Anda di halaman 1dari 241

2019

SMK/MAK

jilid 3

Agribisnis Pembibitan
dan Kultur Jaringan

bidang keahlian Agribisnis dan Agroteknologi Pemuliaan dan Perbenihan


program keahlian Agribisnis Tanaman Tanaman

Laela Yuliawati
Elah Herliah
Etti Mulyati
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

REDAKSIONAL

Pengarah:
Direktur Pembinaan SMK
Kepala Sub Direktorat Kurikulum
Kepala Seksi Penilaian
Kepala Seksi Pembelajaran

Penulis:
Laela Yuliawati
Elah Herliah
Etti Mulyati

Pengendali Mutu:
Winih Wicaksono

Penyunting:
Rais Setiawan
Erna Fauziah

Editor:
Raditya Setyo Hardani

Desain Sampul
Sonny Rasdianto

Layout/Editing:
Indah Mustika Ar Ruum
Apfi Anna Krismonita
Ratna Murni Asih

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN iii
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

KATA PENGANTAR KATA PEN-


GANTAR
Dalam menyediakan referensi materi pembelajaran bagi guru dan peserta didik
di SMK, Direktorat Pembinaan SMK berupaya menyediakan bahan ajar kejuruan
yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran di SMK pada mata pelajaran C2 dan
CJ dari 142 kompetensi keahlian yang ada pada Perdirjen Dikdasmen
Nomor 06/D.DS/KK/2018 tanggal 7 Juni 2018 tentang Spektrum Keahlian SMK/
MAK dan Struktur Kurikulum 2013 sesuai Perdirjen Dikdasmen Nomor 07/D.
DS/KK/2018 tanggal 7 Juni 2018 ten tang Struktur Kurikulum SMK/MAK.
Bah an ajar yang disusun pad a tahun anggaran 2019 diharapkan
dapat rnenumbuhkan motivasi belajar bagi peserta didik maupun guru kejuruan
di SMK. Karena bahan ajar yang telah disusun ini selain menyajikan materi secara
tertulis, juga dilengkapi dengan beberapa materi yang bersifat interaktifdengan
penggunaan tautan pencarian yang dapat mernperluas pernahaman individu yang
menggunakannya.
Bahan ajar kejuruan yang disusun pada tahun 2019 ini disusun oleh para
guru kejuruan di SMK yang telah berpengalalaman menyelenggarakan proses
pembelajaran sesuai dengan kompetensi keahlian masing-rnasing. Oleh karena itu,
diharapkan dapat menjadi referensi bagi guru yang mengarnpu m a t a pelajaran yang
sama pada program keahlian sejenis di SMK seluruh Indonesia.
Kepada para guru penyusun bahan ajar kejuruan yang telah mendedikasikan
waktu, kompetensi, clan perhatiannya, Direktorat Pembinaan SMK menyampaikan
ucapan terimakasih. Diharapkan karya ini bukan merupakan karya terakhir, namun
seterusnya akan dilanjutkan dengan karya-karya berikutnya, sehingga SMK
rnempunyai guru-guru yang procluktif dan kreatif dalam menyumbangkan
pemikiran, potensi dan kornpetensinya bagi pengembangan pernbelajaran di SMK.

SMK Bisa! SMK Hebat!

PEMULIAAN DAN
iv PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

PRAKATA
PRAKATA

Buku ini disusun untuk memenuhi kebutuhan bahan ajar kelas XIII pada
kompetensi keahlian Pemuliaan dan Perbenihan Tanaman. Dengan adanya perubahan
spektrum sekolah menengah kejuruan dimana lama waktu belajar dari 3 tahun
menjadi 4 tahun, maka berdampak pada kebutuhan sarana dan prasarana termasuk
kebutuhan bahan ajar.
Buku yang berjudul ”Agribisnis Pembibitan dan Kultur Jaringan Tanaman Kelas
XIII”, disusun berdasarkan kurikulum 2013 edisi revisi yang membahas mengenai
teknik penyiapan laboratorium kultur jaringan tanaman perkebunan, teknik
penyiapan peralatan kultur jaringan tanaman perkebunan, teknik sterilisasi ruang,
alat, dan bahan kultur jaringan tanaman perkebunan, teknik pembuatan larutan stok,
teknik pembuatan media kultur jaringan tanaman perkebunan, teknik penyiapan
bahan tanam/ eksplan tanaman perkebunan, teknik inokulasi bahan tanam/ eksplan
tanaman perkebunan, teknik penumbuhan bibit dan pengendalian ruang kultur dan
teknik aklimatisasi plantlet tanaman perkebunan
Kami berharap buku ini dapat menjadi salah satu referensi bagi peserta didik
di kelas XIII pada Kompetensi Keahlian Pemuliaan dan Perbenihan Tanaman. Kritik
dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk penyempurnaan buku ini di
masa yang akan datang.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Bapak Winih, Ibu Endang dan Ibu Widi atas bimbingannya dan seluruh keluarga
besar SMK Negeri 3 Baleendah atas segala dukungannya.
Akhirnya semoga buku ini bermanfaat khususnya untuk peserta didik Program
Keahlian Agribisnis Tanaman, umumnya bagi yang membutuhkannya.

Bandung, 26 Oktober 2019


Laela Yuliawati
Elah Herliah
Etti Mulyati

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN v
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................. iv
PRAKATA............................................................................................................... v
DAFTAR ISI........................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL...................................................................................................... xi
PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU........................................................................... xii
PETA KONSEP BUKU............................................................................................ xiii
APERSEPSI.......................................................................................................... xiv
BAB I IRIGASI DAN PERANANNYA DALAM BIDANG PERTANIAN................................ 1
A. Pengertian dan Fungsi Laboratorium................................................................. 3
B. Desain Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman Perkebunan........................ 5
C. Penyiapan Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman Perkebunan.............. 15
BAB II TEKNIK PENYIAPAN PERALATAN KULTUR JARINGAN TANAMAN
PERKEBUNAN...................................................................................................... 27
A. Jenis dan Fungsi Peralatan Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman
Perkebunan............................................................................................................ 29
B. Penyiapan Peralatan Kultur Jaringan Tanaman Perkebunan...................... 47
BAB III TEKNIK STERILISASI RUANG, ALAT DAN BAHAN KULTUR JARINGAN
TANAMAN PERKEBUNAN...................................................................................... 53
A. Pengertian Sterilisasi.......................................................................................... 55
B. Sterilisasi Ruang Kultur Jaringan Tanaman Perkebunan............................. 55
C. Strilisasi Alat Kultur Jaringan Tanaman Perkebunan................................... 56
D. Sterilisasi Media Kultur Jaringan Tanaman Perkebunan ............................ 61
E. Sterilisasi Bahan Tanaman/ Eksplan Kultur Jaringan Perkebunan............ 65
BAB IV TEKNIK PEMBUATAN LARUTAN STOK........................................................ 79
A. Pengertian Larutan Stok .................................................................................... 81
B. Jenis dan Komposisi Larutan Stok.................................................................... 82
C. Pembuatan larutan Stok..................................................................................... 85
BAB V TEKNIK PEMBUATAN MEDIA KULTUR JARINGAN TANAMAN PERKEBUNAN.100
A. Media Kultur Jaringan Tanaman...................................................................... 102
B. Komposisi Media Kultur Jaringan Tanaman Perkebunan.......................... 103
C. Macam-Macam Media Kultur Jaringan Tanaman ........................................ 106
D. Pembuatan Media Kultur Jaringan Tanaman Perkebunan........................ 108
PENILAIAN AKHIR SEMSESTER GASAL................................................................121
BAB VI TEKNIK PENYIAPAN BAHAN TANAM/ EKSPLA TANAMAN PERKEBUNAN....128
A. Pengertian Bahan Tanam/ Eksplan................................................................. 130
B. Jenis-Jenis Bahan Tanam/ eksplan................................................................. 138
C. Pemilihan Bahan Eksplan................................................................................. 140
D. Penandaan hasil seleksi bahan eksplan....................................................... 141

PEMULIAAN DAN
vi PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

DAFTAR ISI

BAB VII TEKNIK INOKULASI BAHAN TANAM/ EKSPLAN TANAMAN PERKEBUNAN. 149
A. Teknik Inokulasi Bahan Tanam (Eksplan) Tanaman Perkebunan............. 157
BAB VIII TEKNIK PENUMBUHAN BIBIT DAN PENGENDALIAN RUANG KULTUR.......169
A. Pengkondisian Lingkungan untuk Penumbuhan Bibit Kultur Jaringan
Tanaman Perkebunan........................................................................................ 171
B. Pengaturan Tata Letak Botol Kultur............................................................... 173
C. Monitoring Bibit Kultur Jaringan Tanaman Perkebunan .......................... 175
BAB IX TEHNIK AKLIMATISASI PLANTLET TANAMAN PERKEBUNAN......................194
A. Pergertian Aklimatisasi..................................................................................... 196
B. Alat dan Bahan aklimatisasi tanaman perkebunan.................................... 200
C. Media Aklimatisasi Tanaman Perkebunan.................................................... 202
D. Tehnik Aklimatisasi Planlet Tanaman Perkebunanan................................ 204
PENILAIAN AKHIR SEMESTER GENAP..................................................................211
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................219
GLOSARIUM.......................................................................................................223
BIODATA PENULIS..............................................................................................225

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN vii
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

DAFTAR GAMBAR DAFTAR GAM-


BAR

Gambar 1.1. Ruangan, Peralatan dan Kegiatan di Laboratorium................................... 2


Gambar 1.2. Contoh bak cuci tahan asam dan basa........................................................ 6
Gambar 1.3. Beberapa Contoh Timbangan analitik dan pH Meter ............................... 7
Gambar 1.4. Ruang Persiapan Media.................................................................................. 7
Gambar 1.5. Ruang Pembuatan Media, sterilisasi media............................................... 7
Gambar 1.6. Penyimpanan Media Steril di dalam Wadah Keranjang........................... 8
Gambar 1.7. Ruangan penanaman/ transfer...................................................................... 9
Gambar 1.8. Ruang Kultur/ Pemeliharaan/ Inkubasi..................................................... 10
Gambar 1.9. Sekat Antar Ruangan..................................................................................... 10
Gambar 1.10. Green House/ Screen House......................................................................... 11
Gambar 1.11. Rumah Kaca Dengan Shading Nett 65-75%.......................................... 11
Gambar 1.12. Sungkup Plastik Dengan Naungan Paranet........................................... 12
Gambar 1.13. Area Pesemaian............................................................................................ 13
Gambar 1.14. Shading Net area............................................................................................. 13
Gambar 1.15. Pesemaian Lahan Terbuka......................................................................... 14
Gambar 1.16. Lahan Pesemaian Ditutup Dengan Plastik Mulsa................................. 14
Gambar 1.17. Pemilihan Lokasi Laboratorium................................................................ 15
Gambar 1.18. Penataan Ruangan Laboratorium Produksi Skala Kecil...................... 16
Gambar 1.19. Laboratorium Untuk Hobi (Skala Rumah Tangga)................................. 16
Gambar 1.20. Tata Letak Ruang Kerja Laboratorium Kultur Jaringan........................ 17
Gambar 1.21. Menara Tangki Air........................................................................................ 19
Gambar 2.1. Alat Laboratorium Kultur Jaringan............................................................. 28
Gambar 2.2 Labu Ukur.......................................................................................................... 29
Gambar 2.3 Gelas Beker.......................................................................................................... 30
Gambar 2.4. Petridish............................................................................................................... 30
Gambar 2.5. Erlenmeyer.......................................................................................................... 31
Gambar 2.6. Gelas Ukur........................................................................................................ 31
Gambar 2.7. Botol Kultur..................................................................................................... 32
Gambar 2.8. Pipet Ukur......................................................................................................... 32
Gambar 2.9. Pipet Tetes........................................................................................................ 33
Gambar 2.10. Pengaduk Kaca............................................................................................. 33
Gambar 2.11. Corong Kaca.................................................................................................. 34
Gambar 2.12. Bunsen Burner................................................................................................. 34
Gambar 2.13. Spatula........................................................................................................... 35
Gambar 2.14. Pinset.............................................................................................................. 35
Gambar 2.15. Gunting.......................................................................................................... 36
Gambar 2.16. Scalpel handle/ Scalpel blade..................................................................... 36
Gambar 2.17. Tutup Botol Kultur....................................................................................... 37
Gambar 2.18. Mortar dan Alue (Pestle)............................................................................. 37
Gambar 2.19. Filler/Ball Pipet................................................................................................ 38
Gambar 2.20. Botol semprot............................................................................................... 39
Gambar 2.21. Magnetic Stirrer hot plate............................................................................. 39
Gambar 2.22. Timbangan Analytical.................................................................................... 40
Gambar 2.23. Timbangan Analytical.................................................................................... 41
Gambar 2.24. Autoclave dengan sumber pemanas listrik............................................ 43

PEMULIAAN DAN
viii PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.25. Autoclave dengan sumber pemanas kompor........................................ 43


Gambar 2.26. Laminar air flow (LAF)................................................................................. 44
Gambar 3.1. Autoclave dengan pemanas listrik............................................................. 54
Gambar 3.2. Pembakar Bunsen (Bunsen Burner)............................................................. 54
Gambar 3.3. Laminer air flow................................................................................................. 54
Gambar 3.4. Oven.................................................................................................................. 56
Gambar 3.5. Autoclave yang sudah diisi akuades dan dipasang Ansang.................. 57
Gambar 3.6. Alat-alat yang sudah dibungkus dimasukan ke dalam autoclave........ 58
Gambar 3.7. Pinset................................................................................................................ 59
Gambar 3.8. Scalpel handle.................................................................................................... 59
Gambar 3.9. Petridisk............................................................................................................... 60
Gambar 3.10. Alat-alat yang akan disterilkan dengan Autoclave................................ 60
Gambar 3.11. Botol kultur dan alat lain akan disterilkan di Autoclave...................... 61
Gambar 3.12. Autoclave manual........................................................................................ 62
Gambar 3.13. Pengukur suhu dan tekanan...................................................................... 62
Gambar 3.14. Katup pengaman.......................................................................................... 63
Gambar 3.15. Katup pengikat............................................................................................. 63
Gambar 3.16. Media yang akan disterilkan dengan autoclave.................................... 64
Gambar 3.17. Kaporit............................................................................................................ 65
Gambar 3.18. Bayclin............................................................................................................... 65
Gambar 3.19. Tween................................................................................................................. 66
Gambar 3.20. Contoh Fungisida......................................................................................... 66
Gambar 3.21. Contoh Bakterisida...................................................................................... 67
Gambar 3.22. Betadine......................................................................................................... 68
Gambar 3.23. Tahapan sterilisasi eksplan tunas tanaman gaharu
(Aquilaria malaccensis)............................................................................... 69
Gambar 3.24. Pertumbuhan baru setelah dilakukan pemangkasan tanaman
induk (Aquilaria malaccensis). (A) bagian tunas apek dan (B)
bagian tunas lateral yang diisolasi sebagai eksplan.......................... 70
Gambar 4.1. Pembuatan Larutan 1000 mL Na2S2O3 0,1 N dari Padatan
Na2S2O3 5h2o.................................................................................................. 80
Gambar 4.2. Larutan stok..................................................................................................... 81
Gambar 4.3. Beragam senyawa kimia............................................................................... 86
Gambar 5.1. Pembuatan Media Kultur Jaringan........................................................... 101
Gambar 5.2. Alur Pembuatan Media Kultur................................................................... 111
Gambar 6.1. Pemilihan dan Penyiapan Tanaman Induk Sumber Eksplan pada
Pohon Jati ...................................................................................................... 129
Gambar 6.2. Pelaksanaan Tehnik Kultur Jaringan........................................................ 129
Gambar 6.3. Proses Perbanyakan Tebu Melalui Kultur Jaringan.............................. 134
Gambar 6.4. Pohon Induk Jati........................................................................................... 135
Gambar 6.5 potongan tanaman tebu sebagai bakal tanaman induk....................... 136
Gambar 6.6 tebu unggul, kementan Gandeng Pt Pertani........................................... 136
Gambar 6.7 Pohon Induk Tanaman Jati Salamon di dalan Green House..................137
Gambar 6.8. Eksplan Biji Tanaman perkebunan........................................................... 138
Gambar 6.9. Eksplan Organ Batang, Akar, Daun Tanaman.......................................... 138

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN ix
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar 6.10. Eksplan Polen, Ovul, dan Anter Tanaman............................................. 139


Gambar 6.11 kultur tehnik Fusi Protoplasma............................................................... 139
Gambar 6.12. Tahapan perlakuan pada eksplan.......................................................... 142
Gambar 6.13. Posisi Peralatan dan Bahan Sterilisasi di dalam Laminar..................143
Gambar 7.1. Proses Persiapan Inokulasi eksplan tanaman perkebunan................ 150
Gambar 7.2. Eksplan yang siap di inokulasi.................................................................. 151
Gambar 7.3. Gambar planlet siap inokulasi................................................................... 151
Gambar 7.4. Macam–macam Tanaman yang siap di subkultur................................. 152
Gambar 7.5. planlet hasil inokulum yang dijadikan gantungan kunci.................... 152
Gambar 7.6. Tahapan Melakukan Penanaman Eksplaon/Inokilasi........................... 159
Gambar 7.7. Alat-alat untuk proses inokulasi yang tengan disiapkan.................... 159
Gambar 7.8. Sedang Melakukan inokulasi di dalam laminer Airflow...................... 163
Gambar 8.1. Ruang Kultur.................................................................................................. 170
Gambar 8.2. Penataan Botol di Ruang Kultur................................................................ 170
Gambar 8.3. Alat-Alat Monitor Kondisi Lingkungan Ruang Inkubasi/ Kultur......... 171
Gambar 8.4. Persyaratan Kondisi Lingkungan Ruang Kultur/Inkubasi ................... 173
Gambar 8.5. Desain Rak Kultur di Ruang Kultur........................................................... 174
Gambar 8.6. Penataan Botol pada Rak Kultur............................................................... 175
Gambar 8.7. Contoh Desain Penataan Botol Kultur di Rak Kultur............................ 175
Gambar 8.8. Tanaman/Kultur Terkontaminasi............................................................... 177
Gambar 8.9. Skema Prosedur Penanganan Inokulan Terkontaminasi .................... 178
Gambar 9.1. Contoh tahapan kultur jaringan................................................................ 195
Gambar 9.2 Hasil Aklimatisasi pada tanaman manggu............................................... 197
Gambar 9.3. Hasil Aklimatisasi tebu............................................................................... 197
Gambar 9.4 Aklimatisasi pada tray dan bak permanen.............................................. 200
Gambar 9.5 Tanaman Jati yang Siap Aklimatisasi....................................................... 201
Gambar 9.6 Tanaman Hasil Aklimatimasasi yang sudah di lapangan...................... 201
Gambar 9.7 perbanyakan Vegetatif nilam melalui kultur jaringan.......................... 202
Gambar 9.8 contoh media tanam serbuk gergaji yang dipakai aklimatisasi......... 205
Gambar 9.9 Hasil Aklimatisasi Jati Muna....................................................................... 207
Gambar 9.10 Tahapan Proses Aklimatisasi Pada Tanaman Perkebunana............... 207

PEMULIAAN DAN
x PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Kebutuhan bahan larutan stok untuk 10 liter media MS (10 kali
pembuatan, masing-masing pembuatan 1 liter) ....................................... 84
Tabel 4.2. Daftar Kebutuhan Bahan untuk Pembuatan Media MS 1 Liter................. 94
Tabel 4.3. Kebutuhan Bahan Larutan Stok....................................................................... 94
Tabel 5.1. Komposisi Media Dasar Kultur Jaringan...................................................... 108

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN xi
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

PETUNJUK
PETUNJUK PENG-
PENGGUNAAN BUKU
GUNAAN BUKU
Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmatnya sehingga dapat menyelesaian buku ini.
Buku ini merupakan buku pelajaran Agribisnis Pembibitan dan Kultur Jaringan
yang diharapkan dapat menjadi panduan, memperkaya dan meningkatkan penguasaan
pengetahuan dan keterampilan bagi peserta didik. Mengingat pentingnya buku ini,
disarankan mmemperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1. Bacalah Tujuan pembelajaran terlebih dahulu untuk mengetahui apa yang akan
kamu capai dalam bab ini serta lihatlah peta konsep untuk megetahui pemetaan
materi.
2. Bacalah buku ini dengan teliti dan seksama, serta bila ada yang kurang jelas bisa
ditanyakan kepada guru.
3. Lakukan kegiatan literasi pada bagian cakrawala dan jelajah internet untuk
memperluas wawasanmu.
4. Pada bagian akhir bab terdapat tes kompetensi yang dapat kalian gunakan untuk
mengetahui apakah sudah menguasai materi dalam bab ini.
Untuk membantu anda dalam menguasai kemampuan di atas, materi dalam
buku ini dapat kamu cermati tahap demi tahap. Jangan memaksakan diri sebelum
benar-benar menguasai bagian demi bagian dalam modul ini, karena masing-masing
saling berkaitan. Pada akhir bab dilegkapi dengan Penilaian Akhir Bab. Jika anda
belum menguasai 75% dari setiap kegiatan, maka anda dapat mengulangi untuk
mempelajari materi yang tersedia dalam buku ini. Apabila anda masih mengalami
kesulitan memahami materi yang ada dalam bab ini, silahkan diskusikan dengan
teman atau guru anda.
Buku ini terdapat bagian-bagian untuk memperkaya dan menguji pengetahuan
dan keterampilanmu. Adapun bagian-bagian tersebuut adalah:

Digunakan untuk memberikan gambaran soal yang akan


Contoh Soal
ditanyakan dan cara menyelesaikannya.
Lembar acuan yang digunakan untuk melatih keterampilan
Praktikum
peserta didik sesuai kompetensi keahlianya.
Fitur yang dapat digunakan peserta didik untuk menambah
sumber belajar dan wawasan. Menampilkan link sumber belajar
Jelajah Internet
dan QR code yang dapat diakses melalui QR code scanner yang
terdapat pada smartphone.
Berisi tentang wawasan dan pengetahuan yang berkaitan
Cakrawala
dengan ilmu yang sedang dipelajari.
Kegiatan yang bertujan untuk melatih peserta didik dalam
Tugas Mandiri
memahami suatu materi dan dikerjakan secara individu.
Rangkuman Berisi ringkasan pokok materi dalam satu bab.
Digunakan untuk mengetahui sejauh mana kompetensi yang
Penilaian Akhir Bab
sudah dicapai peserta didik setelah mempelajari satu bab.
Digunakan untuk mengevaluasi kompetensi peserta didik
Penilaian Akhir Semester
setelah mempelajari materi dalam satu semester.
Kegiatan yang dapat dilakukan oleh peserta didik maupun guru
Refleksi di akhir kegiatan pembelajaran guna mengevaluasi kegiatan
belajar mengajar.
PEMULIAAN DAN
xii PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

PETA KONSEP PETA KONSEP


BUKU BUKU

AGRIBISNIS PEMBIBITAN DAN KULTUR


JARINGAN

SEMESTER GASAL SEMESTER GENAP

Teknik Penyiapan Laboratorium Teknik Penyiapan Bahan Tanam/


Kultur Jaringan Tanaman Eksplan Tanaman Perkebunan

Teknik Penyiapan Peralatan Kultur Teknik Inokulasi Bahan Tanam/ eksplan


Jaringan Tanaman Tanaman Perkebunan

Teknik Sterilisasi Ruang, Alat, dan Teknik Penumbuhan Bibit dan


Bahan Kultur Jaringan Tanaman Pengendalian Ruang Kultur

Teknik Aklimatisasi Plantlet Tanaman


Teknik Pembuatan Larutan Stok
Perkebunan

Teknik Pembuatan Media Kultur


Jaringan Tanaman Perkebunan

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN xiii
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

APERSEPSI APERSEPSI

Kultur jaringan (in vitro) adalah suatu metode mengisolasi bagian tanaman
seperti protoplas, sel, jaringan atau organ, serta menumbuhkannya dalam kondisi
aseptik,sehingga bagian-bagian tanaman tersebut dapat tumbuh dan memperbanyak
diri serta beregenerasi menjaditanaman lengkap (Gunawan, 1992).
Kultur in vitro berkembang pesat setelah adanya pembuktian tentang teori
totipotensi sel yang menyatakan bahwa setiap sel, jaringan dan organ mempunyai
potensi untuk beregenerasi menjaditanaman lengkap. Kultur in vitro telah terbukti
dapat digunakan untuk menyediakan bibit tanaman secara massal dan cepat.
Perbanyakan tanaman menggunakan tehnik kultur in vitro dapat dilakukan melalui
jalur organogenesis dan embriogenesis somatik.
Pada kultur in vitro tanaman perkebunan kedua jalur baik organogenesis dan
embriogenesis somatik telah dilakukan untuk tujuan perbanyakan tanaman.
Kondisi lingkungan untuk kultur jaringan harus terkontrol baik dari segi suhu,
kelembapan dan cahaya. Selain kondisi lingkungan yang terkontrol, suplai nutrisi dan
penambahan zat pengatur tumbuh juga sangat penting.
Zat pengatur tumbuh sangat penting digunakan untuk mengontrol
organogenesis dan morfogenesis dalam pembentukan dan perkembangan tunas dan
akar, serta pembentukan kalus. Penggunaan ZPT tergantung pada arah pertumbuhan
jaringan tanaman yang diinginkan. Jenis dan konsentrasi ZPT untuk setiap tanaman
berbeda tergantung pada genotip dan kondisi fisiologi jaringan tanaman (Endang G.
Lestari, 2011).
Faktor yang paling menentukan pertumbuhan dan kualitas tanaman yang akan
diregenerasikan adalah eksplan awal. Eksplan adalah bagian tanaman atau organ
yang digunakan sebagai bahan dasar inisiasi kultur (Khumaida & Efendi, 2011).
Sumber eksplan, umur dan perlakuan terhadap eksplan sebelum dikulturkan perlu
diperhatikan dalam pengambilan eksplan.
Metode kultur jaringan merupakan prosedur laboratorium aseptis yang
membutuhkan fasilitas yang unik dan keahlian khusus. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan agar metode kultur jaringan dapat dilaksanakan,diantaranya adalah
laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan, alat dan bahan yang dperlukan dalam metode
kultur jaringan tumbuhan dan metode sterilisasi.
Laboratorium Kultur Jaringan terdiri dari ruangan-ruangan yang dipisahkan
berdasarkan fungsinya, yaitu ruang persiapan (preparation area), ruang
penanaman (transfer area), ruang pertumbuhan (growing area). Seberapapun luasnya
laboratorium, ketiga ruang tersebut harus ada. Ketiga ruang di atas juga harus terpisah
dari kebun bibit dan green house untuk menghindari masuknya kontaminasi ke dalam
ruang kultur. Kebersihan lantai, meja dan kursi harus terus dijaga secara intensif
(Hartman dkk., 1997).

PEMULIAAN DAN
xiv PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

TEKNIK PENYIAPAN LABORATORIUM KULTUR BAB


JARINGAN TANAMAN I
BAB I IRIGASI DAN PERANANNYA DALAM BIDANG
PERTANIAN

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari teknik penyiapan laboratorium kultur jaringan tanaman


perkebunan peserta didik mampu memahami pengertian dan fungsi laboratorium,
mendesain laboratorium kultur jaringan tanaman perkebunan dan menganalisis
penyiapan laboratorium kultur jaringan tanaman perkebunan dengan teliti,
disiplin dan bertanggung jawab.

PETA KONSEP
TEKNIK PENYIAPAN LABORATORIUM KULTUR

Pengertian dan Fungsi Laboratorium


JARINGAN TANAMAN

Desain Laboratorium Kultur Jaringan


Tanaman Perkebunan

Penyiapan Laboratorium Kultur Jarin-


gan Tanaman Perkebunan

KATA KUNCI

laboratorium-ruangan-alat-kultur jaringan-bangunan-sarana

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 1
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

PENDAHULUAN

Tahukan Anda apa itu laboratorium?


Coba perhatikan Gambar 1.1. berikut ini !

Gambar 1.1. Ruangan, Peralatan dan Kegiatan di Laboratorium


Sumber: https://ackuljar.blogspot.com

Pengertian laboratorium dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah


tempat atau kamar dsb. tertentu yg dilengkapi dengan peralatan untuk mengadakan
percobaan (penyelidikan dsb.) sedangkan dalam Oxford English Dictionary pengertian
laboratorium adalah ruang atau bangunan yang dilengkapi dengan peralatan untuk
melakukan percobaan ilmiah, penelitian, praktik pembelajaran, atau pembuatan obat-
obatan dan bahan-bahan kimia
Laboratorium adalah unit penunjang akademik pada lembaga pendidikan,
berupa ruangan tertutup atau terbuka, bersifat permanen atau bergerak, dikelola
secara sistematis untuk kegiatan pengujian, kalibrasi, dan/ atau produksi dalam skala
terbatas, dengan menggunakan peralatan dan bahan berdasarkan metode keilmuan
tertentu, dalam rangka pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan/ atau pengabdian
kepada masyarakat.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa laboratorium (disingkat
lab) adalah suatu bangunan yang di dalamnya dilengkapi dengan peralatan dan bahan-
bahan berdasarkan metode keilmuan tertentu untuk melakukan percobaan ilmiah,
penelitian, praktik pembelajaran, kegiatan pengujian, kalibrasi, dan/ atau produksi
bahan tertentu.
Laboratorium dibedakan sesuai bidang keilmuan yang dipelajari, misalnya
laboratorium kimia yang berkecimpung dalam bidang ilmu kimia. Laboratorium
kimia terbagi lebih spesifik lagi seperti laboratorium kimia fisika, laboratorium kimia
organik, laboratorium kimia anorganik, laboratorium kimia analitik, laboratorium
biokimia, laboratorium kimia instrumen, laboratorium biologi, laboratorium kultur
jaringan dan lain sebagainya.

PEMULIAAN DAN
2 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

A. Pengertian dan Fungsi Laboratorium


1. Pengertian Laboratorium
Laboratorium merupakan sarana penting untuk penunjang proses
pembelajaran di sekolah. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan Pasal 42 ayat (2) serta Pasal 43 ayat (1) dan ayat
(2) mengemukakan:
Pasal 42 ayat (2) bahwa “Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana
yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang
pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang
bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat
berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/
tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang
teratur dan berkelanjutan”.
Pasal 43 ayat (1) menyatakan “Standar keragaman jenis peralatan laboratorium
ilmu pengetahuan alam (IPA), laboratorium bahasa, laboratorium komputer, dan
peralatan pembelajaran lain pada satuan pendidikan dinyatakan dalam daftar
yang berisi jenis minimal peralatan yang harus tersedia” sedangkan Pasal 34
ayat (2) menyatakan “Standar jumlah peralatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dinyatakan dalam rasio minimal jumlah peralatan perpeserta didik”.
Menurut Direktorat Pendidikan Menengah Umum (1995), Laboratorium
adalah tempat melakukan percobaan dan penyelidikan. Tempat ini dapat
merupakan suatu ruangan tertutup, kamar, atau ruangan terbuka, misalnya
kebun. Dalam pengertian yang terbatas laboratorium ialah suatu ruangan yang
tertutup tempat melakukan percobaan dan penyelidikan. Selain itu, menurut
Widyarto (2005) “Laboratorium adalah suatu ruangan tempat melakukan
kegiatan praktik atau penelitian yang ditunjang oleh adanya seperangkat alat-
alat Laboratorium serta adanya infrastruktur Laboratorium yang lengkap”.
Kemudian, menurut Wirjosoemarto dkk. (2004) “pada konteks proses belajar
mengajar sains di sekolah-sekolah seringkali istilah Laboratorium diartikan
dalam pengertian sempit yaitu suatu ruangan yang di dalamnya terdapat
sejumlah alat-alat dan bahan praktikum”.
Menurut Sukarso (2005), laboratorium adalah suatu tempat dimana
dilakukan kegiatan kerja untuk menghasilkan sesuatu. Tempat ini dapat
merupakan suatu ruangan tertutup, kamar, atau ruangan terbuka, misalnya
kebun dan lain-lain. Berdasarkan definisi tersebut, laboratorium adalah suatu
tempat yang digunakan untuk melakukan percobaaan maupun pelatihan yang
berhubungan dengan ilmu fisika, kimia, biologi atau bidang ilmu yang lain yang
merupakan suatu ruangan tertutup atau ruangan terbuka seperti kebun dan
lain-lain. Ada pendapat lain bahwa Laboratorium adalah bagian integral dari
bidang akademik (bukan bagian dari rumah tangga atau administrasi), maka
manajemen laboratorium perlu direncanakan seiring dengan perencanaan
akademik (program dan anggarannya). Peranan laboratorium sangat besar dalam
menentukan mutu pendidikan karena laboratoriumlah yang menghasilkan
karya-karya ilmiah yang membanggakan, yang tak dapat dihasilkan oleh institusi
lainnya. Sehingga bagi pendidikan yang bermutu, laboratorium menjadi bagian
yang dikedepankan.

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 3
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Dalam PERMENPAN No. 3 Tahun 2010, Laboratorium adalah unit


penunjang akademik pada lembaga pendidikan, berupa ruangan tertutup atau
terbuka, bersifat permanen atau bergerak, dikelola secara sistematis untuk
kegiatan pengujian, kalibrasi, dan/ atau produksi dalam skala terbatas, dengan
menggunakan peralatan dan bahan berdasarkan metode keilmuan tertentu,
dalam rangka pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan/ atau pengabdian
kepada masyarakat.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa laboratorium adalah
suatu bangunan yang di dalamnya dilengkapi dengan peralatan dan bahan-
bahan berdasarkan metode keilmuan tertentu untuk melakukan percobaan
ilmiah, penelitian, praktik pembelajaran, kegiatan pengujian, kalibrasi, dan/
atau produksi bahan tertentu.
Laboratorium dibedakan sesuai bidang keilmuan yang dipelajari,
misalnya laboratorium kimia yang berkecimpung dalam bidang ilmu kimia.
Laboratorium kimia terbagi lebih spesifik lagi seperti laboratorium kimia fisika,
laboratorium kimia organik, laboratorium kimia anorganik, laboratorium kimia
analitik, laboratorium biokimia, laboratorium kimia instrumen, dan sebagainya
Tipe Laboratorium berdasarkan PERMENPAN No. 3 tahun 2010, terbagi
dalam 4 kategori:
a. Laboratorium Tipe I adalah laboratorium ilmu dasar yang terdapat di
sekolah pada jenjang pendidikan menengah, atau unit pelaksana teknis
yang menyelenggarakan pendidikan dan/ atau pelatihan dengan fasilitas
penunjang peralatan kategori I dan II, dan bahan yang dikelola adalah bahan
kategori umum untuk melayani kegiatan pendidikan siswa.
b. Laboratorium Tipe II adalah laboratorium ilmu dasar yang terdapat di
perguruan tinggi tingkat persiapan (semester I, II), atau unit pelaksana teknis
yang menyelenggarakan pendidikan dan/ atau pelatihan dengan fasilitas
penunjang peralatan kategori I dan II, dan bahan yang dikelola adalah bahan
kategori umum untuk melayani kegiatan pendidikan mahasiswa.
c. Laboratorium Tipe III adalah laboratorium bidang keilmuan terdapat di jurusan
atau program studi, atau unit pelaksana teknis yang menyelenggarakan
pendidikan dan/ atau pelatihan dengan fasilitas penunjang peralatan
kategori I, II, dan III, dan bahan yang dikelola adalah bahan kategori umum
dan khusus untuk melayani kegiatan pendidikan, dan penelitian mahasiswa
dan dosen.
d. Laboratorium Tipe IV adalah laboratorium terpadu yang terdapat di
pusat studi fakultas atau universitas, atau unit pelaksana teknis yang
menyelenggarakan pendidikan dan/ atau pelatihan dengan fasilitas
penunjang peralatan kategori I, II, dan III, dan bahan yang dikelola adalah
bahan kategori umum dan khusus untuk melayani kegiatan penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat, mahasiswa dan dosen.

2. Fungsi Laboratorium dalam Pembelajaran


Menurut Sukarso (2005), secara garis besar fungsi/ peran laboratorium
dalam proses pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Sebagai tempat untuk berlatih mengembangkan keterampilan intelektual

PEMULIAAN DAN
4 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

melalui kegiatan pengamatan, pencatatan dan pengkajian gejala-gejala


alam;
b. Mengembangkan keterampilan motorik siswa akan bertambah
keterampilannya dalam mempergunakan alat-alat, media yang tersedia
untuk mencari dan menemukan kebenaran; dan
c. Memberikan dan memupuk kebenaran untuk mencari hakekat kebenaran
ilmiah dari sesuatu objek dalam lingkungan alam dan sosial
Laboratorium yang baik harus dilengkapi dengan berbagai fasilitas
untuk memudahkan dalam melakukan aktivitasnya. Fasilitas tersebut ada
yang berupa fasilitas umum dan fasilitas khusus. Fasilitas umum merupakan
fasilitas yang dapat digunakan oleh semua pemakai Laboratorium Contohnya,
penerangan, ventilasi, air, bak cuci (sinks), aliran listrik dan gas. Fasilitas khusus
berupa peralatan dan mebelair, Contohnya, meja siswa/ mahasiswa, meja guru/
dosen, kursi, papan tulis, lemari alat, lemari bahan, ruang timbang, lemari asam,
perlengkapan P3K, pemadam kebakaran dan lain-lain.
Menurut Wicahyono (2003), untuk menentukan apakah suatu ruangan
itu cocok atau tidak untuk dijadikan laboratorium, kita perlu memperhatikan
beberapa hal seperti arah angin, dan arah datangnya cahaya. Apabila
memungkinkan, ruangan Laboratorium sebaiknya terpisah dari bangunan
ruangan kelas. Hal ini perlu untuk menghindari terganggunya proses belajar
mengajar di kelas yang dekat dengan laboratorium akibat dari kegiatan yang
berlangsung di laboratorium, baik suara atau bau yang ditimbulkan.
B. Desain Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman Perkebunan
1. Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman Perkebunan
Laboratorium kultur jaringan tanaman perkebunan sama seperti
laboratorium kultur jaringan pada umumnya, harus mencakup fasilitas untuk
pelayanan pembiakan tanaman. Secara garis besar bangunan dibagi menjadi
ruang administrasi dan ruang laboratorium. Penataan ruangan laboratorium
dikaitkan dalam langkah-langkah prosedur kultur jaringan dan alat-alat yang
dibutuhkan. Kegiatan kultur jaringan di dalam laboratorium dibagi dalam 3
kelompok yaitu:
a. Persiapan, baik persiapan media maupun persiapan bahan tanam;
b. Isolasi dan Penanaman/ transfer; dan
c. Inkubasi dan Penyimpanan/ pemeliharaan kultur.

a. Ruang Persiapan
Proses produksi bibit melalui kultur jaringan masing-masing kegiatan
harus dilakukan dalam ruangan terpisah dengan peralatan tersendiri, Oleh
karena itu, dalam ruang persiapan dibutuhkan beberapa ruangan yang ter
diri dari:
1) Ruang pencucian;
2) Ruang timbang; dan
3) Ruang persiapan/ pembuatan media.
Ukuran ruangan sangat tergantung dari alat-alat yang dipergunakan,
jumlah personalia yang terlibat dan kapasitas produksi bibit yang diinginkan.

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 5
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

1) Ruang Pencucian
Ruang pencucian harus mempunyai bak cuci, meja kerja yang terbuat dari
bahan yang tahan terhadap asam dan basa (Gambar 2), rak pengering dan
mempunyai saluran untuk air demineralisasi atau destilasi, ruang untuk
tempat oven pengering, alat/ mesin pencuci dan pengering, serta rak
atau lemari penyimpanan.

Gambar 1.2. Contoh bak cuci tahan asam dan basa


Sumber: Heru Sugito, 2017

Ruangan pencucian ini digunakan untuk:


a) Mencuci botol kultur. Alat yang diperlukan: Alat mencuci botol,
keranjang plastik besar, tempat sampah untuk membuang media yang
sudah selesai digunakan.
b) Persiapan material tanaman meliputi meliputi pencucian eksplan
dari kotoran-kotoran dari lapangan, pembuangan dan pemotongan
bagian-bagian yang tidak diperlukan, serta perlakuan awal untuk
mengurangi sumber kontaminasi yang ada pada permukaan eksplan
sebelum eksplan disterilisasi.
c) Aklimatisasi, yaitu tempat mengeluarkan plantlet dari botol dan
membersihkan plantlet dari media agar sebelum dibawa ke tempat
aklimatisasi.

2) Ruang Timbang
Di dalam ruangan ini disediakan peralatan dan tempat untuk
menimbang bahan-bahan kimia pada kegiatan pembuatan media tanam.
Timbangan analitik yang dipakai harus diletakkan di dalam ruangan
tersendiri yang bentuknya dan kontruksinya dibuat sedemikian rupa
sehingga ruangan ini tidak terpengaruh oleh getaran-getaran dan aliran
udara yang dapat mempengaruhi hasil penimbangan.

PEMULIAAN DAN
6 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 1.3. Beberapa Contoh Timbangan analitik dan pH Meter


Sumber: Heru Sugito, 2017

3) Ruang Persiapan Media


Di dalam ruang persiapan media harus tersedia tempat untuk
penyimpanan bahan-bahan kimia, gelas kultur dan penutupnya, dan
peralatan gelas yang diperlukan untuk pembuatan media. Meja yang
kokoh atau bench untuk penyimpanan hot plate magnetic stirrer, pH
meter, timbangan, dan dispenser harus tersedia.

Gambar 1.4. Ruang Persiapan Media


Sumber: Heru Sugito, 2017

Peralatan lain yang biasanya ada di ruang persiapan dan pembuatan


media antara lain alat vaccum, distiling unit, bunsen, refrigerator (kulkas)
dan freezer untuk penyimpanan larutan stok dan bahan kimia, mikrowave,
kompor gas, oven dan autoclave untuk sterilisasi media, peralatan gelas
dan peralatan lain.

Gambar 1.5. Ruang Pembuatan Media, sterilisasi media


Sumber: Heru Sugito, 2017

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 7
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

a. Ruang Penyimpanan Media


Media kultur biasanya disimpan selama minimal 3 hari sebelum
digunakan untuk mengetahui apakah media kultur terkontaminasi
mikroorganisme atau tidak, Oleh karena itu, diperlukan ruangan penyimpanan
stok media kultur (Gambar 1.6.). Ruangan ini mempunyai pintu penghubung
dengan ruang transfer. Tidak ada alat-alat yang disimpan dalam ruangan ini,
hanya meja pendek dan keranjang kontainer plastik tempat penyimpanan
media. Ruangan ini harus dijaga dalam kondisi bersih dari kotoran dan
serangga-serangga kecil seperti semut.

Gambar 1.6. Penyimpanan Media Steril di dalam Wadah Keranjang


Sumber: Heru Sugito, 2017

b. Ruang Penanaman/ Transfer


Ruangan yang merupakan tempat pekerjaan aseptik (Gambar 1.7).
Kegiatan yang dilakukan pada ruangan penanaman/ transfer adalah isolasi
bagian tanaman, sterilisasi, penanaman eksplan dan sub kultur dalam
media. Sedapat mungkin ruangan ini bebas dari debu dan hewan-hewan
kecil serta ada pemisah dengan ruangan lain. Ruangan ini sangat penting,
mempunyai pintu penghubung keruangan stok media dan ruang kultur,
pintu penghubung diusahakan selalu tertutup. Ruangan penanaman/
transfer harus menggunakan AC dengan suhu ruangan diatur antara 22-25°C.
Dalam ruangan ini juda terdapat wastaf. Alat utama yang berada di ruangan
ini adalah Laminar air flow, yaitu alat yang menyediakan lingkungan steril
untuk melakukan subkultur. Selain itu terdapat oven yang berfungsi untuk
menyimpan bahan dan alat-alat subkultur yang telah disterilisasi, sebelum
digunakan pada saat subkultur.

PEMULIAAN DAN
8 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 1.7. Ruangan penanaman/ transfer


Sumber: Heru Sugito, 2017

c. Ruang Kultur/ Pemeliharaan/ Inkubasi


Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi pada ruang kultur/
pemeliharaan/ Inkubasi, diantaranya:
1) Sebaiknya berukuran besar dengan kemungkinan perluasan bila
diperlukan;
2) Harus dijaga kebersihannya dan sedapat mungkin dihindari terlalu
banyak keluar masuknya orang yang tidak berkepentingan;
3) Harus memiliki suhu kurang lebih 25oC dan dilengkapi dengan beberapa
lampu neon karena ruangan ini merupakan tempat menyimpan botol-
botol yang berisi kultur aseptik dari tanaman yang diproduksi;
4) Untuk efisiensi, maka dalam ruang pemeliharaan ini sebaiknya dilengkapi
dengan rak-rak. Jarak antar rak harus diatur sedemikian rupa sehingga
memudahkan lalu-lintas pemeriksaan kultur;
5) Botol kultur diatur pada rak-rak terbuka dengan jarak berkisar 30-40 cm;
6) Lingkungan fisik pertumbuhan diatur sedemikian rupa sehingga
mendukung pertumbuhan kultur tanaman yang optimal dengan cara
pengaturan temperatur dan cahaya. Temperatur udara yang optimal
adalah pada pada 24oC-28oC, intensitas cahaya berasal dari lampu
fluorecent adalah antara 1000-4000 lux dengan lama penyinaran 14-16
jam perhari;
7) Pemakaian AC mutlak karena ruangan kultur merupakan ruangan tertutup
yang sedikit sekali mempunyai aliran udara bebas; dan
8) Botol-botol yang sudah terkontaminasi jamur atau bakteri harus segera
dikeluarkan dan segera dicuci bersih agar tidak menular ke bibit-bibit
yang sehat didalam botol-botol yang lain, sebab spora jamur yang sudah
berkembang mudah sekali terhambur atau diterbangkan oleh hembusan
angin.
Pertumbuhan kultur terjadi secara periodik tergantung pertumbuhan
satu jenis atau penambahan jenis kultur baru. Kultur yang tumbuh dan telah
memperbanyak diri itu secara teratur harus disubkulturkan (ditanam ulang

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 9
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

atau dilanjutkan pada media yang baru). Sub kultur dapat dilakukan 3-5
minggu sekali, tergantung pada jenis tanaman dan besarnya wadah kultur
tempat menyimpan botol yang berisi kultur aseptik dari tanaman yang
diproduksi.

Gambar 1.8. Ruang Kultur/ Pemeliharaan/ Inkubasi


Sumber: https://ackuljar.blogspot.com

Pemisah antar ruangan laboratorium sebaiknya 50% terbuat dari kaca


(Gambar 1.9), untuk mengurangi potensi adanya sumber kontaminasi dari
jamur yang tumbuh pada dinding beton yang lembap. Pada Ruang kultur dan
ruang transfer harus terdapat exhaust fan.

Gambar 1.9. Sekat Antar Ruangan


Sumber: https://ackuljar.blogspot.com

1. Ruang Aklimatisasi
Bangunan yang biasa digunakan untuk kegiatan aklimatisasi adalah:
Green house/ screen house (Gambar 1.10.) diperlukan pada tahapan aklimatisasi,
planlet yang tumbuh dalam botol dengan kondisi steril, dikeluarkan dari botol,
kemudian ditanam dimedia kompos, pasir atau arang sekam. Green house ini
sebaiknya beratap, kaca atau paranet, dindingnya berupa kasa aluminium

PEMULIAAN DAN
10 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

sehingga terhindar dari masuknya serangga/ hama atau pembawa penyakit


serta memungkinkan aliran udara yang baik. Di dalam green house ini terdapat
rak-rak yang berisi bak-bak plastik yang berisi planlet yang diaklimatisasi. Green
house juga diperlukan untuk menumbuhkan sumber eksplan agar dapat tumbuh
dalam kondisi terkontrol dan bebas hama dan penyakit, sehingga memudahkan
dalam sterilisasi eksplan. Rumah kaca atau greenhouse diperlukan terutama
untuk menyimpan tanaman induk yang digunakan sebagai sumber eksplan.
Rancangan rumah kaca sebaiknya beratap kaca, dindingnya berupa kasa
aluminium. Rumah kaca di daerah tropis umumnya dilengkapi dengan bukaan
ventilasi pada bubungan agar udara di dalam rumah kaca mengalir keluar
melalui bukaan tersebut secara lancar.

Gambar 1.10. Green House/ Screen House


Sumber: Heru Sugito, 2017

a. Rumah Kaca/ Sheding Nett


Rumah kaca/ sheding nett (Gambar 1.11), diperlukan untuk menyimpan
plantlet pada masa aklimatisasi.

Gambar 1.11. Rumah Kaca Dengan Shading Nett 65-75%


Sumber: Heru Sugito, 2017

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 11
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

b. Sungkup
Tempat penyimpanan bak aklimatisasi tidak harus selalu di rumah
kaca, bisa juga di dalam sungkup plastik besar yang berada dibawah naungan
paranet (shading net) 75% (Gambar 1.12).

Gambar 1.12. Sungkup Plastik Dengan Naungan Paranet


Sumber: Heru Sugito, 2017

2. Area Pesemaian
Setelah tahapan aklimatisasi di green house, tanaman mini atau planlet
pasca aklimatisasi sudah mempunyai sistem perakaran yang baik. Pada tahapan
ini planlet pasca aklimatisasi kemudian dipindahkan dari bak-bak aklimatisasi
ke polybag dan ditumbuhkan sampai bibit siap salur atau siap ditanam di
lapangan.
Untuk kegiatan ini diperlukan area pesemaian (Gambar12) yang terdiri
dari:
a. Gudang media (tanah, pasir dan kompos) dan tempat pengadukan dan
pengisian media ke dalam polibag;
b. Shading house atau bedengan yang diberi atap plastik ultra violet untuk
menempatkan polybag yang berisi planlet yang telah di aklimatisasi. Pada
kondisi ini planlet tidak terkena sinar matahari dan air hujan secara langsung
karena kondisi bibit masih sangat lemah;
c. Bedeng paranet yaitu bedengan yang diberi atap jaring paranet dengan
intensitas cahaya antara 55-75%, digunakan untuk menempatkan polybag
yang berisi bibit yang telah berada di shading house selama satu bulan atau
sampai bibit dapat ditanam di lapangan; dan
d. Lahan terbuka untuk menyimpan bibit yang siap salur atau siap ditanam di
lapangan.

PEMULIAAN DAN
12 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 1.13. Area Pesemaian


Sumber: heru Sugito, 2017

Fungsi area ini adalah untuk menyimpan bahan untuk media polibag seperti
tanah, arang sekam, kompos. Tempat untuk mengayak dan mencampur
media, serta mengisikan ke polybag.

Gambar 1.14. Shading Net area


Sumber: Heru Sugito, 2017

Shading net area (Gambar 1.14) adalah area dimana atap dan dindingnya
terbuat dari shading net dengan persentase pengurangan cahaya antara 55-
75%. Area ini digunakan untuk memelihara plantlet pasca aklimatisasi yang
baru ditanam di polibag.

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 13
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 1.15. Pesemaian Lahan Terbuka


Sumber: Heru Sugito, 2017

Fungsi area ini adalah untuk memelihara bibit yang sudah 1 bulan di polibag
hingga menjadi bibit siap tanam di lahan. Kemiringan lahan tidak lebih dari
5 %, bila melebihi, maka sebaiknya dibuat teras-teras. Untuk menghambat
pertumbuhan gulma, lahan ditutup dengan plastik mulsa. Area persemaian
dengan kapasitas produksi 50.000 bibit per bulan memerlukan 1 hektar
lahan.

Gambar 1.16. Lahan Pesemaian Ditutup Dengan Plastik Mulsa


Sumber: Heru Sugito, 2017

Hal yang sangat penting dalam pesemaian ini adalah perawatan tanaman
yang meliputi penyiraman yang baik dengan tersedianya sumber dan
instalasi air yang memadai, pemupukan yang terprogram, pengendalian
hama dan panyakit. Besarnya areal pesemaian ini sangat dipengaruhi oleh
PEMULIAAN DAN
14 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

besarnya kapasitas produksi. Pesemaian untuk kapasitas produksi 200.000


bibit pertahun membutuhkan luas areal 2 hektar.
C. Penyiapan Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman Perkebunan
1. Tata Letak Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman Perkebunan
Persyaratan tata letak laboratorium kultur jaringan tanaman perkebunan
sama seperti persyaratan tata letak laboratorium tanaman yang lain, sebagai
berikut:
a. Bangunan laboratorium harus mudah dijangkau oleh konsumen dan instansi
yang terkait;
b. Tidak terletak diarah angin, yaitu untuk menghindari polusi terhadap kamar/
ruangan lain;
c. Mempunyai jarak yang cukup jauh dari sumber air, untuk menghindari
pencemaran air;
d. Mempunyai saluran pembuangan tersendiri untuk menghindari pencemaran
lingkungan sekitar/ penduduk;
e. Mempunyai jarak cukup jauh terhadap bangunan lain untuk memberikan
ventilasi yang cukup dan penerangan alami yang optimum; dan
f. Terletak pada bagian yang mudah dikontrol.

2. Lokasi Laboratorium Kultur Jaringan


Lokasi yang baik untuk laboratorium kultur jaringan tanaman perkebunan
harus di daerah yang berlingkungan bersih, bebas polusi, tanpa keterbatasan
air bersih, dan yang penting dilengkapi dengan prasarana transportasi, dan
utilities air, gas dan listrik) yang memadai (Gambar 1.10).

Gambar 1.17. Pemilihan Lokasi Laboratorium


Sumber: Heru Sugito, 2017

3. Luas Ukuran Laboratorium


Untuk 40 orang siswa ukuran laboratorium yang baik adalah lebar 8-9 meter
dan panjang 11-12 meter atau untuk setiap siswa digunakan lebih kurang 2,5 m2.
Ukuran dan jumlah ruangan yang diperlukan untuk sebuah laboratorium kultur
jaringan tanaman dapat bervariasi, tergantung pada kebutuhannya. Beberapa
hal yang sering menjadi bahan pertimbangan dalam merancang sebuah

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 15
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

laboratorium kultur jaringan tanaman adalah besarnya kapasitas produksi


planlet yang dikehendaki, besarnya modal awal yang ada, serta skala usaha
yang dijalankan untuk komersial atau sekedar pemenuhan hobi memperbanyak
tanaman. Untuk memberikan kenyamanan bagi analis dalam melaksanakan
pengujian diperlukan ruang kerja dan bangunan laboratorium yang memadai.
Luas dan desain bangunan laboratorium kultur jaringan disesuaikan dengan
kapasitas yang dilakukan setiap tahun.

Gambar 1.18. Penataan Ruangan Laboratorium Produksi Skala Kecil


Sumber: Heru Sugito, 2017

a. Laboratorium Untuk Hobi (Skala Rumah Tangga)


Laboratorium dibagi ke dalam dua ruangan, yaitu:
1) Ruang aseptik: untuk penanaman, subkultur dan pemeliharaan kultur;
dan
2) Ruang non-aseptik: untuk persiapan media dan eksplan.
Laboratorium cukup dua ruangan, yaitu ruangan 3 x 4 m (aseptik) dan dapur
(non-aseptik) dilengkapi dengan lapangan terbuka untuk persemaian
skala kecil. Peralatan lab terbatas.

Gambar 1.19. Laboratorium Untuk Hobi (Skala Rumah Tangga)


Sumber: Heru Sugito, 2017

PEMULIAAN DAN
16 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

b. Laboratorium Penelitian
Laboratorium penelitian memerlukan beberapa ruangan, tetapi
memiliki peralatan yang lengkap untuk mendukung kegiatan penelitian.

c. Laboratorium Produksi Kultur Jaringan Skala Besar


Untuk menyiapkan laboratorium produksi yang harus diperhatikan:
1) Laboratorium produksi memerlukan ruangan lebih besar, dan peralatan
yang lengkap;
2) Penataan ruangan dengan mempertimbangkan fungsi dari setiap
ruangan;
3) Ruangan penyimpanan media, subkultur dan ruang kultur harus saling
berhubungan; dan
4) Pintu masuk ke ruang kultur berada sejauh mungkin dari pintu utama
laboratorium, sehingga udara dari luar laboratorium tidak langsung
masuk ke ruang kultur.

