Anda di halaman 1dari 13

Journal on Education

Volume 05, No. 01, September-Desember 2022, pp. 447-459


E-ISSN: 2654-5497, P-ISSN: 2655-1365
Website: http://jonedu.org/index.php/joe

Analisis Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk


Meningkatkan Sikap Kompetitif Belajar pada Siswa Sekolah Dasar

Acil Ridwan1, Euis Nur Amanah Asdiniah2, Mae Afriliani3, Magdalena4, Siti Fadia Nurul Fitri5
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Daerah Cibiru
acillprem@upi.edu

Abstract
This research is qualitative research. This study aims to analyze the application of the Student Teams
Achievement Division (STAD) model. The research method in this research is descriptive research. The
subjects of this study were elementary school students. The collection of data obtained in this study is a
literature study. The results of the research in this article show that the application of the STAD learning model
is very good to be applied to increase the competitive attitude of elementary school students. The STAD model
has 6 steps, namely: Delivering learning objectives and motivating students, presenting information,
organizing students in groups, guiding work and study groups, evaluating, and giving awards. The impact of
this learning can be seen during the learning process, namely by looking at the teacher and students who have
implemented the 6 steps of the learning model correctly, so that the learning process goes well, the interaction
between students and teachers or students and students also looks good, and students can interact in groups.
Keywords: STAD Cooperative Learning Model, Competitive Attitude, Elementary School

Abstrak
Penelitian ini adalah penelitian Kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan model Student
Teams Achievement Division (STAD). Metode penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif.
Subjek penelitian ini adalah siswa sekolah dasar. Pengumpulan data yang didapatkan dalam penelitian ini yaitu
studi literature. Hasil penelitian dalam artikel ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran STAD
sangatlah bagus diterapkan untuk meningkatkan sikap kompetitif siswa sekolah dasar. Model STAD memiliki
6 langkah yaitu: Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa, menyajikan informasi,
mengorganisasikan siswa dalam bentuk kelompok, membimbing kelompok kerja dan belajar, evaluasi dan
memberikan penghargaan. Dampak dari pembelajaran ini dapat dilihat saat proses pembelajaran berlangsung,
yaitu dengan melihat antara guru dan siswa sudah menerapkan 6 langkah model pembelajaran tersebut dengan
benar, sehingga proses pembelajaran berjalan dengan baik, interaksi antara siswa dan guru atau siswa dengan
siswa juga terlihat baik dan siswa dapat berinteraksi secara berkelompok.
Kata kunci: Model Pembelajaran Kooperatif STAD, Sikap Kompetitif, Sekolah Dasar

Copyright (c) 2022 Acil Ridwan, Euis Nur Amanah Asdiniah, Mae Afriliani, Magdalena, Siti Fadia Nurul Fitri
Corresponding author: Euis Nur Amanah Asdiniah
Email Address: euisnuramanah@upi.edu
Received 07 December 2022, Accepted 17 Desember 2022, Published 17 December 2022

PENDAHULUAN
Seperti yang kita ketahui bahwasanya semakin berkembangnya setiap zaman ke zaman di
dunia ini maka semakin maju pula perkembangan di setiap bidangnya. Tak terkecuali yaitu
perkembangan yang ada di bidang pendidikan. Di era globalisasi ini kita sebagai pendidik haruslah
selangkah lebih maju dibandingkan dengan yang lain. Apabila kita sebagai pendidik tertinggal
jauh dibelakang terutama dibidang informasi, mungkin kita yang nantinya akan di diajar atau di
didik oleh siswa kita. Karena tidak menutup kemungkinan siswa kita lebih canggih dan lebih cepat
untuk mengakses informasi di dunia internet. Karena perkembangan ilmu pengetahuan danteknologi
memungkinkan semua pihak memperoleh informasi dengan cepat dan mudah. Dengan cepat dan
mudahnya informasi yang diperoleh maka siswa perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih,
448 Journal on Education, Volume 05, No. 01, September-Desember 2022, hal. 447-459

