Anda di halaman 1dari 37

Model Pembelajaran TGT : Pengertian,

Karakteristik, SIntaks, Kelebihan dan


Kekurangan
Penulis Admin Karyatulisku
TAGS
KAJIAN TEORI
KULIAH
MODEL PEMBELAJARAN
MODEL PEMBELAJARAN TGT

Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)

A. Pengertian Model Pembelajaran

Model Pembelajaran TGT (Berkelompok)


Joyce (dalam Trianto, 2007:5) menyatakan model pembelajaran adalah suatu perencanaan
atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas
dengan menentukan perangkat-perangkat pembelajaran untuk membantu siswa mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Joyce dan Weil (dalam Prastowo, 2013:69)
menyatakan model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum dan pembelajaran jangka panjang, merancang bahan-bahan
pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di dalam atau di luar kelas.
Suprijono (2009:46) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau
suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam me-rencanakan pembelajaran di kelas
atau tutorial. Arends (dalam Suprijono, 2012:46) menyatakan bahwa model pembelajaran
mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
pembelajaran, tahap-tahap, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan
sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Model pembelajaran memungkinkan guru membantu siswa mendapatkan informasi, ide,


ketrampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula
sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan aktivitas
belajar mengajar.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat dimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu
pola yang dipilih guru sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Apabila dalam proses pembelajaran guru menggunakan model pembelajaran
yang inovatif maka proses pembelajaran akan berlangsung secara efektif sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

B. Pengertian Model Pembelajaran Teams Games


Tournament (TGT)

Slavin (2015:163) mendefinisikan TGT merupakan turnamen akademik, dan menggunakan


kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai wakil tim
mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka.

Shoimin (2014:203) menyatakan TGT adalah model pembelajaran kooperatif yang mudah
diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan
peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.

Rusman (2014:224) mendefinisikan TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6
orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang berbeda.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa Teams Games
Tournament (TGT) adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang berisi turnamen
akademik dengan melibatkan aktivitas seluruh siswa yang memiliki kemampuan, jenis
kelamin dan suku atau ras yang berbeda.

C. Karakteristik Model Pembelajaran TGT

Karakteristik Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Shoimin (2014:203)


menyatakan bahwa karakteristik-karakteristik pada model pembelajarn TGT termuat dalam
lima komponen utama, yaitu:
1. Penyajian Kelas
Awal pembelajaran, guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan
dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat
penyajian kelas, siswa harus benar-benar memerhatikan dan memahami materi yang
disampaikan guru karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok
dan game karena skor game akan menentukan skor kelompok.

2. Kelompok (teams)
Kelompok biasanya terdiri atas 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat
dari prestasi akademik, jenis kelamin, dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih
mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan
anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.

3. Games
Games terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang
didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakn game terdiri dari
pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba
menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar akan
mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.

4. Turnament
Turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan
presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru
membagi siswa ke dalam beberapa meja turnmen. Tiga siswa tertinggi prestasinya

5. Team Recognize (penghargaan kelompok)


Guru mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing tim akan mendapat hadiah
apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan.

D. Sintaks Model Pembelajaran TGT

Model Pembelajaran TGT (Berkelompok)


Sintaks Pembelajaran Model Pembelajaran Teams Games Tournament Shoimin (2014:205-
207) menyatakan langkah-langkah pembelajaran pada model pembelajaran TGT, yaitu
sebagai berikut:

1. Class Presentation
Guru menyampaikan materi, tujuan pembelajaran, pokok materi, dan penjelasan singkat LKS
dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah. Siswa harus benar-benar memahami
materi untuk membantu mereka dalam kerja kelompok maupun game.

2. Teams
Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota antara 4 sampai 5 orang
berdasarkan kriteria kemampuan dari ulangan harian, jenis kelamin, etnik, dan ras. Kelompok
ini bertugas mempelajari lembar kerja. Kegiatannya berupa mendiskusikan masalah-masalah,
membandingkan jawaban, memeriksa, dan memperbaiki kesalahan-kesalahan konsep
temannya jika teman satu kelompok melakukan kesalahan.

3. Games
Dimainkan pada meja turnamen oleh 3 orang siswa yang mewakili tim atau kelompoknya
masing-masing. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang
sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar akan mendapat skor. Skor ini yang
nantinya dikumpulkan untuk turnamen atau lomba mingguan.

4. Tournament
Dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas
dan kelompok sudah mengerjakan LKS. Siswa dibagi ke dalam beberapa meja turnamen.
Tiga peserta didik tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga peserta didik
selanjutnya pada meja II, dan seterusnya.

6. Team Recognition
Guru mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing kelompok akan mendapat
hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Kelompok yang
mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 50 atau lebih, “Great Team” apabila rata-
rata mencapai 50-40 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 40 ke bawah. Hal ini dapat
menyenangkan para peserta didik atas prestasi yang telah mereka buat.

E. Kelebihan Model Pembelajaran TGT


Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran TGT
Kelebihan Model Pembelajaran Teams Games Tournament Shoimin (2014:207) menjelaskan
kelebihan dari model TGT, yaitu:

1. Model TGT tidak hanya membuat siswa yang cerdas lebih menonjol dalam pembelajaran,
tetapi siswa yang berkemampuan lebih rendah juga ikut aktif dan mempunyai peranan
penting dalam kelompoknya.
2. Model pembelajaran TGT, akan menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling menghargai
sesama anggota keompoknya.
3. Model pembelajaran TGT, membuat siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran.
Karena dalam pembelajaran ini, guru menyajikan sebuah penghargaan pada siswa atau
kelompok terbaik.
4. Model pembelajaran ini, membuat siswa menjadi lebih senang dalam mengikuti
pelajaran karena ada kegiatan permainan berupa turnamen.

F. Kekurangan Model Pembelajaran TGT

Shoimin (2014:208) menjelaskan kekurangan dari model pembelajaran Teams Games


Tournament, yaitu:

1. Membutuhkan waktu yang lama


2. Guru dituntut untuk pandai memilih materi pelajaran yang cocok untuk model pembelajaran
ini
3. Guru harus mempersiapkan model ini dengan baik sebelum diterapkan. Misalnya, membuat
soal untuk setiap meja turnamen, dan guru harus tahu urutan akademis siswa dari yang
tertinggi hingga terendah.

Berdasarkan beberapa kekurangan dari model Teams Games Tournament tersebut dapat
diminimalisir dengan cara guru benar-benar memaksimalkan waktu belajar yang tersedia
semaksimal mungkin, pembelajaran menggunakan model TGT ini digunakan pada mata
pelajaran PKn materi Globalisasi karena materinya luas dapat dibuat menjadi games dan
tournament sehingga siswa mudah menerima pelajaran tersebut, dan guru sebagai wali kelas
sudah mengetahui kemampuan akademis siswanya dengan baik.

Dari beberapa kelebihan model pembelajaran Teams Games Tournament tersebut, dapat
disimpulkan bahwa model tersebut baik untuk diterapkan pada pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan pada materi Globalisasi untuk meningkatkan semangat dan kerjasama
antar siswa sehingga materi pelajaran akan mudah diterima atau dimengerti.

Referensi
Prastowo, Andi. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Yogyakarta : Diva Press
Suprijono, Agus. 2015. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran. Bandung: PT Raja Grafindo Persada.
Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Slavin, Robert E. 2015. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.
Trianto. 2011. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament)
Posted by Rizkq Aeni

Pada postingan kali ini saya akan mengulas tentang model pembelajaran
kooperatif tipe TGT. Ulasan di bawah ini disadur dari skripsi karya Warid Ardiansyah
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang.

