Anda di halaman 1dari 25

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CORE (CONNECTING,

ORGANIZING, REFLECTING DAN EXTENDING) DENGAN


BERBANTUAN MEDIA CROSSWORD PUZZLE TERHADAP MOTIVASI
BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAN 4
TAKENGON

Proposal Skripsi

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas


dan memenuhi syarat-syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Maulida Ayuni
1806101020040

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2022
1.1 Judul Proposal

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CORE (CONNECTING,

ORGANIZING, REFLECTING DAN EXTENDING) DENGAN BERBANTUAN

MEDIA CROSSWORD PUZZLE TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA

MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAN 4 TAKENGON

1.2 Latar Belakang

Pendidikan merupakan satu hal yang sangat penting dalam meningkatkan

kualitas sumber daya manusia untuk dapat bersaing antar sesamannya, dan sumber

daya manusia sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu bangsa. Pendidikan

sangat berperan dalam menciptakan masyarakat cerdas, berahlak mulia, serta

melatih keterampilan yang diperlukan nantinnya. Pendidikan merupakan peroses

dalam usaha untuk mendewasakan pola pikir siswa. Pendidikan menurut

Danarjati, dkk (2014:3) merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh guru

terhadap siswa, untuk tercapainya perubahan tingkah laku, budi pekerti,

keterampilan dan kepintaran secara intelektual, emosional dan juga spiritual.

Dengan demikian, semakin memperjelas bahwasannya pendidikan sangat

diperlukan untuk membangun kesejahteraan suatu bangsa.

Selain pendidikan, hal lain yang juga harus diperhatikan ialah

lembaga pendidikan, kurikulum, tenaga pendidik, dan juga sarana dan prasarana

sebagai pendukung keberlangsungan proses pembelajaran. Sekolah merupakan

lembaga pendidikan yang bertujuan untuk memberikan sejumlah pengetahuan dan

bimbingan kepada siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan. Diperlukannya

manajemen yang baik di sekolah agar keberlangsungan proses pembelajaran dapat

berjalan secara efektif dan efisien. Guru memiliki peranan yang sangat penting
dalam keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah. Hal ini dikarenakan, ru

merupakan pendidik profesional dengan tugas utamanya ialah mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi pada

pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan

menengah (Mustari, 2014: 145).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru sejarah

yang ada di SMAN 4 Takengon, guru tersebut mengungkapkan bahwa telah

banyak usaha yang dilakukan untuk dapat menjalankan proses pembelajaran

dengan baik. Namun, tetap saja masih terdapat siswa yang tidak srius dalam

mengikuti proses pembelajaran. Hal ini disebabkan, karena siswa kurang

termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran sejarah. Dilihat dari sikap siswa

tersebut pada saat proses pembelajaran berlangsung, di kelas terdapat sebahagian

siswa yang ribut dan tidak memperhatikan guru pada saat guru menjelaskan.

Terdapat juga siswa yang tidak tertarik untuk berperan aktif pada saat diskusi

kelompok berlangsung. Siswa juga suka permisi keluar ruangan dengan alasan

ingin ke toilet padahal hanya berkeliling-keliling di luar ruangan. Salah satu

alasan mengapa mereka kurang menyukai mata pelajaran ini ialah karena sejarah

merupakan pembelajaran yang penuh dengan materi dan sangat membosankan.

Oleh karena itu, masalah yang terdapat di sekolah tersebut harus ditemukan

solusinya. Salah satu solusi yang dianggap dapat mengatasi permasalahan tersebut

ialah dengan menerapkan model inovatif yang belum pernah diterapkan di sekolah

tersebut. Dan juga tentunya model tersebut dapat melibatkan siswa secara aktif

pada saat pembelajaran berlangsung. Untuk lebih meningkatkan motivasi siswa

dalam proses pembelajaran sejarah penggunaan media juga menjadi pilihan yang
tepat, dimana peran media ini sebagai alat untuk menyalurkan informasi pada

siswa dan juga media dapat menarik perhatian siswa untuk lebih fokus terhadap

pembelajaran yang sedang berlangsung. Adapun model dan media yang dianggap

dapat meningkatkan motivasi dan cocok untuk diterapkan di sekolah tersebut ialah

model CORE dengan media Crossword Puzzel.

