Anda di halaman 1dari 6

Nama : Dian Agnes Sihotang

NIM : 20507002

“PROPOSAL PENELITIAN’

BAB I PENDAHULUAN

Semua fungsi sekolah tidak akan efektif apabila komponen dari sistem sekolah tidak berjalan dengan
baik, karena kelemahan dari salah satu komponen akan berpengaruh pada komponen yang lain yang
pada akhirnya akan berpengaruh juga pada jalannya sistem itu sendiri. salah satu dari bagian
komponen sekolah adalah guru.

Guru dituntut untuk mampu menguasai kurikulum, menguasai materi, menguasai metode, dan tidak
kalah pentingnya guru juga harus mampu mengelola kelas sedemikian rupa sehingga pembelajaran
berlangsung secara aktif, inovatif dan menyenangkan. Namun demikian, menurut Erman Suherman
(http : educare.e-fkipunla.net), umumnya guru masih mendominasi kelas, siswa pasif ( datang, duduk,
nonton, berlatih, …., dan lupa). Guru memberikan konsep, sementara siswa menerima bahan jadi.
Masih menurut Erman Suherman, ada dua hal yang menyebabkan siswa tidak menikmati (enjoy)
untuk belajar, yaitu kebanyakkan siswa tidak siap terlebih dahulu dengan (minimal) membaca bahan
yang akan dipelajari, siswa datang tanpa bekal pengetahuan seperti membawa wadah kosong. Lebih
parah lagi, siswa tidak menyadari tujuan belajar yang sebenarnya, tidak mengetahui manfaat belajar
bagi masa depannya nanti.

Terdapat beberapa kendala pada pembelajaran selama ini antara lain :

1. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep.


2. Siswa kurang aktif / siswa pasif dalam proses pembelajaran.
3. Siswa belum terbiasa untuk bekerja sama dengan temannya dalam belajar.
4. Guru kurang mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari.
5. Hasil nilai ulangan / hasil belajar siswa pada pembelajaran rendah.
6. KKM tidak tercapai.
7. Pembelajaran tidak menyenangkan bagi siswa.
8. Kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran.

Sebagai pendidik, penulis melihat pembelajaran menjadi kurang efektif karena hanya
cenderung mengedepankan aspek intelektual dan mengesampingkan aspek pembentukan
karakter. Hal ini tentu suatu hambatan bagi guru. Namun penulis ingin mengubah hambatan
tersebut menjadi sebuah kekuatan dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang efektif
dan efisien sehingga nantinya akan mendapatkan hasil yang memuaskan.

Untuk menjawab hal itu, penulis mencoba memberi solusi kepada guru-guru untuk
menerapkan pembelajaran “ Problem Based Learning” dengan menyusun berbagai perangkat
pembelajaran yang dibutuhkan seperti : RPP, alat peraga, teknik pengumpulan data, dan
instrumen yang dibutuhkan untuk membantu guru dalam mengelola kelas dan mengevaluasi
pembelajaran yang dilakukan.

1.1 Rumusan Masalah

1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut “Apakah Penerapan “Model pembelajaran Problem Based learning dapat
Meningkatkan Mutu Pembelajaran Siswa SMA N 2 Medan? ”
1.2 Cara Pemecahan Masalah

PTS ini dilaksanakan.


Melaksanakan model pembelajaran problem based learnimg pada bidang studi Matematika, IPA,
Bahasa Inggris, dan Bahasa Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran problem based laearning dapat
meningkatkan mutu pembelajaran siswa SMA N 2 Medan?
2. Untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang dihadapi guru dalam penerapan model
pembelajaran problem based learning
3. Untuk mengetahui respon siswa di kelas terhadap penerapan model pembelajaran problem
baased learning pada pembelajaran di kelas.

2. Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan sekolah ini, dilakukan dengan harapan memberikan manfaat bagi siswa, guru,
maupun sekolah.

a. Manfaat bagi siswa :

1. Memperoleh pengalaman belajar yang lebih menarik.


2. Meningkatkan aktivitas siswa di dalam belajar.
3. Meningkatkan penguasaan konsep.
4. Menumbuhkan keberanian mengemukakan pendapat dalam kelompok/ membiasakan bekerja
sama dengan teman

b. Manfaat bagi guru:

1. Memperoleh alternatif baru yang dapat diterapkan guru dalam meningkatkan pemahaman
siswa terhadap materi yang diajarkan.
2. Memperoleh alternatif baru yang dapat diterapkan guru untuk peningkatan mutu
pembelajaran.

c. Manfaat bagi sekolah :

1. Meningkatkan prestasi sekolah dalam bidang akademis.


2. Meningkatkan kinerja sekolah melalui peningkatan profesionalisme guru.

2.2 Pertanyaan Penelitian


Secara operasional rumusan masalah di atas dapat dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian
sebagai berikut :

A. Apakah penerapan “ model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan mutu
pembelajaran siswa SMA N 2 Medan?
B. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi guru dalam penerapan model pembelajaran problem based
learning ?