Pembelajaran Kooperatif sangat beragam jenisnya. Salah satunya adalah model


pembelajaran TGT (Teams Games Tournament). Menurut Kurniasari (2006), model
pembelajaran TGT merupakan model pembelajaran kooperatif dengan membentuk
kelompok-kelompok kecil dalam kelas yang terdiri atas 3-5 siswa yang heterogen, baik
dalam hal akademik, jenis kelamin, ras, maupun etnis. Inti dari model ini adalah adanya
game dan turnamen akademik.
Sebelum memulai game dan turnamen akademik, guru terlebih dahulu
menempatkan siswa dalam sebuah tim yang mewakili heterogenitas kelas ditinjau dari
jenis kelamin, ras, maupun etnis. Masing-masing siswa nantinya akan mewakili
kelompoknya untuk bersaing dalam meja turnamen.
Setelah kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, guru kemudian
menyajikan materi dan selanjutnya siswa bekerja mengerjakan LKS dalam kelompoknya
masing-masing. Apabila ada anggota kelompok yang kurang mengerti dengan materi dan
tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertugas memberikan jawaban
seta menjelaskannya sebelum pertanyaan tersebut diajukan kepada guru.
Untuk memastikan apakah semua anggota kelompok telah menguasai materi,
maka siswa akan bertanding dalam game dan turnamen ademik. Game hanya diikuti oleh
perwakilan dari masing-masing kelompok, sedangkan turnamen diikuti oleh semua siswa.
Ketika turnamen akademik, siswa akan dipisahkan dengan kelompok asalnya
untuk ditempatkan dalam meja-meja turnamen. Setiap meja turnamen terdiri dari
beberapa siswa yang mewakili kelompoknya masing-masing. Penentuan dimana meja
turnamen yang akan ditempati oleh siswa dilakukan oleh guru, yaitu dengan melihat
homogenitas akademik. Maksudnya, siswa yang berada dalam satu meja turnamen adalah
siswa dengan kemampuan akademiknya setara. Hal ini dapat ditentukan berdasarkan nilai
yang diperoleh saat pre-test.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini disajikan tahapan-tahapan dalam model
pembelaran TGT. Menurut Slavin (2001:166-167), langkah-langkah model pembelajaran
TGT ada lima tahap, yaitu: tahap presentasi di kelas, tim, game, turnamen, dan rekognisi
tim. Uraian selengkapnya sebagai berikut:
2.2.A. Presentasi di kelas
Penyajian materi dalam TGT diperkenalkan melalui presentasi kelas. Presentasi
kelas dilakukan oleh guru pada saat awal pembelajaran. Guru menyampaikan materi
kepada siswa terlebih dahulu yang biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung
melalui ceramah. Selain menyajikan materi, pada tahap ini guru juga menyampaikan
tujuan, tugas, atau kegiatan yang harus dilakukan siswa, serta memberikan motivasi.
Pada tahap ini, siswa juga dapat diikutsertakan saat penyajian materi. Bahkan agar
lebih menarik, penyajian materi bisa disajikan dalam bentuk audiovisual yang dikemas
dalam CD interaktif seperti yang dilakukan dalam penelitian ini.
Pada saat penyajian materi, siswa harus benar-benar memperhatikan serta
berusaha untuk memahami materi sebaik mungkin, karena akan membantu siswa bekerja
lebih baik pada saat kerja kelompok, game dan saat turnamen akademik. Selain itu, siswa
dituntut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran seperti mengajukan pertanyaan,
menjawab pertanyaan yang diajukan guru, dan mempresentasikan jawaban di depan
kelas.
2.2.B. Tim/kelompok
Setelah penyajian materi oleh guru, siswa kemudian berkumpul berdasarkan
kelompok yang sudah dibagi guru. Setiap tim atau kelompok terdiri dari 3 sampai 5 siswa
yang anggotanya heterogen. Dalam kelompoknya siswa berusaha mendalami materi yang
telah diberikan guru agar dapat bekerja dengan baik dan optimal saat turnamen.
Guru kemudian memberikan LKS untuk dikerjakan. Siswa lalu mencocokkan
jawabannya dengan jawaban teman sekelompok. Bila ada siswa yang mengajukan
pertanyaan, teman sekelompoknya bertanggung jawab untuk menjawab dan menjelaskan
pertanyaan tersebut. Apabila teman sekelompoknya tidak ada yang bisa menjawabnya,
maka pertanyaan tersebut bisa diajukan kepada guru.
Belajar dalam kelompok sangat bermanfaat, karena dapat mengembangkan
keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial memupuk keterampilan kerja sama siswa.
Keterampilan sosial yang dimaksud adalah berbagi tugas dengan anggota kelompoknya,
saling bekerja sama, aktif bertanya, menjelaskan dan mengemukakan ide, menanggapi
jawaban/pertanyaan dari teman, dan sebagainya.
2.2.C. Game (permainan)
Apabila siswa telah selesai mengerjakan LKS bersama anggota kelompoknya,
tugas siswa selanjutnya adalah melakukan game. Game dimainkan oleh perwakilan dari
tiap-tiap kelompok pada meja yang telah dipersiapkan. Di meja tersebut terdapat kartu
bernomor yang berhubungan dengan nomor pertanyaan-pertanyaan pada lembar
permainan yang harus dikerjakan peserta. Siswa yang tidak bermain juga berkewajiban
mengerjakan soal-soal game beserta teman sekelompoknya.
2.2.D. Tournament (turnamen)
Turnamen biasanya dilakukan tiap akhir pekan atau akhir subbab. Turnamen
diikuti oleh semua siswa. Tiap-tiap siswa akan ditempatkan di meja turnamen dengan
siswa dari kelompok lain yang kemampuan akademiknya setara. Jadi, dalam satu meja
turnamen akan diisi oleh siswa-siswa homogen (kemampuan setara) yang berasal dari
kelompok yang berbeda.
Meja turnamen diurutkan dari tingkatan kemampuan tinggi ke rendah. Meja 1
untuk siswa dengan kemampuan tinggi, meja 2 untuk siswa dengan kemampuan sedang.
Meja 3 untuk siswa dengan kemampuan di bawah siswa-siswa di meja 2, dan seterusnya.
Di meja turnamen tersebut siswa akan bertanding menjawab soal-soal yang disediakan
mewakili kelompoknya.
Soal-soal turnamen harus dirancang sedemikian rupa agar semua siswa dari semua
tingkat kemampuan dapat menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Jadi, guru membuat
kartu soal yang sulit untuk siswa pintar, dan kartu dengan soal yang lebih mudah untuk
anak yang kurang pintar.
Siswa yang mendapat skor tertinggi akan naik ke meja yang setingkat lebih tinggi.
Siswa yang mendapatkan peringkat kedua bertahan pada meja yang sama, sedangkan
siswa dengan peringkat-peringkat di bawahnya akan turun ke meja yang yang
tingkatannya lebih rendah.
Setelah siswa ditempatkan dalam meja turnamen, maka turnamen dimulai dengan
memperhatikan aturan-aturannya. Aturan-aturan turnamen TGT yaitu:
(1) cara memulai permainan
Untuk memulai permainan, terlebih dahulu ditentukan pembaca pertama. Cara
menentukan siswa yang menjadi pembaca pertama adalah dengan menarik kartu
bernomor. Siswa yang menarik nomor tertinggi adalah pembaca pertama.
(2) Kocok dan ambil kartu bernomor dan carilah soal yang berhubungan dengan nomor
tersebut pada lembar permainan.
Setelah pembaca pertama ditentukan, pembaca pertama kemudian mengocok kartu
dan mengambil kartu yang teratas. Pembaca pertama lalu membacakan soal yang
berhubungan dengan nomor yang ada pada kartu. Setelah itu, semua siswa harus
mengerjakan soal tersebut agar mereka siap ditantang. Setelah si pembaca memberikan
jawabannya, maka penantang I (siswa yang berada di sebelah kirinya) berhak untuk
menantang jawaban pembaca atau melewatinya.
(3) Tantang atau lewati
Apabila penantang I berniat menantang jawaban pembaca, maka penantang I
memberikan jawaban yang berbeda dengan jawaban pembaca. Jika penantang I
melewatinya, penantang II boleh menantang atau melewatinya pula. Begitu seterusnya
sampai semua penantang menentukan akan menantang atau melewati.
Apabila semua penentang sudah menantang atau melewati, penantang II
memeriksa lembar jawaban dan mencocokkannya dengan jawaban pembaca serta
penantang. Siapapun yang jawabannya benar berhak menyimpan kartunya. Jika jawaban
pembaca salah maka tidak dikenakan sanksi, tetapi bila jawaban penantang salah maka
penantang mendapatkan sanksi. Sanksi tersebut adalah dengan mengembalikan kartu
yang telah dimenangkan sebelumnya (jika ada).
(4) Memulai putaran selanjutnya
Untuk memulai putaran selanjutnya, semua posisi bergeser satu posisi kekiri.
Siswa yang tadinya menjadi penantang I berganti posisi menjadi pembaca, penantang II
menjadi penantang I, dan pembaca menjadi penantang yang terakhir. Setelah itu,
turnamen berlanjut sampai kartu habis atau sampai waktu yang ditentukan guru.
(5) Perhitungan poin
Apabila turnamen telah berakhir, siswa mencatat nomor yang telah meraka menangkan
pada lembar skor permainan. Pemberian poin turnamen selanjutnya dilakukan oleh guru.

