Anda di halaman 1dari 9

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES


TOURNAMENT

Savana Alainaa
Universitas Negeri Padang, Padang
Corresponding author: savanaainaa25@gmail.com

ABSTRAK
Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang rendah, diantaranya peran
guru dalam memberikan materi pelajaran, motivasi belajar, minat belajar dan tingkat
kemampuan awal siswa. Untuk dapat memperoleh hasil belajar yang baik dan maksimal,
diperlukan penggunaan model pembelajaran yang tepat, salah satunya yang dapat
digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).
Model Teams Games Tournament (TGT) merupakan model pembelajaran yang
melibatkan peserta didik aktif dalam pembelajaran, diawali dengan penyajian kelas dan
diakhiri dengan memberikan penghargaan kepada tim kelompok yang memenangkan
pertandingan. Kompetensi yang dapat dikembangkan oleh siswa melalui model
pembelajaran tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat menjadi upaya bagi guru
untuk mengimplementasikan tipe TGT ini kedalam pembelajaran sebagai peningkatan
hasil belajar siswa. tujuan dari penulisan artikel ini adalah mengetahui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament dalam meningkatkan hasil
belajar siswa melalui berbagai kajian literatur yang ada. Berdasarkan analisis pada
beberapa penelitian terdahulu, implementasi dari model pembelajaran kooperatif tipe
TGT ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada beberapa jenjang mulai dari tingkat
Sekolah Dasar hingga tingkat Sekolah Menengah Atas.
Keywords: Hasil Belajar, Model pembelajaran Kooperatif, Teams Games Tournament

ABSTRACT
Many factors influence low student learning outcomes, including the teacher's role in
providing subject matter, learning motivation, interest in learning and students' initial
level of ability. To be able to obtain good and maximum learning outcomes, it is
necessary to use the right learning model, one of which can be used is the Teams Games
Tournament (TGT) cooperative learning model. The Teams Games Tournament (TGT)
model is a learning model that involves active students in learning, starting with class
presentations and ending with giving awards to the group team that won the
competition. Competencies that can be developed by students through the Teams Games
Tournament (TGT) type learning model can be an effort for teachers to implement this
type of TGT into learning as an increase in student learning outcomes. the purpose of

Page |1|
writing this article is to find out the application of the Teams Games Tournament type
cooperative learning model in improving student learning outcomes through various
existing literature reviews. Based on the analysis of several previous studies, the
implementation of this type of TGT cooperative learning model can improve student
learning outcomes at several levels starting from the elementary school level to the
senior high school level.

Keywords: Learning Outcomes, Cooperative Learning Model, Teams Games


Tournament

PENDAHULUAN
Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan
sumber daya manusia ke arah yang lebih baik. Melalui upaya tersebut, pendidikan
diharapkan mampu membentuk peserta didik yang dapat mengembangkan sikap,
keterampilan dan kecerdasan intelektualnya agar menjadi manusia yang terampil,
cerdas, dan berakhlak mulia (Wilujeng, 2013). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
pasal 1 menyatakan, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan juga tidak terlepas dari
kegiatan belajar mengajar serta aspek-aspek yang mempengaruhinya. Dalam proses
pembelajaran tersebut, tentunya dibutuhkan tujuan pembelajaran agar proses
pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan arah serta membantu guru untuk lebih fokus
mempersiapkan konten pelajaran yang jelas. Untuk mencapai tujuan pembelajaran,
maka proses pembelajaran tersebut harus dilaksanakan dengan maksimal, sehingga
peserta didik dapat meraih hasil belajar yang lebih baik. Dalam pelaksanaan
pembelajaran, masih terdapat banyak siswa yang mengalami masalah dalam belajar
akibatnya hasil belajar yang dicapai rendah (Rahman, 2022).
Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang rendah, diantaranya
peran guru dalam memberikan materi pelajaran, motivasi belajar, minat belajar dan
tingkat kemampuan awal siswa (Artinta dan Fauziah, 2021). Oleh karena itu, perlu
untuk guru mempersiapkan metode dan media pembelajaran yang tepat bagi peserta
didik agar dapat menerima materi dengan baik. Model pembelajaran yang digunakan
harus menarik dan mampu membuat peserta didik berperan aktif di dalamnya (Ulfia dan
Irwandani, 2019). Jika model dan metode pembelajaran yang digunakan menarik, maka
peserta didik akan memiliki minat dan motivasi yang kuat untuk mempelajari materi
tersebut. Hal ini tentunya akan membantu dalam meningkatkan hasil belajar peserta
didik. Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh setelah melakukan kegiatan belajar.
Hasil belajar meliputi tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor (Ulfia dan
Irwandani, 2019). Untuk dapat memperoleh hasil belajar yang baik dan maksimal,