dan mengelola informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah,tidak pasti dan kompetitif.
Oleh sebab itulah kita sebagai pendidik harus selangkah lebih maju dibandingkan yang lainnya.
Jika dibandingkan dengan yang lain, pendidikan itu sangatlah penting bagi setiap manusia, karena
dengan adanya pendidikan inilah kita akan semakin maju untuk meraih cita-cita yang kita inginkan
dan juga memajukan serta membuat kita tidak mudah untuk percaya pada berita hoax yang sekarang
sedang marak tersebar. ada berbagai pendidikan yang dapat ditempuh oleh manusia yaitu pendidikan
formal, informal dan non formal, dengan adanya pendidikan maka akan timbul sebuah tujuan
pendidikan, tujuan pendidikan tersebut harus dicapai agar pendidikan itu terlaksana dengan baik.
Selain itu menurut Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003, tujuan pendidikan
yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak peradaban bangsa yang bermartabat dan
mencerdaskan kehidupan bangsa, serta mengembangkan potensi siswa atau peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Pernyataan tersebut mengandung maksud bahwa kualifikasi kemampuan guru secara
professional dapat memainkan perannya dalam mengantar peserta didik mencapai hasil yang lebih
baik. Melalui pendidikan, pendidikan formal, informal maupun non formal manusia akan melakukan
sebuah proses pembelajaran, proses pembelajaran adalah hal yang sangat penting untuk dilakukan,
komponen penting dalam proses pembelajaran yaitu adanya guru dan peserta didik. Seorang guru
memiliki peran yang sangat penting sebagai pengajar yang dapat memberikan ilmu dan yang
membantu peserta didik melakukan sebuah proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan UU No.14
tahun 2005 tentang guru dan dosen pada pasal 4 menyatakan bahwa peran seorang guru sebagai agen
pembelajaran atau sebagai pengajar yang memiliki fungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan
nasional.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi, dkk (2018) yang menyatakan
bahwa kemampuan professional guru akan memberikan pengaruh positif pada kinerja mengajar guru
sehingga akan berdampak pada pembelajaran di kelas. Pendidik yang memegang peranan penting
dalam mencapai tujuan pembelajaran. Penelitian yang dilakukan oleh Rijal (2018:188) menyatakan
bahwa “peningkatan kualitas belajar oleh guru dengan menggunakan model pembelajaran aktif dan
efektif akan berpengaruh pada kualitas pembelajaran, sehingga akan berdampak pada prestasi
akademik siswa”. Model pembelajaran merupakan unsur yang sangat penting yang dapat
meningkatkan pemahamaman siswa saat proses pembelajaran (Yani dan Elisa,2017).
Menurut Kemendikbud dalam materi pelatihan guru implementasi Kurikulum 2013 (2014),
kurikulum 2013 berorientasi pada penguasaan kompetensi secara holistik yang menggunakan model
pembelajaran untuk jenjang sekolah dasar adalah pembelajaran tematik integratif, yaitu
pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai mata pelajaran ke dala satu tema, yang kemudia
dikembangkan lagi ke dalam anak tema atau subtema. Sedangkan orientasi kompetensi dalam
Analisis Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TipeStad Untuk Meningkatkan Sikap Kompetitif Belajar Pada Siswa
Sekolah Dasar, Acil Ridwan, Euis Nur Amanah Asdiniah, Mae Afriliani, Magdalena, Siti Fadia Nurul Fitri 449

pembelajaran Kurikulum 2013 mencakup nilai-nilai sikap, pengetahuan, dan keterampilan.


Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, pada saat pembelajaran berlangsung, kurang
maksimalnya penerapan kurikulum 2013 dengan model pembelajaran yang kreatif inovatif dan guru
kurang dalam memadukan berbagai muatan pelajaran ke dalam tema yang sudah ditentukan. Kendala
lain yang dialami adalah kurangnya keaktifan peserta didik dan tanggung jawab peserta didik dengan
pekerjaan atau tugas yang diberikan oleh guru, hal ini yang menyebabkan rendahnya hasil belajar
tematik peserta didik.
Pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa.
Banyak komponen-komponen mempengaruhi proses belajar mengajar diantaranya penggunaan
media dan metode pembelajaran. Selain itu faktor interaksi antara guru dan siswa juga sangat
mempengaruhi keberhasilan belajar siswa (tingkat kompetensi siswa). Untuk itu perlu diciptakan
interaksi antara guru dan siswa yang kondusif. Untuk menciptakan interaksi antara siswa dan guru
dalam melakukan proses komunikasi yang harmonis sehingga tercapai suatu hasil yang diinginkan
dapat dilakukan contact-hours atau jam-jam bertemu antara guru dan siswa, dimana guru dapat
menanyai dan mengungkapkan keadaan siswa dan sebaliknya siswa mengajukan persoalan-
persoalan dan hambatan-hambatan yang dihadapinya.
Pada saat guru mengajarkan materi pembelajaran kepada siswanya maka dibutuhkanlah
sikap kompetitif pada siswa dikarenakan dengan adanya sikap kompetitif inilah yang akan membuat
siswa akan lebih mudah untuk mengerti dan juga memahami materi yang akan disampaikan oleh
guru. Sebab siswa akan merasa tertarik dan ingin mempelajari pembelajaran tersebut dengan
semangat. Kemudian Seperti yang kita ketahui bahwa suatu sikap kompetensi ataukompetitif siswa ini
sangatlah penting, suatu sikap kompetensi ini biasanya ditandai dengan adanya tujuan tapi tidak ada
ketergantungan. Situasi yang kompetitif dicirikan dengan adanya sikap negatif dalam hal
ketergantungan, dimana kettika seseorang menang, maka yang lain berati kalah.
Salah satunya dengan berkompetisi mendorong siswa untuk mengeluarkan kemampuan
dirinya dalam menghadapi situasi di sekelilingnya. Daya saing siswa akan muncul dalam upaya
menunjukkan jati diri dan kemampuan yang dimiliki. Prestasi yang semaksimal mungkin adalah
harapan yang ingin dicapai dalam situasi pembelajaran yang dilaksanakan. Namun demikian untuk
menumbuhkan jiwa kompetitif pada diri siswa, bukanlah hal yang mudah bagi seorang guru. Latar
belakang kehidupan, kemampuan dan karakter siswa yang berbeda-beda membutuhkan pemikiran
guru untuk penerapan situasi pembelajaran yang kompetitif ini. Adapun beberapa sifat atau karakter
siswa yang seringkali menghambat daya saing siswa adalah : (1) malu; (2) tidak punya nyali
petarung; (3) rasa minder; dan (4) takut salah.
Untuk mengatasi masalah di atas, perlu adanya upaya untuk meningkatkan sikap kompetitif
pada siswa sekolah dasar dengan cara mengembangkan suatu pembelajaran yang kreatif dan inovatif
sehingga masalah tersebut dapat diatasi dan tujuan pembelajaran dapat dicapai. Salah satu model
pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan dan mengembangkan rasa ingin tahu, dan
450 Journal on Education, Volume 05, No. 01, September-Desember 2022, hal. 447-459

