hal yang tidak diketahui seperti
banyaknya bahan bakar minyak yang dibutuhkan sebuah bis dalam tiap
minggu, jarak yang ditempuh dalam waktu tertentu, atau banyaknya
makanan ternak yang dibutuhkan dalam 3 hari, dapat dicari dengan
menggunakan aljabar. (Bukhari, 2005 : 56 ), Sedangkan menurut (Sukino,
2006 : 5) bentuk aljabar adalah penyelasian bentuk matematika dengan
menggunakan bentuk huruf-huruf dalam pengoprasiannya, yang mana
operasi aljabar terdiri dari penjumlahan, pengurangan, perkalian,
pembagian dan perpangkatan.
Berdasarkan pemahan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
operasi aljabar adalah suatu bentuk matematika yang dalam penyajiannya
menggunakan huruf-huruf untuk mewakili nilai yang belum diketahui
dengan melalui operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian
dan perpangkatan bentuk aljabar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Matematika
Belajar tidak asing lagi di telinga kita, bahkan belajar dapat ditemukan
dalam berbagai aktivitas manusia sehari-hari. Proses belajar terjadi karena
adanya interaksi peserta didik dengan lingkunganya. Proses belajar juga
memerlukan metode yang tepat. Penggunaan metode belajar yang tepat
sangat penting bagi guru dan siswa, karena dengan metode belajar yang tepat
akan memungkinkan seorang siswa menguasai ilmu dengan lebih muda dan
lebih cepat selesai dengan kapasitas tenaga dan pikiran yang dikeluarkan.
Dengan demikian, siswa akan terhindar dari beban pikiran yang berat dalam
mempelajari suatu mata pelajaran. Belajar banyak diartikan dan didefenisikan
oleh para ahli dengan rumusan dan kalimat yang berbeda, namun pada
hakikatnya prinsip dan tujuannya sama.
Menurut morgan (Suprijono, 2009: 3) menyebutkan bahwa Belajar
adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari
pengalaman. Selanjutnya menurut Gagne (Dimiyati & Mudjiono, 2009: 10)
mengatakan bahwa Belajar adalah seperangkat proses kognitf yang
mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengelolaan informasi,
menjadi kapabilitas baru.Sedangkan menurut (Slameto, 2003 : 3)
mengatakan bahwa Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkahlaku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkunganya.
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, dimana
mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar
dilakukan oleh peserta didik atau murid (Sagala, 2005 : 61). Selain itu
10
pembelajaran adalah sesuatu yang dibuat oleh siswa, bukan untuk siswa
dengan kata lain suatu pembelajaran akan berlangsung dengan adanya
kesiapan dan kematangan dari siswa itu sendiri. Pembelajaran pada dasarnya
merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan
kegiatan belajar.
Para ahli mengatakan bahwa matematika memiliki beberapa definisi
sebagai berikut :
1. Matematika sebagai kegiatan penelusuran pola dan hubungan.
2. Matematika sebagai kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi dan
penemuan.
3. Matematika sebagai kegiatan pemecahan masalah.
4. Matematika sebagai alat berkomunikasi.
Definisi matematika tersebut menegaskan bahwa Pembelajaran
matematika sangat diperlukan karena terkait dengan penanaman konsep pada
peserta didik. Peserta didik itu yang nantinya ikut andil dalam pengembangan
matematika lebih lanjut ataupun dalam mengaplikasikan matematika dalam
kehidupan sehari-hari.
Beberapa pendapat tentang Pembelajaran matematika yang dipaparkan
diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran matematika
merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru,
sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik, yang mana proses
pembelajaran itu tidak dibuat untuk siswa melainkan dibuat oileh siswa
tersebut, sehingga dalam pembelajaran matematika siswa akan mengetahui
pola dan hubungan antara hal-hal yang dialamai dengan apa yang dipelajari,
11
selain itu juga pembelajaran matematika akan menjadikan siswa lebih kreativ
dan memiliki imajinasi yang luas untuk menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan matematika.