Page |2|
diperlukan penggunaan model pembelajaran yang tepat, salah satunya yang dapat
digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dalam belajar dan
menyelesaikan tugas-tugas terstruktur (Hasanah dan Himami, 2021). Model
pembelajaran kooperatif memiliki beberapa contoh atau tipe, salah satunya yaitu tipe
Teams Games Tournament (TGT). TGT merupakan salah satu tipe dalam pembelajaran
kooperatif yang dapat memotivasi siswa agar tidak pasif dan juga tidak bosan pada
proses pembelajaran (Lestari dkk, 2018). Jadi, model pembelajaran kooperatif tipe TGT
ini menyajikan suatu konsep yang disertai dengan belajar secara kelompok dan melalui
permainan serta berhubungan dengan bagaimana cara siswa belajar. Model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Game Tournament) menempatkan siswa
dalam kelompok-kelompok belajar dengan pengelompokan heterogen, dengan tahapan
belajar dalam kelompok, permainan, pertandingan, dan penghargaan (Lestari dkk,
2018). Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, salah satunya penelitian
yang dilakukan oleh Sugiata (2019) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran
Team Game Tournament (TGT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar” Mengungkapkan
bahwa penerapan model pembelajaran Team Game Tournamet (TGT) telah
meningkatkan hasil belajar peserta didik, yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan
hasil belajar di setiap siklus penelitian.
Kemudian, penelitian serupa juga telah dilakukan oleh Armidi (2022) dengan
judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament
untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VI SD” menunjukkan bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT memberikan pengaruh yang positif
terhadap peningkatan hasil belajar IPS pada siswa kelas VI SD Negeri 3 Tukadmungga
semester II tahun pelajaran 2018/2019. Berdasarkan penelitian yang terdahulu, dapat
dikatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament)
dapat diimplementasikan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam berbagai
bidang ilmu pengetahuan. Maka dari itu, tujuan dari penulisan artikel ini adalah
mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament
dalam meningkatkan hasil belajar siswa melalui berbagai kajian literatur yang ada.

PEMBAHASAN
Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar adalah kemampuan siswa yang diperoleh setelah kegiatan belajar
(Nugraha, 2020). Hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu yang
dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dan meliputi keterampilan
kognitif, afektif, maupun psikomotor (Wulandari, 2021). Pendapat lain dari Biantoro
(2022) hasil belajar adalah sebagai hasil dari proses belajar mengajar baik kognitif,
afektif, maupun psikomotor dengan penilaian yang sesuai dengan kurikulum
pembelajaran lembaga pendidikan. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai perubahan perilaku baik berupa
keterampilan ataupun kemampuan dari proses belajar mengajar yang meliputi ranah
kognitif, afektif, maupun psikomotor setelah menyelesaikan pembelajaran melalui

