Oleh :
Umi Mardliyah 1810310071
a. Latar Belakang
Pembelajaran adalah suatu proses untuk menjadikan seseorang mengetahui suatu
informasi melalui pengalaman. Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang
didasarkan dari sebuah tema yang digunakan untuk mengaitkan beberapa konsep mata
pelajaran sehingga anak akan lebih mudah memahami sebuah konsep. Misalnya tema
“Ekosistem” dapat ditinjau dari mata pelajaran Bahasa Indonesia, IPS, IPA, dan
kewarganegaraan. Lebih luas lagi, tema tersebut dapat ditinjau dari mata pelajaran lain,
misalnya seni budaya dan matematika.1
Berhasil atau tidaknya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor diantaranya
adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara
langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta ketrampilan
siswa. Dalam kegiatan belajar mengajar guru harus memiliki strategi agar anak didik
dapat belajar secara efektif, efisien, dan sampai pada tujuan yang diharapkan. Salah satu
langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau
biasanya disebut metode mengajar.2
Pada kenyataannya, kegiatan pembelajaran yang dilakukan selama ini masih berpusat
pada guru atau teacher centered. Hal ini mengakibatkan siswa cenderung pasif dan kurang
tertarik dalam mengikuti pembelajaran. Salah satu cara agar dapat membuat siswa lebih
aktif yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran
kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk
mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa, terutama untuk
mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak
dapat bekerjasama dengan orang lain.3
Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
tematik adalah model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT). Model
pembelajaran TGT ini sangat cocok untuk diterapkan pada siswa SD karena pada usia
1
Candra Diah Agustianasari, “Peningkatan Kualitas Pembelajaran Ips Melalui Model Discovery
Learning Berbantuan Media Audiovisual Pada Siswa Kelas VB SDN Ngaliyan 01 Semarang,” (Semarang:
Universitas Negeri Semarang, 2015), 40.
2
Ratieh Widhiastuti dan Fachrurrozie, “Teams Games Tournament (TGT) Sebagai Metode Untuk
Meningkatkan Keaktifan dan Kemampuan Belajar,” Jurnal Pendidikan Ekonomi Dinamika Pendidikan 9, no. 1
(2014): 39.
3
Ratieh Widhiastuti dan Fachrurrozie, Teams Games Tournament (TGT) Sebagai Metode Untuk
Meningkatkan Keaktifan dan Kemampuan Belajar,” Jurnal Pendidikan Ekonomi Dinamika Pendidikan 9, no. 1
(2014): 42.
tersebut anak lebih tertarik pada permainan. Penerapan model Pembelajaran kooperatif
tipe TGT mempunyai pengaruh besar terhadap keaktifan siswa, karena dalam
pelaksanaannya dibutuhkan kerja sama dalam suatu kelompok, sehingga akan lebih
memudahkan dalam memecahkan masalah dan diharapkan keaktifan dan hasil belajar
siswa akan meningkat.4
b. Fakta di Lapangan
Berdasarkan pengamatan dan informasi yang diperoleh, kenyataan di lapangan masih
terdapat guru-guru yang mengajar dengan menggunakan model pembelajaran seadanya
atau masih menggunakan model pembelajaran konvensional tanpa memerhatikan konsep
belajar dalam penyusunan perangkat pembelajaran. Padahal penting bagi seorang guru
menganalisis konsep belajar dan merencanakan pembelajaran sesuai dengan kurikulum
yang berlaku sehingga memungkinkan guru dan siswa melakukan proses pembelajaran
yang terarah dan terencana sesuai yang diinginkan.
Selain itu, siswa cenderung bosan dan belum aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Ketika guru menjelaskan materi pelajaran, siswa hanya mendengarkan saja tanpa adanya
rasa ingin tau lebih lanjut dengan mengajukan pertanyaan. Siswa yang berkemampuan
akademis rendah cenderung pasif selama kegiatan pembelajaran. Masalah tersebut
disebakan karena model pembelajaran yang digunakan selama ini belum sesuai dengan
karakter anak di Sekolah Dasar. Pada usia tersebut anak lebih senang bermain, melakukan
sesuatu secara langsung serta senang berkelompok.