13
yang secara optimal efektif diterapkan oleh siswa yang berbeda tingkat
kemampuannya. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar yang diperoleh
siswa dipengaruhi oleh kondisi pembelajaran yang dikembangkan oleh
guru didalam kelas. Dengan demikian semakin cocok dengan metode
pembelajaran yang diterapkan oleh guru dengan melihat perbedaan
kemampuan siswa maka semakin optimal hasil belajar yang dicapai.
Menurut ( Nurdin, 2005:39 ) menyatakan Model Pembelajaran
ATI (Aptitude Treatment Interaction) bertujuan untuk menciptakan dan
mengembangkan suatu model pembelajaaran yang betul-betul peduli dan
memperhatikan keterkaitan antara kemampuan (aptitude) seseorang
dengan pengalaman belajar atau secara khas dengan metode pembelajaran
(treatment). Sejalan dengan pengertian di atas, Cronbach (Nurdin, 2005:
37-38) mengemukakan bahwa: ATI didefenisikan sebagai sebuah model
pembelajaran yang berusaha mencari dan menemukan perlakuanperlakuan yang cocok dengan perbedaan kemampuan siswa, yaitu
perlakuan yang secara optimal efektif diterapkan untuk siswa yang
berbeda tingkat kemampuannya.
Dilihat dari pendapat tersebut, maka yang dimaksud dengan
Aptitude Treatment Interaction (ATI) adalah sebuah model pembelajaran
yang menyesuaikan pembelajaran dengan karakteristik kemampuan siswa,
sehingga model pembelajaran tersebut efektif digunakan untuk individu
tertentu sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
15
mana
(treatment)
terdapat
yang telah
kesesuaian
antara
perlakuan-
diimplementasikan
dalam
a. Treatment awal
Pemberian perlakuan awal terhadap siswa dengan menggunakan
aptitude testing perlakuan ini dimaksudkan untuk menentukan dan
menetapkan
klasifikasi
kelompok
siswa
berdasarkan
tingkat
16
perlakuan
(treatment)
kepada
masingmasing
dimana
siswa
belajar
di
perpustakaan.
Untuk
belajar
mengajar.
Melalui
modul
siswa
dapat
2003:14)
menyatakan
bahwa
Dengan
17
memungkinkan
anak
untuk
belajar
sendiri
tanpa
terlalu
pelajaran
seperti
biasa
yaitu
seperti
kegiatan
soal-soal, memberikan
telah
semangat dan
18
(dengan
0)
19
Bentuk ini dinamakan suku satu atau suku tunggal berderajat satu
x
dengan variabel
ii.
Bentuk x+b
dan koofisien
(dengan 0
Bentuk ini dinamakan suku dua atau binom berderajat satu dengan satu
varibel. Dua buah suku yang berbeda adalah x dan b
iii.
Bentuk x
+ bx +c dengan 0
bx dan konstanta c .
Bentuk x
y + bxy
+c
Bentuk ini dinamakan suku banyak atau trinom berderajat dua dengan
dua variabel. Nama khusus bentuk ini adalah suku tiga atau trinom
berderajat dua dengan dua variabel. Tiga buah suku yang berbeda, yaitu
; x
y, bxy
Contoh :
20
Sifat Komutatif
a + b = b + a , dengan a dan b bilangan riil
2. Sifat Assosiatif
( a + b ) + c = a + ( b + c ) , dengan a, b dan c bilangan riil
3. Sifat Distributif
21
= ( 6 + 5 )x
( sifat distributif)
= 11x
2. ( 7 + 2x ) ( 4x 3 )
= 7 + 2x 4x (-3)
= 7 + 2x 4x + 3
= 10 + (2 4)x
= 10 2x
3. 4x2 5x2 + 2x + 2 7x
= 4x2 5x2 + 2x 7x + 2
= (4x2 5x2) + (2x 7x) + 2
= (4 5 )x2 + (2 7)x + 2
22
= - x2 5x + 2
4. (3x2 5x 10 ) ( x2 + 7x 6 ) = ( 3x2 5x 10 ) ( x2 + 7x 6 )
= 3x2 5x 10 x2 + 7x + 6
= 3x2 x2 5x - 7x 10 + 6
= ( 3x2 x2 )+ ( 5x - 7x ) + ( 10 + 6 )
= 2x2 12x - 4
b. Perkalian
Dalam operasi perkalian dapat diselesaikan dengan menggunakan
sifat distributif
1. Perkalian suatu bilangan dengan bentuk aljabar
Perkalian suku dua (ax + b) dengan skalar/ bilangan k dinyatakan
sebagai berikut:
k ( ax + b ) = kax + kb
contoh :
a. 2 ( 3x + 6) = 6x + 12
2. Perkalian antara bentuk aljabar dan bentuk aljabar
Perkalian bentuk aljabar suku dua (ax + b) dengan suku dua
(cx + d) diperoleh dengan cara sebagai berikut :
(ax + b) (cx +d) = ax (cx + d) + b (cx + d)
= ax (cx) + ax(d) + b (cx) + bd
23
= (2x)2 - 52
= 4x - 25
c. Pembagian
Operasi pembagian merupakan kebalikan dari operasi perkalian Misal a5 x
a3 = a x a x a x a x a x a x a x a = a8 atau a 5 + 3 sehingga am x an
Sedangkan a5 x a3 =
ax a x ax a xa
a x ax a
Sehingga am : an = am-n
am x an = am+n
am : an = am-n
Contoh :
Sedehanakanlah !