Gambar 1.20. Tata Letak Ruang Kerja Laboratorium Kultur Jaringan


Sumber: Heru Sugito, 2017

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 17
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

4. Persyaratan Bangunan Laboratorium


Persyaratan secara umum bangunan laboratorium kultur jaringan
tanaman adalah sebagai berikut:
a. Atap
Kemiringan atap 15-45o (tergantung bahan atap yang digunakan), dengan
overstek yang bisa memberikan efek keteduhan dan terhindar dari sinar
matahari langsung.
b. Jendela
Jendela dibuat dan diletakkan memanjang di sebelah Utara atau Selatan.
Jendela harus dibuat dari kaca yang dapat dibuka dan ditutup rapat dan
pintu dibuat pintu masuk dan pintu keluar.
c. Ventilasi
Ventilasi dibuat cukup baik dan terletak memanjang diantara langit-
langit dan jendela di setiap ruang kerja. Bagi ruangan yang akan dilengkapi
dengan AC, ventilasi dibuat seperti jendela (dapat dibuka dan ditutup)
sedangkan yang tidak berventilasi dibuat dengan sistem jalusi memanjang
di atas jendela.
Untuk daerah bersuhu sekitar 28oC, laboratorium kultur jaringan hendaknya
dilengkapi dengan AC. Kondisi ruang tanam dan ruang kultur suhu ruangan
dipertahankan kurang dari 200C dan kelembapan udaranya kurang dari 60%.
d. Penerangan
Penerangan di dalam ruangan laboratorium harus optimal dan tidak boleh
hanya tergantung dari cuaca/ sinar matahari. Untuk itu harus menggunakan
lampu (fluorescent day light bulbs) yang dipasang pada langit-langit.
e. Sumber Tenaga Listrik
Laboratorium kultur jaringan harus dilengkapi dengan tenaga
listrik yang memadai, stabil, dan kontinu, karena selain diperlukan untuk
penerangan hampir semua peralatan laboratorium menggunakan tenaga
listrik. Tenaga listrik yang dibutuhkan kurang lebih 10 KVA yang bersumber
dari PLN atau instalasi lain yang besar. Di ruang laboratorium harus
disediakan stop kontak yang cukup untuk alat-alat laboratorium.
f. Air
Setiap laboratorium kultur jaringan harus dilengkapi dengan air bersih.
Air yang digunakan harus air bersih yang tidak mengandung zat-zat dan atau
unsur-unsur yang akan mengganggu pertumbuhan tanaman. Penyediaan
kualitas air yang baik dalam jumlah yang cukup sepanjang musing sangat
penting untuk persemaian.

PEMULIAAN DAN
18 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 1.21. Menara Tangki Air


Sumber: Heru Sugito, 2017

5. Penyiapan Bangunan Laboratorium Kultur Jaringan


Kegiatan penyiapan sarana bangunan laboratorium kultur jaringan
tanaman diantaranya terdiri dari:
a. Penyusunan rencana tata letak sebuah bangunan laboratorium kultur
jaringan tanaman mencakup fasilitas sederhana untuk pelayanan prosesing
dan uji contoh benih;
b. Secara garis besar bangunan dibagi menjadi ruang administrasi dan ruang
laboratorium; dan
c. Jika kegiatan administrasi dan atau kegiatan pembiakan bertambah atau
berkembang, bangunan dapat diperluas.

Adapun persyaratan tata letak laboratorium kultur jaringan tanaman sebagai


berikut:
a. Lokasi
Bangunan laboratorium harus mudah dijangkau oleh produsen, pedagang,
konsumen benih, dan instansi terkait.
b. Letak
Apabila bangunan tersebut terletak di pinggir jalan raya, jarak antara gedung
dan poros jalan raya minimal 10 m (atau tergantung situasi setempat).
c. Bangunan Laboratorium
Untuk memberikan kenyamanan bagi analis dalam melaksanakan pengujian
diperlukan ruang kerja dan bangunan laboratorium yang memadai. Luas dan
desain bangunan laboratorium kultur jaringan disesuaikan dengan kapasitas
bibit yang tersedia.

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 19
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

LEMBAR PRAKTIKUM

A. Judul Praktikum
Melakukan Rencana Bangunan Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman
Perkebunan

B. Tujuan Praktikum
Setelah melakukan praktik rencana bangunan laboratorium kultur
Jaringann tanaman perkebunan peserta didik mampu menunjukkan teknik
penyiapan laboratorium kultur jaringan tanamanan perkebunan melalui
kegiatan penyusunan rencana tata letak sebuah bangunan laboratorium
kultur jaringan mencakup fasilitas untuk pelaksanaan kultur jaringan tanaman
dengan disiplin, teliti dan bertanggung jawab.

C. Keselamatan dan Keselamatan Kerja


Dalam pelaksanaan perencanaan dan atau pengembangan luasan dan
tata letak bangunan laboratorium kultur jaringan tanaman ada beberapa hal
yang harus diperhatikan:
1. Sebelum memulai kegiatan, tentukan dan pergunakan bahan dan alat
bantu yang sesuai dengan kebutuhan;
2. Pahami cara kerja dan penggunaan peralatan dan bahan kerja agar kegiatan
dapat berjalan dengan baik; dan
3. Atur dan tata kembali sarana dan tempat kerja seperti semula, bila kegiatan
telah selesai dilakukan.

D. Alat dan Bahan


Alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan ini adalah:
1. Kertas gambar ukuran A-4
2. Pensil gambar 3-B
3. Penggaris lurus 30–40 cm, presisi 0,5–1 mm.
4. Busur derajat 180–3600.
5. Penghapus pensil.

Bahan yang dipergunakan dalam kegiatan ini adalah:


1. Data inventarisasi/ kondisi fasilitas bangunan atau lahan yang dimiliki
lembaga;
2. Lay–out pemanfaatan/ tata ruang lahan dan bangunan yang dimiliki
lembaga;
3. Rencana pengadaan, atau pengembangan fasilitas bangunan lembaga; dn
4. Dokumen tentang desain bangunan laboratorium kultur jaringan.

E. Langkah Kerja
Membuat perencanaan dan atau pengembangan luasan dan tata letak sebuah
bangunan laboratorium kultur jaringan tanaman perkebunan:
1. Siapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan dalam merencanakan dan
atau mengembangkan luasan dan tata letak bangunan laboratorium kultur
jaringan tanaman;

PEMULIAAN DAN
20 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

LEMBAR PRAKTIKUM

2. Lakukan analisis kondisi fasilitas bangunan dan lahan yang dimiliki oleh
lembaga dengan rencana dan atau pengembangan luasan dan tata letak
bangunan laboratorium kultur jaringan tanaman;
3. Tentukan kebutuhan desain luasan dan tata letak bangunan laboratorium
kultur jaringan tanaman, sesuai kegiatan/ kapasitas kerja yang akan
dilakukan dengan mengacu contoh desain yang telah ada (diantaranya:
seperti contoh pada lembar informasi);
4. Lakukan pembuatan desain luasan dan tata letak bangunan laboratorium
kultur jaringan tanaman menggunakan bahan yang telah Anda sediakan;
5. Lengkapi desain luasan dan tata letak bangunan laboratorium kultur
jaringan tanaman dengan data diantaranya: arah bangunan, luasan
dan kegunaan masing-masing ruangannya, serta bahan dan jaringan
fasilitas pelengkapnya (dinding, lantai atap, ventilasi, pintu dan jendela,
penerangan, sumber tenaga, jaringan listrik dan air); dan
6. Lakukan pemeriksaan ulang tentang langkah perencanaan dan atau
pengembangan desain luasan dan tata letak bangunan laboratorium kultur
jaringan tanaman beserta keterangan penjelasannya yang telah dibuat
secara lengkap.

CONTOH SOAL

1. Jelaskan kelompok kegiatan yang dilaksanakan di laboratorium kultur jaringan!


2. Berapa ukuran lebar dan panjang laboratorium yang akan digunakan untuk 40
orang?

Kunci Jawaban
1. Kegiatan kultur jaringan di dalam laboratorium dibagi dalam 3 kelompok
yaitu:
a. Persiapan, baik persiapan media maupun persiapan bahan tanam
b. Isolasi dan Penanaman/ transfer
c. Inkubasi dan Penyimpanan/ pemeliharaan kultur
2. Untuk 40 orang siswa ukuran laboratorium yang baik adalah lebar 8-9 meter
dan panjang 11-12 meter atau untuk setiap siswa digunakan lebih kurang
2,5m2

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 21
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

CAKRAWALA

RUANGAN LABORATORIUM KULTUR JARINGAN


Pertumbuhan eksplan dalam kultur jaringan diusahakan dalam lingkungan yang
aseptik dan terkendali. Laboratorium yang efektif merupakan salah satu unsur
penting yang ikut menentukan keberhasilan pekerjaan, baik untuk penelitian,
mau-pun produksi. Laboratorium sebaiknya dibangun di daerah yang udaranya
bersih, tidak banyak debu dan polutan. Bangunan laboratorium kultur jaringan
sebaiknya mempunyai pembagian ruangan yang diatur sedemikian rupa
sehingga tiap kegiatan terpisah satu dengan yang lainnya, tetapi mudah saling
berhubungan dan mudah dicapai. Pembagian ruangan laboratorium kultur
jaringan berdasarkan kegiatan-kegiatannya adalah sebagai berikut:
1. Ruang persiapan/ preparasi;
2. Ruang transfer/ tanam;
3. Ruang kultur/ inkubasi;
4. Ruang stok/ media jadi; dan
5. Ruang timbang/ bahan kimia.

Ruang Persiapan
Ruang ini dipergunakan untuk mempersiapkan media kultur dan bahan tanaman
yang akan dipergunakan, sebagai tempat mencuci alat-alat laboratorium, dan
tempat untuk menyimpan alat-alat gelas. Sesuai dengan fungsinya, maka di-
ruangan ini terdiri dari:
1. Hot plate dengan magnetic stirer;
2. Oven;
3. Pengukur pH, dapat berupa pH meter, atau kertas pH indikator;
4. Autoklaf;
5. Kompor gas;
6. Tempat cuci; dan
7. Labu takar, gelas piala, erlenmeyer, pengaduk gelas, spatula, petridish, pipet,
botol kultur, pisau scapel.

Ruang Transfer/ Tanam


Ruang transfer merupakan ruang dimana pekerjaan aseptik dilakukan. Dalam
ruangan ini dilakukan kegiatan isolasi tanaman, sterilisasi dan penanaman
eksplan dalam media. Ruangan ini sedapat mungkin bebas dari debu dan hewan
kecil, serta terpisah dan tersekat dengan ruangan lain. Penggunaan AC sangat
dianjurkan dalam ruangan ini. Ruang transfer dilengkapi peralatan sebagai
berikut:
1. Laminar air flow cabinet, bisa juga enkas;
2. Alat-alat diseksi; pisau bedah/ scapel, pinset, spatula, dan gunting;
3. Hand sprayer yang berisi alkohol 70 %; dan
4. Lampu bunsen.

PEMULIAAN DAN
22 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

CAKRAWALA
Ruang Kultur/ Inkubasi
Merupakan ruang yang paling besar dibanding dengan ruangan yang lain.
Ruangan ini harus dijaga kebersihannya dan sedapat mungkin dihindari terlalu
banyak keluar masuknya orang-orang yang tidak berkepentingan. Ruangan ini
berisi rak-rak kultur yang berfungsi untuk menampung botol-botol kultur yang
berisi tanaman. Rak ini juga dilengkapi dengan lampu-lampu sebagai sumber
cahaya bagi tanaman kultur. Selain rak kultur, ruang kultur juga harus dilengkapi
dengan AC, pengukur suhu dan kelembapan, serta timer yang digunakan untuk
menghidupkan dan mematikan lampu secara otomatis.
Cahaya yang digunakan sebagai penerangan, sebaiknya cahaya putih yang
dihasilkan dari lampu flourescent. Lampu flourescent dipakai karena sangat baik
dan sangat efisien dalam penggunaan energi bila dibanding dengan lampu pijar.
Karena pada lampu pijar, hampir 90 % merupakan energi panas, sehingga mem-
pengaruhi ruangan.
Panjang penyinaran/ lama penyinaran yang dibutuhkan oleh tiap tanaman
berbeda-beda. Berapa lama penyinaran harus diberikan, tergantung pada jenis
tanaman dan respon yang diinginkan. Ada kultur yang membutuhkan waktu pe-
nyinaran yang terus menerus, ada yang 14–16 jam/ hari, ada yang 10–12 jam/
hari. Rata-rata waktu penyinaran yang efektif adalah 12–16 jam/ hari. Suhu
ruang kultur diatur pada suhu 25–28o C. Pada suhu yang terlalu dingin, kultur
kadang tidak berkembang dengan baik, begitu juga jika suhu ruang kultur terlalu
panas, maka jamur dan bakteri akan berkembang biak dengan cepat dan tanaman
menjadi layu.

Ruang Stok/ Media Jadi


Ruangan ini berfungsi sebagai ruang untuk menyimpan media tanam yang
sudah di autoklaf. Ruang stok sebaiknya dingin dan gelap, serta kebersihannya
harus dijaga. Media tanam akan diinkubasi pada ruang ini selama 3 hari sebelum
digunakan. Hal ini untuk mengetahui kondisi media tanam apakah steril atau
ter-kontaminasi jamur/ bakteri. Apabila media terkontaminasi, sebaiknya segera
dikeluar-kan dan diautoklaf selama 1 jam pada tekanan 0.14 Mpa.

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 23
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

CAKRAWALA

Denah Lengkap Ruangan Laboratorium Kultur Jaringan

Ruang Timbang/ Bahan Kimia


Ruang ini berisi stok bahan-bahan kimia, timbangan analitik, magnetik stirer dan
lemari es. Semua kegiatan penimbangan bahan kimia dan pembuatan larutan
stok dilakukan di ruangan ini. Berikut skema laboratorium kultur jaringan yang
mempunyai 5 ruang sesuai dengan tahapan dan fungsinya masing-masing.
Sedangkan pada laboratorium sederhana, ruang tanam, ruang kultur dan ruang
stok media dapat digabung menjadi satu ruangan sedangkan ruang preparasi/
persiapan dapat digabung dengan ruang bahan kimia (seperti dalam gambar di
bawah). Dari 2 ruangan ini, ruang tanam + kultur harus memakai AC. Untuk daerah
yang bersuhu dingin, tanpa memakai AC tidak ada masalah.
Denah Sederhana Ruangan Laboratorium Kultur Jaringan

https://tanamaninvitro.blogspot.com/2012/05/ruangan-laboratorium-kultur-
jaringan.html

PEMULIAAN DAN
24 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

JELAJAH INTERNET

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai


penyiapan laboratorium kultur jaringan tanaman
perkebunan, dapat membuka salah satu website yang dapat
Anda kunjungi, yaitu:
https://tanamaninvitro.blogspot.com/2012/05/ruangan-
laboratorium-kultur-jaringan.htmlhttps://tanamaninvitro.
blogspot.com/2012/05/ruangan-laboratorium-kultur-
jaringan.html

RANGKUMAN

Laboratorium adalah bagian integral dari bidang akademik (bukan bagian


dari rumah tangga atau administrasi), maka manajemen laboratorium perlu
direncanakan seiring dengan perencanaan akademik (program dan anggarannya).
Peranan laboratorium sangat besar dalam menentukan mutu pendidikan karena
laboratoriumlah yang menghasilkan karya-karya ilmiah yang membanggakan,
yang tak dapat dihasilkan oleh institusi lainnya. Sehingga bagi pendidikan yang
bermutu, laboratorium menjadi bagian yang dikedepankan.
Kegiatan kultur jaringan di dalam laboratorium dibagi dalam 3 kelompok
yaitu:
a. Persiapan, baik persiapan media maupun persiapan bahan tanam;
b. Isolasi dan Penanaman; dan
c. Inkubasi dan Penyimpanan/ pemeliharaan kultur.

Persyaratan tata letak laboratorium kultur jaringan tanaman adalah sebagai


berikut:
a. Bangunan laboratorium harus mudah dijangkau olreh konsumen dan instansi
yang terkait;
b. Tidak terletak diarah angin, yaitu untuk menghindari polusi terhadap kamar
lain;
c. Mempunyai jarak yang cukup jauh dari sumber air, untuk menghindari
pencemaran air;
d. Mempunyai saluran pembuangan tersendiri untuk menghindari pencemaran
lingkungan sekitar/ penduduk;
e. Mempunyai jarak cukup jauh terhadap bangunan lain untuk memberikan
ventilasi yang cukup dan penerangan alami yang optimum; dan
f. Terletak pada bagian yang mudah dikontrol.

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 25
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

TUGAS MANDIRI

1. Buatlah kumpulan tulisan berupa rangkuman informasi yang Anda peroleh


tentang desain laboratorium kultur jaringan tanaman berdasar pemahaman
Anda!
2. Lakukan kunjungan dan atau konsultasi pada instansi/pengusaha bibit atau
unit kerja laboratorium kultur jaringan tanaman di sekolah atau instansi yang
relevan tentang proses menyiapkan sarana laboratorium kultur jaringan
tanaman dan dapatkan informasi tentang:
a. Bangunan laboratorium kultur jaringan tanaman, mulai dari: keberadaan
lokasi, letak luasan dan kondisi bangunannya.
b. Produktivitas unit kerja laboratorium kultur jaringan tanaman, efektifitas,
dan efisiensi kinerja unit kerja dalam memberi layanan kepada
pelanggannya.
c. Catat hasil observasi tersebut, lakukan analisa global, buat kesimpulan dan
diskusikan dengan teman, dan fasilitator Anda!
d. Hasil diskusi yang telah disetujui fasilitator selanjutnya disusun dalam
odner/ stopmap ringkasan hasil kunjungan (observasi) berupa portofolio
hasil belajar Anda.

PENILAIAN AKHIR BAB

Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar!


1. Pengertian laboratorium banyak dikemukakan oleh para ahli. Jelaskan
pengertian laboratorium yang dikemukakan dalam PERMENPAN No 3 Tahun
2010!
2. Jelaskan fungsi laboratorium dalam proses pendidikan!
3. Sekelompok siswa SMK akan memulai usaha kultur jaringan dengan skala
rumah tangga., maka desain laboratorium bagaimana yang harus disiapkan?
Dan ruangan apa saja yang harus disiapkan kelompok siswa tersebut?
4. Jelaskan persyaratan dan tata letak laboratorium kultur jaringan tanaman!
5. Bagaimana cara membuat ventilasi pada bangunan laboratorium kultur
jaringan? Dan alat apa yang harus dipasang apabila suhu ruangan mencapai
28OC?

REFLEKSI

Setelah kegiatan pembelajaran bab satu berakhir Anda tentunya sudah memahami
teknik penyiapan laboratorium kutur jaringan tanaman perkebunan. Dari materi
tersebut masih adakah materi yang Anda rasa sulit? Untuk lebih memahaminya
Coba diskusikan dengan teman atau dengan guru Anda, karena konsep dasar
pada bab ini sangat penting dan akan terkait dengan konsep dalam bab-bab
selanjutnya.

PEMULIAAN DAN
26 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

TEKNIK PENYIAPAN PERALATAN KULTUR JARINGAN BAB


TANAMAN PERKEBUNAN II
BAB II TEKNIK PENYIAPAN PERALATAN KULTUR JAR-
INGAN TANAMAN PERKEBUNAN

TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari teknik penyiapan laboratorium kultur jaringan tanaman
perkebunan peserta didik mampu menjelaskan jenis dan fungsi peralatan kultur
jaringan tanaman perkebunan, menjelaskan SOP peralatan kultur jaringan
tanaman pekebunan dan menganalisis dan menunjukkan penyiapan peralatan
kultur jaringan tanaman perkebunan dengan disiplin, teliti dan bertanggung
jawab.

PETA KONSEP
TEKNIK PENYIAPAN PERALATAN KULTUR
JARINGAN TANAMAN PERKEBUNAN

Jenis dan Fungsi peralatan


Kultur Jaringan Tanaman
Perkebunan

Penyiapan Peralatan Kultur


Jaringan Tanaman
Perkebunan

KATA KUNCI

laboratorium-peralatan-alat-kultur jaringan-spesifikasi-fungsi alat

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 27
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

PENDAHULUAN

Sebelum melanjutkan materi marilah kita coba memperhatikan alat–alat


yang biasa digunakan di laboratorium kultur jaringan tanaman. Apakah Anda
sudah mengenal jenis dan fungsi peralatan berikut ini?

Gambar 2.1. Alat Laboratorium Kultur Jaringan


Sumber: https://ackuljar.blogspot.com

Kultur jaringan tanaman merupakan suatu metode mengambil bagian


tanaman yang ditumbuhkan dalam keadaan steril, sehingga bagian tanaman
tersebut dapat menggandakan diri dalam jumlah yang sangat banyak. Dengan
metode ini dapat diperoleh bibit tanaman dengan sifat yang sama dalam jumlah
besar dan dalam waktu relatif singkat. Kultur jaringan umumnya dilakukan di
laboratorium yang bersih dan steril. Dalam kegiatan kultur jaringan di laboratorium
diperlukan alat-alat yang menunjang keberhasilan metode tersebut.
Alat-alat yang digunakan di laboratorium dikelompokkan menjadi: peralatan
gelas, peralatan bukan gelas (non gelass equipment) pendukung, peralatan pemanas
(hetting equipment), neraca untuk menimbang dan peralatan sterilisasi.

PEMULIAAN DAN
28 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

A. Jenis dan Fungsi Peralatan Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman Perkebunan


Metode kultur jaringan merupakan prosedur laboratorium aseptis yang
membutuhkan fasilitas yang unik dan keahlian khusus. Laboratorium kultur
jaringan harus selalu mengutamakan dan memperhatikan tingkat sterilitas
sehingga terbebas dari kontaminasi dan mikroba yang tidak dikehendaki, Oleh
karena itu, perlu dilengkapi dengan peralatan sesuai standar. Peralatan yang
dibutuhkan sebagai berikut:
1. Peralatan Gelas
a. Labu Ukur
Spesifikasi : Ukuran 50 ml, 100 ml, 250 ml, 500 ml, 2000 ml.
Fungsi :
Untuk mengencerkan larutan sampai pada volume tertentu

Gambar 2.2 Labu Ukur


Sumber: http://4.bp.blogspot.com/-

b. Gelas Beker (Beaker glasss)


Spesifikasi: Ukuran 50 ml, 10 ml, 250 ml, 500 ml, 1000 ml, 2000 ml.
Fungsi:
Menampung bahan kimia berupa padatan dan larutan, pasta ataupun tepung,
Melarutkan bahan, Memanaskan bahan, dan Mengukur volume larutan secara
kasar.

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 29
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 2.3 Gelas Beker


Sumber: http://4.bp.blogspot.com/-

c. Petridish
Spesifikasi :-
Fungsi : untuk wadah/ tempat memotong-motong eksplan.

Gambar 2.4. Petridish


Sumber: https://ackuljar.blogspot.com

d. Erlenmeyer
Spesifikasi: Ukuran 50 ml, 10 ml, 250 ml, 500 ml, 1000 ml, 2000 ml.
Fungsi:
Mengukur dan mencampur bahan-bahan analisa, Menampung larutan, bahan
padat ataupun cairan, serta Meracik dan menghomogenkan (melarutkan)
bahan-bahan komposisi media.

PEMULIAAN DAN
30 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 2.5. Erlenmeyer


Sumber: http://4.bp.blogspot.com/-

e. Gelas Ukur (Plain Chilinder Graduated Cylinder)


Spesifikasi: Ukuran 10 ml sampai 2000 ml.
Fungsi:
Untuk menyimpan dan melarutkan bahan kimia, danMengukur volume
larutan/ cairan tepung pada berbagai skala ukuran dengan ketelitian sedang.

Gambar 2.6. Gelas Ukur


Sumber: http://4.bp.blogspot.com/-

f. Botol Kultur
Spesifikasi: Ukuran panjang, pendek
Fungsi:
wadah untuk sterilisasi, untuk media kultur, dan Wadah untuk alkohol 90%
dan wadah akuades.

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 31
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 2.7. Botol Kultur


Sumber: https://ackuljar.blogspot.com

g. Pipet Ukur
Spesifikasi: Ukuran 0,5 ml,1 ml, 2 ml, 5 ml, 10 ml, 25 ml, 50 ml,
Fungsi:
Mengukur volume larutan pada berbagai skala/ukuran dengan ketelitian
relative tinggi

Gambar 2.8. Pipet Ukur


Sumber: https://salamadian.com

PEMULIAAN DAN
32 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

h. Pipet Tetes (Dropper Disposebble Pipet)


Spesifikasi: Ukuran panjang 10 cm, 15 cm, 20cm
Fungsi:
Untuk mengambil larutan dalam bentuk larutan dalam
bentuk larutan, Mengambil/memindahkan larutan tetes demi tetes dan
Menambahkan cairan/ larutan dalam proses pengenceran.

Gambar 2.9. Pipet Tetes


Sumber: https://salamadian.com

i. Pengaduk Kaca
Spesifikasi: Ukuran panjang 20cm, 25 cm, 30 cm
Fungsi:
Pengaduk kaca digunakan untuk mengaduk larutan-larutan yang ada pada
kultur jaringan

Gambar 2.10. Pengaduk Kaca


Sumber: https://ackuljar.blogspot.com

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 33
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

j. Corong Kaca
Spesifikasi:-
Fungsi:
Untuk memindahkan cairan dari wadah satu ke wadah yang lain terutama
pada wadah dengan berdiameter kecil; dan Funnel juga dapat membantu
penyaringan dengan menaruh kertas saring pada mulut corong.

Gambar 2.11. Corong Kaca


Sumber: https://ackuljar.blogspot.com

k. Pembakar Bunsen (Bunsen Burner)


Spesifikasi:-
Fungsi: Untuk menciptakan kondisi yang steril, Untuk sterilisasi jarum ose
atau yang lain, bagian api yang paling cocok untuk memijarkannya adalah
bagian api yang berwarna biru (paling panas).

Gambar 2.12. Bunsen Burner


Sumber: https://ackuljar.blogspot.com

PEMULIAAN DAN
34 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

2. Peralatan Bukan Gelas (Non Gelass Equipment) Pendukung


Peralatan bukan gelas diperlukan untuk kegiatan inti atau mendukung
penggunaan peralatan lain. Peralatan bukan gelas, yaitu:
a. Spatula
Spesifikasi : Ukuran 15 cm, 20 cm, 25 cm
Fungsi :
Untuk mengambil media(sample), Memindahkan bahan berupa padatan,
Membantu memindahkan padatan padatan pada penimbangan, dan Untuk
mengencerkan larutan sampai pada volume Tertentu.

Gambar 2.13. Spatula


Sumber: http://4.bp.blogspot.com/-

b. Pinset
Spesifikasi : Lurus, dental
Fungsi :
1) Untuk menjepit/ mengambil bahan
2) Untuk menanam eksplan

Gambar 2.14. Pinset


Sumber: http://4.bp.blogspot.com/-

c. Gunting
Spesifikasi :-
Fungsi : -Untuk memotong eksplan (multifikasi)

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 35
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 2.15. Gunting


Sumber: http://agroprimalab.com

d. Scalpel Handle/ Scalpel Blade


Spesifikasi :-Pointed (ujungnya runcing, tajam), Bellied (convex)
Fungsi :-Untuk inisiasi, sub kultur

Gambar 2.16. Scalpel handle/ Scalpel blade


Sumber: https://ekkyfajarfranasaputra.files.wordpress.com

e. Tutup Botol Kultur


Spesifikasi :-
Fungsi :
Untuk penutup botol kultur sehingga suhu dan kelembapan dalam botol
dapat terjaga.

PEMULIAAN DAN
36 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 2.17. Tutup Botol Kultur


Sumber: https://ackuljar.blogspot.com

f. Mortar dan Alue (Pestle)


Spesifikasi :-
Fungsi :
Untuk menghancurkan atau menghaluskan suatu bahan atau zat yang masih
bersifat padat atau kristal.

Gambar 2.18. Mortar dan Alue (Pestle)


Sumber: https://salamadian.com

g. Filler/Ball Pipet
Spesifikasi :-
Fungsi :
menyedot larutan, yang biasanya dipasang pada pangkal pipet ukur/ pipet
volum.

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 37
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 2.19. Filler/Ball Pipet


Sumber: https://salamadian.com

Dalam penggunaannya harus hati-hati jangan sampai zat cair masuk ke


bagian atas filler/ ball pipet, karena hal ini akan menyebabkan kerusakan
pada ball pipet. Ball pipet memiliki 3 saluran yang masing-masing saluran
memiliki katup.
1) Katup dengan simbol A (Aspirate) berguna untuk mengeluarkan udara
dari gelembung;
2) Katup dengan simbol S (Suction) merupakan katup yang jika ditekan,
maka cairan dari ujung pipet akan tersedot ke atas; dan
3) Katup dengan simbol E (Exhaust) berfungsi untuk mengeluarkan cairan
dari pipet ukur.

Cara Menggunakan Filler/ Ball Pipet


1) Hubungkan ball pipet dengan pipet ukur/volum;
2) Pencet/ tekan huruf A pada bola isap dengan menggunakan ibu jari dan
telunjuk, lalu jari tengah, manis, dan kelingking mengempeskan bola isap;
3) Masukkan ujung pipet ke dalam gelas kimia yang berisi larutan;
4) Pencet/ tekan huruf S pada ball pipet dengan menggunakan ibu jari dan
jari telunjuk, untuk menghisap larutan; dan
5) Pencet/tekan huruf E pada ball pipet dengan menggunakan ibu jari dan
jari telunjuk, untuk mengeluarkan kembali larutan untuk dipindahkan
ketempat lain.

h. Botol Semprot
Spesifikasi : 250 ml, 500 ml, 1000 ml.
Fungsi :
Untuk menyimpan akuades dalam jumlah sedikit, untuk membilas peralatan
laboratorium dan berfungsi pada proses pengenceran seperti labu ukur
erlenmeyer.

PEMULIAAN DAN
38 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 2.20. Botol semprot


Sumber: http://www.jagadkimia.com

3. Peralatan Pemanas
a. Magnetic Stirrer hot plate
Spesifikasi:
Fungsi :
Untuk membuat larutan jenuh. Selain itu, beberapa bahan kimia
membutuhkan bantuan panas dalam proses pelarutannya

Gambar 2.21. Magnetic Stirrer hot plate


Sumber: https://www.alatalatlab.com

Cara Menggunakan hot plate Stirrer (SOP)


1) Menyambungkan hot plate stirrer ke sumber daya listrik;
2) Tekan tombol ON untuk menyalakannya;

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 39
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

3) Masukkan pelarut, biasanya akuades, ke dalam alat gelas seperti gelas


kimia (beaker glasss) atau erlenmeyer;
4) Letakkan beaker glass berisi larutan tersebut diletakkan di atas hot plate
stirrer;
5) Masukkan sejumlah bahan kimia tertimbang (pakai timbangan analitik);
6) Atur suhu alat pengaduk stirrer hot plate;
7) Masukkan batang pengaduk (magnetic stirrer) ke dalam beaker glasss; dan
8) Atur kecepatan pengadukan (rpm).

4. Neraca/ Timbangan
Alat timbang yang digunakan di laboratorium dan yang digunakan
dikeseharian kita hampir sama fungsinya, yaitu untuk mengukur dan menakar
sejumlah zat. Bedanya alat timbang yang digunakan di laboratorium lebih
beragam baik dari segi ukuran, kapasitas maupun tingkat ketelitian. Ada yang
disebut timbangan kasar, ada pula yang disebut timbangan halus.
Di laboratorium, kedua jenis alat timbang, baik kasar maupun halus tetap
digunakan. Beda timbangan kasar dan timbangan halus adalah pada ukuran
dan tingkat ketelitian. Timbangan kasar biasanya tingkat ketelitiannya hanya
sampai 50 gram atau 1 gram, sedangkan timbangan halus tingkat ketelitiannya
dapat mencapai 0.001 mg.

a. Neraca Ohaus digital


Spesifikasi :-
Fungsi :
Menimbanga bahan-bahan laboratorium, Seperti Agar-agar atau gula.

Gambar 2.22. Timbangan Analytical


Sumber: https://www.alatalatlab.com

Salah satu jenis neraca ohaus digital adalah timbangan elektronik portabel
Ohaus Scout Pro (oxprow). Timbangan ini cukup ringan dan mudah dibawa
kemana-mana. Kapasitas maksimal jenis timbangan portabel ini adalah 200
gram dengan tingkat ketelitian 0,01 gram.

PEMULIAAN DAN
40 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

b. Timbangan Analytical
Spesifikasi: -
Fungsi:
Menimbanga bahan-bahan laboratorium, Seperti partikel atau bahan dasar
kimia.

Gambar 2.23. Timbangan Analytical


Sumber: https://ackuljar.blogspot.com

Keunggulan timbangan Analytical balance memiliki keunggulan dalam


akurasi penghitungan dengan pencapaian empat angka dibelakang koma
dalam satuan gram (0.0001 gr), jika dikonversikan dalam mg menjadi (0.1
mg). Timbangan Laboratorium sudah dilengkapi dengan kaca penutup yang
berfungsi untuk menghalangi angin pada saat melakukan penimbangan.

Langkah Kerja Penggunaan Alat (SOP)
1) Pastikan peralatan neraca analitik terhubung dengan sumber listrik;
2) Persiapkan bahan yang akan ditimbang dan juga alat untuk menimbangnya
yaitu kaca arloji;
3) Normalkan neraca dengan menekan tombol O. Sampai dilayar tertera
tulisan 0000, dan neraca siap dipergunakan;
4) Buka pintu neraca, masukkan kaca arloji. Timbang, lalu normalkan lagi
neracanya dengan menekan tombol O;
5) Masukkan sedikit demi sedikit bahan yang akan ditimbang;
6) Timbang bahan tersebut sampai batas yang diinginkan;
7) Tutup pintu neraca, tunggu hingga hasil yang tertera pada layar
menunjukkan angka perhitungan yang akurat tidak berubah lagi. Lalu
catat hasil penimbangan;
8) Buka pintu neraca, keluarkan kaca arloji beserta hasil timbangannya; dan
9) Tutup kembali pintu neraca. Normalkan kembali neraca dengan menekan
tombol O.

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 41
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Cara Menggunakan Timbangan Yang Baik Dan Benar


1) Posisi duduk harus benar, yaitu tepat menghadap timbangan untuk
menghindarkan kesalahan pembacaan;
2) Periksa timbangan terlebih dahulu untuk melihat apakah timbangan
bekerja dengan baik dan berada dalam posisi setimbang;
3) Kesetimbangan diperoleh dengan melihat kedudukan timbangan yang
harus datar air, dan jarum penunjuk harus mengarah pada angka nol pada
posisi setimbang;
4) Jangan menimbang bahan yang panas karena saat dingin nilainya pasti
akan berbeda;
5) Jika menimbang bahan atau khemikalia langsung di atas pan penimbang,
gunakan wadah yang cocok seperti arloji, botol timbang, krus, gelas piala,
cawan ataupun kertas. Tapi sebelum digunakan sebagai alas menimbang,
wadah terebut harus bersih dan di keringkan dalam oven bersuhu 110oC
lalu didinginkan dalam eksikator selama 15 menit;
6) Selama menimbang usahakan jangan menggunakan tangan untuk
menaruh atau mengambil wadah untuk menimbang bahan, anak
timbangan, dll. Gunakan alat-alat seperti penjepit, pinset, sendok,
spatula, atau pipet untuk bahan cair;
7) Ketika menambah atau mengurangi beban timbangan usahakan alat
penimbang dalam kondisi diam dan tidak bergerak;
8) Jangan menimbang melebihi kapasitas timbangan; dan
9) Setelah selesai menimbang bersihkan alat timbangan dan simpan dalam
keadaan terkunci.
5. Peralatan Sterilisasi
a. Autoclave
Spesifikasi :
Fungsi :
Untuk mensterilkan berbagai macam alat dan medium kultur jaringan
tumbuhan denan mengunakan tekanan 15 psi (1,02 atm) dan suhu 121°C

PEMULIAAN DAN
42 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 2.24. Autoclave dengan sumber pemanas listrik


Sumber: https://tissuecultureandorchidologi.blogspot.com

Gambar 2.25. Autoclave dengan sumber pemanas kompor


Sumber: https://tissuecultureandorchidologi.blogspot.com

b. Laminar air flow (LAF)


Spesifikasi :-
Fungsi :
Sebagai ruangan untuk pengerjaan secara eseptis. Prinsip penaseptisan
suatu ruangan berdasarkan aliran udara keluar dengan kontaminasi udara
dapat diminimalkan.

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 43
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 2.26. Laminar air flow (LAF)


Sumber: https://www.biosafetycabinet.co.id

Laminar air flow adalah meja kerja steril untuk melakukan kegiatan inokulasi/
penanaman. Laminar air flow merupakan suatu alat yang digunakan dalam
pekerjaan persiapan bahan tanaman, penanaman, dan pemindahan tanaman
dari sutu botol ke botol yang lain dalam kultur in vitro. Alat ini diberi nama
Laminar air flow Cabinet, karena meniupkan udara steril secara kontinue
melewati tempat kerja sehingga tempat kerja bebas dari, debu dan spora-
spora yang mungkin jatuh ke dalam media, waktu pelaksanaan penanaman.
Aliran udara berasal dari udara ruangan yang ditarik ke dalam alat melalui
filter pertama (pre-filter), yang kemudian ditiupkan keluar melalui filter
yang sangat halus yang disebut HEPA (High efficiency Particulate Air Filter),
dengan menggunakan blower.

Pada Laminar air flow, terdapat 2 macam filter:


1) Pre-filter, yang menggunakan saringan pertama terhadap debu-debu
dan benda-benda yang kasar. Pori-porinya kira-kira 5 mm sehingga
efisiensinya dapat mencapai 95 mm untuk objek-objek yang ≥ 5 mm.
HEPA filter dengan pori-pori 0.3 (m dan terdapat pada bidang keluar
udara kearah permukaan tempat kerja; dan
2) Pre-filter harus sering dibersihkan dengan vaccum cleaner dan sebaiknya
diganti 1 tahun sekali. Namun HEPA filter diganti setelah melalui
pemeriksaan dengan particulate count atau dengan alat yang disebut
magnehelic gauge. Laminar air flow cabinet ada yang dilengkapi dengan
lampu U.V., ada juga yang tanpa. Pada laminar air flow cabinet yang tidak
dilengkapi dengan lampu U.V., blower harus dijalankan terus menerus
walaupun laminar air flow cabinet tersebut sedang tidak dipergunakan.
Hal ini dilakukan untuk menjaga kebersihan ruang kerja didalam laminar
air flow tersebut. Pada laminar air flow yang dilengkapi dengan lampu
U.V., dianjurkan agar menyalakan lampu U.V. minimum 30 menit sebelum
laminar air flow digunakan. Ketika laminar air flow sedang digunakan,
lampu U.V. harus dimatikan, sedangkan blower dijalankan. Blower pada
laminar air flow cabinet yang dilengkapi dengan lampu U.V., hanya
dijalankan pada saat laminar air flow sedang digunakan.
PEMULIAAN DAN
44 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Alat-alat yang dimasukkan ke dalam Laminar air flow yaitu:


1) Lampu alkohol/ Bacti cinerator;
2) Wadah alkohol: botol/ gelas piala ≥ 250 ml;
3) Pinset, skalpel, gunting, dan jarum;
4) Petri-dish steril;
5) Disceting Microscope, bila sedang isolasi meristim;
6) Kertas tissue/ kapas; dan
7) Sprayer berisi alkohol 70% (tidak harus dalam cabinet).
Laminar air flow sering disebut juga sebagai Biological Safety Cabinet
(BSC) yaitu alat yang berguna untuk bekerja secara aseptis karena BSC/ LAF
mempunyai pola pengaturan dan penyaring aliran udara sehingga menjadi
steril dan aplikasisinar UV beberapa jam sebelum digunakan.

Prosedur penggunaan BSC/ LAF adalah sebagai berikut:


1) Hidupkan lampu UV selama 2 jam, selanjutnya matikan segera sebelum
mulai bekerja;
2) Pastikan kaca penutup terkunci dan pada posisi terendah;
3) Nyalakan lampu neon dan blower;
4) Biarkan selama 5 menit;
5) Cuci tangan dan lengan dengan sabun gemisidal/ alkohol 70 %;
6) Usap permukaan interior LAF/ BSC dengan alkohol 70 % atau desinfektan
yang cocok dan biarkan menguap;
7) Masukkan alat dan bahan yang akan dikerjakan, jangan terlalu penuh
(overload) karena memperbesar risiko kontaminan;
8) Atur alat dan bahan yang telah dimasukan ke LAF/ BSC sedemikian rupa
sehingga efektif dalam bekerja dan tercipta areal yang benar-benar steril;
9) Jangan menggunakan pembakar Bunsen dengan bahan bakar alkohol tapi
gunakan yang berbahan bakar gas;
10) Kerja secara aseptis dan jangan sampai pola aliran udara terganggu
oleh aktivitas kerja;
11) Setelah selesai bekerja, biarkan 2-3 menit supaya kontaminan tidak
keluar dari BSC;
12) Usap permukaan interior LAF/ BSC dengan alkohol 70 % dan biarkan
menguap lalu tangan dibasuh dengan desinfektan; dan
13) Matikan lampu neon dan blower.

Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan Laminar air flow (LAF)
adalah sebagai berikut:
1) Jangan meletakkan lampu bunsen terlalu dekat dengan filter dan alkohol
untuk merendam peralatan kultur;
2) Jangan menumpuk alat-alat, botol-botol media, dan lain-lain benda di
depan tempat bekerja sehingga menghalangi aliran udara;
3) Jangan mencelupkan alat tanam dengan nyala api ke dalam alkohol (nyala
api alkohol yang terdapat pada alat tanam, tidak terlihat dengan jelas di
tempat yang terang HATI-HATI !!!);

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 45
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

4) Jangan mendekati lampu bunsen, dengan tangan yang baru disemprot


alkohol atau spiritus; dan
5) Bersihkan Laminar air flow Cabinet, setelah selesai bekerja. Jangan
meninggalkan botol bekas, kapas bekas, dan sebagainya di dalam LAF.

Prinsip Kerja dari Laminar air flow (LAF) adalah sebagai berikut:
1) Laminar air flow digunakan sebagai meja kerja steril untuk kegiatan
inokulasi/ penanaman;
2) Laminar air flow mengutamakan adanya hembusan udara steril yang
digerakkan oleh blower yang disaring oleh HEPA Filter;
3) Sebelum dioperasikan Laminar air flow lampu UV harus dinyalakan
minimal 30 menit dan harus dilakukan penyemprotan dengan alcohol
agar alat dan ruang kerja tersebut terjamin kesterilannya;
4) Pada saat melaksanakan pekerjaan, harus dinyalakan blowernya yang
berfungsi sebagai penghembus udara steril dan lampu TL sebagai
penerang; dan
5) Agar Laminar air flow dapat difungsikan setiap saat, pemeliharaan dan
perawatan alat harus selalu dilakukan.

Cara Perawatan Laminar air flow (LAF):


Apabila Laminar air flow Cabinet selesai dipergunakan, untuk langkah
perawatannya yaitu antara lain:
1) Membersihkan semua sisa potongan eksplan dengan tissue;
2) Bakarlah (pisau scalpel, pinset) dengan menyemprotkan terlebih dahulu
dengan alkohol 95% dan tempatkan kembali dalam keadaan siap pakai;
3) Matikan blower dengan memijit tombol “off”;
4) Semprotkan ruang kerja dengan alkohol;
5) Tutup kembali pintu Laminar air flow Cabinet;
6) Matikan lampu TL; dan
7) Nyalakan kembali lampu UV.
Salah satu faktor yang menentukan di dalam keberhasilan kita
melakukan insisiasi kultur jaringan (mensterilkan bahan eksplan yang berasal
dari luar) adalah kuliatas Laminar air flow (LAF), Kualitas LAF ditentukan pada
bahan lapisan (filter yang digunakan dalam laminar tersebut).
Kebanyakan produk LAF di dalam negri hanya menggunakan filter
plakton yang mempunyai kemampuan menyaring benda hanya sampai
beberapa um (mikrometer) saja. Sehingga dalam pelaksanaannya hasil
kerja LAF tersebut tidak optimal. Kemudian ada juga yang kualitasnya sudah
cukup baik, yaitu sudah menggunakan filter steril yang memang khusus
untuk menyaring mikroba. Filter steril ini namanya HEPA dan ternyata yang
digunakan banyak oleh produk lokal adalah HEPA yang kualiatas dua atau
dengan kemampuan menyaring 75%.
Ada filter steril yang daya saringnya sangat tinggi dan biasanya
digunakan untuk laminar berstandar internasional, yaitu yang menggunakan
HEPA dengan kemampuan menyaring sangat tinggi yaitu 99.99%. Pada

PEMULIAAN DAN
46 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN
kondisi ini semua partikel bahkan bau pun akan tersaring sehingga benar-
benar kemampuan kerja LAF tersebut sangat dapat diandalkan.
B. Penyiapan Peralatan Kultur Jaringan Tanaman Perkebunan
Laboratorium kultur jaringan harus selalu mengutamakan dan
memperhatikan tingkat sterilitas sehingga terbebas dari kontaminasi dan mikroba
yang tidak dikehendaki. Laboratorium yang efektif merupakan salah satu unsur
penting yang ikut menentukan keberhasilan pekerjaan, baik untuk penelitian, mau-
pun produksi. Peralatan minimal yang diperlukan untuk ini adalah sesuai dengan
ruangan-ruangan yang tersedia:
1. Ruang Preparasi
Didalam ruang ini disediakan peralatan-peralatan dan tempat untuk mencuci
alat-alat laboratorium yang akan digunakan. Peralatan-peralatan yang ada
antara lain:
a. Keranjang plastik;
b. Tempat sabun cuci;
c. Ember;
d. Sikat botol; dan
e. rak pengering.
2. Ruang Penimbangan dan Bahan
a. Timbangan analitik/ digital dengan tingkat ketelitian minimal 0,01;
b. Spatula/ sendok bahan kimia; dan
c. Rak-rak penyimpanan bahan kimia.
3. Ruang Pembuatan Media
a. Timbangan analitik;
b. Spatula;
c. Alat-alat gelas;
d. pH meter;
e. Botol kultur;
f. Autoclave;
g. Lemari es;
h. Aqua distilater; dan
i. Dehumidifier.
4. Ruang Penanaman
a. Laminar air flow Cabinet/ Enkas;
b. Lampu spirtus;
c. Diseting set/ pinset dan scalpel;
d. Hand sprayer; dan
e. Mata pisau.
5. Ruang Pertumbuhan
a. Rak-rak kultur;
b. Thermometer;
c. Higrometer;
d. Timer;
e. AC;
f. Sheker;
g. Dan lain-lain.

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 47
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

LEMBAR PRAKTIKUM

A. Judul Praktikum
Pengenalan peralatan labotaorium kultur jaringan tanaman

B. Tujuan Praktikum
Setelah melakukan praktik pengenalan peratan laboratorium kultur jaringan
tanaman perkebunan peserta didik mampu menunjukkan jenis, fungsi
peralatan laboratorium kultur jaringan dengan disiplin, teliti dan bertanggung
jawab.

C. Keselamatan dan Keselamatan Kerja


Dalam pelaksanaan perencanaan dan atau pengembangan luasan dan tata letak
bangunan laboratorium kultur jaringan tanaman ada beberapa hal yang harus
diperhatikan:
1. Sebelum memulai kegiatan, tentukan dan pergunakan bahan dan alat
bantu yang sesuai dengan kebutuhan,
2. Pahami cara kerja dan penggunaan peralatan dan bahan kerja agar kegiatan
dapat berjalan dengan baik,
3. Atur dan tata kembali sarana dan tempat kerja seperti semula, bila kegiatan
telah selesai dilakukan
D. Alat dan Bahan
Alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan ini adalah:
1. Kertas
2. pulpen

Bahan observasi nyang dipergunakan dalam kegiatan ini adalah:


Peralatan laboratorium kultur jaringan di sekolah

E. Langkah Kerja
Praktik pengenalan peralatan laboratorium kultur jaringan tanaman
perkebunan sebagai berikut:
1. Siapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan dalam pengenalan
peralatan laboratorium kultur jaringan tanaman perkebunan.
2. Lakukan pengamatan jenis peralan dan penyimpan peralatan di setiap
ruangan laboratorium kultur jaringan tanaman perkebunan.

PEMULIAAN DAN
48 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

CONTOH SOAL

1. Jelaskan jenis peralatan yang digunakan di ruang preparasi laboratorium


kultur jaringan tanaman perkebunan!
2. Jelaskan fungsi dari alat:
a. Pinset
b. Gelas ukur

Kunci Jawaban
1. Jenis peralatan yang ada di ruang preparsi adalah:
a. Keranjang plastik
b. Tempat sabun cuci
c. Ember
d. Sikat botol
e. rak pengering
2. fungsi dari:
a. Pinset adalah untuk menjepit/ mengambil bahan, Untuk menanam eksplan
b. Gelas ukur adalah untuk menyimpan dan melarutkan bahan kimia, Mengukur
volume larutan/ cairan tepung pada berbagai skala ukuran dengan ketelitian
sedang.

CAKRAWALA

Laboratorium SE Pusat Penelitian dan Perkembangan Perkebunan


Laboratorium Somatik Embriogenesis merupakan laboratorium Badan
Litbang Pertanian dimana pengelolaannya dipercayakan ke Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan (Pusltbangbun). Kegiatan laboratorium ini terutama
untuk menghasilkan benih unggul yang seragam dengan waktu yang relatif
singkat dan mempunyai sifat yang sama dengan pohon induknya.

Program dan Kegiatan


Program dan kegiatan yang dilaksanakan di Laboratorium Somatik
Embriogenesis yaitu melakukan perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan
dari berbagai komoditas strategis yang ada di bawah Badan Litbang Pertanian.
Untuk komoditas Tanaman Perkebunan: Kelapa Sawit, Kakao, Kopi, Karet, Tebu,
Bio farmaka, Palma, serta Serat dan Pemanis; komoditas Tanaman Pangan: Padi,
dan kacang-kacangan, Komoditas Tanaman Hortikultuta: buah-buahan, bunga,
dan sayuran ; Komoditas lainnya: Jati dan lainnya

Peralatan Laboratorium
1. Rak Kultur kapasitas 40.000 botol
2. Laminar air flow: 15 unit @ 2 orang
3. Orbital Shaker: Ukuran besar 4 unit local dan 1 unit impor
4. Bioreaktor System: Temporary immersion System 10 unit

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 49
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

CAKRAWALA

5. Digital Automatic Autoclave: 2 unit ukuran besar 110 liter dan 2 unit ukuran
kecil 50 liter
6. Drying Oven: 4 unit terdiri atas 2 unit ukuran 256 liter (besar) dan 2 unit
ukuran 53 liter (kecil)
7. Distilling Unit: 2 unit kapasitas 2 liter/jam
8. Analitical balance: 2 unit
9. Bench top Balance: 2 unit
10. Hot plate Magnetic Stirer: 2 Unit
11. Magnetic Stirer: 2 unit
12. Digital pH meter: 2 unit
13. Pump Drive/ Dispenser: 1 unit
14. Glass door Refrigerator: 2 unit
15. Refrigerator 2 pintu: 2 unit
16. Rak penyimpan media: 8 unit
17. Stereo mikroskop dan digital kamera: 1 unit

Produk yang Dihasilkan


1. Kultur tanaman dalam botol,
2. Tanaman hasil aklimatisasi,
3. bahan kultur jaringan,
4. tanaman siap jual
http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id/layanan-jasa/laboratorium-
kultur-jaringan

JELAJAH INTERNET

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai


penyiapan peralatan kultur jaringan tanaman perkebunan,
dapat membuka salah satu website yang dapat Anda
kunjungi, yaitu:
http://www.kulturjaringan.com/glass-ware/

PEMULIAAN DAN
50 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

RANGKUMAN

Alat-alat yang digunakan di laboratorium dikelompokkan menjadi: peralatan


gelas, peralatan bukan gelas (non gelass equipment) pendukung, peralatan
pemanas (hetting equipment), neraca untuk menimbang dan peralatan sterilisasi.
Peralatan minimal yang diperlukan untuk ini adalah sesuai dengan ruangan
ruangan yang tersedia:

1. Ruang Preparasi
Didalam ruang ini disediakan peralatan-peralatan dan tempat untuk mencuci
alat-alat laboratorium yang akan digunakan. Peralatan-peralatan yang ada
antara lain:
a. Keranjang plastik;
b. Tempat sabun cuci;
c. Ember;
d. Sikat botol; dan
e. rak pengering.
2. Ruang Penimbangan dan Bahan
a. Timbangan analitik/ digital dengan tingkat ketelitian minimal 0,01;
b. Spatula/ sendok bahan kimia; dan
c. Rak-rak penyimpanan bahan kimia.
3. Ruang Pembuatan Media
a. Timbangan analitik;
b. Spatula;
c. Alat-alat gelas;
d. pH meter;
e. Botol kultur;
f. Autoclave;
g. Lemari es;
h. Aqua distilater; dan
i. Dehumidifier.
4. Ruang Penanaman
a. Laminar air flow Cabinet/ Enkas;
b. Lampu spirtus;
c. Diseting set/ pinset dan scalpel;
d. Hand sprayer; dan
e. Mata pisau.
5. Ruang Pertumbuhan
a. Rak-rak kultur;
b. Thermometer;
c. Higrometer;
d. Timer;
e. AC;
f. Sheker;
g. Dan lain-lain

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 51
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

TUGAS MANDIRI

1. Lakukan observasi ke laboratorium kultur jaringan tanaman di sekolah Anda


atau ke instansi terdekat!
2. Identifikasi jenis dan fungsi peralatan yang ada dilaboratorium kultur jaringan
yang Anda kunjungi!
3. Buat laporan observasi !

PENILAIAN AKHIR BAB

Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar!


1. Jelaskan langkah kerjaan penggunaan alat piller/ ball pipet !
2. Ketika akan menyiapkan laboratorium kultur jaringan, perlu didukung oleh
peralatan yang lengkap sesuai standar. Peralatan apa yang perlu disiapkan
untuk mendukung di ruang pertumbuhan!
3. Perhatikan gambar berikut!

Jelaskan jenis dan fungsi alat A dan B!


4. Jelaskan prosedur penggunaan alat laminar air flow!
5. Sebutkan alat-alat yang dimasukan ke dalam laminar air flow!

REFLEKSI

Setelah kegiatan pembelajaran bab dua berakhir Anda tentunya sudah memahami
teknik penyiapan peralatan kultur jaringan tanaman perkebunan. Dari materi
tersebut masih adakah materi yang Anda rasa sulit? Untuk lebih memahaminya
coba diskusikan dengan teman atau dengan guru Anda, karena konsep dasar
pada bab ini sangat penting dan akan terkait dengan konsep dalam bab-bab
selanjutnya.

PEMULIAAN DAN
52 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

TEKNIK STERILISASI RUANG, ALAT DAN BAHAN BAB


KULTUR JARINGAN TANAMAN PERKEBUNAN III
BAB III TEKNIK STERILISASI RUANG, ALAT DAN BAHAN
KULTUR JARINGAN TANAMAN PERKEBUNAN

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari teknik sterilisasi ruang, alat dan bahan kultur jaringan
tanaman perkebunan peserta didik mampu menjelaskan pengertian sterilisasi,
SOP sterilisasi ruang, alat, dan bahan kultur jaringan tanaman perkebunan dan
menganalisis dan menunjukkan teknik sterilisasi ruang, alat dan bahan kultur
jaringan tanaman perkebunan dengan disiplin, teliti dan bertanggung jawab

PETA KONSEP

Pengertian Sterilisasi
TEKNIK STERILISASI RUANG, ALAT DAN
BAHAN KULTUR JARINGAN TANAMAN

Teknik Sterilisasi Ruang Kultur


Jaringan Tanaman Perkebunan
PERKEBUNAN

Teknik Sterilisasi Alat Kultur


Jaringan Tanaman Perkebunan

Teknik Sterilisasi Media Kultur


Jaringan Tanaman Perkebunan

Teknik Sterilisasi Bahan Kultur


Jaringan Tanaman Perkebunan

KATA KUNCI

Sterilisasi–mikroorganisme-disinfektan-eksplan-sterilisasi alat-sterilisasi bahan-


autoclave-fungisida-bakterisida-

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 53
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

PENDAHULUAN

Sebelum melanjutkan materi marilah kita coba memperhatikan alat–alat pada gambar
3.1, 3.2 dan 3.3 Apakah Anda sudah mengenal jenis dan fungsi peralatan berikut ini?

Gambar 3.1. Autoclave dengan pemanas listrik Gambar 3.2. Pembakar Bunsen (Bunsen Burner)
Sumber: https://ackuljar.blogspot.com Sumber: https://ackuljar.blogspot.com

Gambar 3.3. Laminer air flow


Sumber: https://www.biosafetycabinet.co.id

Sterilisasi adalah setiap proses baik fisika, kimia dan mekanik yang membunuh
semua bentuk kehidupan terutama mikroorganisme atau usaha untuk membebaskan
alat dan bahan dari segala bentuk kehidupan terutama mikrobia. Suatu alat atau bahan
dikatakan steril apabila alat atau bahan tersebut bebas dari mikrobia, baik dalam
bentuk vegetatif ataupun spora.
Benda atau substansi hanya dapat dikatakan steril atau tidak steril, tidak akan
pernah mungkin ada setengah steril atau hampir steril. Untuk sterilisasi alat dan
medium digunakan sterilisasi dengan menggunakan alat yang disebut autoclave,
Burner Bunsen, Laminar air flow. Salah satu faktor penentu keberhasilan kultur
jaringan adalah tahap sterilisasi. Kegiatan sterilisasi ini meliputi pada sterilisasi pada
lingkungan kerja, sterilisasi pada alat-alat, media tanam dan sterilisasi bahan tanaman
(eksplan).