Berdasarkan uraian di atas maka, peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran CORE (Connecting,

Organizing, Reflecting dan Extending) Dengan Berbantuan Media Crossword

Puzzel Terhadap Motivasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Sejarah Kelas X SMAN

4 Takengon”.

1.3 Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah apakah penerapan model pembelajaran CORE

dengan berbantuan media Crossword Puzzle dapat berpengaruh terhadap motivasi

belajar siswa mata pelajaran Sejarah di Kelas X SMAN 4 Takengon?

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis

pengaruh penerapan model pembelajaran CORE dengan berbantuan media

Crossword Puzzel terhadap motivasi belajar siswa mata pelajaran Sejarah di kelas

X SMAN 4 Takengon

1.5 Anggapan Dasar

Menurut Surakhmad (Arikunto, 2006: 65) anggapan dasar atau postulat adalah

sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik.

Dikatakan selanjutnya bahwa setiap penyelidik dapat merumuskan postulat yang


berbeda. Adapun yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah model

pembelajaran CORE dengan berbantuan media Crossword Puzzle merupakan

salah satu model pembelajaran dan media yang dapat diterapkan pada mata

pelajaran Sejarah.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi upaya

peningkatan mutu proses belajar mengajar guna menghasilkan anak didik yang

berkualitas.

Manfaat penelitian ini dapat terbagi menjadi dua.

1) Manfaat teoritis

1) Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya yang berkaitan

dengan motivasi belajar siswa pada pembelajaran Sejarah di kelas X

SMAN 4 Takengon

2) Sebagai sumbangan ilmu pengetahuan dalam kegiatan belajar mengajar.

3) Sebagai usaha perbaikan dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan

tujuan pengajaran bidang Sejarah.

2) Manfaat praktis

1) Bagi siswa, dengan menggunakan model Pembelajaran CORE

(Connecting, Organizing, Reflecting dan Extending) dengan berbantuan

media Crossword Puzzel dapat memberikan pengalaman baru sekaligus

dapat melatih siswa untuk berfikir kreatif dan inovatif.


2) Bagi guru, dapat memberikan suatu pengalaman pembelajaran dan

memperluas wawasan dan pengetahun guru tentang strategi pembelajaran

sehingga dapat meningkatkan kualitas pengajaran.

3) Bagi sekolah, sebagai acuan pengambilan suatu keputusan atau kebijakan-

kebijakan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan profesional

guru bidang studi.

4) Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan dan dapat mengembangkan

ilmu yang diperoleh selama menjalani kuliah.

1.7 Anggapan Dasar

Anggapan dasar atau postulat adalah suatu hal yang diyakini

kebenarannya oleh peneliti harus dirumuskan secara jelas, dikatakan pula bahwa

setiap penyelidik dapat merumuskan postulat yang berbeda, menurut Surakhmad

(Arikunto, 2010:104). Adapun yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian

ini adalah model pembelajaran CORE berbantuan media Crossword Puzzel

merupakan model dan media pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi

belajar siswa.

1.8 Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara dari permasalahan yang telah

dirumuskan dalam penelitian dan kebenarannya akan diperoleh setelah

dilakukannya pengujian. Sugiyono (2013: 64) berpendapat bahwa hipotesis

merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana

rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan.

Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori
yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui

pengumpulan data. Berdasarkan permasalahan yang ditemukan dan upaya yang

peneliti lakukan untuk dapat mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran

CORE dengan berbantuan media Crossword Puzzel. terhadap motivasi belajar

mata pelajaran Sejarah kelas X SMA Negeri 4 Takengon, maka peneliti dapat

mengemukakan hipotesis “model pembelajaran CORE dengan berbantuan media

Crossword Puzzel. mempengaruhi motivasi belajar mata pelajaran Sejarah kelas X

SMA Negeri Takengon”, karena model pembelajaran CORE ini mampu membuat

siswa aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, serta adanya bantuan media

Crossword Puzzel. membuat pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.

