Anda di halaman 1dari 26

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran merupakan perpaduan yang harmonis antara kegiatan

pengajaran yang dilakukan guru dan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa.

Dalam kegiatan pembelajaran tersebut, terjadi interaksi antara siswa dengan siswa,

interaksi antara guru dan siswa, maupuban interaksi antara siswa dengan sumber

belajar. Diharapkan dengan adanya interaksi tersebut, siswa dapat membangun

pengetahuan secara aktif, pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, serta dapat memotivasi peserta didik sehingga

mencapai kompetensi yang diharapkan.

UU nomer 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (permen no

22 tahun 2003) Bab I pasal 1 ayat 1 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan negara.

Dalam pembelajaran atau proses belajar guru berperan sebagai perencana

dan pemeran maksudnya pada gurulah tugas dan tanggung jawab merencanakan

dan melaksanakan pengajaran di sekolah. Guru sebagai tenaga professional harus

memiliki delapan standar yang diantaranya kemampuan mengaplikasikan berbagai

strategi pembelajaran dalam bidang pengajaran, kemampuan dalam memilih dan 1


2

menerapkan metode pengajaran yang efektif dan efisien, melibatkan siswa

berpartisipasi aktif, dan membuat suasana belajar yang menunjang tercapainya

tujuan pembelajaran yang telah diterapkan dalam standar kopetensi dan kopetensi

dasar. Pembelajaran akan tercapai keberhasilanya apabila seorang guru merancang

dan melaksanakan proses pembelajaran yang tepat, dengan pembelajaran yang

terprogram akan tercipta suasana belajar yang menyenagkan, siswa tidak cepat

jenuh dan bosan, sehingga peserta didik dapat secara aktif mengembangkan

potensi dirinya.

Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar memegang peranan yang

sangat vital. Mengajar adalah proses bimbingan kegiatan belajar, bahwa kegiatan

hanya bermakna apabila terjadi kegiatan murid. Semakin intensif pengalaman

yang dihayati oleh peserta didik, semakin tinggi kualitas proses belajar-mengajar.

Intensitas pengalaman belajar dapat dilihat dari tingginya keterlibatan siswa dalam

hubungan belajar-mengajar dengan guru dan obyek belajar/bahan ajar. Yang

sekarang sering kita temui Pengajaran lebih cenderung guru aktif, sedangkan siswa

pasif sehingga keterlibatan siswa dalam belajar sangat rendah dan siswa hanyalah

sebagai obyek, sementara guru aktif dan mendominasi.

Peningkatan dibidang akademik merupakan tujuan yang ingin dicapai baik

oleh pihak pemerintah, masyarakat sebagai konsumen. Faktor utama yang

menentukan peningkatan mutu akademik siswa adalah mengelola kegiatan belajar

mengajar oleh guru. Guru dalam peningkatan mutu pendidikan harus selalu

berusaha meningkatkan potensi dirinya dalam pembelajaran. Mutu pendidikan


3

dikatakan baik jika hasil belajar siswa menunjukkan peningkatan. Dominasi guru

dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa terjadi dalam proses pembelajaran di

dalam kelas. Proses pembelajaran yang selama ini terjadi banyak menggunakan

metode ceramah. Dalam proses belajar mengajar dengan metode ceramah siswa

menjadi pendengar dari ceramah guru saja, siswa menjadi pasif hasil belajar siswa

menjadi rendah. Metode ceramah inilah yang sering digunakan oleh para guru

Biologi dalam proses pembelajaran

Agar proses pembelajaran berhasil, guru harus berperan secara ktif,

diantaranya dalam hal mendorong siswa untuk aktif belajar dan memberikan

pengalaman belajar kepada siswa. Dalam melakukan proses pembelajaran guru

dapat memilih beberapa metode mengajar. Metode mengajar banyak sekali

jenisnya, masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Kekurangan suatu metode dapat ditutup dengan metode yang lain, sehingga

guru dapat menggunakan beberapa metode dalam melakukan proses pembelajaran.