Selanjutnya, poin-poin tersebut dipindahkan ke lembar rangkuman tim untuk


dihitung rerata skor kelompoknya. Untuk menghitung rerata skor kelompok adalah
dengan menambahkan skor seluruh anggota tim kemudian dibagi dengan jumlah anggota
tim yang bersangkutan.
2.2E. Rekognisi tim (penghargaan tim)
Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rerata skor kelompok. Penghargaan
kelompok diberikan sesuai kriteria berikut.
Kriteria (rata-rata tim) Penghargaan
40 Tim baik
45 Tim sangat baik
50 Tim super
You might also like:
 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament)
 Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar
 Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar
 Hakekat Belajar
MODEL PEMBELAJARAN TEAMS
GAMES TOURNAMENTS ( TGT )
Posted by ekocin on Juni 17, 2011

MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENTS ( TGT )


1. A. Gambaran Mengenai Team Games Tournament (TGT)
Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe atau model pembelajaran
kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status,
melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model Teams Games
Tournament (TGT) memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung
jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Teams games tournament (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh Davied Devries dan Keith Edward, ini
merupakan metode pembelajaran pertama dari Johns Hopkins. Dalam model ini kelas terbagi dalam
kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3 sampai dengan 5 siswa yang berbeda-beda tingkat
kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya, kemudian siswa akan bekerjasama dalam
kelompok-kelompok kecilnya. Pembelajaran dalam Teams games tournament (TGT) hampir sama seperti
STAD dalam setiap hal kecuali satu, sebagai ganti kuis dan sistem skor perbaikan individu, TGT
menggunakan turnamen permainan akademik. Dalam turnamen itu siswa bertanding mewakili timnya
dengan anggota tim lain yang setara dalam kinerja akademik mereka yang lalu. Nur & Wikandari (2000)
menjelaskan bahwa Teams games tournament TGT telah digunakan dalam berbagai macam mata
pelajaran, dan paling cocok digunakan untuk mengajar tujuan pembelajaranyang dirumuskan dengan
tajam dengan satu jawaban benar, seperti perhitungan dan penerapan berciri matematika, dan fakta-fakta
serta konsep IPA.

1. B. Pendekatan Kelompok Kecil dalam Teams Games Tournament


Pendekatan yang digunakan dalam Teams games tournament adalah pendekatan secara kelompok yaitu
dengan membentuk kelompok-kelompok kecil dalam pembelajaran. Pembentukan kelompok kecil akan
membuat siswa semakin aktif dalam pembelajaran. Ciri dari pendekatan secara berkelompok dapat ditinjau
dari segi.

1) Tujuan Pengajaran dalam Kelompok Kecil

Tujuan pembelajaran dalam kelompok kecil yaitu; (a) member kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara rasional, (b) mengembangkan sikap social
dan semangat bergotong royong (c) mendinamisasikan kegiatan kelompok dalam belajar sehingga setiap
kelompok merasa memiliki tanggung jawab, dan (d) mengembangkan kemampuan kepemimpinan dalam
kelompok tersebut (Dimyati dan Mundjiono, 2006).

2) Siswa dalam Pembelajaran Kelompok Kecil

Agar kelompok kecil dapat berperan konstruktif dan produktif dalam pembelajaran diharapkan; (a) anggota
kelompok sadar diri menjadi anggota kelompok, (b) siswa sebagai anggota kelompok memiliki rasa
tanggung jawab, (c) setiap anggota kelompok membina hubungan yang baik dan mendorong timbulnya
semangat tim, dan (d) kelompok mewujudkan suatu kerja yang kompak (Dimyati dan Mundjiono, 2006).

3) Guru dalam Pembelajaran Kelompok


Peranan guru dalam pembelajaran kelompok yaitu; (a) pembentukan kelompok (c) perencanaan tugas
kelompok, (d) pelaksanaan, dan (d) evalusi hasil belajar kelompok.

1. C. Komponen dan Pelaksanaan Team Game Tournament dalam Pembelajaran


Ada lima komponen utama dalam TGT,yaitu:

1. Penyajian kelas

Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan
pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini ,
siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang diberikan guru, karena akan
membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan
menentukan skor kelompok.

2. Kelompok ( team )

Kelompok biasanya terdiri atas empat sampai dengan lima orang siswa. Fungsi kelompok adalah untuk
lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota
kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.

3. Game

Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa
dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan
sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai
dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapatkan skor.

4. Turnamen

Untuk memulai turnamen masing-masing peserta mengambil nomor undian. Siswa yang mendapatkan
nomor terbesar sebagai reader 1, terbesar kedua sebagai chalennger 1, terbesar ketiga sebagai chalenger
2, terbesar keempat sebagai chalenger 3. Dan kalau jumlah peserta dalam kelompok itu lima orang maka
yang mendapatkan nomor terendah sebagai reader2. Reader 1 tugasnya membaca soal dan menjawab
soal pada kesempatan yang pertama. Chalenger 1 tugasnya menjawab soal yang dibacakan oleh reader1
apabila menurut chalenger 1 jawaban reader 1 salah. Chalenger 2 tugasnya adalah menjawab soal yang
dibacakan oleh reader 1 tadi apabila jawaban reader 1 dan chalenger 1 menurut chalenger 2 salah.
Chalenger 3 tugasnya adalah menjawab soal yang dibacakan oleh reader 1 apabila jawaban reader1,
chalenger 1, chalenger 2 menurut chalenger 3 salah. Reader 2 tugasnya adalah membacakan kunci
jawaban . Permainan dilanjutkan pada soal nomor dua. Posisi peserta berubah searah jarum jam. Yang
tadi menjadi chalenger 1 sekarang menjadi reader1, chalenger 2 menjadi chalenger 1, chalenger3 menjadi
chalenger 2, reader 2 menjadi chalenger 3 dan reader 1 menjadi reader2. Hal itu terus dilakukan sebanyak
jumlah soal yang disediakan guru.
5. Penghargaan kelompok (team recognise)

Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat
atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan.

Kriteria ( Rerata Predikat


Kelompok )

≥ 45
Super Team

40 – 45
Great Team

30 – 40
Good Team

1. D. Implementasi Model Pembelajaran TGT


Dalam pengimplementasian yang hal yang harus diperhatikan yaitu.

1) Pembelajaran terpusat pada siswa

2) Proses pembelajaran dengan suasana berkompetisi

3) Pembelajaran bersifat aktif ( siswa berlomba untuk dapat menyelesaikan persoalan)

4) Pembelajaran diterapkan dengan mengelompokkan siswa menjadi tim-tim

5) Dalam kompetisi diterapkan system point

6) Dalam kompetisi disesuaikan dengan kemampuan siswa atau dikenal kesetaraan dalam kinerja
akademik

7) Kemajuan kelompok dapak diikuti oleh seluruh kelas melalui jurnal kelas yang diterbitkan secara
mingguan

8) Dalam pemberian bimbingan guru mengacu pada jurnal

9) Adanya system penghargaan bagi siswa yang memperoleh point banyak

1. E. Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran TGT


Riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran telah banyak dilakukan oleh pakar
pembelajaran maupun oleh para guru di sekolah. Dari tinjuan psikologis, terdapat dasar teoritis yang kuat
untuk memprediksi bahwa metode-metode pembelajaran kooperatif yang menggunakan tujuan kelompok
dan tanggung jawab individual akan meningkatkan pencapaian prestasi siswa. Dua teori utama yang
mendukung pembelajaran kooperatif adalah teori motivasi dan teori kognitif.

Dari pespektif motivasional, struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi di mana satu-satunya
cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka sukses. Oleh
karena itu, mereka harus membantu teman satu timnya untuk melakukan apa pun agar kelompok berhasil
dan mendorong anggota satu timnya untuk melakukan usaha maksimal.

Sedangkan dari perspektif teori kognitif, Slavin (2008) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif
menekankan pada pengaruh dari kerja sama terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Asumsi dasar dari
teori pembangunan kognitif adalah bahwa interaksi di antara para siswa berkaitan dengan tugas-tugas
yang sesuai mengingkatkan penguasaan mereka terhadap konsep kritik. Pengelompokan siswa yang
heterogen mendorong interaksi yang kritis dan saling mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan
pengetahuan atau kognitif. Penelitian psikologi kognitif menemukan bahwa jika informasi ingin
dipertahankan di dalam memori dan berhubungan dengan informasi yang sudah ada di dalam memori,
orang yang belajar harus terlibat dalam semacam pengaturan kembali kognitif, atau elaborasi dari materi.
Salah satu cara elaborasi yang paling efektif adalah menjelaskan materinya kepada orang lain.