bertukar pendapat adalah Student Team Achievement Division. Menurut Slavin (1995:34) model
pembelajaran Student Team Achievement Division merupakan salah satu bentuk pembelajaran
kooperatif yang mendorong siswa saling membantu, memotivasi, serta menguasai keterampilan yang
diberikan guru. Melalui model pembelajaran STAD diharapkan dapat mendorong pemahaman
peserta didik terhadap konsep pembelajaran dan juga dapat meningkatkan sikap kompetitif siswa
sekolah dasar agar lebih tertarik dan memahami pembelajaran dengan adanya suatu kompetesi pada
saat kegiatan pembelajaran tersebut.
Menurut Hanafiah dkk (2012), STAD merupakan model pembelajaran kooperatif dengan
menggunakan kelompok kecil. Model STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan
temantemannnya di Universitas Jihen hopkin dan merupakan pendekatan yang paling sederhana.
Menurut Slavin, model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini siswa dikelompokkan dalam
kelompok belajar yang memiliki anggota empat sampai lima orang siswa yang merupakan campuran
dari kemampuan akademik yang berbeda-beda, sehingga setiap kelompok belajar ini terdapat siswa
yang berprestasi tinggi, sedang dan rendah.Sedangkan menurut Khaerudin (Usman,2009) berpendapat
bahwa STAD adalah dimana siswa ditempatkan dalam kelompok belajar yang beranggotakan 4-5
orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerja otak mereka, jenis kelamin dan
suku.Berdasarkan pengertian para ahli dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran STAD adalah
model pembelajaran yang sederhana yaitu siswa dikelompokkan menjadi 4 atau 5 orang dimana
dalam kegiatan berkelompok mereka melakukan kerja sama, saling mengeluarkan pendapat untuk
menghasilkan nilai yang baik, anggota kelompok heterogen yaitu bermacam- macam dalam prestasi
akademik, jenis kelamin dan lainlain.
Menurut Trianto (2007:52) pembelajaran kooperatif STAD merupakan salah satu tipe dari
model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah
anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan
pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok. Model
pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan
memahami konsep yang sulit jika mereka berkelompok dan berdiskusi dengan temannya. Sedangkan
model pembelajaran STAD menurut Robert Slavin adalah model pembelajaran kooperatif yang
paling sederhana, yaitu siswa dikelompokkan dalam kelompok belajar yang memiliki anggotan 4-5
anggota atau siswa yang merupakan campuran dari berbagai kemampuan akademik yang berbeda-
beda, sehingga setiap kelompok terdapat siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan
rendah.
Alasan memilih pembahasan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD karena model
pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang sederhana yang dikelompokkan menjadi 4-5
kelompok dan didalam setiap kelompok memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda bukan hanya
kecerdasan saja melainkan dibedakan dalam hal jenis kelamain dan lainnya. Selain itu dapat
digunakan untuk memberikan pemahaman konsep materi yang sulit kepada siswa. Kegiatan atau
Analisis Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TipeStad Untuk Meningkatkan Sikap Kompetitif Belajar Pada Siswa
Sekolah Dasar, Acil Ridwan, Euis Nur Amanah Asdiniah, Mae Afriliani, Magdalena, Siti Fadia Nurul Fitri 451

langkah-langkah STAD dalam proses pembelajaran sebagai berikut:


1. Menyampaikan tujuan belajar dan memotivasi siswa
2. Menyajikan informasi atau materi
3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar
5. Evaluasi
6. Memberikan penghargaan
Berdasarkan uraian uraian diatas, maka peneliti mengangkat judul “Analisis Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Sikap Kompetitif Belajar Pada
Siswa Sekolah Dasar ”.

METODE
Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi literature. Studi literature adalah cara
yang dipakai untuk menghimpun data-data atau sumber-sumber yang berhubungan dengan topik
yang diangkat dalam suatu penelitian bukan dari pengamatan langsung, tetapi diperoleh dari hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, yang berupa buku dan laporan
ilmiah dalam artikel atau jurnal. Studi literature ini dilakukan dengan melakukan kegiatan metode
pengumpulan data pustaka dari berbagai sumber yang relevan dengan permasalahan yang dikaji baik
dalam bentuk sumber tertulis. Pada penelitian ini, berbagai sumber referensi mengenai teori- teori
yang relevan meliputi metode AHP, metode TOPSIS, Sistem Pendukung Keputusan (SPK), skin
care, USE Questionare, dan skala Likert. Sumber dan referensi yang diambil dan dicari melalui
sumber buku, jurnal, artikel, hingga internet. Studi literatur ini bertujuan sebagai dasar teori untuk
memperkuat penyelesaian masalah yang ada pada penelitian ini.