Pemilihan suatu metode perlu memperhatikan beberapa hal seperti yang

disampaikan, tujuan pembelajaran, waktu yang tersedia, jumlah siswa, mata

pelajaran, fasilitas dan kondisi siswa dalam pembelajaran serta hal-hal yang

berkaitan dengan keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran.

Pelajaran biologi yang sebenarnya sangat penting menjadi hal yang

membosankan dan kurang diminati para siswa kurang menarik dan kurang variatif

dapat menjadikan proses pembelajaran itu menjenuhkan. Akibatnya hasil belajar

siswa tidak dapat ditingkatkan. Sebaliknya hasil belajar siswa dapat ditingkatkan
4

jika ada upaya mengubah proses pembelajaran. Yakni dari proses pembelajaran

yang menjenuhkan diubah menjadi proses pembelajaran yang menarik dan bahkan

mungkin yang mengasyikkan.

Pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) menekankan

pada peningkatan kerja sama kelas. Kelas dibagi dalam kelompok-kelompok

belajar yang terdiri dari siswa-siswa yang bekerja sama dalam satu perencanaan

kegiatan. Dalam pembelajaran ini setiap anggota kelompok diharapkan dapat

saling bekerja sama dan bertanggungjawab baik kepada dirinya sendiri maupun

kepada anggota kelompoknya. TGT (Teams Games Tournament) merupakan salah

satu metode pembelajaran yang inovatif, menarik, mendorong keaktifan siswa

sehingga hasil belajar siswa meningkat

Dalam metode TGT setiap siswa dituntut untuk bekerja secara kelompok

guna menyelesaikan tugas atau materi yang diberikan secara sistematis

berdasarkan tahap-tahap yang telah ditentukan. Penerapan metode pembelajaran

TGT dengan bimbingan guru yang intensif memberikan pengaruh yang positif

terhadap pembelajaran biologi khususnya materi klasifikasi makhluk hidup.

Sehingga dengan metode yang efektif tersebut di harapakan dapat mendukung

peningkatan hasil belajar siswa pada materi klasifikasi makhluk hidup.

Berdasarkan uraian latar belakang yang di paparkan di atas maka,penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul” Upaya Peningkatan Hasil

Belajar Materi Klasifikasi Makhluk Hidup Melalui Pembelajaran Kooperati

Tipe TGT Siswa Kelas X SMA Nasional Makassar.”


5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pokok permasalahan yang di uraikan di latar belakang

masalah tersebut maka, dapat di rumuskan rumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimana upaya peningkatan hasil belajar materi klasifikasi akhluk Hidup

melalui pembelajaran kooperati tipe TGT siswa kelas X SMA Nasional

Makassar.?

2. Apa faktor penghambat upaya peningkatan hasil belajar materi klasifikasi

makhluk hidup melalui pembelajaran kooperati tipe TGT siswa kelas X

SMA Nasional Makassar.?

C. Tujuan Penelitian

Adapaun tujuan di lakukan penelitian ini yang berlokasi di SMA Nasional

Kota Makassar adalah :

1. Untuk mengetahui Bagaimana upaya peningkatan hasil belajar materi

klasifikasi akhluk Hidup melalui pembelajaran kooperati tipe TGT siswa

kelas X SMA Nasional Makassar

2. Untuk mengetahui Apa faktor penghambat upaya peningkatan hasil belajar

materi klasifikasi makhluk hidup melalui pembelajaran kooperati tipe TGT

siswa kelas X SMA Nasional Makassar

A. Manfaat Penelitian.

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak

khususnya dunia pendidikan baik secara teoritis maupun praktis.


