Anda di halaman 1dari 4

A.

Deskripsi Studi Kasus


Pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) pada perkuliahan PPG Pajabatan
membantu calon guru professional untuk menyelesaikan masalah yang muncul di
lingkungan sekolah. Dalam pelaksanaan PPL ditemukan kasus yakni rendahnya hasil
belajar peserta didik yang terlihat dari hasil diagnostik kognitif serta rata-rata hasil asesmen
formatif dan unjuk kerja yang dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran.
Rendahnya hasil belajar peserta didik sangat penting untuk dikaji lebih lanjut. Hal
ini karena hasil belajar memiliki korelasi antara pemahaman dan kreativitas peserta didik
terhadap materi yang sedang diajarkan. Hasil belajar yang rendah akan menghambat
ketercapaian pembelajaran yang maksimal, karena menentukan sejauh mana hasil tujuan
pembelajaran dari aspek kognitif dan psikomotorik peserta didik yang harus sesuai dengan
capaian pembelajaran.
Penyelesaikan kasus rendahnya hasil belajar peserta didik perlu ditinjau dari
berbagai aspek, diantaranya: karakterisik peserta didik, penyusunan perangkat ajar,
pemilihan metode pembelajaran, pemilihan media pembelajaran, pengembangan bahan
ajar, asesmen yang diterapkan serta implementasi pembelajaran yang sesuai dengan
kurikulum Merdeka.

B. Analisis Situasi
Guru perlu mengidentifikasi tujuan pembelajaran yang diharapkan sebelum
dimulainya kegiatan pembelajaran. Kemudian melakukan analisis situasi dengan
melaksanakan observasi dan asesmen diagnostik untuk mengetahui karakteristik dan
kemampuan awal peserta didik. Data yang telah diperoleh dari hasil identifikasi tujuan
pembelajaran dan teknik asesmen untuk mengukur tujuan pembelajaran ini, dapat menjadi
acuan dan bahan pertimbangan guru dalam menyusun dan merancang rencana kegiatan
pembelajaran yang efektif agar kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik
Peran saya dalam situasi ini adalah menyusun dan melakukan konfirmasi terkait
perangkat pembelajaran yang berisi lampiran instrumen asesmen dan LKPD dan angket
yang akan diujikan pada peserta didik untuk mengetahui penyebab dan solusi permasalahan
yang ditemukan. Selama proses perancangaan dan evaluasi, saya dibantu oleh beberapa
pihak diantaranya Guru Pamong sebagai sumber informasi mengenai hasil diagnostik ranah
kognitif, Guru Bimbingan Konseling dan Wali Kelas sebagai sumber informasi mengenai
hasil diagnostik ranah non-kognitif, Dosen Pembimbing Lapangan sebagai pembimbing
kegiatan yang berkenaan dengan penemuan solusi dan permasalahan yang ditemukan, serta
rekan PPL PPG yang saling membantu dalam setiap proses diskusi maupun kegiatan siklus.
Adapun tantangan yang dihadapi yakni harus menyelaraskan antara kebutuhan
belajar serta permasalahan belajar peserta didik melalui sinkronisasi data diagnostik,
asesmen, dan observasi kegiatan pembelajaran tanpa meninggalkan ranah Technological
Pedagogical Content Knowledge (TPACK), Culturally Responsive Teaching (CRT), dan
pembelajaran berdiferensiasi. Hambatan nya yakni manajemen waktu yang sangat singkat
untuk melaksanakan keseluruhan tantangan tersebut demi tercapainya alur tujuan
pembelajaran yang sesuai dengan capaian pembelajaran.
C. Alternatif Solusi
Berdasarkan hasil analisis situasi, terdapat langkah untuk menjadi solusi dari
berbagai permasalahan berkenaan dengan peningkatan hasil belajar peserta didik
diantaranya sebagai berikut:
1. Guru perlu mengenali dan memahami peserta didik mengenai ketertarikan atau rasa
penasaran peserta didik dari materi ajar khususnya mata Pelajaran Sejarah terhadap
sesuatu aktual/kontekstual yang ada di sekitar mereka. Ketertarikan atau rasa
penasaran peserta didik tersebut dapat digunakan oleh guru sebagai bahan agar peserta
didik lebih fokus dan berminat dalam memahami dan mengikuti kegiatan pembelajaran
sehingga dapat tercipta proses pembelajaran yang lebih bermakna.
2. Memilih model dan metode pembelajaran yang beragam di setiap pertemuan serta
disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. Hal ini bertujuan agar suasana belajar
menjadi lebih variatif, inspiratif, mengurangi rasa bosan dan menjadi motivasi agar
peserta didik lebih bersemangat mengikuti kegiatan pembelajaran.
3. Menciptakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered) dengan
cara melibatkan peserta didik diseluruh aktivitas pembelajaran. Misalnya memberi
kesempatan bertanya, mengemukakan pendapat / berliterasi, menjawab pertanyaan
pemantik, mencari sumber, menganalisis suatu masalah pada materi ajar, mengerjakan
proyek individu atau kelompok yang perlu di apresiasi guru.
4. Meningkatkan bonding antara guru dan peserta didik yakni dengan kegiatan ice
breaking. Bonding juga dapat diterapkan antar peserta didik satu sama lain, melalui
hal-hal sederhana misal membuat jargon atau yel-yel kelompok. Tujuannya agar dapat
merubah suasana belajar menjadi lebih aktif, selain itu juga untuk menumbuhkan sikap
gotong royong, kerjasama, dan kompetitif antar peserta didik.
5. Memilih asesmen dan unjuk kerja yang disesuaikan dengan alur tujuan pembelajaran
berdasarkan hasil diagnostik, baik itu asesmen formatif maupun dalam pengembangan
LKPD. Hal ini bertujuan agar kegiatan pembelajaran dapat sesuai dengan tingkat
kemampuan peserta didik, karena pada esensinya pembelajaran akan lebih efektif
apabila peserta didik dapat memahami dan memaknai materi dari apa yang sudah
dilakukan selama proses kegiatan pembelajaran.
6. Penggunaan teknologi melalui pengembangan maupun pemanfaatan yang dapat
diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran. Banyak teknologi yang dapat
digunakan guru, misalnya untuk mengembangkan bahan ajar, media pembelajaran,
LKPD, dan asesmen melalui berbagai platform seperti Canva, Wordwall, Quiziz,
beragam softwere Google, dan masih banyak lagi. Selain itu penggunaan sosial media
seperti Instagram, tiktok, dsb juga dapat dimanfaatkan peserta didik sebagai wadah
untuk mengunggah ide kreatif mereka dalam bentuk teks, visual, dan audio visual.