Page |3|
berbagai sumber belajar dan lingkungan belajarnya. Hasil belajar berkaitan dengan
perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku dalam diri seseorang
akibat pembelajaran yang dilakukanya, perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan
bukan termasuk kedalam hasil belajar (Lestari, 2012) dalam (Mulia dkk, 2021).
Baik atau buruk nya hasil belajar tergantung kepada masing-masing individu
siswa dalam belajar dan guru yang mengajar, sebab hasil belajar diperoleh dari siswa
yang mengalami proses pembelajaran dan bagaimana cara guru dalam mengajarnya.
Seberapa baik siswa menerima pelajaran dalam proses belajar mengajar dan seberapa
baik guru membuat pembelajaran menjadi menarik untuk siswa terima adalah salah satu
faktor penentu hasil belajar (Nurqaidah dan Hendra, 2022). Faktor-faktor yang
mempengaruhi siswa dalam belajar juga mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor-
faktor yang mempengaruhi belajar menurut Slameto (2003:54-60) dalam Suratman dan
Rakhmasari (2019) adalah faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor
yang ada di dalam individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor
yang ada di luar individu. Dalam faktor intern, terdapat faktor jasmaniah yang meliputi:
kesehatan, cacat tubuh. Kemudian faktor psikologis yang meliputi: inteligensi,
perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan dan yang terakhir adalah faktor
kelelahan. Selain faktor intern, juga terdapat faktor ekstern diantaranya adalah faktor
keluarga meliputi: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana
rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan. Di
samping itu, terdapat juga faktor sekolah yang meliputi: metode mengajar, kurikulum,
relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran,
waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas
rumah, dan yang terakhir adalah faktor masyarakat yang meliputi kegiatan siswa dalam
masyarakat, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat (Suratman dan
Rakhmasari, 2019).
Lebih lanjut, menurut Muhubbin Syah dalam bukunya yang berjudul “Psikologi
Belajar” faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain: 1) Faktor
internal yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani peserta didik. 2) Faktor
eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar peserta didik
misalnya faktor lingkungan. 3) Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar
siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan
mempelajari materi-materi pembelajaran. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa tinggi
rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor yang ada, baik internal
maupun eksternal. Faktor-faktor tersebut mempunyai pengaruh penting terhadap upaya
pencapaian hasil belajar siswa dan dapat mendukung terselenggaranya kegiatan proses
pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Selain itu, menurut Iskandar
(2021:123-140) hasil belajar harus menunjukkan perubahan keadaan menjadi lebih baik,
sehingga bermanfaat untuk: (a) menambah pengetahuan, (b) lebih memahami sesuatu
yang belum dipahami sebelumnya, (c) lebih mengembangkan keterampilannya, (d)
memiliki pandangan yang baru atas sesuatu hal, (e) lebih menghargai sesuatu daripada
sebelumnya.
Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Johnson dalam buku Andi Sulistio dan Nik Haryanti dengan judul
“Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning Model)” yang dimaksud

Page |4|
dengan model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar secara
kelompok-kelompok kecil, siswa belajar dan bekerjasama untuk sampai pada
pengalaman belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun kelompok.
Selanjutnya Davidson dan Kroll, sebagaimana yang dikutip dalam buku Anggar titis
Prayitno yang berjudul “Strategi, Pendekatan, dan Model Pembelajaran Cooperative
Learning dalam Pembelajaran Matematika” dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif
diartikan dengan kegiatan yang berlangsung dalam lingkungan belajar sehingga siswa
dalam kelompok kecil saling berbagi ide-ide dan bekerja secara kolaboratif untuk
menyelesaikan tugas akademik. Pendapat menurut (Rusman, 2017) dalam Wardani dan
Prihaningtyas (2022) pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan
cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang
bersifat heterogen. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
learning merupakan pembelajaran yang lebih menekankan pada adanya cara atau kerja
siswa dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang bertujuan untuk
menciptakan pembelajaran yang efektif.
Tujuan dari pembelajaran kooperatif menurut Isjoni (2013:27-28) dalam
Hasanah dan Himami (2021) yaitu mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja
sama dan kolaborasi. Bekerja sama dengan teman satu kelompok dalam menyelasaikan
tugas dan masalah terkait pembelajaran. Agar peserta didik dapat melatih
ketrampilan sosialnya, ketrampilan dalam berinteraksi dan bersosialisasi dengan
sesamanya. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini
banyak anak muda masih kurang dalam pengembangan keterampilan sosial. Adapun
karakteristik dalam pembelajaran kooperatif ini antara lain; 1) Pembelajaran secara tim,
2) Didasarkan pada manajemen kooperatif, 3) Kemampuan untuk bekerja sama, dan 4)
Keterampilan untuk bekerja sama. Lebih lanjut, ciri-ciri dari Pembelajaran kooperatif
ini, yaitu: 1) Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar
sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai. 2) Kelompok dibentuk dari siswa yang
memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang
dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, yang
berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender. 3) Penghargaan lebih menekankan
pada kelompok daripada masing-masing individu (Hasanah dan Himami, 2021).
Teams Games Tournament
Model pembelajaran TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4 sampai 6
orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang
berbeda (Ulufia dan Irwandani, 2019). Jadi, model TGT ini merupakan model
pembelajaran yang melibatkan peserta didik aktif dalam pembelajaran, diawali dengan
penyajian kelas dan diakhiri dengan memberikan penghargaan kepada tim kelompok
yang memenangkan pertandingan. Model pembelajaran TGT memiliki karakteristik
yang membedakannya dengan tipe model pembelajaran kooperetif lainnya. Berdasarkan
apa yang diungkapkan oleh Slavin (dalam Rusman, 2014, 225) menyatakan bahwa
model pembelajaran TGT memiliki karakteristik, yaitu siswa bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil, games tournament, dan penghargaan kelompok. Dapat disimpulkan