6

` Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat menambah pengetahuan baik bagi peneliti maupun bagi guru terkait

upaya peningkatkan hasil belajar siswa tentang klasifikasi makhluk hidup

melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT

b. Dapat di jadikan sebagai referensi bagi penelitian yang akan datang terkati

upaya Peningkatkan hasil belajar siswa tentang klasifikasi makhluk hidup

melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT

2. Manfaat Praktis.

a. Dapat di jadikan sebagai pedoman bagi para guru di sekolah dalam dalam

melaksanakan proses belajar mengajar terkait upaya Peningkatkan hasil

belajar siswa tentang klasifikasi makhluk hidup melalui model

pembelajaran kooperatif tipe TGT

b. Penelitian ini di harapkan bisa berguna bagi masyarakat luas terutama bagi

sekolah terkait.
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep TGT

1. Pengertian TGT

Pengertian model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games

Tournament) merupakan pembelajaran dengan menggunakan strategi

kelompok. Tipe TGT (Team Games Tournament) adalah salah satu model

pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan, dengan melibatkan seluruh

aktivitas siswa tanpa ada perbedaan status sosial, melibatkan peran siswa

sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur belajar dengan bermain. Model

pembelajaran tipe TGT (Team Games Tournamnet) adalah salah satu tipe

model pembelajaran yang beranggotakan 5 sampai dengan 6 dengan

menempatkan siswa yang memiliki kemampuan kognitif, afektif dan

psikomotorik yang berbeda beda, karakteristik yang berbeda dan latar belakang

berbeda.

Menurut Slavin (2005: 163) menyatakan “TGT adalah model

pembelajaran kooperatif yang menggunakan turnamen akademik dalam

menggunakan kuis-kuis, dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka

dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti

mereka.
8

Sedangkan Asma (2006: 54) menyatakan “Model TGT adalah suatu

model pembelajaran oleh guru dan diakhiri dengan memberikan sejumlah

pertanyaan kepada siswa

Menurut Susanto teknik TGT yaitu, siswa dengan jenis kecerdasan dan

kelamin yang berbeda dikelompokkan sehingga kelompok lebih heterogen

dengan jumlah lima sampai enam siswa untuk belajar bersama. Perbedaan yang

ada dalam satu kelompok mendorong mereka saling membantu satu sama lain

Menurut Saco (dalam Rusman, 2013: 224) mengatakan bahwa dalam

TGT siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk

memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun

oleh guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan

dengan materi pelajaran

Berdasarkan uraian tersebut, maka model pembelajaran Teams Games

Tournamen (TGT) dalam penelitian ini adalah salah satu model pembelajaran

secara berkelompok, proses pembelajaran yang dilakukan disajikan dalam

bentuk turnamen akademik. Model Teams Games Tournamen (TGT) adalah

model yang didalam langkah-langkah pembelajaran terdapat penghargaan bagi

kelompok yang berhasil.

2. Karakteristik Teams Games Tournament

Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT), menurut

Slavin (2011:67) ada lima komponen utama dalam pembelajaran tipe Teams

Games Tournament yaitu:


9

a. Penyajian Kelas (Class Presentation)

Penyajian kelas dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT tidak berbeda

dengan pengajaran biasa, hanya pengajaran lebih difokuskan pada materi

yang sedang dibahas. Ketika penyajian kelas berlangsung mereka sudah

berada dalam kelompoknya. Dengan demikian mereka memperhatikan

dengan serius selama pengajaran penyajian kelas berlangsung sebab

setelah ini mereka harus mengerjakan games akademik dan skor mereka

akan menentukan skor kelompok mereka.

b. Kelompok (Teams)

Kelompok disusun dengan beranggotakan 4-5 orang yang mewakili

pencampuran dari berbagai keragaman dalam kelas seperti kemampuan

akademik, jenis kelamin, ras, atau etnik. Fungsi utama mereka

dikelompokan adalah anggota-anggota kelompok saling meyakinkan

bahwa mereka dapat bekerjasama dalam belajar dan mengerjakan games

dan lebih khusus lagi menyiapkan semua anggota dalam menghadapi

kompetisi.

c. Permainan atau Games

Pertanyaan dalam games disusun dan dirancang dari materi yang relevan

dengan materi yang telah disajikan untuk menguji pengetahuan yang

diperoleh masing-masing kelompok. Sebagian besar pertanyaan pada kuis

adalah benuk sederhana. Setiap siswa mengambil sebuah kartu yang berisi
10

nomor dan menjawab pertanyaan sesuai dengan nomor pada kartu

tersebut.

d. Kompetisi atau turnamen

Turnamen adalah susunan beberapa games yang dipertandingkan.