D. Evaluasi
Setelah melaksanakan beragam alternatif solusi yang bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik melalui pembelajaran yang actual dan kontesktual,
kegiatan berpusat pada peserta didik, memilih model dan metode, menggunakan media
yang berbasis teknologi, LKPD atau uji kerja berbasis analisis masalah, serta bonding
melalui ice breaking, jargon atau yel-yel yang dapat digunakan oleh guru selama kegiatan
proses pembelajaran. Keseluruhan alternatif solusi dapat diamati melalui hasil rata-rata
nilai akhir dari penilaian asesmen dan unjuk kerja (diskusi, presentasi, LKPD, hasil karya
dsb), terutama dalam penilaian ranah kognitif dan psikomotorik. Peningkatan hasil belajar
dapat terlihat apabila nilai peserta didik dari keseluruhan nilai yang sudah di rata-rata
berdasarkan berbagai hasil asesmen maupun unjuk kerja tiap pertemuan mengalami
peningkatan nilai yang signifikan hingga melebihi Kriteria Ketuntasan Tujuan
Pembelajaran (KKTP). Adapun dampak yang diperoleh dari solusi yang telah
direalisasikan adalah peserta didik menjadi lebih interaktif dalam mengikuti proses
pembelajaran dari awal sampai akhir, selain itu hasil post-test semakin meningkat dan
unjuk kerja yang dikerjakan juga semakin kreatif dan sesuai dengan materi yang diajarkan
dalam setiap pertemuan.

Anda mungkin juga menyukai