Page |5|
bahwa model pembelajaran TGT memliki beberapa karakteristik yang memungkinkan
peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran.
TGT memiliki tujuan dalam penerapannya pada pembelajaran. Slavin (2010,
hlm. 14) menyatakan bahwa TGT memiliki dimensi kegembiraan yang diperoleh dari
penggunaan permainan. Lebih lanjut, Huda (2015, hlm. 197) dalam futriani (2020)
berpendapat bahwa TGT merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang
dikembangkan oleh Slavin untuk membantu peserta didik me-review dan menguasai
materi pembelajaran. TGT juga meningkatkan skill-skill dasar, pencapaian, interaksi
positif antar peserta didik, harga diri, dan sikap penerimaan pada peserta didik lain yang
berbeda.
Teams Games Tournament dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Trianto (2010: 84) dalam Sewi (2022) menyatakan terdapat langkah-langkah
pembelajaran TGT, yaitu: “(a) Siswa ditempatkan 18 dalam tim belajar beranggotakan
empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan
suku; (b) Guru menyiapkan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja di dalam tim mereka
untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasi pelajaran tersebut, dan (c)
Seluruh siswa dikenai kuis, pada waktu kuis ini mereka tidak dapat saling membantu”.
Jadi, langkah-langkah dalam pembelajaran TGT ini yaitu: 1) Membentuk kelompok
kecil yang beranggotakan 4–6 siswa, 2) Guru menyiapkan materi pelajaran, 3) Para
siswa memainkan permaian turnamen, 4) Memberikan penghargaan kepada kelompok
yang memiliki skor tertinggi, dan 5) Siswa mengerjakan soal evaluasi yang diberikan
guru bertujuan untuk melihat hasil belajar siswa.
Berdasarkan buku “Model Pembelajaran Teams Games Tournament (Tgt) dan
Jigsaw Melalui Pendekatan Saintifik” karya Agus Hariyanto, kompetensi yang dapat
dikembangkan dalam Model Pembelajaran TGT yaitu sebagai berikut: 1) Pengetahuan
(knowledge) yaitu kesadaran dalam aspek kognitif, dengan menggunakan TGT
pengetahuan siswa mengenai materi pelajaran akan lebih mendalam karena dalam TGT
ada unsur tutor sebaya. 2) Pemahaman (understanding) yaitu menyangkut kognitif dan
afektif yang dimiliki oleh individu. Di samping memahami materi pelajaran dengan
TGT siswa juga dilatih untuk memahami perasaan orang lain. 3) Kemampuan (skill)
adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang
dibebankan kepadanya. Kompetensi ini dapat dengan mudah diperoleh siswa, karena
dalam TGT dapat mengembangkan banyak kompetensi diantaranya membuat
pertanyaan dan menjelaskan kepada siswa lain. 4) Nilai (value) adalah suatu standar
perilaku yang diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang.
Kompetensi ini pada TGT terkandung dalam kejujuran dalam merahasiakan soal
masing-masing individu, keterbukaan dalam memberikan penjelasan kepada teman lain
dan demokrasinya terlihat ketika berdiskusi untuk menyatukan pendapat yang berbeda.
5) Sikap (attitude) yaitu perasaan (senang tidak senang, suka-tidak suka) atau reaksi
terhadap suatu rangsangan yang akan datang dari luar. Kompetensi sikap diperoleh
siswa karena dalam TGT siswa belajar dengan kelompok masing-masing tanpa ada
tekanan dari guru, sehingga siswa merasa senang dan santai. 6) Minat (interest) adalah
kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. Adanya turnamen dalam
TGT meningkatkan minat belajar siswa untuk mempelajari materi pelajaran.