Biasanya dilaksanakan pada akhir minggu atau akhir unit pokok bahasan,

setelah guru memberikan penyajian kelas dan kelompok mengerjakan

lembar kerjanya.

e. Pengakuan kelompok (teams recognition)

Pengakuan kelompok dilakukan dengan memberikan penghargaan berupa

hadiah atau sertifikat atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama

belajar sehingga mencapai kriteria yang telah disepakati bersama.

3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Berikut kelebihan dan kelemahan dari model TGT menurut Rusman,

(2014:224)

1) Kelebihan model TGT

a) Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas

b) Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu

c) Proses belajar mengajar mengikut sertakan keaktifan peserta didik

d) Mendidik peserta didik untuk bersosialisasi

e) Motivasi peserta didik belajar lebih tinggi

f) Hasil belajar lebih baik

g) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi


11

2) Kelemahan model TGT

a) Bagi guru

Sulit mengelompokkan peserta didik yang memiliki kemampuan

heterogen pada bidang akademis.

b) Bagi Peserta Didik Kesulitan membagi kelompok yang memiliki

kemampuan tinggi dan kurang memahami materi saat berdiskusi.

4. Manfaat Pembelajaran Model TGT

Menurut Sardiman manfaat dari model pembelajaran TGT adalah:

a. Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas

b. Mengedepankan penerimaan perbedaan individu

c. Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara dalam

d. Proses belajar dan mengajar dengan keaktifan dari siswa

e. Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain

f. Motivasi belajar lebih tinggi 7. Hasil belajar lebih baik

g. Menngkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi

Berdasarkan kajian teori model pembelajaran TGT yang

diungkapkan di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan pembelajaran model TGT adalah pembelajaran kooperatif secara

berkelompok dan menyenangkan yang beranggotakan – orang per

kelompok untuk saling mendukung satu dengan lainnya sehingga berhasil

dalam pembelajaran yang dilakukan secara turnamen atau permainan

dalam pembelajaran dengan langkah-langkah pembelajaran: (a)


12

melibatkan siswa mencari informasi mengenai materi belajar; (b)

memfasilitasi siswa belajar dalam kelompok dengan pemberian tugas

LKS dan membimbing kelompok bekerja dan belajar; (c) memfasilitasi

siswa menyajikan hasil kerja kelompok; (d) memfasilitasi siswa

melakukan game turnamen; dan (e) memberi penghargaan kepada

kelompok yang mencapai skor dengan kriteria tertentu

B. Pengertian Hasil Belajar Siswa

1. Defenisi Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar merupakan perubahan yang diperoleh siswa setelah

mengalami aktivitas belajar. Perubahan yang diperoleh tersebut tergantung pada

apa yang dipelajari oleh siswa. Keberhasilan seseorang dalam proses belajar

mengajar paling banyak di ukur dengan alat ukur tes belajar, yang diberikan di

akhir pembelajaran atau di akhir semester. Hasil belajar yang dapat dihasilkan

oleh siswa tergantung pada proses belajarnya. Hasil belajar adalah kemampuan

atau prestasi siswa yang siswa capai setelah melalui proses belajar mengajar.

Sudjana (2011:22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Untuk memberikan pengertian tentang hasil belajar maka akan diuraikan

terlebih dahulu dari segi bahasa. Pengertian ini terdiri dari dua kata ‘hasil’ dan

‘belajar’. Dalam KBBI hasil memiliki beberapa arti: 1) Sesuatu yang diadakan

oleh usaha, 2) pendapatan; perolehan; buah. Sedangkan belajar adalah

perubahan tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.