Namun demikian, tidak ada satupun model pembelajaran yang cocok untuk semua materi, situasi dan
anak. Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik yang menjadi penekanan dalam proses
implementasinya dan sangat mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran. Secara psikologis, lingkungan
belajar yang diciptakan guru dapat direspon beragama oleh siswa sesuai dengan modalitas mereka.
Dalam hal ini, pembelajaran kooperatif dengan teknik TGT, memiliki keunggulan dan kelemahan dalam
implementasinya terutama dalam hal pencapaian hasil belajar dan efek psikologis bagi siswa.

Slavin (2008), melaporkan beberapa laporan hasil riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif
terhadap pencapaian belajar siswa yang secara inplisit mengemukakan keunggulan dan kelemahan
pembelajaran TGT, sebagai berikut:

 Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara signifikan lebih
banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional.
 Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan
bukannya pada keberuntungan.
 TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga diri akademik mereka.
 TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal dan nonberbal, kompetisi yang
lebih sedikit)
 Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi menggunakan waktu yang lebih banyak.
 TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan emosional, lebih
sedikit yang menerima skors atau perlakuan lain.
Sebuah catatan yang harus diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran TGT adalah bahwa nilai kelompok
tidaklah mencerminkan nilai individual siswa. Dengan demikian, guru harus merancang alat penilaian
khusus untuk mengevaluasi tingkat pencapaian belajar siswa secara individual.

Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran TGT Metode pembelajaran kooperatif Team Games Tournament
(TGT) ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Suarjana (2000:10) dalam Istiqomah (2006),
yang merupakan kelebihan dari pembelajaran TGT antara lain:

1) Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas

2) Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu

3) Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam

4) Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa

5) Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain

6) Motivasi belajar lebih tinggi


7) Hasil belajar lebih baik

8) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi


Sedangkan kelemahan TGT adalah:
1. Bagi Guru
Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis. Kelemahan
ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan
pembagian kelompok waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati
waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara
menyeluruh.

1. Bagi Siswa
Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa
lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang
mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada
siswa yang lain.

Kesimpulan

Dari pembahasan materi model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tersebut, maka dapat
disimpulkan

1. Dengan model pembelajaran TGT ( Teams Games Tournaments ) dapat meningkatkan motivasi dan
hasil belajar siswa. Karena siswa dapat belajar lebih rileks, serta dapat menumbuhkan tanggung jawab,
kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
2. Dengan model pembelajaran TGT ( Teams Games Tournaments ) dapat menambah wawasan tentang
berbagai model pembelajaran serta dapat meningkatkan kompetensi guru.
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

(TEAMS GAMES TOURNAMENT )

A. Deskripsi Model Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

Saptono, 2008 (dalam Hakim, 2009) menyatakan bahwa Model Pembelajaran


Kooperatif merupakan pembelajaran yang menitikberatkan pada pengelompokkan siswa
dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda ke dalam kelompok-kelompok kecil
secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok yang
heterogen.

Model pembelajaran kooperatif ada berbagai macam dan salah satunya yaitu
model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament). Model ini pada
mulanya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards. Model Pembelajaran
TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam
kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4 sampai 6 orang siswa yang memiliki
kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda.

Penerapan Model TGT dalam pelaksanaanya tidak memerlukan fasilitas


pendukung khusus seperti peralatan atau ruangan khusus. Selain mudah diterapkan dalam
penerapannya TGT juga melibatkan aktivitas seluruh siswa untuk memperoleh konsep
yang diinginkan. Kegiatan tutor sebaya terlihat ketika siswa melaksanakan turnamen
yaitu setelah masing-masing anggota kelompok membuat soal dan jawabannya, untuk
selanjutnya saling mengajukan pertanyaan dan belajar bersama. Sedangkan untuk
memotivasi belajar siswa dalam TGT terdapat unsur reinforcement.

Model Pembelajaran Kooperatif Team Games Tournament (TGT) mempunyai


banyak manfaat antara lain sebagai alternatif untuk menciptakan kondisi yang variatif
dalam kegiatan belajar mengajar, dapat membantu guru untuk menyelesaikan masalah
dalam pembelajaran, seperti rendahnya minat belajar siswa, rendahnya aktivitas proses
belajar siswa ataupun rendahnya hasil belajar siswa dan melibatkan aktivitas seluruh
siswa tanpa harus ada perbedaan status, juga melibatkan peran siswa sebagai ”tutor
sebaya”.

Ditinjau dari kompetensi yang dapat dikembangkan dalam Model Pembelajaran


TGT yaitu sebagai berikut.
1. Pengetahuan (knowledge) yaitu kesadaran dalam aspek kognitif, dengan menggunakan
TGT pengetahuan siswa mengenai materi pelajaran akan lebih mendalam karena dalam
TGT ada unsur tutor sebaya.

2. Pemahaman (understanding) yaitu menyangkut kognitif dan afektif yang dimiliki oleh
individu. Di samping memahami materi pelajaran dengan TGT siswa juga dilatih untuk
memahami perasaan orang lain.

3. Kemampuan (skill) adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas
atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Kompetensi ini dapat dengan mudah
diperoleh siswa, karena dalam TGT dapat mengembangkan banyak kompetensi
diantaranya membuat pertanyaan dan menjelaskan kepada siswa lain.

4. Nilai (value) adalah suatu standar perilaku yang diyakini dan secara psikologis telah
menyatu dalam diri seseorang. Kompetensi ini pada TGT terkandung dalam kejujuran
dalam merahasiakan soal masing-masing individu, keterbukaan dalam memberikan
penjelasan kepada teman lain dan demokrasinya terlihat ketika berdiskusi untuk
menyatukan pendapat yang berbeda.

5. Sikap (attitude) yaitu perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak suka) atau reaksi
terhadap suatu rangsangan yang akan datang dari luar. Kompetensi sikap diperoleh siswa
karena dalam TGT siswa belajar dengan kelompok masing-masing tanpa ada tekanan dari
guru, sehingga siswa merasa senang dan santai.

6. Minat (interest) adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan.


Adanya turnamen dalam TGT meningkatkan minat belajar siswa untuk mempelajari
materi pelajaran.

Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) juga


memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut.

Kelebihan Model Pembelajaran TGT yaitu:

a) dapat mendorong dan mengkondisikan berkembangnya sikap dan keterampilan sosial


siswa, meningkatkan hasil belajar, serta aktivitas siswa,

b) lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas,

c) mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu,

d) dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam,

e) proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa,


f) mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain,

g) motivasi belajar lebih tinggi, dan

h) meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.

Sedangkan kelemahan TGT yaitu sebagai berikut.

a. Bagi guru

 Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi


akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang
kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok.

 Waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu
yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas
secara menyeluruh.

b. Bagi siswa

 Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan
penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah
membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar
dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain.

B. Analisis Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

Dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament terdapat unsur-
unsur yang sangat penting yaitu sebagai berikut.

1. Syarat-Syarat Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)

Syarat-syarat Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) terdiri dari sintaks,
sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dampak instruksional dan dampak
pengiring.

a. Sintaks (Syntax)

Menurut Slavin (dalam Purwati, 2010) ada 5 komponen utama dalam TGT yang
secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut.
Langkah 1 : Tahap Menyampaikan Informasi (Presentasi Klasikal)

Pada fase ini guru menyajikan materi pelajaran seperti biasa, bisa dengan
ceramah, diskusi, demonstrasi atau eksperimen bergantung pada karakteristik materi yang
sedang disampaikan dan ketersediaan media di sekolah yang bersangkutan. Pada
kesempatan ini guru harus memberitahu siswa agar cermat mengikuti proses
pembelajaran karena informasi yang diterimanya pada fase ini sangat bermanfaat untuk
bisa menjawab kuis pada fase berikutnya dan skor kuis yang akan diperoleh sangat
menentukan skor tim mereka.

Langkah 2: Tahap Pembentukan Tim atau Pengorganisasian Siswa (Kelompok)

Pada fase ini, guru membentuk kelompok-kelompok kecil beranggotakan 4-6


orang siswa, terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang dan kurang. Fungsi
kelompok disini adalah untuk mengarahkan semua anggota untuk belajar mengkaji materi
yang disampaikan oleh guru, berdiskusi, membantu anggota yang kemampuan
akademiknya kurang sehingga mereka secara tim nantinya siap untuk mengikuti kuis.
Kekompakkan kerjasama tim akan mampu meningkatkan hubungan antar sesama anggota
tim, rasa percaya diri, dan keakraban antar siswa.