Dalam proses pembelajaran kooperatif, diharapkan siswa saling mengungkapkan
pendapat antar anggota kelompok agar materi dikuasai oleh siswa hingga siswa benar-
benar memahami materi yang dipelajari. Salah satu pembelajaran kooperatif yang dapat
diterapkan dalam pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament (TGT).
4
Qurrota Ayun dan Esti Harini, “Penerapan Metode Pembelajaan Teams Games Tousrnament Untuk
Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika Siswa,” Prosiding Seminar Nasional Etnomatnesia 1,
no. 3 (2017): 1021.
HASIL OBSERVASI
a. Implementasi
Pembelajaran kooperatif merupakan rangkaian proses pembelajaran yang dilakukan
oleh siswa secara berkelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dimana sejumlah siswa sebagai
anggota kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda-berbeda. Dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling bekerjasama
dan saling membantu untuk memahami materi yang dipelajari, belajar dikatakan belum
selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran tersebut.5
Dalam model pembelajaran kooperatif, berbagai metode dapat diterapkan di dalam
kelas, salah satunya adalah model Team Game Tournament (TGT), dimana model Team
Game Tournament (TGT) merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif yang
mengandung unsur-unsur permainan dan melibatkan semua siswa. Permainan yang
dimainkan harus menyertakan elemen tematik, seperti permainan kuis yang formatnya
terkait dengan materi dan metode ini.6
Berdasarkan pelaksanaan tindakan pada siklus I dan siklus II, penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat dijabarkan sebagai berikut.
a. Penyajian Kelas
Pada siklus I beberapa siswa sudah berusaha untuk menjawab pertanyaan dan
mengemukakan pendapatnya ketika guru melaksanakan tanya jawab dan diskusi
kelas. Namun ada juga siswa yang masih belum memperhatikan guru, siswa masih
asyik melakukan kegiatan lain seperti bermain alat tulis.Kemudian siswa yang
memiliki kemampuan akademis rendah tidak terlibat dalam pemebelajaran seperti
mengemukakan pendapat dan perndapat. Hal ini dikarenakan siswa merasa malu dan
tidak terbiasa untuk mengemukakan pendapat maupun bertanya.
Sehingga pada siklus II, guru langsung menunjuk siswa tersebut agar mencoba
untuk mengemukakan pendapat, menjawab, dan bertanya dengan tujuan agar siswa
yang malu untuk mengemukakan pendapatnya dan mengajukan pertanyaan memiliki
5
Yolanda Dian Nur Megawati, “Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization
(TAI) Dalam Meningkatkan Keaktifan Siswa dan Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1
Banjarnegara Tahun Ajaran 2011/2012,” Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia 3, no. 1 (2012): 167.
6
Ratieh Widhiastuti dan Fachrurrozie, “Teams Games Tournament (TGT) Sebagai Metode Untuk
Meningkatkan Keaktifan dan Kemampuan Belajar,” Jurnal Pendidikan Ekonomi Dinamika Pendidikan 9, no. 1
(2014): 48.
kesempatan yang sama dengan siswa yang sudah terbiasa mengemukakan pendapat
dan mengajukan pertanyaan.
b. Belajar dalam Tim
Pada siklus I belum semua siswa terlihat bekerja sama dalam tim. Hal ini
dikarenakan siswa yang mempunyai akademis tinggi mendominasi saat pengerjaan
tugas sehingga siswa yang mempunyai akademis rendah dan siswa yang pemalu
hanya diam saja tidak terlibat mengerjakan. Pada siklus II terjadi perubahan, setiap
tim menjadi lebih kerjasama dan siswa yang di kategori akademis tinggi tidak
mendominasi lagi. Mereka menjadi saling berbagi tugas, dan membantu teman satu
timnya ketika merasa kesulitan dalam mengerjakan tugas.