1.9 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang Lingkup Penelitian Suatu kegiatan penelitian perlu pembatasan

masalah yang akan diteliti agar lebih terfokus, terarah, serta dapat memperlancar

proses penelitian yang akan dilaksanakan. Adapun yang menjadi ruang lingkup

penelitian ini adalah menggunakan subjek siswa kelas X SMA Negeri 4 Takengon

dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah

dengan penerapan model pembelajaran CORE dengan berbantuan media

Crossword Puzzel.

1.10 Defenisi Istilah

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda terhadap istilah yang digunakan

dalam penelitian ini, perlu dijelaskan istilah-istilah berikut, diantarannya:


1) Pengaruh merupakan salah satu hasil yang diperoleh dengan memberikan

sebuah percobaan kepada seseorang mengenai hal-hal tertentu sehingga

dapat memberikan hasil yang ingin dicapai. Pengaruh dalam penelitian ini

diuji bedasarkan hasil evaluasi pada ranah kognitif menggunakan uji beda,

apabila terdapat perbedaan atara kelas eksperimen dengan kelas konrol

maka perbedaan tersebut dianggap sebagai pengaruh strategi pembelajaran

yang digunakan.

2) Model Pembelajaran CORE merupakan model yang menekankan siswa

untuk aktif dan mampu memecahkan masalah pada proses pembelajaran,

model ini juga mampu melatih daya ingat siswa terhadap suatu informasi.

3) Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan

sebagai penyalur informasi dari pemberi kepada penerima informasi,

media dapat membantu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif

dimana siswa dapat menjalankan proses pembelajaran secara efektif dan

efisien.

4) Crossword Puzzle merupakan suatu permainan dimana siswa harus

mengisi ruang-ruang kosong (berbentuk kotak) dengan huruf-huruf yang

berbentuk sebuah kata berdasarkan petunjuk atau pertannyaan yang telah

dibuat.

5) Motivasi belajar adalah suatu dorongan mental yang berperan sebagai

penggerak dan mengarahkan prilaku manusia, termasuk prilaku dalam

belajar.
1.11 Tinjauan Pustaka

1) Belajar dan pembelajaran

Mengenai makna dari belajar dan pembelajaran dapat kita pahami secara

jelas dari beberapa pandangan para ahli, diantaranya: menurut pandangan Slameto

(Danarjati dkk, 2014: 41) belajar adalah suatu proses perubahan yaitu perubahan

tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 7) belajar

merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Proses belajar terjadi

berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Menurut

Driscoll (Uno, 2008: 15) terdapat dua hal yang perlu diperhatikan dalam belajar,

yaitu: (1) belajar adalah suatu perubahan yang menetap dalam kinerja seseorang,

dan (2) hasil belajar yang muncul dalam diri siswa merupakan hasil dari interaksi

siswa dengan lingkungan.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

belajar merupakan usaha yang dilakukan secara terencana dan adanya pengaruh

dari lingkungan, sehingga memicu timbulnya perubahan dari diri individu ke arah

yang lebih baik dari sebelumnya.

2) Model Pembelajaran CORE

Menurut Jacob (Budiyanto 2016: 47) model CORE adalah salah satu

model pembelajaran yang berlandaskan konstruktivisme. Dengan kata lain, model

CORE merupakan model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengaktifkan

peserta didik dalam membangun pengetahuannya sendiri. Adapun sintak dari

pembelajaran CORE menurut pandangan Ngalimun (2017: 340) adalah


(Connecting) koneksi informasi lama-baru dan antar konsep, (Organizing)

organisasi ide untuk memahami materi, (Reflecting) memikirkan kembali,

mendalami, dan menggali, (Extending) mengembangkan, memperluas,

menggunakan, dan menemukan.

Berikut langkah-langkah model pembelajaran CORE menurut Shoimin

(2017: 39-40) adalah sebagai berikut:

a) Mengawali pembelajaran dengan kegiatan yang menarik siswa.