PEMULIAAN DAN
54 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

A. Pengertian Sterilisasi
Sterilisasi dalam mikrobiologi berarti membebaskan tiap benda atau
substansi dari semua kehidupan dalam bentuk apapun. Untuk tujuan mikrobiologi
dalam usaha mendapatkan keadaan steril, mikroorganisme dapat dimatikan
setempat oleh panas (kalor), gas-gas seperti formaldehide, etilenoksida atau
betapriolakton oleh bermacam-macam larutan kimia; oleh sinar lembayung ultra
atau sinar gamma. Mikroorganisme juga dapat disingkirkan secara mekanik oleh
sentrifugasi kecepatan tinggi atau oleh filtrasi (Curtis, 1999).
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara fisik, kimiawi
dan mekanik.
1. Sterilisasi secara fisik (pemanasan, penggunaan sinar gelombang pendek yang
dapat dilakukan selama senyawa kimia yang akan disterilkan tidak akan berubah
atau terurai akibat temperatur atau tekanan tinggi). Dengan udara panas,
dipergunakan alat “bejana/ ruang panas” (oven dengan temperatur 170o–180oC
dan waktu yang digunakan adalah 2 jam yang umumnya untuk peralatan gelas).
Pemanasan terdiri dari:
a. Pemijaran (dengan api langsung) yaitu membakar alat pada api secara
langsung, contoh alat: jarum inokulum, pinset, batang L dan lain-lain;
b. Panas kering, yaitu sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi
panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer,
tabung reaksi dan lain lain;
c. Uap air panas, konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung
air lebih tepat menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi; dan
d. Uap air panas bertekanan: menggunalkan autoclave.
2. Sterilisasi secara kimia (misalnya dengan penggunaan disinfektan, larutan
alkohol, larutan formalin).
3. Sterilisasi secara mekanik, digunakan untuk beberapa bahan yang akibat
pemanasan tinggi atau tekanan tinggi akan mengalami perubahan, misalnya
adalah dengan saringan/ filter. Sistem kerja filter, seperti pada saringan lain
adalah melakukan seleksi terhadap partikel-partikel yang lewat (dalam hal ini
adalah mikroba) (Suriawiria, 2005).
B. Sterilisasi Ruang Kultur Jaringan Tanaman Perkebunan
1. Sterilisasi Ruang Transfer
Sterilisasi ruang transfer yang paling baik adalah:
a. Dilakukan dengan penggunaan sinar ultraviolet (UV);
b. Waktu sterilisasi bervariasi tergantung dari ukuran ruang transfer itu sendiri
dan harus dilakukan apabila tidak ada kegiatan dalam ruang tersebut. Radiasi
UV sangat berbahaya bagi mata dan kulit;
c. Ruang transfer dapat juga disterilisasi dengan mencuci/ mengepel 1-2 kali
setiap bulan dengan bahan anti jamur (fungisida) komersial; dan
d. Ruang kerja dalam laminar air flow biasanya sudah dilengkapi dengan
lampu UV, sehingga sterilisasinya dilakukan dengan UV dan diikuti dengan
membasuh/ mengelap permukaan tempat bekerja dalam laminar dengan
alkohol 95% sebelum mulai bekerja.

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 55
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

2. Sterilisasi Ruang Kultur/ Inkubasi


Sterilisasi ruang kultur sebagai berikut:
a. Ruang kultur harus dibersihkan dengan sabun kemudian dilap dengan Na-
hypoklorit 2% (merek komersial seperti Sunclin, Bayclin atau pembersih
lantai lain yang mengandung disinfektan) atau alkohol 95%; dan
b. Lantai ruangan dan dinding harus dibesihkan seminggu sekali dengan bahan
yang sama.
C. Strilisasi Alat Kultur Jaringan Tanaman Perkebunan
1. Sterilisasi dengan Menggunaan Oven
Peralatan yang terbuat dari metal, gelas, aluminium foil, dan lain-lain., dapat
disterilsasi dengan cara:
Pengeringan dalam oven pada suhu 1300-1700 C, selama 2-4 jam. Semua
peralatan tersebut harus dibungkus sebelum dioven, tetapi jangan menggunakan
kertas karena akan akan terdekomposisi pada suhu 1700 C.

Gambar 3.4. Oven


Sumber: http://www.alatlabor.com

Langkah kerja Sterilisasi dengan udara kering (Oven)


a. Menyumbat mulut alat-alat yang akan disterilkan dengan kapas atau tutup
sekrup;
b. Meletatakkan di atas rak dengan rapi;
c. Menutup rapat dengan mengencangkan sekrup, menekan tombol “on”;
d. Menunggu sampai suhu menaik secara perlahan; dan
e. Apabila suhu telah mencapai 1700C, lalu atur tombol “timer” pada angka 2
(yang berarti 2 jam).

2. Sterilisasi dengan Menggunakan Autoclave


Sterilisasi dengan menggunakan autoclave tidak disarankan untuk bahan
yang dari metal karena akan menyebabkan karat. Untuk peralatan diseksi yang
akan digunakan pada ruang transfer atau laminar, setelah disterilisasi dalam

PEMULIAAN DAN
56 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

oven harus direndam dahulu dalam alkohol 96% kemudian dibakar di atas
lampu bunsen. Teknik ini disebut sterilisasi pembakaran (flame sterilization).
Teknik ini harus dilakukan dengan ekstra hati-hati karena alkohol sangat mudah
terbakar. Autoclave adalah metoda sterilisasi dengan menggunakan tekanan
uap air. Bahan-bahan atau alat yang dapat disterilisasi dengan cara autoclave
ini antara lain kapas penutup tabung, saringan dari nylon, pakaian lab, tutup
plastik, peralatan gelas, pipet, air, dan media kultur. Hampir semua mikroba
dapat mati bila diautoclave pada suhu 121 0C dengan tekanan 15 psi selama
15-20 menit.
a. Cara menggunakan autoclave
Autoclave merupakan alat yang terdiri dari bejana tahan tekanan tinggi yang
dilengkapi dengan manometer, thermometer, dan klep bahaya.
b. Langkah-langkah penggunaan autoclave
Langkah kerja penggunaan autoclave adalah sebagai berikut:
1) Pertama kali masukkan akuades ke dalam bejana autoclave sampai batas
yang ditentukan (tanda batas terdapat di dalam bejana autoclave) setelah
memasukkan akuades masukkan ansang ke dalam autoclave;

Gambar 3.5. Autoclave yang sudah diisi akuades dan dipasang Ansang
Sumber: https://tissuecultureandorchidologi.blogspot.com

2) Setelah itu alat-alat kultur jaringan tumbuhan yang akan disterilkan


dimasukkan ke dalam bejana autoclave (alat seperti scalpel, pinset,
Petridisk dibungkus terlebih dahulu dengan menggunakan kertas payung
atau untuk botol kultur, erlenmeyer bagian mulutnya ditutup dengan
menggunakan aluminium foil);

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 57
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 3.6. Alat-alat yang sudah dibungkus dimasukan ke dalam autoclave


Sumber: https://tissuecultureandorchidologi.blogspot.com

3) Kemudian autoclave dihubungkan dengan sumber listrik apabila


autoclavenya mengunakan sumber panas dari listrik atau letakkan
autoclave di atas kompor gas untuk autoclave yang menggunakan api dari
kompor gas sebagai sumber panasnya;
4) Pada saat sumber panas dinyalakan air dalam autoclave lama-kelamaan
akan mendidih dan uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi
autoclave;
5) Setelah semua udara dalam autoclave diganti dengan uap air, katup uap
atau udara ditutup sehingga tekanan udara dalam autoclave naik;
6) Pada saat tercapai tekanan dan suhu yang sesuai, maka proses sterilisasi
dimulai dan timer mulai menghitung waktu mundur;
7) Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas dimatikan dan tekanan
dibiarkan turun perlahan hingga mencapai 0 psi;
8) Autoclave tidak boleh dibuka sebelum tekanan mencapai 0 psi; serta
9) Setelah autoclave tekanannya 0 psi dan sudah dingin, maka autoclave
baru boleh dibuka dan alat ataupun media kultur jaringan tumbuhan
yang disterilisasi dengan mengunakan autoclave yang sudah steril
dipindahkan ke tempat yang steril.

c. Alat-alat yang bisa disterilisasi menggunakan autoclave


Adapun alat yang dapat disterilisasi dengan menggunakan autoclave
antara lain Petridisk, botol jam, pinset, scalpel. Setelah dilakukan sterilisasi,
maka alat-alat tersebut menjadi steril. Untuk tetap menjaga sterilitas alat-
alat tersebut, setelah diangkat dari dalam autoclave kemudian dimasukkan
ke dalam oven untuk penyimpanannya.

PEMULIAAN DAN
58 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 3.7. Pinset


Sumber: https://tissuecultureandorchidologi.blogspot.com

Gambar 3.8. Scalpel handle


Sumber: https://tissuecultureandorchidologi.blogspot.com

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 59
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 3.9. Petridisk


Sumber: https://tissuecultureandorchidologi.blogspot.com

Gambar 3.10. Alat-alat yang akan disterilkan dengan Autoclave


Sumber: https://tissuecultureandorchidologi.blogspot.com

PEMULIAAN DAN
60 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 3.11. Botol kultur dan alat lain akan disterilkan di Autoclave
Sumber: https://tissuecultureandorchidologi.blogspot.com

D. Sterilisasi Media Kultur Jaringan Tanaman Perkebunan


1. Pengecekan Kesiapan Autoclave
Sterilisasi media dilakukan dengan menggunanakan autoclave dengan
cara menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi (1210C, 15-17,5 psi).
Lamanya sterilisasi media dengan autoclave tergantung dari volume bahan
yang disterilkan, tetapi biasanya antara 15-30 menit. Semakin banyak jumlah
dan volume bahan yang disterilkan, maka membutuhkan waktu yang lebih
lama untuk mencapai suhu sterilisasi. Hal ini terjadi karena transfer panas pada
bagian dalam autoclave ikut mengalami perlambatan. Jadi, perpanjangan suhu
dibutuhkan untuk memastikan bahwa proses sterilisasi benar-benar terjadi.
Berdasarkan pengoperasiannya, autoclave dapat dibedakan atas:
tipe manual dan tipe otomatis. Kelengkapan yang diperlukan pada sebuah
autoclave meliputi: tombol pengatur waktu mundur (timer), katup pengeluaran
uap, pengukur tekanan, kelep pengaman, tombol on-off, termometer, keranjang
autoclave, lempeng sumber panas, akuades, sekrup pengaman, dan batas
penambahan air.
Autoclave sebelum dioperasikan terlebih dahulu diperiksa keadaannya.
Kenali tombol-tombol dan kelengkapan autoclave. Buka tutup autoclave dengan
memutar sekrup pengaman ke kiri (berlawanan dengan arah jam. Keluarkan
keranjang. Periksa volume air dalam autoclave, pastikan tinggi air pada batas
yang sudah ditentukan. Kekurangan air diisi dengan air hasil destilasi, untuk
menghindariadanya karat. Autoclave diisi dengan akuades sampai tanda batas
pengisian air.

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 61
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 3.12. Autoclave manual


Sumber: https://tissuecultureandorchidologi.blogspot.com

Gambar 3.13. Pengukur suhu dan tekanan


Sumber: https://tissuecultureandorchidologi.blogspot.com

PEMULIAAN DAN
62 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 3.14. Katup pengaman


Sumber: https://tissuecultureandorchidologi.blogspot.com

Gambar 3.15. Katup pengikat


Sumber: https://tissuecultureandorchidologi.blogspot.com

2. Cara Pemasukkan Botol Kultur ke Dalam Autoclave


Botol kultur yang terisi media kemudian dimasukkan satu per satu
ke dalam keranjang otoklaf dalam posisi tegak sambil disusun dengan baik.
Keranjang atmosfer normal. Pada suhu 121 °C, endospora dapat dibunuh
dalam waktu 4-5 menit.

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 63
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 3.16. Media yang akan disterilkan dengan autoclave


Sumber: https://tissuecultureandorchidologi.blogspot.com

3. Cara Menghentikan Proses Sterilisasi


Setelah 30 menit alarm akan berbunyi dan tombol timer akan kembali
keposisi 0. Proses sterilisasi akan berakhir dengan ditandai oleh suara seperti
peluit. Pada saat alarm tanda selesai berbunyi, tidak langsung dihentikan
tetapi ditunggu sampai tekanan dalam kompartemen turun hingga sama
dengan tekanan udara di lingkungan (jarum pada pressure gauge menunjuk ke
angka nol) dan suhu sudah mencapai 50-700C. Selanjutnya, proses sterilisasi
dihentikan dengan menekan tombol “OFF” (mati).
4. Pengeluaran Media dari Autoclave
Klep-klep pengaman dibuka, kemudian tutup autoklaf dibuka dengan
memutar skrup pengaman ke kiri. Media dari dalam autoklaf dikeluarkan
dengan hati-hati.
5. Pembersihan Autoclave
Bagian luar autoclave dibersihkan, bagian dalamnya dikuras dan
dikeringkan dengan lap. Autoclave disimpan di tempat yang kering atau di
tempat semula. Pastikan air dalam chamber selalu dalam kondisi cukup.
Keterampilan yang diperlukan dalam Melakukan Sterilisasi Media
a. Mencek kesiapan autoclave sebelum dioperasikan;
b. Memasukkan botol kultur ke dalam autoclave;
c. Menutup autoclave dengan kencang;
d. Mengatur suhu dan tekanan autoclave
e. Menghentikan proses sterilisasi dengan autoclave;
f. Mengeluarkan media dari autoclave; dan
g. Membersihkan dan mengkondisikan autoclave setelah pemakaian.

PEMULIAAN DAN
64 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

E. Sterilisasi Bahan Tanaman/ Eksplan Kultur Jaringan Perkebunan


Sterilisasi eksplan atau disinfektasi adalah proses penghilangan kontaminasi
dari permukaan eksplan. Tahapan sterilisasi eksplan biasanya dimulai dengan
pembersihan permukaan eksplan dengan cara mengupas dan/ atau mencucinya
dengan sabun. Pada eksplan yang membawa banyak mikroorganisme kontaminan
seperti umbi pisang atau talas yang berasal dari media tanah, sebaiknya dicuci
dengan air mengalir cukup lama. Tahapan selanjutnya adalah proses mematikan
mikroorganisme yang menempel pada eksplan menggunakan disinfektan, yaitu
bahan kimia yang bersifat toksik bagi mikroorganisme tetapi bersifat nin toksik
bagi tanaman. Disinfektan yang banyak dipakai adalah calcium hypoclorite (kaporit),
sodium hypoclorite yang biasa dijual secara komersial sebagai bahan pemutih baju,
misalnya merk Bayclin atau Sunclin yang mengandung sodium hypoclorite 5,52%.

Gambar 3.17. Kaporit


Sumber: https://waterpluspure.wordpress.com

Gambar 3.18. Bayclin


Sumber: https://id.images.search.yahoo.com

Larutan pemutih (bleach) ini biasanya diencerkan menjadi 10-50% sebelum


digunakan. Beberapa tetes surfaktan (tween) atau diterjen seringkali ditambahkan
pada larutan pemutih untuk meningkatkan peresapan disinfektan pada seluruh
permukaan eksplan.

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 65
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 3.19. Tween


Sumber: https://biotium.com

Efektivitas disinfektan dipengaruhi oleh lama perendaman dan konsentrasi


disinfektan. Semakin tinggi konsentrasi disinfektan dan lamanya perendaman,
semakin tinggi efektivitas penghilangan mikroorganisme pada eksplan, tetapi
kerusakan jaringan eksplan juga semakin tinggi. Oleh karena itu, perlu dilakukan
percobaan untuk mengetahui konsentrasi dan lamanya perendaman disinfektan
yang optimal, sehingga didapatkan eksplan yang steril tetapi dapat tumbuh stabil
di media kultur.
Fungisida dan bakterisida sering digunakan untuk meningkatkan
keberhasilan proses sterisasi eksplan. Sebelum dilakukan perendaman dengan
pemutih, eksplan terlebih dahulu direndam dengan fungisida kemudian dengan
bakterisida. Hal ini cukup efektif untuk mengurangi mikroorganisme yang ada
di permukaan eksplan. Apabila dilakukan perendanman dengan fungisida dan
bakterisida, penggunaan larutan pemutih bisa dilakukan dalam konsentrasi yang
lebih rendah, sehingga mengurangi kerusakan jaringan eksplan.

Gambar 3.20. Contoh Fungisida


Sumber: https://bibitbunga.com

PEMULIAAN DAN
66 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 3.21. Contoh Bakterisida


Sumber: https://id.images.search.yahoo.com

Prosedur sterilisasi eksplan sangat dipengaruhi oleh tipe eksplan oleh:


1. Tipe eksplan;
2. Ukuran eksplan;
3. Kondisi eksplan; dan
4. Kualitas disinfektan.
Tidak ada prosedur sterilisasi eksplan yang baku yang dapat diterapkan
pada semua jenis tanaman. Prosedur strilisasi tunas berbeda dengan berbeda
dengan prosedur sterilisasi eksplan biji atau umbi. Prosedur sterilisasi tunas
yang kecil dan sehat akan berbeda dengan sterilisasi tunas yang berukuran besa,
walaupun pada jenis tanaman yang sama. Bahkan, waktu dan tempat pengambilan
eksplan juga dapat berpengaruh pada hasil sterilisasi eksplan. Yang jelas
banyaknya mikroorganisme pada eksplan yang paling menentukan keberhasilan
prosedur sterilisasi eksplan. Untuk itu usahakan dan pilihlah eksplan yang kira-kira
mengandung mikroorganisme yang paling sedikit untuk dijadikan eksplan pada
kultur jaringan.
Apabila hasil sterilisasi masih terdapat kontaminasi jamur, kondisi eksplan
harus diperbaiki. Sebaiknya, eksplan yang disterilkan adalah eksplan yang muda,
bebas kotoran, dan penyakit. Hal ini dapat dilakukan dengan cara meningkatkan
kebersihan sumber eksplan dan lingkungan tempat pemeliharaannya, serta
menghindari eksplan dari serangga dan pengganggu, seperti semut atau kutu putih.
Mengurangi kontaminasi jamur juga dapat dilakukan dengan cara meningkatkan
konsentrasi disinfektan pemutih pada metode sterilisasi eksplannya agar lebih
efektif dalam mematikan jamur yang terdapat pada permukaan eksplan.
Apabila hasil sterilisasi terjadi kontaminasi bakteri, yang harus dilakukan
meningkatkan lamanya perendaman disinfektan. Untuk menghilangkan
kontaminasi bakteri, dapat juga dilakukan perendaman dengan betadine setelah
perendaman dengan larutan pemutih, betadine adalah larutan antiseptik yang
mengandung providone iodine 10%. Lamanya perendaman antara 15-30 menit.

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 67
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 3.22. Betadine


Sumber: https://id.images.search.yahoo.com

Disinfektan lain yang dapat digunakan untuk sterilisasi eksplan adalah


hydrogen peroksida, siver nitrat, benzalkonium clhoride. Penggunaan bahan-
bahn disinfektan ini harus sangat hati-hati, terutama mercuric cloride, baik pada
saat sterilisasi maupun pada saat membuang bahan tersebut setelah digunakan
mercuric chloride bersifat sangat korosif dan toksik pada alat reproduksi, mutagen,
dan berbahaya bagi lingkungan. Oleh karen itu, sebaiknya pemakain bahan-bahan
tersebut harus dihindari.
Dalam sterilisasi bahan tanaman, hal yang penting yang harus mendapat perhatian
adalah bahwa sel tanaman dan kontaminan adalah sama-sama benda hidup.
Kontaminan harus dihilangkan tanpa mematikan sel tanaman.
Beberapa jenis bahan disinfektan yang dapat digunakan untuk sterilisasi bahan
tanaman/ eksplan:

No Bahan Konsentrasi Lama perendaman


1 Kalsium hipoklorit 1–10 % 5–30 menit
2 Natrium hipoklorit 1–2 % 7–15 menit
3 Hidrogen peroksida 3–10 % 5–15 menit
4 Perak nitrat 1% 5–30 menit
5 Merkuri klorit (HgCl2) 0.1–0.2 % 10–20 menit
6 Bethadine 2.5–10 % 5–10 menit
7 Fungisida 2 g/l 20–30 menit
8 Antibiotik 50–100 mg/l ½-1 jam
9 Alkohol 70 % 1–10 menit
10 Bayclin/ sunclin 5–30 % 5–25 menit

PEMULIAAN DAN
68 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Bahan-bahan sterilisasi ini pada umumnya bersifat toxic/ racun terhadap


jaringan tanaman. Pembilasan yang berkali-kali sesudah perendaman eksplan di
dalam larutan bahan streilisasi, sangat diperlukan untuk menghilangkan sisa-sisa
bahan aktif yang masih menempel dipermukaan bahan tanaman.
Contoh prosedur sterilisasi pada beberapa tanaman, sebagai berikut:

1. Prosedur Sterilisasi Bahan Tanam/ Eksplan Gaharu (Aquilaria malaccensis)

Gambar 3.23. Tahapan sterilisasi eksplan tunas tanaman gaharu (Aquilaria malaccensis)
Sumber: Erina Sulistiani dan Samsul Ahmad Yani, 2015

Prosedur Sterilisasi pada eksplan gaharu (Aquilaria malaccensis) sebagai berikut


(Gambar 3.20):
a. Bagian tunas yang akan disterisasi meliputi tunas apek, tunas lateral pertama,
dan tunas lateral kedua (Gambar 3.21). Tunas–tunas tersebut dimasukkan
ke dalam botol steril. Tunas apek disterilkan dalam botol yang terpisah dari
tunas lateral;
b. Tunas-tunas dalam botol dicuci dengan akuades steril dimbah dengan
tween 2-4 tetes dengan cara dikocok secara perlahan-lahan selama 5 menit.
Kemudian tunas dibilas dengan akuades steril hingga busa tween habis;
c. Eksplan tunas direndam dalam larutan fungisida benlate pada konsentrasi
2 g/liter selama 60 menit. Kemudian eksplan dibilas dengan akuades steril
3-4 kali hingga bersih;
d. Eksplan tunas direndam dalam larutan bakterisida agrept pada konsentrasi
2 g/liter selama 60 menit. Kemudian eksplan dibilas dengan akuades steril
3-4 kali hingga bersih;
e. Tahapan berikutnya dilakukan dalam laminer air flow. Eksplan tunas apek
direndam dalam larutan NaOCl2 (baycline) 10% selama 10 menit.. Sementara
eksplan tunas lateral larutan NaOCl2 (baycline) 15% selama 15 menit.
Kemudian eksplan dibilas dengan akuades steril 3-4 kali sampai bersih;
f. Dengan menggunakan scalpel dan pisau steril, ujung-ujung potongan tunas
dipotong untuk memotong bagian tunas yang putih terkena NaOCl2. Setelah

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 69
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

itu eksplan direndam dalam betadin selama 30 menit. Kemudian eksplan


dengan akuades steril 3-4 kali hingga bersih; dan
g. Eksplan yang sudah bersi kemudian ditanam di media inisiasi tunas.

Gambar 3.24. Pertumbuhan baru setelah dilakukan pemangkasan tanaman induk (Aquilaria malaccensis). (A)
bagian tunas apek dan (B) bagian tunas lateral yang diisolasi sebagai eksplan
Sumber: Erina Sulistiani dan Samsul Ahmad Yani, tahun 2018

2. Prosedur Sterilisasi Bahan Tanam/ Eksplan Jati (Tectona grandis)


Bahan dan alat yang harus disiapkan sebelum proses sterilisasi eksplan tunas
jati adalah:
a. Bahan:
1) Larutan fungisida Masalgin 2%.
Disiapkan dengan cara melarutkan 2 g maslgin dalam 100 mL air steril.
2) Larutan bakterisida agrept 2 %
Disiapkan dengan cara melarutkan 2 g maslgin dalam 100 mL air steril.
3) Larutan baycline 15% dan baycline 10 %
Cara pembuatan larutan baycline 10 %:
a) Menambahkan 10 mL baycline pada 90 mL akuades steril; dan
b) Kemudian kocok hingga homogen.
Cara pembuatan larutan baycline 15 %:
a) Menambahkan 15 mL baycline pada 85 mL akuades steril; dan
b) Kemudian kocok hingga homogen.
Pembuatan larutan baycline ini dilakukan sesaat sebelum digunakan untuk
merendam eksplan.
4) Alkohol 70%, Tween 80, dan betadine (Poidon iodin 10%)
5) Akuades steril. Cara mensterilkan akuades:
a) Air akuades dimasukkan ke dalambotol kaca tahan panas dengan tidak
melebihi tiga per empat voleme kapasitas botol;
b) Botol ditutup rapat dengan plastik dan diikat dengan karet; dan
c) Kemudian disterilisasi dengan autoclave.
b. Alat:
Pinset/ cutter, alat-alat dan bahan inisiasi yang sudah disterilkan (pinset,
scalpel, kertas tisu, dan Petridisk)

PEMULIAAN DAN
70 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

c. Tahapan sterilisasi tunas jati adalah sebagai berikut:


1) Eksplan yang digunakan adalah pucuk tunas yang berumur 2 minggu,
biasanya mempunyai tinggi 2-3 cm dan dua ruas percabangan. Pucuk
tunas yang diambil adalah pucuk tunas yang bersih dan bebas hama
penyakit. Pucuk tunas dipotong dengan menggunakan pisau yang tajam
atau cutter. Semua daunnya dipotong dan dibuang, sehingga hanya
tersisa bagian batang tunas. Apabila dalam satu pucuk tunasterdiri atas
dua ruas, ruas pertama dan kedua dipisahkan. Panjang potongan ruas
paling tinggi 1 cm.
2) Ekplan tunas jadi dimasukkan ke dalam botol steril yang berisi air
akuades steril. Botol dan air sebelumnya sudah disterilisasi dengan
menggunakan autoclave, kocok botol berisi eksplan tersebut secara
perlahan, kemudiaan airnya dibuang. Setelah itu, eksplan dibilas dengan
akuades steril sebanya 3 kali.
3) Eksplan direndam dalam akuades steril yang telah ditambahkan sabun
tween 80 (2 tetes/100 mL air steril). Perendaman dilakukan selama 20
menit, sambil sekali-kali dikocok secara perlahan. Tujuan dari tahap
1) hingga 3) ini adalah untuk membersihkan permukaan eksplan dari
kotoran atau debu.
4) Selanjutnya, eksplan direndam dalam larutan fungisida (masagin 2%)
selama 1 jam. Setelah itu, eksplan dibilas 3 kali menggunakan akuades
steril.
5) Eksplan kemudia direndam dalam larutan baterisida (agref 2 %) selama
1 jam.
6) Setelah itu, eksplan dibilas 3 kali menggunakan akuades steril.
7) Proses selanjutnya dilakukan dalam laminar air flow. Pindahkan
eksplan ke botol steril baru. Kemudian, eksplan direndam dalam larutan
alkohol 70% selama 1 menit. Setelah itu eksplan dibilas 3 kali denga
menggunakan akuades steril.
8) Eksplan direndam dalam larutan disinfektan baycline 15% selama 15
menit. Botolnya sekali-kali dikocok untuk meningkatkan aefektivitas
proses sterilisasi, tetapi dilakukan secara perlahan untuk menghindari
pelukaan paada eksplan yang menyebaban terjadinya browning. Setelah
itu, eksplan dibilas 3 kali menggunakan akuades steril.
9) Eksplan kemudian direndam dalam larutkan baycline 10% selama 10
menit sambil dikocok secara perlahan. Setelah itu, eksplan dibilas 3 kali
menggunaka akuades steril.
10) Eksplan dikeluarkan dari botol, kemudian ditempatkan pada petridis
steril dan dikeringkan dengankertas tisu steril. Potong bagian ekspan
yang putih senga pisau steril, lemudian eksplan ditanam di media inisiasi
tunas invitro, satu botol satu ekspan.

3. Sterilisasi Eksplan Meristem Apikal Tebu


Menurut Hendaryono dan Wijayani, 1994. prosedur sterilisasi eksplan
meristem apikal tebu sebagai berikut:

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 71
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

a. Ambil meristem apikal tebu 20-30 cm, helaian daun dipotong dekat sarung
daun.
b. Material dimasukkan ke dalam spiritus/ alkohol 96% lalu dibakar.
c. Kemudian 1-2 helai seludang daun dibuang.
d. Bagian ujung material tebu dibakar lagi, diikuti penglepasan seludang
terluar.
e. Perlakuan ini diulang sampai beberapa kali.
f. Setelah batang beserta seludangnya yang putih terlihat, bahan siap untuk
dijadikan eksplan.
g. Eksplan dipotong-potong melintang setebal 2-4 mm, kemudian ditanam
pada media kultur.
Namun prosedur ini tidak mampu menekan tingkat kontaminasi.

4. Sterilisasi Eksplan Tunas Muda Batang Tebu


Tunas muda batang tebu dengan diameter 0,8-1 cm dipotong-potong sepanjang
5-10 cm,lalu direndam dalam air sabun selama 15 menit dan dibilas dengan air
mengalir sampai bersih.kemudian disterilisasi dengan cara sebagai berikut:
a. Dicelup dalam alkohol 96% selama satu menit dan dibakar sampai
alkoholnya habis.
b. Direndam dalam larutan agrimisin 0,2% selama 1,5 jam, lalu direndam
dalam larutan Dithane M-45 0,2% selama 1,5 jam, yang masing-masing telah
ditambah 2 tetes Tween 80. Lalu dibilas akuades steril sebanyak 3-4 kali.
c. Sama dengan 2), tetapi setelah itu dicelup ke dalam alkohol 96% selama
satu menit dan dibakar sampai alkoholnya habis.
d. Direndam dalam larutan agrimisin 0,5% selama 1,5 jam, lalu dalam larutan
Dithane M-45 0,5% selama 1,5 jam, yang masing-masing telah ditambah 2
tetes Tween 80, lalu dibilas dengan akuades steril sebanyak 3-4 kali.
e. Direndam dalam larutan agrimisin 0,5% selama satu jam, lalu dalam larutan
Dithane M-45 0,5% selama satu jam, yang masing-masing telah ditambahi 2
tetes Tween 80, lalu dibilas dengan akuades steril sebanyak 3-4 kali. Setelah
itu dicelup ke dalam alkohol 96% selama satu menit dan dibakar sampai
alkohol habis.
f. Sterilisasi dilakukan dalam kotak transfer yang telah disterilisasi dengan
sinar UV selama 2 jam.
g. Eksplan yang ujungnya mengalami klorosis akibat pengaruh larutan pensteril
dipotong dan dibuang karena diperkirakan jaringan eksplan tersebut telah
mati.
h. Eksplan yang masih segar dipotong-potong sepanjang 0,5-1 cm dengan
pisau diseksi steril.
i. Penanaman Eksplan. Eksplan ditanam dalam medium dengan posisi tegak
dan diletakkan dalam ruang kultur pada temperatur 25-27oC, dengan
intensitas penyinaran 800-1000 lux selama 16 jam per hari.

PEMULIAAN DAN
72 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

5. Sterilisasi Eksplan Daun Tembakau Seedling


a. Seedling berasal dari biji tembakau yang telah diseleksi.
b. Biji yangtenggelam dalam air dipilih dan ditanam.
c. Biji yang telah tumbuh diambil daunnya untuk bahan eksplan.
Langkah kerja:
a. Diarnbil daun tembakau yang rnasih muda, dicuci dengan deterjen hingga
bersih.
b. Disterilkan dengan l0% Chlorox + I tetes tween 20 selama 5 menit.
c. Sterilisasi dengan sublimat.
d. Dicuci dengan air steril 3-5 kali. Sterilisasi dilakukan dalam kondisi aseptis.
e. Daun dipotong dengan ukuran 3 mm x 3 mm kemudian ditanam pada media
kultur.
f. Untuk eksplan yang berasal dari daun yang diambil langsung dari lapang
(alam), sterilisasi sebaiknya dilakukan dua kali.
g. Dengan Chlorox 10% + 1 tetes tween 20 selama l0 menit.
h. Dengan Chlorox 10% + 1 tetes tween 20 selama 5 menit.
i. Dicuci dengan air steril 3-5 kali.
Sumber: Hendaryono dan Wijayani, 1994

6. Sterilisasi Tunas Pohon Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg)


Bahan tanam yang digunakan sebagai eksplan adalah batang karet muda
pada tahap pertumbuhan dua payung daun yang berasal dari biji yang telah
terseleksi dan dipelihara di rumah kaca. Sehari sebelum diambil, batang karet
diolesi dengan dithane 0,5% yang berfungsi sebagai fungisida. Pengambilan
eksplan dilakukan dengan memotong batang muda sekitar 10–15 cm dari
pertautan okulasi, kemudian dibawa ke laboratorium untuk proses sterilisasi.

7. Sterilisasi Eksplan Batang Karet


a. Batang karet yang akan digunakan sebagai eksplan dicuci dengan air
mengalir hingga bersih,
b. Kemudian dicuci dengan larutan Desogerme 0,5% (v/v) yang merupakan
larutan bakterisida dan fungisida dengan bahan aktif quaternary alkyl
chloride dan garam polyiminobiguanidide.
c. Selanjutnya eksplan direndam selama lebih kurang satu menit dalam larutan
etanol 70% (v/v), lalu direndam dalam larutan H2O2 (hidrogen peroksida)
17,6% (v/v) selama 20 menit. Setelah itu eksplan dibilas menggunakan
akuades steril hingga seluruh eksplan bersih dari larutan sterilan.

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 73
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

LEMBAR PRAKTIKUM

A. Judul Praktikum
Melakukan sterilisasi ruang transfer laboratorium kultur jaringan tanaman
perkebunan

B. Tujuan Praktikum
Setelah melakukan praktik Melakukan sterilisasi Ruang Kultur jaringan tanaman
perkebunan peserta didik mampu menunjukkan cara sterilisasi ruang kultur
jaringan tanaman perkebunan dengan disiplin, teliti dan bertanggung jawab.

C. Keselamatan dan Keselamatan Kerja


Dalam pelaksanaan sterilisasi ruang kultur jaringan tanaman perkebunan ada
beberapa hal yang harus diperhatikan:
1. Menggunaan alat pelindung diri sesuai kebutuhan
2. Sebelum memulai kegiatan, tentukan dan pergunakan bahan dan alat bantu
yang sesuai dengan kebutuhan,
3. Pahami cara kerja dan penggunaan peralatan dan bahan kerja agar kegiatan
dapat berjalan dengan baik,
4. Atur dan tata kembali sarana dan tempat kerja seperti semula, bila kegiatan
telah selesai dilakukan.

D. Alat dan Bahan


1. Alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan ini adalah:
a. Lampu UV
b. LAF
c. Hand sprayer

2. Bahan yang dipergunakan dalam kegiatan ini adalah:


a. Alkohol 95%
b. Tisu

E. Langkah Kerja
Praktik sterilisasi ruang kultur jaringan tanaman perkebunan sebagai berikut:
1. Mengepel ruang transfer 1-2 kali setiap bulan dengan bahan anti jamur
(fungisida) komersial.
2. Menyalakan lampu (UV) ruangan selama 30 menit sebelum digunakan.
3. Menyalakan lampu (UV) laminer air flow selama 30 menit sebelum digunakan.
4. Menyemprot permukaan laminer air flow dengan dengan alkohol 95%,
kemudian melap sebelum mulai bekerja.

PEMULIAAN DAN
74 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

CONTOH SOAL

1. Jelaskan SOP sterilisasi eksplan daun tembakau!


2. Pada sterilisasi eksplan gaharu, setelah dilakukan sterilisasi masih ada
kontaminasi jamur atau bakteri. Jelaskan bagaimana perlakuan sterilisasi
apabila:
a. Eksplan tersebut masih terkontaminasi jamur!
b. Eksplan tersebut masih terkontaminasi bakterinya!

Kunci Jawaban
1. SOP sterilisasi eksplan daun tembakau adalah:
a. Diambil daun tembakau yang masih muda, dicuci dengan deterjen hingga
bersih.
b. Disterilkan dengan l0% Chlorox + I tetes tween 20 selama 5 menit.
c. Sterilisasi dengan sublimat.
d. Dicuci dengan air steril 3-5 kali. Sterilisasi dilakukan dalam kondisi aseptis.
e. Daun dipotong dengan ukuran 3 mm x 3 mm kemudian ditanam pada media
kultur.
f. Untuk eksplan yang berasal dari daun yang diambil langsung dari lapang
(alam), sterilisasi sebaiknya dilakukan dua kali.
g. Direndam dengan Chlorox 10% + 1 tetes tween 20 selama l0 menit.
h. Direndam dengan Chlorox 10% + 1 tetes tween 20 selama 5 menit.
i. Dicuci dengan air steril 3-5 kali.
2. a. Apabila masih terkontaminasi jamur, maka dilakukan dengan cara
meningkatkan konsentrasi disinfektan pemutih pada metode sterilisasi
eksplannya agar lebih efektif dalam mematikan jamur yang terdapat pada
permukaan eksplan.
b. Apabila masih terkontaminasi bakteri, maka yang harus dilakukan
meningkatkan lamanya perendaman disinfektan.

CAKRAWALA

“Inovasi Mahasiswa ITS Mereduksi Pencemaran Air dari Irigasi Pertanian”

Limbah pupuk kimia dan pestisida dari kegiatan irigasi pertanian menjadi
salah satu penyebab pencemaran air di muka bumi. Padahal sektor pertanian
sendiri menggunakan air untuk irigasi sekitar 70 persen hingga 90 persen dari
seluruh kebutuhan air di bumi. Melihat kondisi ini, mahasiswa Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS) merancang penelitian yang diharapkan mampu
membantu mereduksi pencemaran air tersebut.
Mahasiswa doktoral dari Departemen Teknik Lingkungan yang bernama
Kiki Gustinasari ini melakukan penelitian berjudul Constructed Wetlands –
Microbial Fuel Cells (CWs – MFCs) sebagai Pereduksi Herbisida Glifosat dan

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 75
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

CAKRAWALA

Aplikasi Biosensor untuk Toxicity Warning pada Limpasan Persawahan

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk membuktikan bahwa CWs MFCs
sebagai infrastruktur ramah lingkungan mampu mereduksi residu herbisida
glifosat, yang merupakan macam pestisida pada sektor pertanian.
Penggunaan herbisida glifosat memberikan dampak buruk terhadap mahluk
hidup di perairan. Dampak tersebut dapat menyebabkan tingkat kematian yang
tinggi untuk binatang amfibi, serta berefek letal bagi beberapa macam plankton.
MFCs sendiri merupakan teknologi pembangkit energi dan pengurangan polusi
melalui bakteri. Sedangkan CWs merupakan sistem berbasis alam yang banyak
digunakan pada bidang pertanian sebagai filter areal pertanian dengan badan air.
Penggabungan MFCs ke dalam CWs terbukti dapat meningkatkan kinerja
CWs dalam mengurangi residu herbisida glifosat. Anoda pada MFCs memicu reaksi
anaerob CWs. Pendekatan ini mempunyai keuntungan ganda seperti intensifikasi
kinerja CWs dan penghasil listrik.
MFCs-CWs pada penelitian ini juga bertujuan sebagai peringatan dini terhadap
masuknya bahan-bahan yang tidak diinginkan pada limpasan persawahan. Hal ini
disebabkan macam infrastruktur hijau tersebut dapat menghasilkan sinyal listrik
melalui kinerja mikroba.

JELAJAH INTERNET

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai


penyiapan peralatan kultur jaringan tanaman perkebunan,
dapat membuka salah satu website yang dapat Anda
kunjungi, yaitu:
https://agroekoteknologiminatagronomi.blogspot.
com/2013/12/laporan-kultur-jaringan-sterilisasi.html

PEMULIAAN DAN
76 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

RANGKUMAN

Sterilisasi adalah setiap proses baik fisika, kimia dan mekanik yang
membunuh semua bentuk kehidupan terutama mikroorganisme atau usaha untuk
membebaskan alat dan bahan dari segala bentuk kehidupan terutama mikrobia.
Suatu alat atau bahan dikatakan steril apabila alat atau bahan tersebut bebas dari
mikrobia, baik dalam bentuk veetatif ataupun spora. Pada prinsipnya sterilisasi
dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara fisik, kimiawi dan mekanik.
Sterilisasi ruang laboratorium terutama dilakukan sterilisasi ruang transfer
dan ruan kultur. Ruang transfer menggunakan lampu UV untuk sterilisasinya.
Sterilisasi alat dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menggunakan
oven dan autoclave. Sterilisasi media kultur jaringan menggunakan autoclave,
dalam pelaksanaannya harus dilakukan pengecekan kesiapan autoclave sebelum
dioperasikan terlebih dahulu diperiksa keadaannya. Selanjutnya memasukkan
botol kultur ke dalam autoclave, menghentikan proses sterilisas dan pengeluaran
media dari autoclave.
Sterilisasi eksplan atau disinfektasi adalah proses penghilangan
kontaminasi dari permukaan eksplan. Tahapan sterilisasi eksplan biasanya
dimulai dengan pembersihan permukaan eksplan dengan cara mengupas dan/
atau mencucinya dengan sabun
Dalam sterilisasi bahan tanaman, hal yang penting yang harus mendapat
perhatian adalah bahwa sel tanaman dan kontaminan adalah sama-sama benda
hidup. Kontaminan harus dihilangkan tanpa mematikan sel tanaman.
Beberapa jenis bahan disinfektan yang dapat digunakan untuk sterilisasi bahan
tanaman/ eksplan:
No Bahan Konsentrasi Lama perendaman
1 Kalsium hipoklorit 1–10 % 5–30 menit
2 Natrium hipoklorit 1–2 % 7–15 menit
3 Hidrogen peroksida 3–10 % 5–15 menit
4 Perak nitrat 1% 5–30 menit
5 Merkuri klorit (HgCl2) 0.1–0.2 % 10–20 menit
6 Bethadine 2.5–10 % 5–10 menit
7 Fungisida 2 g/l 20–30 menit
8 Antibiotik 50–100 mg/l ½-1 jam
9 Alkohol 70 % 1–10 menit
10 Bayclin/sunclin 5–30 % 5–25 menit

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 77
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

TUGAS MANDIRI

1. Lakukan sterilisasi ruang kultur/ inkubasi labotratorium kultur jaringan


tanaman perkebunan
2. Gunakan alat dan bahan sesuai SOP
3. Buat laporan kegiatan

PENILAIAN AKHIR BAB

Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar!


1. Jelaskan tiga cara sterilisasi!
2. Jelaskan cara sterilisasi ruang transfer!
3. Seorang siswa SMK akan mensterilkan media, apa yang akan dilakuan oleh
siswa SMK tersebut!
4. Jelaskan cara sterilisasi dengan menggunakan oven!
5. Jelaskan SOP sterilisasi eksplan batang karet!

REFLEKSI

Setelah kegiatan pembelajaran bab tiga berakhir Anda tentunya sudah memahami
teknik sterilisasi ruang, alat dan bahan kultur jaringan tanaman perkebunan.
Dari materi tersebut masih adakah materi yang Anda rasa sulit? Untuk lebih
memahaminya coba diskusikan dengan teman atau dengan guru Anda, karena
konsep dasar pada bab ini sangat penting dan akan terkait dengan konsep dalam
bab-bab selanjutnya.

PEMULIAAN DAN
78 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

BAB
TEKNIK PEMBUATAN LARUTAN STOK
IV
BAB IV TEKNIK PEMBUATAN LARUTAN STOK

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari teknik pembuatan larutan peserta didik mampu


menjelaskan pengertian pengertian larutan stok, jenis dan komposisi larutan stok
dan menganalisis kebutuhan larutan stok dengan disiplin, teliti, cermat dan
bertanggung jawab.

PETA KONSEP
TEKNIK PEMBUATAN LARUTAN STOK

Pengertian Larutan Stok

Jenis & Komposisi Larutan Stok

Pembuatan Larutan Stok

KATA KUNCI

Larutan stok–vitamin–hara makro-hara mikro-ZPT-

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 79
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

PENDAHULUAN

Apakah Anda sudah mengetahui apa itu larutan stok?


Perhatikan gambar 4.1 berikut !

Gambar 4.1. Pembuatan Larutan 1000 mL Na2S2O3 0,1 N dari Padatan Na2S2O3 5h2o
Sumber: http://studikimia.blogspot.com

Larutan stok dibuat dengan tujuan untuk memudahkan pengambilan bahan-bahan


kimia khususnya yang dibutuhkan dalam jumlah kecil, tak perlu sering menimbang
karena hal ini kurang praktis. Konsentrasi larutan stok dibuat beberapa kali lipat dari
konsentrasi media. Biasanya konsentrasi larutan stok untuk bahan hara makro dibuat
10 kali, untuk hara mikro dan vitamin dibuat 100 kali, sedangkan untuk stok hormon
dibuat sesuai kebutuhan.
Larutan stok disimpan di dalam lemari pendingin (kulkas) agar tidak mudah
rusak dan mencegah terdegradasinya bahan-bahan kimia oleh mikroba penyebab
kontaminasi. Pembuatan larutan stok harus dilakukan dengan cermat, sebab larutan
stok yang terlalu pekat akan mengalami pengendapan di lemari es, dan larutan stok
yang terkontami nasi tidak boleh digunakan lagi. Jenis dan komposisi larutan stok
tergantung pada jenis formula/ resep yang akan digunakan.

PEMULIAAN DAN
80 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

A. Pengertian Larutan Stok


Larutan stok adalah larutan yang konsentrasinya dipekatkan dari konsentrasi
dalam media. Kepekatan tersebut biasanya dinyatakan dalam kelipatan konsentrasi
media, misalnya 10x, 20x, 100x, bahkan 1000x dari konsentrasi media. Tujuan
dibuatnya larutan stok adalah untuk menghindari penimbangan atau penakaran
yang berulang-ulang setiap kali membuat media tanam bagi eksplan. Selain itu,
kadang kali timbangan untuk menimbang bahan-bahan dalam jumlah yang sangat
kecil tidak tersedia di laboratorium.

Gambar 4.2. Larutan stok


Sumber: https://detiktani.blogspot.com

Larutan stok sebaiknya disimpan di tempat yang bersuhu rendah dan gelap.
Pada prinsipnya pembuatan larutan stok harus mempertimbangkan hal-hal berikut:
1. Masa kadaluarsa
Masa kadaluarsa larutan stok baik makro maupun mikro tidak dianjurkan untuk
dipakai lebih dari 2 bulan, sedangkan stok vitamin masa pemakaiannnya
sebaiknya tidak melebihi 2 minggu. Oleh karena itu, stok yang dibuat harus
habis sebelum melewati batas kadaluarsanya
2. Konsentrasi/ kepadatan larutan
Konsentrasi/ kepadatan larutan larutan stok yang dibuat terlalu pekat
dikhawatirkan akan mudah membentuk endapan-endapan yang menyebabkan
berkurangnya konsentrasi senyawa-senyawa pada larutan stok tersebut.
3. Volume wadah
Volume wadah untuk menghemat tempat penyimpanan larutan stok di dalam
kulkas, kita dapat membuat larutan stok pada wadah yang lebih kecil dengan
tetap memperhatikan kejenuhan/ kepekatan larutan.
4. Pengelompokan ion sejenis/ senama
Pengelompokkan stok juga didasarkan pada jenis ion senama, mengingat
adanya ion senama membuat senyawa-senyawa yang dilarutkan stabil dalam
bentuk ion-ion.

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 81
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

B. Jenis dan Komposisi Larutan Stok


1. Kebutuhan Media dan Larutan Stok
Kebutuhan larutan stok pada kegiatan kultur jaringan sangat berkaitan
dengan kebutuhan media. Kebutuhan media kultur diartikan sebagai kebutuhan
akan jumlah bahan media yang harus dipenuhi pada waktu yang diperlukan
pada beberapa macam/ tahap kegiatan kultur jaringan. Kebutuhan media ini
dapat dibedakan atas kebutuhan per kegiatan kultur jaringan per satuan waktu
tertentu dan kebutuhan untuk total kegiatan kultur jaringan per satuan waktu
tertentu.
Kebutuhan media dan larutan stok ini ditentukan oleh sejumlah faktor:
a. Jumlah dan jenis bibit yang akan diproduksi
Makin banyak bibit yang akan diproduksi, makin banyak kebutuhan media
yang harus disediakan per satuan waktu tertentu. Antar jenis bibit yang satu
dengan yang lainnya akan berbeda dalam hal kebutuhan media.
b. Jenis media yang dipilih
Pemilihan formula/ resep akan menentukan jumlah dan jenis kebutuhan
media, mengingat komposisi formula pada setiap formula tidak sama.
Kebutuhan bahan untuk pembuatan media MS relatif lebih besar per
komponen media dibandingkan formula yang lain. Formula media MS juga
kadang-kadang disesuaikan dengan kebutuhan kultur, misalnya ada yang
memodifiasi menjadi ½ MS, dan lain-lain.
c. Metoda kultur jaringan yang dipilih
Metode kultur jaringan dapat dibedakan atas: metoda perbanyakan tunas
samping (aksilar), metoda perbanyakan tunas adventif (langsung dan tidak
langsung), dan metoda embriogenesis (langsung dan tidak langsung). Tiap-
tiap metode yang dipilih tentu akan berbeda dalam hal penggunaan media.
d. Frekuensi penggandaan propagul
Makin banyak propagul yang diperbanyak makin banyak kebutuhan media.
e. Cara pengakaran kultur
Ada dua cara pengakaran kultur: cara in-vitro dan ex-vitro. Pengakaran
secara in-vitro akan membutuhkan media untuk media pengakaran. Pada
pengakaran ex-vitro, media yang digunakan dapat menggunakan media
pembibitan.
Kebutuhan media ini secara rinci dihitung berdasarkan tahapan-tahapan
pekerjaan yang berkaitan dengan pemakaian media, yaitu: tahap inisiasi kultur
(penumbuhan awal eksplan), tahap penggandaan propagul (tergantung frekuensi
penggandaan), tahap pembesaran kultur sampai planlet siap diaklimatisasikan.
Dari total kebutuhan media kita dapat menentukan kebutuhan larutan stok yang
akan dibuat. Bila kebutuhan larutan stok terlalu banyak kita dapat membuat
stok pada beberapa tahap.
Sebagai contoh, kita akan menghitung kebutuhan media dan larutan stok
untuk satu kegiatan, yaitu inisiasi kultur sebagai berikut. Bila kita menginisiasi
biji anggrek, secara berkala (per minggu) dengan target 40 botol yang
menggunakan media per botolnya 25 ml, maka kebutuhan media per minggu

PEMULIAAN DAN
82 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

1 liter. Kita membutuhkan 10 liter untuk 2 ½ bulan. Oleh karena itu, kita dapat
membuat larutan stok 10 kali konsentrasi media untuk membuat 10 liter media
agar masa simpannya tidak terlalu lama.
2. Membuat Larutan dalam Satuan (Unit)
Sebagai dasar perhitungan kebutuhan media dan larutan stok, terlebih
dahulu mepersiapkan larutan dalam satuan (unit). Konsentrasi dari satu substrat
dalam media dapat digambarkan dalam satu variasi (unit) sebagai berikut:
a. Satuan Berat
10-6 = 1,0 mg/l atau 1 part per million (ppm) atau seper juta bagian
10-7 = 0,1 mg/l
10-9 = 0,001 mg/l atau µg/l
b. Satuan Konsentrasi
Satu molar larutan (M) suatu senyawa sama dengan massa molekul dalam
gram per liter.
1 molar (M) = massa molekul dalam g/l
1 mM = massa molekul dalam mg/l atau 10-3 M
1 µM = massa molekul dalam µg/l atau 10-6 M atau 10-3m M
c. Konversi dari mili molar (mM) ke mg/l
Sebagai contoh massa molekul auxsin 2,4 D = 221,0
1 M = larutan 2,4 D berisi 221,0 g/l
1 mM = larutan 2,4 D berisi 0,221 g/l = 221,0 mg/l
1µM = larutan 2,4 D berisi 0,000221 g/l = 0,221 mg/l

d. Konversi dari mg/l ke mili molar (mM)


Massa atom Ca = 40,08; Cl = 35,453; H = 1,008; O = 16
Massa molekul CaCl2,2H2O = 40,08 + 2 x 35,453 + 4 x 1,008 + 2 x 16 = 147,
018.
Jika 440 mg/l CaCl2,2H2O akan di konversi ke mili molar, maka:
= Jumlah mg dari CaCl2,2H2O/ masa molekul CaCl2,2H2O
= 440 mg/ 147,018
= 2,99 mM
Jadi 440 mg CaCl2,2H2O = 2,99 mM CaCl2,2H2O

3. Perhitungan Kebutuhan Media dan Larutan Stok


Cara perhitungan kebutuhan media dan larutan stok disajikan di bawah
ini dan hasilnya secara lengkap pada Tabel 4.1. berikut ini. Tabel 4.1, menyajikan
macam-macam larutan stok yang sebaiknya ada pada pembuatan media MS,
pengelompokan bahan-bahan penyusun larutan stok. Perhitungan kebutuhan
bahan-bahan untuk pembuatan larutan stok per 10 liter media, ukuran volume
wadah untuk tempat larutan stok, perhitungan konsentrasi masing-masing
stok, dan banyaknya pengambilan (volume) larutan stok yang diambil untuk
keperluan pembuatan media 1 liter.

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 83
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Tabel 4.1. Kebutuhan bahan larutan stok untuk 10 liter media MS (10 kali pembua-
tan, masing-masing pembuatan 1 liter)

Bahan
untuk 10 l Volume Stok yang
Kode Stok Nama Stok media = wadah stok diambil untuk
10x MS (ml) 1 l media (ml)
(mg)

(1) (2) (3) (4) (7)


A KNO3 19.000 500 50
B NH4NO3 16.500 500 50
C CaCl2.2H20 4.400 500 50
D MgSO4.7H2O 3.700 500 50
E KH2PO4 1.700 500 50
Stok mikro 1
H3BO3 62
F Na 2MoO4.7H2 O 2,5 100 10
CoCl2.6H2O 0,025
KI 8,3
Stok mikro 2

MnSO4 169
G 100 10
ZnSO4.7H2O 86
CuSO4.5H2O 0,025
Stok mikro
Fe
H 100 10
FeSO4.7H2O 278
Na2EDTA 373
Stok Vitamin
Glisin 20
I Asam nikotin 5 100 10
Piridoksin HCl 5
Thiamin HCl 1

PEMULIAAN DAN
84 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Bahan
untuk 10 l Volume Stok yang
Kode Stok Nama Stok media = wadah stok diambil untuk
10x MS (ml) 1 l media (ml)
(mg)

(1) (2) (3) (4) (7)


Stok Hormon
(sesuai
kebutuhan.)
J misal: 100 1
BAP
NAA

Perhitungan kebutuhan media dan larutan stok untuk melengkapi tabel


di atas adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan bahan-bahan untuk 10 liter media MS (kolom 3) = 10 x bobot
bahan-bahan media MS (mg/l) pada Tabel 4.1.
Contoh: KNO3 = 1900 mg x 10 = 19.000 mg

2. Volume pengambilan stok untuk setiap pembuatan media 1 liter


menggunakan rumus:
V1 x M1 = V2 x M2
Dimana:
V1 adalah volume stok yang dicari
M1 adalah kosentrasi larutan stok
V2 adalah Volume larutan stok
M2 adalah kosentrasi yang diinginkan

Contoh:
Banyaknya (volume) stok KNO3 yang diambil untuk membuat 1 l media
sebagai berikut.
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 19.000 = 500 x 1900
V1 = 50 ml
Contoh soal:
V1 = 100: 10 = 10 ml
C. Pembuatan larutan Stok
Pembuatan media dikelompokan berdasarkan jenis bahan kimia yang
digunakan, sehingga jika bahan kimia tersebut dicampur tidak terjadi interaksi yang
menghasilkan senyawa baru. Biasanya pengelompokan dilakukan berdasarkan stok
hara makro, stok hara mikro, vitamin dan stok hormon, terutama jika larutan stok
tidak disimpan terlalu lama. Stok hara baik mikro maupu makro dapat disimpan
dalam waktu yang relative lama yaitu 4-8 minggu, sedangkan stok hormon biasanya
disimpan dalam jangka waktu 2-4 minggu.

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 85
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 4.3. Beragam senyawa kimia


Sumber: https://detiktani.blogspot.com

Pada stok hara makro, senyawa-senyawa sumber unsur hara makro diperlukan
dalam jumlah yang cukup besar. Oleh karena itu, sebaiknya dibuat dalam larutan
stok tunggal. Selain itu jenis anion senyawa sumber unsur hara makro tidak sama,
kemungkinan hal tersebut akan mempercepat pengendapan larutan bila dibuat
larutan stok campuran.

1. Pembuatan Larutan Stok A


Volume larutan stok yang dibuat 250 ml konsentrasi 50 kali

Bahan yang digunakan:


a. Senyawa kimia penyusun larutan stok A;
b. Auminium foil;
c. Label; dan
d. Akuades.

Alat yang digunakan:


a. Hot plate
b. Magnetic stearer
c. Gelas piala
d. Erlenmeyer
e. Labu ukur
f. Sudip
g. Gelas ukur
h. Timbangan analitik
i. Tutup karet
j. Botol reagen
k. Pengaduk

PEMULIAAN DAN
86 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Prosedur Kerja
a. Menimbang garam NH4NO3 sebanyak 20,625 gram;
b. Melarutkan garam tersebut dalam gelas yang sama dengan 100 ml akuades;
c. Menuangkan larutan tersebut dalam erlenmeyer/ botol reagen dan bilaslah
2-3 kali sehingga larutan garam dalam piala habis;
d. Menambahkan akuades ke dalam erlenmeyer/ botol reagen sampai
volumenya menjadi 250 ml selanjutnya tutup dengan aluminium foil;
e. Beri label A pada erlenmeyer/ botol reagen tersebut;
f. Simpan larutan stock A pada ruang gelap pada suhu kamar; dan
g. Membersihkan alat-alat yang telah digunakan dengan menggunakan akuades
dan menyimpan alat-alat tersebut ke dalam ruang penyimpanan alat.