HASIL DAN DISKUSI


Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Archviement Division)
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Archviement Division)
Tipe STAD adalah salah satu model pembelajaran kooperatif sangat mudah dan sangat
simple digunakan. Menurut Suyatno (dalam Dedek Andrian, dkk 2020, hlm. 68) menyatakan dengan
adanya model ini suatu pembelajaran dimana pembelajaran ini bisa membentuk kelompoksecara acak
yang dalam setiap kelompoknya memiliki sebuah tanggung jawab yang sangat besar sekali pelajaran.
Selanjutnya, menurut Khan & Inamullah (dalam Dedek Andrian, dkk 2020, hlm. 69) mengemukakan
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran kooperatif bersifat
pembelajaran yang simpel dimana pembelajaran ini akan menekankan terhadap suatu kerjasama antar
kelompok yang sudah dibentuk, dan menghilangkan kompetisi ataupun persaingan yang tidak sehat
dalam belajar, sehingga menumbuhkan sikap peduli pada diri setiap peserta didik. Sedangkan
menurut Yeung (dalam Dedek Andrian, dkk 2020, hlm 69) “model pembelajaran kooperatif tipe
452 Journal on Education, Volume 05, No. 01, September-Desember 2022, hal. 447-459

STAD menjelaskan bahwa model ini lebih terfokuskan kepada kerja kelompok bersama dengan
teman lainnya yang terdiri dari tiga sampai dengan enam kelompok yang ada orang setiap
kelompoknya, dan memiliki tanggung jawab sendiri setiap individu dalam kelompoknya, dan
anggota dalam kelompoknya agar tercapai suatu keberhasilan belajar yang ideal dalam peningkatkan
pembelajaran.
Berdasarkan definisi dari teori-teori diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe STAD adalah model yang membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang telah
dibentuk oleh guru. Dalam kelompok ini gruru membagikan dalam beberapa anggota yaitu tiga
sampai dengan enam anggota dalam satu kelompok. yang dalam pembentukan kelompoknya akan
diacak berdasarkan kinerja, jenis kelamin, suku dan bangsa. Pada model ini mengajarkan kepada
peserta didik agar bisa untuk saling berinteraksi dan berkomunikasi antar sesama anggota
kelompoknya, saling membantu, berkerjasama untuk mengatasi, dan membereskan tugas ataupun
materi yang diberikan dalam kelompoknya, dan untuk bersama-sama belajar memahami
pembelajaran agar dapat mencapai hasil suatu pembelajaran yang sangat ideal. Jadi, dalam model ini
dapat membantu menumbuhkan kapasitas, keahlian, maupun kecakapan yang dimiliki oleh siswa,
berpikir secara akurat dan kritis, menumbuhkan sikap sosial, sehingga dapat mecapai dan
mengoptimalkan keberhasilan belajar secara meningkat yang sedang dilaksanakan.
Dalam pembelajaran ini, peserta didik dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas 4 orang
yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin dan latar belakang etniknya. Guru
menyampaikan pelajaran, lalu peserta didik bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa semua
anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya peserta didik mengerjakan kuis mengenai materi
secara sendiri-sendiri, di mana saat itu mereka tidak diperbolehkan saling membantu (Slavin,
2008:11). Model ini merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru
menggunakan pendekatan kooperatif. Komponen STAD menurut Slavin (2008:143) yaitu: a)
presentasi kelas, b) belajar dalam tim, c) tes individu (kuis), d) skor kemajuan individu, dan e)
rekognisi (penghargaan tim).
2. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Archviement
Division)

Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki langkah-langkah dalam


pembelajarannya. Dengan adanya langkah-langkah ini, maka suatu pembelajaran akan berjalan
dengan lancar. Menurut Trianto (dalam Asneli Lubis, 2012, hlm 30) dalam pembelajaran kooperatif
tipe STAD ini memiliki langkahlangkah pembelajaran sebagai berikut. Langkah-Langkah
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Fase 1 : Menginformasikan maksud dan juga memberikan dukungan pada peserta didik.
Kegiatan Guru : Mempresentasikan dan menyajikan maksud dari pelajaran yang
bertujuan memberikan semangat kepada peserta didik untuk tetap terus bersemangat
dalam menjalankan suatu pembelajaran dalam 1 pertemuan.
Analisis Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TipeStad Untuk Meningkatkan Sikap Kompetitif Belajar Pada Siswa
Sekolah Dasar, Acil Ridwan, Euis Nur Amanah Asdiniah, Mae Afriliani, Magdalena, Siti Fadia Nurul Fitri 453

