Pasca pelantikan Nadiem Makarim pada 23 Oktober 2019 sebagai Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Indonesia, Nadiem Makarim telah membuat beberapa kebijakan di
Indonesia. Salah satu di antara unggulannya adalah Sekolah Penggerak. Program Sekolah
Penggerak masih secara bertahap dilaksanakan dan masih memerlukan pendampingan yang
terstruktur kepada Sekolah yang dinyatakan lulus menjadi sekolah penggerak. Program
Sekolah Penggerak inilah yang nantinya akan menjadi gerbang menuju kurikulum yang
berorientasi kepada kebutuhan murid dengan kesesuaian karakter murid serta karateristik
lingkungan sekolah di Indonesia.
Dalam beberapa penelitian sebelumnya yang telah disebutkan dalam jurnal, yakni
penelitian yang telah dilakukan oleh (Rahayuningsih & Rijanto, 2022) dan (Sudarmanto,
2021), dan penelitian yang dilakukan oleh (Patilima, 2022) Yang mana semuanya
menggunakan penelitian kualitatif dan hanya berbeda objek dan tempat. Namun terjadi
perbedaan persepsi. Presepsi pertama mengatakan bahwa kepala sekolah bukanlah satu-
satunya individu yang bertanggung jawab dalam membangun komunikasi di sekolah.
Artinya, tidak hanya kepala sekolah yang memiliki peran penting dalam menciptakan
lingkungan komunikasi yang baik di sekolah. Persepsi kedua mengatakan bahwa dukungan
penuh dari lingkungan sekolah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan
program sekolah penggerak. Dukungan ini tidak hanya datang dari kepala sekolah, tetapi juga
melibatkan peran aktif dari semua anggota komunitas sekolah. Berdasarkan perbedaan
persepsi tersebut, penelitian ini dianggap penting untuk memberikan kontribusi yang
berharga bagi dunia pendidikan di masa depan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami
secara lebih mendalam peran dukungan lingkungan sekolah dalam mencapai keberhasilan
program sekolah penggerak, dengan harapan dapat memberikan wawasan yang bermanfaat
untuk pengembangan pendidikan di masa yang akan datang.
SDN 244 Guruminda Kota Bandung merayakan kesuksesan sebagai Sekolah Penggerak
dengan meluncurkan buku antologi puisi Sunda. Buku antologi puisi Sunda ini merupakan
hasil karya siswa, guru, dan pegawai sekolah yang mendapatkan dukungan dari semua pihak.
Selain itu, kegiatan pelatihan menulis deskripsi menggunakan media gambar juga dilakukan
untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam membangun karakter yang positif. Melalui
kegiatan ini, diharapkan akan tercipta karya-karya selanjutnya yang akan memperkuat
identitas budaya Sunda.
SDN 244 Guruminda Kota Bandung aktif dalam Program Sekolah Penggerak dengan
beberapa kegiatan, termasuk menyusun KOS (Kumpulan Obyek Siswa), mengkaji ATP
(Analisis Tugas Pokok) untuk menyusun modul ajar, menerapkan Kurikulum Merdeka
dengan fokus pada kemampuan dan minat siswa, serta meningkatkan wawasan dan
kemampuan melalui workshop dan pelatihan. Mereka juga mengadakan ekspos dan expo
Sekolah Penggerak. Meskipun menghadapi beberapa kendala seperti perubahan paradigma
pembelajaran dan sinkronisasi administrasi, SDN 244 Guruminda mengatasi kesulitan dengan
membentuk komite pembelajar, mengadaptasi modul ajar, mempelajari e-Raport, dan
melakukan sosialisasi kepada guru dan orang tua.
SDN 244 Guruminda menjadi Sekolah Penggerak dengan mengikuti seleksi dan melalui
berbagai langkah, seperti pelatihan untuk menerapkan Program Sekolah Penggerak. Konsep
pembelajaran Kurikulum Merdeka di SDN 244 Guruminda melibatkan Profil Pelajar
Pancasila sebagai panduan, dengan pengembangan modul ajar yang disesuaikan dengan
kebutuhan peserta didik. Pentingnya komunikasi antara kepala sekolah, guru, siswa, dan
tenaga kependidikan juga terbukti dalam meningkatkan kinerja guru. Dalam penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya ada kesesuaian yang jelas dimana arah sekolah penggerak
sangat bergantung dari kepala sekolah dan guru serta lingkungan yang mendukungnya. Tetapi
pendapat yang sangat berbeda dengan penelitian terdahulu adalah komunikasi itu tidak dari
kepala sekolah saja tetapi dari semua unsur, guru, siswa, dan tenaga kependidikan di
lingkungan sekolah tersebut.
Penelitian ini menunjukkan bahwa arah sekolah penggerak sangat dipengaruhi oleh
kepala sekolah, guru, dan lingkungan yang mendukungnya. Komunikasi yang efektif antara
semua pihak, termasuk guru, siswa, dan tenaga kependidikan, sangat penting dalam
meningkatkan kinerja guru. Dalam sekolah penggerak, setiap anak dihargai sebagai individu
yang unik, dengan pengajaran yang disesuaikan dengan tingkatnya. Dukungan komunitas di
sekitar sekolah, termasuk orang tua dan tokoh masyarakat, juga berperan penting dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran. Kurikulum Merdeka memberikan kesempatan bagi
siswa untuk mengembangkan potensi mereka secara kritis, kreatif, dan aplikatif. Untuk
mencapai tujuan ini, diperlukan kerjasama, komitmen, dan implementasi yang nyata dari
semua pihak agar profil pelajar pancasila dapat terwujud.
Dalam penelitian ini memiliki kelebihan antara lain topik yang dibahas sangat relevan
dengan konteks pendidikan Indonesia, yaitu implementasi kurikulum merdeka di sekolah
penggerak yang mana kurikulum tersebut diterapkan pada saat ini. Selanjutnya adalah
pendekatan kualitatif dapat memberikan pemahaman yang mendalam tentang pengalaman
individu dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka. Penelitian ini juga melakukan
upaya untuk memastikan keabsahan data melalui langkah-langkah seperti perpanjangan masa
pengumpulan data, observasi yang terus-menerus, triangulasi data, dan melibatkan diskusi
dengan teman sejawat.
Namun, penelitian ini juga memiliki sedikit kekurangan pada penelitian mana hanya
terbatas dalam lingkup yang diteliti saja karena hanya dilakukan di satu sekolah seharusnya
penelitian ini dapat direplikasi dalam konteks yang lebih luas dengan melibatkan lebih
banyak sekolah penggerak. Metode pengumpulan data kualitatif yang digunakan juga dapat
memunculkan subjektivitas dalam interpretasi dan analisis data, dalam hal ini penulis dapat
menggabungkan pendekatan kualitatif dengan pendekatan kuantitatif dalam penelitian
selanjutnya dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif. Jumlah subyek
penelitian yang terbatas juga dapat membatasi penyimpulan temuan terhadap populasi
sekolah penggerak secara keseluruhan padahal penulis dapat melibatkan peserta lain seperti
siswa, orang tua, atau pihak terkait juga agar dapat memberikan perspektif yang lebih holistik
tentang implementasi kurikulum merdeka di sekolah penggerak.