8 p5 q
=
4 p4 qr
8 p5 q
4 p4 qr
2p
r
24
= a2 atau a5-3
2 x yz
3 2
x y z
x 2 yz (2 z )
x 2 yz ( xy ) =
2z
xy
d. Perpangkatan
Operasi perpangkatan diartikan sebagai operasi perkalian berulang
dengan unsur yang sama. Untuk sebarang bilangan bulat a, berlaku :
an = a x a x a x ...x a
sebanyak n faktor
Untuk menentukan perpangkatan pada bentuk aljabar suku dua,
membentuk segitiga pascal :
( a + b )0
( a + b )1
( a + b )2
25
1
2
( a + b )3
( a + b )4
...................................dan seterusnya.
= ( a + b )(a + b)
=a(a+b)+b(a+b)
= a2 + ab + ab + b2
= a2 + 2ab + b2
Contoh
Sederhanakanlah !
a. ( a + 3 )2
= a2 + 2(a)(3) + 32
= a2 + 6a + 9
b. (4p 3 )2
26
Guru:
Peserta didik:
29
sesuai dengan tuntutan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada setiap
mata pelajaran khususnya bidang studi Matematika.
Upaya pembaharuan pendidikan dan pengajaran matematika yang
dilakukan tidak semulus sebagaimana yang direncanakan. Misalnya, antara
peserta didik itu sendiri, sikap individualnya sangat tinggi sehingga
memunculkan persaingan-persaingan yang membawa dampak negatif bagi
kegiatan belajar-mengajar. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mencari
dan menerapkan alternatif pembelajaran Matematika yang relevan dengan
karakter peserta didik. Pembaharuan pembelajaran Matematika di sekolah
dapat ditempuh dengan mengacu kepada prioritas model dan strategi
pembelajaran yang diterapkan. Salah satu strategi pembelajaran tersebut
adalah pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) melalui kegiatan
PTK. Dalam penerapan pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI),
peserta dapat mengetahui tentang kemampuan mereka sendiri. Dengan begitu
masalah-masalah yang dihadapi peserta didik dalam proses belajar dapat
diatasi. Selain itu dengan diterapkannya model pembelajaran Aptitude
Treatment Interaction (ATI) maka guru bisa lebih teliti dalam memberikan
treatment pada siswa, sehingga pada saat proses pembelajaran guru tidak
memberikan perlakuan yang sama antara siswa yang berkemampuan tinggi,
sedang dan rendah.
30
Model PTK yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Model spiral
yang di gagas oleh Kemmis dan Taggart, yang mana dalam alur penelitian
yang digunakan menjelaskan tahap-tahap penelitian tindakan kelas yang
dilakukannya. Pada bagian awal yaitu identifikasi masalah, permasalahan
penelitian difokuskan kepada strategi bertanya kepada siswa dalam
pembelajaran sains. Keputusan ini timbul dari pengamatan tahap awal yang
menunjukkan bahwa siswa belajar sains dengan cara menghafal dan bukan
dalam proses inkuiri. Dalam diskusi dipikirkan cara untuk mendorong inkuiri
siswa, apakah dengan mengubah kurikulum atau mengubah cara bertanya
kepada siswa? Lanjut pada tahap perencanaan, fokus permasalahan
diputuskan untuk menyusun strategi bertanya untuk mendorong siswa untuk
menjawab pertanyaan sendiri. Pada kotak tindakan (action), mulai diajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk mendorong mereka mengatakan
apa yang mereka pahami, dan apa yang mereka minati. Pada kotak
pengamatan (observe), pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban siswa
dicatat atau direkam untuk melihat apa yang sedang terjadi. Pengamat juga
membuat catatan dalam lembar-lembar observasi yang telah mereka sediakan.