Fase 2 : Mempresentasikan dan menginformasikan materi pelajaran atau memberikan fakta yang
terjadi secara nyata.
Kegiatan Guru : Mengutarakan fakta yang ada berupa materi pelajaran dihadapan
siswa karena guru sudah menjelaskan materi belajar berdasarkan fakta yang
sebenarnya dan mendemonstrasikan materi di depan kelas.
Fase 3 : Membentuk siswa selama melakukan pembelajaran secara bersama-sama dalam
mempelajari materi belajar.
Kegiatan Guru : Melakukan pembentukan secara bersama selama melakukan proses
belajar berdasarkan keberagaman siswa dari prestasi akaemik, jenis kelamin,ras maupun
etnik, serta membimbing berjalannya sebuah diskusi dalam kelompok.
Fase 4 : Mengarahkan siswa untuk melakukan kerjasama dengan teman-temannya dalam
kelompok.
Kegiatan Guru : Memimpin dan mengarahkan kelompok belajar yang telahterbentuk
untuk siswa dalam mengerjakan tugasnya dengan kelompoknya.
Fase 5 : Penilaian.
Kegiatan Guru : Melakukan evalusi tentang sejauh mana siswa mengetahui dan
memahami meteri pelajaran yang telah di pelajari, dalam hal ini guru menyuruh siswa
untuk menjelaskan hasil karyanya yang ada.
Fase 6 : Menyampaikan pujian kepada siswa mengenai hasil yang diperoleh selama melakukan
aktifitas pembelajaran di kelas.
Kegiatan Guru : Memuji mengenai upaya yang telah dilakukan baik yang dilakukan
mandiri dan kelompoknya.
Sedangkan Imas Kurniasih dan Berlin Sani (2015, hlm 23-24) menyatakan tentang langkah-
langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Mengemukakan guna mencapai sebuah tujuan pembelajaran yang ideal dan juga memotivasi
peserta didik. pada tahap ini juga, guru akan berupaya untuk bisa menjelaskan makna dari
pembelajaran yang akan diajarkan oleh guru.
2. Guru membentuk sebuah kelompok kerja yang beranggota tiga sampai dengan enam anggota
dalam setiap kelompoknya.
3. Memberikan motivasi dan semangat. Pada tahap ini, pendidik memotivasi serta membimbing
peserta didik berdiskusi dalam kerja kelompok yang dilakukan untuk memahami materi, agar
proses diskusi berjalan dengan baik.
4. Guru membagikan sebuh tugas yang akan dikerjakan oleh siswa secara berkelompok
5. Siswa harus dapat memahami materi dari kelompoknya, dan menjelaskan materi tersebut kepada
kelompok yang lainnya, sehingga semua kelompok dapat memahami materi dari kelompok yang
lain.
454 Journal on Education, Volume 05, No. 01, September-Desember 2022, hal. 447-459

6. Guru bisa memberikan siswa sebuah teks essay yang diberikan secara individu, dan siswa harus
bisa untuk membuat jawaban yang ada. Dalam mengerjakan kuis maupun tes tersebut siswa
tidak diperbolehkan untuk seling membantu.
7. Pendidik memberikan evaluasi yang akan dilakukan pada pembelajaran akhir. Dalam hal ini
untuk mengukur suatu keberhasilan siswa, apakah bisa mencapai target yang diinginkan atau kah
tidak.
Jadi dapat disimpulkan dari beberapa teori-teori diatas, tentang beberapa langkah yang ada
pada model ini yaitu dimana pendidik harus bisa menjelaskan suatu tujuan pembelajaran guna
mencapai peningkatan hasil yang ideal. Dan juga memberikan sebuah semangat kepada siswa agar
siswa dapat bersemangat dalam berlangsungnya pembelajaran yang ada. Dalam hal ini juga guru
telah membentuk sebuah kelompok kecil dan melatih kemampuan komunikasi siswa menjadi baikdan
bisa berinteraksi dengan yang lainnya. Dalam pembelajaran model kooperatif tipe STAD ini
mengarahkan pada kompetisi antar kelompok, dimana setiap kelompok diarahkan untuk berani
menjawab dan mengemukakan pendapat. Dengan begitu siswa akan menyelidiki atau menganalisis
secara mandiri dari berbagai sumber informasi dan juga berusaha untuk mendapatkan jawaban lebih
cepat dari kelompok lainnya. Sehingga siswa dapat memaknai pembelajaran baik dengan penemuan
sendiri maupun tambahan informasi dari kelompok lain.
3. Kelebihan Model Kooperatif Tipe STAD (Student Team Archviement Division)
Menurut Tri Ariani dan Duwi Agustini (2018, hlm 69-70) kelebihan pembelajaran
kooperatif tipe STAD ialah :
a. Melatih peserta didik agar dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan pelajaran dan
mengikuti norma dalam kelompok, seperti saling menghormati, menghargai sesama anggota
kelompok,
b. Dapat membuat siswa untuk saling membantu dan memberikan semangat dalam kelompok,agar
kelompoknya dapat memperoleh sebuah hasil secara bersama-bersama.
c. Peserta didik menjadi lebih cepat tanggap dalam menerima materi pembelajaran, dan peserta
didik juga mempunyai peran sebagai orang yang memfasilitasi untuk teman- temannya agar
dapat mengembangkan suatu hasil belajar secara berkelompok.
d. Menumbuhkan sebuah hubungan yang sangat baik antara peserta didik tersebut dengan
peserta didik lainnya, sehingga dapat meningkatkan kualitas peserta didik untuk
mengembangkan kebebasan dalam menyampaikan pendapat dalam aktivitas kerja kelompok.
Sedangkan menurut Imas Kurniasih dan Berlin Sani (2015, hlm 22-23) kelebihan
pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah :
a. Dalam melakukan kerja kelompok siswa lebih harus lebih aktif dan kreatif, karena melaluo
model tersebut siswa secra cepat untuk menumbuhkan serta meningkatkan kualitas yang ada
dalam dirinya, seperti siswa dapat lebih meningkatkan rasa percaya diri untuk berpendapat,
Analisis Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TipeStad Untuk Meningkatkan Sikap Kompetitif Belajar Pada Siswa
Sekolah Dasar, Acil Ridwan, Euis Nur Amanah Asdiniah, Mae Afriliani, Magdalena, Siti Fadia Nurul Fitri 455

dapat menumbuhkan sikap saling membantu sesame.