2. Pembuatan Larutan Stok B


Volume larutan stok yang dibuat 250 ml konsentrasi 50 kali
Bahan yang digunakan:
a. Senyawa kimia penyusun larutan stok B
b. Auminium foil
c. Label
d. Akuades

Alat yang digunakan:


a. Hot plate
b. Magnetic stearer
c. Gelas piala
d. Erlenmeyer
e. Labu ukur
f. Sudip
g. Gelas ukur
h. Timbangan analitik
i. Tutup karet
j. Botol reagen
k. Pengaduk

Prosedur Kerja
a. Menimbang garam KNO3 sebanyak 23,75 gram;
b. Melarutkan garam tersebut dalam gelas yang sama dengan 100 ml akuades;
c. Menuangkan larutan tersebut dalam erlenmeyer/ botol reagen dan bilaslah
2-3 kali sehingga larutan garam dalam piala habis;
d. Menambahkan akuades ke dalam erlenmeyer/ botol reagen sampai
volumenya menjadi 250 ml selanjutnya tutup dengan aluminium foil;
e. Beri label B pada erlenmeyer/ botol reagen tersebut;
f. simpan larutan stock B pada ruang gelap pada suhu kamar; lalu
g. Membersihkan alat-alat yang telah digunakan dengan menggunakan akuades
dan menyimpan alat-alat tersebut ke dalam ruang penyimpanan alat.

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 87
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

3. Pembuatan Larutan Stok C


Volume larutan stok yang dibuat 250 ml konsentrasi 50 kali

Bahan yang digunakan:


a. Senyawa kimia penyusun larutan stok C
b. Auminium foil
c. Label
d. Akuades

Alat yang digunakan:


a. Hot plate
b. Magnetic stearer
c. Gelas piala
d. Erlenmeyer
e. Labu ukur
f. Sudip
g. Gelas ukur
h. Timbangan analitik
i. Tutup karet
j. Botol reagen
k. Pengaduk

Prosedur Kerja
a. Menimbang garam CaCL2 2H2O sebanyak 5,5 gram;
b. Melarutkan garam tersebut dalam gelas yang sama dengan 100 ml akuades;
c. Menuangkan larutan tersebut dalam erlenmeyer/ botol reagen dan bilaslah
2-3 kali sehingga larutan garam dalam piala habis;
d. Menambahkan akuades ke dalam erlenmeyer/ botol reagen sampai
volumenya menjadi 250 ml selanjutnya tutup dengan aluminium foil;
e. Beri label C pada erlenmeyer/ botol reagen tersebut;
f. simpan larutan stock C pada ruang gelap pada suhu kamar; dan
g. Membersihkan alat-alat yang telah digunakan dengan menggunakan akuades
dan menyimpan alat-alat tersebut ke dalam ruang penyimpanan alat.

4. Pembuatan Larutan Stok D


Volume larutan stok yang dibuat 250 ml konsentrasi 50 kali

Bahan yang digunakan:


a. Senyawa kimia penyusun larutan stok D
b. Auminium foil
c. Label
d. Akuades

Alat yang digunakan:


a. Hot plate
b. Magnetic stearer
PEMULIAAN DAN
88 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

c. Gelas piala
d. Erlenmeyer
e. Labu ukur
f. Sudip
g. Gelas ukur
h. Timbangan analitik
i. Tutup karet
j. Botol reagen
k. Pengaduk

Prosedur Kerja
a. Menimbang garam MgSO4.7H2O sebanyak 4,625 gram dan KH2PO4 sebanyak
2,125 gram;
b. Melarutkan garam tersebut dalam gelas yang sama dengan 100 ml akuades;
c. Menuangkan larutan tersebut dalam erlenmeyer/ botol reagen dan bilaslah
2-3 kali sehingga larutan garam dalam piala habis;
d. Menambahkan akuades ke dalam erlenmeyer/ botol reagen sampai
volumenya menjadi 250 ml selanjutnya tutup dengan aluminium foil;
e. Beri label D pada erlenmeyer/ botol reagen tersebut;
f. simpan larutan stock D pada ruang gelap pada suhu kamar; dan
g. Membersihkan alat-alat yang telah digunakan dengan menggunakan akuades
dan menyimpan alat-alat tersebut ke dalam ruang penyimpanan alat.

5. Pembuatan Larutan Stok E


Volume larutan stok yang dibuat 250 ml konsentrasi 50 kali

Bahan yang digunakan:


a. Senyawa kimia penyusun larutan stok E
b. Auminium foil
c. Label
d. Akuades

Alat yang digunakan:


a. Hot plate
b. Magnetic stearer
c. Gelas piala
d. Erlenmeyer
e. Labu ukur
f. Sudip
g. Gelas ukur
h. Timbangan analitik
i. Tutup karet
j. Botol reagen
k. Pengaduk

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 89
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Prosedur Kerja
a. Menimbang garam Na2EDTA sebanyak 0.9325 gram dan FeSO4 7H2O sebanyak
0,695 gram dan aduk sampai berwarna kuning dengan suhu......
b. Melarutkan garam tersebut dalam gelas yang sama dengan 100 ml akuades;
c. Menuangkan larutan tersebut dalam erlenmeyer/ botol reagen dan bilaslah
2-3 kali sehingga larutan garam dalam piala habis;
d. Menambahkan akuades ke dalam erlenmeyer/ botol reagen sampai
volumenya menjadi 250 ml selanjutnya tutup dengan aluminium foil;
e. Beri label E pada erlenmeyer/ botol reagen tersebut;
f. simpan larutan stock E pada ruang gelap pada suhu kamar; dan
g. Membersihkan alat-alat yang telah digunakan dengan menggunakan akuades
dan menyimpan alat-alat tersebut ke dalam ruang penyimpanan alat.

6. Pembuatan Larutan Stok F


Volume larutan stok yang dibuat 250 ml konsentrasi 200 kali

Bahan yang digunakan:


a. Senyawa kimia penyusun larutan stok F
b. Auminium foil
c. Label
d. Akuades

Alat yang digunakan:


a. Hot plate
b. Magnetic stearer
c. Gelas piala
d. Erlenmeyer
e. Labu ukur
f. Sudip
g. Gelas ukur
h. Timbangan analitik
i. Tutup karet
j. Botol reagen
k. Pengaduk

Prosedur Kerja
a. Menimbang garam persenyawaan unsur hara mikro dengan menggunakan
timbangan:
NO BAHAN KIMIA JUMLAH YANG DIBUTUHKAN
1 MnSO4.7H2O 1,115 gram
2 ZnSO4.7H2O 0,43 gram
3 H3BO3 0,31 gram
4 KI 0,0415 gram
5 Na2MoO4.2H2O 0.0125 gram
6 CoCl2.6H2O 0,00125 gram
7 CuSO4.5H2O 0,00125 gram
PEMULIAAN DAN
90 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

b. Melarutkan garam tersebut dalam gelas yang sama dengan 100 ml akuades;
c. Menuangkan larutan tersebut dalam erlenmeyer/ botol reagen dan bilaslah
2-3 kali sehingga larutan garam dalam piala habis;
d. Menambahkan akuades ke dalam erlenmeyer/ botol reagen sampai
volumenya menjadi 250 ml selanjutnya tutup dengan aluminium foil;
e. Beri label F pada erlenmeyer/ botol reagen tersebut;
f. Simpan larutan stock F pada ruang gelap pada suhu kamar; dan
g. Membersihkan alat-alat yang telah digunakan dengan menggunakan akuades
dan menyimpan alat-alat tersebut ke dalam ruang penyimpanan alat.

7. Pembuatan Larutan Stok G (Vitamin dan Zat Pengatur Tumbuh)


Volume larutan stok yang dibuat 250 ml konsentrasi 200 kali

Bahan yang digunakan:


a. Senyawa kimia penyusun larutan stok C
b. Auminium foil
c. Label
d. Akuades

Alat yang digunakan:


a. Hot plate
b. Magnetic stearer
c. Gelas piala
d. Erlenmeyer
e. Labu ukur
f. Sudip
g. Gelas ukur
h. Timbangan analitik
i. Tutup karet
j. Botol reagen
k. Pengaduk

Prosedur Kerja
a. Menimbang bahan-bahan berikut:
1) Thiamine HCl : 0,005 gram
2) Niacin : 0.1 gram
3) Pyridoxine : 0,025 gram
4) Glycine : 0.1 gram
5) HCL : 0,025 gram
b. Melarutkan garam tersebut dalam gelas yang sama dengan 100 ml akuades.
c. Menuangkan larutan tersebut dalam erlenmeyer/ botol reagen dan bilaslah
2-3 kali sehingga larutan garam dalam piala habis.
d. Menambahkan akuades ke dalam erlenmeyer/ botol reagen sampai
volumenya menjadi 250 ml selanjutnya tutup dengan aluminium foil.
e. Beri label G pada erlenmeyer/ botol reagen tersebut.

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 91
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

f. Simpan larutan stock G pada ruang gelap pada suhu kamar.


g. Membersihkan alat-alat yang telah digunakan dengan menggunakan akuades
dan menyimpan alat-alat tersebut ke dalam ruang penyimpanan alat.

8. Pembuatan Larutan Stok H


Volume larutan stok yang dibuat 250 ml konsentrasi 50 kali

Bahan yang digunakan:


a. Senyawa kimia penyusun larutan stok H
b. Auminium foil
c. Label
d. Akuades

Alat yang digunakan:


a. Hot plate
b. Magnetic stearer
c. Gelas piala
d. Erlenmeyer
e. Labu ukur
f. Sudip
g. Gelas ukur
h. Timbangan analitik
i. Tutup karet
j. Botol reagen
k. Pengaduk

Prosedur Kerja
a. Menimbang garam myo inisitol sebanyak 1,25 gram;
b. Melarutkan garam tersebut dalam gelas yang sama dengan 100 ml akuades;
c. Menuangkan larutan tersebut dalam erlenmeyer/ botol reagen dan bilaslah
2-3 kali sehingga larutan garam dalam piala habis;
d. Menambahkan akuades ke dalam erlenmeyer/ botol reagen sampai
volumenya menjadi 250 ml selanjutnya tutup dengan aluminium foil;
e. Beri label H pada erlenmeyer/ botol reagen tersebut;
f. Simpan larutan stock H pada ruang gelap pada suhu kamar; dan
g. Membersihkan alat-alat yang telah digunakan dengan menggunakan akuades
dan menyimpan alat-alat tersebut ke dalam ruang penyimpanan alat.

PEMULIAAN DAN
92 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

LEMBAR PRAKTIKUM

A. Judul Praktikum
Menghitung Kebutuhan Larutan Stok

B. Tujuan Praktikum
Setelah menyelesaikan tugas menghitung kebutuhan larutan stok peserta
mampu melakukan perhitungan kebutuhan larutan stok

C. Keselamatan dan Keselamatan Kerja


Keselamatan dan kesehatan kerja yang perlu dilakukan pada waktu melakukan
praktik kerja ini adalah:
1. Bertindak berdasarkan sikap kerja yang sudah ditetapkan sehingga
diperoleh hasil seperti yang diharapkan, jangan sampai terjadi kesalahan
karena ketidak-telitian dan tidak taat asas.
2. Waktu menggunakan alat penyiapan contoh kerja mengikuti petunjuk
prosedur pengoperasian standar alat yang sudah ditetapkan.

D. Alat dan Bahan


1. Alat tulis:
a. Pensil (Pensil runcing)
b. Pena (pena hitam atau biru)
c. Penghapus (Penghapus karet)
d. Tabel kebutuhan bahan (media dan larutan stok)

E. Standar Kinerja
1. Dikerjakan selesai tepat waktu, waktu yang digunakan tidak lebih dari
yang ditetapkan.
2. Toleransi kesalahan 5% dari hasil yang harus dicapai, tetapi bukan pada
kesalahan kegiatan kritis.

F. Tugas
Suatu laboratorium kultur jaringan tanaman sedang menyelenggarakan
kegiatan perbanyakan tanaman secara kultur jaringan pada tahapan pekerjaan
pembuatan media kultur. Kegiatan ini sudah mulai memasuki sub tahapan
menghitung kebutuhan media. Untuk menyelesaikan tugas menghitung
larutan stok ini, ikuti instruksi selanjutnya di bawah ini.

G. Instruksi Kerja
Setelah membaca abstraksi nomor F selanjutnya ikuti instruksi kerja
sebagai berikut:
1. Diberikan daftar kebutuhan bahan untuk pembuatan media MS 1 liter;
2. Lakukan perhitungan kebutuhan larutan stok dengan cara melengkapitabel
kebutuhan larutan stok di bawah ini!

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 93
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

LEMBAR PRAKTIKUM

Tabel 4.2. Daftar Kebutuhan Bahan untuk Pembuatan Media MS 1 Liter


NO NAMA BAHAN JUMLAH KEBUTUHAN (GRAM)
1 KNO3 1.900
2 NH4NO3 1.650
3 CaCl2.2H20 440
4 MgSO4.7H2O 370
5 KH2PO4 170
6 H3BO3 6,2
7 Na2MoO4.7H2O 0,25
8 CoCl2.6H2O 0,025
9 KI 0,83
10 MnSO4 16,9
11 ZnSO4.7H2O 8,6
12 CuSO4.5H2O 0,025
13 FeSO4.7H2O 27,8
14 Na2EDTA 37,3
15 Glisin 2
16 Asam nikotin 0,5
17 Piridoksin HCl 0,5
18 Thiamin HCl 0,1

Tabel 4.3. Kebutuhan Bahan Larutan Stok


Bahan
untuk 10 l
Volume Stok yang
media =
Kode Stok Nama Stok wadah stok diambil untuk
10x MS
(ml) 1 l media (ml)
(mg)

(1) (2) (3) (4) (5)


...... ............................ 5x ........................
...... ............................ 100 ........................
...... ............................ 100 ........................
...... ............................ 100 ........................
...... ............................ 100 ........................
...... ............................ 100 ........................

...... ............................ 50x ........................

PEMULIAAN DAN
94 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

LEMBAR PRAKTIKUM

Bahan
untuk 10 l
Volume Stok yang
media =
Kode Stok Nama Stok wadah stok diambil untuk
10x MS
(ml) 1 l media (ml)
(mg)

(1) (2) (3) (4) (5)


............................ ..................
......
............................ ..................
......
............................ ..................
......
............................ ..................
...... 100 ......................
............................ ..................
......
............................ ..................
......
............................ ..................
......
............................ 10 x

............................ ..................
...... 100 ......................
............................ ..................
......
............................ 10 x

............................ ..................
......
............................ .................. 100 ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
......
............................ ..................
......
............................ ..................
......

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 95
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

TUGAS MANDIRI

Hitung berapa banyaknya (volume) stok KNO3 yang diambil untuk membuat
1 l media!

Kunci Jawaban
Diketahui:
V2 (volume larutan stok) = 100 ml
M1 (konsentrasi larutan stok) = 10x = 10 l
M2 (konsentrasi larutan media) = 1x = 1 l

Ditanyakan:
V1 (volume stok yang diambil) ?

Jawab:
KNO3 adalah termasuk stok makro, yang konsentrasi stoknya 10x
konsentrasi media, sehingga dengan memasukkan pada rumus di atas.
diperoleh:
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 10 = 100 x 1

CAKRAWALA

Cara Membuat Larutan Stok IBA dan IAA 100 ppm

IAA dan IBA adalah termasuk zat pengatur tumbuh golongan auksin. IAA
dan IBA sering digunakan untuk merangsang pertumbuhan akar dan sebagai
bahan aktif yang digunakan dalam persiapan hortikultura komersial terutama
untuk akar batang. IAA bersifat mudah terurai oleh cahaya dan tidak tahan pada
suhu tinggi, sedang IBA bersifat stabil dan tahan terhadap suhu tinggi.

PEMULIAAN DAN
96 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

CAKRAWALA

Untuk pemilihan jenis auksin dan konsentrasi berbeda–beda tergantung


dari tipe pertumbuhan yang dikehendaki, level auksin, dan jenis zat tumbuh lain
yang ditambahkan. Dalam artikel ini saya akan membahas tentang cara membuat
larutan zat pengatur tumbuh atau auksin (contoh untuk IAA dan IBA).
Cara Membuat Larutan Stok IBA (Indole 3 Acetid Acid)100 ppm
Kita ketahui bahwa untuk 1000 ppm = 1 gram IBA yang dibutuhkan dalam 1 liter
akuades.
Jadi untuk membuat larutan stok IBA 100 ppm adalah:
1. Timbang 100 mg (0,1 gram) IBA, masukkan dalam gelas piala 25 ml.
2. Beri beberapa tetes alkohol 96% sampai IBA larut kemudian tambahkan
akuades 10 ml.
3. Masukkan dalam Labu takar 1000 ml, tambahkan akuades sampai tanda batas
pada labu takar.
Untuk membuat 200 ppm = 200 mg (0,2 gr) IBA yang dibutuhkan dalam 1
liter akuades. Untuk membuat 300 ppm = 300 mg (0,3 gr) IBA yang dibutuhkan
dalam 1 liter akuades dan seterusnya.
Cara Membuat Larutan Stok IAA (Indole 3 Acetic Acid)100 ppm
Kita ketahui bahwa untuk 1000 ppm = 1 gram IAA yang dibutuhkan dalam 1 liter
akuades. Jadi untuk membuat larutan stok IAA 100 ppm adalah:
1. Timbang 100 mg (0,1 gram) IAA, masukkan dalam gelas piala 25 ml.
2. Beri beberapa tetes alkohol 96% sampai IAA larut kemudian tambahkan
akuades 10 ml.
3. Masukkan dalam Labu takar 1000 ml, tambahkan akuades sampai tanda batas
pada labu takar.
Untuk membuat 200 ppm = 200 mg (0,2 gr) IAA yang dibutuhkan dalam 1 liter
akuades. Untuk membuat 300 ppm = 300 mg (0,3 gr) IAA yang dibutuhkan dalam
1 liter akuades dan seterusnya.
http://www.jagadkimia.com/2015/04/cara-membuat-larutan-stok-iba-100-
ppm.html

JELAJAH INTERNET

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai


penyiapan peralatan kultur jaringan tanaman perkebunan,
dapat membuka salah satu website yang dapat Anda
kunjungi, yaitu:
https://karya-tani-unhas.blogspot.com/2013/12/larutan-
stok.html

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 97
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

RANGKUMAN

Larutan stok adalah larutan yang konsentrasinya dipekatkan dari


konsentrasi dalam media. Kepekatan tersebut biasanya dinyatakan dalam
kelipatan konsentrasi media, misalnya 10x, 20x, 100x, bahkan 1000x dari
konsentrasi media. Tujuan dibuatnya larutan stok adalah untuk menghindari
penimbangan atau penakaran yang berulang-ulang setiap kali membuat media
tanam bagi eksplan. Selain itu, kadang kali timbangan untuk menimbang bahan-
bahan dalam jumlah yang sangat kecil tidak tersedia di laboratorium.
Konsentrasi dari satu substrat dalam media dapat digambarkan dalam satu variasi
(unit) sebagai berikut:
a. Satuan Berat
10-6 = 1,0 mg/l atau 1 part per million (ppm) atau seper juta bagian
10-7 = 0,1 mg/l
a-9 = 0,001 mg/l atau µg/l
b. Satuan Konsentrasi
Satu molar larutan (M) suatu senyawa sama dengan massa molekul dalam
gram per liter.
1 molar (M) = massa molekul dalam g/l
1 mM = massa molekul dalam mg/l atau 10-3 M
1 µM = massa molekul dalam µg/l atau 10-6 M atau 10-3m M
c. Konversi dari mili molar (mM) ke mg/l
Sebagai contoh massa molekul auxsin 2,4 D = 221,0
1 M = larutan 2,4 D berisi 221,0 g/l
1 mM = larutan 2,4 D berisi 0,221 g/l = 221,0 mg/l
1µM = larutan 2,4 D berisi 0,000221 g/l = 0,221 mg/l
d. Konversi dari mg/l ke mili molar (mM)
Massa atom Ca = 40,08; Cl = 35,453; H = 1,008; O = 16
Massa molekul CaCl2,2H2O = 40,08 + 2 x 35,453 + 4 x 1,008 + 2 x 16 = 147,
018.
Jika 440 mg/l CaCl2,2H2O akan di konversi ke mili molar, maka:
= Jumlah mg dari CaCl2,2H2O/ masa molekul CaCl2,2H2O
= 440 mg/ 147,018
= 2,99 mM
Jadi 440 mg CaCl2,2H2O = 2,99 mM CaCl2,2H2O

TUGAS MANDIRI

1. Lakukan observasi kelaboratorium kultur jaringan sekolah dan identifikasi


bahan-bahan kimia apa saja yang diperlukan untuk pembuatan media tanam
MS dan kelompokkan masing-masing unsur haranya.
2. Jenis zat pengatur tumbuh apa saja yang umum digunakan dalam media tanam
kultur jaringan beserta fungsinya

PEMULIAAN DAN
98 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

PENILAIAN AKHIR BAB


Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar!
1. Jelaskan pengertian larutan stok!
2. Berapakah kebutuhan bahan media KNO3 yang harus disediakan untuk
membuat media MS sebanyak 5 liter?
3. Jelaskan faktor-faktor yang menentukan kebutuhan media dan larutan stok!
4. Jelaskan cara pembuatan larutan stok A, yang dibuat 250 ml konsentrasi 50
kali!
5. Jelaskan cara pembuatan larutan stok H, yang dibuat 250 ml konsentrasi 50
kali!

REFLEKSI

Setelah kegiatan pembelajaran bab empat berakhir Anda tentunya sudah


memahami teknik pembuatan larutan stok. Dari materi tersebut masih adakah
materi yang Anda rasa sulit? Untuk lebih memahaminya coba diskusikan dengan
teman atau dengan guru Anda, karena konsep dasar pada bab ini sangat penting
dan akan terkait dengan konsep dalam bab-bab selanjutnya.

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 99
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

BAB TEKNIK PEMBUATAN MEDIA KULTUR JARINGAN


V TANAMAN PERKEBUNAN

BAB V TEKNIK PEMBUATAN MEDIA KULTUR JARINGAN TANA-


MAN PERKEBUNAN

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari teknik pembuatan media kultur jaringan tanaman perkebunan


peserta didik mampu menjelaskan media kultur jaringan perkebunan, macam-
macam media kultur jaringan tanaman perkebunan, membuat SOP pembuatan
media kultur jaringan tanaman perkebunan dan menganalisis dan menunjukkan
teknik pembuatan media kultur jaringan tanaman perkebunan dengan disiplin,
teliti dan bertanggung jawab.

PETA KONSEP
TEKNIK PEMBUATAN MEDIA KULTUR JARINGAN

Media Kultur Jaringan Tana-


man
TANAMAN PERKEBUNAN

Komposisis Media Kultur


Jaringan tanaman

Macam-macam Media Kultur


Jaringan Tanaman

Pembuatan Media Kultur

KATA KUNCI
media kultur–hara makro-hara mikro-ZPT-vitamin-alat-bahan-prosedur kerja-gula-
akuades

PEMULIAAN DAN
100 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

PENDAHULUAN

Tahukan Anda apa itu media dalam kultur jaringan? bagaimana proses pembuatannya?
Perhatikan kegiatan berikut!

Gambar 5.1. Pembuatan Media Kultur Jaringan


Sumber: Laela Yuliawati (Dokumen Pribadi), 2019

Media tanam merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur


jaringan. Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan metode
kultur jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis media. Media tumbuh pada
kultur jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan
eksplan serta bibit yang dihasilkannya. Oleh karena itu, macam-macam media kultur
jaringan telah ditemukan sehingga jumlahnya cukup banyak. Nama-nama media
tumbuh untuk eksplan ini biasanya sesuai dengan nama penemunya. Media tumbuh
untuk eksplan berisi kualitatif komponen bahan kimia yang hampir sama, hanya agak
berbeda dalam besarnya kadar untuk tiap-tiap persenyawaan. Media dasar yang
sering digunakan dalam kultur jaringan adalah media MS dan modifikasinya (Pierik et
al.,1974; Pierik dan Steegman).

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 101
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

A. Media Kultur Jaringan Tanaman


Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur jaringan.
Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan metode
kultur jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis media. Media tumbuh
pada kultur jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan
perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkannya. Oleh karena itu, macam-
macam media kultur jaringan telah ditemukan sehingga jumlahnya cukup banyak.
Nama-nama media tumbuh untuk eksplan ini biasanya sesuai dengan nama
penemunya. Media tumbuh untuk eksplan berisi kualitatif komponen bahan
kimia yang hampir sama, hanya agak berbeda dalam besarnya kadar untuk tiap-
tiap persenyawaan. Media dasar yang sering digunakan dalam kultur jaringan
Anthurium sendiri adalah media MS dan modifikasinya (Pierik et al.,1974; Pierik
dan Steegmans, 1976;Kunisaki, 1980; Kuenhle et al., 1992; Chen et al; Hamidah et
al., 1997; Teng, 1997;2 ; Rachmawati, 2005), media Nitsch dan modifikasinya (Geir,
1986, 1987, 1988).
Pada umumnya komposisi utama media tanam kultur jaringan, terdiri dari
hormon (zat pengatur tumbuh) dan sejumlah unsur yang biasanya terdapat di
dalam tanah yang dikelompokkan ke dalam unsur makro, unsur mikro. Hasil yang
lebih baik akan dapat kita peroleh bila ke dalam media tersebut, ditambahkan
vitamin, asam amino, dan hormon, bahan pemadat media (agar), glukosa dalam
bentuk gula maupun sukrosa, air destilata (akuades), dan bahan organik tambahan
(Gunawan, 1992).
Zat pengatur tumbuh adalah persenyawaan organik selain dari nutrient yang
dalam jumlah yang sedikit (1mM) dapat merangsang, menghambat, atau mengubah
pola pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Moore, 1979 dalam Gunawan,
1992). Zat pengatur tumbuh (ZPT) dalam kultur jaringan diperlukan untuk
mengendalikan dan mengatur pertumbuhan kultur tanaman. Zat ini mempengaruhi
pertumbuhan dan morfogenesis dalam kultur sel, jaringan, dan organ. Jenis dan
konsentrasi ZPT tergantung pada tujuan dan tahap pengkulturan. Secara umum, zat
pengatur tumbuh yang digunakan dalam kultur jaringan ada tiga kelompok besar,
yaitu auksin, sitokinin, dan giberelin.
Auksin digunakan secara luas dalam kultur jaringan untuk merangsang
pertumbuhan kalus, akar, suspensi sel dan organ (Gunawan, 1992) Contoh hormon
kelompok auksin adalah 2,4 Dikloro Fenoksiasetat (2,4-D), Indol Acetid Acid (IAA),
Naftalen Acetid Acid (NAA), atau Indol Buterik Asetat (IBA). Golongan sitokinin
berperan untuk menstimulus pembelahan sel dan merangsang pertumbuhan tunas
pucuk. Menurut Gunawan (1992), golongan ini sangat penting dalam pengaturan
pembelahan sel dan morfogenesis. Sitokinin yang biasa digunakan dalam kultur
jaringan adalah kinetin, ziatin, benzilaminopurine (BAP) dan giberelin untuk
diferensiasi atau perbanyakan fungsi sel, terutama pembentukan kalus. Hormon
kelompok giberelin adalah GA3, GA2, dan GA1.
Penggunaan hormon tersebut harus tepat dalam perhitungan dosis pemakaian,
karena jika terlalu banyak maupun terlalu sedikit dari dosis yang diperlukan justru
akan menghambat bahkan berdampak negatif terhadap tanaman kultur. Karena
interaksi antar hormon dalam suatu media sangat berpengaruh dalam diferensiasi
sel.

PEMULIAAN DAN
102 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Kebutuhan nutrisi mineral untuk tanaman yang dikulturkan secara in-vitro


pada dasarnya sama dengan kebutuhan hara tanaman yang ditumbuhakan di tanah.
Unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman di lapangan merupakan kebutuhan
pokok yang harus tersedia dalam media kultur jaringan. Antara lain adalah unsur
hara makro dan unsur hara mikro. Unsur-unsur hara tersebut diberikan dalam
bentuk garam-garam mineral.
B. Komposisi Media Kultur Jaringan Tanaman Perkebunan
Media tanam kultur jaringan merupakan media yang diperlukan agar sel atau
jaringan tanaman yang diisolasi dapat tumbuh dan berkembang menjaditanaman
yang lengkap. Media tersebut mempunyai komposisi nutrisi yang dapat mendukung
pertumbuhan eksplan sesuai dengan yang diinginkan. Kebutuhan nutrisi untuk
pertumbuhan bahan tanam/ eksplan yang optimal sangat bervariasi antar jenis
tanaman, bahkan diantara bagian tanaman yang berbeda.
Media kultur jaringan untuk perbanyakan tanaman menyediakan tidak hanya
unsur-unsur hara makro dan mikro, tetapi juga karbohidrat yang pada umumnya
berupa gula untuk menggantikan karbon yang biasanya didapat melalui atmosfir
melalui fotosintesis. Untuk membuat media padat biasanya digunakan agar-agar
dimana keuntungannya dari pemakaian agar-agar adalah agar-agar tidak dicerna
oleh enzim tanaman dan tidak bereaksi dengan persenyawaan-persenyawaan
penyusun media.
Metode kultur jaringan bukan hanya digunakan untuk tujuan perbanyakan
tanaman, namu dapat pula digunakan untuk pelestarian plasma nutfah. Media
kultur jaringan untuk pelestarian berbeda dengan media untuk perbanyakan,
dimana media perbanyakan menyediakan komposisi unsur-unsur mendorong
pertumbuhan berjalan cepat, sedangkan media pelestarian plasma nutfah
menyediakan komposisi unsur-unsur selain untuk mendorong juga menghambat
pertumbuhan agar berjalan lambat, sehingga dikenal sebagai pelestarian melalui
pertumbuhan minimal. Komponen atau komposisi media tanam kultur jaringan
terdiri dari sejumlah bahan atau unsur yang diperlukan untuk pertumbuhan bahan
tanam/ eksplan dalam lingkungan buatan, dengan pengelompokan sebagai berikut:
1. Unsur Hara Makro
Kebutuhan garam anorganik untuk tanaman yang di kulturkan secara in vitro
pada dasarnya sama dengan kebutuhan garam anorganik tanaman yang tumbuh
normal di lingkungan alaminya. Garam anorganik yang dibutuhkan tanaman
dalam jumlah takaran banyak Kultur tanaman secara in vitro memerlukan
penambahan vitamin yang berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan
sel tanaman. Vitamin yang sering digunakan dari kelompok vitamin B, yaitu
thiamin-HCl (Vitamin B1), piridoksin-HCl (Vitamin B6), asam nikotinat, riboflavin
(Vitamin B2). Asam amino dan bahan organik yang sering digunakan adalah
glutamin, asam aspartat, arginin, mio inositol, adenin sulfat, casein hydrolisat,
glisin, dan lain-lain. Mio-inositol sering digunakan sebagai salah satu komponen
dikenal dengan unsur hara makro, meliputi: unsur N, P, K, Ca, Mg, dan S.. Garam
anorganik yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah kecidikenal dengan unsur
hara mikro, meliputi: unsur Fe, Cu, Mn, Zn, B, Mo dan Co.
Kegunaan unsur hara makro tersebut dalam kultur jaringan menurut Qosim,
2006 dalam Sukarasa, 2007 adalah sebagai berikut:
PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 103
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

a. Nitrogen (N)
Unsur N diberikan dalam bentuk NH4NO3, NH2PO4,NH2SO4. Berfungsi untuk
membentuk protein, lemak, dan berbagai senyawa organik lain, morfogenesis
(pertumbuhan akar dan tunas), pertumbuhan dan pembentukan embrio,
pembentukan embrio zigotik dan pertumbuhan vegetatif.
b. Fosfor (P)
Unsur P diberikan dalam bentuk KH2PO4.Berfungsi untuk metabolisme
energi, sebagai stabilitor membran sel, pengaturan metabolisme tanaman,
pengaturan produksi pati/ amilum, pembentukan karbohidrat, sangat
penting dalam transfer energi, protein, dan sintesis asam amino serta
konstribusi terhadap struktur dan asam nukleat.
c. Kalium (K)
Unsur K diberikan dalam bentuk CaCl2.2H2O. Berfungsi untuk pemanjangan
sel tanaman, memperkuat tubuh tanaman, memperlancar metabolisme dan
penyerapan makanan, ion kalsium di transfer secara cepat menyebrangi
membran sel dan mengatur pH dan tekanan osmotik diantara sel.
d. Kalsium (Ca)
Unsur Ca diberikan dalam bentuk CaCl2.2H2O. Berfungsi untuk merangsang
bulu-bulu akar, penggandaan atau perbanyakan sel dan akar, pembentukan
tabung polen, dinding dan membran sel lebih kuat, tahan terhadap serangan
patogen, mengeraskan batang, memproduksi cadangan makanan.
e. Sulfur (S)
Unsur S merupakan unsur yang penting untuk pembentukan beberapa jenis
protein, seperti asam amino dan vitamin B1. Unsur S juga berperan penting
dalam pembentukan bitil-bintil akar.
f. Magnesium (Mg)
Unsur Mg diberikan dalam bentuk MgSO4.7H2O.Berfungsi untuk
meningkatkan kandungan fosfat, pembentukan protein.
g. Besi (Fe)
Unsur Fe diberikan dalam bentuk Fe2(SO4)3;FeSO4.7H2O. Berfungsi sebagai
penyangga (chelatin agent) yang sangat penting untuk menyangga kestabilan
pH media selama digunakan untuk menumbuhkan jaringan tanaman. Pada
tanaman, Fe berfungsi untuk pernapasan dan pembentukan hijau daun.

2. Unsur Hara Mikro


Unsur hara mikro adalah hara yang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit.
Unsur hara mikro ini merupakan komponen sel tanaman yang penting dalam
proses metabolisme dan proses fisioligi lainnya (Gunawan, 1992). Unsur hara
mikro tersebut diantaranya adalah:
a. Klor (Cl), diberikan dalam bentu KI;
b. Mangan (Mn), diberikan dalam bentuk MnSO4.4H2O;
c. Tembaga (Cu), diberikan dalam bentuk CuSO4.5H2O;
d. Kobal (CO), diberikan dalam bentuk CoCl2.6H2O;
e. Molibdenun (Mo), diberikan dalam bentuk NaMoO4.2H2O;
f. Seng (Zn), diberikan dalam bentuk ZnSO4.4H2O;
g. Boron (B), diberikan dalam bentuk H3BO3

PEMULIAAN DAN
104 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

3. Vitamin dan Bahan Organik Lain


Media yang penting, karena terbukti merangsang pertumbuhan jaringan yang
dikulturkan.

4. Gula
Gula digunakan sebagai sumber energi dan karbon dalam media kultur,
karena pada umumnya tanaman yang dikulturkan secara in vitro tidak melakukan
fotosintesis yang sempurna, sehingga memerlukan karbohidrat yang sudah
jadi. Gula yang paling sering digunakan berupasukrosa, seperti, gula pasir
yang digunakan sehari-hari dapat dipakai karena mengandung 99.9 % sukrosa.
Glukosa dan fruktosa dapat digunakan tetapi hasilnya tidak selalu lebih baik
daripada sukrosa. Konsentrasi sukrosa yang digunakan di media kultur jaringan
tanaman pada konsentrasi 2-3 %.

5. Bahan Suplemen Alami


Bahan-bahan suplemen alami, seperti jus tomat, jus jeruk, air kelapa,
ekstrak malt, ekstrak ragi, kentang, bubur pisang kadang-kadang ditambahkan
pada media kultur untuk mendapatkan pertumbuhan kultur yang optimal.
Bahan-bahan ini dipercaya merupakan sumber asam amino, peptida, vitamin,
dan zat pengatur tumbuh alami. Selain itu ada bahan suplemen alami berupa
arang aktif yang berfungsi untuk menyerap senyawa toksik yang dihasilkan oleh
eksplan sebagai anti oksidan dan juga digunakan untuk memacu pertumbuhan
akar.

6. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)


Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik bukan nutrisi tanaman, yang
aktif dalam jumlah kecil (10-6-10-5), disintesa pada bagian tertentutanaman
dan pada umumnya ditranslokasi ke bagian lain tanaman dimana zat tersebut
menimbulkan respon biokimia, fisiologi dan morfologi. Zat pengatur tumbuh
pada tanaman ada 5 kelompok, yaitu: auksin, sitokinin, geberelin, asam absisat,
dan etilen, tetapi yang paling sering digunakan dalam teknik kultur jaringan
tanaman adalah auksin dan sitokinin. Zat pengatur tumbuh mempunyai
peranan penting dalak kegiatan kultur jaringan terutama dalam pengaturan
perkembanganeksplan, misalnya organogenesis ataupun embriogenesis dapat
dilakukan dengan cara mengatur macam dan konsentrasi zat pengatur tumbuh
tertentu pada kombinasi yang optimal.

7. Agar, Bahan Pemadat Media


Bahan pemadat yang digunakan untuk membuat media padat pada
umumnya menggunakan agar. Fungsinya untuk memadatkan larutan media
supaya eksplan dapat ditanam pada media dan dapat menyerap unsur-unsur
hara yang terkandung dalam media dengan baik.

8. Air Destilasi (Akuades)


Air yang digunakan untuk media kultur harus benar-benar berkualitas
baik, karena air meliputi lebih dari 95 % komponen media sehingga rendahnya

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 105
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

kualitas air akan menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat. Air sumur atau
air ledeng tidak bisa digunakan untuk pembuatan media karena terlalu banyak
mengandung kontaminasi bahan organik, anorganik atau mikroorganisme. Air
destilasi yang digunakan sebagai pelarut komponen media kultur dihasilkan
dari alat penyulingan air. Prosesnya dengan cara mengubah air menjadi uap air,
kemudian mengkondensasikan uap air tersebut menjadi air destilasi yang tidak
lagi mengandung mineral dan senyawa organik.

C. Macam-Macam Media Kultur Jaringan Tanaman


Ada banyak formula/ resep media tanam kultur jaringan yang pada umumnya
diberi nama sesuai dengan nama penemunya, antara lain:
1. Murashige dan Skoog (MS), memiliki kisaran pemakaian yang paling luas;
2. Gamborg atau B-5, cocok untuk kultur suspensi sel kedele dan legum;
3. Vacin Went (VW), digunakan untuk media anggrek;
4. Nitsch dan Nitsch, digunakan untuk kultur tepung sari dan kultur sel;
5. Schenk dan Hildebrandt (SH) digunakan untuk media tanam dikotil;
6. Woody Plant medium (WPM) digunakan untuk media tanaman berkayu;
7. Media Knop, digunakan untuk menumbuhkan kalus wortel; dan
8. Media White, digunakan untuk keperluan kultur jaringan tumor bunga matahari.
Uraian mengenai jenis-jenis media kultur jaringan tersebut adalah:
1. Media Murashige and Skoog (Media MS)
Media ini merupakan perbaikan komposisi media Skoog, terutama
kebutuhan garam anorganik yang mendukung pertumbuhan optimum pada
kultur jaringan tembakau. Media MS mengandung 40 mM N dalam bentuk NO3
dan 29 mM N dalam bentuk NH4+. Kandungan N ini, lima kali lebih tinggi dari N
total yang terdapat pada media Miller, 15 kali lebih tinggi dari media tembakau
Hildebrant, dan 19 kali lebih tinggi dari media White. Kalium juga ditingkatkan
sampai 20 mM, sedangkan P 1.25 mM. Unsur makro lainnya konsentrasinya
dinaikkan sedikit. Pertama kali unsur-unsur makro dalam media MS dibuat
untuk kultur kalus tembakau, tetapi komposisi MS ini sudah umum digunakan
untuk kultur jaringan jenis tanaman lain.

2. Gamborg atau B-5


Media Gamborg B5 (media B5) pertama kali dikembangkan untuk
kultur kalus kedelai dengan konsentrasi nitrat dan amonium lebih rendah
dibandingkan media MS. Media ini dikembangkan dari komposisi PRL-4, media
ini menggunakan konsentrasi NH4+ yang rendah, karena konsentrasi yang lebih
tinggi dari 2 mM menghambat pertumbuhan sel kedelai. Fosfat yang diberikan
setelah 1 mM, Ca2+ antara 1-4 mM, sedangkan Mg2+ antara 0.5-3 mM (Gamborg
et al, 1968).

3. Vacin Went (VW)


Media Knudson dan media Vacin and Went, media ini dikembangkan khusus
untuk kultur anggrek. Knudson pada tahun 1922, menemukan penambahan
7.6 mM NH4+ disamping 8.5 mM NO3-sangat baik untukperkencambahan dan

PEMULIAAN DAN
106 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

pertumbuhan biji anggrek. Penambahan NH4+ ternyata dibutuhkan untuk


perkembangan protocorm.

4. Nitsch dan Nitsch


Media Nitsch & Nitsch, menggunakan NO3-dan K+ dengan kadar yang
cukup tinggi untuk mengkulturkan jaringan tanaman artichoke Jerussalem.
Pertumbuhan sel dari jaringan suatu organ dibandingkan dengan jaringan
tumor tanaman Venca rosea (Catharanthus roseus), menunjukkan bahwa
penambahan ammonium ke dalam media White yang sudah dimodifikasi,
mempunyai pertumbuhan yang lebih baik. Konsentrasi NO3-, NH4-, K+ dan H2PO4-
yang diperoleh, hampir sama dengan yang dikembangkan oleh Miller (Wood &
Braun (1961 dalam Gunawan 1988).

5. Schenk dan Hildebrandt (SH)


Media Schenk & Hildebrant (media SH) merupakan media yang juga cukup
terkenal, untuk kultur kalus tanaman monokotil dan dikotil (Trigiano & Gray,
2000). Konsentrasi ion-ion dalam komposisi media SH sangat mirip dengan
komposisi pada media Gamborg dengan perbedaan kecil yaitu level Ca2+, Mg2+,
dan PO4-3 yang lebih tinggi. Schenk & Hildebrant mempelajari pertumbuhan
jaringan dari 37 jenis tanaman dalam media SH dan mendapatkan bahwa: 32%
dari spesies yang dicobakan, tumbuh dengan sangat baik, 19% baik, 30%
sedang, 14% kurang baik, dan 5% buruk pertumbuhannya. Media SH ini cukup
luas penggunaannya, terutama untuk tanaman legume.

6. Woody Plant medium (WPM)


Media WPM (Woody Plant Medium) yang dikembangkan oleh Lioyd & Mc
Coen pada tahun 1981, merupakan media dengan konsentrasi ion yang lebih
rendah dari media MS. Media diperuntukkan khusus tanaman berkayu, dan
dikembangkan oleh ahli lain, tetapi sulfat yang digunakan lebih tinggi dari
sulfat pada media WPM. Saat ini WPM banyak digunakan untuk perbanyakan
tanaman hias berperawakan perdu dan pohon-pohon

7. Media Knop
Media Knop dapat juga digunakan untuk menumbuhkan kalus wortel. Kultur
kalus, biasanya ditumbuhkan pada media dengan kosentrasi garam-garam
yang rendah seperti dalam kultur akar dengan penambahan suplemen seperti
glukosa, gelatine, thiamine, cysteine-HCl dan IAA (Dodds and Roberts, 1983).

8. Media White
Media White dikembangkan oleh Hildebrant untuk keperluan kultur jaringan
tumor bunga matahari, ditemukan bahwa unsur makro yang dibutuhkan
kultur tersebut, lebih tinggi dari pada yang dibutuhkan oleh kultur tembakau.
Konsentrasi NO3 dan K+ yang digunakan Hildebrant ini lebih tinggi dari media
white, tetapi masih lebih rendah dari pada media-media lain yang umum
digunakan sekarang.

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 107
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Tabel 5.1. Komposisi Media Dasar Kultur Jaringan

D. Pembuatan Media Kultur Jaringan Tanaman Perkebunan


1. Perhitungan Kebutuhan Media Kultur
Kebutuhan media diartikan sebagai kebutuhan akan jumlah bahan media
dan larutan stok yang harus dipenuhi pada waktu yang diperlukan pada
beberapa macam/ tahap kegiatan kultur jaringan. Kebutuhan media ini dapat
dibedakan atas kebutuhan per kegiatan kultur jaringan per satuan waktu
tertentu dan kebutuhan untuk total kegiatan kultur jaringan per satuan waktu
tertentu. Kebutuhan media ini ditentukan oleh sejumlah faktor:
a. Jumlah dan jenis bibit yang akan diproduksi
Semakin banyak bibit yang akan diproduksi, makin banyak kebutuhan media
yang harus disediakan per satuan waktu tertentu. Antar jenis bibit tanaman
yang satu dengan jenis bibit tanaman yang lainnya akanberbeda dalam hal
kebutuhan media.
b. Jenis media yang dipilih
Pemilihan formula/ resep akan menentukan jumlah dan jenis kebutuhan
media, mengingat komposisi formula pada setiap formula tidak sama.
Kebutuhan bahan untuk pembuatan media MS relatif lebih besar per
komponen media dibandingkan formula yang lain. Formula media MS juga
kadang-kadang disesuaikan dengan kebutuhan kultur, misalnya ada yang

PEMULIAAN DAN
108 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

memodifikasi menjadi ½ MS, dan lain-lain.


c. Metoda kultur jaringan yang dipilih
Metode kultur jaringan dapat dibedakan atas: metoda perbanyakan tunas
samping (aksilar), metoda perbanyakan tunas adventif (langsung dan tidak
langsung), dan metoda embriogenesis (langsung dan tidak langsung). Tiap-
tiap metode yang dipilih tentu akan berbeda dalam hal penggunaan media.
d. Frekuensi penggandaan propagul
Semakin banyak propagul yang diperbanyak semakin banyak pula kebutuhan
medianya.
e. Cara pengakaran kultur
Ada dua cara pengakaran kultur: cara in-vitro dan ex-vitro. Pengakaran
secara in vitro akan membutuhkan media untuk media pengakaran. Pada
pengakaran ex vitro, media yang digunakan dapat menggunakan media
pembibitan.
Kebutuhan media ini secara rinci dihitung berdasarkan tahapan-tahapan
pekerjaan yang berkaitan dengan pemakaian media, yaitu: tahap inisiasi kultur
(penumbuhan awal eksplan), tahap penggandaan propagu (tergantung frekuensi
penggandaan), tahap pembesaran kultur sampai planlet siap diaklimatisasikan.
Dari total kebutuhan media kita dapat menentukan kebutuhan larutan stok yang
akan dibuat. Bila kebutuhan larutan stok terlalu banyak kita dapat membuat
stok pada beberapa tahap.
Sebagai contoh, kita akan menghitung kebutuhan media dan larutan stok
untuk satu kegiatan, yaitu inisiasi kultur sebagai berikut. Bila kita menginisiasi
biji anggrek, secara berkala (per minggu) dengan target 40 botol yang
menggunakan media per botolnya 25 ml, maka kebutuhan media per minggu 1
liter. Kita membutuhkan 10 liter untuk 2 1/2 bulan. Oleh karena itu, kita dapat
membuat larutan stok 10 kali konsentrasi media untuk membuat 10 l media
agar masa simpannya tidak terlalu lama.

2. Pencampuran Media Kultur


Ada beberapa prinsip dalam mencampur bahan media kultur jaringan,yaitu:
a. Prinsip dalam pencampuran larutan pertama-tama adalah menuang
sejumlah akuades ke dalam wadah kurang lebih 1/3 volume wadah sebelum
melarutkan sejumlah bahan ke dalamnya.
b. Pencampuran bahan media dilakukan satu per satu setelah bahan satu
melarut baru diikuti dengan bahan yang lainnya.
c. Diusahakan selalu mencatat setiap mencampur bahan agar tidak terjadi
kekeliruan.
d. Langkah terakhir adalah menepatkan volume larutan, dengan cara menambah
akuades sampai tanda tera pada wadah yang digunakan.
Cara mencampur bahan media untuk pembuatan media 1 liter adalah sebagai
berikut:
a. masukkan ke dalam erlenmeyer berukuran 1 liter akuades kira-kira 300
ml, larutkan gula diikuti mio-inositol ke dalamnya setelah gula melarut
sempurna dengan diaduk secara merata.

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 109
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

b. Larutan-larutan stok dimasukkan satu per satu, setelah satu bahan melarut
diikuti bahan yang lainnya.
c. Larutan-larutan stok yang sudah dipakai dikembalikan ke kulkas. Hasil
pencampuran media dituangkan dari erlenmeyer ke labu takar atau gelas
ukur untuk ditepatkan volumenya menjadi 1 liter, dengan menambah
akuades sampai mendekati tanda tera (disisakan sedikit untuk keperluan
pengecekan pH yang biasanya ada penambahan 3-5 tetes atau 3-5 ml).
Biasanya untuk keperluan praktis langsung ditera tepat 1 liter.

3. Pengaturan pH Media Kultur


Kisaran nilai pH yang dipandang paling sesuai untuk kebanyakan media kultur
jaringan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan sel-sel tanaman
antara 5,5-5,8. Pada nilai pH yang terlalu asam (< 4,5) agar akan terhidrolisis dan
sulit membentuk gel. Nilai pH harus diatur agar tidak mengganggu membran
sel dan pH sitoplasma. Selain itu, pengaturan pH juga ditujukan untuk hal-hal
berikut:
a. Memudahkan kelarutan bahan-bahan kimia dalam pembuatan media;
b. Memudahkan pengambilan/ penyerapan bahan zat pengatur tumbuh dan
bahan-bahan kimia yang lain; dan
c. Meningkatkan efisiensi pembekuan agar.
Pengukuran pH media dilakukuan sebelum sterilisasi dengan autoklaf
menggunakan pH meter atau kertas pH indikator. Pengukuran dengan kertas
indikator sangat sederhana, yaitu dengan mencelupkan kertas indikator/ lakmus
kemudian mencocokkan warna lakmus setelah dicelupkan dengan warna dan
nilai pH yang tersedia pada pak indikator pH dengan nilai lebih bersifat kualitatif.
Pengukuran dengan pH meter memerlukan kalibrasi setiap periode waktu
dikarenakan menggunakan elektroda gelas dan hasil pengukurannya bersifat
kuantitatif. Nilai pH dapat diatur dinaikkan atau diturunkan sesuai dengan nilai
yang diharapkan. Apabila nilai pH lebih tinggi dari nilai yang diinginkan dapat
ditetesi larutan HCl 1 N, sebaliknya bila nilai pH lebih rendah dari nilai yang
diharapkan ditetesi larutan NaOH atau KOH 1 N.

4. Pemasakan Bahan Media Kultur


Bahan dan peralatan yang dipersiapkan meliputi: bahan media, pemanas hot
plate dengan pengaduk magnet atau menggunakan kompor dengan pengaduk
bahan gelas atau kayu. hot plate memiliki tombol pengatur besar kecilnya
pemanasan dan tombol pengatur besar kecilnya pengocokan dengan pengocok
magnet yang menyerupai tablet/kapsul besar.
Media dalam wadah erlenmeyer atau wadah lainnya dimasak pada hot plate
atau kompor sambil diaduk-aduk. Ketika media sudah hangat, agar dimasukkan
ke dalam media sambil diaduk terus menggunakan pengaduk magnet atau
pengaduk biasa pada pemanas kompor. Setelah mendekati keadaan mendidih
(sudah mulai keluar titik-titik gelembung sebelum menjadi gelembung besar),
pemanasan dihentikan.

PEMULIAAN DAN
110 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 5.2. Alur Pembuatan Media Kultur


Sumber: Prima Agung, 2017

5. Sterilisasi Bahan Media Kultur


Setelah pembuatan media agar selesai, media dibagi-bagi ke dalam botol-botol
penanaman, dalam satu botol tanam berisi kurang lebih 25-30 ml. Selama proses
pemindahan media ke dalam botol-botol penanaman sangat memungkinkan
terjadinya kontaminasi oleh mikroorganisme, baik bakteri atau jamur. Agar
mikroorganisme yang masuk ke dalam media tidak dapat berkembang biak,
maka perlu dilakukan sterilisasi terhadap media tersebut sebelum digunakan
untuk menanam. Sterilisasi media kultur bisa dilakukan dengan menggunakan
uap panas pada suhu 121o C, dengan tekanan 15-17 psi, selama 20-30 menit.
Sterilisasi media tidak boleh terlalu lama karena bisa menyebabkan penguraian
gula, degradasi vitamin dan asam-asam amino, inaktivasi sitokinin dan zeatine
ribosida dan perubahan pH media. Media yang sudah disterilkan bisa digunakan,
bisa juga disimpan terlebih dahulu beberapa waktu pada ruang penyimpanan.

6. Praktik Pembuatan Media Kultur


a. Pembuatan Media Murashige dan skoong (MS)
Alat yang digunakan
Peralatan yang digunakan pada acar pembuatan media ini adalah:
1) magnetic stirrer,
2) timbangan analitik,
3) tabung Erlenmeyer,
4) gelas ukur,
5) pipet tetes,
6) pengaduk,
7) hot plate and sakker,
8) pH meter,
9) botol kultur,

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 111
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

10) autoklaf,
11) karet gelang,
12) plastic seal.

Bahan yang digunakan adalah:


1) Stok A senyawa NH4NO3
2) Stok B senyawa KNO3
3) Stok C senyawa KH2PO4, H3BO3, KI, NaMoO4.2H2O, CoCl2.6H2O
4) Stok D senyawa CaCl2.2H2O
5) Stoke E senyawa MgSO4.7H2O, MnSO4.4H2O, ZnSO4. 4H2O, CuSO4.5H2O
6) Stok F senyawa Na2EDTA, FeSO4.7H2O
7) Myo-inositol
8) Glisin
9) Niasin
10) Pridoksin-HCl
11) Tiamin Hcl
12) Sukrosa
13) Agar

Prosedur Kerja
1) Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
2) Masukkan stok A ke dalam elenmeyer sebanyak 4,85 mL, stok B sebanyak
50 mL, stok C sebanyak 50 mL, stok D sebanyak 50 mL, stok E sebanyak
5 mL, stok F sebanyak 5 mL serta stok vitamin 10 mL.
3) Tambahkan air akuades hingga volumenya 1000 mL, Tambahkan sedikit
prolin sukrosa 30 g dan agar 7 g.
4) Masukkan magnetic stirrer ke dalam elenmayer yang berisi larutan,
letakkan elenmeyer tersebut di atas hot plate sehingga larutan akan
dipanaskan dan akan teraduk.
5) Setelah larutan mendidih matikan hot plate lalu diamkan sebentar.
6) Ukur pH larutan dengan pH meter hingga pHnya 5,6.
7) Pindahkan larutan ke dalam media secukupnya.
8) Sterilisasi dalam autoclave.
9) Setelah sterilisasi susun media tersebut dalam rak yang tersedia.

b. Pembuatan Media Vacin dan Went (VW)


Alat yang digunakan
Peralatan yang digunakan pada acara pembuatan media ini adalah:
1) magnetic stirrer,
2) timbangan analitik,
3) tabung Erlenmeyer,
4) gelas ukur,
5) pipet tetes,
6) pengaduk,
7) hot plate and sakker,
8) pH meter,
9) botol kultur,
PEMULIAAN DAN
112 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

10) autoklaf,
11) karet gelang,
12) plastic seal.

Bahan yang digunakan adalah


1) Stok A senyawa NH4NO3
2) Stok B senyawa KNO3
3) Stok C senyawa KH2PO4, H3BO3, KI, NaMoO4.2H2O, CoCl2.6H2O
4) Stok D senyawa CaCl2.2H2O
5) Stok E senyawa MgSO4.7H2O, MnSO4.4H2O, ZnSO4.4H2O, CuSO4.5H2O
6) Stok F senyawa Na2EDTA, FeSO4.7H2O
7) Sukrosa
8) Agar
9) Air kelapa

Prosedur Kerja
1) Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
2) Masukkan (NH4)2NO3 ke dalam elenmeyer sebanyak 1000 mg, KNO3
sebanyak 1050 mg, KH2PO4 sebanyak 500 mg, MgSO4.7H2O sebanyak
5000 mg, MnSO4.4H2O sebanyak 14 mg, (Ca2)3PO4 sebanyak 500 mg
serta Fe3-Tartrat 56 mg.
3) Tambahkan air akuades hingga volumenya 1000 mL, sukrosa 20 g dan
agar 7g.
4) Masukkan magnetic stirrer ke dalam elenmayer yang berisi larutan,
letakkan elenmeyer tersebut di atas hot plate sehingga larutan akan
dipanaskan dan akan teraduk
5) Setelah larutan mendidih matikan hot plate lalu diamkan sebentar.
6) Buat 4 ulangan 10%, 20%, 30%, 40%.
7) Ø Untuk ulangan 10% masukan larutan sebanyak 225 mL tambahkan
air kelapa 25 Ml.
8) Ø Untuk ulangan 20% masukan larutan sebanyak 200 mL tambahkan
air kelapa 50 mL.
9) Ø Untuk ulangan 30% masukan larutan sebanyak 175 mL tambahkan
air kelapa 75 mL.
10) Ø Untuk ulangan 40% masukan larutan sebanyak 150 mL tambahkan air
kelapa 100 mL.
11) Ukur pH larutan dengan pH meter hingga pHnya 5,6.
12) Pindahkan larutan ke dalam media secukupnya.
13) Sterilisasi dalam autoclave.
14) Setelah sterilisasi susun media tersebut dalam rak yang tersedia.