C. Bagaimana respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran problem based learning pada
pembelajaran di kelas?

1.2 Pertanyaan Penelitian

Secara operasional rumusan masalah di atas dapat dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian
sebagai berikut :

Apakah penerapan “ model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan mutu
pembelajaran siswa SMA N 2 Medan?

Apa saja kendala-kendala yang dihadapi guru dalam penerapan model pembelajaran problem based
learning ?

Bagaimana respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran problem based learning pada
pembelajaran di kelas?

2. 3 Kajian Teori

Pada bagian ini, penulis bermaksud mengemukakan beberapa hal yang berhubungan dengan teori dan
pengertian untuk dijadikan pedoman dalam penyusunan PTS ini, sebagai gambaran yang tentu ada
kaitannya dengan materi pembahasan. Isinya berupa teori-teori yang diambil dari berbagai sumber.

Metode berasal dari kata “Metho” yang berarti ‘melalui’ atau ‘melewati’, sehingga metode pengajaran
berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu dalam hal ini tujuan
pengajaran (Bambang Prawiro,1991). Jadi metode pengajaran merupakan suatu alat (di samping alat
lain seperti alat penilaian, alat peraga) yaitu alat untuk menyampaikan bahan pelajaran dalam rangka
pencapaian tujuan pengajaran.

Semakin majunya ilmu tentang mengajar (Metodologi Pengajaran), maka ada kriteria jenis metode
modern dan metode tradisional. Kriteria yang dipergunakan pada umumnya adalah keaktifan siswa,
metode dan dasar psikologis dari metode-metode itu. Menurut W.Gulo (2002:1) bahwa metode
pengajaran adalah berbagai metode pengajaran yang perlu dipertimbangkan dalam strategi belajar
mengajar (W.Gulo,2002:1).

Secara umum metode-metode itu dapat digolongkan ke dalam 2 jenis (Bambang Prawiro,1991)

1. Metode interaksi secara individual.


2. Metode interaksi secara kelompok.

Program pengajaran adalah perangkat kegiatan belajar-mengajar yang direncanakan untuk mencapai
tujuan yang kita sebut dengan tujuan instruksional (W.Gulo,2002:1). Sehingga, dibutuhkan suatu
perencanaan dalam pelaksanaan program suatu program pengajaran.

Definisi dari Prof. Dr. De Queljy dan prof. Gazali MA, pembelajaran adalah menanamkan
pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat. Dalam hal ini pengertian waktu
yang singkat sangat penting. Guru kurang memperhatikan bahwa diantara murid ada perbedaan
individual, sehingga memerlukan pelayanan yang berbeda-beda. Bila semua murid dianggap sama
kemampuan dan kemajuannya, maka bahan pelajaran yang diberikanpun akan sama dengan
kenyataan.

Sedangkan karakter artinya kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi (Hornby
dan Panwell,1972:49). Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, karakter adalah sifat-sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak.
Berkarakter artinya mempunyai watak, mempunyai kepribadian (Kamisa,1997:281).

Dalam Dorland’s Pocket Medical Dictionary (1968:126) dinyatakan bahwa karakter adalah sifat nyata
dan berbeda yang ditunjukkan oleh individu. Di dalam kamus psikologi dinyatakan bahwa karakter
adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang; biasanya
mempunyai kaitan dengan sifat-sifat relative tetap (Dali Gulo,1982:29).

Dan dapat dinyatakan bahwa karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau
budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang membedakan dengan individu lain
(M. Furqon,2009:9).

2.4 Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian tindakan ini adalah :


”Dengan menerapkan model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan mutu
pembelajaran siswa SMA N 2 Medan”

BAB III Metodologi Penelitian :

I. Setting Penelitian :
Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMA N 2 Medan kelas XII tahun pelajaran
thn 2020/2021 yang berjumlah 455 orang, terdiri dari 198 siswa laki-laki 257 siswa perempuan.
Karakteristik subjek penelitian : kelas XII mempunyai karakteristik prestasi yang sangat heterogen.