13

Menurut Susanto (2015:5) mengatakan bahwa hasil belajar siswa adalah

kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena

belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk

memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam

kegiatan pembelajaran atau kegiatan intruksional, biasanya guru menetapkan

tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai

tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan intruksional.

Menurut Purwanto (2014:44) hasil belajar dapat dijelaskan dengan

memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”.

Pengertian hasil (product) menunjukkan pada suatu perolehan akibat

dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mangakibatkan berubahnya input

secara fungsional. Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena

adanya kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi (finished

goods)

Hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi

belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa.

Winkle (dalam Nana Sudjana, 2002:45) mengatakan bahwa “hasil belajar

adalah bukti keberhasilan yang dicapai oleh siswa”. Jadi, dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar adalah bukti yakni nilai atau prestasi yang didapat siswa.

Menurut Putri (2013:31), interaksi yang baik antara guru dan siswa dalam

pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa.Terlebih jika dalam

pembelajaran guru dapat menyesuaikan antara materi dan media pembelajaran,


14

serta adanya iklim pembelajaran yang baik sehingga dapat menciptakan suasana

belajar yang kondusif, maka tujuan pembelajaran dapat tercapai dan terjadi

peningkatan hasil belajar siswa.

Baik atau buruknya hasil belajar tergantung pada individu siswa yang

belajar dan guru yang mengajar, karena hasil belajar diperoleh dari siswa yang

mengalami proses pembelajaran dan guru yang mengajarnya. Seberapa baik

siswa menerima pelajaran dalam proses belajar mengajar dan seberapa baik

guru membuat pembelajaran menjadi menarik untuk siswa terima adalah salah

satu faktor penentu hasil belajar.

2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa.

. Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa

factor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Slamento (2010)

mengemukakan faktor – faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor

internal dan faktor eksternal. Factor internal meliputi kesehatan, intelegensi dan

bakat, minat dan motivasi, dan cara belajar. Sedangkan factor eksternal meliputi

keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar.

a. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri, meliputi :

1) Kesehatan

Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap

kemampuan belajar. Bila seseorang tidak sehat dapat mengakibatkan

tidak bergairah untuk belajar. Demikian pula jika kesehatan rohani

kurang baik dapat menganggu atau mengurangi semangat belajar.


15

Dengan semangat belajar yang rendah tentu akan menyebabkan hasil

belajar yang rendah pula.

2) Intelegensi dan bakat

Kedua aspek kejiwaan ini besar sekali pengaruhnya terhadap

kemampuan belajar. Seseorang yang memiliki intelegensi baik (IQnya

tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnya cenderung baik.

Sebaliknya orang yang intelegensinya rendah, cenderung mengalami

kesulitan dalam belajar, lambat berpikir, sehingga hasil belajarnya pun

rendah. Orang yang memiliki bakat akan lebih mudah dan cepat pandai

bila dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki bakat. Bila

seseorang mempunyai intelegensi tinggi dan bakat dalam bidang yang

dipelajari, maka proses belajarnya akan lancar dan sukses.

3) Minat dan motivasi

Minat dan motivasi adalah dua aspek psikis yang besar pengaruhnya

terhadap pencapaian hasil belajar. Minat belajar ynag besar cenderung

memperoleh hasil belajar yang tinggi, sebaliknyaminat belajar kurang

akan memperoleh hasil belajar yang rendah. Seseorang yang belajar

dengan motivasi yang kuat, akan melaksanakan semua kegiatan

belajarnya dengan sungguh – sungguh, penuh gairah atau semangat.

Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi hasil

belajar. Minat dan motivasi belajar ini dapat juga dipengaruhi oleh

cara guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Guru yang


16

menyampaikan materi dengan metode dan cara yang inovatif akan

mempengaruhi juga minat dan motivasi siswanya.

4) Cara belajar

Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil belajar.

Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis, psikologis,

dan ilmu kesehatan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan.