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 113
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

c. Pembuatan Media Woody Plant medium (WPM)


Alat yang digunakan
Peralatan yang digunakan pada acara pembuatan media ini adalah
1) magnetic stirrer,
2) timbangan analitik,
3) tabung Erlenmeyer,
4) gelas ukur,
5) pipet tetes,
6) pengaduk,
7) hot plate and sakker,
8) pH meter, botol kultur,
9) autoklaf,
10) karet gelang, dan
11) plastic seal.

Bahan yang digunakan adalah


1) Stok A senyawa NH4NO3
2) Stok B senyawa KNO3
3) Stok C senyawa KH2PO4,H3BO3,KI,NaMoO4.2H2O,CoCl2.6H2O
4) Stok D senyawa CaCl2.2H2O
5) Stok E senyawa MgSO4.7H2O,MnSO4.4H2O,ZnSO4.4H2O, CuSO4.5H2O
6) Stok F senyawa Na2EDTA,FeSO4.7H2O
7) Myo-inositol
8) Glisin
9) Niasin
10) Pridoksin-HCl
11) Tiamin Hcl
12) Sukrosa
13) Agar

Prosedur Kerja
1) Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
2) Masukkan stok A ke dalam elenmeyer sebanyak 4,85 mL, stok B sebanyak
50 mL, stok C sebanyak 50 mL, stok D sebanyak 50 mL, stok E sebanyak 5
mL, stok F sebanyak 5 mL serta stok vitamin 10 mL.
3) Tambahkan air akuades hingga volumenya 1000 mL, Tambahkan sedikit
prolin sukrosa 30 g dan agar 7 g.
4) Masukkan magnetic stirrer ke dalam elenmayer yang berisi larutan,
letakkan elenmeyer tersebut di atas hot plate sehingga larutan akan
dipanaskan dan akan teraduk.
5) Setelah larutan mendidih matikan hot plate lalu diamkan sebentar.
6) Ukur pH larutan dengan pH meter hingga pHnya 5,6.
7) Pindahkan larutan ke dalam media secukupnya.
8) Sterilisasi dalam autoclove.
9) Setelah sterilisasi susun media tersebut dalam rak yang tersedia.

PEMULIAAN DAN
114 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

LEMBAR PRAKTIKUM

A. Judul Praktikum
Membuat Media Tanam Kultur Jaringan (Murashige dan Skoog/ MS)

B. Tujuan Praktikum
Setelah melakukan praktik peserta didik mampu membuat media kultur
jaringan (Murashige dan Skoog/ MS) bila tersedia alat dan bahan yang
diperlukan dengan disiplin, teliti dan bertanggung jawab.

C. Keselamatan dan Keselamatan Kerja


Dalam pelaksanaan sterilisasi ruang kultur jaringan tanaman perkebunan ada
beberapa hal yang harus diperhatikan:
1. Menggunaan alat pelindung diri sesuai kebutuhan;
2. Sebelum memulai kegiatan, tentukan dan pergunakan bahan dan alat
bantu yang sesuai dengan kebutuhan;
3. Pahami cara kerja dan penggunaan peralatan dan bahan kerja agar kegiatan
dapat berjalan dengan baik; dan
4. Atur dan tata kembali sarana dan tempat kerja seperti semula, bila kegiatan
telah selesai dilakukan.

D. Alat dan Bahan


Alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan ini adalah:
1. Botol-botol kultur
2. Timbangan
3. Hot plate dengan pengaduk magnet (magnetic stirer)
4. pH meter atau kertas indikator
5. Alat-alat gelas:
a. erlenmeyer, wadah untuk melarutkan dan mencampur bahan;
b. gelas piala, tempat akuades;
c. labu takar atau gelas ukur, untuk menepatkan volume larutan;
d. pipet tetes dan botol semprot untuk mengambil larutan stok; dan
e. membilas pipet yang telah digunakan untuk mengambil bahan/ larutan
stok yang lainya.

Bahan yang dipergunakan dalam kegiatan ini adalah:


1. gula 30 g
2. agar-agar 8 g
3. mio-inositol 0,1 g (bila dipisahkan dari stok vitamin)
4. akuades
5. larutan stok:
a. makro: KNO3, NH4NO3, CaCl2.2H2O, MgSO4.7H2O, dan KH2PO4 masing-
masing 100 ml.
b. mikro 1 (campuran H3BO3, Na2MoO4.7H2O, CoCl2.6H2O, KI, MnSO4,
ZnSO4.7H2O, dan CuSO4.5H2O).
c. mikro 2 (campuran FeSO4.7H2O dan Na2EDTA) 100 ml.
d. vitamin (campuran glisin, asam nikotin, piridoksin HCl dan Thiamin HCl)
10 ml.

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 115
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

LEMBAR PRAKTIKUM

E. Langkah Kerja
1. Isilah erlenmeyer dengan akuades kira-kira 300 ml.
2. Masukkanlah gula ke dalam erlenmeyer, aduk merata.
3. Masukkanlah mio-onositol sebanyak 0,1 gram ke dalam erlenmeyer, aduk
merata.
4. Ambillah larutan-larutan stok satu per satu dengan pipet atau gelas ukur.
5. Masukkanlah larutan-larutan stok satu per satu ke dalam erlenmeyer dan
diaduk merata.
6. Kembalikanlah larutan-larutan stok ke dalam kulkas.
7. Tuangkanlah larutan media dari erlenmeyer ke dalam gelas ukur atau labu
takar 1 liter.
8. Tambahkanlah akuades hingga volume mencapai tanda tera 1 liter.
9. Tuangkan kembali larutan media ke dalam erlenmeyer.
10. Ukurlah pH larutan, bila pH < 5.7 tetesi dengan NaOH 1 N dan bila pH >
5.7 k. tetesi dengan HCl.
11. Masaklah media dengan pemanas (hot plate) sambil diaduk.
12. Masukkanlah agar-agar sewaktu masih hangat sambil diaduk dan
dipanaskan.
13. Angkatlah media ketika hampir mendidih (mulai terbentuk titik-titik
gelembung) dan agar sudah larut semua.

TUGAS MANDIRI
CONTOH SOAL

Jenis zat pengatur tumbuh apa saja yang umum digunakan dalam media tanam
kultur jaringan beserta fungsinya?

Kunci Jawaban
Jenis zat pengatur tumbuh yang sering digunakan dalam kultur jaringan adalah
auksin dan sitokinin. Zat pengatur tumbuh mempunyai peranan penting dalak
kegiatan kultur jaringan terutama dalam pengaturan perkembanganeksplan,
misalnya organogenesis ataupun embriogenesis dapat dilakukan dengan cara
mengatur macam dan konsentrasi zat pengatur tumbuh tertentu pada kombinasi
yang optimal.

PEMULIAAN DAN
116 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

CAKRAWALA

Pembuatan Media Kultur Jaringan Tanaman dan Sterilisasi Alat


Media yang umum digunakan dalam kultur jaringan adalah medium padat,
medium semi padat dan medium cair. Keadaan fisik media akan mempengaruhi
pertumbuhan kulur, kecepatan pertumbuhan dan differensiasinya. Keadaan fisik
media ini mempengaruhi pertumbuhan antara lain karena efeknya terhadap
osmolaritas larutan dalam media serta ketersediaan oksigen bagi pertumbuhan
eksplan yang dikulturkan.
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur
jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang
akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral,
vitamin dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar,
gula (sebagai sumber energi), dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang
ditambahkan juga bervariasi, baik jenis maupun jumlahnya, tergantung dengan
tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan
pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus
disterilkan dengan cara memanaskannya menggunakan autoklaf (Yuniastuti.
2012).
Komponen media kultur yang lengkap adalah sebagai berikut:
1. Air destilata (akuades) atau air bebas ion sebagai pelarut atau solvent;
2. Hara-hara makro dan mikro;
3. Gula (umumnya sukrosa) sebagai sumber energi;
4. Vitamin, asam amino dan bahan organik lain;
5. Zat pengatur tumbuh;
6. Suplemen berupa bahan-bahan alami, jika diperlukan; dan
7. Agar-agar atau Gelrite sebagai pemadat media (Yusnita, 2003).
Keberhasilan penggunaan metode kultur jaringan sangat tergantung pada
media yang digunakan. Media kultur jaringan menyediakan tidak banyak unsur
hara–unsur hara makro dan mikro, tetapi yang kabohidrat yang pada umnya
beberapa gula untuk menggantikan karbon yang didapat dari fotosintetis.
Penggunaan media ½ MS+IBA dengan konsentrasi antara 10 sampai dengan 100
mg/l yang ditambah dengan ZPT NAA 1mg/l mampu mengindukasi akar sampai
70%. Kombinasi ZPT auksin dan sitokinin yang diberikan bersamaan ke dalam
media yang sama nampaknya selalau berhasil (Herawan dan M. Na”iem, 2006)
Auksin yang biasa digunakan dalam kultur jaringan adalah IAA. Interaksi
antara auksin dan sitokinin yang diberikan pada media yang diproduksi secara
endogen oleh tanaman menentukan arah perkembangan suatu kultur tanaman.
Sitokinin digunakan untuk pembelahan sel terutama bila ditambahkan dengan
auksin. Zat pengatur tumbuh mempunyai peran yang sangat penting dalam
mengatur pertumbuhan dan perkembangan eksplan dalam kultur. Pertumbuhan
dan morfogenesis dalam budidaya jaringan diatur oleh interaksi dan
keseimbangan antara pemberian ZPT pada media dengan hormon endogen yang
terdapat dalam eksplan (Hidayat, 2002).
Kultur jaringan secara teoretis dapat dilakukan untuk semua jaringan,
baik dari tumbuhan maupun hewan (termasuk manusia) namun masing-masing
jaringan memerlukan komposisi media tertentu (Anonim, 2008).

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 117
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

CAKRAWALA

Pembuatan Media Kultur


Alat
A. Sterilisasi
1. Autoclave
B. Pembuatan media tanam
1. Timbangan analitik
2. Botol-botol kultur
3. Magnetik stirrer
4. pH meter
5. Gelas piala
6. Pipet
7. Plastik pp 0,3 mm
8. Karet gelang
9. Kertas label

Bahan
Bahan-bahan pembuatan media
1. Larutan stok, terdiri dari hara makro dan mikro, vitamin serta ZPT (Zat Pengatur
Tumbuh)
2. Agar-agar
3. Gula
4. NaOH 1 N dan HCL 1 N

Cara Kerja Pembuatan Media Kultur


Langkah-langkah pembuatan media (1 liter) adalah sebagai berikut:
1. Mengambil masing-masing larutan stok sesuai dengan ukuran yang telah
ditentukan dan memasukkannya ke dalam gelas.
2. Mengambil larutan stok ZPT sesuai dengan perlakuan.
3. Menambah akuades sampai 1000 ml.
4. Menambah gula sebanyak 30 gr.
5. Mengatur pH dalam kisaran 5,8-6,3 dengan menambahkan beberapa tetes
NaOH untuk menaikkan pH atau HCL untuk menurunkan pH. Pada saat
pengukuran pH, larutan media diaduk dengan magnetik stirer.
6. Menambahkan agar-agar 8 gr kemudian dididihkan.
7. Menuangkan larutan media ke dalam botol-botol kultur kurang lebih 25 ml
tiap botol.
8. Menutup botol berisi larutan media dengan plastik.
9. Memasukkan botol-botol berisi media ke dalam autoklaf untuk proses
sterilisasi pada tekanan 1,5 kg/cm2 selama 45 menit.
10. Menyimpan media pada rak penyimpan media yang bertujuan untuk
mengantisipasi ada tidaknya kontaminasi pada media sehingga dapat dicegah
penggunaan media yang telah terkontaminasi pada saat penanaman.
https://biofathoni.blogspot.com/2014/03/pembuatan-media-kultur-jaringan-
tanaman.html

PEMULIAAN DAN
118 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

JELAJAH INTERNET

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai


teknik pembuatan media kultur jaringan tanaman
perkebunan, dapat membuka salah satu website yang dapat
Anda kunjungi, yaitu:
https://meiadyariyanto.blogspot.com/2013/04/kultur-
jaringan-tanaman vanilivanilla.html

RANGKUMAN

Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan.


Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan
diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin,
dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan
lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik
jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang
dilakukan.
Media tanam kultur jaringan terdiri dari sejumlah unsur yang diperlukan
untuk pertumbuhan eksplan dalam lingkungan buatan, unsusr-unsur ini umumnya
tedapat di tanah. Komponen media kultur jaringan dapat dikelompokkan ke
dalam berikut ini.
1. Unsur makro;
2. Unsur mikro;
3. Vitamin (vitamin B1) dan Myo-inositol, pada beberapa formula media terkenal
juga menambahkan niasin dan piridoksin (B6);
4. Gula (sukrosa), sebagai sumber energi;
5. Zat pengatur tumbuh;
6. Agar, sebagai pemadat media;
7. Arang aktif, sebagai penyerap senyawa racun (jika diperlukan); dan
8. Air (akuades), sebagai pelarut.
Terdapat banyak formula media tanam kultur jaringan yang pada umumnya diberi
nama sesuai dengan nama penemunya, antara lain:
1. Murashige dan Skoog MS), memiliki kisaran pemakaian yang paling luas;
2. Gamborg atau B-5, cocok untuk kultur suspensi sel kedelai dan legum;
3. Vacin and Went (VW), digunakan untuk media anggrekNitsch dan Nitsch,
digunakan untuk kultur tepung sari dan kultur sel;
4. Schenk dan Hildebrandt (SH) digunakan untuk media tanam dikotil; dan
5. Woody plant Plant medium (WPM) digunakan untuk media tanaman berkayu.
Tingkat keasamaan larutan media juga menentukan keberhasilan dalam
perbanyakan secara kultur jaringan. pH yang dibutuhkan tanaman berkisar antara
5,6-5,8. Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter, atau bila
menginginkan yang lebih praktis dan murah dapat digunakan kertas pH (kertas

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 119
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

RANGKUMAN

lakmus). Akan tetapi penggunaan kertas lakmus kurang akurat dibandingkan


dengan penggunaan pH meter. Apabila pH larutan media dibawah ketentuan
di atas, maka perlu ditambahkan NAOH 1-2 tetes sedangkan apabila pH larutan
media di atas ketentuan, maka perlu ditambahkan HCl 1-2 tetes. Media yang
mempunyai pH asam atau basa sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman
di dalamnya. Keadaan media yang terlalu asam akan membuat media menjadi
tidak padat, sehingga tanaman tidak akan dapat berdiri dengan tegak dan tidak
dapat menyerap nutrisi secara optimal sedangkan media yang terlalu basa akan
membuat tanaman yang tumbuh di dalamnya menjadi keriting atau bahkan mati.
Oleh karena itu, pengukuran pH perlu diperhatikan, Untuk menjaga keseimbangan
larutan media.
Manfaat pH dalam media tanam adalah untuk:
1) Menjaga kestabilan membrane sel dan sitoplasma;
2) Membantu penyerapan unsur hara; dan
3) Mengatur sifat padat pada agar (dalam media padat).

TUGAS MANDIRI

Lakukan observasi kelaboratorium kultur jaringan sekolah dan identifikasi bahan-


bahan kimia apa saja yang diperlukan untuk pembuatan media tanam MS dan
kelompokkan masing-masing unsur haranya!

PENILAIAN AKHIR BAB

Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar!


1. Jelaskan bahan apa saja yang terkandung dalam media kultur jaringan!
2. Jelasan apa yang dimaksud unsur hara makro!
3. Jelaskan apa apa itu nitrogen dan fungsinya!
4. Jelaskan hara mikro yang terdapat dalam media kultur jaringan!
5. Anda akan membuat media kultur, apa yang akan Anda kerjakan

REFLEKSI

Setelah kegiatan pembelajaran bab lima berakhir Anda tentunya sudah memahami
teknik pembuatan media kultur jaringan tanaman perkebunan. Dari materi
tersebut masih adakah materi yang Anda rasa sulit? Untuk lebih memahaminya
coba diskusikan dengan teman atau dengan guru Anda, karena konsep pada bab
ini sangat penting dan akan terkait dengan konsep dalam bab-bab selanjutnya.

PEMULIAAN DAN
120 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

PENILAIAN AKHIR SEMSESTER PENILAIAN AKHIR


GASAL SEMESTER GASAL

A. Pilihan Ganda
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1. Perhatikan pernyataan diberikut ini!
1. Ruang pencucian
2. Ruang timbang
3. Ruang persiapan/ pembuatan media
4. Ruang Transfer
Ruang yang termasuk ruang persiapan adalah ...
a. (1) dan (3)
b. (2) dan (4)
c. (1), (2), dan (3)
d. (1), (2), (3) dan (4)
e. (4)
2. Ruangan yang merupakan tempat aseptik untuk kegiatann mengisolasi bagian
tanaman, sterilisasi, penanaman eksplan dan sub kultur dalam media adalah...
a. Ruang persiapan
b. Ruang transfer
c. Ruang kultur
d. Ruang pembuatan media
e. Ruang timbang
3. Perhatikan bangunan berikut ini:
1. Green House/ Screen House
2. Rumah Kaca/ Sheding Nett
3. Sungkup
4. Area Persemaian
Bangunan yang merupakan tempat kegiatan aklimatisasi adalah ...
a. (1) dan (3)
b. (2) dan (4)
c. (1), (2), dan (3)
d. (1), (2), (3) dan (4)
e. (4)
4. Bedengan yang diberi atap plastik ultra violet untuk menempatkan polybag
yang berisi planlet yang telah di aklimatisasi adaalah ...
a. Gudang media
b. Shading house
c. Bedeng paranet
d. Lahan terbuka
e. Sungkup
5. Sebuah SMK Pertanian mempunyai jumlah siswa setiap kelasnya 40 orang.
Sekolah berencana untuk membuat laboratorium kultur jaringan tanaman.
Agar ukuran laboratorium memenuhi syarat laboratorium yang baik, maka
sekolah membangun laboratorium dengan ukuran sebagai berikut ...

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 121
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
a. Lebar 4-5 m dan panjang 7-8 m
b. Lebar 6-7 m dan panjang 9-10 m
c. Lebar 8-9 m dan panjang 11-12 m
d. Lebar 10-11 m dan panjang 13-14 m
e. Lebar 12-13 m dan panjang 15-16 m
6. Atap bangunan laboratorium tergantung bahan atap yang digunakan, dengan
overstek yang bisa memberikan efek keteduhan dan terhindar dari sinar
matahari langsung, dengan kemiringan atap ...
a. 11-41O
b. 12-42O
c. 13-43O
d. 14-44O
e. 15-45O
7. Apabila bangunan laboratoriumkultur jaringan terletak di pinggir jalan raya,
jarak antara gedung dan poros jalan raya minimal ...
a. 4 m
b. 6 m
c. 8 m
d. 10 m
e. 12 m
8. Pada laboratorium kultur jaringan jendela diletakan memanjang disebelah ...
a. Utara atau selatan
b. Utara atau timur
c. Barat atau selatan
d. Barat atau timur
e. Tenggara atau
9. Perhatikan peralatan berikut!
1. Autoclave
2. Erlenmayer
3. Pembakan bunsen
4. Hotplat
Peralatan yang adapt digunakan untuk sterilisasi adalah...
a. (1) dan (3)
b. (2) dan (4)
c. (1), (2), dan (3)
d. (1), (2), (3) dan (4)
e. (4)
10. Alat yang digunakan untuk mengencerkan larutan sampai pada volume
tertentu adalah ...
a. Labu ukur
b. Gelas beker
c. Erlenmayer
d. Gelas ukur
e. Pipet ukur
PEMULIAAN DAN
122 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
11. Perhatiakan gambar alat berikut!

Alat tersebuat adalah ...


a. Cawan porselen
b. Cawan petri
c. Mortar dan alue
d. Mangkuk porselen
e. Pengaduk
12. Perhatikan alat berikut ini
(1) Pinset
(2) Pipet
(3) Scalpel
(4) Spatula
Yang merupakan alat diseksi adalah ...
a. (1) dan (3)
b. (2) dan (4)
c. (1), (2), dan (3)
d. (1), (2), (3) dan (4)
e. (4)
13. Siswa SMK akan melakulan praktik inokulasi eksplan, maka alat yang harus di
persiapkan untuk kegiatan tersebut adalah ...
a. Laminar air flow
b. Autoclave
c. oven
d. lemari es
e. hotplate
14. Timbangan analitik/ digital dengan tingkat ketelitian minimal 0,01, Spatula/
sendok bahan kimia, dan Rak-rak penyimpanan bahan kimia disiapkan di
ruang...

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 123
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL

a. prefarasi
b. penimbangan dan bahan
c. pencucian
d. penanaman
e. pertumbuhan
15. Alat yang berfungsi menyedot larutan, yang biasanya dipasang pada pangkal
pipet ukur/ pipet volum adalah ...
a. Filler
b. Pipet tetes
c. botol semprot
d. pipa
e. handsprayer
16. Laminar air flow yang dilengkapi dengan lampu UV, maka lampu UV harus
dinyalakan minimal ... menit sebelum digunakan.
a. 10
b. 20
c. 30
d. 40
e. 50
17. Prinsip sterilisasi dengan oven kira-kira 60-180OC.adalah ...
a. pemijaran
b. panas kering
c. uap air panas
d. uap air panas bertekanan
e. mekanik
18. Sterilisasi media dilakukan dengan menggunanakan autoclave dengan cara
menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi (1210C, 15-17,5 psi).
Lamanya sterilisasi media dengan autoclave tergantung dari volume bahan
yang disterilkan, tetapi biasanya antara...
a. 10–25 menit
b. 15-30 menit
c. 20–35 menit
d. 25–40 menit
e. 10–45 menit
19. Ruang di laboratorium kultur jaringan yang menggunakan lampu UV untuk
sterilisasinya adalah ...
a. ruang persiapan
b. ruang transfer
c. ruang Kultur
d. ruang timbang
e. ruang pembuatan media

PEMULIAAN DAN
124 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL

20. Ruang yang dibersihkan dengan sabun kemudian dilap dengan Na-hypoklorit
2% (merek komersial seperti Sunclin, Bayclin atau pembersih lantai lain yang
mengandung disinfektan) atau alkohol 95% adalah ...
a. ruang persiapan
b. ruang transfer
c. ruang Kultur
d. ruang timbang
e. ruang pembuatan media
21. Hampir semua mikroba dapat mati bila diautoclave pada suhu ...
a. 121 0C, tekanan 15 psi selama 15-20 menit
b. 121 0C, tekanan 15 psi selama 5-10 menit
c. 115 0C, tekanan 15 psi selama 15-20 menit
d. 121 0C, tekanan 10 psi selama 15-20 menit
e. 115 0C, tekanan 15 psi selama 5-10 menite.
22. Salah satunga alat yang digunakan untuk inokulasi eksplan adalah ...
a. LAF
b. lemari es
c. Autoclave
d. etimbangan analitik
e. oven
23. Alat untuk mengukur intensitas cahaya adalah...
a. Lux meter
b. higrometer
c. Timer
d. altimeter
e. thermometer
24. Media dengan menggunakan resep kombinasi yang mengandung hara
essensial, sumber energi dan vitamin adalah ...
a. Media dasar
b. Media pokok
c. Media perlakuan
d. Media lanjutan
e. Media alternatif
25. Pada pembuatan media kultur jaringan glukosa atau sukrosa bisa diganti
dengan ...
a. Gula pasir
b. gula kelapa
c. Gula batu
d. gula tepung
e. Gula aren

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 125
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
26. Pada pembuatan media kultur jaringan NAA berfungsi untuk …
a. Sumber energi
b. mempercepat pertumbuhan tunas
c. pemadat
d. sumber hara
e. mempercepat pengakaran
27. Pada pembuatan media kultur jaringan BAP berfungsi untuk …
a. Sumber energi
b. mempercepat pertumbuhan tunas
c. Pemadat
d. sumber hara
e. mempercepat pengakaran
28. Myo-Inositol termasuk komponen
a. Garam mineral
b. ZPT
c. Sumber karbon
d. Vitamin
e. pemadat
29. Unsur hara makro termasuk ke dalam ...
a. Garam mineral
b. ZPT
c. Sumber karbon
d. Vitamin
e. Pemadat
30. Glycine dalam pembuatan media kultur jaringan termasuk ke dalam komponen
...
a. Garam mineral
b. ZPT
c. Sumber karbon
d. Vitamin
e. pemadat
31. Agar dalam pembuatan media kultur jaringan berfungsi ...
a. Garam mineral
b. ZPT
c. Sumber karbon
d. Vitamin
e. Pemadat
32. Larutan yang konsentrasinya dipekatkan dari konsentrasi dalam media
adalah...
a. Larutan media
b. Larutan stok
c. Larutan asam
d. Larutan basa
e. Larutan ZPT
PEMULIAAN DAN
126 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL

33. Larutan stok baik makro maupun mikro mempunyai masa kadaluarsa, sehingga
tidak dianjurkan untuk dipakai lebih dari ...
a. 2 bulan
b. 3 bulan
c. 4 bulan
d. 5 bulan
e. 6 bulan
34. Perhatikan larutan stok berikut ini!
(1) Stok hara makro
(2) Stok hara mikro
(3) Stok vitamin
(4) Stok hormon
Larutan stok yang merupakan bahan untuk pembuatan media kultur jaringan
adalah ...
a. (1) dan (3)
b. (2) dan (4)
c. (1), (2), dan (3)
d. (1), (2), (3) dan (4)
e. (4)
35. Banyaknya (volume) stok KNO3 untuk membuat 1 liter media yang diambil dari
wadah dengan volume 500 ml adalah ...
a. 10 ml
b. 20 ml
c. 30ml
d. 40 ml
e. 50 ml

B. Uraian
Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar!
1. Jelaskan berapa kali lipat konsentrasi larutan stok hara makro dibuat dari
konsentrasi media?
2. Jelaskan berapa kali lipat konsentrasi larutan stok hara mikro dibuat dari
konsentrasi media?
3. Jelaskan lama masa kadaluarsa larutan stok vitamin?
4. Jelaskan faktor-faktor yang menentukan kebutuhan media dan larutan stok!
5. Jelaskan media apa yang dibutuhkan untuk pengakaran secara in-vitro!

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 127
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

BAB TEKNIK PENYIAPAN BAHAN TANAM/ EKSPLAN


VI TANAMAN PERKEBUNAN
BAB VI TEKNIK PENYIAPAN BAHAN TANAM/ EKSPLA
TANAMAN PERKEBUNAN

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi tentang penyiapan bahan tanam/ eksplan tanaman


perkebunan, Peserta didik dapat menjelaskan pengertian bahan tanam/ eksplan
secara baik dan benar, mampu menganalisis penyiapan bahan tanam/ eksplan
tanaman perkebunan dengan teliti dan seksama, mampu membuat prosedur kerja
penyiapan bahan tanam/ eksplan tanaman perkebunan, Menunjukkan penyiapan
bahan tanam/ eksplan tanaman perkebunan.

PETA KONSEP
TEKNIK PENYIAPAN BAHAN TANAM/ EKSPLAN

Pengertian Bahan Tanam/ Eksplan


TANAMAN PERKEBUNAN

Jenis-Jenis Bahan Tanam/ eksplan

Pemilihan Bahan Eksplan

Penandaan hasil seleksi bahan eksplan

KATA KUNCI
media kultur–hara makro-hara mikro-ZPT-vitamin-alat-bahan-prosedur kerja-gula-
akuades

PEMULIAAN DAN
128 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

PENDAHULUAN

Teknik kultur jaringan disamping menjanjikan perbanyakan tanaman yang


cepat dan seragam, namun aplikasi metode ini memerlukan keterampilan khusus dan
pengetahuan mengenai ilmu tanaman itu sendiri. Pada prinsipnya kultur jaringan
tanaman ini dimulai dari pemilihan tanaman induk, pemilihan eksplan, sterilisasi,
kultur aseptik, penggandaan/ perbanyakan tunas, pengakaran dan aklimatisasinya.
Teknik ini telah diaplikasikan pada berbagai jenis tanaman. Keberhasilan aplikasi
teknik ini dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya: respon tanaman, jenis media,
hormon pertumbuhan tanaman dan lingkungan.
Contoh Pemilihan dan Penyiapan Tanaman Induk Sumber Eksplan pada pohon
jati.

Gambar 6.1. Pemilihan dan Penyiapan Tanaman Induk Sumber Eksplan pada Pohon Jati
Sumber: https://images.app.goo.gl/J8ZPamQbjd7RkAAW7

Tanaman tersebut harus jelas jenis, spesies, dan varietasnya serta harus sehat
dan bebas dari hama dan penyakit. Tanaman indukan sumber eksplan tersebut harus
dikondisikan dan dipersiapkan secara khusus di rumah kaca atau greenhouse agar
eksplan yang akan dikulturkan sehat dan dapat tumbuh baik serta bebas dari sumber
kontaminan pada waktu dikulturkan secara in-vitro.

Gambar 6.2. Pelaksanaan Tehnik Kultur Jaringan


Sumber: https://images.app.goo.gl/nKCauWJKXs1x2aom6

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 129
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

A. Pengertian Bahan Tanam/ Eksplan


Eksplan adalah bagian tanaman yang akan dikulturkan. Jika semua faktor
yang mempengaruhi keberhasilan dalam teknologi kultur jaringan berjalan dengan
baik, maka dari satu eksplan akan diperoleh ribuan tanaman. Tentu saja, akan lebih
baik jika kita memulai dengan beberapa eksplan untuk menghindari kehilangan
eksplan sebagai akibat dari kontaminasi, perlakuan pada eksplan saat sterilisasi
misalnya penggunaan anti kontaminan yang berlebihan seperti Na-Hipoklorit
(merek dagang: Bayclin, Clorox dsb.. dengan bahan aktif Na-CLO) atau disebabkan
karena keadaan eksplan yang sudah berpotensi untuk mengakibatkan kontaminasi.
Ukuran eksplan berkisar antara ukuran yang mikroskopis mulai 0,1 mm
sampai dengan ukuran yang cukup besar yang dapat mencapai 1 sampai 3
cm. Eksplan pada prinsipnya dapat berasal dari semua jaringan. Eksplan dapat
digolongkan menurut asal eksplan jaringan yang akan dibiakan, yaitu:
1. Bagian tanaman yang terletak antara ujung tanaman seperti pucuk tanaman
atau ujung akar, jaringan ini mempunyai ciri cepat dalam tingkat sel, sel-selnya
mudah membelah atau meristematis dan ukurannya sangat kecil, diperlukan
alat bantu berupa mikroskop tipe meristem.
2. Pucuk
3. Batang Tebu
4. Antera
5. Bunga
6. Daun
7. Embrio
8. Hipokotil
9. Benih
10. Bibit
11. Akar
12. Bakal bunga
Merupakan bagian dari tanaman yang digunakan sebagai bahan suatu
inisiasi suatu kultur, eksplan harus diambil dari induk yang telah terpilih. Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam memilih eksplan adalah umur fisiologinya, organ
yang menjadi sumber bahan tanaman, dan ukuran eksplan.
Pengambilan bagian tanaman yang masih berumur muda (juvenil), lebih
baik dibanding dengan tanaman yang sudah tua, karena tanaman yang masih muda
memiliki jaringan regenerasi yang lebih tinggi dibanding tanaman dewasa. Yang
kedua adalah organ yang digunakan sebagai sumber bahan tanaman.
Pada tanaman jati, bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan kultur
jaringan adalah tunas juvenil. Tunas tersebut didapatkan dengan melakukan
pemangkasan berat, yang kemudian dijadikan eksplan.
Yang ketiga adalah ukuran eksplan, dimana tunas dengan ukuran besar lebih tahan
ketika dipindahkan ke dalam kondisi kultur, pertumbuhannya lebih cepat, dan lebih
banyak menghasilkan mata tunas aksilar dibanding dengan tunas yang berukuran
lebih kecil. Namun, kelemahannya adalah sulit mendapatkan kultur yang aseptik,
serta memerlukan bahan tanaman yang lebih banyak.

PEMULIAAN DAN
130 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

1. Syarat Bahan Tanam/ Eksplan


Seleksi bahan eksplan yang cocok merupakan faktor penting yang
mempengaruhi keberhasilan program kultur jaringan. Untuk memulai program
kultur jaringan yang baru dengan spesies atau kultivar tanaman yang baru pula,
seringkali menghendaki analisis yang sistematis terhadap potensi eksplan dari
setiap tipe jaringan (Hartman Iet al., 1990). Oleh karena itu, Pierik (1 9 9 7)
mengemukakan tiga aspek utama yang harus diperhatikan dalam seleksi bahan
eksplan, yaitu genotip, umur, dan kondisi fisiologis bahan tersebut.
Walaupun tanaman dapat diperoleh dari sejumlah besar genotip,
kemampuan regenerasi setiap genotip sangat berbeda (Tomes, 1985). Pengaruh
genotip pada proliferasi sel dapat dilihat pada kapasitas regeneratifnya. Pada
umumnya, tanaman dikotil lebih mudah berproliferasi pada kultur in vitro
daripada tanaman monokotil. Selain itu, tanaman gymnospermae memiliki
kapasitas generatif yang lebih terbatas dibandingkan dengan tanaman
angiospermae (Hartman et al., 1990).
Tanaman yang umumnya mudah diperbanyak melalui teknik perbanyakan
vegetatif konvensional akan mudah pula diperbanyak melalui teknik kultur
jaringan (Pierik, 1997). Tanaman berbatang lunak, seperti Saint paulia (Chang,
1987) dan Begonia (Bowes, 1990) yang mudah diperbanyak secara vegetatif
konvenional menggunakan setek daun, dapat dengan mudah pula dikulturkan
secara in vitro menggunakan eksplan potongan dan menggenerasikan lebih
banyak tanaman. Pada umumnya, tanaman monokotil lebih sulit diperbanyak
daripada tanaman dikotil, baik secara vegetatif konvensional maupun kultur
jaringan (Holdgate, 1997). Akan tetapi, Mater (1986) menyatakan keberhasilan
regenerasi plantlet pada kultur kalus tanaman monokotil yang diperoleh dari
eksplan ujung pucuk Phoenix dactylifera. Keberhasilan regenerasi plantlet dari
eksplan tanaman monokotil dilaporkan pula oleh peneliti lain, seperti Blake
(1990) pada eksplan embrio zigotik tanaman Cocos nucifera dan Choo (1990)
pada kultur kalus yang diperoleh dari eksplan tangkai bunga Elaeis guineensis,
serta oleh Zulkarnain (in press) pada kultur pucuk Allium sativum.
Perbanayakan tanaman secara vegetatif konvensional, jaringan-jaringan
juvenilnya sering memperlihatkan peluang keberhasilan yang lebih besar.
Peluang keberhasilan perbanyakan tanaman melalui in vitro meningkat pula
dengan digunakan jaringan-jaringan muda sebagai bahan eksplan. Hartmann et
al. (1990) menyatakan bahwa jaringan-jaringan yang sedang aktif tumbuh pada
awal masa pertumbuhan biasanya merupakan bahan eksplan yang paling baik.
Jaringan yang kurang aktif sering menginginkan modifikasi jenis dan takaran
zat pengatur tumbuh selama pengkulturan. Sejalan dengan semakin tuanya
organ tanaman eksplan yang diambil, proses pembelahan dan regenerasi sel
cenderung untuk menurun. Oleh karena itu, Pierik (1997) menyarankan untuk
menggunakan jaringan-jaringan yang muda dan lunak karena pada umumnya
jaringan tersebut lebih mudah berproliferasi daripada jaringan berkayu atau
yang sudah tua. Jaringan muda (juvenil) biasanya memiliki kapasitas regeneratif
yang tinggi dan seringkali digunakan sebagai bahan penelitian. Hartmann et
al. (1990) menyatakan bahawa fase juvenil dicirikan oleh ketidakmampuan
tanaman untuk tumbuh dari fase vegetatif ke fase reproduktif, seperti tidak

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 131
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

adanya kemampuan membentuk bunga; sifat-sifat morfologi dan fisiologis,


seperti bentuk daun, kekerasan, vigor, dan resistensi terhadap penyakit,
tingginya kemampuan jaringan untuk meregenerasikan akar dan pucuk adventif.
Salisbury dan Ross (1992) menambahkan bahwa secara fisiologis,
juvenilitas, dicirikan oleh fase pertumbuhan vegetatif yang cepat, sedangkan
pembungaan biasanya terhambat. Morfologi yang spesifik, terutama bentuk
daun dan sifat pertumbuhan kadang-kadang muncul pada tahap ini. Pada
beberapa spesies tanaman berkayu, sifat-sifat fisiologis dari juvenilitas dapat
berupa kecenderungan yang lebih besar untuk membentuk warna-warna
autumnal (warna tanaman pada musim gugur) dan toleransi terhadap naungan
(Leopold dan Kriedemann, 1975).
Kondisi fisiologis eksplan memiliki peranan penting bagi keberhasilan
teknik kultur jaringan. Pierik (1997) menyatakan bahwa pada umumnya bagian-
bagian vegetatif lebih siap beregenerasi daripada bagian-bagian generatif.
Eksplan mata tunas yang diperoleh dari tanaman yang sedang istirahat, lebih
sulit berproliferasi daripada mata tunas yang diperoleh dari tanaman yang
sedang aktif tumbuh. Hal itu sama halnya dengan kasus dormansi pada eksplan
biji.
Kondisi fisiologis dari suatu tanaman bervariasi secara alami, sejalan
dengan pertumbuhan tanaman yang melewati fase-fase yang berbeda dan
pertumbuhan kondisi lingkungan. Suatu respons pertumbuhan tertentu di
dalam sistem kultur jaringan dijelaskan oleh Taji et al. (1995) sebagai hasil
interaksi antara kondisi fisiologis bahan yang dikulturkan dengan faktor-faktor
lingkungan. Hal itu berarti, pola pertumbuhan yang dihasilkan oleh suatu
tanaman dtentukan oleh kondisi fisiologis bersih dari tanaman bersangkutan
akibat pengaruh kondisi internal dan eksternal. Keadaan lingkungan kultur,
seperti cahaya, suplai air, suplai hara, ataupun zat pengatur tumbuh dapat
dimodifikasi sedemikian rupa untuk mengontrol kondisi fisiologis eksplan.
Faktor lain yang mempengaruhi laju keberhasilan kultur jaringan, namun
bukan merupakan faktor utama adalah ukuran eksplan yang digunakan. Hal
itu penting dalam upaya memproduksi tanaman bebas virus melalui kultur
meristem. Di samping itu, ukuranpun menentukan laju kehidupan bahan
eksplan yang dikulturkan. George dan Sherrington (1984) menyatakan bahwa
semakin kecil ukuran eksplan, akan semakin kecil pula kemungkinan terjadinya
kontaminasi, baik secara internal maupun eksternal, namun laju kehidupan pun
akan rendah. Sebaliknya, semakin besar ukuran eksplan, akan semakin besar
pula kemungkinan untuk berhasilnya poliferasi, namun kemungkinan untuk
terjadinya kontaminasi mikroorganisme akan semakin besar.
Lebih lanjut, Taji et al. (1995) menyatakan bahwa eksplan yang berukuran
kecil memiliki peluang yang rendah utnuk menghasilkan variasi genetik akibat
adanya Kimera. Akan tetapi, eksplan berukuran kecil tersebut lebih besar
kemungkinannya untuk mengalami kerusakan selama penanganan kultur dan
lebih peka terhadap kegagalan selama fase awal kultur. Sebaliknya, Anderson
(1980) menyatakan bahwa besarnya ukuran eksplan dapat mengurangi rasio
luas permukaan luka terhadap total luas eksplan. Selanjutnya,pada kultur
pucuk tanaman Daphne cneorum akar terbentuk lebih baik pada eksplan besar

PEMULIAAN DAN
132 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

daripada eksplan berukuran kecil (Marks dan Myer, (1994). Hal itu dikarenakan
pada eksplan berukuran besar terhadap persediaan makanan dan zat pengatur
tumbuh dalam jumlah yang memadahi sehingga sangat membantu untuk
memulai pertumbuhan baru.

a. Melakukan seleksi terhadap bahan eksplan


1) Teknik produksi bibit dalam kultur jaringan
Perbanyakan bibit dengan menggunakan teknik kultur jaringan sering kali
disebut mikropropagasi. Mikropropagasi diartikan sebagai perbanyakan
tanaman dengan genotipe unggul menggunakan teknik kultur jaringan,
tetapi teknik yang sering digunakan untuk produksi bibit tanaman ada
tiga, yaitu:
1) Teknik Kultur Tunas
Teknik kultur tunas yaitu perbanyakan tanaman dengan cara merangsang
pertumbuhan (proliferasi) tunas aksiler atau lateral yang sudah ada pada
eksplan. Teknik kultur tunas umumnya ada 4 tahap yaitu tahap inisiasi
tunas, tahap multiplikasi tunas, tahap induksi perakaran dan tahap
aklimatisasi. Kultur tunas sering digunakan untuk produksi bibit secara
komersial karena lebih mudah dilakukan pada banyak jenis tanaman dan
lebih menjamin kestabilan genetik pada bibit tanaman yang dihasilkan
dibandingkan dengan teknik organogenesis atau pun embriogenesis
somatik.
Teknik kultur tunas untuk produksi bibit secara komersial dilakukan
melalui dua cara, yaitu:
2) Proliferasi tunas
Prinsip proliferasi tunas adalah dengan meningkatkan jumlah
pertumbuhan (proliferasi) tunas aksiler dan pada satu buah nodus
dirangsang untuk tumbuh banyak tunas aksiler/lateral. Teknik proliferasi
tunas dapat dilakukan dengan 2 cara sebagai berikut.
Mematikan dominansi apical dengan cara memotong/mematikan
tunas pucuk serta menginduksi pertumbuhan tunas lateral dengan
menggunakan zat pengatur tumbuh sitokinin pada media kultur dan
meletakkan eksplan dalam media secara horizontal. Contohnya, pada
mikropropagasi tanaman pisang, eksplan bonggol pisang dibelah dua
secara vertikal, kemudian belahan bonggol tersebut ditanam secara
horizontal untuk merangsang pertumbuhan tunas-tunas lateral.
3) Kultur nodus
Prinsip kultur nodus adalah dengan menumbuhkan tinggi tunas hingga
5-10 cm tanpa cabang, mempunyai 4-5 nodus tunas, kemudian batang
tunas tersebut dipotong-potong, dengan satu buah nodus (calon tunas)
pada setiap potongan batang tersebut. Kultur nodus sangat penting untuk
tanaman dengan tunas yang tumbuh tinggi dan sulit diinduksi tunas
lateralnya dengan menggunakan sitokinin, seperti pada mikropropagasi
tanaman kentang.

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 133
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

4) Teknik organogenesi
Teknik organogenesis yaitu pembentukan tunas atau akar adventif
baik inisiasi langsung dari eksplan maupun inisiasi dari jaringan kalus.
Tunas ini tumbuh pada bagian tanaman yang tidak umum, seperti bagian
daun, bagian batang antara nodus, kotiledon atau akar. Tunas adventif
dapat langsung terbentuk dari jaringan eksplan, misalnya tunas tumbuh
langsung dari bagian daun. Hal ini disebut teknik organogenesis langsung.
Ada pula tunas adventif tumbuh secara tidak langsung dari eksplan,
dimana eksplan membentuk kalus terlebih dahulu kemudian dari kalus
tersebut baru tumbuh tunas adventif.
Hal tersebut disebut teknik organogenesis tidak langsung seperti
pada Gambar 6.3

Gambar 6.3. Proses Perbanyakan Tebu Melalui Kultur Jaringan


Sumber: https://images.app.goo.gl/UUz3yYM14oCrLh6p9

5) Teknik somatik embryogenesis


Teknik somatik embryogenesis yaitu pembentukan embrio dari sel-sel
somatik baik inisiasi langsung dari organ maupun inisiasi dari jaringan
kalus. Sel-sel somatik pada teknik mikropropagasi ini akan berkembang
melalui pembelahan sel dan membentuk embrio yang sama dengan
embrio zigotik, yaitu mempunyai struktur bipolar yang terdiri dari
jaringan meristem tunas dan meristem akar. Embrio somatik ini dapat
tumbuh secara langsung dari bagian eksplan atau secara tidak langsung
yaitu melalui fase pembentukan kalus kemudian baru terbentuk embryo
somatik pada kalus tersebut. Eksplan untuk teknik embriogenesis
langsung adalah embrio zigotik yang belum matang karena jaringgannya
bersifat embriogenik sehingga hanya memerlukan satu perlakuan ZPT
untuk merubahnya menjadi emrio somatik.
b. Tanaman Induk
Tanaman induk adalah tanaman pilihan yang digunakan sebagai
sumber bahan tanam/ eksplan baik itu tanaman kecil ataupun tanaman besar
yang sudah produktif yang berasal dari biji atau hasil perbanyakan vegetatif.
Tanaman induk yang digunakan sebagai sumber bahan tanam/ eksplan
untuk produksi bibit secara kultur jaringan harus memenuhi persyaratan,
yaitu sebagai berikut.
1) Memiliki sifat unggul dalam produktifitas dan ketahanan terhadap
serangan organisme penggangu tanaman;

PEMULIAAN DAN
134 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

2) Nama varietas tanaman induk dan asal-usulnya (nama pemilik, tempat


asal) harus jelas, sehingga memudahkan pelacakannya;
3) Tanaman induk memiliki nilai ekonomis agar biaya investasi alat
danbiaya produksi bibit secara kultur jaringan yang cukup tinggi dapat
cepat tercapai;
4) Ditanam di tempat yang terpisah dari tanaman lain yang dapat menjadi
sumber penularan penyakit atau penyerbukan silang, terutama untuk
tanaman induk yang dapat diperbanyak secara generatif; dan
5) Tanaman induk ditanam d a n dipelihara di kebun induk yang yang terdiri
dari beberapa varietas tanaman unggul untuk sumber penghasil bahan.
tanam/ eksplan untuk perbanyakan dalam jumlah besar. Tanaman induk yang
ditanam umumnya adalah tanaman hasil perbanyakan vegetatif (okulasi,
sambung, susuan, cangkok, setek dan anakan) dan memenuhi persyaratan
sebagai tanaman induk. Lokasi pohon induk sebaiknya tidak jauh dengan
lokasi perbanyakan tanaman untuk memudahkan pelaksanaan perbanyakan.

Gambar 6.4. Pohon Induk Jati


Sumber https://images.app.goo.gl/dzx9QpKeaUpWgfm17

c. Bibit secara kultur jaringan


Prinsip dasar penanaman tanaman induk adalah untuk memperoleh bahan
tanam dari bagian tanaman dengan jaringan muda yang sedang aktif
tumbuh sehingga diperlukan tahap pemudaan bahan tanam/ eksplan.
Hal ini dikarenakan jaringan tanaman yang masih muda mempunyai daya
regenerasi yang lebih tinggi. Daya regenerasi yang tinggi disebabkan oleh
sel-selnya yang masih aktif membelah diri dan relatif lebih bersih atau
mengandung sedikit mikroorganisme kontaminan sehingga memudahkan
dalam tahap sterilisasi.

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 135
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

d. Penanaman dan Pemeliharaan Induk pada Tanaman Perkebunan


Salah satu contoh tanaman perkebunan yang perlu dilakukan
pemudaan sumber bahan tanam adalah pada tanaman induk karet.kopi,
kakao karet dan tebu. Tanaman induk perkebunan yang dipilih sebagai pohon
induk memiliki sifat unggul hasil perbanyakan secara vegetatif melalui stek
atau cangkok dan dalam kondisi sehat dan bebas dari hama dan penyakit .

Gambar 6.5 potongan tanaman tebu sebagai bakal tanaman induk


Sumber: https://images.app.goo.gl/JRXxt7x6YPWXRh257

Gambar 6.6 tebu unggul, kementan Gandeng Pt Pertani


Sumber: https://images.app.goo.gl/VU7Jvv2Es4Wokwgs8

Tanaman induk yang dihasilkan kemudian ditanam pada polibag


besar dan dipelihara dalam lingkungan yang terkendali, misalnya green
house. Tanaman induk setelah mempunyai batang cokelat dan keras
dilakukan pemangkasan pada pucuk tunasnya. Bekas potongannya diberi
cat untuk mencegah batang menjadi kering dan menghindari masuknya
mikro-organisme ke dalam jaringan tanaman induk. Pemotongan pucuk
tunas dimaksudkan untuk merangsang pertumbuhan tunas aksiler yang
akan digunakan sebagai bahan tanam/ eksplan. Tunas aksiler biasanya akan
tumbuh pada 2-3 minggu setelah pemotongan pucuk tunas. Tanaman induk
diberi pemupukan NPK 15-15-15 dengan interval 2 minggu sekali untuk
mempercepat dan meningkatkan jumlah pertumbuhan tunas aksilernya
sebagai bahan tanam/ eksplan.

PEMULIAAN DAN
136 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 6.7 Pohon Induk Tanaman Jati Salamon di dalan Green House
Sumber: https://images.app.goo.gl/nwuggA2KhqUbMJZf7

Tanaman induk perkebunan selama proses pemudaan bahan tanam/


eksplan perlu dilakukan pemeliharaan di green house. Hal ini sangat
menentukan keberhasilan proses pembuatan kultur aseptik tunasnya.
Kondisi kebersihan dan kesehatan tunas tanaman induk yang akan diambil
sebagai bahan tanam sangat menetukan tingkat kontaminasi pada hasil
sterilisasi bahan tanam. Pucuk tunas tanaman perkebunan yang umumnya
berkayu mempunyai karakter mudah sekali mengalami pencoklatan
setelah disterilisasi. Oleh karena itu, kondisi bahan tanam tunasnya yang
benar-benar muda, bersih, dan bebas hama penyakit untuk meningkatkan
keberhasilan sterilisasi bahan tanamnya sehingga tingkat kontaminasi jamur
atau bakterinya kecil.
Pemeliharaan tanaman induk perkebunan yang perlu dilakukan untuk
keberhasilan sterilisasi bahan tanamnya, antara lain:
1) Penyemprotan fungisida dan bakterisida dilakukan sebanyak 2 kali
seminggu pada saat tunas aksiler mulai tumbuh untuk menjaga tunas
yang tumbuh terbebas dari penyakit jamur atau bakteri.
Perlakuan penyemrotan menggunakan insektisida Decis dengan dosis 2
ml/liter sebanyak 1-2 kali seminggu untuk menghindari serangan hama
serangga seperti semut;
2) Dilakukan pemangkasan seluruh daun tanaman yang terkena serangan
kutu putih lalu dilakukan penyemprotan menggunakan insektisida
Confidor dengan dosis 1 m l/ liter sebanya k 1-2 kali seminggu atau
bergantung intensitas serangan hamanya; dan
3) Pemupukan menggunakan pupuk majemuk NPK 15-15-15 setiap 2 minggu
sekali untuk meningkatkan jumlah pertumbuhan tunas aksilernya.

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 137
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

B. Jenis-Jenis Bahan Tanam/ eksplan


Eksplan adalah bagian kecil jaringan atau organ yang diambil atau dipisahkan
dari tanaman induknya sebagai bahan tanam in vitro kemudian dikulturkan secara
in vitro dalam kondisi aseptis. Ada beberapa jenis eksplan yang dapat digunakan
sebagai bahan tanam in vitro, yaitu:
1. Eksplan biji
Biasanya digunakan untuk kultur biji (seed culture). Kultur ini biasanya dilakukan
pada biji tanaman yang bersertifikat dan dipetik dari tanaman induk yang sudah
diketahui keunggulan sifatnya. Hal ini umumnya pada tanaman semusim yang
organ tanamannya sangat sensitif terhadap bahan sterilan kimia. Selain itu biji
juga dapat langsung dikecambahkan pada media agar-agar, contoh: biji anggrek
yang tidak memiliki cadangan makanan.

Gambar 6.8. Eksplan Biji Tanaman perkebunan


(Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2018)

2. Eksplan Organ
Seperti: ujung akar, pucuk aksilar, tangkai daun, helaian daun, bunga, buah
muda, dan buku batang, biasanya digunakan untuk kultur organ (organ culture).
Eksplan organ tersebut biasanya digunakan untuk penanaman kultur melalui
organogenesis (pembentukan organ tanaman secara langsung maupun tidak
langsung) dan embriogenesis (pembentukan embrio tanaman secara langsung
maupun tidak langsung). Selain itu akar biasanya digunakan dalam hairy root
culture yaitu kultur dari eksplan akar untuk memproduksi bahan metabolit
sekunder dari akar tanaman.

Gambar 6.9. Eksplan Organ Batang, Akar, Daun Tanaman


(Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2018)

PEMULIAAN DAN
138 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

3. Eksplan Bagian Reproduktif Tanaman


Seperti: kepala sari (anther), tepungsari (pollen), dan bakal buah (ovule) biasanya
digunakan untuk kultur haploid (haploid culture). Eksplan tersebut digunakan
dalam kultur untuk menghasilkan tanaman haploid (haploid culture), melalui
kultur eksplan anter (anther culture), kultur eksplan polen (pollen culture), dan
kultur eksplan ovul (ovule culture).

Gambar 6.10. Eksplan Polen, Ovul, dan Anter Tanaman


(Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2018)

4. Eksplan protoplas tanaman yang digunakan untuk kultur protoplasma


(protoplast culture).
Eksplan tersebut berupa sel yang telah dilepas bagian dinding selnya
menggunakan bantuan enzim. Protoplas diletakkan pada media padat dibiarkan
agar membelah diri dan membentuk dinding selnya kembali. Kultur protoplas
biasanya untuk keperluan hibridisasi somatik atau fusi sel soma (fusi 2 protoplas
baik intra spesifik maupun intrespesifik).

Gambar 6.11 kultur tehnik Fusi Protoplasma


Sumber: https://images.app.goo.gl/MzAfJJuSZ9Wpquvy6

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 139
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

5. Kriteria Eksplan
Ada beberapa kriteria yang harus dipertimbangkan dalam seleksi bahan tanam/
eksplan. Kriteria-kriteria tersebut akan sangat menentukan berhasil atau
tidaknya pengkulturan bahan tanam/ eksplan yang meliputi:
a. Ukuran bahan tanam/ eksplan
Ukuran bahan tanam/ eksplan dapat berpengaruh terhadap keberhasilan
kultur jaringan. Bahan tanam/ eksplan yang berukuran besar berisiko
kontaminasi lebih besar dibandingkan eksplan berukuran kecil, tetapi
kemampuan hidupnya lebih besar dan tumbuhnya lebih cepat. Contohnya,
eksplan tunas muda berisiko kontaminasi lebih tinggi dibandingkan eksplan
jaringan meristem tunas, tetapi tunas lebih mudah dan cepat tumbuh
beregenerasi dibandingkan jaringan meristem yang biasanya tumbuh lebih
lambat untuk beregenerasi menjaditanaman utuh kembali.

b. Umur Fisiologis Bahan Tanam/ eksplan


Bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan tanam/ eksplan umumnya
adalah jaringan muda yang sedang tumbuh aktif. Hal ini dikarenakan
mempunyai daya regenerasi yang lebih tinggi, sel-selnya masih aktif
membelah diri dan relatif lebih bersih (mengandung sedikit mikroorganisme
kontaminan) sehingga mudah disterilisasi. Jaringan yang sudah tua lebih
sulit beregenerasi dan biasanya lebih banyak mengandung mikroorganisme
kontaminan.

c. Umur ontogenetik tanaman induk (sumber eksplan)


Umur ontogenetik tanaman induk sumber bahan tanam/ eksplan sangat
mempengaruhi keberhasilan penanaman eksplan. Eksplan yang diambil
dari tanaman induk yang masih muda umumnya lebih mudah beregenerasi
dibandingkan eksplan yang diambil dari tanaman induk yang sudah dewasa,
walaupun jaringan yang diisolasi secara fisiologis masih muda. Contohnya,
induksi tunas dari eksplan tunas muda dari tanaman induk berupa pohon
dewasa, biasanya akan memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan
induksi tunas dari eksplan tunas yang diambil dari bibit tanaman yang baru
disemai di polibag (tahap pemudaan eksplan).
C. Pemilihan Bahan Eksplan
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih eksplan adalah
kualitas/ kesehatan tanaman, musim saat pengambilan eksplan, status fisiologi
dan genotip, asal lokasi tanaman, jenis organ/ jaringan, dan tujuan pemanfaatan
kultur. Tanaman yang sehat mengurangi risiko kegagalan pertumbuhan maupun
terjadinya kontaminasi.
Umur tanaman menentukan kondisi fisiologis tanaman. Umur fisiologis atau
fase pertumbuhan tanaman sangat berpengaruh terhadap respon pertumbuhan
in vitro. Pada prinsipnya jaringan meristematik dan jaringan yang masih mampu
mengalami dediferensiasi memiliki respon pertumbuhan in vitro yang lebih baik
dibanding jaringan yang sudah dewasa. Ujung tunas dan bagian nodus umumnya
menghasilkan regenerasi tunas aksilar dan akar lebih cepat. Tanaman yang sedang
dalam masa dorman sebaiknya tidak digunakan sebagai eksplan kecuali sudah
PEMULIAAN DAN
140 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

mencapai masa pemecahan dormansi sedangkan untuk tanaman hutan fase juvenil
merupakan fase yang dianjurkan untuk digunakan sebagai sumber eksplan.
Variasi pilihan jenis eksplan juga tergantung tipe respon pertumbuhan yang
diinginkan. Jika kultur bertujuan untuk propagasi, maka eksplan yang digunakan
biasanya adalah kuncup atau tunas lateral atau terminal. Induksi kalus dapat
menggunakan eksplan kotiledon, hipokotil, batang daun, atau embrio. Jaringan
daun banyak digunakan untuk isolasi protoplas. Eksplan sebagai bahan awal
menghasilkan kuncup adventif baru yang diambil dari tanaman yang secara alami
mempunyai kemampuan regenerasi tinggi, misalnya Begonia cukup digunakan
sebagian kecil batang, daun maupun akar. Tetapi tanaman-tanaman lain yang
kemampuan perkembangan kuncup adventifnya rendah dapat menggunakan
eksplan tunas yang terdapat pada ujung batang utama (tunas pucuk) atau pada
cabang (tunas aksilar).
D. Penandaan hasil seleksi bahan eksplan
Hasil seleksi bahan eksplan dapat diberi nomor berdasarkan kodefikasi
yang berlaku di masing-masing tempat (laboratorium/ perusahaan). Kodefikasi ini
berfungsi untuk memudahkan pengorganisasian bahan eksplan yang dikumpulkan.
Penataan wadah bahan ekaplan (cawan petri, botol, kantong plastik) dapat diatur
berdasarkan jenis tanaman, kultivar, jenis bahan eksplan, dan perlakuan khusus
lainnya. Pengelompokkan diperlukan agar tidak terjadi kekeliruan pada taha p
selanjutnya. Wadah bahan eksplan (cawan petri, botol, kantong plastik) diatur
dengan jarak antar wadah tidak terlalu rapat dan jumlah disesuaikan tergantung
kapasitas tempat penyimpanan.