Dalam kotak refleksi (reflect), ternyata kontrol kelas yang terlalu ketak
menyebabkan tanya jawab kurang lancar dilaksanakan sehingga tidak
mencapai hasil yang baik, dan perlu diperbaiki. Pada siklus berikutnya,
perencanaan
direvisi
dengan
modifikasi
dalam
bentuk
mengurangi
31
terhadap
BAB III
32
perilaku
siswa.
METODE PENELITIAN
33
C. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas atau disingkat
dengan PTK. Menurut Suharsimi Arikunto (2007:58), penelitian tindakan
kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki
mutu praktik pembelajaran di kelasnya. Menurut (Suharsimi Arikunto,
2007:73), PTK dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang yang di dalamnya
terdapat empat tahapan utama kegiatan, yaitu perencanaan, tindakan,
pengamatan, dan reflleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus antara
siklus I dan siklus II merupakan rangkaian kegiatan yang saling berkaitan,
dalam artian pelaksanaan siklus II merupakan kelanjutan perbaikan dari siklus
I. Secara terperinci pelaksanaan penelitian untuk dua siklus ini untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada skema/alur penelitian di bawah ini.
35
aljabar.
Tindakan
yang
dilakukan
selanjutnya
adalah
3. Observation (Pengamatan)
Pengamatan merupakan suatu kegiatan mengamati jalannya
pelaksanaan tindakan untuk mengetahui efek tindakan pembelajaran
dengan metode ATI. Kegiatan observasi dilakukan secara kontinyu setiap
kali berlangsungnya pelaksanaan tindakan dengan mengamati aktivitas
37
belajar siswa dan kegiatan guru dalam proses belajar mengajar. Evaluasi
hasil belajar dilaksanakan pada akhir setiap siklus dengan memberi tes
dalam bentuk essay.
4. Reflection (Refleksi)
Refleksi berkaitan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan
yang akan dilakukan. Hasil dari refleksi adalah diadakannya revisi
terhadap perencanaan yang telah dilakukan dan yang akan dilakukan untuk
memperbaiki kinerja pada penelitian berikutnya dan jika pada sklus
pertama terjadi kegagalan, akan dilanjutkan pada siklus ke dua. Jika sudah
tercapai maka penelitian dihentikan dan selanjutnya dibuat laporan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi berisi perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP, LKS
dan analisis ulangan harian, untuk mengetahui bagaimana hasil belajar
siswa SMP N 07 Kota Bima setelah diterapkannya model pembelajaran
ATI.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data
sekunder dan data primer, data primer adalah data yang diambil dari sumber
aslinya. Yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah :
1. Kepala Sekolah
Peneliti mewawancarai kepala sekolah mengenai keadaan guru dan
bagaimana hasil belajar matematika siswa SMP N 07 Kota Bima tahuntahun sebelumnya.
2. Guru Matematika
Peneliti mewawancarai guru matematika mengenai bagaimana hasil
belajar matematika siswa kelas VIII A, dan model apa saja yang sudah
diterapkan sebelumnya untuk memotivasi siswa, serta bagaimana rata-rata
kemampuan siswa kelas VIII A.
3. Siswa
Peneliti mewawancarai tentang bagaimana model pembelajaran yang di
ajarkan oleh guru matematika, apakah mereka mengerti tentang apa yang
di ajarkan dengan menggunakan model pembelajaran sebelumnya.