b. Komunikasi dan juga hubungan sosial dalam berkelompok yang dapat membangun sebuah
kerjasama dalam kelompok diskusi akan dapat memberikan semangat untuk peserta didik
dalam mengikuti pembelajaran dan juga dapat peserta didik dapat secara cepat untuk
melakukan hubungan sosial dengan teman-temannya.
c. Peserta didik diajarkan untuk membangun dan mengembangkan komitmen sehingga
kemampuan yang terdapat pada kelompoknya, sehingga pembelajaran tersebut dapat
dilaksanakan dengan baik dan lancar.
d. Mengenai hal ini guru akan mengajar siswa untuk bagaimana cara siswa bisa menghargai
pendapat orang lain dan juga melatih kepercayaan siswa untuk saling percaya sama teman
sebayanya.
e. Dengan adanya sebuah kelompok kecil yang telah dibentuk oleh guru, mengajarkan siswa
untuk bisa saling mengerti dalam setiap pembelajaran atau referensi mengenai pembelajaran
yang sudah disampaikan pendidik, serta peserta didik bisa untuk memberitahu untuk tidak
terlalu memiliki sifat yang terlalu kompetitif dalam setiappembelajaran yang ada.
Jadi berdasarkan penjelasan ahli tersebut penulis menyimpulkan mengenai kelebihan dari
model kooperatif tipe STAD adalah siswa bisa bantu-membantu dan bekerjasama untuk menggapai
sebuah keberhasilan dalam suatu pembelajaran, selain pada pembelajaran tipe tersebut peserta didik
harus dapat bekerja secara bersama-sama agar bisa menghargai dan menghormati pendapat dari
orang lain, timbulnya sikap tenggang rasa dengan sesama teman. Sebab itu mengenai pelaksanaan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD maka dengan ada variasi mengenai
pembelajarannya akan membuat peserta didik lebih giat, kreatif, dan inovatif dalam kelompok,
serta dapat mengoptimalkan hasil belajar yang ingin dicapai dalam pembelajaran.
4. Kekurangan Model Kooperatif Tipe STAD (Student Team Archviement Division)
Menurut Slavin R.E (dalam Fakhriyatu Zahro, 2018, hlm 199) pembelajaran kooperatif tipe
STAD memiliki kekurangan. Adapun kelemahan dari model kooperatif tipe STAD ialah partisipasi
dari peserta didik sehingga mempunyai pengetahuan kurang baik, sehingga untuk peserta didik yang
mempunyai kemampuan tinggi akan mengarah pada kekecewaan dalam pembelajarannya. Karena
peserta didik yang mempunyai kemampuan yang kurang baik akan bergantung dengan siswa yang
memiliki kemampuan tinggi, dan menyebabkan siswa yang berkemampuan tinggi akan lebih
dominan dalam kelompoknya. Jika dalam kelompok tersebut mengikuti cara berpikir siswa yang
memiliki kemampuan tinggi, maka siswa yang berkemampuanrendah akan kesulitan untuk mengikuti
cara berpikir siswa yang bekemampuan tinggi. Begitu juga sebaliknya, dengan melihat pola pikir
peserta didik sehingga peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi dapat melihat peserta didik
yang memiliki kemampuan tinggi akan menjadi bosan dan cepat jenuh untuk mengikuti pelajaran
yang dilakukan.
Sementara Imas Kurniasih dan Berlin Sani (2015, hlm 22-23) mengemukakan bahwa
456 Journal on Education, Volume 05, No. 01, September-Desember 2022, hal. 447-459

terdapat kelemahan dari model kooperatif tipe STAD yaitu:


a. Dengan tidak terdapatnya sebuah ajang pencarian bakat dan persaingan setiap anggota
kelompoknya, maka akan membuat peserta didik dapat memiliki prestasi yang baik dan
berkemampuan tinggi akan menurun semangatnya dalam belajar.
b. Apabila pendidik tidak dapat mengendalikan dan mengarahkan anak dalam kelompok, maka
anak yang berprestasi dan anak yang memiliki kemampuan tinggi akan menjadi lebih menonjol
dari anak yang berkemampuan rendah.
Dari beberapa pendapat di atas sehingga penulis dapat menarik sebuah kesimpulan mengenai
kelemahan model kooperatif tipe STAD ini adalah dengan durasi yang lumayan panjang dalam
pelaksanaanya, karena sering terjadinya konflik dari setiap siswa yang berkelompok maka akan
disebakan oleh setiap anggota ada tersebut tidak bisa diajak kerjasama. Selain itu, adanya sifat saling
ketergantungan antara setiap siswa yang menyebabkan siswa lebih lambat dan malas dalam berpikir
untuk belajar dengan sendiri. Selain itu, ada siswa yang kurang percaya diri karena ter biasa yang
menjadi faktor penerapan model ini kurang bermakna apabila kebanyakan siswa yang takut untuk
menjawab atau mengemukakan pendapat. Sehingga guru kesulitan memberikan penilaian karena
jiwa kompetisi siswa kurang muncul.
5. Sikap Kompetitif pada Siswa Sekolah Dasar
Kompetitif (kompetisi) adalah aktivitas untuk mencapai tujuan dengan cara mengalahkan
orang lain atau kelompok lain. Kompetensi ditandai dengan adanya tujuan tapi tidak ada
ketergantungan. situasi yang kompetitif dicirikan dengan adanya sikap negatif dalam hal
ketergantungan, dimana kettika seseorang menang, maka yang lain berati kalah. Berkompetisi
mendorong siswa untuk mengeluarkan kemampuan dirinya dalam menghadapi situasi di
sekelilingnya. Daya saing siswa akan muncul dalam upaya menunjukkan jati diri dan kemampuan
yang dimiliki. Prestasi yang semaksimal mungkin adalah harapan yang ingin dicapai dalam situasi
pembelajaran ini. Namun demikian untuk menumbuhkan jiwa kompetitif pada diri siswa, bukanlah hal
yang mudah bagi seorang guru. Latar belakang kehidupan, kemampuan dan karakter siswa yang
berbeda-beda membutuhkan pemikiran guru untuk penerapan situasi pembelajaran yang kompetitif
ini.
Malu adalah merasa sangat tidak senang, rendah, hina dan sebagainya karena berbuat ssuatu
yang kurang baik, bercacat. Malu cenderung terjadi karena hilangnya kepercayaan diri dan
ketidaknyamanan dalam diri yang disebabkan banyak faktor. Umumnya terjadi sebelum
melaksanakan suatu tindakan yang mengarah pada interaksi dengan sesamanya. Misalkan seorang
siswa malu menyanyi di depan kelas karena khawatir ditertawakan oleh teman-temannya. Mereka
umumnya menghindari situasi yang membuat mereka harus berbucara didepan kelas, menulis di
papan tulis, bermain bersama teman, dan sejenisnya. Memiliki sedikit sifat ini bisa dikatakan cukup
baik. Namun dalam levelnya yang cukup serius sifat ini bisa membuat orang menarik diri dari
interaksi sosialnya.
Analisis Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TipeStad Untuk Meningkatkan Sikap Kompetitif Belajar Pada Siswa
Sekolah Dasar, Acil Ridwan, Euis Nur Amanah Asdiniah, Mae Afriliani, Magdalena, Siti Fadia Nurul Fitri 457