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 141
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

LEMBAR PRAKTIKUM

SOP Penyiapan Bahan Tanam/ Eksplant Penyiapan bahan tanaman dari lapang
melalui 3 proses yaitu: sterilisasi bahan tanaman di luar laminar, sterilisasi bahan
tanaman di dalam laminar, dan penanaman eksplan.

Gambar 6.12. Tahapan perlakuan pada eksplan


Sumber: https://images.app.goo.gl/rfN4JVtoVu6yRAECA

Sterilisasi eksplan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu sebagai berikut.


A. Sterilisasi secara kimia
1. Menyeleksi bahan eksplan engan ciri-ciri lurus,tidak terserang hama atau
penyakit, tidak terluka,tidak busuk;
2. Eksplan dimasukkan ke dalam gelas ukur plastik dengan diberi air
secukupnya;
3. Menyiapkan botol kultur yang diisi akuades steril sebanyak 100 ml;
4. Memasukkan ekspaln ke dalam botol kultur yang sudah diisi akuades steril
sebanyak 100 ml;
5. Mengambil tween 1-2 tetes dimasukkan pada botol kultur yang sudah
terisi eksplan dan akuades digojok 10-15’;
6. Eksplan dibilas tiga kali dengan akuades 100 ml, eksplan ditahan dengan
pinset dan dikeluarkan akuadesnya,bilasan ke 3 dibiarkan;
7. Membuat larutan fungisida dengan dosis 0,2g r/ 100ml akuades, tambahkan
pada eksplan digojok selama 30 menit;
8. Membilas eksplan 3 kali dengan cara eksplan ditahan dengan pinset,
larutan fungisida dikeluarkan, memasukkan 100 ml akuades bilas yang
ketiga dibiarkan;
9. Membuat larutan bakterisida dengan dosis 0,2gr/ 100ml akuades,
tambahkan pada eksplan digojok selama 30 menit;

PEMULIAAN DAN
142 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

LEMBAR PRAKTIKUM

10. Membilas eksplan 3 kali dengan cara eksplan ditahan dengan


pinset,larutan bakterisida dikeluarkan, memasukkan 100 ml akuades
bilas yang ketiga dibiarkan;
11. Botol kultur berisi eksplan dimasukkan dalam LAF;
12. Akuades dibuang, masukkan alkohol 70 atau 95 % digojok selama 1
menit dibilas akuades simpan;
13. Memasukkan bayclean 30 % ke dalam botol kultur yang terisi eksplan
digojok selama 30’ bilas 1 kali dengan akuades simpan;
14. Memasukkan bayclean 20 % ke dalam botol kultur yang terisi eksplan
digojok selama 20’ bilas 1 kali dengan akuades simpan;
15. Eksplan diperkecil ukurannya dengan pisau scalpel hingga mencapai
ukuran 3-5 cm potong menjadi 2/3 potongan daun; dan
16. Menambah 5 ml MS cair ke dalam botol kultur ,tutup botol secara aseptis,
diberi label simpan.

B. Sterilisasi secara fisik


Prosedur Inisiasi Tanaman perkebunan
1. Sterilisasi Tanaman
Sterilisasi Eksplan (bahan tanaman) secara umum di luar laminar:
a. Bahan tanaman diisolasi dari tanaman induk;
b. Eksplan dipotong sesuai ukuran yang diinginkan;
c. Eksplan dicuci dengan detergent selama 7 menit, bilas dengan air;
d. Eksplan dimasukkan ke dalam botol selai yang berisi fungisida yang
sesuai 1 gr/100 ml, dikocok selama 30 menit;
e. Eksplan dimasukkan ke dalam botol selai yang berisi bakterisida yang
sesuai 1 gr/100 ml, dikocok selama 30 menit; dan
f. Eksplan dibilas dengan air steril.

2. Sterilisasi Eksplan (bahan tanaman) Secara Umum di Dalam Laminar air


flow.

Gambar 6.13. Posisi Peralatan dan Bahan Sterilisasi di dalam Laminar

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 143
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

LEMBAR PRAKTIKUM

Keterangan Gambar:
1. Api Bunsen
2. Air Steril untuk membilas alat diseksi yang telah digarang
3. Air alkohol, tempat alat-alat diseksi
4. HgCl2 0.01%
5. Klorox 20%
6. Klorox 15%
7. Klorox 10%
8. Eksplan
9,10,11. Air Steril untuk membilas eksplan

Langkah Kerja:
a. Laminar sudah dalam keadaan steril serta peralatan dan bahan
sterilisasi sudah siap di dalam laminar.
b. Selanjutnya alat diseksi (pinset) dibakar/ digarang di atas api bunsen,
kemudian dimasukkan ke dalam air steril.
c. Selanjutnya memulai proses sterilisasi eksplan sesuai dengan metode
kultur jaringan.
d. Ambil eksplan dan masukkan ke dalam larutan hgcl2 0.01%.
e. Eksplan dibilas dengan air steril selama 5 menit.
f. Selanjutnya eksplan dimasukkan ke dalam larutan Klorox 20% selama
7 menit.
g. Selanjutnya eksplan dimasukkan ke dalam larutan Klorox 15% selama
7 menit.
h. Selanjutnya eksplan dimasukkan ke dalam larutan Klorox 10% selama
7 menit.
i. Selanjutnya eksplan dibilas dengan air steril 3 kali.

C. Penanaman
1. Eksplan yang telah disterilisasi dimasukan ke dalam cawan petri yang
berisi air steril sedikit.
2. Bagian jaringan tunas yang mengalami kerusakan akibat perlakuan
sterilisasi, dipotong (dibuang) dengan menggunakan scalpel dan pinset
yang terlebih dahulu digarang.
3. Eksplan siap ditanam dalam media kultur
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan kultur jaringan
tanaman perkebunan yaitu:
a. Alat
1) Pinset
2) Pisau bedah
3) Cawan petri
4) Botol
5) Lemari tumbuh
6) Bunsen
7) Laminar air flow

PEMULIAAN DAN
144 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

LEMBAR PRAKTIKUM

b. Bahan
1) Aqades
2) Alkohol 70%
3) Larutan hypoklorit
4) Medium AG
5) biji buah kakau
6) clorox
Adapun Contoh Prosedur Kultur Jaringan Tanaman Perkebunan, antara lain:
1. Buah kakao
a. Memilih biji yang bagus;
b. Merendam dengan larutan hypoklorit;
c. Membilas dengan aqades sebanyak 3 kali;
d. Memasukkan ke dalam cawan petri;
e. Mengupas hilus/ kulit biji;
f. Memasukkan ke dalam botol yang didalamnya terdapat medium AG;
g. Memasukkan ke dalam lemari tumbuh.

CONTOH SOAL

1. Amatilah gambar di atas, tahapan apa yang di gambarkan oleh gambar di atas?
Bagaimana prosedurnya? sebutkan langkah-langkah-langkahnya!
2. Perhatikanlah gambar di bawah ini, apakah gambar tersebut termasuk bahan
eksplan? Mengapa? Jelaskan untuk masing-masing gambar!

Kunci Jawaban
1. Penanaman eksplan
a. Eksplan hasil sterilisasi;
b. Pemotongan Eksplan; dan
c. Penanaman Eksplan.
2. Eksplan Polen, Ovul, dan Anter Tanaman
PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 145
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

CAKRAWALA

Eksplan Klonal Kelapa Sawit Eka 1 dan Eka Sinar Mas Agribusiness and Food,
anak perusahaan Golden-Agri Resources Ltd (GAR) belum lama ini meluncurkan
dua material tanam klonal kelapa sawit unggulan dengan nama Eka 1 dan Eka 2.
Bahan tanam ini dikembangkan selama dua dekade terakhir di pusat penelitian
perusahaan yakni SMART Research Institute (SMARTRI) dan Pusat Bioteknologi
SMART melalui program seleksi konvensional dan kultur jaringan. Sejak 21 April
2017, material tanam klonal Eka 1 dan Eka 2 telah resmi terdaftar di Indonesia
dan mendapatkan ijin untuk dibudidayakan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan,
Kementerian Pertanian.
Inovasi ini berpotensi meningkatkan produktivitas minyak kelapa sawit mentah
(crude palm oil/ CPO) perusahaan hingga lebih dari 10 ton per hektar per tahun
pada usia dewasa (10-18 tahun). Bila dibandingkan produksi perusahaan saat ini
yang berkisar 7,5-8 ton per hektar per tahun, terobosan ini akan meningkatkan
produktivitas perusahaan hingga lebih dari 25 persen. Selain itu, bagi industri
kelapa sawit Indonesia, terobosan ini akan menjadi peningkatan yang sangat
signifikan bila dilihat dari hasil rata-rata industri kelapa sawit Indonesia yang
menghasilkan CPO kurang dari 4 ton per hektar per tahun.

PEMULIAAN DAN
146 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

JELAJAH INTERNET

Kalian kunjungi untuk menambah wawasan dan pemahaman


kalian tentang laboratorium kultur jaringan:
https://meiadyariyanto.blogspot.com/2013/04/kultur-
jaringan-tanaman-vanilivanilla.html (diakses tanggal 24
Agustus 2018)
Untuk lebih membuka dan memperluas pemahaman
peserta didik tentang kompetensi pembuatan larutan
stok dapat membuka Salah satu website yang dapat kalian
kunjungi untuk menambah wawasan dan pemahaman
kalian tentang kultur jaringan pada perkebunan tebu

RANGKUMAN

1. Inisiasi dalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan.
Tujuan utama dari tahap ini adalah mengusahakan kultur yang aseptik atau
aksenik.
2. Kondisi fisiologis eksplan memiliki peranan penting bagi keberhasilan teknik
kultur jaringan.
3. Faktor ukuran pun menentukan laju kehidupan bahan eksplan yang dikulturkan.
4. Mikropropagasi diartikan sebagai perbanyakan tanaman dengan genotipe
unggul menggunakan teknik kultur jaringan, tetapi teknik yang sering digunakan
untuk produksi bibit yaitu teknik kultur tunas, poliferasi tunas dan kultur nodus,
teknik organogenesis, teknik somatic embryogenesis,
5. Eksplan adalah bagian kecil jaringan atau organ yang diambil atau dipisahkan
dari tanaman induknya sebagai bahan tanam in vitro kemudian dikulturkan
secara in vitro dalam kondisi aseptis.
6. Eksplan organ digunakan untuk penanaman kultur melalui organogenesis
(pembentukan organ tanaman secara langsung maupun tidak langsung) dan
embriogenesis (pembentukan embrio tanaman secara langsung maupun tidak
langsung.
7. Eksplan bagian reproduktif tanaman digunakan untuk kultur haploid (haploid
culture). Eksplan tersebut digunakan dalam kultur untuk menghasilkan tanaman
haploid (haploid culture), melalui kultur eksplan anter (anther culture), kultur
eksplan polen (pollen culture), dan kultur eksplan ovul (ovule culture).
8. Eksplan protoplas tanaman yang digunakan untuk kultur protoplasma
(protoplast culture) berupa sel yang telah dilepas bagian dinding selnya
menggunakan bantuan enzim.
9. Penyiapan bahan tanaman dari lapang melalui 3 proses yaitu: sterilisasi bahan
tanaman di luar laminar, sterilisasi bahan tanaman di dalam laminar, dan
penanaman eksplan

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 147
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

TUGAS MANDIRI

Salah satu pendukung keberhasilan pelaksanaan perbanyakan tanaman secara


kultur jaringan adalah pemilihan bahan tanam/ eksplan. Tugas Anda dalam rangka
menyiapkan memilih bahan tanam/ eksplan adalah:
1. Membuat kumpulan tulisan berupa rangkuman informasi tentang Teknik yang
sering digunakan untuk produksi bibit tanaman secara kultur jaringan dan
syarat-syarat memilih eksplan dalam kultur jaringan.
2. Melakukan Pelatihan Teknik kultur jaringan tanaman di laboratorium dan
mencoba melakukan penanaman dan pemeliharaan induk pada tanaman.
3. Tugas dikerjakan dalam bentuk laporan dengan format yang disepakati dengan
guru pengampu.

PENILAIAN AKHIR BAB

Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar!


1. Jelaskan teknik yang sering digunakan untuk produksi bibit tanaman secara
kultur jaringan!
2. Jelaskan yang dimaksud dengan tanaman induk dan kriterianya!
3. Jelaskan pengertian bahan tanam/ eksplan!

REFLEKSI

Setelah mempelajari bab enam ini, Anda tentu menjadi paham tentang konsep
dasar tentang penyiapan bahan tanam/ eksplan tanaman perkebunan. Dari semua
materi yang sudah dijelaskan ada bab empat ini, mana yang menurut Anda paling
sulit dipahami? Coba Anda diskusikan dengan teman maupun guru Anda, karena
konsep dasar ini akan menjadi pondasi dari materi-materi yang akan dibahas di
bab-bab selanjutnya.

PEMULIAAN DAN
148 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

TEKNIK INOKULASI BAHAN TANAM/ EKSPLAN BAB


TANAMAN PERKEBUNAN VII
BAB VII TEKNIK INOKULASI BAHAN TANAM/ EK-
SPLAN TANAMAN PERKEBUNAN

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah membaca dan mempelajari modul ini diharapkan peserta didik mampu
menjelaskan tehnik inokulasi bahan tanam/ eksplan tanaman perkebunana,
tehnik multiplikasi inikulum dan tehnik inokulasi bahan tanam/ eksplan tanaman
perkebunan dengan baik dan benar.

PETA KONSEP
TEKNIK INOKULASI BAHAN TANAM/ EKSPLAN

Teknik Inokulasi Bahan Tanam (Eksplan) Tana-


man Perkebunan
TANAMAN PERKEBUNAN

Teknik Multiplikasi Inokulum Kultur Jaringan


Tanaman Perkebunan

Teknik Induksi Perakaran

KATA KUNCI

Strelisasi. subkultur, inokulasi, kalus, alat, bahan, media tanam, alkohol, tanaman
induk

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 149
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

PENDAHULUAN

Tahukah kamu bahwa tahap inokulasi sangatlah menentukan keberhasilan proses


kultur jaringan? Inokulasi tanaman perkebunan adalah kegiatan pemindahan bahan
tanam perkebunan dari lingkungan non aseptik ke lingkungan aseptik, sebelum
dilakukan inokulasi bahan tersebut harus di seterilkan dahulu, hal tersebut untuk
menghindari kontaminasi. Dalam tahapan ini juga diperlukan tingkat ketelitian
yang tinggi karena tahap penanaman eksplan tanaman perkebunan ini sangat
mempengaruhi keberhasilan kultur jaringan.
Penanaman eksplan perkebunan dikenal juga dengan istilah pengkulturan
atau inokulasi. Pengkulturan atau Inokulasi adalah proses pemotongan atau
pengambilan eksplan perkebunan ketika akan dilakukan penanaman. Eksplan
seperti yang telah dijelaskan dalam materi diklat terdahulu (pemilihan, persiapan
dan sterilisasi eksplan), adalah sumber tanaman yang akan dikulturkan yang
berasal dari sumber induk yang terpilih, yang bisa berupa organ, jaringan, sel, atau
yang lebih kecil dari itu.
1. Perbanyakan Mikro
Perbanyakan mikro seringkali kita dengar dengan istilah yang lebih umum,
yaitu penanaman eksplan. Istilah ini hanya untuk memudahkan para pelaku
dan pemerhati dunia kultur jaringan saja, sehingga proses pentransferan
pengetahuan-pengetahuan tentang kultur jaringan yang terkesan sulit
dimengerti bahasanya akan semakin mudah dipahami oleh masyarakat awam
sekalipun.

Gambar 7.1. Proses Persiapan Inokulasi eksplan tanaman perkebunan.


Sumber: http://sikembangbenih.afsarsolusindo.co.id/ android/fileUpload/1528172003_tekno4.jpg

Perbanyakan mikro atau kultur organ dimulai dengan bagian yang


terorganisir dari suatu tanaman, paling sering digunakan adalah kuncup, dan
proses pengkulturan ini menjaga keadaan terorganisir ini sambil mengarahkan

PEMULIAAN DAN
150 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

PENDAHULUAN

pertumbuhan dan perkembangan ke arah perbanyakan dan regenerasi tanaman


baru yang lengkap. Ini berbeda dengan kultur yang melibatkan produksi
jaringan tak terorganisir seperti kalus.

Gambar 7.2. Eksplan yang siap di inokulasi


Sumber: https://images.app.goo.gl/npDkCdgYKtzsKoY66

Gambar 7.3. Gambar planlet siap inokulasi


Sumber: https://images.app.goo.gl/tHEuDcPbQnoNUKJs5

Pada perbanyakan mikro, proses ini melibatkan beberapa atau semua


tahap berikut:
a. Pemilihan bahan tanaman yang tepat;
b. Pengembangan kultur aseptik;
c. Mutliplikasi;
d. Elongasi;
e. Pembentukan akar; dan
f. Penanaman ke lapang.

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 151
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

PENDAHULUAN

Pada masing-masing tahap berbagai faktor dan kondisi harus diberikan


untuk memanipulasi tanaman ke arah pertumbuhan yang diinginkan.
Kebanyakan faktor-faktor ini atau kondisi ini adalah pengaturan pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Karenanya, praktik kultur jaringan harus didasari
dengan pengetahuan dasar fisiologi tanaman atau biologi.

Gambar 7.4. Macam–macam Tanaman yang siap di subkultur


Sumber: https://images.app.goo.gl/D6iDS5DZ1UMV3GvX6

Gambar 7.5. planlet hasil inokulum yang dijadikan gantungan kunci


Sumber: https://images.app.goo.gl/C1tQqiTCzUyPQ4eY7

Penanaman eksplan yang digunakan dalam pembuatan cenderamata unik


ini adalah planlet tanaman kopi. Planlet kopi yang digunakan adalah planlet
kopi yang tidak memenuhi kriteria untuk dijadikan bibit. Selain itu, planlet yang
mengalami kontaminasi juga dapat digunakan sebagai eksplan dalam pembuatan
cenderamata ini. Untuk planlet yang mengalami kontaminasi dapat dilakukan
sterilisasi ulang agar kontaminan yang berada dalam planlet dapat dihilangkan.
Sterilisasi ulang dilakukan dengan menggunakan teknik perendaman dalam
PEMULIAAN DAN
152 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

PENDAHULUAN

sterilan. Untuk kontaminasi ringan dilakukan pencucian pada larutan sterilan


10% dan untuk kontam inasi sedang dilakukan perendaman selama 5 menit
dalam sterilan 10%3). Dengan menggunakan metode tersebut, planlet yang
mengalami kontaminasi akan dapat digunakan sebagai eksplan steril dalam
pembuatan cenderamata unik. Planlet kopi yang sudah siap digunakan menjadi
eksplan akan ditanam dalam media daur ulang dan akan dikemas sedemikian
rupa sehingga terlihat lebih menarik. Cenderamata tersebut dapat dijadikan
sebagai hiasan atau gantungan kunci yang didalamnya terdapat tanaman kopi
yang masih hidup. Dengan demikian, limbah media padat yang pada awalnya
tidak memiliki nilai ekonomis dapat didaur ulang menjadi suatu produk yang
diharapkan dapat dikomersialkan sehingga bernilai ekonomis tinggi. a d b c
Planlet yang terkontaminasi bakteri (a); metode sterilisasi ulang pada planlet
kopi (b); planlet kopi siap tanam (c); planlet yang telah ditanam pada media
tanam hasil daur ulang limbah media padat (d) Cenderamata hasil daur ulang
limbah media padat kultur jaringan kopi >> 4

2. Faktor yang Mempengaruhi Penanaman Eksplan


a. Seleksi Tanaman Stok (Sumber Indukan)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam seleksi tanaman stok atau
sumber indukan ini adalah:
1) Genotipe
Bahan tanaman (eksplan) sebaiknya menggunakan tetua yang memiliki
kisaran genetik yang berbeda.
2) Kondisi tanaman
Eksplan yang sehat kemungkinan besar akan menghasilkan kultur yang
baik dan berhasil.
3) Bagian tanaman
Tunas atau ruas/ node paling sering digunakan, tapi bagian lain juga dapat
digunakan tergantung pada spesies dan tujuan yang diinginkan.
4) Ukuran tanaman
Semakin kecil eksplan, semakin kecil kemungkinan menularkan
penyakit endogenus atau mengintroduksikan variasi akibat chimera.
Sebaliknya, eksplan yang lebih kecil lebih mudah rusak pada saat
penanganan dan lebih rentan terhadap kegagalan pada kultur awal.
5) Kemudahan mengkulturkan
Beberapa spesies atau kultivar lebih mudah dikulturkan
dibandingkan yang lain; secara umum, tanaman yang mudah diperbanyak
secara tradisional dengan stek, biasanya lebih mudah dikulturkan.
6) Posisi tanaman
Ujung tunas dan daun yang baru tumbuh adalah bahan eksplan
terbaik. Hindari menggunakan bahan yang kontak langsung dengan
tanah, dimana kemungkinan besar infestasi penyakit sangat besar.
7) Jaringan berpenyakit
Bahan tanam harus berasal dari jaringan yang sehat. Ujung tunas
yang sedang aktif tumbuh cenderung memiliki sedikit infestasi penyakit
atau sumber kontaminan.
PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 153
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

PENDAHULUAN
8) Khimera
Beberapa tanaman mudah mengalami mutasi genetik atau chimera,
misalnya warna berbeda pada sebagaian daun, bentuk daun yang berbeda.
Sifat genetik tertentu dapat direproduksi pada kultur. Tapi, beberapa sifat
chimera kadang dipilih sebagai karakteristik yang diinginkan.
9) Poliploidi
Jaringan tanaman normal memiliki set jumlah kromosom tertentu
pada selnya. Beberapa individu atau jaringan mungkin memiliki tambahan
(poliploidi) atau pengurangan jumlah kromosom. Ini mungkin disebabkan
abnormalitas alami atau disebabkan oleh perlakuan bahan kimia.

b. Siklus Pertumbuhan Tanaman


Ada beberapa siklus pertumbuhan tanaman yang sangat penting
diperhatikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan waktu yang
tepat untuk melakukan tindakan kultur terhadap bahan tanam yang akan
digunakan. Berikut ini beberapa siklus pertumbuhan tanaman:
1) Juvenil/ dewasa
Jaringan muda/ juvenil dihasilkan dari bibit tanaman. Jaringan dewasa
dihasilkan setelah beberapa siklus pertumbuhan. Jaringan dewasa
memiliki karakter fisiologis yang berbeda yang mempengaruhi kebutuhan
kulturnya.
2) Vegetatif/ generatif
Tunas yang sedang berkembang biak jadi bersifat vegetatif atau
generatif (floral) tergantung pada posisi dan siklus pertumbuhannya.
Umumnya tunas vegetatif lebih disukai untuk kultur, karena akan dapat
memproduksi tunas baru dan menghasilkan banyak titik-titik tumbuh.
Status fisiologi jaringan tunas berbeda pada periode berbunga dan ini
dapat mempengaruhi respon tunas vegetatif yang dikoleksi pada saat
itu. Disarankan untuk menghindari periode berbunga sebagai bahan
tanaman, tapi penelitian menunjukkan bahwa beberapa spesies tanaman
asli Australia menunjukkan hal yang berbeda.
3) Aktif/ dorman
Seperti pada pembungaan, tanaman dan tunas individu atau jaringan
melalui siklus pertumbuhan aktif dan tidak aktif (dormansi) dan
perbedaan keadaan ini mempengaruhi respon tanaman terhadap kondisi
kultur.

c. Keadaan Fisiologis
Tujuan kultur jaringan adalah untuk mengontrol kondisi dimana
eksplan yang dikulturkan dapat tumbuh sesuai arah yang diinginkan.
Pertumbuhan organ, jaringan, baik pada kultur maupun pada tanaman biasa,
ditentukan oleh kondisi fisiologis pada jaringan. Respon tanaman terhadap
perubahan pada kondisi pertumbuhan harus dimediasi oleh perubahan
fisiologis pada jaringan.

PEMULIAAN DAN
154 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

PENDAHULUAN
Dalam praktiknya, ini berarti bahwa kondisi yang tepat diperlukan
untuk memungkinkan respon pertumbuhan tertentu pada kultur tergantung
pada status fisiologis bahan tanaman. Status fisiologis tanaman bervariasi
secara alami karena tanaman tumbuh pada tahap yang berbeda dan kondisi
berbeda atau musim yang berbeda. Kita dapat mengontrol beberapa
perubahan ini baik secara tidak langsung dengan mengontrol lingkungan,
seperti suhu, sinar, suplai air, supai hara atau secara langsung dengan
memberikan zat pengatur tumbuh.
1) Hormon tanaman
Dengan memanipulasi tipe dan level hormon tanaman pada kultur
jaringan, kita dapat mengatur pola pertumbuhan yang diinginkan.
2) Level karbohidrat
Tunas umumnya mengakumulasi karbohidrat pada antara periode
pertumbuhan tunas atau pertumbuhan buah dan mengkonsumsinya
pada periode berikutnya. Karenanya, tingkat karbohidrat yang lebih
tinggi dibutuhkan pada awal dan akhir masa pertumbuhan.
3) Status hara
Ada 2 parameter status hara, level sebenarnya dari masing-masing
unsur dan keseimbangan antar unsur. Pada kultur jaringan, semua hara
penting, yang biasanya disuplai pada tanah, harus disediakan pada media
dengan proporsi yang sesuai. Ketersediaan hara dapat mempengaruhi
keseimbangan media. Status nutrisi terhadap bahan tanaman (eksplan)
awal sangat memungkinkan memiliki pengaruh pada proses pertumbuhan
eksplan.
d. Dormansi
Tanaman tidak tumbuh dengan kecepatan yang sama secara kontinu.
Pertumbuihan bagian tanaman yang berbeda dibatasi oleh periode dimana
sedikit pertumbuhan atau tidak tumbuh sama sekali, yang biasanya disebut
dormansi. Tiga macam atau dormansi dapat dibedakan berdasarkan asal
penghambatan pertumbuhan. Ini dapat disebabkan oleh:
1) Kondisi lingkungan yang berubah, seperti suhu ekstrim (dormansi akibat
lingkungan);
2) Apikal dominansi dan hambatan korelatif; dan
3) Kondisi yang terjadi pada waktu yang lebih awal, menyebabkan
perubahan pada jaringan yang akhirnya menghambat pertumbuhan,
misalnya dormansi tunas di musim dingin akibat kondisi pertumbuhan
pada saat musim panas sebelumnya (biasa disebut rest).
Karena tujuan kultur jaringan umumnya untuk merangasang
pertumbuhan dan perkembangan cepat dari tunas, kita perlu menghindari
atau menanggulangi dormansi. Dormansi yang disebabkan faktor lingkungan
dapat dihindari dengan menyediakan kondisi lingkungan yang terkontrol.
Hambatan korelatif pada suatu tunas dapat ditanggulangi dengan cara
mengioslasi tunas atau menghilangkan titik tumbuh terminal dan daun-daun.
Aplikasi sitokinin dapat menghilangkan dominansi apikal dan merangsang
pertumbuhan tunas aksiler, sehingga tunas memperbanyak. Tapi rest, seperti
definisinya, terletak pada tunas atau jaringan itu sendiri dan tidak dapat
PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 155
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

PENDAHULUAN

dihilangkan dengan perlakuan langsung seperti disebut di atas.


Sifat alami rest dan bentuk dormansi lainnya, belum diketahui. Suatu
penjelasan menyebutkan perubahan fisik dan kimia pada jaringan dan
struktur disekitarnya suatu organ. Beberapa hipotesis menyatakan bahwa
rest disebabkan oleh akumulasi inhibitor (misalnya asam absisik); leaching
atau netralisasi inhibitor ini akan memecah rest. Aplikasi bahan kimia
termasuk hormon (giberelin, sitokinin) kadangkala efektif. Ekspos pada suhu
rendah adalah cara alami untuk mengatasi rest. Pelukaan jaringan didekatnya
juga efektif.
Rest dapat dihindari pada kultur dengan mengambil eksplan dari
bagian yang tidak dorman, yaitu ujung tunas yang sedang aktif tumbuh atau
pucuk yang ada dekat daun yang baru tumbuh. Mengekspos kultur terhadap
suhu dingin selama beberapa minggu dapat mengatasi dormansi pada
beberapa kasus, misalnya pada benih atau embrio.
e. Sinar
Sinar memiliki berbagai pengaruh pada pertumbuhan tanaman, selain
menyediakan sumber energi untuk fotosintesis. Sebaliknya, ketiadaan sinar
akan memperngaruhi status fisiologis jaringan tanaman. Level karbohidrat
berkurang pada intensitas cahaya rendah atau gelap. Perubahan pada level
hormon endogenus atau komponen fisiologis lainnya dapat dipengaruhi
oleh perubahan intensitas cahaya, durasi atau kualitas cahaya. Pengaruh ini
mungkin terjadi pada tanaman tetua atau kultur pada tahap tertentu.
a. Stres Air
Kekurangan air dapat menyebabkan layu permanen, serta akumulasi
asam absisik pada daun. Ini dapat menginduksi dormansi atau rest. Periode
kekurangan air sub-lethal (hampir mati) kadang dapat merangsang inisiasi
bunga. Layu dan kerusakan jaringan adalah kekawatiran utama pada kultur
jaringan, terutama pada
Proses inokulasi membutuhkan laminar airflow untuk menjaga keadaan
lingkunan kerja tetap steril. Selain itu, dibutuhkan alat diseksi seperti
pinset, gunting, scalpel, mata pisau dan bahan bahan untuk sterilisasi seperti
alkhohol, tissue dan kertas steril.
Tahap penanaman eksplan adalah salah satu tahapan dalam kultur
jaringan yang paling rumit yang membutuhkan ketelitian, ketelatenan,
kesabaran dan keahlian khusus dari pelaksana. Karena pada tahap
penanaman eksplan ini ditentukannya tumbuh atau tidaknya eksplan yang
telah ditanam. Kesalahan sekecil apapun dalam proses penanaman akan
mengakibatkan kegagalan. Kegagalan penanaman eksplan selain disebabkan
oleh pelaksana yang tidak steril juga oleh sumber eksplan yang diambil atau
dipotong saat proses inokulasi (pemotongan eksplan). Jika eksplan yang
diambil atau dipotong terlalu kecil, maka akan menyebabkan sulit atau lama
tumbuh. Jika eksplan yang diambil atau dipotong terlalu besar, maka akan
memudahkan eksplan terkontaminasi.

PEMULIAAN DAN
156 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

PENDAHULUAN

Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika proses penanaman


eksplan adalah pengetahuan pelaksana tentang pengetahuan-pengetahuan
fisiologi tanaman atau biologi. Hal ini perlu karena masing-masing
tanaman memiliki spesisifikasi fisiologis yang berbeda-beda dalam proses
pertumbuhannya.
Langkah selanjutnya setelah tahap pembuatan media kultur adalah
penanaman. Media kultur siap untuk ditanami setelah kurang lebih 1 minggu
berada di ruang inkubasi, untuk mengetahui media kultur terkontaminasi
atau tidak. Jika media kultur terkontaminasi harus langsung dibuang dan
tempat media harus segera dicuci dan disterilkan. Jika setelah 1 minggu
tidak ada tanda-tanda kontaminasi pada media kultur, maka media kultur
siap untuk ditanami.

MATERI PEMBELAJARAN

A. Teknik Inokulasi Bahan Tanam (Eksplan) Tanaman Perkebunan


Penanaman didalam teknologi kultur jaringan merupakan proses yang dilakukan
dalam kondisi steril, baik ruang tanam, alat-alat tanaman yang akan dikulturkan,
maupun tenaga yang mengerjakan.
1. Proses persiapan penanaman:
a. Nyalakan blower dan lampu ultra violet yang ada di dalam laminar;
b. Setelah 1 jam, matikan lampu ultraviolet dan nyalakan lampu flourescen (TL);
c. semprot laminar denagan alkohol 70% dan bersihkan dengan kertas tissue;
d. siapkan alat tanam, bunsen, korek api, media tanam, tanaman induk, alkohol
96 % (dimasukkan dalam botol) dan botol kosong steril; dan
e. semprot alat tanam, bunsen, korek api, media tanam, dan botol kosong steri,
dengan alkohol 70% kemudian masukkan ke dalam laminar.

2. Proses penanaman:
a. Cuci tangan dengan sabun sampai siku, kemudian semprot tangan dengan
alkohol 70% sebelum mulai bekerja di dalam laminer;
b. Nyalakan api pada pembakar bunsen;
c. Buka semua alat tanam yang masih dibungkus kertas, dicelupkan ke dalam
alkohol 96%, lalu dibakar dengan api bunsen;
d. Simpan alat diseksi ke dalam botol kosong steril;
e. Siapkan tanaman induk yang akan diperbanyak;
f. Ambil pinset tumpul untuk membuka plastik penutup botol, celupkan dalam
alkohol dan bakar sebentar dan simpan kembali dalam botol steril;
g. Ambil pinset bengkok dan gunting, celupkan ke dalam alkohol kemudian
bakar;
h. Dinginkan pinset dengan menempelkan pinset pada media agar tidak terlalu
panas, kemudian ambil tanaman induk. Tanaman induk dipotong dengan
gunting dan disimpan dalam petridish;
i. Celupkan pinset bengkok dan gunting ke dalam alkohol 96%, bakar sebentar
dan taruh kembali dalam botol streril;

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 157
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

j. Tutup botol yang berisi sisa tanaman induk, plastik penutup botol dilewatkan
api sebentar, baru kemudian digunakan menutup botol kultur;
k. Ambil media tanam, proses membuka plastik penutup botol sama dengan
proses membuka botol sama dengan proses membuka botol yang berisi
tanaman induk;
l. Botol media tanam dipegang dengan tangan kiri dekat dengan api,
sementara tangan kanan mencelupkan pinset bengkok dalam alkohol dan
membakarnya;
m. Ambil tanaman dalam pertidish yang telah dipotong-potong. Tanam eksplan
(bagian tanaman yang akan ditanam) dengan meletakan di atas media; dan
n. Tutup botol dengan plastik (plastik dilewatkan api sebentar) lalu ikat dengan
karet.
Critical point:
a. Semua alat tanam dan bahan yang telah dimasukkan ke dalam laminer tidak
boleh dikeluarkan dari laminer selama proses penanaman;
b. Plastik penutup media tidak boleh sampai terbakar. Apabila plastik terbakar
dan berlubang., maka plastik yang digunakan untuk pengganti adalah plastik
yang telah disterilisasi dengan autoclave selama 1 jam;
c. Selama proses penanaman, plastik penutup botol, bahan tanaman dan
pinggiran botol tidak boleh dipegang dengan tangan karena dapat
menimbulkan kontaminasi;
d. Alat diseksi yang terjatuh di meja laminar dapat digunakan kembali setelah
dicelup alkohol dan dibakar terlebuh dahulu, tetapi alat yang terjatuh keluar
dari laminer tidak boleh digunakan kembali dan harus diganti dengan alat
diseksi baru yang steril;
e. Bahan tanaman yang terjatuh baik di meja laminer maupun di luar
meja laminar tidak boleh dipakai lagi dan harus dibuang karena dapat
terkontaminasi jamur/ bakteri;
f. Selama proses penanaman, laminar harus tetap bersih, blower, lampu TL
harus tetap menyala (“on”);
g. Lampu ultraviolet tidak boleh dinyalakan selama penanaman karena dapat
membahayakan teknisi yang bekerja di laminar tersebut; dan
h. Selama melakukan proses penanaman teknisi diharuskan mengunakan
masker untuk menghindari terjadinya kontaminasi pada kultur.

PEMULIAAN DAN
158 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 7.6. Tahapan Melakukan Penanaman Eksplaon/Inokilasi


Sumber: https://images.app.goo.gl/8eEr3qtABVhobE269

3. Alat Dan Bahan Untuk Inokulasi Bahan Tanam/ Eksplan


a. Alat dan Bahan

Gambar 7.7. Alat-alat untuk proses inokulasi yang tengan disiapkan


Sumber: https://images.app.goo.gl/UWWuEAq7jZgUVXbE7

Ada beberapa peralatan dan bahan yang diperlukan dalam kegiatan


inokulasi eksplan. Alat-alat diseksi adalah salah satu peralatan inokulasi eksplan
yang terdiri dari pinset yang digunakan untuk menanam eksplan. Cawan petri
atau petridish digunakan untuk alas memotong eksplan atau digunakan untuk
menyimpan sementara eksplan sebelum di inokulasi ke dalam media kultur.
Lampu bunsen atau lampu spirtus berfungsi untuk membakar atau mensterilkan
alat-alat diseksi (pinset dan pisau skalpel) dan eks plans.
Bahan digunakan dalam inokulasi eksplan yaitu alkohol 70%, alkohol
95%, tissue steril, kertas steril dan mata pisau. Alkohol yang dijual umumnya
adalah alkohol absolut 95 ml alkohol 70% dapat di buat dengan cara mengambil
70 ml alkohol 95 % kemudian tambahkan akuades 25 ml. Tissue steril digunakan
untuk meniriskan eksplan serta untuk membersihkan peralatan diseksi. Kertas

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 159
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

steril digunakan pada saat eksplan akan dipotong yaitu sebagai alas untuk
memotong eksplan terutama untuk eksplan yang basah, supaya eksplan cepat
mengering.
Mata pisau digunakan sebagai pasangan skalpel apabila jenis skapel
yang sudah ada pisaunya. Keuntungan mengunakan mata pisau yaitu dapat
di sesuaikan dengan ukuran ekaplan yang akan dipotong. Karena mata pisau
memiliki ukuran yang beragam. Mata pisau nomor 10 dan 11 yang berpasangan
dengan skapel nomor 3 digunakan untuk memotong eksplan yang berukuran
kecil. Apabila eksplan yang akan dipotong lebih besar digunakan mata pisau
nomor 21 dan 22 berpasangan dengan skalpel nomor 4.

Penataan Alat dan Bahan Inokulasi

letak peralatan dan bahan yang digunakan dalam inokulasi eksplan diatur
dengan mempertimbangkan keselamatan kerja dan terjaganya kondisi yang
aseptis, posisi peralatan dan bahan untuk inokulasi eksplan jangan sampai
menghalangi aliran udara dari filter hepa laminer. hal ini dapat menyebabkan
terjadinya kontaminasi. Lampu bunsen diletakanan di kiri area kerja, tetapi
jangan terlalu dekat filter laminar. Mangkuk stainles di letakakan di sebelah
kanan lampu bunsen untuk tempat alat-alat diseksi. Botol rendaman berisi
alkohol 95 % untuk meremdam alat-alat diseksi sebelum dibakar pada api
bunsen’ botol alkohol jangan terlalu dekat dengan api karena sifat alkohol yang
mudah terbakar. Cawan petri sebagai alas untuk memotong dan menyimpan
eksplan posisinya di tengan area kerja dan kertas steril diletakkan di sisi kiri
laminar bersama tissue gulung.

PEMULIAAN DAN
160 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

4. Sterilisasi Alat Inokulasi Eksplan


Kondisi aseptis diperlukan untuk keberhasilan inokulasi eksplan
sehingga kegiatan inokulasi memerlukan perlatan dan bahan yang mendukung
terciptanya kondisi yang aseptis, laminar atau entkas merupakan meja kerja
steril tempat inokulasi eksplan, maka untuk menciptakan kondisi aseptis laminar
atau enkas perlu disterilisasi terlebih dahulu dengan cara menyalakan lampu
ultra violet (UV) minimal 30 menit sebelum dioperasikan. Apabila pada enkas
tidak terdapat lampu UV, sterilisasi dapat dilakukan dengan cara menempatkan
larutan formalin 5% atau formalin tablet pada cawan petri yang diletakkan di
dalam entkas selama 1 malam.
Selain itu alat-alat diseksi, peralatan glssware, kretas buram dan tissue
sebelum digunakan untuk kegiatan inokulasi eksplan perlu dilakukan sterilisasi
terlebih dahulu. Alat-alat diseksi dan peralatan glassware dapat dilakukan
sterilisasi secara kering dengan mengunakan perlakuan udara panas (121*C)
selama 2-4 jam di dalam oven suhu konstan. Semua peralatan tersebut
dibungkus dengan baik mengunakan kertas atau almunium foil dan diberi label
nama alatnya. Kelemahan sterilisasi secara kering yaitu proses sterilisasi lambat
dan pengunaan energi listrik yang tinggi sehingga akan berpengaruh terhadap
biaya yang dikeluarkan untuk pengunaan listriknya.
Alat–alat diseksi, peralatan glasware, kertas buram dan tissue sebelum
digunakan untuk kegiatan inokulasi eksplan juga dapat dilakukan sterilisasi
secara basah dengan mengunakan perlakuan udara panas bertekanan (121*C)
selama 30 menit di dalam autoklaf. Semua peralatan tersebut harus dibungkus
dengan baik mengunakan kertas atau almunium foil dan diberi label nama
alatnya. Kelemahan strerilisasi secara basah pada alat-alat diseksi tersebut
yaitu sering kali menimbulkan karat dan membuatnya menjadi tumpul.

LEMBAR PRAKTIKUM

A. Judul
Menyiapkan Alat dan Bahan inokulasi

B. Tujuan
Kegiatan ini bertujuan agar peserta didik mampu menidentifikasi alat dan
bahan inokulasi sesuai dengan jenisnya.
C. Alat dan Bahan
Alat yang diperlukan dalam kegiatan ini adalah:
1. Alat pelindung diri
2. Alat P3K
3. Alat tulis
4. Laminar air flow Cabinet
5. Disetting set
6. Hand sprayer
7. Botol kultur

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 161
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

LEMBAR PRAKTIKUM

8. Termohigrometer
9. Rak kultur
10. Peralatan glassware
11. Timer
12. Luxmeter
13. Keranjang plastik
14. Mangkok stainless steel
Bahan yang di pergunakan dalam kegiatan ini adalah:
1. Alkohol 95%
2. Media kultur
3. Bahan eksplant
4. Inokulum kultur
5. Kertas buram
6. Mata pisau scalpel
7. Spirtus
8. Tissue
9. Karetas label
10. Plastik wrapping

D. Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Keselamatan dan kesehatan kerja yang perlu dilakukan pada waktu melakukan
praktik kerja ini adalah sebagai berikut:
1. Bertindak berdasarkan sikap kerja yang sudah ditetapkan sehingga
diperoleh hasil seperti yang diharapkan, jangan sampai terjadi kesalahan
karena ketidak telitian dan tida taat asas.
2. Waktu mengunakan alat mengikuti petunjuknya masing-masing yang sudah
ditetapkan
3. Mengunakan baju praktik, mendengarkan dan memperhatikan.

E. Langkah Kerja
Inokulasi adalah Kegiatan pemindahan bahan tanam dari linkungan non aseptik
ke lingkungan aseptik. Sebelum dilakukan inokulasi pada eksplan, bahan
tersebut terlebih dahulu harus kita sterilkan, sterilisasi eksplan merupakan
tahap terpenting dalam proses inokulasi karena keberhasilan proses tersebut
sangat di tentukan oleh keberhasilan tahap ini.
Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam proses inokulasi adalah sebagai
berikut:
1. Bahan tanam yang telah steril diletakkan dalam petridish;
2. Lakukan pemotongan bahan tanam sesuai dengan matatunas yang ada dan
buang sisanya;
3. Tanam masing-masing potongan tersebut dalam media yang telah
disiapkan;
4. Tutup botol media dan simpan dalam ruang inkubasi;
5. Lakukan pengamatan rutin terhadap respon pertumbuhan yang terjadi
pada

PEMULIAAN DAN
162 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

LEMBAR PRAKTIKUM

6. Eksplan; dan
7. Seluruh tahap inokulasi dilakukan di dalam LAF (Laminar air flow).

Gambar 7.8. Sedang Melakukan inokulasi di dalam laminer Airflow


Sumber: http://cepclab.org.in/?p=358

Sub kultur adalah kegiatan memindahkan eksplan dari media lama ke


dalam media baru.dalam proses pengkulturan kegiatan subkultur ini dilakukan
beberapa kali. Kegiatan ini dilakukan untuk beberapa alasan, antara lain:
a. Cadangan nutrisi pada media lama sudah habis;
b. Eksplan perlu dipecah-pecah karena ukurannya telah memenuhi botol;
c. Memacu pertumbuhan eksplan; dan
d. Akan dikukan tahap pengakaran pada eksplan.

Tahap-tahap yang dilakukan dalam proses subkultur adalah sebagai berikut:


1) Buat media yang akan digunakan 3 hari sebelum kegiatan subkultur dilakukan;
2) Sterilkan LAF dan alat-alat yang akan digunakan sehari sebelumnya;
3) Eksplan yang akan di subkultur dikeluarkan dari dalam botol dan diletakkan
di atas petridish;
4) Bersihkan eksplan dari media yang menempel dan bagian-bagian yang telah
mati;
5) Potong-potong eksplan sesuai kebutuhan;
6) Tanam potongan eksplan pada media baru yang telah disiapkan; dan
7) Tutup botol media dan letakan diruangan inkubasi.

PENILAIAN AKHIR BAB

Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar !


1. Jelaskan alasan penanaman eksplan harus dimulai dari bagian tanaman yang
terorganisisr!
2. Jelaskan sumber indukan sebagai salah satu faktor keberhasilan dalam
penanaman eksplan!
3. Jelaskan siklus pertumbuhan tanaman sebagai salah satu faktor keberhasilan
dalam penanaman eksplan!
4. Jelaskan keadaan fisiologis tanaman sebagai salah satu faktor keberhasilan

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 163
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

PENILAIAN AKHIR BAB

dalam penanaman eksplan!


5. Jelaskan proses persiapan dalam penanaman eksplan atau inokulasi bahan
tanam!
6. Jelaskan tujuan menyalakan blower pada proses persiapan penanaman atau
inokulasi eksplan!
7. Jelaskan persiapan yang dilakukan setelah menyemprot laminar dengan
alkohol 70% sebelum penanaman!
8. Setelah proses persiapan selesai, maka langkah kerja berikutnya setelah
mencuci tangan adalah?
9. Jelaskan langkah kerja yang dilakukan setelah menyalakan api pada pembakar
bunsen!

CAKRAWALA

Potensi Pemanfaatan Limbah Media Padat Kultur Jaringan Kopi Fitria


Ardiyani 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90
Jember Kultur jaringan merupakan metode perbanyakan tanaman yang saat
ini banyak digunakan. Metode ini menggunakan media tanam berupa agar-
agar dengan tambahan berbagai unsur hara sebagai sumber nutrisi. Di sisi lain,
proses perbanyakan ini akan menghasilkan limbah berupa agar-agar sisa media
tanam, yang apabila tidak ditangani secara baik akan berpotensi menjadi sumber
pencemaran lingkungan. Limbah tersebut memiliki kandungan nutrisi yang cukup
tinggi, sehingga berpotensi untuk diolah atau didaur ulang menjadi produk lain
yang lebih bermanfat.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia telah melakukan penelitian
untuk mendaur ulang limbah media padat sisa kultur jaringan menjadi
cenderamata unik. Dengan demikian, limbah kultur jaringan kopi tidak akan
menjadi sumber pencemaran lingkungan dan dapat dimanfaatkan menjadi suatu
produk yang memiliki nilai manfaat tinggi. Kultur jaringan (in vitro) merupakan
salah satu teknik dalam perbanyakan tanaman secara klonal untuk perbanyakan
masal. Keuntungan pengadaan bibit melalui kultur jaringan antara lain dapat
diperoleh bahan tanaman yang unggul dalam jumlah banyak dan seragam, selain
itu dapat diperoleh biakan steril (mother stock) sehingga dapat digunakan sebagai
bahan untuk perbanyakan selanjutnya 1) Teknik perbanyakan kultur jaringan ini
telah dikembangkan pada berbagai jenis tanaman termasuk kopi. Kultur jaringan
kopi telah banyak digunakan, baik dalam skala kecil maupun skala besar seperti
yang dilakukan di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Pada metode kultur
jaringan harus memperhatikan beberapa faktor, antara lain komposisi media
tanam, pengaruh faktor lingkungan dan sumber eksplan yang digunakan.
Media tanam adalah tempat tumbuhnya eksplan. Bentuk fisik dari media
tanam dapat berupa cair atau padat 2). Media padat adalah media tanam kultur
jaringan yang terdiri atas campuran nutrisi, zat pengatur tumbuh dan juga bahan
pemadat berupa gel atau agar. Bahan pemadat berfungsi sebagai penahan eksplan
agar tetap berdiri sedangkan media cair adalah media tanam yang nutrisinya

PEMULIAAN DAN
164 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

CAKRAWALA

dilarutkan di dalam air. Dalam media cair tidak digunakan bahan pemadat. Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia merupakan salah satu lembaga yang telah
berhasil mengembangan teknik kultur jaringan untuk memproduksi bibit kopi
secara masal. Media tanam yang digunakan adalah media padat yang terdiri dari
beberapa jenis, antara lain media untuk tahapan induksi, tahapan multiplikasi,
tahapan perakaran dan tahapan pendewasaan. Masing-masing jenis media tanam
tersebut memiliki komposisi dan unsur penyusun yang berbedabeda, sehingga
jumlah limbah yang dihasilkan cukup banyak. Jumlah limbah media padat
dapat mencapai 3 4 kg/hari. Apabila limbah tersebut hanya dibuang tanpa ada
penanganan yang baik, maka akan berpotensi mencemari lingkungan, karena
limbah media tanam kultur jaringan kopi memiliki unsur-unsur penyusun yang
membutuhkan waktu lama untuk terdegradasi secara sempurna. Selain itu bau
tidak sedap yang dihasilkan dari limbah tersebut akan mengganggu lingkungan
produksi. Limbah media padat kultur jaringan kopi dalam wadah botol kultur
Pengolahan limbah media tanam, khususnya media padat harus dilakukan untuk
menanggulangi terjadinya pencemaran lingkungan. Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao Indonesia telah melakukan beberapa penelitian untuk mengolah
kembali limbah media padat kultur jaringan kopi menjadi produk yang bernilai
guna dan yang paling utama adalah untuk menghindari terjadinya pencemaran
lingkungan. Salah satu produk hasil daur ulang limbah media padat kultur
jaringan kopi adalah cenderamata unik yang dapat digunakan sebagai hiasan.
Proses pembuatan cenderamata ini menggunakan bahan baku limbah media
padat kultur jaringan kopi dari tahapan induksi, perakaran dan pendewasaan.
Limbah media padat akan diproses ulang dengan menambahkan beberapa unsur
lain dan menggunakan bahan yang sudah tidak dapat digunakan lagi dalam proses
produksi kultur jaringan kopi. Metode Daur Ulang Limbah Media Padat Bahan
yang dibutuhkan dalam proses daur ulang limbah media padat adalah media dari
tahapan induksi, perkecambahan dan pendewasaan. Proses daur ulang tersebut
akan melalui beberapa tahapan, antara lain: 1. Pencampuran limbah media padat
Limbah media padat yang digunakan dalam proses daur ulang ini adalah
media pada tahap induksi, media tahap perkecambahan, dan media tahap
pendewasaan dengan perbandingan 1: 1: 1. Setelah limbah media padat tersebut
tercampur kemudian ditambahkan 250 ml akuades sebagai pelarut. Selain itu,
ditambahkan 0,025 mg/l antibiotik untuk membunuh bakteri dan jamur yang ada
dalam limbah media padat tersebut. Diharapkan dengan pemberian antibiotik
pada konsentrasi rendah, jamur dan bakteri yang ada dalam limbah media padat
akan mati tanpa mengurangi fungsi dari unsur hara. Untuk menambah daya tarik
pada produk daur ulang ini, diberikan berbagai macam warna pada larutan gel
yang terbentuk. Larutan gel berwarna kemudian dimasukkan dalam botol kultur
sebanyak 5 ml per botol. Tahapan selanjutnya adalah tahapan sterilisasi ulang
limbah media padat.
Limbah media padat dari kultur jaringan kopi (a), pengolahan ulang limbah
media padat (b), proses pengisian media daur ulang ke dalam botol (c) dan media
daur ulang limbah media padat yang siap disterilisasi (d) 2. Sterilisasi ulang
media Sterilisasi dilakukan pada media tanam hasil daur ulang limbah media
padat dengan menggunakan autoclave pada suhu 121 O C, tekanan 1 atm selama

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 165
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

CAKRAWALA

15 menit. Sterilisasi dengan metode tersebut dapat mematikan kontaminan


(jamur dan bakteri) yang ada dalam media tanam tanpa merusak unsur-unsur
hara yang masih tersisa dalam media. Dari hasil pengamatan, metode sterilisasi
ini memberikan respon yang cukup baik terhadap tingkat sterilitas media tanam,
yaitu sebesar 69,5 100% Persentase media steril hasil daur ulang selama 4 bulan
3 <<
Penanaman eksplan Eksplan yang digunakan dalam pembuatan
cenderamata unik ini adalah planlet tanaman kopi. Planlet kopi yang digunakan
adalah planlet kopi yang tidak memenuhi kriteria untuk dijadikan bibit. Selain
itu, planlet yang mengalami kontaminasi juga dapat digunakan sebagai eksplan
dalam pembuatan cenderamata ini. Untuk planlet yang mengalami kontaminasi
dapat dilakukan sterilisasi ulang agar kontaminan yang berada dalam planlet
dapat dihilangkan. Sterilisasi ulang dilakukan dengan menggunakan teknik
perendaman dalam sterilan. Untuk kontaminasi ringan dilakukan pencucian
pada larutan sterilan 10% dan untuk kontaminasi sedang dilakukan perendaman
selama 5 menit dalam sterilan 10% 3). Dengan menggunakan metode tersebut,
planlet yang mengalami kontaminasi akan dapat digunakan sebagai eksplan steril
dalam pembuatan cenderamata unik. Planlet kopi yang sudah siap digunakan
menjadi eksplan akan ditanam dalam media daur ulang dan akan dikemas
sedemikian rupa sehingga
Terlihat lebih menarik. Cenderamata tersebut dapat dijadikan sebagai
hiasan atau gantungan kunci yang didalamnya terdapat tanaman kopi yang masih
hidup. Dengan demikian, limbah media padat yang pada awalnya tidak memiliki
nilai ekonomis dapat didaur ulang menjadi suatu produk yang diharapkan
dapat dikomersialkan sehingga bernilai ekonomis tinggi. a d b c Planlet yang
terkontaminasi bakteri (a); metode sterilisasi ulang pada planlet kopi (b); planlet
kopi siap tanam (c); planlet yang telah ditanam pada media tanam hasil daur
ulang limbah media padat (d) Cenderamata hasil daur ulang limbah media padat
kultur jaringan kopi.
Penutup Sumber Pustaka 1) Pembuatan cenderamata unik yang berasal
dari limbah media padat kultur jaringan kopi merupakan salah satu alternatif
cara mengurangi pencemaran lingkungan dan juga dapat memberikan nilai
tambah pada bahan-bahan yang sudah tidak dapat digunakan lagi sebagai
bahan produksi. Untuk lebih menambah nilai ekonomis dari produk daur ulang
ini perlu dilakukan pengkajian dan penelitian lebih lanjut sehingga dapat
mengoptimalkan produk tersebut. Untuk pengembangan lebih lanjut, limbah
media padat kultur jaringan kopi ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai
produk lain yang lebih bermanfaat seperti, media tanam instan dan pupuk. 5 <<
Lestari, E.G. (2011). Peranan zat pengatur tumbuh dalam perbanyakan tanaman
melalui kultur jaringan. Jurnal AgroBiogen, 7,) Hendaryono, D.P.S. & A. W ijayani
(1994). Teknik Kultur Jaringan Pengenalan dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman
secara Vegetatif-Modern. Kanisius. Yogyakarta. 3) Pancaningtyas, S. & C. Ismayadi
(2011). Sterilisasi Ulang pada Perbanyakan Somatic Embryogenesis Kakao
(Theobroma cacao L.) untuk Penyelamatan Embrio Terkontaminasi.