Cara belajar antar anak berbeda – beda. Ada anak yang dapat dengan

cepat menyerap materi pelajaran dengan cara visual atau melihat

langsung, audio atau dengan cara mendengarkan dari orang lain dan

ada pula anak yang memiliki cara belajar kinestetik yaitu dengan gerak

motoriknya misalnya dengan cara berjalan – jalan dan mengalami

langsung aktivitas belajarnya.

b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri, meliputi:

1. Keluarga

Keluarga sangatlah besar pengaruhnya terhadap keberhasilan siswa dalam

belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya

penghasilan, cukup atau kurang perhatian dan bimbingan orang tua,

kerukunan antar anggota keluarga, hubungan antara anak dengan anggota

keluarga yang lain, situasi dan kondisi rumah juga mempengaruhi hasil

belajar.

2. Sekolah
17

Keadaan sekolah tempat belajar mempengaruhi keberhasilan belajar.

Kualitas guru, metode mengajar, kesesuaian kurikulum dengan

kemampuan siswa, keadaan fasilitas di sekolah,keadaan ruangan, jumlah

siswa perkelas, pelaksanaan tata tertib sekolah, dan sebagainya, semua

mempengaruhi hasil belajar siswa. Metode pengajaran guru yang inovatif

dapat pula mempengaruhi hasil belajar siswa. Metode mengajar dengan

model koopertif misalnya, dengan siswa belajar secara kelompok dapat

merangsang siswa untuk mengadakan interaksi dengan temannya yang

lain. Teknik belajar dengan teman sebaya pun dapat mengaktifkan

keterampilan proses yang dimiliki oleh anak.

3. Masyarakat

Keadaan masyarakat juga menentukan hasil belajar siswa. Bila di sekitar

tempat tinggal siswa keadaan masyarakatnya terdiri dari orang – orang

yang berpendidikan, akan mendorong siswa lebih giat lagi dalam belajar.

Tetapi jika di sekitar tempat tinggal siswa banyak anak – anak yang nakal,

pengangguran, tidak bersekolah maka akan mengurangi semangat belajar

sehingga motivasi dan hasil belajar berkurang.

4. Lingkungan sekitar.

Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat mempengaruhi hasil

belajar. Bila rumah berada pada daerah padat penduduk dan keadaan lalu

lintas yang membisingkan, banyak suara orang yang hiruk pikuk, suara
18

mesin dari pabrik, polusi udara, iklim yang terlalu panas, akan

mempengaruhi gairah siswa dalam belajar. Tempat yang sepi dan

beriklim sejuk akan menunjang proses belajar siswa.

3. Indikator Hasil Belajar Siswa

Menurut Sudjana (2016:22) Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan

yang dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman belajarnya. Dalam

sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler

maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Bloom

(dalam Sudjana, 2016:22-23), yang secara garis besar membaginya menjadi tiga

ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.

a. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari

enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,

analisis, sintetis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif

rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi

b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni

penerrimaan, jawaban, atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

c. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yaknin (a)

gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan

perceptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan

kompleks, dan (f) gerakan ekpresif dan interpretatif.


19

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan model konseptual akan teori yang saling

berhubungan satu sama lain terhadap berbagai faktor yang telah diidentifikasi

sebagai masalah yang penting. Berikut ini adalah kerangka pikir yang akan di

jadikan sebagai dasar dalam melakukan penelitian nantinya:

Model pembelajaran kooperatif TGT

Faktor penghambat hasil


Hasil belajar siswa
belajar siswa

Peningkatan hasil belajar

siswa
20

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Tipe Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah

suatu proses penelitian yang menghasilkan deskripsi dari orang-orang atau

perilaku dalam bentuk kata-kata baik lisan maupun tulisan. Salah satu ciri

penelitian kualitatif adalah bersifat deskriptif dimana data di rangkumkan

melalui , gambaran dan bukan angka. Metode penelitian kualitatif ini juga di

istilahkan dengan bentuk naturalistik, karena pengkajiannya berdasarkan

perinsip yang alamih (naturalsetting).(Sugiyono : 2013). Data tersebut lebih

banyak bercerita mengenai objek penelitian sehingga tujuan penelitian dapat

tercapai.