Nyali petarung adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong orang tersebut untuk
mengeluarkan keberaniannya dalam menghadapi situasi tertentu. Sifat ini apabila sudah muncul
dalam diri seseorang dan terpelihara dengan baik akan merupakan kekuatan yang luar biasa untuk
berkompetisi. Seseorang yang tidak punya nyali untuk bertarung dapat dikatakan kalah sebelum
berperang. Siswa yang tidak punya nyali untuk bertarung akan sulit bersaing dan mengembangkan
kemampuan yang dimiliki.
Minder adalah keadaan dalam diri manusia akibat dari perasaan-perasaan yang tertekan
berupa rendah diri, kurang pergaulan,perasaan takut,pesimis yang berlebihan. Adapun ciri-ciri dari
sikap minder adalah : sikap tidak dibawa sejak lahir,sikap bisa berubah-ubah seiring keadaan
sekitarnya ,sikap dapat berlangsung lama atau sebentar, sikap adalah bentuk yang dianggap
seseorang suatu hal yang benar. Seperti hal nya, banyak orang yang bersikap karena menganggap apa
yang dilakukan benar dilakukan atau perlu dilakukan.
Rasa bersalah adalah sebuah perasaan yang tidak merasa bahagia, tidak merasa ada damai,
dan tidak tentram. Perasaan bersalah itu muncul karena kegagalan untuk mencapai standar perilaku
yang telah kita tetapkan sendiri. Misalnya ketika siswa gagal dalam mengerjakan tugas dari guru
maka siswa tersebut merasa bersalah. Pada siswa tertentu kegagalan dalam melakukan sesuatu
memunculkan rasa takut salah dan tidak mau mencoba melakukan atau mengulang perbuatan untuk
memperbaiki kegagalan itu.
Memotivasi siswa bahwa kompetisi adalah kodrat, masuk ke dalam sekolah konvensional
dimana banyak siswa yang sama-sama menjalankan pendidikan. Membuat kompetisi itu hadir secara
alamiah dan bukan hal yang aneh jika kita terbiasa dengan persaingan dalam mencapai suatu tujuan.
Misalnya untuk menjadi siswa dalam sekolah pun ada proses seleksi, itu artinya tidak semua yang
mendaftar akan lulus maka terbukti bahwa untuk memperoleh sesuatu yang di inginkan kompetisi
harus selalu dijalani.
Menumbuhkan keberanian siswa merupakan aspek penting yang harus dilakukan guru untuk
pembelajaran kompetitif. Keberanian siswa dapat ditumbuhkan dengan cara: berikan tugas yang
berhubungan dengan keberanian, tugas mandiri, presentasi, eksperimen dan pemecahan masalah
terutama memperbanyak tanya jawab sebagai penanaman awal siswa berani dalam menjawab,
selanjutanya siswa diarahkan untuk diskusi dengan teman sekelasnya. Hadiah adalah bentuk
apresiasi atau penghargaan terhadap suatu prestasi yang telah dicapai oleh seseorang atau kelompok
dalam aktivitas tertentu. Pemberian penghargaan ini baik dilakukan karena dapat mendorong dan
memberi motivasi kepada siswa untuk lebih berprestasi.
6. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Sikap Kompetitif
Belajar Pada Siswa Sekolah Dasar

