Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN STUDI KASUS

“Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam meningkatkan


hasil belajar Peserta didik”

Selasa, 30 November 2023

Diajukan sebagai salah satu syarat memenuhi kelulusan UKPPG

Oleh :
KAMISAH, S.Pd.SD
NPM :2306505010684

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)

PPG DALAM JABATAN ANGKATAN 2

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

TAHUN 2023
A. Deskripsi Studi Kasus (100-150 kata)

Beragam kasus yang ditemui saat pelaksanaan proses pembelajaran di kelas


pada Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) PPG Dalam jabatan angkatan II ini. Kasus
yang paling Urgent yang saya temui diantaranya adalah Guru belum optimal dalam
penggunaan model pembelajaran yang kreatif dan inovatif, artinya Guru belum tepat
dalam memilih Model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik,
sehingga peserta didik kurang pasif dalam belajar, pengerjaan tugas kelompok yang
hanya didominasi 1 dan 2 orang saja. Hal ini membuat aktifitas belajar peserta didik
menjadi tidak aktif. Peningkatan aktifitas belajar sangatlah penting menjadi bahan
kajian karena akan memberi dampak pada kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotor peserta didik.
Penggunaan model pembelajaran yang kreatif dan inovatif juga akan memberi
dampak pada peningkatan kemampuan pedagogik guru dalam mempersiapkan
pembelajaran sehingga pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas sesuai dengan
karakteristik peserta didik. Berbagai permasalahan yang terjadi di dalam kelas bisa
juga terjadi karena guru belum menerapkan strategi-strategi pembelajaran seperti
Srategi berbasis pengalaman. Kurikulum K13 menekankan pembelajaran melalui
pengalaman langsung. Strategi pembelajaran berbasis pengalaman memungkinkan
Peserta didik untuk belajar melalui pengalaman yang relevan, seperti kunjungan
lapangan, percobaan, atau proyek praktis.

B. Analisis Situasi (200-250 kata)


Berdasar Kasus tentang rendahnya hasil belajar peserta didik ini terjadi karena
guru belum maksimal dalam menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan
latar belakang peserta didik. Sehingga menimbulkan berbagai pesermasalahan belajar
seperti peserta didik yang terlihat pasif dalam belajar, belajar kelompok yang hanya
didominasi oleh 1 dan 2 orang peserta didik dan hasil kerja kelompok yang tidak
beragam. Setelah hal ini terjadi saya melakukan beragam evaluasi. Salah satunya
adalah melakukan profiling peserta didik.
Profiling peserta didik atau disebut juga profil belajar merupakan data seputar
karakteristik setiap peserta didik yang akan mempengaruhi gaya, cara, dan
kebiasaannya dalam belajar. Mengetahui profiling peserta didik membantu guru untuk
menentukan cara agar peserta didik dapat memahami konsep, materi, dan menguasai
ketrampilan baru yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Pelaksanaan profiling peserta didik saya lakukan dengan melakukan metode in
dept interview. Peserta didik dilakukan wawancara personal dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan tentang keadaan keluarga, gaya belajar, serta lingkungan
belajar yang diinginkan oleh peserta didik untuk meningkatkan minat dan motivasi
belajarnya.
Pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan profiling ini adalah saya sebagai
mahasiswa, Dosen Pembimbing, guru pamong, Kepala Sekolah dan wali kelas.
Kepala sekolah serta wali kelas menjadi sumber informasi tentang kondisi dan
kebiasaan belajar peserta didik serta prestasi peserta. Sedangkan mahasiswa berperan
sebagai aktor untuk memecahkan masalah yang timbul dengan cara menerapkan teori-
teori dalam memahami perkembangan peserta didik dan menerapkan teknologi
pembelajaran yang sesuai. Hal ini dilakukan dengan mengkolaborasikan hasil
profiling dan informasi yang diberikan oleh guru pamong dan wali kelas.
Tantangan dan hambatan yang saya hadapi dalam merancang dan
mengevaluasi pembelajaran adalah pertama saya harus dapat merumuskan
pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Yang kedua
adalah saya harus dapat menjalin keakraban dengan peserta didik agar peserta didik
merasa aman dan nyaman dalam menjawab pertanyaan.