Langkah 3: Tahap Permainan (Game Tournament)

Pada fase ini, guru membuat suatu bentuk permainan. Materinya terdiri dari
sejumlah pertanyaan yang relevan dengan materi ajar yang disampaikan oleh guru pada
fase sebelumnya untuk menguji kemajuan pengetahuan siswa setelah memperoleh
informasi secara klasikal dan hasil latihan di kelompoknya. Dalam permainan ini, posisi
meja turnamen diatur sebagai berikut (Sumber: Slavin dalam Purwati, 2010).

Tim A
Tim B Tim C

Keterangan gambar:

Siswa dari suatu kelompok ditempatkan pada meja tournament berdasarkan


tingkat kemampuan mereka. Pada meja 1 ditempatkan wakil-wakil siswa yang
berkemampuan akademik tinggi, pada meja 2 dan 3 ditempatkan siswa yang
berkemampuan rata-rata, sedangkan pada meja 4 ditempatkan oleh para siswa yang
berkemampuan rendah. Selanjutnya, para siswa akan mengalami perubahan posisi dari
satu meja ke meja yang lain tergantung dari kemampuan mereka dalam mengikuti lomba
atau tournament. Pemenang pertama pada suatu meja bisa berpindah meja yang
berkualifikasi lebih tinggi, pemenang kedua tetap tinggal di meja semula, sedangkan
siswa yang memperoleh skor terendah akan bergeser ke meja yang ditempati oleh siswa
yang berkualifikasi lebih rendah. Dengan cara ini maka penempatan siswa pada saat awal
akan dapat bergeser naik atau turun sampai menempati posisi yang sesuai dengan tingkat
kemampuan yang sesungguhnya mereka miliki.

Peraturan permainan

Permainan diawali dengan memberitahukan aturan permainan kepada siswa.


Setelah itu dilanjutkan dengan membagikan kartu-kartu soal untuk bermain (kartu soal
dan kunci ditaruh terbalik diatas meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca). Permainan
pada tiap meja turnamen dilakukan dengan aturan sebagai berikut Slavin, 1995 (dalam
Kurniawan, 2008).

1. Tiap meja terdiri dari 4-6 orang siswa yang berasal dari kelompok yang
berbeda/heterogen.

2. Setiap pemain dalam tiap meja menentukan terlebih dahulu pembaca soal dan pemain
pertama dengan cara undian. Pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang
berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan
soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain.
3. Soal dikerjakan secara mandiri oleh penantang dan pemain sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain
akan membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh penantang.

4. Pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada pemain
yang menjawab benar atau penantang yang memberikan jawaban benar. Jika semua
jawaban pemain salah, maka kartu dibiarkan saja.

5. Permainan dilanjutkan dengan kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal habis
dibacakan, dan posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap peserta dalam satu
meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain dan penantang.

6. Dalam permainan, pembaca soal hanya bertugas untuk membaca soal dan membuka
kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau memberikan jawaban kepada peserta yang
lain.

7. Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap pemain dalam satu meja menghitung jumlah
kartu yang diperoleh dan menentukan berapa poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang
telah disediakan.

8. Setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh
kepada ketua kelompok. Ketua kelompok memasukkan poin yang diperoleh oleh anggota
kelompoknya pada tabel yang telah disediakan, kemudian menentukan kriteria
penghargaan yang diterima oleh kelompoknya.

Langkah 4: Tahap Pemberian Penghargaan Kelompok

Skor kelompok diperoleh dengan cara menjumlahkan skor anggota setiap


kelompok, kemudian dicari rata-ratanya. Berdasarkan skor rata-rata kelompok akan
diperoleh gambaran perbedaan prestasinya. Dari skor rata-rata kelompok ini guru dapat
memberikan penghargaan kepada setiap kelompok berdasarkan kriteria seperti pada tabel
berikut.

Kriteria Penghargaan untuk Kelompok

No Kriteria (Rata-rata Kelompok) Predikat

1 X<15 -

2 15≤X<20 Kelompok Cukup

3 20≤X<25 Kelompok Baik

4 25≤X Kelompok Sangat Baik


Skor rata-rata kelompok yang lebih kecil dari 15 sengaja tidak diberikan predikat
untuk memacu kelompok agar lebih giat belajar pada topik-topik berikutnya.

Dari sintaks pembelajaran di atas tampak bahwa pengetahuan tidak bersumber


dari guru, akan tetapi siswalah yang secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri
bersama anggota kelompoknya sesuai dengan prinsip-prinsip teori belajar
konstruktivisme. Dengan demikian, guru hanya berperan sebagai fasilitator agar terjamin
kondisi yang baik untuk pembelajaran.

b. Prinsip Reaksi (Principles of Reactions)

Prinsip reaksi merupakan pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana


seharusnya guru memberikan respon terhadap siswa. Dalam model pembelajaran
kooperatif tipe TGT, peran guru adalah sebagai berikut.

a) Membangun ikatan emosional, yaitu dengan menciptakan suasana belajar yang kondusif
dan menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran.

b) Berperan sebagai pendamping, pembimbing, fasilitator dan motivator, bukan


menempatkan diri sebagai sumber pengetahuan utama bagi siswa.

c) Harus mampu menciptakan suasana psikologis yang dapat membangkitkan respon siswa.

d) Menekankan pentingnya bekerjasama secara kooperatif dalam kelompok masing-masing


untuk mencapai tujuan pembelajaran, termasuk upaya meningkatkan keterampilan
kooperatif siswa.

e) Memberikan bantuan terbatas pada siswa yang membutuhkan bantuan. Bantuan tersebut
dapat berupa pertanyan untuk membuka wawasan siswa.

c. Sistem Sosial (The Social System)

Sistem sosial adalah pola hubungan guru dengan siswa pada saat terjadinya proses
pembelajaran. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT, pola hubungan antara
guru dan siswa yaitu terjadi interaksi dua arah, yang artinya interaksi yang terjadi antara
guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa yang lain. Proses pembelajaran dalam
model TGT lebih berpusat pada siswa (student centered approach) karena siswa tidak
dianggap sebagai objek belajar yang dapat diatur dan dibatasi oleh kemauan guru,
melainkan siswa ditempatkan sebagai subjek yang belajar sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuan yang dimiliki sehingga siswa dapat mengembangkan potensi dirinya. Hal ini
dapat dilihat dari kegiatan siswa dalam TGT yang belajar bersama secara berkelompok
dan melibatkan siswa sebagai tutor sebaya tanpa adanya tekanan dari guru. Dengan
pembelajaran seperti itu, maka akan tercipta suasana belajar yang menyenangkan
sehingga memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan rasa
tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

d. Sistem Pendukung (Support System)

Model pembelajaran TGT dalam pelaksanaannya memerlukan sarana, bahan, dan


alat yang dapat menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan sehingga dapat
merubah lingkungan belajar yang semula membosankan menjadi lebih menarik dan dapat
menumbuhkan semangat belajar siswa. Tetapi tidak memerlukan fasilitas pendukung
khusus seperti peralatan khusus atau ruangan khusus melainkan hanya meja-meja yang
akan dipakai pada saat game tournament, buku-buku yang menyangkut materi yang
dipelajari, Lembar Percobaan, LKS dan buku penunjang yang relevan.

e. Dampak Instruksional (Intructional Effect) dan Dampak Pengiring (Nurturant


Effect)

1. Dampak Instruksional (Instruksional Effect)


Dampak pembelajaran yang diperoleh dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT, yaitu sebagai berikut.

a) Kemampuan konstruksi pengetahuan

Dalam TGT siswa melakukan aktivitas dalam kelompok-kelompok kecil dan berinteraksi
dalam sebuah permainan yang melibatkan siswa sebagai tutor sebaya. Dengan aktivitas
semacam ini dan dilaksanakan secara rutin, kemampuan siswa dalam konstruksi
pengetahuan secara mandiri akan meningkat.

b) Penguasaan bahan ajar

Dalam model TGT, informasi (pengetahuan) dikonstruksi sendiri oleh siswa melalui
aktivitas belajar yang dilakukan oleh kelompok. Pengetahuan yang dikonstruksi sendiri
dapat bertahan lama dalam memori siswa sehingga pembelajaran menjadi lebih
bermakna.