c. Games
Pada siklus I, beberpa siswa tampak kurang antusias dalam mengikuti
permainan hal ini disebabkan karena games hanya terpaku pada lembar games seperti
mengerjakan soal. Pada siklus II, guru mengemas permainan dengan lebih menarik
dan menantang bagi siswa tetapi tetap sesuai dengan karakteristik siswa hal ini yang
menyebabkan antusias dan semangat siswa untuk menerapkan apa yang telah
diperolehnya meningkat.
d. Turnamen
Kegiatan turnamen pada saat siklus I tidak cukup kondusif dan beberapa siswa
masih belum memahami prosedur turnamen. Hal ini dikarenakan guru memberitahu
peraturan dan prosedur turnamen yang hanya diucapkan secara lisan. Sehingga pada
siklus II, guru memperlihatkan peraturan dan prosedur turnamen menggunakan
contoh dari teman sebaya nya agar siswa lebih mengingatnya dengan demikian pada
turnamen di siklus II siswa lebih kondusif. Selain itu siswa yang di kategori akademis
rendah jawaban yang diberikan masih belum sesuai yang diharapkan. Hal ini
disebabkan siswa yang tingkat akademis nya masih rendah masih belum memahami
secara menyeluruh mengenai materi.
e. Rekognisi Tim
Pada langkah ini, guru memberikan penghargaan (reward) bagi siswa yang
mencapai skor berdasarkan kriteria tertentu. Selain memberikan penghargaan pada
tim yang juara di siklus I guru juga memberikan motivasi kepada seluruh siswa bahwa
kerjasama disaat belajar dalam tim sangat penting, saling berbagi kepada teman yang
belum memahami materi. Diharapkan dengan pemberian motivasi ini indikator
keaktifan siswa akan lebih baik kedepannya. Pada siklus II ada tambahan
perngharagaan bagi tim yang lain yang tidak mendapat juara, berupa pemberian
predikat kepada tim dengan memberikan piagam penghargaan dan makanan ringan
membuat siswa menjadi lebih menghargai teman satu timnya.
a. Kesimpulan
Melalui penggunaaan model pembelajaram kooperatif tipe TGT, dapat disimpulkan
bahwa keaktifan siswa kelas V MI Nurul Ulum dapat dikatakan meningkat. Hal ini
dibuktikan dengan peningkatan pada setiap indikator penelitian keaktifan siswa baik pada
siklus I dan II. Keberhasilan penelitian ini juga dapat dilihat dari pencapain akhir kriteria
keaktifan siswa yaitu pada siklus II. Pada siklus ini mayoritas siswa mendapat predikat
kriteria sangat aktif. Hanya sebagian kecil siswa yang mendapat predikat kriteria aktif
ataupun predikat cukup aktif pada siklus ini. Maka dari itu, hal ini menunjukan bahwa
keaktifan siswa di kelas V MI Nurul Ulum ini dapat ditingkatkan dengan pembelajaraan
dengan menggunakan penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT).
b. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka terdapat beberapa saran yang diberikan yaitu
guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament
(TGT) untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa. Selain itu, sebaiknya guru dapat
menciptakan suasana pembelajaran yang menarik, agar peserta didik aktif dalam kegiatan
pembelajaran serta tidak mudah bosan.
DAFTAR PUSTAKA
Qurrota Ayun dan Esti Harini, “Penerapan Metode Pembelajaan Teams Games Tousrnament
Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika Siswa,” Prosiding
Seminar Nasional Etnomatnesia 1, no. 3 (2017).
Ratieh Widhiastuti dan Fachrurrozie, “Teams Games Tournament (TGT) Sebagai Metode
Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Kemampuan Belajar,” Jurnal Pendidikan
Ekonomi Dinamika Pendidikan 9, no. 1 (2014).
Tri Astutik dan M. Husni Abdullah, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams
Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Sekolah
Dasar,” JPGSD 1, no. 3 (2013).
Yolanda Dian Nur Megawati, “Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted
Individualization (TAI) Dalam Meningkatkan Keaktifan Siswa dan Hasil Belajar
Akuntansi Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Banjarnegara Tahun Ajaran
2011/2012,” Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia 3, no. 1 (2012).