C. Alternative Solusi (250-300 kata)


Kegiatan penilaian hasil belajar Peserta didik yang terjadi pada kelas VA SDN
002 Guntung Medang Kampai Dumai perlu adanya upaya peningkatan aktifitas pada
masing-masing anggota kelompok. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan berbagai
hal diantaranya adalah melakukan evaluasi Pembelajaran sehingga guru dapat
merancang dan melaksanakan pembelajaran yang sesuai. Kegiatan perancangan
pembelajaran yang saya lakukan adalah dengan menerapkan Model pembelajaran
Berbasis Proyek (Project Based Learning) pada materi Perkembangbiakan tumbuhan
secara vegetatif buatan/mencangkok. Selain itu saya juga menggunakan media dan
alat pembelajaran berbasis TPACK berupa penggunaan video pembelajaran dari
youtube, power point, media AR, bahan ajar, serta google form untuk perbaikan dan
pengayaan sebagai tugas terstruktur.
Berdasarkan kajian literatur/jurnal serta wawancara dengan kepala sekolah, ketua
KKKS serta pakar pendidikan. Penyebab Guru belum maksimal dalam memilih Model
pembelajaran dipicu karena dalam kebiasaan guru mengajar dalam kurikulum sebelumnya
artinya Guru sudah terbiasa mengajar dengan Model ceramah saja, jadi intinya guru harus
membuka diri dalam proses pengembangan model pembelajaran

PBL adalah model pembelajaran yang melibatkan keaktifan peserta didik untuk selalu
berpikir kritis dan selalu terampil dalam menyelesaikan permasalahan dalam saat proses
pembelajaran.Alur kerja peserta didik bergantung pada seberapa kompleks permasalahan
yang diberikan. Semakin aktif peserta didik memanfaatkan keterampilan berpikirnya, semakin
besar peluang masalah untuk diselesaikan . Model PBL ini memiliki Kelebihan diantaranya:
a). Peserta didik dilatih untuk selalu berpikir kritis dan terampil dalam menyelesaikan suatu
permasalahan; b). Meningkatkan keaktifan peserta didik selama pembelajaran berlangsung;
c). Meningkatkan kecakapan siswa dalam pemecahan masalah dan meningkatkan kerjasama
siswa dalam kerja kelompok, d). Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan siswa
secara kompleks untuk berkembang sesuai dengan dunia nyata yang membuat belajar menjadi
pembelajaran yang menyenangkan.
Tantangan yang saya hadapi dalam membuat rancangan pembelajaran ini
antara-lain : 1). Guru yang masih belum terbiasa dengan model pembelajaran Model
pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) 2). Peserta Didik belum
terbiasa dengan metode diskusi sehingga pada saat diskusi kelompok mereka kurang maksimal
dalam interaksi antar anggota kelompok; 3). Peserta Didik juga belum terbiasa dengan model
PBL sehingga peserta didik membutuhkan banyak waktu, serta membutuhkan biaya/fasilitas
peralatan dan bahan yang memadai. untuk menyelesaikan Produk; 4). Saya selaku
pembimbing merasa khawatir pada peserta didik. Ketika Penggunaan alat seperti pisau saat
praktek pembelajaran.
Adapun Sumber daya yang saya perlukan dalam melaksanakan strategi Pada
pelaksanaan PPL adalah : Persiapan secara matang yakni: Modul Ajar dan Materi Ajar
dalam bentuk Power Point, Lembar Kerja Peserta Didik yang mudah dipahami oleh
peserta didik, Serta alat dan bahan untuk kegiatan praktik pembelajaran berupa :
Laptop, Proyektor, Microphone, Sound System , Handphone untuk searching materi.

D. Evaluasi
Upaya-upaya yang diberikan dalam menyelasaikan tantangan kasus pembelajaran di
atas yaitu Penerapan model PBL sesuai dengan sintaks. Alasan saya memilih Problem
Based Learning dari masalah yang saya angkat antara lain : 1). Peserta didik
memperoleh pengalaman belajar yang melibatkan Peserta didik secara kompleks
untuk berkembang sesuai dengan dunia nyata; 2). Melalui model pembelajaran ini
membuat belajar Peserta didik menjadi pembelajaran yang menarik serta
menyenangkan. Supaya rencana aksi untuk kedepannya berjalan dengan lancar saya
menggunakan metode dan model pembelajaran yang bervariasi, pendekatan saintifik,
dan TPACK untuk memastikan bahwa rencana aksi saya berjalan lancar. Dengan
memberdayakan Sumber daya yang ada juga mendukung penerapan pembelajaran
inovasi ini. Sumber daya ini termasuk dosen dan guru pamong yang selalu setia
dalam mendampingi/membimbing MahaPeserta didik dalam PPL (pengembangan
perangkat dan praktik), teman sejawat yang memahami IT, kepala sekolah dan juga
guru senior yang memahami pembelajaran inovatif dan berpengalaman menilai
keterlaksanaan pembelajaran, dan menyediakan alat dan sarana penunjang
pembelajaran. Urutannya, jika penerapan model inovatif tepat dilakukan, peserta
didik akan aktif mengikuti pembelajaran sehingga Peserta didik dapat mencapai
tujuan pembelajaran yang berpengaruh pada peningkatan hasil belajar Peserta didik
yaitu tercapainya Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Anda mungkin juga menyukai