c) Kemampuan berpikir kritis

Dalam model pembelajaran TGT, siswa dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang


merangsang pikiran siswa sehingga kemampuan berpikir kritis siswa dapat berkembang
dengan optimal.
d) Keterampilan kooperatif

Pembelajaran dengan TGT memberikan kesempatan kepada siswa dengan berbagai latar
belakang kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda untuk bekerja
sama, saling tergantung dan belajar menghargai satu sama lainnya. Kondisi semacam ini
memungkinkan berkembangnya keterampilan-keterampilan untuk bekerja sama yang
sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Dampak Pengiring (Nurturant Effect)


Dampak pengiring yang diperoleh dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT, yaitu sebagai berikut.

a) Minat (interest)

Minat yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. Adanya


turnamen dalam TGT meningkatkan minat belajar siswa untuk mempelajari materi
pelajaran.

b) Kemandirian atau otonomi dalam belajar

Dalam pembelajaran yang menggunakan TGT, siswa tidak menerima pengetahuan secara
pasif dari gurunya, tetapi siswa berupaya sendiri mengkonstruksi sendiri pengetahuannya
dalam kelompok-kelompok kecil. Kondisi semacam ini akan menumbuhkan kemandirian
atau otonomi siswa dalam belajar.

c) Nilai (value)

Pada TGT terkandung nilai kejujuran dalam merahasiakan soal masing-masing individu,
keterbukaan dalam memberikan penjelasan kepada teman lain dan demokrasinya terlihat
ketika berdiskusi untuk menyatukan pendapat yang berbeda.

d) Sikap Positif terhadap suatu mata pelajaran tertentu

Adanya suasana persaingan yang kompetitif antar kelompok akan membuat siswa terlibat
aktif dalam pembelajaran, baik dalam mempelajari bahan ajar dan membangun
pengetahuan sendiri. Kondisi ini akan membuat pembelajaran menjadi menyenangkan.
Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, maka akan dapat
menumbuhkan sikap positif terhadap suatu mata pelajaran tertentu.

2. Pendekatan Pada Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)


Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran (Sanjaya, 2006:127). Pendekatan yang digunakan pada model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) adalah sebagai berikut.

a. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered
approach)

Hal ini dapat dilihat dari kegiatan siswa dalam TGT yang belajar bersama secara
berkelompok dan melibatkan siswa sebagai tutor sebaya.

b. Pendekatan Liberal (Liberal approaches)

Pendekatan ini memberikan kesempatan luas pada siswa untuk mengembangkan strategi
dan keterampilan belajarnya sendiri.

c. Pendekatan bervariasi

Pendekatan ini merupakan pendekatan yang bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan
yang dihadapi anak didik dalam belajar adalah bervariasi (Bahri Djamarah, 2006). Dalam
model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat digunakan pendekatan yang bervariasi
yang disesuaikan dengan kondisi siswa. Sehingga dengan cara tersebut akan menjamin
keterlibatan total semua siswa dan merupakan upaya yang sangat baik untuk
meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok.

3. Strategi Pada Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)

Pada Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) strategi yang


digunakan adalah strategi pembelajaran kooperatif yaitu strategi pembelajaran kelompok
yang mampu meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan
kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang
lain, meningkatkan harga diri, dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar
berpikir, memecahkan masalah serta mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan
(Sanjaya, 2006).

4. Metode Pada Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)

Metode yang dapat digunakan pada Model Pembelajaran Teams Games Tournament
(TGT) ada berbagai macam, beberapa diantaranya yaitu sebagai berikut.

a. Metode Ceramah
Menurut Arikunto (dalam Djamarah, 2005), metode ceramah adalah sebuah cara
melaksanakan pembelajaran yang dilakukan guru secara monolog dan berlangsung satu
arah, yaitu dari guru ke siswa. Pada model pembelajaran TGT, metode ceramah dapat
digunakan pada menjelaskan diawal pelajaran, menyimpulkan materi pembelajaran dan
mengkonfimasi bila ada jawaban siswa yang perlu diperbaiki.

b. Metode kerja kelompok

Metode kerja kelompok adalah metode mengajar dengan mengkondisikan peserta


didik dalam suatu kelompok sebagai suatu kesatuan dan diberikan tugas untuk dibahas
dalam kelompok tersebut (Sriyono, 1992:121). Pada model pembelajaran TGT, siswa
dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4-6 orang untuk menyelesaikan
permasalahan tertentu.

c. Metode Diskusi

Pada model pembelajaran TGT, siswa melakukan diskusi dengan anggota kelompok
masing-masing untuk memecahkan suatu permasalahan.

d. Metode demostrasi

Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan


mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik
sebenarnya atau hanya sekedar tiruan (Sanjaya, 2006:152). Pada Model TGT dapat
diterapkan pada saat guru mnyajikan informasi.

f. Metode problem solving

Metode problem solving adalah suatu cara mengajar yang menghadapkan siswa kepada
suatu masalah agar dipecahkan atau diselesaikan (Sriyono, 1992:118). Pada model
pembelajaran TGT, siswa dihadapkan pada suatu masalah yang terdapat pada LKS atau
permasalahan yang diberikan oleh guru untuk dipecahkan dalam kelompok masing-
masing.

h. Metode Pemberian tugas

Metode pemberian tugas dapat diartikan sebagai suatu format interaksi belajar mengajar
yang ditandai dengan adanya satu atau lebih tugas yang diberikan oleh guru, tugas
tersebut dapat diselesaikan secara individu atau secara berkelompok sesuai dengan
perintahnya (Sriyono, 1992). Pada model pembelajaran TGT, guru memberikan tugas
kepada kelompok masing-masing untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikannya.
e. Metode Eksperimen

Metode eksperimen atau percobaan adalah cara belajar mengajar yang dilibataktifkan
peserta didik dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan itu
(Sumantri, 1999:157). Pada model TGT dapat digunakan pada langkah pertama yaitu
presentasi klasikal atau penyajian informasi.

C. Simpulan

Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Model Pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) adalah salah satu


tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-
kelompok belajar yang beranggotakan 4 sampai 6 orang siswa yang memiliki
kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Model ini
dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards.
2. Analisis model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) , sebagai berikut.
a. Syarat-syarat model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

a) Sintaks, yaitu presentasi klasikal, pembentukan tim dan pengorganisasian siswa,


permainan (Games Tournament) dan pemberian penghargaan

b) Prinsip reaksi, yaitu membangun ikatan emosional, berperan bukan sebagai sumber
utama dan menekankan pembelajaran kooperatif.

c) Sistem sosial, yaitu intekasi dua arah dan berpusat pada siswa.

d) Sistem pendukung, yaitu meja untuk turnamen, LKS, Lembar Percobaan dan buku
penunjang yang relevan.

e) Memiliki dampak instruksional dan dampak pengiring.

b. Pendekatan yang digunakan pada Model Pembelajaran TGT yaitu pendekatan


berorientasi pada siswa, pendekatan liberal dan pendekatan bervariasi.

c. Strategi yang digunakan pada Model pembelajaran TGT adalah strategi pembelajaran
kooperatif.
d. Metode yang digunakan pada Model Pembelajaran TGT ada berbagai macam beberapa
diantaranya yaitu metode ceramah, kerja kelompok, diskusi, demosntrasi, problem
solving, pemberian tugas, dan eksperimen.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament)


Posted by Rizkq Aeni

Pada postingan kali ini saya akan mengulas tentang model pembelajaran
kooperatif tipe TGT. Ulasan di bawah ini disadur dari skripsi karya Warid Ardiansyah
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang.