PEMULIAAN DAN
166 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

JELAJAH INTERNET

Untuk lebih membuka dan memperluas pemahaman


peserta didik tentang kompetensi tehnik inokulasi bahan
tanam perkebunan dapat membuka salah satu web yang
dapat kalian kunjungi untuk menambah wawasan dan
pemahaman kalian tentang inokulasi:
http://sikembangbenih.afsarsolusindo.co.id/android/
fileUpload/1528172003_tekno4.jpg

RANGKUMAN

A. SOP inokulasi bahan tanam eksplan dilakukan melalui berbagai proses yaitu:
1. Proses persiapan penanaman;
2. Proses penanaman;
3. Alat dan bahan untuk inokulasi teridiri dari pinset yang digunakan untuk
menjempit eksplan dan untuk menanam eksplan serta skapel beserta mata
pisau digunakan dalam memotong eksplan. Cawan perti atau petridish
digunakan untuk alasan memotong eksplan atau digunakan untuk menyimpan
sementara eksplan atau digunakan untuk menyimpan sementara eksplan
sebelum diinokulasi ke dalam media kultur. Lampu bunsen atau lampu
spiritus berfungsi untuk membakar atau menstrerilkan alat-alat diseksi dan
eksplan;
4. Penataan alat dan bahan inokulasi diatur dengan mempertimbangkan;
5. Keselamatan kerja dan terjaganya kondisi yang aseptis;
6. Sterilisasi alat inokulasi eksplan diperlukan keberhasilan kultur jaringan
denan alat laminar air flaw;
7. Perbanyakan mikro seringkali kita dengar dengan istilah yang lebih umum,
yaitu penanaman eksplan. Istilah ini hanya untuk memudahkan para pelaku
dan pemerhati dunia kultur jaringan saja, sehingga proses pentransferan
pengetahuan-pengetahuan tentang kultur jaringan yang terkesan sulit
dimengerti bahasanya akan semakin mudah dipahami oleh masyarakat
awam sekalipun; dan
8. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penanaman eksplan diantaranya
adalah: seleksi tanaman stok (sumber indukan), siklus pertumbuhan tanaman,
dan keadaan fisiologis tanaman.

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 167
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

TUGAS MANDIRI

Salah satu pendukung keberhasilan pelaksanaan tehnik inokulasi bahan tanam


dengan baik dan benar. Tugas Anda dalam rangka tahan inokulasi eksplan adalah:
1. Membuat kumpulan tulisan berupa rangkuman informasi tentang tehnik
inokulasi bahan tanam/ eksplan sesuai prosedur dalam kultur jaringan;
2. Melakukan kediatan lanjutan dengan mananam eksplan dalam botol sesuai
prosedur; dan
3. Tugas dikerjakan dalam bentuk laporan demgam format yang disepakati guru
pengampu.

PENILAIAN AKHIR BAB

Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar!


1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan inokulasi eksplan!
2. Tuliskankan dan jelaskan 5 jenis peralatan dan bahan yang harus
dipersiapkan sebelum melakukan inokulasi!
3. Jelaskan jenis kegiatan inokulasi eksplan!
4. Jelaskan faktor apa saja yang menentukan keberhasilan inokulasi!

REFLEKSI

Setelah kegiatan pembelajaran bab tujuh berakhir Anda tentunya sudah


memahami teknik inokulasi bahan tanam/ eksplan tanaman perkebunan.
Dari materi tersebut masih adakah materi yang Anda rasa sulit? Untuk lebih
memahaminya coba diskusikan dengan teman atau dengan guru Anda, karena
konsep dasar pada bab ini sangat penting dan akan terkait dengan konsep dalam
bab-bab selanjutnya.

PEMULIAAN DAN
168 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

TEKNIK PENUMBUHAN BIBIT DAN PENGENDALIAN BAB


RUANG KULTUR VIII
BAB VIII TEKNIK PENUMBUHAN BIBIT DAN PENGENDALIAN
RUANG KULTUR

TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari teknik penumbuhan bibit dan pengendalian ruang kultur
peserta didik mampu menjelaskan pengaturan kondisi lingkungan untuk
penumbuhan bibit kultur jaringan tanaman perkebunan dan menganalisis teknik
pengendalian ruang kultur tanaman perkebunan dengan teliti, disiplin dan
bertanggung jawab.

PETA KONSEP

Pengkondisian lingkungan untuk


penumbuhan bibit kultur jaringan tanaman
Perkebunan
TEKNIK PENUMBUHAN BIBIT DAN
PENGENDALIAN RUANG KULTUR

Pengaturan Tata Letak Botol


Kultur

Monitoring bibit kultur jaringan tanaman


Perkebunan

KATA KUNCI

Ruang kultur, kultur, steril, kontaminasi, inokulan, suhu, kelembapan, cahaya

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 169
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

PENDAHULUAN

Perhatikan ilustrasi dari gambar ruang kultur berikut ini!

Gambar 8.1. Ruang Kultur


Sumber: Dokumen Pribadi, 2019

Gambar 8.2. Penataan Botol di Ruang Kultur


Sumber: http://detiktani.blogspot.com

Tahukah kamu apa itu ruang kultur?


Ruang kultur merupakan tempat penyimpanan botol yang berisi botol aseptik dari
tanaman/ plantlet yang diproduksi. Ruangan ini harus dijaga kebersihannya, dan harus
dihindari keluar masuk orang yang tidak berkepentingan. Ruangan ini memerlukan
pengaturan faktor-faktor lingkungan seperti: suhu, cahaya, dan kelembapan. Pada
ruangan ini terdapat rak-rak kultur yang bertingkat 3-4 dilengkapi lampu TL atau
lampu fluorencent, timer, AC, mikroskop, shaker (penggocok), dan lain-lain.

PEMULIAAN DAN
170 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

A. Pengkondisian Lingkungan untuk Penumbuhan Bibit Kultur Jaringan Tanaman


Perkebunan
Untuk memperoleh tanaman dengan pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal, dibutuhkan pemeliharaan tanaman/ plantlet hasil perbanyakan eksplan.
Untuk itu kondisi lingkungan di ruang kultur perlu diperhatikan. Faktor yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan eksplan di ruang kultur adalah suhu, cahaya,
dan kelembapan.
Agar kondisi lingkungan di dalam ruang kultur tetap stabil sesuai dengan
yang dibutuhkan, maka perlu dilakukan pengecekan secara periodik. Untuk
memudahkan pengecekan tersebut di dalam ruang kultur diletakkan peralatan-
peralatan pendukung yaitu termometer maksimum-minimum, higrometer dan
timer. Termometer maksimum-minimum adalah alat untuk mengukur suhu,
sedangkan higrometer merupakan alat untuk mengukur kelembapan. Dengan
kedua alat tersebut dicek berapa suhu dan kelembapan yang terukur. Apabila suhu
dan kelembapan yang terukur kurang dari persyaratan kondisi lingkungan ruang
inkubasi/ kultur, maka pertumbuhan plantlet akan terganggu. Timer merupakan
alat untuk mengatur lamanya pencahayaan plantlet oleh lampu TL yang terpasang
pada rak kultur. Pengecekan timer dilakukan dengan cara melihat apakah setting
alat tersebut sudah sesuai dengan kebutuhan.

Gambar 8.3. Alat-Alat Monitor Kondisi Lingkungan Ruang Inkubasi/ Kultur


Sumber: Kemendikbud, 2018

1. Pengkondisian Suhu Ruang Kultur


Dalam lingkungan alaminya tanaman tumbuh pada suhu yang berbeda
antara siang dan malam hari dengan fluktuasi yang bervariasi. Akan tetapi
dalam kultur jaringan tanaman, umumnya kultur dipelihara dalam kondisi suhu
yang sama antara siang dan malam hari. Suhu yang sesuai untuk pertumbuhan
kultur adalah antara 24–28oC sehingga untuk mengkondisikan ruang kultur
pada suhu yang diinginkan, maka di dalam ruangan tersebut dipasang Air
Conditioner (AC). Alat ini diset pada suhu maksimum 20OC. Suhu yang tidak
sesuai dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman di ruang kultur. Suhu dapat
PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 171
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

mempengaruhi multiplikasi pucuk, Contohnya, pertumbuhan tunas aksilar dan


tunas adventif pada tanaman Aloebar badensis optimal pada suhu 25OC, akan
tetapi pertumbuhannya terhambat pada suhu 30OC. Selain itu suhu yang tidak
sesuai selama pemeliharaan kultur dapat berpengaruh pada pertumbuhan
tanaman setelah diaklimatisasi yaitu timbulnya tanaman yang abnormal.

2. Pengkondisian Kelembapan Ruang Kultur


Kelembapan relatif ruang inkubasi merupakan faktor yang sangat
menentukan keberhasilan kultur in vitro berbagai spesies tanaman. Kelembapan
relatif di dalam ruang inkubasi sekitar 70 %, namun umumnya kebutuhan
kelembapan di dalam botol kultur mendekati 90%. Kultur embrio wortel tumbuh
sangat baik pada kelembapan 80-90 % dan akan mati bila kondisi kelembapan
di bawah 60 %. Kondisi kelembapan di dalam botol kultur yang terlalu tinggi
sering menyebabkan terbentuknya daun-daun pucuk yang mengalami vitrifikasi
atau pertumbuhan yang abnormal. Selain itu kelembapan berpengaruh terhadap
kondisi inokulum yang perlu dijaga agar selalu dalam keadaan aseptik (bebas
kontaminan). Selain berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, kelembapan
berpengaruh terhadap kondisi tanaman/plantlet yang perlu dijaga agar selalu
dalam keadaan aseptik. Tinggi rendahnya kelembapan, dipengaruhi oleh suhu,
yaitu berbanding lurus dengan suhu. Pada suhu yang rendah kelembapan juga
rendah, sebaliknya pada suhu yang tinggi kelembapan juga tinggi.

3. Pengkondisian Pencahayaan Ruang Kultur


Cahaya mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Komponen cahaya yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman di
ruang kultur adalah panjang gelombang cahaya, intensitas cahaya dan
lama pencahayaan (foto periodisme). Panjang gelombang cahaya tertentu
memiliki pengaruh tertentu pada tanaman. Misalnya, dalam fotosintesis
yang berpengaruh adalah cahaya biru dan merah, sedangkan dalam aktifitas
zat pengatur tumbuh cahaya biru dapat meningkatkan biosintesis GA3 dan
menghambat sintesis sitokinin alami. Intensitas cahaya yang diperlukan oleh
tanaman bervariasi tergantung pada tahap mana tanaman tersebut berada.
Pada tahap inisiasi memerlukan intentisitas cahaya antara 0–1000 lux, tahap
multiplikasi 1000–10.000 lux, tahap pengakaran 10.000–30.000 lux dan tahap
aklimatisasi 30.000 lux. Cahaya di dalam ruang kultur bersumber dari lampu
TL yang dipasang pada rak kultur dan Intensitas cahaya dapat diukur dengan
menggunakan lux meter. Lamanya pencahayaan perlu diatur sesuai kebutuhan
eksplan dan jenis tanaman. Lama pencahayaan umumnya diatur sesuai dengan
kebutuhan tanaman, sesuai dengan kebutuhan alamiahnya. Periode terang
dan gelap umumnya diatur pada kisaran 8-16 jam terang dan 16-8 jam gelap,
tergantung varietas tanaman dan eksplan yang dikulturkan. Inkubasi kultur ovul
pada kondisi baik gelap atau terang selama 16 jam. Untuk mengatur lamanya
pencahayaan digunakan timer yang diset sesuai kebutuhan.

PEMULIAAN DAN
172 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 8.4. Persyaratan Kondisi Lingkungan Ruang Kultur/Inkubasi


Sumber: kemendikbud 2018

B. Pengaturan Tata Letak Botol Kultur


1. Pemberian Nomor Rak Kultur Ruang
Rak kultur adalah tempat penyimpanan kultur in vitro tanaman yang sedang
diperbanyak atau diproduksi berupa rak terbuka. Tiang rak kultur sebaiknya
terbuat dari besi, bisa besi bulat maupun besi siku berlubang yang sudah
dicat agar tidak mudah berkarat. Rak kultur sebaiknya tidak terbuat dari kayu
dikarenakan bahan kayu mudah lapuk dan bisa menjadi tempat tumbuhnya
jamur.
Ukuran rak yang paling optimal adalah lebar 0,65 meter, panjang 1,5 meter
dan tinggi 2,5 meter. Satu buah rak terdiri atas 6-7 lapisan dengan jarak antar
lapisan rak sekitar 30-40 cm. Setiap lapisan rak kultur diberi pencahayaan
lampu TL 36-40 watt sebanyak 2 buah. Lama penyinaran lampu diatur sesuai
kebutuhan menggunakan timer.

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 173
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 8.5. Desain Rak Kultur di Ruang Kultur


Sumber: Kemendikbud, 2018

Rak-rak kultur di ruang inkubasi dapat diberi nomor berdasarkan kodefikasi


yang berlaku di tiap tempat (laboratorium/ perusahaan). Kodefikasi ini berfungsi
untuk memudahkan pengorganisasian data-data yang dikumpulkan terutama
memudahkan untuk memonitor lokasi penempatan inokulum di rak kultur
sesuai kelompok-komoditas dan fase pertumbuhan kultur.

2. Penataan Botol Kultur Ruang Kultur


Penataan botol-botol kultur pada rak, diatur berdasarkan kelompok:
jenis tanaman, kultivar/ varietas, tahapan kultur dan perlakuan khusus
lainnya. Pengelompokkan diperlukan agar tidak terjadi kekeliruan pada tahap
selanjutnya. Botol kultur diatur dengan jarak antar botol tidak terlalu rapat dan
jumlah disesuaikan tergantung kapasitas rak agar inokulum/ plantlet dapat
memperoleh intensitas cahaya yang optimum untuk pertumbuhannya.

PEMULIAAN DAN
174 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 8.6. Penataan Botol pada Rak Kultur


Sumber: https://www.atobasahona.com

Penataan botol kultur juga akan memudahkan dalam memonitor lokasi


penempatan inokulum di rak kultur sesuai kelompok komoditasnya dan fase
pertumbuhan kultur.

Gambar 8.7. Contoh Desain Penataan Botol Kultur di Rak Kultur


Sumber: Kemendikbud, 2018

C. Monitoring Bibit Kultur Jaringan Tanaman Perkebunan


1. Identifikasi Inokulan yang Terkontaminasi
Kontaminasi merupakan permasalahan mendasar yang sering terjadi pada
kultur in vitro. Kondisi media kultur yang mengandung sukrosa dan hara, serta
kelembapan dan suhu yang relatif tinggi, memungkinkan mikroorganisme
seperti spora jamur yang tumbuh dan berkembang dengan pesat. Kontaminasi
pada kultur in vitro dapat berasal dari udara, eksplan, baik secara eksternal

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 175
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

maupun internal, organisme kecil yang masuk ke dalam media, seperti semut,
botol kultur serta alat-alat yang kurang steril, lingkungan kerja dan ruang kultur
yang kurang aseptis, serta kecerobohan dalam bekerja. Setiap inokulum eksplan
memiliki tingkat kontaminasi permukaan yang berbeda tergantung dari: jenis
tumbuhannya, bagian tumbuhan yang dipergunakan, morfologi permukaan
(misalnya berbulu atau tidak), lingkungan tumbuhnya (green house atau
lapang), musim waktu pengambilan (musim penghujan atau musim kemarau),
umur tumbuhan (seedling atau tumbuhan dewasa) serta kondisi tumbuhannya
(sehat atau sakit).
Identifikasi inokulan yang terkontaminasi di dalam ruang inkubasi perlu
dilakukan secara berkala terutama untuk mengontrol ada tidaknya kontaminasi
pada inokulan. Mikroorganisme penyebab kontaminasi dapat berupa bakteri,
fungi, protozoa, serangga, virus dan lain-lain. Kontaminasi oleh fungi ditandai
dengan munculnya benang-benang halus yang berwarna putih, abu-abu atau
hitam, yang merupakan miselium fungi. fungi dapat menginfeksi jaringan secara
sistemik sehingga lama kelamaan dapat menyebabkan jaringan eksplan akan
mati. Selain itu, kontaminasi oleh bakteri ditandai dengan munculnya bercak-
bercak berlendir pada media atau
eksplan. Bercak tersebut biasanya berwarna putih atau merah yang membentuk
koloni bakteri. Kontaminasi bakteri agak sulit dideteksi karena kebanyakan
kontaminasi berasal dari jaringan eksplan itu sendiri dan tidak memiliki tanda-
tanda (symptom). Kontaminasi menyebabkan multiplikasi tanaman terhambat,
perakaran yang tidak baik (akar membusuk), dan dapat menyebabkan tanaman
mati. Bakteri yang mengkontaminasi kultur tanaman berasal dari eksplan,
lingkungan laboratorium, operator, dan teknik sterilisasi yang kurang efektif.
Bakteri yang mampu berasosiasi dengan tanaman disebut bakteri endofit.
Mikroorganisme endofit sulit untuk didesinfeksi dengan cepat karena proses
penyebaran dan pertumbuhan mikroorganisme endofit seiring dengan
pertumbuhan tanaman itu sendiri .
Tanaman di dalam ruang kultur perlu dimonitor secara berkala,untuk
mengontrol ada tidaknya kontaminasi pada tanaman. Terjadinya kontaminasi
pada tanaman dapat disebabkan oleh media, tanaman dan kondisi lingkungan.
Kontaminan dapat berupa jamur atau bakteri. Ciri-ciri tanaman yang
terkontaminasi adalah:
a. Apabila kontaminan berupa jamur, akan terlihat koloni jamur, biasanya
berwarna putih, abu-abu atau hitam, berbentuk seperti serabut, benang,
atau kapas; dan
b. Apabila kontaminan berupa bakteri, terlihat cairan berupa lendir berwarna
putih atau merah.

PEMULIAAN DAN
176 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 8.8. Tanaman/Kultur Terkontaminasi


Sumber: Kemendikbud 2018

Ada dua istilah dalam permasalahan kontaminasi, yaitu kontaminasi eksternal


dan kontaminasi internal.
a. Kontaminasi eksternal atau kontaminasi permukaan biasanya disebabkan
oleh mikroorganisme yang berasal dari luar eksplan. Respon kontaminasi
eksternal ini sangat cepat karena mikroorganismenya berada pada
permukaan eksplan.
Kontaminasi permukaan dapat diminimalisir atau dapat di atasi dengan cara:
1) karantina tanaman induk di dalam green house;
2) pencucian menggunakan berbagai perlakuan bahan kimia dan durasi
sterilisasi;
3) sterilisasi kontak dengan menyikat eksplan dengan sikat halus jika
permukaan tanaman ditutupi oleh rambut atau sisik, menggunakan
detergen dan digoyang–goyang untuk mengilangkan gelembung udara
yang mungkin mengandung mikroorganisme; dan
4) penggunaan kombinasi bahan sterilan.
b. Kontaminasi internal atau kontaminasi yang disebabkan oleh mikroorganisme
yang berasal dari eksplan yang tumbuh dan berkembang secara bertahap
dalam kondisi in vitro. Pertumbuhan dan perkambangan mikroorganisme
internal biasanya muncul beberapa minggu/bulan setelah di kultur. Kontam
inasi internal dapat diminimalisir atau dapat di atasi dengan cara:
1) karantina tanaman induk di dalam greenhouse;
2) menggunakan HgCl2, antibiotik dan fungisida sistemik, misalnya
antibiotika alami yaitu propolis atau antibiotika sintetik yaitu Plant
Preservative Mixture (PPM), cefotaxime, ceftriaxone chlorampenicol,
rifampicin, dan lain-lain ; dan
3) penggunaan kombinasi bahan sterilan.

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 177
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

2. Prosedur Penanganan Inokulan Terkontaminasi


Penanganan inokulan dalam botol-botol yang sudah terkena kontaminasi
oleh jamur atau bakteri bertujuan untuk meminimalkan penyebaran kontaminan
ke inokulum-inokulum yang sehat di dalam botol kultur yang lain. Hal ini
disebabkan spora jamur yang sudah berkembang dengan ukuran sangat kecil
dan ringan mudah sekali berhamburan atau diterbangkan oleh hembusan udara.
Selain itu media kultur mengandung gula dalam konsentrasi tinggi, yang dapat
mendukung pertumbuhan bakteri atau jamur dan umumnya tumbuh lebih cepat
daripada tanaman yang dikulturkan. Oleh karena itu, kultur in vitro tanaman
akan mati karena kekurangan unsur hara atau karena efek toksik dari metabolit
sekunder yang dihasilkan jaringan tanaman pada saat terserang penyakit.
Prosedur penanganan botol-botol kultur dengan inokulan yang
terkontaminasi dapat dilakukan melalui proses destruksi. Proses destruksi
merupakan proses pemusnahan pada inokulum dalam botol-botol kultur yang
telah terkontaminasi oleh mikroorganisme sebelum dilakukan pencucian. Proses
destruksi ini penting untuk dilakukan dengan tujuan untuk membersihkan
semua mikroorganisme yang terdapat pada botol-botol kultur yang telah
digunakan pada proses kultur in vitro. Karena kita tidak dapat memastikan
bahwa botol-botol kultur itu bersih sebelum dilakukan destruksi. Hal ini bisa
saja terdapat bakteri atau mikroorganisme yang dapat membahayakan diri
kita. Proses ini umumnya dilakukan dengan memasukkan semua botol-botol
kultur berisi inokulum yang terkontaminasi oleh mikroorganisme ke dalam
autoklaf khusus, kemudian disterilisasi pada suhu 121oC selama 30 menit.
Apabila telah selesai, semua botol-botol kultur berisi media dan inokulum
yang terkontaminasi oleh mikroorganisme (yang telah cair) segera dibuang
ke pembuangan umum, kemudian botol-botol kultur dicuci bersih dengan air
sabun. Botol-botol kultur tersebut sebelum digunakan harus dilakukan proses
sterilisasi lagi dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 30 menit.

Gambar 8.9. Skema Prosedur Penanganan Inokulan Terkontaminasi


Sumber: Kemendikbud 2018

PEMULIAAN DAN
178 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Prosedur penanganan botol-botol kultur dengan inokulan yang terkontaminasi


juga dapat dilakukan melalui proses penyelamatan kultur. Prosedur ini dapat
dilakukan jika tumbuhnya kontaminan jamur atau bakteri di media kultur
masih sedikit dan tumbuhnya kontaminan di media bukan pada permukaan
inokulan. Sebaliknya, jika tumbuhnya kontaminan jamur atau bakteri di media
kultur sudah luas atau di permukaan inokulan, maka harus dilakukan proses
destruksi atau pemusnahan. Proses penyelamatan kultur dilakukan dengan
cara memindahkan inokulan ke media kultur baru yang steril secara aseptis di
laminar air flow cabinet. Proses pemindahan dilakukan secara hati-hati agar
kontaminan tidak tersebar.

LEMBAR PRAKTIKUM

Praktikum I
A. Judul Praktikum
Pengaturan Kondisi Lingkungan Ruang Kultur

B. Tujuan Praktikum
Setelah melaksanakan kegiatan praktikum peserta didik mampu menunjukkan
teknik pengaturan lingkungan untuk penumbuhan bibit kultur jaringan
tanaman perkebunan dengan teliti, disiplin dan bertanggung jawab.

C. Keselamatan dan Keselamatan Kerja


Dalam melaksanakan praktik pengaturan kondisi lingkungan ruang kultur
ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
1. Menggunaan alat pelindung diri sesuai kebutuhan.
2. Sebelum memulai kegiatan, tentukan dan pergunakan bahan dan alat bantu
yang sesuai dengan kebutuhan.
3. Pahami cara kerja dan penggunaan peralatan dan bahan kerja agar kegiatan
dapat berjalan dengan baik.
4. Atur dan tata kembali sarana dan tempat kerja seperti semula, bila kegiatan
telah selesai dilakukan.

D. Alat dan Bahan


Alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan ini adalah:
1. Rak Kultur
2. Air Conditioner
3. Thermohigrometer
4. Lux meter
5. Timer
6. Baki
7. Alat kebersihan

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 179
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

LEMBAR PRAKTIKUM

Bahan yang dipergunakan dalam kegiatan ini adalah:


1. Inokulum/ kultur/ Plantlet
2. Form Pengamatan
3. Alat Tulis

E. Langkah Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan!
2. Lakukan pengecekan terhadap alat pengontrol suhu, kelembapan dan
lamanya pencahayaan!
3. Berdasarkan data dari hasil pengecekan, lakukan pengesetan atau
penyetelan terhadap suhu, kelembapan dan lama pencahayaan, sesuai
dengan kebutuhan. Suhu 24–28OC, Kelembapan 60-80 %, lama pencahayaan
12 jam!
4. Bersihkan tempat ruangan dan simpan peralatan ke masing-masing
tempatnya!
5. Tutup pintu dan rapikan ruang kultur!

Praktikum II
A. Judul Praktikum
Monitoring Kondisi Tanaman/ Kultur Terkontaminasi

B. Tujuan Praktikum
Setelah melaksanakan kegiatan praktikum peserta didik mampu menunjukkan
kondisi tanaman/ kultur terkontaminasi dengan teliti, disiplin dan bertanggung
jawab.

C. Keselamatan dan Keselamatan Kerja


Dalam melaksanakan praktik pengaturan kondisi lingkungan ruang kultur
ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
1. Menggunaan alat pelindung diri sesuai kebutuhan.
2. Sebelum memulai kegiatan, tentukan dan pergunakan bahan dan alat bantu
yang sesuai dengan kebutuhan.
3. Pahami cara kerja dan penggunaan peralatan dan bahan kerja agar kegiatan
dapat berjalan dengan baik.
4. Atur dan tata kembali sarana dan tempat kerja seperti semula, bila kegiatan
telah selesai dilakukan.

D. Alat dan Bahan


Alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan ini adalah:
1. Rak Kultur
2. Keranjang
3. lup
4. Ember
5. Alat kebersihan

PEMULIAAN DAN
180 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

LEMBAR PRAKTIKUM

Bahan yang dipergunakan dalam kegiatan ini adalah:


1. Inokulum/ kultur/ Plantlet
2. Form Pengamatan
3. Alat Tulis

E. Langkah Kerja
1. Siapkanlah alat dan bahan yang akan digunakan!
2. Lakukan identifikasi terhadap tanaman/ inokulum/ plantlet/ kultur yang
terkontaminasi secara sistematis dan teratur agar tidak ada yang terlewat!
3. Catat data hasil identifikasi hasil pengamatan pada Form stok kultur!
4. Tempatkan botol kultur yang terkontaminasi dalam wadah (ember/
keranjang)!
5. Lakukan kontrol akhir terhadap semua alat pengatur kondisi di ruang kultur!
6. Bawalah wadah berisi botol kultur yang terkontaminasi ke luar dari ruang
kultur!
7. Tutup pintu dan rapikan ruang kultur!

Formulir Stok Kultur/ Plantlet Tahap Multiplikasi Tunas


Nama Tanaman :
Nama Pendata :
Jumlah Plantlet pada Tahap Multiplikasi Tunas
Tanggal Sub Kontaminasi Jumlah Paraf
Penambahan Sisa
kultur Bakteri Jamur Mati

Formulir Stok Kultur/ Plantlet Tahap Pertumbuhan Tunas


Nama Tanaman :
Nama Pendata :
Jumlah Plantlet pada Tahap Pertumbuhan Tunas
Tanggal Sub Kontaminasi Jumlah Paraf
Penambahan Sisa
kultur Bakteri Jamur Mati

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 181
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

LEMBAR PRAKTIKUM

Formulir Stok Kultur/ Plantlet Tahap Perakaran


Nama Tanaman :
Nama Pendata :
Jumlah Plantlet pada Tahap Perakaran
Tanggal Penambahan Jumlah Paraf
Aklimatisasi Dibuang Sisa
Bersih Kontam

CONTOH SOAL

Jawablah Soal di bawah ini dengan singkat dan jelas!


1. Jelaskan persyaratan kondisi lingkungan ruang kultur/ inkubasi berdasarkan
kondisi suhu udara, kelembapan udara, dan lama/ intensitas cahaya !
2. Jelaskan prosedur pengaturan suhu udara di ruang kultur/ inkubasi
berdasarkan kebutuhan setiap jenis kultur/ plantlet !
3. Jelaskan prosedur pengaturan lama/ waktu pencahayaan dan intensitas cahaya
di ruang kultur/inkubasi berdasarkan kebutuhan setiap jenis kultur/ plantlet!
4. Jelaskan prosedur pengaturan kelembapan udara di ruang kultur/ inkubasi
berdasarkan kebutuhan setiap jenis kultur/ plantlet !

Kunci Jawaban
1. Persyaratan kondisi lingkungan ruang kultur/ inkubasi sebagai berikut:
a. Suhu yang sesuai untuk pertumbuhan kultur adalah antara 24–28OC
sehingga untuk mengkondisikan ruang kultur pada suhu yang diinginkan,
maka di dalam ruangan tersebut dipasang Air Conditioner (AC). Alat ini diset
pada suhu maksimum 20OC.
b. Kelembapan relatif di dalam ruang inkubasi sekitar 70 %, namun
umumnya kebutuhan kelembapan di dalam botol kultur mendekati
90 %.. Tinggi rendahnya kelembapan, dipengaruhi oleh suhu, yaitu
berbanding lurus dengan suhu. Pada suhu yang rendah kelembapan juga
rendah, sebaliknya pada suhu yang tinggi kelembapan juga tinggi.
c. Lama pencahayaan umumnya diatur sesuai dengan kebutuhan tanaman,
sesuai dengan kebutuhan alamiahnya. Periode terang dan gelap

PEMULIAAN DAN
182 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

CONTOH SOAL

umumnya diatur pada kisaran 8-16 jam terang dan 16-8 jam gelap,
tergantung varietas tanaman dan eksplan yang dikulturkan dan untuk
mengatur lamanya pencahayaan digunakan timer yang diset sesuai
kebutuhan. Intensitas cahaya yang diperlukan oleh tanaman bervariasi
tergantung pada tahap mana tanaman tersebut berada.
2. Pertumbuhan tunas aksilar dan tunas adventif pada tanaman Aloebar badensis
optimal pada suhu 25OC, akan tetapi pertumbuhannya terhambat pada suhu
30OC.
3. Inkubasi kultur ovul pada kondisi baik gelap atau terang selama 16 jam
sedangkan intensitas cahaya yang diperlukan oleh tanaman bervariasi
tergantung pada tahap mana tanaman tersebut berada. Pada tahap inisiasi
memerlukan intentisitas cahaya antara 0–1000 lux, tahap multiplikasi 1000–
10.000 lux, tahap pengakaran 10.000–30.000 lux dan tahap aklimatisasi
30.000 lux.
4. Kultur embrio wortel tumbuh sangat baik pada kelembapan 80-90 % dan akan
mati bila kondisi kelembapan di bawah 60 %.

CAKRAWALA
Pemeliharaan Eksplan Di Ruang Kultur
Eksplan yang telah ditanam, agar tumbuh menjadi kalus dan menjadi planlet,
membutuhkan pemeliharaan yang tepat dan kontinu. Eksplan atau kalus yang
sudah waktunya untuk dipindahkan ke dalam media tanam yang baru harus segera
dikerjakan, tidak boleh terlambat. Keterlambatan pemindahan eksplan dapat
menyebabkan pertumbuhan eksplan atau kalus terhenti atau bahkan mengalami
browning dan terkontaminasi oleh jamur atau bakteri.
Pengamatan eksplan
Kegiatan ini dilakukan pada fase saat eksplan menunjukkan pertumbuhan
tunas dan akar. Tahap ini berarti proses kultur jaringan telah berhasil dilakukan
dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan
perkembangan tunas dan akar serta untuk melihat adanya kontaminasi oleh
bakteri atau jamur. Eksplan yang terkontaminasi menunjukkan gejala seperti
berwarna putih atau hitam dengan adanya bulu-bulu halus (disebabkan jamur)
atau cairan busuk (disebabkan bakteri).
Masalah yang Terjadi dalam Kultur Jaringan Kopi
A. Kontaminasi
Kontaminasi adalah gangguan yang sangat umum terjadi dalam kultur jari
ngan kopi. Kontaminasi dapat berupa munculnya jamur, bakteri, virus dan
lain-lain. Upaya mencegah kontaminasi dengan membiasakan membersihkan
berbagai sarana yang diperlukan dalam kultur jaringan serta memastikan
bahwa proses sterilisasi media dilakukan secara baik dan benar. Cara untuk
mengurangi kontaminasi jamur dan bakteri dalam kultur jaringan kopi antara
lain dengan merawat tanaman induk dalam kondisi kekeringan selama 3–4
minggu sebelum dilakukan pengambilan eksplan. Tanaman diberi air yang
cukup, dipupuk, dan diberi pestisida atau fungisida. Pada saat memulai kultur

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 183
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

CAKRAWALA

jaringan, eksplan daun dicuci bersih, dan bagian yang tidak akan dikulturkan
segera dibuang misalnya tulang daun dan tepi daun. Pembersihan meliputi
pencucian, penggosokan secara merata untuk membuang semua partikel
tanah dan daun mati.
B. Pencokelatan (browning)
Pencokelatan adalah suatu karakter alamiah munculnya warna cokelat atau
hitam yang sering sebagai tanda gagalnya pertumbuhan dan perkembangan
eksplan kopi. Hal ini disebabkan oleh senyawa fenol yang timbul akibat stres
mekanik akibat pelukaan saat proses isolasi eksplan dari tanaman induk.
Senyawa fenol tersebut bersifat toksik sehingga menghambat pertumbuhan
dan bahkan dapat mematikan jaringan eksplan.
C. Vitrifikasi
Vitrifikasi adalah masal ah dal am kultur jaringan tanaman kopi yang di tandai
oleh munculnya pertumbuhan dan perkembangan yang tidak normal seperti
tanaman yang dihasilkan pendek-pendek, pertumbuhan batang cenderung
ke arah penambahan di ameter, tanaman terlihat berwarna transparan dan
daunnya tidak memiliki jaringan palisade.
D. Variabilitas genetik
Bila kultur jaringan tanaman kopi digunakan sebagai upaya perbanyakan
tanaman yang seragam dal am jumlah banyak, dan bukan sebagai upaya
pemuliaan tanaman, maka adanya variasi genetik menjadi kendala. Variasi
genetik dapat terjadi pada kultur in vitro karena laju multiplikasi yang tinggi,
subkultur berulang yang tidak terkontrol dan penggunaan teknik yang tidak
sesuai. Variasi genetik yang paling umum terjadi pada kultur kalus dan kultur
suspensi sel karena munculnya sifat kromosom yang tidak stabil, teknis
kultur, media, dan hormon.
E. Pertumbuhan dan Perkembangan
Masalah yang berkaitan dengan proses pertumbuhan dan perkembangan
apabila eksplan yang ditanam mengalami stagnasi dari mulai tanam
sampai kurun waktu tertentu tidak mati tetapi tidak tumbuh. Hal ini dapat
dicegah dengan penanaman ekspl an yang memiliki jaringan meristematik
dan juvenil karena awal pertumbuhan eksplan dimulai dari sel-sel muda
yang aktif membelah. Media juga dapat menjadi penyebab terjadi stagnasi
pertumbuhan karena dari kondisi media suatu sel dapat/tidak terdorong
melakukan proses pembelahan. Pada proses kultur jaringan yang bersifat
indirect embryogenesis, tahapan pembentukan kalus harus dilanjutkan
dengan mendorong induksi embrio somatik dari sel-sel kalus. Embrio somatik
dapat terjadi secara endogen ataupun eksogen dan secara langsung maupun
tidak langsung.
F. Lingkungan Mikro
Suhu ruangan inkubator sangat menentukan optimasi pertumbuhan eksplan.
Suhu yang terlalu rendah atau tinggi dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan eksplan.
http://iccri.net/download/warta_puslit_koka/warta%20
puslitkoka%2vol.%2024%20no.%202%20juni%202012/3.rina3_13-17.
pdf

PEMULIAAN DAN
184 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

JELAJAH INTERNET

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai


teknik penumbuhan bibit kultur jaringan tanaman
perkebunan, dapat membuka salah satu website yang dapat
Anda kunjungi, yaitu:
http://www.litbang.pertanian.go.id/download/385/file/
Inovasi-Kultur-Jaringan-Ke.pdf

RANGKUMAN

Untuk memperoleh tanaman dengan pertumbuhan dan perkembangan


yang optimal, dibutuhkan pemeliharaan tanaman/ plantlet hasil perbanyakan
eksplan. Untuk itu kondisi lingkungan di ruang kultur perlu diperhatikan. Faktor
yang berpengaruh terhadap pertumbuhan eksplan di ruang kultur adalah suhu,
cahaya, dan kelembapan.
Suhu yang sesuai untuk pertumbuhan kultur adalah antara 24–28oC
sehingga untuk mengkondisikan ruang kultur pada suhu yang diinginkan, maka
di dalam ruangan tersebut dipasang Air Conditioner (AC). Alat ini diset pada suhu
maksimum 20OC. Suhu yang tidak sesuai dapat mempengaruhi pertumbuhan
tanaman di ruang kultur. Suhu dapat mempengaruhi multiplikasi pucuk,
Contohnya, pertumbuhan tunas aksilar dan tunas adventif pada tanaman Aloebar
badensis optimal pada suhu 25OC, akan tetapi pertumbuhannya terhambat pada
suhu 30OC.
Intensitas cahaya yang diperlukan oleh tanaman bervariasi tergantung
pada tahap mana tanaman tersebut berada. Pada tahap inisiasi memerlukan
intentisitas cahaya antara 0–1000 lux, tahap multiplikasi 1000–10.000 lux, tahap
pengakaran 10.000–30.000 lux dan tahap aklimatisasi 30.000 lux. Cahaya di
dalam ruang kultur bersumber dari lampu TL yang dipasang pada rak kultur dan
Intensitas cahaya dapat diukur dengan menggunakan lux meter.
Kelembapan relatif ruang inkubasi merupakan faktor yang sangat
menentukan keberhasilan kultur in vitro berbagai spesies tanaman. Kelembapan
relatif di dalam ruang inkubasi sekitar 70 %, namun umumnya kebutuhan
kelembapan di dalam botol kultur mendekati 90%.
Rak-rak di ruang kultur dapat diberi nomor berdasarkan kodefikasi yang
berlaku di tiap tempat (laboratorium/ perusahaan). Kodefikasi ini berfungsi untuk
memudahkan pengorganisasian data-data yang dikumpulkan.
Penataan botol-botol kultur pada rak, diatur berdasarkan kelompok: jenis
tanaman, kultivar/ varietas, tahapan kultur dan perlakuan khusus lainnya.
Pengelompokkan diperlukan agar tidak terjadi kekeliruan pada tahap selanjutnya.
Botol kultur diatur dengan jarak antar botol tidak terlalu rapat dan jumlah
disesuaikan tergantung kapasitas rak agar inokulum/ plantlet dapat memperoleh
intensitas cahaya yang optimum untuk pertumbuhannya.

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 185
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

RANGKUMAN

Tanaman di dalam ruang kultur perlu dimonitor secara berkala,untuk


mengontrol ada tidaknya kontaminasi pada tanaman. Terjadinya kontaminasi
pada tanaman dapat disebabkan oleh media, tanaman dan kondisi lingkungan.
Kontaminan dapat berupa jamur atau bakteri. Ciri-ciri tanaman yang
terkontaminasi adalah:
a. Apabila kontaminan berupa jamur, akan terlihat koloni jamur, biasanya
berwarna putih, abu-abu atau hitam, berbentuk seperti serabut, benang, atau
kapas.
b. Apabila kontaminan berupa bakteri, terlihat cairan berupa lendir berwarna
putih atau merah.

TUGAS MANDIRI

Abstraksi Tugas Praktik I


Inokulum kultur jaringan tanaman vanili di laboratorium Kultur Jaringan siap
dilakukan tahap pemeliharaan kultur. Kegiatan tersebut perlu diawali dengan
menjaga kondisi lingkungan ruang inkubasi sesuai prosedur

Instruksi Kerja
Setelah membaca abstraksi tugas I selanjutnya ikuti instruksi kerja sebagai
berikut:
1. Amati persyaratan kondisi lingkungan ruang inkubasi sesuai kebutuhan
kultur in vitro!
2. Catat hasil pengamatan kondisi lingkungan ruang inkubasi sesuai kebutuhan
kultur in vitro!
3. Cek kondisi suhu udara ruang inkubasi pada thermohigrograf!
4. Atur kondisi suhu udara ruang inkubasi sesuai kebutuhan kultur in vitro me
lalui pengaturan remote AC!
5. Cek kondisi lama/ waktu pencahayaan pada timer dan intensitas cahaya
ruang inkubasi pada luxmeter sesuai kebutuhan kultur in vitro!
6. Atur kondisi lama/ waktu pencahayaan dan intensitas cahaya ruang inkubasi
sesuai kebutuhan kultur in vitro melalui pengaturan timer dan daya lampu
TL!
7. Cek kondisi kelembapan udara ruang inkubasi pada thermohigrograf!
8. Atur kondisi kelembapan udara ruang inkubasi sesuai kebutuhan kultur in
vitro melalui pengaturan remote AC!

PEMULIAAN DAN
186 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

TUGAS MANDIRI
Daftar Cek Unjuk Kerja Tugas I
Daftar Tugas/ Pencapaian Penilaian
No Poin Yang Dicek
Instruksi Ya Tidak K BK
Amati persyaratan
Ketelitian
kondisi lingkungan
persyaratan kondisi
1. ruang inkubasi sesuai
lingkungan ruang
kebutuhan kultur in
inkubasi/ kultur
vitro
Catat hasil Ketepatan
pengamatan kondisi hasil deskripsi
lingkungan ruang persyaratan kondisi
2.
inkubasi sesuai lingkungan
kebutuhan kultur in ruang inkubasi/
vitro kultur
Cek kondisi suhu
Ketepatan hasil
udara
Pengecekan kondisi
3. ruang inkubasi/ kultur
suhu udara ruang
pada thermohigrograf
inkubasi/ kultur

Atur kondisi suhu


Hasil pengaturan
udara
kondisi suhu udara
ruang inkubasi
4. ruang inkubasi
sesuai kebutuhan
melalui pengaturan
kultur in vitro melalui
remote AC
pengaturan remote AC
Cek kondisi lama/
Ketepatan hasil
waktu
pengecekan kondisi
pencahayaan pada
lama/ waktu
timer dan intensitas
pencahayaan pada
5. cahaya ruang
timer dan intensitas
inkubasi/ kultur pada
cahaya ruang
luxmeter sesuai
inkubasi/kultur
kebutuhan kultur in
pada luxmeter
vitro
Atur kondisi lama/
Hasil pengaturan
waktu
kondisi lama/ waktu
pencahayaan dan
pencahayaan dan
intensitas cahaya
intensitas cahaya
6. ruang inkubasi sesuai
ruang inkubasi/
kebutuhan kultur
kultur melalui
in vitro melalui
pengaturan timer
pengaturan timer dan
dan daya lampu TL
daya lampu TL

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 187
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

TUGAS MANDIRI

Cek kondisi Ketepatan hasil


kelembapan pengecekan kondisi
7. udara ruang inkubasi/ kelembapan udara
kultur ruang inkubasi/
pada thermohigrograf kultur

Atur kondisi
Hasil pengaturan
kelembapan udara
kondisi kelembapan
ruang inkubasi/ kultur
udara ruang
8. sesuai kebutuhan
inkubasi/ kultur
kultur in vitro melalui
melalui pengaturan
pengaturan remote
remote AC
AC

Apakah semua instruksi kerja tugas praktik Menjaga Kondisi Lingkungan Ruang
Inkubasi dilaksanakan dengan benar dengan waktu yang telah ditentukan?

Ya Tidak

Nama Tanda Tangan

Peserta Didik .......................................... .........................................

Instruktur/ Guru ................................................ ..........................................

Abstraksi Tugas Praktik II


Inokulum kultur jaringan tanaman vanili di laboratorium Kultur Jaringan siap
dilakukan tahap penggandaan inokulum. Kegiatan tersebut perlu lanjutkan
dengan pengaturan tata letak botol kultur yang sesuai kriteria.

Instruksi Kerja
Setelah membaca abstraksi tugas II selanjutnya ikuti instruksi kerja sebagai
berikut:
1. Amati penataan rak kultur di ruang inkubasi laboratorium Kultur Jaringan!
2. Berikan nomor rak kultur sesuai kodefikasi yang berlaku di perusahaan!
3. Amati botol-botol kultur di rak ruang inkubasi sesuai fase-fase pertumbuhan
dengan kodefikasinya!
4. Tata botol-botol kultur di rak ruang inkubasi sesuai fase-fase pertumbuhan
dengan kodefikasinya!

PEMULIAAN DAN
188 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

TUGAS MANDIRI

Daftar Cek Unjuk Kerja Tugas II


Daftar Tugas/ Pencapaian Penilaian
No Poin Yang Dicek
Instruksi Ya Tidak K BK
Amati penataan rak
Ketelitian hasil
kultur di ruang
pengamatan
1. inkubasi
penataan rak kultur
laboratorium Kultur
di ruang inkubasi
Jaringan
Berikan nomor rak
kultur sesuai Hasil pemberian
2. kodefikasi nomor rak kultur
yang berlaku di sesuai kodefikasi
perusahaan
Amati botol-botol Ketelitian hasil
kultur pengamatan botol-
di rak ruang inkubasi botol kultur di rak
3.
sesuai fase-fase ruang inkubasi
pertumbuhan dengan sesuai fase-fase
kodefikasinya pertumbuhan
Tata botol-botol
Hasil penataan
kultur
botol-botol kultur
di rak ruang inkubasi
Di rak ruang
4. sesuai fase-fase
Inkubasi sesuai
pertumbuhan
fase-fase
dengan
pertumbuhan
kodefikasinya

Apakah semua instruksi kerja tugas praktik Mengatur Tata Letak Botol Kultur
dilaksanakan dengan benar dengan waktu yang telah ditentukan?

Ya Tidak

Nama Tanda Tangan

Peserta Didik ....................................... .........................................

Instruktur/ Guru ................................................ .........................................

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 189
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

TUGAS MANDIRI
Abstraksi Tugas Praktik III
Inokulum kultur jaringan tanaman pisang di laboratorium Kultur Jaringan siap
dilakukan tahap penggandaan inokulum. Kegiatan tersebut perlu lanjutkan
dengan memonitor kondisi botol kultur yang terkontaminasi yang sesuai kriteria.

Instruksi Kerja
Setelah membaca abstraksi tugas III selanjutnya ikuti instruksi kerja sebagai
berikut:
1. Amati ciri-ciri inokulan yang terkontaminasi dilihat dari kenampakan secara
fisik!
2. Catat hasil pengamatan ciri-ciri inokulan yang terkontaminasi dilihat dari
kenampakan secara fisik!
3. Amati inokulan yang terkontaminasi dan tidak terkontaminasi berdasarkan
ciri-ciri fisiknya!
4. Catat jumlah inokulan yang terkontaminasi dan tidak terkontaminasi
berdasarkan ciri-ciri fisiknya!
5. Amati inokulan terkontaminasi oleh bakteri atau jamur secara sistematis dan
teratur!
6. Bedakan inokulan yang terkontaminasi oleh bakteri atau jamur!
7. Pisahkan inokulan yang terkontaminasi oleh bakteri atau jamur di ruang
inkubasi!
8. Keluarkan inokulan yang terkontaminasi oleh bakteri atau jamur dari ruang
inkubasi!
9. Sterilisasi botol-botol kultur dengan inokulan yang terkontaminasi oleh
bakteri atau jamur sesuai ketentuan!

Daftar Cek Unjuk Kerja Tugas III

Daftar Tugas/ Pencapaian Penilaian


No Poin Yang Dicek
Instruksi
Ya Tidak K BK
Amati ciri-ciri
Ketelitian hasil
inokulan
pengamatan ciri-ciri
yang
inokulan yang
1. terkontaminasi
terkontaminasi sesuai
dilihat dari
kenampakan secara
kenampakan
fisik
secara fisik
Catat hasil
pengamatan
Hasil pencatatan ciri-
ciri-ciri inokulan
ciri inokulan yang
yang
2. terkontaminasi
terkontaminasi
Sesuai kenampakan
dilihat
Secara fisik
dari kenampakan
secara fisik

PEMULIAAN DAN
190 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

TUGAS MANDIRI

Amati inokulan
yang Ketelitian hasil
terkontaminasi dan pengamatan inokulan
3. tidak yang terkontaminasi
terkontaminasi berdasarkan ciri-ciri
berdasarkan ciri-ciri fisiknya
fisiknya

Catat jumlah
inokulan
yang Hasil pencatatan
terkontaminasi jumlah inokulan yang
4.
dan tidak terkontaminasi dan
terkontaminasi tidak terkontaminasi
berdasarkan ciri-ciri
fisiknya

Amati inokulan
Ketelitian hasil
terkontaminasi oleh
Pengamatan
bakteri atau jamur
5 inokulanter
secara sistematis
kontaminasi oleh
dan
bakteri atau jamur
teratur

Bedakan inokulan Hasil membedakan


yang inokulan yang
6
terkontaminasi oleh terkontaminasi oleh
bakteri atau jamur bakteri atau jamur

Pisahkan inokulan
yang Hasil pemisahan
terkontaminasi oleh inokulan yang
7
bakteri atau jamur terkontaminasi oleh
di bakteri atau jamur
ruang inkubasi

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 191
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

TUGAS MANDIRI

Keluarkan inokulan
yang Pengeluaran inokulan
terkontaminasi oleh yang terkontaminasi
8
bakteri atau jamur oleh bakteri atau
dari jamur
ruang inkubasi
Sterilisasi botol-
botol
kultur dengan
Hasil sterilisasi
inokulan
botol-botol kultur
9 yang
terkontaminasi oleh
terkontaminasi
bakteri atau jamur
oleh bakteri atau
jamur
sesuai ketentuan
Apakah semua instruksi kerja tugas praktik Memonitor Kondisi Botol Kultur Yang
Terkontaminasi dilaksanakan dengan benar dengan waktu yang telah ditentukan?
Ya Tidak

Nama Tanda Tangan


Peserta Didik ........................................ .........................................

Instruktur/ Guru ................................................ ..........................................

PENILAIAN AKHIR BAB

Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar!


1. Jelaskan secara singkat perlunya pemberian nomor rak kultur di ruang
inkubasi/ kultur!
2. Jelaskan secara singkat prosedur pemberian nomor rak kultur di ruang
inkubasi/ kultur!
3. Jelaskan secara singkat perlunya pengaturan tata letak botol kultur di ruang
inkubasi/ kultur!
4. Jelaskan secara singkat prosedur identifikasi inokulan yang terkontaminasi
dan tidak terkontaminasi!
5. Jelaskan secara singkat prosedur penanganan inokulan yang terkontaminasi
baik oleh bakteri atau jamur!

PEMULIAAN DAN
192 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

REFLEKSI

Setelah kegiatan pembelajaran bab delapan berakhir Anda tentunya sudah


memahami teknik penumbuhan bibit kultur jaringan tanaman perkebunan.
Dari materi tersebut masih adakah materi yang Anda rasa sulit? Untuk lebih
memahaminya coba diskusikan dengan teman atau dengan guru Anda, karena
konsep dasar pada bab ini sangat penting dan akan terkait dengan konsep dalam
bab-bab selanjutnya.

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 193
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

BAB TEHNIK AKLIMATISASI PLANTLET TANAMAN


IX PERKEBUNAN
BAB IX TEHNIK AKLIMATISASI PLANTLET TANAMAN
PERKEBUNAN

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari buku/ modul ini peserta didik diharapkan mampu


menjelaskan pergertian aklimatisasi tanaman perkebunana dengan baik dan
benar, menjelaskan alat dan bahan aklimatisasi tanaman, media aklimatisasi
tanaman perkebunan yang tepat dan sesuai dan menganalisis tehnik aklimatisasi
planlet tanaman perkebunana secara baik dan benar.

PETA KONSEP

Menjelaskan pengertian aklimatisasi tnaman


TEHNIK AKLIMATISASI PLANTLET TANAMAN

perkebunan dengan baik dan benar

Menjelaskan alat dan bahan aklimatisasi


tanaman perkebunan dengan baik dan benar
PERKEBUNAN

Menjelaskan media aklimatisasi tanaman


perkebunan dengan tepat

Mengana;isis teknik aklimatisasi planet tana-


man perkebunan secara baik dan benar

KATA KUNCI

in vitro, planlet, alimatisasi, aseptik, ex vivo,

PEMULIAAN DAN
194 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

PENDAHULUAN

Aklimatisasi adalah tahap untuk memindahkan eksplan dari awalanya di


lingkungan in vitro ke lingkungan luar. Aklimatisasi harus dilakukan secara hati-
hati dan juga bertahap, yaitu dengan cara memberikan sungkup. Sungkup tersebut
kemudian akan dilepaskan apabila tanaman baru yang sudah berhasil kultur sudah
mampu untuk berdaptasi dengan lingkungan luar tersebut. Supaya tanaman baru
tersebut tumbuh dengan baik, harus dilakukan pemeliharaan yang prinsip utamanya
hampir serupa dengan pemiliharaan pada tanaman generatif.

Gambar 9.1. Contoh tahapan kultur jaringan


Sumber: https://jokotrisoesanto.wordpress.com/2011/05/21/kultur-jaringan

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 195
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

A. Pergertian Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah proses adaptasi fisiologis dari hewan ataupun tumbuhan
terhadap iklim atau lingkungan yang baru ditempatinya. Pada tanaman yang
diperbanyak secara in vitro, dimana planlet ditumbuhkan dalam kondisi optimum
yang khusus dengan kelembapan tinggi dan tingkat irradiasi yang rendah akan
sangat stress jika secara langsung ditanam di lapangan. Oleh karena itu, diperlukan
suatu proses aklimatisasi agar tanaman-tanaman tersebut dapat bertahan pada
kondisi lingkungan luar.
Sejak pemilihan eksplan sampai eksplan berdiferensiasi membentuk daun,
tunas, akar sampai menjaditanaman lengkap di dalam botol bebas dari hama
dan penyakit, tabung atau tempat plastik tahan panas, eksplan telah dipenuhi
kebutuhannya untuk perkembangan dan pertumbuhannya dalam media. Media ini
berisi hara makro, mikro, vitamin, karbohidrat, agar sebagai bahan pemadat atau
tanpa agar. Untuk menunjang morfogenesis eksplan diletakkan di ruang kultur,
cahaya diberikan dengan intensitas dan kelembapan tertentu. Dengan demikian
hambatan untuk perkembangan dan pertumbuhan tanaman dari eksplan sangat
kecil dibandingkan dengan tanaman yang berada di lapangan sejak dimulai
dari biji atau bibit. Hambatan untuk perkembangan dan pertumbuhan tanaman
di lapangan dapat berupa intensitas cahaya yang tinggi, kelembapan lebih
rendah jika dibandingkan di dalam botol kultur, ketersediaan hara makro dan
mikro dalam tanah, dan tingkat keasaman tanah. Proses aklimatisasi merupakan
proses sistematis tanaman heterotrop (tidak mandiri) ke tanaman yang bersifat
autotrof, yaitu tanaman yang dapat menghasilkan energi yang dibutuhkan untuk
keperluannya sendiri.
Aklimatisasi tanaman yang berasal dari kultur aseptik masih menjadi
masalah. Planlet atau tanaman kecil asal kultur aseptik mengalami perubahan
hidup dari lingkungan heterotropik di dalam botol menjadi lingkungan normal
yang autotropik (Murashige, 1974, Pierik, 1987). Kondisi ini menyebabkan perlunya
adaptasi pada sistem perakaran dan tunas pada saat dipindahkan ke lapang
(Hartmann dan Kester, 1983). Selain itu masalah kepekaan yang tinggi terhadap
kehilangan air dan serangan patogen perlu diperhatikan pula (Hu dan Wang, 1983).
Aklimatisasi dapat pula dikatakan sebagai proses penyesuaian fisik dan
anatomi dari in vitro (dalam tabung) ke ex vivo (di luar tabung). Aklimatisasi tidak
akan berhasil jika ciri-ciri tanaman hasil kultur jaringan tidak diidentifikasi. Karena
hal ini merupakan dasar untuk memberikan perlakuan atau penanganan tanaman-
tanaman hasil kultur jaringan.