Page |6|
Berdasarkan kompetensi yang dapat dikembangkan oleh siswa melalui model
pembelajaran tipe TGT dapat menjadi upaya bagi guru untuk mengimplementasikan
tipe TGT ini kedalam pembelajaran, sebab dalam tipe TGT ini sudah mencangkup
kebutuhan siswa dalam meningkatkan hasil belajar mereka. Seperti, pengetahuan siswa
mengenai materi pelajaran akan lebih mendalam karena dalam TGT ada unsur tutor
sebaya, siswa juga dilatih untuk memahami perasaan orang lain, dalam TGT siswa
dapat mengembangkan banyak kompetensi diantaranya membuat pertanyaan dan
menjelaskan kepada siswa lain, pada TGT terkandung nilai kejujuran dalam
merahasiakan soal masing-masing individu, keterbukaan dalam memberikan penjelasan
kepada teman lain dan demokrasinya terlihat ketika berdiskusi untuk menyatukan
pendapat yang berbeda, dalam TGT siswa belajar dengan kelompok masing-masing
tanpa ada tekanan dari guru, sehingga siswa merasa senang dan nyaman, serta dengan
adanya turnamen dalam TGT meningkatkan minat belajar siswa untuk mempelajari
materi pelajaran. Tipe TGT ini juga cocok untuk diterapkan di beberapa jenjang sekolah
mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai pada tingkat Sekolah Menengah Atas.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Ni Luh Sri Armidi (2022) bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar
IPS pada siswa kelas VI SD Negeri 3 Tukadmungga semester II tahun pelajaran
2018/2019. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan hasil belajar siswa di setiap
siklusnya. Pada setiap siklus terjadi peningkatan aktivitas, hasil belajar, maupun
performansi guru. Selain itu, penelitian lain yang dilakukan oleh Ulfia dan Irwandani
(2019) bahwa terdapat pengaruh signifikan penggunaan model pembelajaran Kooperatif
tipe Team Games Tournament (TGT) terhadap pemahaman konsep siswa kelas
eksperimen VIII di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Ulum pada tahun 2016.
Selanjutnya, penelitian lain yang dilakukan oleh Sari, dkk (2022) bahwa terdapat
pengaruh penggunaan model pembelajaran team games tournament (TGT)
menggunakan media teka-teki silang terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPA
SMA Muhammadiyah Batam. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu menunjukkan
bahwa implementasi dari model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada beberapa jenjang mulai dari tingkat SD hingga
tingkat SMA.