Cara yang dilakukan bisa menyanyikan lagu berkaitan dengan materi

yang akan diajarkan.

b) Penyampaian konsep lama yang akan dihubungkan dengan konsep

baru oleh guru kepada siswa (Connecting).

c) Pengorganisasian ide-ide untuk memahami materi yang dilakukan oleh

guru kepada siswa dengan bimbingan guru (Organizing).

d) Pembagian kelompok secara heterogen (campuran antara yang

pandai, sedang, dan kurang) yang terdiri dari 4-5 orang.

e) Memikirkan kembali, mendalami, dan menggali informasi yang sudah

didapat dan dilaksanakan dalam kegiatan belajar kelompok siswa

(Reflecting).

f) Pengembangan, memperluas, menggunakan, dan menemukan,

melalui tugas individu dengan mengerjakan tugas (Extending).

3) Media Pembelajaran

Menurut Briggs (Sadiman, dkk, 2006: 6) media merupakan segala alat

fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar, buku,

film, kaset, film bingkai adalah contoh-contohnya. Media pembelajaran sifatnya


lebih mengkhusus, maksudnya media pendidikan yang secara khusus digunakan

untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang telah dirumuskan secara khusus

(Solihatin dan Raharjo, 2009: 23).

4) Media Crossword Puzzle

Definisi media Crossword Puzzzle menurut Leny (2013: 2) merupakan

suatu permainan dimana siswa harus mengisi ruang-ruang kosong ( berbentuk

kotak hitam putih dengan huruf-huruf yang berbentuk sebuah kata berdasarkan

petunjuk atau pertannyaan yang diberikan. . Salah satu manfaat dari penerapan

media Crossword Puzzle, yaitu mengurangi ketergantungan siswa terhadap guru,

sebab siswa terus dipacu untuk aktif berpikir dan mencari informasi terbaru

berkaitan dengan topik yang akan didiskusikan di kelas sebagaimana tertuang

dalam kurikulum 2013 bahwa pembelajaran terpusat pada siswa (students

centered) (Priyanto, 2017: 13).

5) Motivasi Belajar

Menurut Danarjati dkk (2014: 28) motivasi merupakan satu penggerak dari

dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi

juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan

menghindari kegagalan hidup. Adapun fungsi motivasi dalam proses belajar

mengajar menurut Islamuddin (2012: 264) adalah: 1) Motivasi sebagai pendorong

perbuatan, 2) Motivasi sebagai penggerak perbuatan dan 3) Motivasi sebagai

pengarah perbuatan. Memberikan motivasi kepada siswa, berarti menggerakkan

siswa untuk melakukan sesuatu. Pada tahap awal akan menyebabkan si subjek
belajar merasa ada kebutuhan dan ingin melakukan sesuatu dalam kegiatan belajar

(Sardiman, 2010: 77-78).

Dalam meneliti motivasi terdapat indikator yang harus diperhatikan

diantaranya, (Uno, 2008):

1. Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil

2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

3. Adanya harapan dan cita-cita untuk masa depan

4. Adanya penghargaan dalam pembelajaran

5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

6. Adanya kekompakan dengan sesama siswa

Terdapat beberapa teknik motivasi yang dapat dilakukan dalam

pembelajaran menurut Uno (2008: 34) diantaranya:

1) Pernyataan penghargaan secara verbal.

2) Menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan.

3) Menimbulkan rasa ingin tahu.

4) Memunculkan sesuatu yang tidak digunakan oleh siswa.

5) Menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi siswa.

6) Menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam

belajar.

7) Gunakan kaitan yang unik dan tak terduga untuk menerapkan suatu

konsep dan prinsip yang telah dipahami.

8) Memberikan simulasi dan permainan.


9) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan

kemahirannya di depan umum.