PEMULIAAN DAN
196 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 9.2 Hasil Aklimatisasi pada tanaman manggu


Sumber: https://images.app.goo.gl/R5rSACGhsGMhYAbc8

Gambar 9.3. Hasil Aklimatisasi tebu


Sumber: https://images.app.goo.gl/EAz2Mz35ZhxnGrh1A

Ciri-ciri tanaman hasil kultur jaringan sebelum diaklimatisasi adalah sebagai


berikut:
1. Merupakan proses yang lambat yang memerlukan waktu mencapai mingguan.
Berkaitan dengan hal ini, maka tanaman dipaksa untuk menggunakan
karbohidrat atau sumber energi terbatas ketika tanaman barada di dalam
tabung. Sehingga penggunaan media dengan kandungan unsur hara yang cukup
dapat meningkatkan keberhasilan proses aklimatisasi.
2. Kehilangan air dari tanaman di dalam botot kultur lebih sedikit dibandingkan
dengan tanaman yang berada di lapangan. Hal ini disebabkan tanaman yang
berada di botol kultur dikondisikan dalam kelembapan yang tinggi (98-99%),
sedangkan di lapangan kelembapan rendah (20-60%).
3. Tanaman hasil kultur jaringan kutikulanya masih belum berkembang dengan
baik, termasuk lapisan lilin memerlukan waktu untuk pembentukannya secara
sempurna.

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 197
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

4. Stomata belum berfungsi dan belum berkembang dengan baik. Dinding sel
stomata belum cukup kuat atau penutupan dan pembukaan stomata tidak
sebagaimana mestinya.
5. Akar belum berkembang dengan baik, demikian pula fungsinya.
6. Tanaman dalam botol dalam keadaan bersih yang harus menyesuaikan pada
tempat dimana pathogen dan penyakit siap menyerang.
7. Harus menyesuaikan dari lingkungan dengan intensitas cahaya rendah ke
intensitas cahaya tinggi. Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis, dimana
kemampuan fotosintesis masih terbatas sebagai akibat dari belum sempurnanya
diferensiasi struktur daun, kloroplas masih sedikit jumlahnya, dan penyesuaian
dari ketergantungan pemberian karbohidrat pada kondisi dimana harus
memfiksasi karbon sendiri.
8. Kemungkinan medium berpengaruh terhadap penampilan fenotip. Media tumbuh
tanaman merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan
aklimatisasi. Kelembapan yang tinggi dapat merangsang tumbuhnya cendawan,
dan media yang terlalu padat menghambat pembentukan dan perkembangan
akar baru karena buruknya aerasi dan drainase tanah.
Penggunaan media yang tidak tepat akan menghasilkan kematian
tanaman pada saat aklimatisasi, sehingga upaya perbanyakan cepat secara
in vitro akan gagal dan tidak membuahkan hasil. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Kozai (1991 a) yang menyatakan bahwa perkembangan spektakuler
mikropropagasi saat ini perluasan penggunanya dibatasi oleh beberapa alasan,
salah satunya adalah. tingginya prosentase hasil kultur jaringan yang hilang
atau rusak pada stadia aklimatisasi yaitu selama transfer dari botol kultur ke
lapangan pertanaman. Menurut Kozai (1991 b), selama aklimatisasi kira-kira
20% sampai 50% planlet mati disebabkan rendahnya toleransi antara lain
terhadap cekaman lingkungan.
Untuk menambah prosentase survival planlet pada stadia aklimatisasi,
lingkungan awal stadia harus dikendalikan atau dikontrol sesuai stimulasi
kondisi lingkungan kultur pada stadia perbanyakan dan perakaran (Kozai, 1991
b).
9. Dormansi pada tanaman hasil kultur jaringan harus dihilangkan.
Tiga Pokok Perlakuan pada Aklimatisasi
Ciri-ciri di atas dapat digunakan sebagai arah untuk membuat perlakuan yang
pada prinsipnya terdiri dari tiga pokok perlakuan, yaitu:
a. Perlakuan Kelembapan
Hal ini dapat dilakukan dengan penutupan tanaman dalam pot dengan
menggunakan plastik atau penutup lainnya yang memungkinkan kelembapan
dapat dipertahankan secara bertahap.
Penyesuaian kelembapan ini dapat dibagi menjadi beberapa tahap dengan
cara melihat perubahan ke arah normal dalam morfologi dan anatomi. Cara
lain dapat pula dengan menggunakan sistim penyemprotan uap air di atas
tanaman yang sedang diaklimatisi.

PEMULIAAN DAN
198 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

b. Penyesuaian Suhu
Suhu dapat dibagi menjadi beberapa tahap dengan cara memberikan
naungan dengan intensitas cahaya berbeda. Suhu sangat penting
untuk mengarahkan tanaman untuk merangsang kemampuan dalam
mempertahankan keseimbangan transpirasi, evaporasi, dan dengan
penyerapan air dari dalam medium.
Dari butir 1 dan 2 di atas, maka untuk menambah laju pertumbuhan
atau mencegah kerusakan atau kematian planlet setelah aklimatisasi
awal (saat dipindahkan ke lapangan atau rumah kaca), maka pada stadia
selanjutnya tanaman harus distimulasi terlebih dahulu melalui aklimatisasi
dalam ruangan terkontrol yang kondisi lingkungannya lebih mendekati
kondisi lapangan atau rumah kaca (Kozai, 1991 b).
c. Penyesuaian Media
Media yang digunakan dapat beberapa tahap berdasarkan sterilitas
atau kebersihan media dan kandungan hara pada media yang digunakan.
Dengan demikian, maka media tumbuh merupakan salah satu faktor
yang dapat menunjang perakaran, harus memiliki syarat-syarat seperti
kelembapan yang cukup, bebas dari benih atau biji gulma, nematoda,
salinitas rendah, berongga dan cukup hara mineral. Media tumbuh biasanya
berisi campuran berbagai jenis bahan baik berupa bahan organik maupun
bahan anorganik.
Media yang sering digunakan untuk aklimatisasi bervariasi dapat
menggunakan pasir, humus, serbuk gergaji, tanah. Pencampuran dari bahan-
bahan ini dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan
eksplan. Pencampuran pasir dan humus memberikan porositas yang baik
untuk menghindari tingkat kelembapan yang tinggi dan tumbuhnya jamur
selama masa aklimatisasi. Campuran tanah dan kompos dapat digunakan
untuk media aklimatisasi pada tanaman-tanaman hasil kultur jaringan.
Pemberian pupuk tambahan dapat membantu ketersediaan hara bagi
tanaman.
Untuk mencapai proses keberhasilan aklimatisasi perlu diketahui
karakteristik tanaman yang siap diaklimatisasi. Tahap yang perlu diperhatikan
adalah tahap ketika eksplan dirangsang untuk membentuk tunas dan akar.
Planlet yang siap diaklimatisasi pada umumnya terbentuk akar dan tunas
secara bersamaan. Struktur organ telah membentuk sistem morfologi dan
fisiologi normal sebagai tanaman utuh. Sebaliknya, ketika planlet terbentuk
dengan didahului dengan pertumbuhan tunas-tunas, maka pembentukan
jaringan akar menyesuaikan dengan struktur yang sudah ada pada tunas.
Pembentukan akar cenderung lebih sedikit dan homogen. Ciri lain adalah
tanaman tampak vigor dan warna daun hijau yang menandakan bahwa
klorofil sudah banyak terbentuk.

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 199
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 9.4 Aklimatisasi pada tray dan bak permanen


Sumber: https://images.app.goo.gl/zNHfR97BvBek5hvB9

a. Persiapan Media
Media yang digunakan untuk aklimatisasi adalah media yang biasa digunakan
untuk tanaman dewasa tetapi dalam ukuran yang lebih halus, contohnya:
moss, pakis, arang, dsb.
Sebelum digunakan sebaiknya media disterilisasi terlebih dahulu melalui
tahap-tahap sebagai berikut:
1) Media tanam dicuci bersih dengan menggunakan deterjen dan dikukus
selama 30 menit untuk membunuh bibit-bibit penyakit dan jamur; dan
2) Direndam dalam larutan fungisida selama 10 menit untuk mencegah
munculnya kembali bibit-bibit penyakit khususnya jamur;
Setelah persiapan selesai, planlet siap untuk ditanam dalam community
pot (kompot) ataupun tray pot selama beberapa bulan sampai tanaman
cukup kuat untuk ditanam secara individual di lapangan pertanaman di
rumah kaca atau tempat lainnya Seedling (kecambah). Dikeluarkan dari
dalam botol dengan menggunakan kawat yang dibengkokkan.
B. Alat dan Bahan aklimatisasi tanaman perkebunan
Alat dan bahan hendaknya telah disiapkan pada area kerja sebelum aklimatisasi
dilaksanakan, agar tidak menghambat jalannya aklimatisasi kerena ketidak
tersedianya alat dan bahan yang dibutuhkan.
Alat dan bahan yang digunakan untuk aklimatisasi berikut.
1. Alat, antara lain:
a. Pinset panjang dan pendek
b. Potongan kawat dengan ujung dibengkokkan dan tumpul
c. Baskom
d. Ember
e. Gunting
f. Alat tulis
g. Label
2. Bahan antara lain:
a. Planlet atau bibit dalam botol
b. Air bersih
c. Pestisida
d. Pot/ bak plastik untuk pembibitan

PEMULIAAN DAN
200 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

e. Kertas koran atau sejenisnya yang bersifat hidroskopis


f. Media tanam
3. Kriteria Planlet siap aklimatisasi
Planlet yang akan di aklimatisasi memiliki syarat sebagai berikut:
a. Sehat dan kuat;
b. Memiliki perakaran baik;
c. Bibit dalam botol tidak terkontaminasi mikroorganisme; dan
d. Bibit yang telah dikeluar dari botol harus bebas dari media alga.

Gambar 9.5 Tanaman Jati yang Siap Aklimatisasi


Sumber: https://images.app.goo.gl/cyAzNKNFznnycLTy9

Gambar 9.6 Tanaman Hasil Aklimatimasasi yang sudah di lapangan


Sumber: https://images.app.goo.gl/ugCJCJ9CavtUg7Me8

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 201
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 9.7 perbanyakan Vegetatif nilam melalui kultur jaringan


Sumber: https://images.app.goo.gl/faeeHyrvBqdiAUrm7

C. Media Aklimatisasi Tanaman Perkebunan


Media tanam digunakan sebagai tempat melekatnya akar tempat berdirinya
tanaman. Tanaman yang berdiri tegak dapat memanfaatkan cahaya matahari
serta udara di sekitarnya dengan leluasa. Selain itu, media tanam juga berperan
menyimpan air dan hari serta menjaga kelembapan.
Media tanam yang baih harus memenuhi beberapa persyaratan, antar lain:
1. Mampu mengikat air dan zat hara dengan baik;
2. Tidak mudah melapuk;
3. Tidak menjadi sumber penyakit;
4. Mempunyai aerasi dan drainase yang baik;
5. Mudah di dapat dalam jumlah yang dibutuhkan; dan
6. Relatif murah harganya.
Pengunaan media disesuaikan dengan jenis tanaman/ planlet yang akan
diaklimatisasi.

1. Media tanam untuk aklimatisasi tanaman/ planlet perkebunan


Media tanam untuk aklimatisasi planlet pisang dapat mengunakan tanah subur
dan pupuk organik/ kompos. Dapat juga menggunakan tanah subur dan sekam.
Media diayak terlebih dahulu dibasahi.

PEMULIAAN DAN
202 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

2. Media tanam untuk aklimatisasi tanaman/ planlet


Media tanam untuk aklimatisasi dapat mengunakan arang kayu Arang kayu
tidak lekas lapuk, tidak mudah ditumbuhi cendawan dan bakteri, tetapi sukar
mengikat air dan miskin unsur hara.

3. Serutan kayu atau potongan kayu


Serutan kayu atau potongan memiliki aerasi dan drainase yang baik, proses
pelapukannya berlangsung lambat, karena kayu banyak mengandung senyawa
yang sulit terdekomposisi seperti selulosa, hemiselulosa dan lignin.

4. Pakis dan moss


Memiliki daya mengikat air, aerase dan drainase yang baik, melapuk secara
perlahan-lahan, serta mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman
perkebunan untuk pertumbuhannya. Namun, jika pakis dan moss yang yang
tumbuh di hutan ini secara terus menerus diambil untuk digunakan sebagai
media tanam, dikhawatirkan keseimbangan ekosistem terganggu. Pemerintah
daerah mulai melarang eksploitasi dengan menerbitkan Peraturan Daerah
(Perda).

5. Pecahan genting atau batu bata


Pecahan genting atau batu bata banyak digunakan sebagai media untuk dasar
pot, kelemahan pecahan genting batu ialah lebih cepat ditumbuhi lumut bila
dibandingkan dengan pecahan genting, kelebihan pecahan genting atau batu
bata tidak mudah melapuk tetapi miskin unsur hara, Oleh karena itu, sebaiknya
pecahan atau batu bata digunakan sebagai dasar pot, karena mempunyai
kemampuan aerasi dan drainase yang baik.
Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam penyiapan media tanam untuk
aklimatisasi perkebunan antara lain:
1. Media tanam yang akan digunakan dipotong dan disesuaikan dengan jenis
media dengan ukuran tergantungpada besar kecilnya serta ukuran pot; dan
2. Kemudian media tanam tersebut direndam dengan larutan pestisida 0,2
%atau sesuai dosis anjuran selama satu hari satu malam.

Penyesuaian Media
Media yang digunakan dapat beberapa tahap berdasarkan sterilitas atau
kebersihan media dan kandungan hara pada media yang digunakan. Dengan
demikian, maka media tumbuh merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang
perakaran, harus memiliki syarat-syarat seperti kelembapan yang cukup, bebas
dari benih atau biji gulma, nematoda, salinitas rendah, berongga dan cukup hara
mineral. Media tumbuh biasanya berisi campuran berbagai jenis bahan baik berupa
bahan organik maupun bahan anorganik.
Media yang sering digunakan untuk aklimatisasi bervariasi dapat
menggunakan pasir, humus, serbuk gergaji, tanah. Pencampuran dari bahan-
bahan ini dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan eksplan.
Pencampuran pasir dan humus memberikan porositas yang baik untuk menghindari

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 203
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

tingkat kelembapan yang tinggi dan tumbuhnya jamur selama masa aklimatisasi.
Campuran tanah dan kompos dapat digunakan untuk media aklimatisasi pada
tanaman-tanaman hasil kultur jaringan. Pemberian pupuk tambahan dapat
membantu ketersediaan hara bagi tanaman.
Untuk mencapai proses keberhasilan aklimatisasi perlu diketahui karakteristik
tanaman yang siap diaklimatisasi. Tahap yang perlu diperhatikan adalah tahap
ketika eksplan dirangsang untuk membentuk tunas dan akar. Planlet yang siap
diaklimatisasi pada umumnya terbentuk akar dan tunas secara bersamaan. Struktur
organ telah membentuk sistem morfologi dan fisiologi normal sebagai tanaman
utuh. Sebaliknya ketika planlet terbentuk dengan didahului dengan pertumbuhan
tunas-tunas, maka pembentukan jaringan akar menyesuaikan dengan struktur yang
sudah ada pada tunas. Pembentukan akar cenderung lebih sedikit dan homogen.
Ciri lain adalah tanaman tampak vigor dan warna daun hijau yang menandakan
bahwa klorofil sudah banyak terbentuk.

D. Tehnik Aklimatisasi Planlet Tanaman Perkebunanan


1. Persiapan Planlet
Planlet sudah dapat dikeluarkan dari dalam botol jika
sudah berumur minimal 6 bulan atau sudah memiliki daun minimal 3 helai.
Untuk mengeluarkan planlet dari botol pertama-tama dilakukan dengan cara
memasukkan air ke dalam botol kemudian dikocok secara perlahan sampai
agar media terpisah dari akar planlet. Selanjutnya planlet ditarik ke luar
menggunakan pengait dan dimasukkan ke dalam wadah berisi air bersih. Pada
saat menarik planlet usahakan yang dikait adalah akar planlet sehingga planlet
tidak akan rusak dan lebih mudah untuk dikeluarkan.
Planlet dicuci bersih sampai tidak ada lagi sisa agar yang direndam
dalam larutan fungisida dengan konsentrasi 1 g/l selama 5-10 menit untuk
menghindari serangan jamur, setelah itu diangkat kemudian diangin-anginkan
di atas kertas koran. Setelah kering anggrek siap untuk ditanam pada media
aklimatisasi.

2. Persiapan Media
Media yang digunakan untuk aklimatisasi adalah media yang biasa
digunakan untuk tanaman dewasa tetapi dalam ukuran yang lebih halus,
contohnya: moss, pakis, arang, dsb.
Sebelum digunakan sebaiknya media disterilisasi terlebih dahulu melalui
tahap-tahap sebagai berikut.
a. Media tanam dicuci bersih dengan menggunakan deterjen dan dikukus
selama 30 menit untuk membunuh bibit-bibit penyakit dan jamur; dan

b. Direndam dalam larutan fungisida selama 10 menit untuk mencegah


munculnya kembali bibit-bibit penyakit khususnya jamur.
Setelah persiapan selesai, planlet siap untuk ditanam dalam community
pot (kompot) ataupun tray pot selama beberapa bulan sampai tanaman cukup
kuat untuk ditanam secara individual di lapangan pertanaman di rumah kaca
atau tempat lainnya.
PEMULIAAN DAN
204 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 9.8 contoh media tanam serbuk gergaji yang dipakai aklimatisasi
Sumber: https://images.app.goo.gl/q2JevhgBZeUBUdTHA

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 205
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

LEMBAR PRAKTIKUM

No Nama Alat dan Bahan Jumlah


1 Ember/ wadah/ baskom 3
2 Pinset atau kawat bengkok 1
3 Gelas piala plastik 1
4 Timbangan 1
5 Pengaduk kaca 1
6 Koran/ kertas disesuaikan
7 Fungisida 500 mg/l
8 Bakterisida 500 mg/l
9 Media tanam disesuaikan
10 Botol berisi plantet yang siap
diaklimatisasi

Tahapan aklimatisasi tanaman perkebunan hampir sama dengan tahapan


pada anggrek di semester sebelumnya, planlet perkebunan yang akan di
aklimatisasi harus memenuhi kritria bibit siap di aklimatisasi, tahapan aklimatisasi
tanaman perkebunan tidak berbeda dengan tahapan aklimatisasi pada anggrek,
demikian juga alat dan bahan yang digunakan, Perbedaannya hanya terletak pada
media yang digunakan dan tempat penanaman. Planlet perkebunan ditanam
dalam polybag pembibitan dengan media campuran antara lain tanah dan sekam,
pupuk organik dan sekam dengan perbandingan 1:1
Berikut tahapan aklimatisasi tanaman perkebunan yaitu sekitar 7-8
bulan setelah berkecanbah, anakan tanaman perkebunan siap dikeluarkan dari
dalam botol. Anakan di dalam botol disebut dengan sedling. Sedling yang siap
dikeluarkan mempunyai akar yang banyak dan kelihatan kokoh. dengan alat
yang sama dengan aklimatisasi pada anggrek, yang membedakan hanya bahan
berupa media dan jenias tanaman dalam botolan. Aklimatisasi pada tanaman
perkebunan juga mengunakan larutan fungisida untuk merendam bibit. Bibit
yang dikeluarkan telah memiliki akar sempurna dan daun sempurna dan daun
sempurna.tehnik mengeluarkannya sama dengan planlet tanaman perkebunan:.
1. Mengeluarkan planlet tanaman perkebunan dari botol;
2. Membersihkan sisa media agar pada akar planlet dengan mengunakan air;
3. Merendam planlet tanaman perkebunana dalam fungisida;
4. Meniriskan planlet pisang mengunakan kertas hidroskopis/ menyerap air;
5. Menyiapkan media tanam;
6. Memasukkan media tanam dalam polybag pembibitan;
7. Menyiram media dalam polybag pembibitan;
8. Menanam planlet pada media tanam dalam polibag pembibitan; dan
9. Memberikan sungkup pada polybag pembibitan.

PEMULIAAN DAN
206 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

LEMBAR PRAKTIKUM

Gambar 9.9 Hasil Aklimatisasi Jati Muna


Sumber: https://images.app.goo.gl/eoafG91wza1DC4Gy7

Gambar 9.10 Tahapan Proses Aklimatisasi Pada Tanaman Perkebunana


Sumber: https://images.app.goo.gl/ThNUWEtDc4Y92d4e9

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 207
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

CAKRAWALA

Perbanyakan benih tebu dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: (1)
konvensional dan (2) kultur jaringan. Benih konvensional biasanya diambil dari
bagian tanaman tebu yang berumur 6-7 bulan. Benih tebu hasil kultur in-vitro
memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan benih hasil konvensional
yaitu lebih seragam, bebas pathogen berbahaya, dan menghasilkan benih yang
banyak dalam waktu singkat.
Tahapan yang penting dalam pengadaan benih tebu dengan kultur in-
vitro adalah aklimatisasi. Aklimatisasi adalah masa adaptasi tanaman hasil
pembiakan secara kultur in-vitro ke media tertentu yang semula kondisinya
terkendali kemudian menjadi tidak terkendali. Selain itu tanaman juga harus
mengubah pola hidupnya dari tanaman heterotrof menjaditanaman autotrof.

JELAJAH INTERNET

Kalian kunjungi untuk menambah wawasan dan pemahaman


kalian tentang laboratorium kultur jaringan:
https://7ulyt4.wordpress.com/penyiapan-eksplan-kultur-
jaringan/
https://distan.bulelengkab.go.id/artikel/plasma-nutfah-58
(diakses tanggal 24 Agustus 2018)
Untuk lebih membuka dan memperluas pemahaman
peserta didik tentang kompetensi pembuatan larutan
stok dapat membuka Salah satu website yang dapat kalian
kunjungi untuk menambah wawasan dan pemahaman
kalian tentang kultur jaringan pada perkebunan tebu.

PEMULIAAN DAN
208 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

RANGKUMAN

Teknik kultur jaringan disamping menjanjikan perbanyakan tanaman yang


cepat dan seragam, namun aplikasi metode ini memerlukan keterampilan khusus
dan pengetahuan mengenai ilmu tanaman itu sendiri. Pada prinsipnya kultur
jaringan tanaman ini dimulai dari pemilihan tanaman induk, pemilihan eksplan,
sterilisasi, kultur aseptik, penggandaan/ perbanyakan tunas, pengakaran dan
aklimatisasinya. Teknik ini telah diaplikasikan pada berbagai jenis tanaman, baik
tanaman serealia, sayuran, buah-buahan, industri, dan lain-lain. Keberhasilan
aplikasi teknik ini dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya: respon tanaman,
jenis media, hormon pertumbuhan tanaman dan lingkungan.
Sedangkan Aklimatisasi adalah proses pengeluaran tanaman hasil kultur
jaringan dimana campur tangan manusia sangat diperlukan.
Penyiapan plantlet yang baik akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
aklimatisasinya. Plantlet yang baik adalah plantlet yang tumbuh sehat, vigor
tidak mengalami gejala hiperhidrisiti (kelebihan air). Daun dan batang berwarna
hijau tua, dengan akar yang sehat, tidak ditemukan adanya pembentukan kalus.
Plantlet yang demikian akan mudah diaklimatisasi dan masalah ini terutama
ditemukan pada anyelir. Eksplan/ plantlet yang hiperhidrisiti adalah eksplan yang
menunjukkan gejala-gejala pertumbuhan yang tidak normal, daun dan batang
terlihat hijau muda/ pucat dengan kandungan klorofil yang rendah atau hijau
gelap dan tebal dengan kandungan air yang tinggi, memiliki ruas batang yang
pendek, memiliki ruang antar sel yang banyak, sel-sel jaringan yang tereduksi
atau tidak sempurna.
Aklimatisasi merupakan proses pengeluaran tanaman hasil kultur untuk
ditumbuhkan pada media dan kondisi pertumbuhan normalnya melalui campur
tangan manusia. Aklimatisasi ini seringkali juga merupakan tahap kritis kedua
pada proses kultur jaringan, terutama pada beberapa tanaman yang tidak sehat
pertumbuhannya maupun tanaman yang sulit untuk diaklimatisasi. Pada anyelir
aklimatisasi dapat dilakukan dengan beberapa teknik, baik langsung maupun tak
langsung.

TUGAS MANDIRI

1. Lakukan pengamatan pada hal-hal yang berkaitan dengan tehnik inkubasi/


pemeliharaan secara kultur jaringan tanaman dan aklimatisasi tanaman!
2. Buat pertanyaan pertanyaan dalam diskusi kelompok. kumpulkan informasi
atau Anda dapat mencoba melakukan identifikasi hal-hal yang berkaitan
dengan tehnik inkubasi/ pemeliharaan secara kultur jaringan tanaman dan
aklimatisasi tanaman!
3. Buat kesimpulan dari apa yang telah Anda amati, diskusikan dan kemudian
coba presentasikan hasil kesimpulan Anda!

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 209
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

PENILAIAN AKHIR BAB

Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar!


1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan aklimatisasi!
2. Jelaskan tujuan melakukan aklimatisasi tanaman/ planlet hasil kultur jaringan!
3. Tuliskan 4 macam keadaan planlet yang kurang menguntungkan sehingga perlu
melakukan aklimatisasi!
4. Jelaskan 4 kegiatan yang perlu diperhatikan dan dilakukan untuk menyiapkan
planlet yang siap aklimatisasi!
5. Sebutkan 5 macam persyatatanmedia yang digunakan untuk aklimatisasi !
6. Jelaskan fungsi ruang inkubasi!
7. Jelaskan syarat tumbuh planlet dalam laboratorium!
8. Jelaskan fungsi ruang inkubasi!
9. Jelaskan syarat tumbuh planlet dalam laboratorium!
10. Bila terjadi kontaminasi dan apabila kita ingin menyelamatkan kultur
tersebut, apa yang perlu dilakukan?
11. Kapan planlet dipindah dalam media perakaran?
12. Mengapa aklimatisasi perlu dilakukan?

REFLEKSI

Setelah kegiatan pembelajaran bab lima berakhir Anda tentunya sudah memahami
teknik pembuatan media kultur jaringan tanaman perkebunan. Dari materi
tersebut masih adakah materi yang Anda rasa sulit? Untuk lebih memahaminya
coba diskusikan dengan teman atau dengan guru Anda, karena konsep pada bab
ini sangat penting dan akan terkait dengan konsep dalam bab-bab selanjutnya.

PEMULIAAN DAN
210 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN
PENILAIAN AKHIR
PENILAIAN AKHIR SEMESTER SEMESTER GENAP
GENAP
A. Pilihan Berganda
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1. Hal-hal yang menyebabkan terjadinya kontaminasi pada planlet di ruang
pertumbuhan adalah ...
a. asal eksplan, ukuran eksplan, dan sterilitas eksplan
b. ukuran eksplan dan sterilitas alat diseksi
c. sterilitas eksplan dan alat diseksi yang kurang sesuai
d. kecepatan dalam melakukan inokulasi dan sterilitas ruang tanaman
e. eksplan kadaluarsa, dan kurang bersih

2. Faktor dibawah ini yang tidak berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan


penanaman/inokulasi eksplan di botol kultur adalah ...
a. Tanaman sumber eksplan dari tanaman induk yang sehat, tumbuh baik
atau normal.
b. Tanaman sumber eksplan memiliki nilai ekonomis tinggi.
c. Ukuran eksplan.
d. Umur fisiologis eksplan.
e. Banyaknya eksplan

3. Kegiatan pemeliharaan eksplan di ruang pertumbuhan meliputi ...


1) penggantian media
2) pengaturan kebutuhan intensitas cahaya
3) pengaturan rak kultur dan letak lampu
4) pengaturan kelembapan
5) pengaturan suhu
6) pengaturan letak peralatan
Jawaban yang paling tepat adalah...
a. 1,2,4,5
b. 2,3,4,5
c. 2,3,4,6
d. 3,4,5,6
e. 1,2,5,6

4. Cahaya mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan eksplan. Intensitas


cahaya yang diperlukan oleh eksplan pada tahap multiplikasi adalah ...
a. 0–1000 lux
b. 1000–10.000 lux
c. 10.000–30.000 lux
d. 30.000 lux
e. 40,000 lux

5. Plantlet hasil kultur jaringan lebih cepat kehilangan air karena ...
a. memiliki jaringan yang masih muda
b. hanya memiliki sedikit jaringan
c. memiliki kutikula yang berlubang
d. memiliki lapisan lilin dalam jumlah yang tidak normal
e. tidak memakai naungan
PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 211
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP

6. Plantlet hasil kultur jaringan harus diaklimatisasikan sebelum ditanam di


lapangan karena ...
a. plantlet belum memiliki daun sehingga belum mampu berfotosintesis
b. ukuran plantlet masih kecil dan rentan terhadap serangan penyakit
c. plantlet belum dapat beradaptasi dari lingkungan ex vitro ke lingkungan
in vitro
d. plantlet masih rentan terhadap penguapan yang tinggi dan belum mampu
berfotosintesis
e. planlet belum tumbuh akar

7. Proses adaptasi yang terjadi terhadap plantlet pada saat aklimatisasi adalah ...
a. Perbaikan fungsi akar untuk menyerap unsur hara dari media non agar,
seperti tanah.
b. Perubahan sifat plantlet yang autotropik berubah menjadi heterotropik.
c. Penyesuaian dari kelembapan tinggi ke kelembapan udara yang rendah
dengan perbaikan fungsi akar.
d. Udara panas dan air banyak
e. Peningkatan proses respirasi melalui perbaikan struktur daun menjadi
lebih lebar.
8. Inisasi merupakan proses suatu kegitan kultur jaringan. Inisiasi dapat
dilakukan melalui...
a. Batang
b. Kambium
c. Biji
d. Tunas
e. Akar

9. Multiplikasi tunas dapat diperoleh dengan beberapa cara, potensi terbesar


multiplikasi adalah melalui...
a. Ujung tunas
b. Tunas lateral
c. Tunas adventif
d. Embryogenesisi somatik
e. Akar

10. Tunas yang sudah tidak akan tumbuh pada kondisi normal karena di halangi
oleh daun atau dominasi apikal.dominasi apikal dapat di atasi dengan...
a. Pembuangan hormon
b. Perlakuan hormon
c. Perlakuan auxin
d. Perlakuan giberelin
e. Perlakuan etilen

PEMULIAAN DAN
212 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP

11. Jumlah tanaman yang di produksi dari masing-masing eksplan berbeda pada
kondisi kultur yang berbeda. Pada stroberi dari satu eksplan dalam satu tahun
akan meghasilkan tanaman ...
a. 161
b. 1610
c. 16100
d. 161000
e. 1610000

12. Untuk memperoleh eksplan dengan pertumbuhan dan perkembangan yang


optimal diperlukan kondisi lingkungan yang baik. Faktor apa saja yang
mempengaruhi pertumbuhan eksplan...
a. Air, kelembapan dan angin
b. Air, suhu, dan kelembapan
c. Cahaya, udara, dan kelembapan
d. Suhu, cahaya, dan kelembapan
e. Udara, cahaya, dan angin

13. Agar supaya kondisi lingkungan inkubasi tetap stabildiperlukan peralatan


pendukung seperti termometer maximum-minimum adalah alat untuk
mengukur suhu, sedangkan higrometer merupakan alat untuk mengukur
kelembapan, di pengaruhi oleh suhu yaitu berbanding lurus dengan suhu
yang artinya...
a. Pada suhu yang tinggi kelembapan rendah
b. Pada suhu yang rendah kelembapan rendah
c. Pada suhu yang rendah kelembapan tinggi
d. Pada cahaya yang tinggi kelembapa tinggi
e. Semua jawaban benar

14. Kelembapan relatif ruangan inkubasi merupakan faktor yang sangat


menentukan keberhasilan kultur in vitro berbagai spesies tanaman. Kondisi
kelembapan di dalam botol kultur yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
pertumbuhan tanaman yang abnormal. Kelembapan relatif di dalam ruangan
inkubasi umumnya adalah...
a. 25%-35%
b. 40%-50%
c. 50%-70%
d. 70%-90%
e. 80%-90%

15. Pengunaan kombinasi bahan sterilan cara-cara di atas merupakan penyelesaian


permasalahan kontaminasi...

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 213
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP

a. Eksternal
b. Internal
c. Instan
d. Manual
e. Mekanik

16. Penyelesaian kontaminasi yang di sebabkan oleh mikro organisme yang


berasal dari eksplan yang tumbuh dan berkembang secara bertahap dalam
berkembang secara bertahap dalam kondisi in vitro dapat mengunakan HGCL2,
antibiotik alami yaitu propolis atau antibiotik sintetik yaitu plant preservative
mixture (PPM), cefotaxime, ceftriaxone, chlorampenicol, rifampicin disebut
kontaminasi...
a. Eksternal
b. Internal
c. Instan
d. Manual
e. Mekanik

17. Pembentukan tunas atau akar adventif baik inisiasi langsung dari eksplan
maupuninisiasi dari jaringan kalus melalui...
a. Tehnik kultur batang
b. Tehnik kultur tunas
c. Tehnik kultur tanaman induk
d. Tehnik organogenesis
e. Tehnik somatik embryogenesis

18. Tanaman induk adalah tanaman pilihan yang digunakan sebagai sumber
bahan tanam/ eksplan baik itu tanaman kecil ataupun tanaman besar yang
sudah produktif yang berasal dari biji atau hasil perbanyakan...
a. Genertif
b. Vegetatif
c. Tunggal
d. Ganda
e. Individu

19. Penyemprotan fungsida dan bakterisida pada saat tunas aksiler mulai tumbuh
untuk menjaga tunas yang tumbuh terbebas dari penyakit jamur atau bakteri
dilakukan sebanyak ...
a. 1 kali seminggu
b. 2 kali seminggu
c. 3 kali seminggu
d. 4 kali seminggu
e. 5 kali seminggu

PEMULIAAN DAN
214 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP

20. Eksplan yang biasanya digunakan untuk penanaman kultur melalui


organogenesis (pembentukan organ tanaman secara langsung maupun tidak
langsung) dan embriogenesis (pembentukan embrio tanaman secara langsung
maupun tidak langsung) yaitu...
a. Biji
b. Bagian reproduksi tanaman
c. Organ
d. Protoplas
e. Batang

21. Peralatan diperlukan dalam kegiatan inokulasi eksplan diantaranya adalah


alat diseksi yaitu...
a. Pinset, skalpel, mata pisau
b. Gunting, laminar air flaw, alkohol 70 %
c. Tissue steril, kertas steril, alkohol 95%
d. Petridish, lampu bunsen, mangkuk stainless
e. Alkohol 70%, alkohol 90%, tissue steril

22. Bahan yang digunakan dalam inokulasi eksplan yaitu...


a. Pinset, skalpel, mata pisau
b. Gunting, laminar air flaw, alkohol 70 %
c. Tissue steril, kertas steril, alkohol 95%
d. Petridish, lampu bunsen, mangkuk stainless
e. Alkohol 70%, alkohol 90%, tissue steril

23. Alat-alat diseksi, peralatan glasware, kertas buram, dan tissue sebelum
digunakan untuk kegiatan inokulasi eksplan perlu dilakukan sterilisasi
terlebih dahulu dengan...
a. Mengunakan alkohol 70%
b. Mengunakan perlakuan udara panas(121”C)di oven
c. Mengunakan perlakuan udara panas (159”C) di autoklaf
d. Menyalakan lampu ultra violet(UV)
e. Mengunakan formalin 5%

24. Kelemahan dari sterilisasi secara basah pada alat-alat diseksi seringkali
menimbulkan...
a. Bau tak sedap
b. Perubahaan warna
c. Munculnya jamur
d. Menimbulkan jarat
e. Membuat alat menjadi tajam

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 215
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP

25. Perhatikan pernyataan di bawah ini:


1) Memiliki sifat unggul dalam produktifitas dan ketahanan terhadap
serabgab organisme pengganggu tanaman
2) Nama varietasnya tanaman induk dan asal usulnya(nama pemilik,tempat
asal), harus jelas, sehingga memudahkan pelacakannya
3) Tanaman induk memiliki nilai ekonomis agar biaya investasi alat dan
biaya produksi bibit secara kulturjaringan yang cukup tinggi dapat cepat
tercapai
4) Ditanam ditempat yang terpisah dari tanaman lain yang dapat menjadi
sumber penularan penyakit atau penyerbukan silang. Terutama untuk
tanaman induk yang dapat diperbanyak secara generatif
5) Digunakan dalam hairy root culture yaitu kultur dari eksplan akar untuk
memproduksi bahan metabolit sekunder dari akar tanaman.
Tanaman induk yang digunakan sebagai sumber bahan tanam/ eksplan untuk
produksi bibit secara kultur jaringan harus memenuhi persyaratan di atas
yaitu pada nomor...
A. 1),2)3),dan 4)
B. 2),3),4) dan 5)
C. 1), 2), 3) dan 5)
D. 1), 3), 4) dan 5)
E. 1),2),4) dan 5)

26. Zat pengatur tumbuh sitokinin sangat berperan pada tahap induksi tunas
dengan sitokinin adalah...
a. Kinetin
b. Zpt
c. BA
d. Auksin
e. NAA

27. Media yang paling baik untuk induksi tunasin vitro pisang adalah ...
a. Media Ms padat dengan ZPT di tambah media MS cair mengandung BAP
atau kinetin
b. Media MS padat tampa tanpa ZPT ditambah media MS cair mengandung
BAP atau kinetin
c. Media MS padat tampa ZPT padat tanpa ZPT di tambah media MS cair
mengandung NAA
d. Media padat tampa NAA ditambah media MS cair mengandung ZPT
e. Media MS padat tanpa NAA di tambah media MS cair mengandung BAP
atau kinetik

PEMULIAAN DAN
216 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP

28. Jenis sitokinin yang sering di pakai adalah...


a. TDZ
b. GA3 (gibberalic acid)
c. Zeatin
d. Feniturea
e. BA (benzil Adenin)

29. Auksin sintentis yang sering digunakan adalah...


a. IBA
b. IAA (indole Acetic Acid)
c. NAA (Napyhelene Acetic Acid)
d. BA (Benzil Adenin)

30. Morfogenesis eksplan pada kultur jaringan tanaman selalu tergantung dari
interaksi auksin dan sitokinin. Hal tersebut berdasarkan prinsip keseimbangan
auksin dan sitokinin dari...
a. Le Chatelier(1884)
b. Haberlandt (1902)
c. Robbins (1922)
d. Skoog dan Miller(1957)
e. Horch(1986)

31. Suhu yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan kultur yang optimum
berkisaran antara...
a. 22-25⁰ C
b. 18-21*C
c. 15-18*C
d. 25-27*C
e. 27-30*C

32. Cahaya di ruangan inkubasi bersumber dari lampu TL 36-40 watt yang di
pasang pada rak kultur jaringan. Intesitas cahaya dapat di ukur dengan
mengunakan lux meter. Lama pencahayaan perlu diatur sesuai kebutuhan
eksplan dan jenis tanaman mengunakan timer. Pengecekan timer dilakukan
dengan cara melihat apakah pengaturannya sudah sesuai dengan kebutuhan.
Lama pencahayaan umumnya adalah...
a. 10-12 jam
b. 12-14 jam
c. 14-16 jam
d. 16-18 jam
e. 18-20 jam

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 217
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP

33. Rak kultur merupakan tempat untuk menyimpan kultur in vitro tanaman yang
sedang diperbanyakan atau diproduksi berupa rak terbuka. Rak-rak tersebut
dapat diberi nomor berdasarkan kodefikasi yang berlaku di tiap tempat. fungsi
dari kodefikasi tersebut adalah ...
a. Memudahkan pengorganisasian data-data yang di kumpulkan
b. Memudahkan untuk memonitor lokasi penempatan inokulum
c. Memudahkan dalam perhitungan jumlah tanaman kultur
d. Memudahkan dalam penataan kultur jaringan sesuai kelompok dan
komoditas
e. Memudahkan monitoring

34. Desain rak kultur jaringan dibuat kokoh agar dapat menampung tanaman
kultur, sehingga bahan yang digunakan untuk membuat rak tersebut sebaiknya
terbuat dari...
a. Bambu
b. Besi
c. Kayu
d. Plastik
e. Pipa

35. Penataan botol-botol kultur agar tidak terjadi kekeliruan pada tahapan
selanjutnya perlu diatur dan akan memudahkan dalam memonitor lokasi
penempatan inokulum di rak kultur sesuai kelompok komoditasnya dan fase
pertumbuhan kultur, maka penataan botol sebaiknya berdasarkan...
a. Besar kecilnya tanaman
b. Bentuk botol
c. Jenis tanaman
d. Pananggalan
e. Warna

B. Uraian
Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar!
1. Jelaskan cara-cara pengunaan kombinasi bahan sterilan dalam penyelesaian
permasalahan kontaminasi eksternal!
2. Jelaskan berapa jumlah bibit yang diproduksi tiap tahun pada laboratorium
yang mempunyai ukuran luas 250 m2!
3. Jelaskan kriteria media kultur yang baik!
4. Jelaskan tujuan inkubasi selama 3-4 hari media kultur yang telah dibuat
sebelum digunakan!
5. Jelaskan sikap yang harus diterap Berapa kali lipat konsentrasi larutan stok
hara makro dibuat dari konsentrasi mediakan pada saat membuat media
kultur jaringan agar keberhasilannya tinggi!

PEMULIAAN DAN
218 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2018. Perbanyakan Tanaman Secara Kultur Jaringan. Materi Pelatihan


Berbasis Kompetensi Berbasis Skkni Level Iv Direktorat Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan. Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan.

Ari Tentrem Handayanin dan AirinNurmarita. 2016. Kultur Jaringan Tanaman. Pusat
Pendidikan Pertanian. Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian.
Kementerian Pertanian.

Erina Sulistiani dan Samsul Ahmad Yani. 2012. Produksi Bibit Tanaman dengan
Menggunakan Teknik Kultur Jaringan. SEAMEO BIOTROP. Southearst
Asian Regional Centre for Trofical Biology. Bogor, Indonesia.

Heru Sugito. 2017. Desain Laboratorium Kultur Jaringan Dan Pengujian Mutu Benih
Tanaman. Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga
Kependidikan Pertanian. Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan.

http://agroekoteknologiminatagronomi.blogspot.co.id/2013/12/laporan-kultur-
jaringan-membuat-larutan.html. Diunduh tanggal 7 Desember 2019 pukul
05.51 WIB

http://cepclab.org.in/?p=358. Diunduh tanggal 13 Desember 2019 pukul 10.53 WIB

https://citraheldaanggia.blogspot.com/2016/10/laporan-praktikum-kultur-
jaringan_22.html. Diunduh tanggal 7 Desember 2019 pukul 05.51 WIB

https://chemistry6623.blogspot.com/2012/07/pengertian-laboratorium.html.
Diunduh tanggal 30 Nopember 2019 pukul 05.53 WIB

http://detiktani.blogspot.com/2013/06/penataan-ruang-laboratorium-kultur.html
Diunduh tanggal 25 Oktober 2019 pukul 20.30 WIB

http://digilib.unimed.ac.id/1640/3/Bab%20II.pdf. Diunduh tanggal 30 Nopember


2019 pukul 05.53 WIB

https://e-klipingartikel.blogspot.com/2013/08/7-tokoh-ilmuan-biologi-paling-
terkenal.html. Diunduh tanggal 25 Oktober 2019 pukul 20.00 WIB

https://images.app.goo.gl/C1tQqiTCzUyPQ4eY7. Diunduh tanggal 13 Desember


2019 pukul 10.53 WIB.

https://images.app.goo.gl/cyAzNKNFznnycLTy9. Diunduh tanggal 22 Desember 2019


pukul 14.28 WIB

https://images.app.goo.gl/dzx9QpKeaUpWgfm17. Diunduh tanggal 29 Nopember


2019 pukul 11.03 WIB

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 219
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

DAFTAR PUSTAKA

https://images.app.goo.gl/D6iDS5DZ1UMV3GvX6. Diunduh tanggal 13 Desember


2019 pukul 10.53 WIB

https://images.app.goo.gl/EAz2Mz35ZhxnGrh1A. Diunduh tanggal 22 Desember


2019 pukul 14.28 WIB

https://images.app.goo.gl/eoafG91wza1DC4Gy7. Diunduh tanggal 22 Desember


2019 pukul 14.28 WIB

https://images.app.goo.gl/8eEr3qtABVhobE269. Diunduh tanggal 13 Desember 2019


pukul 10.53 WIB

https://images.app.goo.gl/faeeHyrvBqdiAUrm7. Diunduh tanggal 22 Desember 2019


pukul 14.28 WIB

https://images.app.goo.gl/JRXxt7x6YPWXRh257. Diunduh tanggal 29 Nopember


2019 pukul 11.03 WIB

https://images.app.goo.gl/MzAfJJuSZ9Wpquvy6. Diunduh tanggal 29 Nopember


2019 pukul 11.03 WIB

https://images.app.goo.gl/nKCauWJKXs1x2aom6. Diunduh tanggal 29 Nopember


2019 pukul 11.03 WIB

https://images.app.goo.gl/npDkCdgYKtzsKoY66. Diunduh tanggal 13 Desember 2019


pukul 10.53 WIB

https://images.app.goo.gl/nwuggA2KhqUbMJZf7. Diunduh tanggal 29 Nopember


2019 pukul 11.03 WIB

https://images.app.goo.gl/rfN4JVtoVu6yRAECA. Diunduh tanggal 29 Nopember 2019


pukul 11.03 WIB

https://images.app.goo.gl/R5rSACGhsGMhYAbc8. Diunduh tanggal 22 Desember


2019 pukul 14.28 WIB

https://images.app.goo.gl/tHEuDcPbQnoNUKJs5. Diunduh tanggal 13 Desember


2019 pukul 10.53 WIB

https://images.app.goo.gl/ThNUWEtDc4Y92d4e9. Diunduh tanggal 22 Desember


2019 pukul 14.28 WIB

https://images.app.goo.gl/ugCJCJ9CavtUg7Me8. Diunduh tanggal 22 Desember 2019


pukul 14.28 WIB

PEMULIAAN DAN
220 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

DAFTAR PUSTAKA

https://images.app.goo.gl/UUz3yYM14oCrLh6p9. Diunduh tanggal 29 Nopember


2019 pukul 11.03 WIB

https://images.app.goo.gl/UWWuEAq7jZgUVXbE7. Diunduh tanggal 13 Desember


2019 pukul 10.53 WIB

https://images.app.goo.gl/VU7Jvv2Es4Wokwgs8. Diunduh tanggal 29 Nopember


2019 pukul 11.03 WIB

https://images.app.goo.gl/zNHfR97BvBek5hvB9. Diunduh tanggal 22 Desember


2019 pukul 14.28 WIB

https://jokotrisoesanto.wordpress.com/2011/05/21/kultur-jaringan. Diunduh
tanggal 22 Desember 2019 pukul 14.28 WIB

https://karya-tani-unhas.blogspot.com/2013/12/larutan-stok.html. Diunduh tanggal


7 Desember 2019 pukul 12.01 WIB

http://kebun-bambu.blogspot.com/2013/01/bioteknologi-pembibitan-bambu-
dengan.html. Diunduh tanggal 30 Nopember 2019 pukul 05.53 WIB

https://kultur-jaringan.blogspot.com/2009/08/media-kultur-jaringan.html. Diunduh
tanggal 9 Desember 2019 pukul 21.20 WIB

https://luqmanmaniabgt.blogspot.com/2012/10/kultur-jaringan-kelapa-sawit.html.
Diunduh tanggal 30 Nopember 2019 pukul 05.53 WIB

https://maistrofisika.blogspot.com/2011/11/praktikum-cara-membuat-medium-ms.
html. Diunduh tanggal 9 Desember 2019 pukul 21.20 WIB

http://puslitsukosariptpn11.com/kegiatan-lab-kultur-jaringan-tanaman-tebu.html.
Diunduh tanggal 30 Nopember 2019 pukul 05.53 WIB

http://sikembangbenih.afsarsolusindo.co.id/android/fileUpload/1528172003_
tekno4.jpg. Diunduh tanggal 13 Desember 2019 pukul 10.53 WIB

https://tanamaninvitro.blogspot.com/2012/05/metode-sterilisasi-eksplan tanaman.
html. Diunduh tanggal 6 Desember 2019 pukul 05.48 WIB

https://tlbio027.blogspot.com/2015/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html. Diunduh
tanggal 2 Desember 2019 pukul 01.04 WIB

https://tissuecultureandorchidologi.blogspot.com/2012/02/autoclave-alat-untuk-
sterilisasi-alat.html. Diunduh tanggal 5 Desember 2019 pukul 07.22 WIB

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 221
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

DAFTAR PUSTAKA

https://warasfarm.wordpress.com/2016/10/12/kelebihan-bibit-kurma-kultur-
jaringan/. Diunduh tanggal 30 Nopember 2019 pukul 05.53 WIB

https://waterpluspure.wordpress.com/2010/11/16/penggunaan-tawas-dan-kaporit-
apa-perbedaannya/. Diunduh tanggal 6 Desember 2019 pukul 02.29 WIB

http://www.alatlabor.com/article/detail/63/drying-oven-oven-laboratorium. Diunduh
tanggal 5 Desember 2019 pukul 07.22 WIB

Kertawidjaya, I, 1994, Model Pengelolaan laboratorium Pendidikan Kimia


Lembaga Kependidikan, FPMIPA IKIP Bandung

Netty Widyastuti dan Jessica Deviyanti. 2018. Kultur Jaringan-Teori dan Praktik
Perbanyakan Tanaman Secara In-vitro. ANDI Yogyakarta. Yogyakarta

Prima Agung Prihandono. 2017. Kultur Jaringan Tanaman Perkebunan. Pusat


Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan
Pertanian. Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan.

Susilowati EW, 2017. Modul Keahlian Ganda “Pembiakan Tanaman Secara Kultur
Jaringan. Kelompok Kompetensi G Sekolah Menengah Kejuruan (SMK),
Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan.

PEMULIAAN DAN
222 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

GLOSARIUM

ABA (Abscisic Acid) : Hormon tanaman yang berperan penting pada


dominasu dan sense
Adventif : Sifat yang menunjukan perkembangan struktur
dari posisi yang tidak normal, misalnya pucuk yang
keluar dari akar atau daun dari kalus
Agar : Produk yang terbuat dari alga yang digunakan
untuk memdatkan medium kultur jaringan
Aklimatisasi : Kegiatan pengadaptasian/ memindahkan eksplan
keluar dari ruangan aseptik kelapangan
Aksilar : Berkembang dari ketiak daun, misalnya tunas
aksilar
Alkohol : Etil alkohol (C2 H5OH)2 disebut pula etanol
Aseptik : Bebas dari segala bentuk mikroorganisme jamur,
bakteri, ragi, virus, mikoplasma, dan sebagainya
Auksin : Hormon yang menyebabkan tanaman dengan agen
sterilisasi
Diferensiasi : Istilah yang digunakan untuk menggambarkan
pembentukan berbagai tipe sel, akar, pucuk,
embrio, ataupun organ lain yang berbeda didalam
kultur kalus atau kultur sel
Disinfectant : Senyawa kimia yang dapat membunuh
mikroorganisme
Disinfestasi : Memusnahkan mikroorganisme
Dominasi pucuk : Fenomena tertekannya pertumbuhan tunas aksilar
(tunas samping) oleh adanya tunas terminal (ujung)
pada suatu cabang pada suatu cabang
EDTA Ethylene : Suatu senyawa pelekat yang mengikat besi, namun
besi Diamine Tetra Acetic
Eksplan : Bagian tanaman yang dipergunakan sebagai
bahan awal untuk perbanyakan tanaman. Atau
sel, jaringan atau organ yang diisolasi dari kondisi
alamiahnya dan dipelihara pada medium buatan
steril
Erlenmeyer : Suatu wadah kultur berbentuk kerucut dengan
bagian bawahanya datar
Fenotip : Karakteristik suatu organism yang tampak karena
interaksi antar genotip dengan lingkungannya
Hormon : Molekul-molekul yang kegiatannya mengatur
reaksi-reaksi metabolik penting yang mampu
mendorong ataupun yang menghambat
pertumbuhan dan dihasilkan secara alami (alamiah)
baik itu dari tumbuhan ataupun dari hewan.

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 223
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

GLOSARIUM

Inisiasi : Tahap pengambilan eksplan dari tanaman induk


yang akan diperbanyak secara kultur jaringan.
Inokulasi : Meletakan inokulum di dalam atau pada medium
bernutrisi
In-vitro culture : Pemeliharaan sel, atau jaringan, organ atau embrio
didalam tabung (kultur in-vitro) plastik atau gelas
tembus pandang dengan lingkungan/ medium
buatan steril
In Vivo : Secara harfiah di dalam kehidupan. Diterapkan pada
setiap proses yang terjadi di dalam organism utuh.
Tanaman utuh yang tumbuh baik di rumah kaca atau
lapangan
Jaringan embrional : Jaringan yang sel-selnya mampu membelah diri
secara terus menerus. Contoh jaringan embrional
adalah mersitem.

PEMULIAAN DAN
224 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

BIODATA PENULIS
BIODATA PENULIS

BIODATA PENULIS 1

Nama Lengkap : Laela Yuliawati, S.P., M.P.
Telepon /HP/WA : 085221499689
Email : laelayuliawati.ly30@gmail.com
Akun Facebook : Laela Yuliawati
Alamat Kantor : SMKN 3 Baleendah
Jl. Adipati Agung No 34, Baleendah
Kab. Bandung Jawa Barat
Kompetensi Keahlian : Pemuliaan dan Perbenihan Tanaman

Riwayat Pekerjaan/Profesi (10 Tahun Terakhir)


1. Guru SMKN 3 Baleendah (Tahun 2005 s.d sekarang)

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar


1. S1 Budidaya Pertanian, STIPER Bale Bandung (Lulus Tahun 1994)
2. Akta IV, Universitas Terbuka (Lulus Tahun 2002)
3. S2 Magister Agroteknologi, Universitas Winaya Mukti ( Lulus Tahun 2014)

Informasi Lain dari Penulis


Tinggal di Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat. Lahir di
Bandung tanggal 12 Maret 1968. Sekolah Dasar dan Menengah dilalui di Kabupaten
Garut yaitu di SD Negeri Bagendit lulus tahun 1980, SMP Negeri Banyuresmi lulus
tahun 1983 dan SMA Negeri 1 Garut lulus tahun 1986. Menyelesaikan Pendidikan Tinggi
S1 Budidaya Pertanian di STIPER Bale Bandung lulus tahun 1994, Akta IV Budidaya
Pertanian di Fakultas Keguruan Universitas Terbuka lulus tahun 2002 dan S2 Magister
Agroteknologi dengan Konsentrasi Ekofisiologi Tanaman di Universitas Winaya Mukti
lulus tahun 2014. Pernah bekerja sebagai tenaga SPKMK Provinsi Jawa Barat dari tahun
1993-1997. Pengalaman mengajar dimulai dengan menjadi Guru Honorer Matematika
di SMPM 2 Ciparay, MTs YPI Al- Islam Ciparay, dan SMAM 3 Ciparay. Sejak tahun 2005
sampai dengan sekarang tercatat sebagai Guru Produktif Agribisnis Tanaman di SMK
Negeri 3 Baleendah.

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 225
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

BIODATA PENULIS

BIODATA PENULIS 2

Nama Lengkap : Elah Herliah, S.Pd


Telepon/hp/wa : 085723880002
E_Mail : elah.herliah@gmail.com
Akun Facebook :
Alamat Kantor : Jl. Adipati Agung No. 34 Baleendah
Kabupaten Bandung , Jawa Barat
Kompetensi keahlian : Pemuliaan dan Perbenihan Tanaman

Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri Lengkong, bojongsoang Bandung (Lulus Tahun 1986)
2. SMP Negeri 18 Bandung (Lulus Tahun 1989)
3. SPP-SPMA/SMK Negeri 03 Baleendah (Lulus 1992)
4. Universitas Winaya Mukti Diploma Pertanian (Lulus Tahun 1997)
5. Universitas Terbuka Sarjana Pendidikan Biologi (Lulus Tahun 2013)

PEMULIAAN DAN
226 PERBENIHAN TANAMAN
AGRIBISNIS
PEMBIBITAN DAN
KULTUR JARINGAN

BIODATA PENULIS

BIODATA PENULIS 3

Nama Lengkap : Dra. Etti Mulyati, M.M.Pd.


Telepon/hp/wa : 08122381619
E_Mail : mulyatietti@gmail.com
Akun Facebook :
Alamat Kantor : Jl. Adipati Agung No. 34 Baleendah
Kabupaten Bandung , Jawa Barat
Kompetensi keahlian : Pemuliaan dan Perbenihan Tanaman

Riwayat Pekerjaan/profesi (10 tahun Terakhir)


1. Guru bahasa Indonesia SMKN2 Baleendah Kab Bandung (1988-2014)
2. Kepala SMKN 1 Majalaya (2014-2017)
3. Kepala SMKN 3 Baleendah (2017 sampai dengan sekarang0

Riwayat pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar


1. S1 bahasa dan sastara Indonesia IKIP Bandung (1987)
2. S2 managemen pendidikan UNINUS Bandung (2007)

PEMULIAAN DAN
PERBENIHAN TANAMAN 227

Anda mungkin juga menyukai