2. Tipe penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif yang dimana

melalui metode penelitian kualitatif yaitu memberikan gambaran tentang

masalah yang diteliti terkait analisis starategi kepala sekolah dalam

meningkatkan program sekolah di SMA Madani Kota Makassar ..

B. Waktu Dan Lokasi Penelitian.

Waktu yang di butuhkan dalam penelitian ini selama 2 bulan terhitung

setelah pelaksanan ujian seminar, dan lokasi bertempat di sekolah SMA Nasional

Kota Makassar .
21

C .Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ada dua yaitu :

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang peneliti dapat secara langsung dari

sumbernya yaitu para informan yang menjadi objek penelitian peneliti.

Peneliti mendatangi dan melakukan wawancara langsung untuk

mendapatkan hasil atau data yang valid dari informan secara langsung

agar dalam menggambarkan hasil penelitian lebih mudah.

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan suatu data yang diperoleh melalui media

dengan maksud untuk melengkapi data primer seperti buku, artikel,

internet, atau jurnal ilmiah yang saling berkaitandari objek yang di teliti

sehingga penelitian lebih akurat.

D. Informan Penelitian

Informan penelitian adalah untuk memperoleh data guna kepentingan serta

adanya hasil, maka diperlukan informan yang memahami dan mempunyai kaitan

dengan permasalahan yang sedang diteliti. Sehingga dalam proses penelitian

peneliti bisa mampu mendapatkan informasi yang akurat dan detail tentang pokok

permasalahan yang di teliti oleh penulis. Informan yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Guru SMA Nasional Kota Makassar

b. Siswa kelas X SMA Nasional Kota Makassar


22

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa cara dalam

pengumpulan data yaitu:

1. Observasi

Observasi adalah tinjauan langsung yang bertujuan dengan

membandingkan referensi atauliteratul yang ada dengan apa yang betul-betul

terjadi/berlangsung dilapangan. Observasi ini dilakukan dengan cara peneliti

mendatangi lokasi penelitian, selanjutnya melakukan peninjauan serta

penilaian kejadian-kejadianyang terjadi di lokasi penelitian..

2. Wawancara

Wawancara atau diskusi, dilakukan melalui metode formal maupun

informal. Wawancara ini bertujuan untuk memperkuat apa yang telah didapat

dari observasi langsung. Dalam penelitian ini digunakan teknik wawancara

mendalam (indepth iterview) yaitu dengan mengumpulkan sejumlah data dari

informandata ini di dapatkan melalui jawaban yang di berikan oleh para

informan berdasarkan pertanyaan yang disiapkan oleh peneliti, sehingga

akurasi dari data bisa diperoleh oleh peneliti.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunan metode observasi

dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumentasi merupkan catatan

peristiwa massa lampau. Hasil penelitian dari observasi dan wawancara akan

lebih kredibel ( dapat dipercaya) jika didukung oleh dokumentasi.


23

F. Teknik Analisis Data

Pengujian data yang di lakukan dengan cara pengumpulan data melalui

metodelogi pencatatan ataupun dialektika untuk bisa mendapatkan informasi yang

akurat dan mudah di pahami baik oleh individu ataupun orang lain agar bisa di

gunakan sebagai referensi dalam bertindak.(Sugiyono : 2013).

Untuk menganalisis data, penelitian ini menggunakan analisis datacara

padagogik, Milles dan Huberman yaitu terdapat tiga proses yang berlangsung

secara interaktif. Pertama yaitu,penyederhanaan argumentasi berupa,

memfokuskan, pengerucutan, serta penyimpulan informasi dari berbagai sumber

yang didapatkan berupa dokumen, arsip, serta hal lainnya, sementara jalan

memperjelas, memperpendek,membuang yang tidak perlu, menentukan fokus, lalu

mengumpulkan informasi untuk di jadikan sebagai kesimpulan Kedua,penyaringan

data yang di perlukan dengan baik agar lebih mudah untuk di pahami.