Penerapan model pembelajaran kooperatif khususnya model STAD, dapat meningkatkan


sikap kompetitif siswa dalam pembelajaran. Sesuai dengan sifat dan karakter yang sering muncul
pada siswa sekolah dasar, sifat kompetitif terbentuk dari adanya kemauan siswa untuk terlihat lebih
458 Journal on Education, Volume 05, No. 01, September-Desember 2022, hal. 447-459

menonjol dibandingkan dengan teman-temannya selama proses pembelajaran. Keinginan itu timbul
karena adanya rasa memiliki tanggung jawab terhadap kelompoknya. Dengan diterapkannya model
STAD ini dinilai dapat melatih sikap kompetitif siswa ke arah yang baik. Siswa SD yang pada
dasarnya memiliki sikap kompetitif yang tinggi, haruslah diarahkan dengan baik. Hal itu bertujuan
agar siswa dapat berkompetitif secara sehat dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran STAD
ini merupakan tipe model pembelajaran kooperatif yang menekankan adanya aktivitas dan interaksi
yang aktif diantara siswa. Setiap siswa akan termotivasi untuk menjadikan kelompoknya sebagai
kelompok terbaik dibanding kelompok yang lain.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
STAD merupakan model pembelajaran yang sederhana yang tepat dilakukan guru didalam kelas dan
cocok untuk meningkatkan sikap kompetitif bagi siswa sekolah dasar. Karena pada model ini
memudahkan anggota-anggota kelompok belajar dapat berperan aktif, bekerja sama dalam proses
pembelajaran berlangsung, pembelajaran menjadi menarik dengan guru memberikan penghargaan
bagi kelompok yang terbaik. Hal ini mmberiksan hal yang sangat positif bagi siswa. Saat proses
pembelajaran berlangsung guru dan siswa menerapakan 6 langkah-langkah model pembelajaran
STAD dengan benar sehingga pembelajaran berjalan dengan baik. Peneliti memberikan saran,
kepada guru SD agar dapat menerapkan model pembelajaran STAD sebagai salah satu alternatif
model pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat lebih bermakna. Jiwa kompetitif penting bagi
siswa sebab hidup hakikatnya juga kompetisi itu sendiri. Kemampuan berkompetisi yang baik akan
berkolerasi baik terhadap pencapaian prestasi. Pembelajaran kompetitif mampu memotivasi siswa
untuk mengaktualisasikan kemampuan yang dimiliki. Pada prinsipnya jiwa kompetitif ini harus
selalu ditumbuhkan dan dikembangkan dalam diri siswa dalam upaya mempersiapkan mereka untuk
menghadapi dunia nyata.

REFERENSI
Andrian, D & Dkk. (2020). Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Peningkatan
Hasil Belajar, Sikap, Sosial, dan Motivasi Belajar. Jurnal Inovasi Matematika (Inomatika). 2
(1).
Aulia Marzi, Mutiara. (2019). Penerapan model pembelajaran STAD untuk meningkatkan hasil
belajar Matematika Siswa kelas V SD. Jurnal Fundamental Pendidikan Dasar, 2, 2614-
1620Husain, B, A. (2021). Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Divisions) pada Murid Kelas
V SDN Paccinang Kota Makassar. Skripsi.
Azizah, D. (2019). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing untuk
Meningkatkan Aktivitas Siswa. Jurnal Penelitian Dan Pengkajian Ilmu Pendidikan, 2(2), 127–
Analisis Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TipeStad Untuk Meningkatkan Sikap Kompetitif Belajar Pada Siswa
Sekolah Dasar, Acil Ridwan, Euis Nur Amanah Asdiniah, Mae Afriliani, Magdalena, Siti Fadia Nurul Fitri 459

134.
Dantes Nyoman. (2012). Metode Penelitian. Yogyakarta: Andi.
Dewi, D. (2018). Kemampuan Profesional Guru Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Mengajar
Guru Sekolah Dasar. Jurnal Administrasi Pendidikan, 25(1), 150–158.
Fauziyyah, S. (2018). Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games
Tournament (Tgt) Untuk Mengingkatkan Aktivitas Belajar Akuntansi. Jurnal Pendidikan
Akuntansi Indonesia, 16(1), 73–81.
Fitrina. (2017). Pengaruh Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 36
Pontianak Selatan. Artikel Pontianak.
Husain, B, A. (2021). Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Divisions) pada Murid Kelas V SDN
Paccinang Kota Makassar. Skripsi.
Karimah, S. (2017). Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division)
dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar. Delta: Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, 1(1),
70-81.
Kemdikbud. (2014). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kemdikbud.
Maryatun, M., & Setyawan, A. (2020). Analisis Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas 1 SD. Prosiding Nasional Pendidikan:
LPPM IKIP PGRI Bojonegoro, 1(1).
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif STAD dalam Pengembangan Ketrampilan Sosial Siswa
Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, 1(1), 23-26
Slavin, Robert E. (2010). Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Terjemahan Narulita
Yusron. Bandung: Nusa Media. Taufik, M. (2015).
Sukerti, N. N. (2020). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Tematik Pada Siswa Kelas III SD. Jurnal Edutech Undiksha, 8(1), 92-101.
Suryana, T. (2018). Kajian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams
Achievement Division) Dalam Upaya Meningkatkan Efektifitas Proses Belajar Mengajar
Akuntansi. Jurnal Kajian Pendidikan Ekonomi Dan Ilmu Ekonomi, 2(2), 133–145.
Tohari, D. (2016). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad (Student Team
Achievement Division) Melalui Permainan Tulis Kata Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Pada Materi Jenisjenis Usaha Ekonomi. Jurnal Pena Ilmiah, 1(1), 241–250. Trianto.
(2007). M
Yanmi, A. C., & Wasitohadi, W. (2019). Peningkatan hasil belajar tematik menggunakan model
kooperatif STAD peserta didik kelas 1 SD. Jurnal Riset Teknologi dan Inovasi Pendidikan
(Jartika), 2(1), 38-44.

Anda mungkin juga menyukai