Pembelajaran Kooperatif sangat beragam jenisnya. Salah satunya adalah model


pembelajaran TGT (Teams Games Tournament). Menurut Kurniasari (2006), model
pembelajaran TGT merupakan model pembelajaran kooperatif dengan membentuk
kelompok-kelompok kecil dalam kelas yang terdiri atas 3-5 siswa yang heterogen, baik
dalam hal akademik, jenis kelamin, ras, maupun etnis. Inti dari model ini adalah adanya
game dan turnamen akademik.
Sebelum memulai game dan turnamen akademik, guru terlebih dahulu
menempatkan siswa dalam sebuah tim yang mewakili heterogenitas kelas ditinjau dari
jenis kelamin, ras, maupun etnis. Masing-masing siswa nantinya akan mewakili
kelompoknya untuk bersaing dalam meja turnamen.
Setelah kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, guru kemudian
menyajikan materi dan selanjutnya siswa bekerja mengerjakan LKS dalam kelompoknya
masing-masing. Apabila ada anggota kelompok yang kurang mengerti dengan materi dan
tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertugas memberikan jawaban
seta menjelaskannya sebelum pertanyaan tersebut diajukan kepada guru.
Untuk memastikan apakah semua anggota kelompok telah menguasai materi,
maka siswa akan bertanding dalam game dan turnamen ademik. Game hanya diikuti oleh
perwakilan dari masing-masing kelompok, sedangkan turnamen diikuti oleh semua siswa.
Ketika turnamen akademik, siswa akan dipisahkan dengan kelompok asalnya
untuk ditempatkan dalam meja-meja turnamen. Setiap meja turnamen terdiri dari
beberapa siswa yang mewakili kelompoknya masing-masing. Penentuan dimana meja
turnamen yang akan ditempati oleh siswa dilakukan oleh guru, yaitu dengan melihat
homogenitas akademik. Maksudnya, siswa yang berada dalam satu meja turnamen adalah
siswa dengan kemampuan akademiknya setara. Hal ini dapat ditentukan berdasarkan nilai
yang diperoleh saat pre-test.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini disajikan tahapan-tahapan dalam model
pembelaran TGT. Menurut Slavin (2001:166-167), langkah-langkah model pembelajaran
TGT ada lima tahap, yaitu: tahap presentasi di kelas, tim, game, turnamen, dan rekognisi
tim. Uraian selengkapnya sebagai berikut:
2.2.A. Presentasi di kelas
Penyajian materi dalam TGT diperkenalkan melalui presentasi kelas. Presentasi
kelas dilakukan oleh guru pada saat awal pembelajaran. Guru menyampaikan materi
kepada siswa terlebih dahulu yang biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung
melalui ceramah. Selain menyajikan materi, pada tahap ini guru juga menyampaikan
tujuan, tugas, atau kegiatan yang harus dilakukan siswa, serta memberikan motivasi.
Pada tahap ini, siswa juga dapat diikutsertakan saat penyajian materi. Bahkan agar
lebih menarik, penyajian materi bisa disajikan dalam bentuk audiovisual yang dikemas
dalam CD interaktif seperti yang dilakukan dalam penelitian ini.
Pada saat penyajian materi, siswa harus benar-benar memperhatikan serta
berusaha untuk memahami materi sebaik mungkin, karena akan membantu siswa bekerja
lebih baik pada saat kerja kelompok, game dan saat turnamen akademik. Selain itu, siswa
dituntut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran seperti mengajukan pertanyaan,
menjawab pertanyaan yang diajukan guru, dan mempresentasikan jawaban di depan
kelas.
2.2.B. Tim/kelompok
Setelah penyajian materi oleh guru, siswa kemudian berkumpul berdasarkan
kelompok yang sudah dibagi guru. Setiap tim atau kelompok terdiri dari 3 sampai 5 siswa
yang anggotanya heterogen. Dalam kelompoknya siswa berusaha mendalami materi yang
telah diberikan guru agar dapat bekerja dengan baik dan optimal saat turnamen.
Guru kemudian memberikan LKS untuk dikerjakan. Siswa lalu mencocokkan
jawabannya dengan jawaban teman sekelompok. Bila ada siswa yang mengajukan
pertanyaan, teman sekelompoknya bertanggung jawab untuk menjawab dan menjelaskan
pertanyaan tersebut. Apabila teman sekelompoknya tidak ada yang bisa menjawabnya,
maka pertanyaan tersebut bisa diajukan kepada guru.
Belajar dalam kelompok sangat bermanfaat, karena dapat mengembangkan
keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial memupuk keterampilan kerja sama siswa.
Keterampilan sosial yang dimaksud adalah berbagi tugas dengan anggota kelompoknya,
saling bekerja sama, aktif bertanya, menjelaskan dan mengemukakan ide, menanggapi
jawaban/pertanyaan dari teman, dan sebagainya.
2.2.C. Game (permainan)
Apabila siswa telah selesai mengerjakan LKS bersama anggota kelompoknya,
tugas siswa selanjutnya adalah melakukan game. Game dimainkan oleh perwakilan dari
tiap-tiap kelompok pada meja yang telah dipersiapkan. Di meja tersebut terdapat kartu
bernomor yang berhubungan dengan nomor pertanyaan-pertanyaan pada lembar
permainan yang harus dikerjakan peserta. Siswa yang tidak bermain juga berkewajiban
mengerjakan soal-soal game beserta teman sekelompoknya.
2.2.D. Tournament (turnamen)
Turnamen biasanya dilakukan tiap akhir pekan atau akhir subbab. Turnamen
diikuti oleh semua siswa. Tiap-tiap siswa akan ditempatkan di meja turnamen dengan
siswa dari kelompok lain yang kemampuan akademiknya setara. Jadi, dalam satu meja
turnamen akan diisi oleh siswa-siswa homogen (kemampuan setara) yang berasal dari
kelompok yang berbeda.
Meja turnamen diurutkan dari tingkatan kemampuan tinggi ke rendah. Meja 1
untuk siswa dengan kemampuan tinggi, meja 2 untuk siswa dengan kemampuan sedang.
Meja 3 untuk siswa dengan kemampuan di bawah siswa-siswa di meja 2, dan seterusnya.
Di meja turnamen tersebut siswa akan bertanding menjawab soal-soal yang disediakan
mewakili kelompoknya.
Soal-soal turnamen harus dirancang sedemikian rupa agar semua siswa dari semua
tingkat kemampuan dapat menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Jadi, guru membuat
kartu soal yang sulit untuk siswa pintar, dan kartu dengan soal yang lebih mudah untuk
anak yang kurang pintar.
Siswa yang mendapat skor tertinggi akan naik ke meja yang setingkat lebih tinggi.
Siswa yang mendapatkan peringkat kedua bertahan pada meja yang sama, sedangkan
siswa dengan peringkat-peringkat di bawahnya akan turun ke meja yang yang
tingkatannya lebih rendah.

Setelah siswa ditempatkan dalam meja turnamen, maka turnamen dimulai dengan
memperhatikan aturan-aturannya. Aturan-aturan turnamen TGT yaitu:
(1) cara memulai permainan
Untuk memulai permainan, terlebih dahulu ditentukan pembaca pertama. Cara
menentukan siswa yang menjadi pembaca pertama adalah dengan menarik kartu
bernomor. Siswa yang menarik nomor tertinggi adalah pembaca pertama.
(2) Kocok dan ambil kartu bernomor dan carilah soal yang berhubungan dengan nomor
tersebut pada lembar permainan.
Setelah pembaca pertama ditentukan, pembaca pertama kemudian mengocok kartu
dan mengambil kartu yang teratas. Pembaca pertama lalu membacakan soal yang
berhubungan dengan nomor yang ada pada kartu. Setelah itu, semua siswa harus
mengerjakan soal tersebut agar mereka siap ditantang. Setelah si pembaca memberikan
jawabannya, maka penantang I (siswa yang berada di sebelah kirinya) berhak untuk
menantang jawaban pembaca atau melewatinya.
(3) Tantang atau lewati
Apabila penantang I berniat menantang jawaban pembaca, maka penantang I
memberikan jawaban yang berbeda dengan jawaban pembaca. Jika penantang I
melewatinya, penantang II boleh menantang atau melewatinya pula. Begitu seterusnya
sampai semua penantang menentukan akan menantang atau melewati.
Apabila semua penentang sudah menantang atau melewati, penantang II
memeriksa lembar jawaban dan mencocokkannya dengan jawaban pembaca serta
penantang. Siapapun yang jawabannya benar berhak menyimpan kartunya. Jika jawaban
pembaca salah maka tidak dikenakan sanksi, tetapi bila jawaban penantang salah maka
penantang mendapatkan sanksi. Sanksi tersebut adalah dengan mengembalikan kartu
yang telah dimenangkan sebelumnya (jika ada).
(4) Memulai putaran selanjutnya
Untuk memulai putaran selanjutnya, semua posisi bergeser satu posisi kekiri.
Siswa yang tadinya menjadi penantang I berganti posisi menjadi pembaca, penantang II
menjadi penantang I, dan pembaca menjadi penantang yang terakhir. Setelah itu,
turnamen berlanjut sampai kartu habis atau sampai waktu yang ditentukan guru.
(5) Perhitungan poin
Apabila turnamen telah berakhir, siswa mencatat nomor yang telah meraka menangkan
pada lembar skor permainan. Pemberian poin turnamen selanjutnya dilakukan oleh guru.