Faktor yang Diamati


Untuk menjawab pertanyaan yang dirumuskan dalam penelitian ada beberapa faktor yang akan
diteliti, yaitu :

1. Faktor hasil kegiatan berupa nilai siswa


2. Faktor guru, mengamati aktivitas guru-guru selama melaksanakan model pembelajaran
problem based learning yaitu bagaimana guru membuat skenario pembelajaran dan
menentukan topik yang sulit bagi anak tetapi akan menarik pada saat disajikan di kelas

II. Prosedur Penelitian

Penelitian ini tergolong Penelitian Tindakan Sekolah, Dengan empat langkah pokok yaitu :
Perencanaan tindakan, Pelaksanaan tindakan, Pengamatan (observasi), dan Refleksi, dengan
melibatkan 76 orang SMA N 2 Medan. Penelitian dilakukan dua tahapan secara berkelanjutan selama
7 bulan. Indikator kinerja yang ditetapkan adalah peningkatan mutu pembelajaran dilihat dari hasil
evaluasi, respon siswa terhadap pembelajaran dan keaktifan guru dalam kelompok MGMP SMA N 2
Medan. Aspek yang diukur dalam observasi adalah antusiasme SMA N 2 Medan terhadap interaksi
guru dengan kepala sekolah, interaksi dengan guru dalam MGMP, kerja sama kelompok, aktivitas
dalam diskusi kelompok.

1. Perencanaan Tindakan
a) Pemilihan topik
b) Melakukan review silabus untuk mendapatkan kejelasan tujuan pembelajaran untuk topik tersebut
dan mencari ide-ide dari materi yang ada dalam buku pelajaran. Selanjutnya bekerja dalam kelompok
untuk menyusun rencana pembelajaran.
c) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
d) Merencanakan penerapan pembelajaran
e) Menentukan indikator yang akan dijadikan acuan
f) Mempersiapkan kelompok mata pelajaran
g) Mempersiapkan media pembelajaran.
h) Membuat format evaluasi
i) Membuat Format Observasi
j) Membuat angket respon guru dan siswa

2. Pelaksanaan Tindakan
Menerapkan tindakan sesuai dengan rencana, dengan langkah-langkah:

1. Setiap tim yang telah menyusun rencana pembelajaran menyajikan atau mempresentasikan
rencana pembelajarannya, sementara kelompok lain memberi masukan, sampai akhirnya
diperoleh rencana pembelajaran yang lebih baik.
2. Guru yang ditunjuk oleh kelompok menggunakan masukan-masukan tersebut untuk
memperbaiki rencana pembelajaran.
3. Guru yang ditunjuk tersebut mempresentasikan rencana pembelajarannya di depan kelas dan
semua anggota kelompok untuk mendapatkan umpan balik.

3. Pengamatan (observasi)

1. Observer melakukan pengamatan sesuai rencana dengan menggunakan lembar observasi


2. Menilai tindakan dengan menggunakan format evaluasi.
3. Pada tahap ini seorang guru melakukan implementasi rencana pembelajaran yang telah
disusun, pakar dan guru lain melakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi
yang telah dipersiapkan. Selain itu dilakukan pemotretan yang meng-close up kejadian-
kejadian khusus selama pelaksanaan pembelajaran.

4. Refleksi

1. Pertemuan refleksi segera dilakukan secepatnya setelah kegiatan pelaksanaan pembelajaran,


untuk memperoleh masukan dari guru observer, dan akhirnya komentar dari dosen atau pakar
luar tentang keseluruhan proses serta saran sebagai peningkatan pembelajaran, jika mereka
mengulangnya di kelas masing-masing atau untuk topik yang berbeda.
2. Mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan dan mendiskusikan tindakan bersama dengan
pengamat/observer.
3. Kesan penyaji/guru model tentang cara/strategi pembelajaran yang telah dilakukan.
4. Tanggapan-tanggapan observer yang difokuskan pada pembelajaran siswa.
5. Tanggapan balik dari penyaji/guru model.
6. Kesimpulan dan saran untuk perbaikan pada tahap berikutnya.

Penelitian tindakan sekolah ini berhasil apabila :

1. Peningkatan nilai rata-rata siswa kelas XII dari 4 mata pelajaran (Bahasa Indonesia, Bahasa
Inggris, Matematika, dan IPA) :
Peningkatan nilai rata-rata 5.
2. Tingkat Aktivitas Siswa dalam PBM :
Tingkat keaktifan siswa dalam PBM dinilai berhasil apabila masing-masing aktivitas yang
menunjang keberhasilan belajar persentasenya di atas 70 %.
3. Keterlaksanaan langkah-langkah dalam ……… ≥ 80 %.

J. Indikator Keberhasilan

Penelitian tindakan sekolah ini berhasil apabila :

1. Peningkatan nilai rata-rata siswa kelas VIII dari 4 mata pelajaran (Bahasa Indonesia, Bahasa
Inggris, Matematika, dan IPA) :
Peningkatan nilai rata-rata 5.
2. Tingkat Aktivitas Siswa dalam PBM :
Tingkat keaktifan siswa dalam PBM dinilai berhasil apabila masing-masing aktivitas yang
menunjang keberhasilan belajar persentasenya di atas 70 %.
3. Keterlaksanaan langkah-langkah dalam …… ≥ 80 %.

Anda mungkin juga menyukai