Penyaringan bisa berupa matrik, gambar, skema, jaringan kerja, tabel dan

seterusnya. Yang ketiga melakukan penyimpulan sementra secara, terbuka dan

skeptic. Kesimpulan akhir akan dilakukan setelah pengumpulan data berkahir

(Sugiyono : 2013).
24

G. Keabsahan Data

Dalam Penelitian kualitatif, data bisa di katakan akurat ketika terjadi

keselarasan antara yang di laporkan dengan apa yang perbedaan antara yang

sesungguhnya terjadipada obyek penelitian,

Untuk menguji kebenaran informasi pada metodologi inidapat digunakan

uji kredibilitas. Menurut (Sugiyono :2013) untuk menguji kredibilitas suatu

penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu:

1. Perpanjangan pengamatan

Hal ini di lakukan ketika peniliti masih menemukan kekeliruan dari hasil

penelitiannya sehinga mengharuskan untuk melakukan peninjauan kembali ke

lokasi penelitian sehinga bisah mendapatkan informasi yang lebih akurat lagi

dari apa yang sudah di dapatkan sebelumnya, hal ini juga akan mempererat

hubungan emosional antara peneliti dan masyrakat yang menjadi objek

penelitiannya.

2. Meningkatkan Ketekunan

Lebih mencermati lagi hal yang ingin di teliti dengan cara lebih

memfokuskan diri pada hal yang ingin di teliti sehingga lebih sistemmatis dan

lebih jelih lagi untuk melihat apakah data yang di kumpulkan itu benar atau

salah.

3. Triangulasi

Pengujian kebenaran informasih dengan berbagai cara dan berbagai

kondisi berupa pengujian kebenaran serta akurasi data harus dengan berbagai
25

cara.hal ini di lakukan dengan tiga cara yakni triangulasi data berupa pemilihan

dan pemilahan data yang akurat dan tidak akurat. Kedua, triangulasi teknik

yakni berupa mengecek kebenaran data dengan mengujinya dengan satu sember

dengan sumber yang berbeda.Ketiga, triangulasi waktu yaitu data yang

dikumpulkan dengan teknik melihat kondisi sikologis informan yang di nilai

berdasarkan waktu wawancara antara pagi, siang ataupun sore hari.

4. Analisis kasus negative

Analisis kasus yang tidak sesuai atau bertentangan dengan kasus yang

sebenarnya dalam jangka waktu tertentu apabila pada waktu itu tidak di

temukan lagi data yang lain atau data yang bertentangan maka data yang di

peroleh dianggap benar dan di jadikan sebagai referensi

5. Menggunakan bahan referensi

Hal ini di lakukan dengan cara memperlihatkan bukti berupa gambar

ataupun suara rekaman antara peneliti dan informan sehingga ada pembuktian

yang kongkret bahwa peneliti betul-betul melakukan penelitian dan data yang di

dikumpulkan adalah data berdasarkan penelitian bukan hanya asumsi peneliti

atau opini.
26

DARTAR PUSTAKA

Asma, Nur. (2006). Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Departemen Pendidikan


Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Ahmad Susanto. 2015. Teori Belajar Dan Pembelajaran Disekolah Dasar. Jakarta:
Prenada Media
Andianti, Putri Yohana. 2013. Penerapan Metode Inkuiri untuk Meningkatkan
Aktivitas dan Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Salatiga 08
Kecamatan Sidorejo Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013. Salatiga:
Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Kristen Satya Wacana.
Purwanto. (2014). Evaluasi Hasil belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Rusman. (2013). Metode-Metode Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme
Guru. : PT RajaGrafindo Persada
Slavin, Robert E. 2011. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung:
Nusa Media.
Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: IKIP Semarang
Press
Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil dan Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda
Karya.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. (2002). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Slavin, Robert E. (2005). Cooperative Laerning. London: Allymand Bacon.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai