Anda di halaman 1dari 11

METODE TGT

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Implementasi
Pembelajaran Tematik Di SD/MI (Strategi Pembelajaran)

Dosen Pengampu:

1. Dr. H. Fahrur Razi, M.Pd

2. Roikhatul Janah, S.Pd.I., M.Pd.

Disusun Oleh :

Kelompok 2

1. Asih ( 12010049 )
2. Iin Suriani ( 12010002 )
3. Mira Rizkika Putri ( 12010092 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

TAHUN 2022
METODE TGT DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK

A. Latar Belakang Makalah

Pembelajaran tematik adalah bentuk model pembelajaran terpadu yang


menggabungkan suatu konsep dalam beberapa materi, pelajaran atau bidang studi menjadi
satu tema atau topik pembahasan tertentu sehingga terjadi integrasi antara pengetahuan,
keterampilan dan nilai yang memungkinkan siswa aktif menemukan konsep serta prinsip
keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik. Pembelajaran tematik merupakan
pembelajaran terpadu yang menekankan keterlibatan siswa dalam pembelajaran.
Pembelajaran ini melibatkan beberapa kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator dari
suatu mata pelajaran, atau bahkan beberapa mata pelajaran. Melalui pembelajaran tematik,
siswa diharapkan dapat belajar dan bermain dengan kreativitas yang tinggi. Sebab, dalam
pembelajaran tematik, belajar tidak semata-mata mendorong siswa untuk mengetahui
(learning to know), tetapi belajar juga untuk melakukan (learning to do), untuk menjadi
(learning to be), dan untuk hidup bersama (learning to live together). Menurut Majid
(2014), pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggabungkan suatu konsep
dalam beberapa bidang studi yang berbeda dengan harapan siswa akan belajar lebih baik
dan bermakna.

Keberhasilan proses pembelajarqn ditentukan oleh banyak factor diantaranya


adalah guru. Siswa. Sarana dan prasarana serta lingkungan. Model pembelajaran tematik
merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa dan memberikan peluang untuk
menggunakan berbagai strategi dan metode pembelajaran agar siswa memperoleh
pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna
dan mampu mengembangkan berbagai potensi dan keterampilan dalam diri siswa
termasuk keterampilan untuk berpikir kritis. Model pembelajaran yang dikembangkan
dalam penelitian ini adalah model pembelajaran tematik yang dimodifikasi dengan strategi
dan metode yang ditujukan untuk menumbuhkan keterampilan berpikir kritis bagi siswa
Sekolah Dasar. Model pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang
menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk
memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam
pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui
pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah
dipahaminya. Fokus perhatian dalam pembelajaran tematik terletak pada proses yang

1
ditempuh siswa saat berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk
keterampilan yang harus dikembangkannya Mengingat pentingnya relevansi suatu metode
dalam kegiatan belajar mengajar, dan demi menjaga keberlangsungan interaksi antara
pengajar dan peserta didik, dalam makalah ini penulis mencoba untuk menguraikan
metode tematik dalam mengajar agar bisa diaplikasikan dalam praktek sesuai dengan
konteks, sehingga setidaknya bisa mengetahui metode tematik dalam pembelajaran, dapat
menentukan tema belajar yang signifikan untuk metode tematik yang berorientasi pada
karakteristik peserta didik, agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara
interaktif dan optimal.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah ini sebagai
berikut:
1. Bagaimana Konsep Teori Metode TGT Pada Pembelajaran Tematik ?
2. Apa Saja Kelebihan dan Kekurangan Metode TGT ?
3. Apa Saja Langkah – Langkah Metode TGT ?
4. Bagaimana Rencana Pembelajaran Menggunakan Metode TGT ?
5. Bagaimana Implementasi Metode TGT ?
C. Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk Memahami Konsep Teori Metode TGT Pada Pembelajaran Tematik.
2. Untuk Memahami Kelebihan dan Kekurangan Metode TGT.
3. Untuk Memahami Langkah – Langkah Metode TGT.
4. Untuk Memahami Rencana Pembelajaran Menggunakan Metode TGT.
5. Untuk Memahami Implementasi Metode TGT.
D. Konsep Metode Teori
Metode Tipe Team Games Tournament (TGT) dikembangkan pertama kali oleh David
De Vries dan Keith Edward. Metode ini merupakan suatu pendekatan kerja sama
antarkelompok dengan mengembangkan kerja sama antarpersonal. Dalam pembelajaran
TGT peserta didik memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk
memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam
bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi
pelajaran.Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan
kelompok Pembelajaran kooperatif dengan metode TGT ini memiliki kesamaan dengan
metode STAD dalam pembentukan kelompok dan penyampaian materi kecualisatuhal,
2
TGT menggunakan turnamen akademik dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor
kemajuan individu, dimana para peserta didik berlomba sebagai wakil tim mereka dengan
tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara mereka. Teman satu tim atau kelompok
akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari
lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, tetapi sewaktu peserta
didik sedang bermain dalam game atau permainan, teman yang lain tidak boleh membantu,
dan guru perlu memastikan telah terjadi tanggung jawab individual.Dalam pembelajaran
kooperatif tipe TGT ini peserta didik sebelumnya telah belaja rsecara individual,
untukselanjutnyabelajar kembali dalam kelompok masing-masing. Model team games
tournament (TGT) adalah salah satu tipe atau model pembelajaran yang mudah diterapkan,
melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran
siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsure permainan serta reinforcement.
Aktifitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran koopretaif model
TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung
jawab, kerja sama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar. Ada lima komponen utama
dalam TGT adalah Penyajian kelas, Kelompok (Tim), Game,Turament Team Recognize
(penghargaan kelompok) (Kokom komalasari, 2010 : 67)
Metode Team Games Tournament (TGT) adalah Metode Pembelajaran Tipe
Kooperatif yang paling tua dan Metode ini hampir sama dengan metode Student Teams
Achievment Divisions Divisions (STAD) perbedaanya hanya terletak pada Turnamen
Akademiknya saja (Slavin, 2005:163)1 Menurut Huda (2013:292) Metode Team Games
Tournament (TGT) adalah metode yang menekankan pada evaluasi individual materi
akademik yang sudah dirancang dan membuka ruang kompetisi secara individual maupun
secara kelompok untuk meningkatkan hasil pembelajaran2. Penerapan model kooperatif
tipe TGT dalam pelaksanaanya tidak memerlukan fasilitas pendukung yang khusus seperti
peralatan atau ruangan khusus. Selain mudah di terapkan dalam penerapannya, model
pembelajaran kooperatif tipe team games tournament (TGT) juga melibatkan aktivitas
seluruh siswa untuk memperoleh konsep yang diinginkan (Trianto, 2009 : 83)3.
Slavin (2015:163) medefiniskan TGT merupakan turnamen akademik, dan
menggunakan kuis-kuis dan sistem skro kemajuan individu, di mana para siswa berlomba

1
Slavin, Robert E. 2015. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.
2
Miftahul Huda. 2015. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
3
Trianto. 2011. Model-modelPembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

3
sebagai wakil tim mereka dengan anggotatim lain yang kinerja akademik sebelumnya
setara seperti mereka4. Shoimin (2014:203) menyatakan TGT adalah model pembelajaran
kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada
perbedaan status, melibatkan peransiswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur
permainan dan reinforcement5. Rusman (2014:224) mendefinisikan TGTadalah salah satu
tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar
yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan
suku atau ras yang berbeda6.

E. Kelebihan dan Kekurangan Metode TGT


Model pembelajaran team games tournament (TGT) mempunyai kelebihan dan
kekurangan, menurut Suarjana (2000:10) dalam Istiqomah (2006), yang merupakan
kelebihan dari model pembelajaran team games tournament (TGT) antara lain:

1. Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas.


2. Mengedepankan penberma terhadap perbedaan individu.
3. Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam.
4. Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktfan dari siswa.
5. Mendidik siswa untuk berlath bersosialsasi dengan orang lain.
6. Motivasi belajar lebih baik.
7. Hasil belajar lebih baik.
8. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.

Sedangakan kelemahan model pembelajaran team games tournament (TGT) adalah:

1. Bagi Guru Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen


dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi guru yang bertndak sebagai
pemegang Kendala, teliti dalam menentukan pembagian kelompok. Dan waktu yang
dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang
sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatas jika guru mampu menguasai kelas secara
keseluruhan.
2. Bagi siswa Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sult
memberikan penjelasan kepada siswa yang lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini,

4
Slavin, Robert E. 2015. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.
5
Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
6
Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran. Bandung: PT Raja Grafindo Persada.

4
tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan
akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa
lannya7.
F. Langkah – Langkah Metode TGT

Menurut Slavin (2001 : 166), langkah-langkah model pembelajaran TGT ada lima
tahap, yaitu: tahap presentasi di kelas, tim, game, turnamen, dan rekognisi tim. Uraian
selengkapnya sebagai berikut:

1. Presentasi di kelas Penyajian materi dalam TGT diperkenalkan melalui presentasi


kelas. Presentasi kelas dilakukan oleh guru pada saat awal pembelajaran. Guru
menyampaikan materi kepada siswa terlebih dahulu yang biasanya dilakukan dengan
pengajaran langsung melalui ceramah. Selain menyajikan materi, pada tahap ini guru
juga menyampaikan tujuan, tugas, atau kegiatan yang harus dilakukan siswa, serta
memberikan motivasi.
Pada saat penyajian materi, siswa harus benar-benar memperhatikan serta berusaha
untuk memahami materi sebaik mungkin, karena akan membantu siswa bekerja lebih
baik pada saat kerja kelompok, game dan saat turnamen akademik. Selain itu, siswa
dituntut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran seperti mengajukan pertanyaan,
menjawab pertanyaan yang diajukan guru, dan mempresentasikan jawaban di depan
kelas.
2. Tim/kelompok Setelah penyajian materi oleh guru, siswa kemudian berkumpul
berdasarkan kelompok yang sudah dibagi guru. Setiap tim atau kelompok terdiri dari
3 sampai 5 siswa yang anggotanya heterogen. Dalam kelompoknya siswa berusaha
mendalami materi yang telah diberikan guru agar dapat bekerja dengan baik dan
optimal saat turnamen. Guru kemudian memberikan LKS untuk dikerjakan. Siswa
lalu mencocokkan jawabannya dengan jawaban teman sekelompok. Bila ada siswa
yang mengajukan pertanyaan, teman sekelompoknya bertanggung jawab untuk
menjawab dan menjelaskan pertanyaan tersebut. Apabila teman sekelompoknya
tidak ada yang bisa menjawabnya, maka pertanyaan tersebut bisa diajukan kepada
guru. Belajar dalam kelompok sangat bermanfaat, karena dapat mengembangkan
keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial memupuk keterampilan kerja sama
siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud adalah berbagi tugas dengan anggota

7
hhtp://sc.syekhnurjati.ac.id

5
kelompoknya, saling bekerja sama, aktif bertanya, menjelaskan dan mengemukakan
ide, menanggapi jawaban/pertanyaan dari teman, dan sebagainya.
3. Game (permainan) Apabila siswa telah selesai mengerjakan LKS bersama anggota
kelompoknya, tugas siswa selanjutnya adalah melakukan game. Game dimainkan
oleh perwakilan dari tiap-tiap kelompok pada meja yang telah dipersiapkan. Di meja
tersebut terdapat kartu bernomor yang berhubungan dengan nomor pertanyaan-
pertanyaan pada lembar permainan yang harus dikerjakan peserta. Siswa yang tidak
bermain juga berkewajiban mengerjakan soal-soal game beserta teman
sekelompoknya.
4. Tournament (turnamen) Turnamen biasanya dilakukan tiap akhir pekan atau akhir
sub bab. Turnamen diikuti oleh semua siswa. Tiap-tiap siswa akan ditempatkan di
meja turnamen dengan siswa dari kelompok lain yang kemampuan akademiknya
setara. Jadi, dalam satu meja turnamen akan diisi oleh siswasiswa homogen
(kemampuan setara) yang berasal dari kelompok yang berbeda. Meja turnamen
diurutkan dari tingkatan kemampuan tinggi ke rendah. Meja 1 untuk siswa dengan
kemampuan tinggi, meja 2 untuk siswa dengan kemampuan sedang. Meja 3 untuk
siswa dengan kemampuan di bawah siswa-siswa di meja 2, dan seterusnya. Di meja
turnamen tersebut siswa akan bertanding menjawab soal-soal yang disediakan
mewakili kelompoknya. Soal-soal turnamen harus dirancang sedemikian rupa agar
semua siswa dari semua tingkat kemampuan dapat menyumbangkan poin bagi
kelompoknya.
Jadi, guru membuat kartu soal yang sulit untuk siswa pintar, dan kartu dengan soal
yang lebih mudah untuk anak yang kurang pintar. Siswa yang mendapat skor
tertinggi akan naik ke meja yang setingkat lebih tinggi. Siswa yang mendapatkan
peringkat kedua bertahan pada meja yang sama, sedangkan siswa dengan peringkat-
peringkat di bawahnya akan turun ke meja yang yang tingkatannya lebih rendah.
Setelah siswa ditempatkan dalam meja turnamen, maka turnamen dimulai dengan
memperhatikan aturan-aturannya8.
G. Rencana Pembelajaran Menggunakan Metode TGT

Secara umum TGT sama saja dengan STAD kecuali satu hal: TGT menggunakan
turnamen akademik, dan menggunakan kus-kus dan stem skor kemajuan ndividu, dimana
para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja

8
hhtp://sc.syekhnurjati.ac.id

6
akademik sebelumnya setara seperti mereka (Slavin, 2005: 163). Model pembelajaran
kooperatif tipe team games tournament (TGT) dapat digunakan dalam berbagai macam
mata pelajaran, dari ilmu-ilmu eksak, ilmu-ilmu sosal maupun bahasa dari jenjang
penddkan dasar (SD, SMP) hingga perguruan tinggi. Penerapan model koopertif team
games tournament (TGT) dalam pelaksanaanya tidak memerlukan fasilitas pendukung
yang khusus seperti peralatan atau ruangan khusus.

Selain mudah di terapkan dalam penerapannya TGT juga melibatkan aktivitas


seluruh siswa untuyk memperoleh konsep yang diinginkan (Trianto, 2009 : 83) Dari
pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa indikator model pembelajaran Team Games
Tournament (TGT) adalah : Pra pembelajaran, Kegiatan inti pembelajara dan Penutup.

a. Pra pembelajaran adalah kegiatan pendahuluan pembelajaran yang ditunjukan agar


siswa siap untuk mengikuti proses pelajaran.

b. Kegiatan inti merupakan proses pembelajran untuk mencapai KD. Kegiatan


pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
motivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kreatif, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan
fisik serta psikologi peserta didik.

c. Kegiatan penutup adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri kegiatan
inti pembelajaran.

Dari uraian di atas, dapat menyimpulkan bahwa indikator model pembelajaran


kooperatif tipe team games tournament (TGT) terbagi menjadi tiga, yaitu: pra
pembelajaran, kegiantan inti pembelajaran dan penutup9.

H. Implementasi Metode TGT

Pada implementasinya, model TGT akan membagi siswa ke dalam grup kecil yang
terdiri dari 3 hingga 5 siswa. Di dalam grup tersebut terdapat anggota siswa yang berbeda-
beda latar belakang mulai dari gender, kecerdasan, status sosial hingga ras atau
suku.Selanjutnya siswa bisa berkolaborasi untuk diskusi mengenai penyelesaian masalah
dari suatu materi yang disediakan guru. Pada tahap diskusi, setiap siswa akan saling
membantu agar nantinya mereka bisa menjawab soal turnamen.Pada saat siswa mengikuti

9
hhtp://sc.syekhnurjati.ac.id

7
turnamen (TGT), setiap siswa akan ditetapkan menjadi wakil grup sesuai dengan
keahliannya masing-masing. Mereka akan bertanding sesuai dengan bidang akademik yang
mereka sukai ataupun kuasai. Pada tahap akhir siswa akan diajak untuk rekognisi dan
evaluasi.Dalam prakteknya teams games tournament sangat serupa dengan model
pembelajaran STAD, perbedaanya terletak pada adanya kuis dan sistem nilai dari individu
karena TGT memakai sistem permainan turnamen.Model pembelajaran ini dapat
diaplikasikan ke dalam berbagai jenis mata pelajaran. TGT sangat cocok untuk mengatur
tujuan pembelajaran agar materi bisa dikuasai secara mendalam. Contoh mata pelajaran
yang sangat efektif bila diterapkan dalam model TGT adalah fakta dan konsep seperti pada
IPA serta perhitungan pada matematika.

Model pembelajaran TGT bisa dilakukan dengan berbagai variasi game.Menurut


Silberman(2010) prosedur dari Teams Game Tournament (TGT) adalah :

1. Mengelompokkan siswa menjadi sejumlah tim yang beranggotakan 2 hingga 8 siswa,


setiap kelompoknya memiliki jumlah anggota yang sama.

2. Memberikan materi kepada tim untuk dipelajari bersama.

3. Membuat beberapa pertanyaan yang menguji pemahaman dan atau pengingatan akan
materi pelajaran. Format pertanyaan hendaknya mudah untuk penilaian sendiri, misalnya
pilihan ganda,mengisi titik-titik, benar/salah,atau definisi istilah.

4. Memberikan sebagian pertanyaan kepada siswa. Sebutlah ini sebagai “ronde satu”,
setiap siswa harus menjawab pertanyaan secara perorangan.

5. Setelah pertanyaan diajukan, sediakan jawabannya dan siswa diminta untuk menghitung
jumlah jawaban yang benar. Selanjutnya siswa diminta untuk menyatukan skor mereka
dengan tiap anggota tim mereka untuk mendapatkan skor tim. Umumkan skor dari tiaptim.

6. Selanjutnya siswa diminta belajar lagi untuk “ronde kedua”. Kemudian diajukan
petanyaan atau tes lagi sebagai bagian dari ronde kedua tersebut. Selanjutnya siswa
diminta untuk menggabungkan skor mereka dan menggabungkan skor mereka di ronde
pertama.

8
7. Lamanya metode ini bisa bervariasi, dan ronde yang digunakan bisa sebanyak mungkin.
Pastikan untuk memberi kesempatan pada tim untuk menjalani sesi belajar antar masing-
masing ronde. dan meminta informasi untuk menambah kemampuan kognitifnya10.

I. Kesimpulan
Metode Tipe Team Games Tournament (TGT) dikembangkan pertama kali oleh
David De Vries dan Keith Edward. Metode ini merupakan suatu pendekatan kerja sama
antarkelompok dengan mengembangkan kerja sama antarpersonal. Slavin (2015:163)
medefiniskan TGT merupakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan
sistem skro kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka
dengan anggotatim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. Metode
TGT mempunyai kelebihan dan kekurangan salah satunya adalah kelebihan metode TGT
yaitu Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas dan kekurangan Metode TGT
bagi guru yaitu Bagi Guru Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan
heterogen dari segi akademis.Bagi siswa yaitu Bagi siswa Masih adanya siswa
berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sult memberikan penjelasan kepada siswa yang
lainnya.langkah-langkah model pembelajaran TGT ada lima tahap, yaitu: tahap presentasi
di kelas, tim, game, turnamen, dan rekognisi tim. Perencanaan indikator model
pembelajaran kooperatif tipe team games tournament (TGT) terbagi menjadi tiga, yaitu:
pra pembelajaran, kegiantan inti pembelajaran dan penutup. Contoh implementasi
pembelajaran yang efektif mata pelajaran diterapkan dalam model TGT adalah fakta dan
konsep seperti pada IPA serta perhitungan pada matematika.

10
hhtp://sc.syekhnurjati.ac.id

9
J. Daftar Pustaka

hhtp://sc.syekhnurjati.ac.id

Miftahul Huda. 2015. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan


Model Penerapan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran. Bandung: PT Raja Grafindo Persada.


Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum
2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Slavin, Robert E. 2015. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.
Trianto. 2011. Model-modelPembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

10

Anda mungkin juga menyukai