PENUTUP
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) ini
merupakan model pembelajaran yang melibatkan peserta didik aktif dalam
pembelajaran, diawali dengan penyajian kelas dan diakhiri dengan memberikan
penghargaan kepada tim kelompok yang memenangkan pertandingan. Tipe TGT ini
juga memliki beberapa karakteristik dan juga tujuan dalam pembelajaran. TGT dapat
meningkatkan kemampuan-kemampuan dasar, pencapaian, interaksi positif antar
peserta didik, harga diri, dan sikap penerimaan pada peserta didik lain yang berbeda.
Hal ini sesuai dengan kompetensi yang dapat dikembangkan oleh siswa melalui model
pembelajaran tipe TGT yang dapat menjadi upaya bagi guru untuk
mengimplementasikan tipe TGT ini kedalam pembelajaran sebagai peningkatan hasil
belajar siswa. kompetensi ini meliputi pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai,
sikap, dan minat siswa. Setelah dilakukan pemahaman dan analisis pada beberapa

Page |7|
penelitian terdahulu, dapat disimpulkan implementasi dari model pembelajaran
kooperatif tipe TGT ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada beberapa jenjang
mulai dari tingkat SD hingga tingkat SMA.

DAFTAR PUSTAKA
Lestari, S. E. C. A., Hariyani, S., & Rahayu, N. (2018). Pembelajaran kooperatif tipe
TGT (teams games tournament) untuk meningkatkan hasil belajar
matematika. Pi: Mathematics Education Journal, 1(3), 116-126.
Futriani, AS (2020). Analisis Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games
Tournament Terhadap Motivasi Belajar Siswa (Analisis Deskriptif Kualitatif
dengan Teknik Studi Literatur).
Mukminah, M., Fitriani, E., Mahsup, M., & Syaharuddin, S. (2020). Efektifitas Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar. Justek: Jurnal Sains dan Teknologi, 2(2), 1-5.
Mulia, E., Zakir, S., Rinjani, C., & Annisa, S. (2021). Kajian Konseptual Hasil Belajar
Siswa dalam Berbagai Aspek dan Faktor yang Mempengaruhinya. Dirasat:
Jurnal Manajemen dan Pendidikan Islam , 7 (2), 137-156.
Hasanah, Z., & Himami, A. S. (2021). Model pembelajaran kooperatif dalam
menumbuhkan keaktifan belajar siswa. Irsyaduna: Jurnal Studi
Kemahasiswaaan, 1(1), 1-13.
BIantoro, R. N. (2022). PENGARUH TINGKAT PENYESUAIAN DIRI DAN
DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA
SISWA DI ERA NEW NORMAL.
Nurqaidah, S., & Hendra, A. (2022). Persepsi Siswa Tentang Efikasi Guru Dan Tingkah
Laku Belajar Dengan Hasil Belajar Siswa. Pendidikan: Jurnal
Pendidikan , 1 (1), 158-166.
Rahman, S. (2022, January). Pentingnya motivasi belajar dalam meningkatkan hasil
belajar. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dasar.
Sari, NP, Della, S., & Agustina, F. (2022). Pengaruh Model Pembelajaran Teams Group
Tournament (Tgt) Dengan Menggunakan Media Teka-Teki Silang (Tts)
Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas Xi Ipa Sma Muhammadiyah Batam. Bio-
Lectura: Jurnal Pendidikan Biologi , 9 (1), 1-9.
SEWI, R. (2022). PENERAPAN PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TURNAMEN
(TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING DALAM
PERMAINAN SEPAK BOLA PADA SISWA KELAS VIII A SMP N 2 LEDO
KABUPATEN BENGKAYANG.
Wardani, DK, & Prihatiningtyas, S. (2022). Efektifitas Model Pembelajaran Matching
Card Dalam Pembelajaran Fiqih Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X Di MAN
3 Jombang. QALAM: Jurnal Pendidikan Islam , 3 (01).

Page |8|
Hariyanto, Agus. 2019. Model Pembelajaran Teams Games Tournament (Tgt) dan
Jigsaw Melalui Pendekatan Saintifik. Yogyakarta: Deepublish.
Sulistio, Anik dan Nik Haryanti. 2022. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative
Learning Model). Purbalingga: CV Eureka Media Aksara.
Prayitno, AT, Sumarni, MP, Adiastuty, N., Nurhayati, N., Taufik, A., Riyadi, M., &
Syafari, R. (2022). Strategi, Pendekatan, & Model Pembelajaran Cooperative
Learning dalam Pembelajaran Matematika.

Page |9|

Anda mungkin juga menyukai