39
Data sekunder berasal dari sumber kedua, seperti data hasil belajar
siswa dengan menggunakan model ATI. Yang menjadi data sekunder dalam
penelitian ini adalah tes hasil belajar.
yang
telah
diterapkan
40
sebelumnya,
peneliti
mengenai
hasil
belajar
siswa
akan
dikumpulkan
41
dengan
F. Instrument Penelitian
Instrumen penelitian merupakan sebuah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab
permasalahan peneliti. Penelitian ini menggunakan 4 instrumen, yakni:
pedoman observasi, tes (seperangkat soal), wawancara dan dokumentasi.
1. Lembar Observasi
Untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa dalam Proses Belajar
Mengajar (PBM), digunakan beberapa indikator aktivitas belajar siswa
melalui lembar observasi. Adapun indikator aktivitas belajar siswa adalah
sebagai berikut: Kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran, Antusiasme
siswa dalam mengisi/menjawab soal, Interaksi siswa dengan guru,
Interaksi siswa dengan siswa, Aktivitas belajar siswa melalui penerepan
model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) dan Partisipasi
siswa dalam menyimpulkan hasil belajar.
2. Tes Hasil Belajar
Untuk mengetahui data hasil belajar siswa digunakan instrumen
berupa tes tulis, jenis soal tes yang digunakan adalah dalam bentuk essay.
42
Ini dibuat guna mengetahui sejauh mana hasil belajar siswa setelah
diterapkannya model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI).
3. Wawancara
Saat
peneliti
akan
melakukan
penelitian,
peneliti
akan
berkenaan
dengan
bagaimana
data
dapat
43
(misalnya menghitung rata-rata dan deviasi standar) atau secara grafis (dalam
bentuk table dan grafik) untuk mendapatkan gambaran sekilas mengenai data
tersebut sehingga lebih mudah dibaca dan bermakna.
1. Analisis data aktivitas belajar siswa
Setiap indikator perilaku siswa pada penelitian ini, akan diberikan
skor berdasarkan pedoman berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
yang dapat dilihat apabila semua deskriptor yang diamati nampak yaitu skor
5. Untuk menilai kategori aktivitas siswa, ditentukan terlebih dahulu MI dan
SDI. Cara menentukan MI dan SDI sebagai sebagai berikut :
44
( SkorMax SkorMin)
2
MI =
SDI =
1
3
MI
Keterangan :
MI = Mean ideal
SDI = Standar Deviasi ideal
Kategori
AS MI + 1,5 SDI
Sangat Aktif
Aktif
Cukup Aktif
Kurang Aktif
a.
b.
c.
d.
e.
MI =
SDI =
( SkorMax SkorMin)
2
1
3
MI
Keterangan :
MI = Mean ideal
SDI = Standar Deviasi ideal
Tabel 3.1 : Pedoman skor standar aktivitas mengajar guru
Interval
Kategori
AG MI + 1,5 SDI
Sangat Aktif
46
Aktif
Cukup Aktif
Kurang Aktif
X
R
47
Dimana :
R
KB =
x 100
n
.......................................................(3.7)
Dimana:
KB = Ketuntasan belajar (klaksikal)
ni
= Banyaknya siswa yang memperoleh nilai
60
= Banyaknya siswa
H. Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian yang dilakukan meliputi :
48
75%.
a. Tahapan Persiapan
1) Pengajuan judul
2) Konsultasi proposal ke dosen pembimbing
3) Melakukan kajian pustaka yang sesuai dengan judul proposal
4) Menyusun metode penelitian
5) Mengurus surat-surat perizinan
b. Tahapan Pelaksanaan
1) Melakukan observasi dan wawancara dengan guru matematika
2) Mensosialisasikan model pembelajaran Aptitude treatment Interaction
(ATI).
3) Menerapkan model pembelajaran ATI di kelas VIII A
4) Memberikan tes berupa pertanyaan bentuk essay untuk mengetahui
bagaimana hasil belajar siswa setelah diterapkan model embelajaran
ATI.
c. Tahapan Penyelesaian
1) Menyusun kerangka laporan
2) Menyusun laporan akhir penelitian dengan selalu berkonsultasi pada
dosen pembimbing
3) Ujian pertanggung jawaban
49
I.
Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Aktivitas siswa dikatakan meningkat apabila skor aktivitas belajar siswa
minimal berkategori aktif.
2. Hasil belajar siswa dikatakan meningkat, apabila terjadi peningkatan nilai
50