Selanjutnya, poin-poin tersebut dipindahkan ke lembar rangkuman tim untuk


dihitung rerata skor kelompoknya. Untuk menghitung rerata skor kelompok adalah
dengan menambahkan skor seluruh anggota tim kemudian dibagi dengan jumlah anggota
tim yang bersangkutan.
2.2E. Rekognisi tim (penghargaan tim)
Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rerata skor kelompok. Penghargaan
kelompok diberikan sesuai kriteria berikut.
Kriteria (rata-rata tim) Penghargaan
40 Tim baik
45 Tim sangat baik
50 Tim super
You might also like:
Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games-
Tournament (TGT)
Posted by Mahmuddin pada Desember 23, 2009

Teams Games-Tournaments (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards.
Dalam TGT, para siswa dikelompokkan dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang heterogen.
Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua
anggota tim telah menguasai pelajaran (Slavi, 2008). Secara umum, pembelajaran kooperatif tipe TGT
memiliki prosedur belajar yang terdiri atas siklus regular dari aktivitas pembelajaran kooperatif. Games
Tournament dimasukkan sebagai tahapan review setelah setelah siswa bekerja dalam tim (sama dengan
TPS).

Dalam TGT siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin
bagi skor timnya. Siswa memainkan game ini bersama tiga orang pada “meja-turnamen”, di mana
ketiga peserta dalam satu meja turnamen ini adalah para siswa yang memiliki rekor nilai IPA terakhir
yang sama. Sebuah prosedur “menggeser kedudukan” membuat permainan ini cukup adil. Peraih rekor
tertinggi dalam tiap meja turnamen akan mendapatkan 60 poin untuk timnya, tanpa menghiraukan dari
meja mana ia mendapatkannya. Ini berarti bahwa mereka yang berprestasi rendah (bermain dengan
yang berprestasi rendah juga) dan yang berprestasi tinggi (bermain dengan yang berprestasi tinggi)
kedua-duanya memiliki kesempatan yang sama untuk sukses. Tim dengan tingkat kinerja tertinggi
mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan tim lainnya.

TGT memiliki dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan. Teman satu tim akan
saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan
menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, tetapi sewaktu siswa sedang bermain dalam game
temannya tidak boleh membantu, memastikan telah terjadi tanggung jawab individual.
Permainan TGT berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap-
tiap siswa akan mengambil sebuah kartu dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan
angka yang tertera. Turnamen ini memungkinkan bagi siswa untuk menyumbangkan skor-skor
maksimal buat kelompoknya. Turnamen ini juga dapat digunakan sebagai review materi pelajaran.

Dalam Implementasinya secara teknis Slavin (2008) mengemukakan empat langkah utama dalam
pembelajaran dengan teknik TGT yang merupakan siklus regular dari aktivitas pembelajaran, sebagai
berikut:

 Step 1: Pengajaran, pada tahap ini guru menyampaikan materi pelajaran.


 Step 2: Belajar Tim, para siswa mengerjakan lembar kegiatan dalam tim mereka untuk menguasai
materi.
 Step 3: Turnamen, para siswa memainkan game akademik dalam kemampuan yang homogen, dengan
meja turnamen tiga peserta (kompetisi dengan tiga peserta).
 Step 4: Rekognisi Tim, skor tim dihitung berdasarkan skor turnamen anggota tim, dan tim tersebut
akan direkognisi apabila mereka berhasil melampaui kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sedangkan Pelaksanaan games dalam bentuk turnamen dilakukan dengan prosedur, sebagai berikut:

1. Guru menentukan nomor urut siswa dan menempatkan siswa pada meja turnamen (3 orang ,
kemampuan setara). Setiap meja terdapat 1 lembar permainan, 1 lbr jawaban, 1 kotak kartu nomor, 1
lbr skor permainan.
2. Siswa mencabut kartu untuk menentukan pembaca I (nomor tertinggi) dan yang lain menjadi penantang
I dan II.
3. Pembaca I menggocok kartu dan mengambil kartu yang teratas.
4. Pembaca I membaca soal sesuai nomor pada kartu dan mencoba menjawabnya. Jika jawaban salah,
tidak ada sanksi dan kartu dikembalikan. Jika benar kartu disimpan sebagai bukti skor.
5. Jika penantang I dan II memiliki jawaban berbeda, mereka dapat mengajukan jawaban secara
bergantian.
6. Jika jawaban penantang salah, dia dikenakan denda mengembalikan kartu jawaban yang benar (jika
ada).
7. Selanjutnya siswa berganti posisi (sesuai urutan) dengan prosedur yang sama.
8. Setelah selesai, siswa menghitung kartu dan skor mereka dan diakumulasi dengan semua tim.
9. Penghargaan sertifikat, Tim Super untuk kriteria atas, Tim Sangat Baik (kriteria tengah), Tim Baik
(kriteria bawah)
10. Untuk melanjutkan turnamen, guru dapat melakukan pergeseran tempat siswa berdasarkan prestasi
pada meja turnamen.
Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran TGT
Riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran telah banyak dilakukan oleh pakar
pembelajaran maupun oleh para guru di sekolah. Dari tinjuan psikologis, terdapat dasar teoritis yang
kuat untuk memprediksi bahwa metode-metode pembelajaran kooperatif yang menggunakan tujuan
kelompok dan tanggung jawab individual akan meningkatkan pencapaian prestasi siswa. Dua teori
utama yang mendukung pembelajaran kooperatif adalah teori motivasi dan teori kognitif.

Menurut Slavin (2008), perspektif motivasional pada pembelajaran kooperatif terutama memfokuskan
pada penghargaan atau struktur tujuan di mana para siswa bekerja. Deutsch (1949) dalam Slavin
(2008) mengidentifikasikan tiga struktur tujuan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:
1. kooperatif, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu memberi konstribusi pada pencapaian
tujuan anggota yang lain.
2. kompetitif, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu menghalangi pencapaian tujuan anggota
lainnya.
3. individualistik, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu tidak memiliki konsenkuensi apa pun
bagi pencapaian tujuan anggota lainnya.
Dari pespektif motivasional, struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi di mana satu-
satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka
sukses. Oleh karena itu, mereka harus membantu teman satu timnya untuk melakukan apa pun agar
kelompok berhasil dan mendorong anggota satu timnya untuk melakukan usaha maksimal.

Sedangkan dari perspektif teori kognitif, Slavin (2008) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif
menekankan pada pengaruh dari kerja sama terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Asumsi dasar
dari teori pembangunan kognitif adalah bahwa interaksi di antara para siswa berkaitan dengan tugas-
tugas yang sesuai mengingkatkan penguasaan mereka terhadap konsep kritik. Pengelompokan siswa
yang heterogen mendorong interaksi yang kritis dan saling mendukung bagi pertumbuhan dan
perkembangan pengetahuan atau kognitif. Penelitian psikologi kognitif menemukan bahwa jika informasi
ingin dipertahankan di dalam memori dan berhubungan dengan informasi yang sudah ada di dalam
memori, orang yang belajar harus terlibat dalam semacam pengaturan kembali kognitif, atau elaborasi
dari materi. Salah satu cara elaborasi yang paling efektif adalah menjelaskan materinya kepada orang
lain.

Namun demikian, tidak ada satupun model pembelajaran yang cocok untuk semua materi, situasi dan
anak. Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik yang menjadi penekanan dalam proses
implementasinya dan sangat mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran. Secara psikologis,
lingkungan belajar yang diciptakan guru dapat direspon beragama oleh siswa sesuai dengan modalitas
mereka. Dalam hal ini, pembelajaran kooperatif dengan teknik TGT, memiliki keunggulan dan
kelemahan dalam implementasinya terutama dalam hal pencapaian hasil belajar dan efek psikologis bagi
siswa.

Slavin (2008), melaporkan beberapa laporan hasil riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif
terhadap pencapaian belajar siswa yang secara inplisit mengemukakan keunggulan dan kelemahan
pembelajaran TGT, sebagai berikut:

 Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara signifikan
lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional.
 Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan
bukannya pada keberuntungan.
 TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga diri akademik mereka.
 TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal dan nonberbal, kompetisi yang
lebih sedikit)
 Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi menggunakan waktu yang lebih banyak.
 TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan emosional, lebih
sedikit yang menerima skors atau perlakuan lain.
Sebuah catatan yang harus diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran TGT adalah bahwa nilai
kelompok tidaklah mencerminkan nilai individual siswa. Dengan demikian, guru harus merancang alat
penilaian khusus untuk mengevaluasi tingkat pencapaian belajar siswa secara individual.

Anda mungkin juga menyukai