Anda di halaman 1dari 3

Laporan Best Practice

Kolaborasi Peserta Didik melalui Model PjBL yang Diintegrasikan dengan LKPD
Berdiferensiasi pada Materi Pencemaran Lingkungan

Rosyda Fitria, M.Pd

I. Pendahuluan
Pada abad 21 ini, peserta didik juga dituntut keterampilan berpikir kritis (Armando,
2021). Berdasarkan identifikasi dan eksplorasi penyebab masalah serta diperkuat dengan
hasil wawancara, permasalahan yang dikemukakan adalah kurangnya kemampuan
kolaborasi peserta didik dalam pembelajaran.
Penyebab kurangnya kolaborasi peserta didik ini diantaranya adalah peserta didik tidak
memahami tugas kelompok dengan baik, sehingga mereka tidak yakin dari mana harus
memulai, akhirnya peserta didik tidak ikut mengerjakan tugas kelompok. Sedangkan
menurut Nurwahidah (2021) penyebab kurangnya keterampilan kolaborasi adalah
kurangnya bahan ajar yang mendukung salah satunya LKPD. LKPD yang digunakan oleh
guru hampir sama dengan LKPD yang berupa full teks, kurang menarik bagi peserta didik
dan tidak mengarah pada kegiatan-kegiatan saintifik. Berdasarkan permasalahan tersebut
Best Practice yang saya kemukakan adalah “Kolaborasi Peserta Didik melalui Model
PjBL yang Diintegrasikan dengan LKPD Berdiferensiasi pada Materi Pencemaran
Lingkungan”.

II. Pembahasan
Tantangan yang dihadapi saat melaksanakan PjBL adalah alokasi waktu, pemahaman
peserta didik yang bervariasi dan monitoring proyek. PjBL memerlukan waktu yang tidak
sedikit untuk mengerjakan proyek sampai selesai. Mengatasi tantangan ini guru membuat
kesepakatan penjadwalan untuk pengerjaan proyek, selain itu peserta didik juga membuat
penjadwalan pengerjaan proyek secara berkelompok dengan guideline jadwal yang sudah
disepakati bersama guru.
Tantangan pemahaman yang bervariasi dikarenakan berbedanya tingkat pemahaman
peserta didik terhadap arahan, juga adanya perbedaan kebutuhan belajar peserta didik.
Tantangan ini diatasi dengan membuat LKPD berdiferensiasi. peserta didik dapat lebih
mudah memahami petunjuk pengerjaan proyek dan informasi dari permasalahan yang
disajikan. Selain itu membuat kelompok homogen berdasarkan gaya belajar peserta didik
membuat siswa lebih mudah berdiskusi dan berkolaborasi dalam pengerjaan proyek.
Monitoring proyek mengalami kendala karena harus dilanjutkan di luar jam sekolah.
Sehingga guru mengalami kesulitan untuk memonitoring proyek kelompok apabila peserta
didik tidak memberikan respon atau laporan. Mengatasi permasalahan tersebut, guru
memantau dan mengingatkan peserta didik mengenai kesepakatan penjadwalan dan cara
pelaporan.
Inovasi pembelajaran PjBL yang diintegrasikan dengan bahan ajar LKPD
berdiferensiasi menunjukkan adanya kolaborasi peserta didik dilihat dari hasil penilaian
profil pelajar Pancasila pada dimensi bergotong royong elemen kolaborasi pada pengerjaan
proyek. Hasil yang diperoleh menunjukkan dominasi penilaian berada pada kriteria
berkembang sesuai harapan 24 siswa dan sangat berkembang 8 siswa, dari 35 siswa hanya 3
siswa yang berada pada kriteria mulai berkembang. Disimpulkan bahwa, Kolaborasi siswa
dapat ditingkatkan melalui penerapan PjBL dan LKPD berdiferensiasi.

III. Kesimpulan
Kemampuan kolaborasi siswa dapat ditunjukkan melalui penerapan PjBL dan LKPD
berdiferensiasi. rencana tindak lanjut yang akan dilakukan untuk memperbaiki inovasi
pembelajaran ke depannya adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan modul ajar dan bahan ajar pendukung seperti LKPD
2. Menyampaikan alokasi waktu saat pengerjaan proyek pada PjBL
3. Memanfaatkan teknologi interaktif untuk dapat mewadahi monitoring proyek

Daftar Pustaka

Nurwahidah, dkk. 2021. Meningkatkan Keterampilan Kolaborasi Siswa Menggunakan Lembar Kerja Siswa
Berbasis Sain fik . REFLECTION JOURNAL Desember 2021 Vol. 1, No. 2.
h.ps://doi.org/10.36312/rj.v1i2.556

Armando, Romein. 2021. Mewujudkan Keterampilan 4c Siswa Di Abad 21 Melalui Model


Pembelajaran Berbasis Masalah. Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan:Universitas Lambung Mangkurat . Banjarmasin

Anda mungkin juga menyukai