1.12 Hasil Penelitian yang Relefan

Penelitian ini tidak terlepas dari penelitian sebelumnya yang dianggap


relevan. Adapun tujuan dari penelitian yang relevan ini adalah sebagai acuan bagi
peneliti. Penelitian yang berjudul pengaruh model pembelajaran CORE
(Connecting, Organizing, Reflecting dan Extending) dengan berbantuan media
krassword Pazel terhadap motivasi belajar siswa mata pelajaran Sejarah Kelas X
SMA Negeri 4 Takengon belum pernah dilakukan. Adapun penelitian yang
relevan tersebut antara lain:

1) Penelitian yang dilakukan oleh Diana Febriani dengan judul Pengaruh


model pembelajaran CORE ( Connecting, Organizing, Reflecting and
Extending) terhadap motivasi belajar siswa mata pelajaran sejarah kelas XI
MAN 2 Aceh Tengah, dapat disimpulkan sebagai berikut. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian pre-
experimental design dengan desain One-Group Pretest-Posttest. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI yang terdiri dari 5 kelas.
Teknik pemilihan sampel menggunakan purposive sampling, sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 1 yang berjumlah
20 siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
dokumentasi dan angket. Pada teknik analisis data menggunakan analisis
regresi linier sederhana. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh, penerapan
model sudah berhasil dilaksanakan pada mata pelajaran sejarah. Diperoleh
hasil respon siswa baik, dengan besar pengaruh (R2 ) sebesar 29%
selebihnya dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Hasil uji hipotesis diperoleh
nilai = 2,967, nilai = 2,101 berarti > atau 2,967 > 2,101, sesuai dengan
kriteria pengujian maka diterima. Dengan demikian, penerapan model
pembelajaran CORE berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa kelas XI
IPS 1 MAN 2 Aceh Tengah.
2) Penelitian yang telah dilakukan oleh Asmawati dan Relita, yang berjudul

pengaruh model pembelajaran CORE terhadap hasil belajar kognitif dan

afektif siswa pada mata pelajaran IPS terpadu hasil penelitian yang

diperoleh melalui penelitian pengaruh model pembelajaran CORE terhadap

hasil belajar kognitif dan afektif siswa pada mata pelajaran IPS terpadu pada

dikelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Sintang, dapat

disimpulkan sebagai berikut: 1) Tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa

kelas eksperimen dan kelas kontrol pada pengukuran awal (pretest) pada

mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu dengan hasil 𝑧ℎ𝑖𝑢𝑣𝑛𝑔

sebesar 1,83 dan 𝑧𝑢𝑏𝑐𝑒𝑙 pada taraf signifikan 0,05 sebesar 1,96. 2) Terdapat

perbedaan hasil belajar afektif Peserta didik kelas eksperimen sebelum dan

sesudah menggunakan model pembelajaran Connecting, Organizing,

Reflecting, Extending (CORE) dengan jumlah presentase mencapai 84,87%

dengan jumlah siswa yang memperoleh kriteria penilaian sangat baik (A)

sejumlah 12 siswa, kriteria penilaian baik (B) sejumlah 20 siswa dan

kriteria penilaian cukup (C) sejumlah 2 siswa.

Dari beberapa hasil penelitian yang relevan tersebut dapat ditarik suatu

kesimpulan, bahwasanya model pembelajaran CORE mampu meningkatkan hasil

belajar siswa. hal ini didukung karena model tersebut mampu menarik perhatian

siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dan mampu memberi pemahaman

pada siswa mengenai materi yang disajikan. Sehingga mampu meningkatkan hasil

belajar siswa.
Terlepas dari hasil penelitian yang relevan mengenai pengaruh model

pembelajaran CORE. Selanjutnya mengenai penelitian yang relevan terhadap

pengujian media Crossword Puzzel diantaranya:

1) Penelitian yang dilakukan oleh Asry Ati dengan judul pengaruh penggunaan

model pembelajaran Crossword Puzzel terhadap minat belajar bahasa

Indonesia siswa kelas III SD Inpres Mallengkeri I Kecamatan Tamalate kota

Makasar. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan metode

quasy eksperimenn yang dianalisis dengan analisis distributif dan analisis

inferensial yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan strategi

pembelajaran Crossword Puzzle terhadap minat Belajar Bahasa Indonesia

siswa kelas III SD Inpres Mallengkeri I Kecamatan Tamalate Kota Makassar,

untuk sampel penelitian diambil dengan teknik total sampling, dimana

diasumsikan bahwa keseluruhan populasi dijadikan sampel. Sampel dalam

penelitian ini adalah siswa kelas III A dan III B berjumlah 40 orang. Instrumen

yang digunakan adalah angket . Hasil penelitian adalah (1) Minat Belajar

Bahasa Indonesia tanpa menggunakan crossword puzzle berada pada kategori

tinggi dengan prentase 42,58% sedangkan setelah menggunakan strategi

pembelajaran crossword puzzle diperoleh minat belajar siswa berada pada

kategori yang sangat tinggi dengan persentase 95%. Terdapat pengaruh antara

penggunaan strategi pembelajaran crossword puzzle dengan minat belajar

Bahasa Indonesia dengan besar pengaruh 5,52,dengan demikian hipotesis

dalam penelitian ini diterima. Dengan hasil penelitian ini, hendaknya guru

mampu memupuk dan mengembangkan minat belajar Bahasa Indonesia siswa

sehingga dapat tercapai prestasi belajar yang maksimal.


Dari beberapa penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian yang

menggunakan model pembelajaran CORE dan media Crossword Puzzel pernah

dilakukan di beberapa sekolah. Sehingga peneliti ingin melakukan penelitian

dengan judul pengaruh model pembelajaran CORE dengan berbantuan media

Crossword Puzzel terhadap motivasi belajar siswa mata Sejarah kelas X di SMA

Negri 4 Takengon.

1.13 Pendekatan dan Metode Penelitian

1) Pendekatan dan Jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian

kuantitatif menurut Sugiyono (2012: 14) merupakan metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat postivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi

atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,

analisis data bersifat statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah

ditetapkan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen. Metode

penelitian eksperimen menurut Sugiyono (2010: 107) merupakan metode

penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap

yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Terdapat dua kelompok yang

menjadi sasaran dalam penelitian ini, diantaranya ialah kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol. Pada kelas eksperimen diberikan pengaruh atau treatmen

tertentu, sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan. Adapun tujuan dalam

penelitian ini adalah untuk menyelidiki adanya kemungkinan saling berhubungan

sebab akibat yang membedakan antara kedua kelompok ini ialah pendekatan yang
digunakan dalam pengajaran materi kelas eksperimen menggunakan model

pembelajaran CORE dengan berbantuan media Crossword Puzzel sedangkan

kelas kontrol hanya menggunakan metode konvensional atau pembelajaran biasa

pada umumnya.

2) Lokasi dan Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 4 Takengon. Waktu penelitian akan

dilaksanakan pada saat peneliti mengajukan judul sampai dengan peneliti

melakukan penelitian di SMAN 4 Takengon atau lebih tepatnya pada semester

genap tahun ajar 2021-2022.

3) Populasi dan Sampel

a). Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2010: 117). Dalam

penelitian ini yang digunakan sebagai populasi adalah seluruh siswa kelas X SMA

Negeri 4 Takegon yang terdiri dari 5 kelas

b) Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2010: 118). Adapun sampel dalam penelitian ini

adalah siswa kelas - yang berjumlah - orang sebagai kelas eksperimen.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik sampling purposive, yang mana

penentuan sampel dilakukan dengan pertimbangan tertentu. Setelah melakukan

observasi di sekolah, peneliti melihat siswa kelas - merupakan kelas yang

motivasi belajarnya kurang pada saat mengikuti pembelajaran Sejarah.


4) Teknik Pengumpulan Data

a) Observasi

Observasi merupakan suatu pengamatan yang dilakukan di lapangan untuk

memperoleh informasi yang diperlukan. Berkaitan dengan makna observasi,

Arifin (2016: 153) berpendapat bahwa observasi merupakan suatu proses

pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional

mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam

situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan observasi yang akan

dilakukan oleh peneliti di sekolah, peneiti dapat melakukan pengamatan terhadap

guru dan siswa yang sedang melaksanakan proses pembelajaran, juga pada saat

siswa melakukan kegiatan yang ada di sekolah seperti upacara bendera, istirahat

dan lain sebagainya.

b) Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya. Kuesioner dapat berupa pertanyaan atau pernyataan tertutup atau

terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui

pos, atau internet (Sugiyono, 2010: 199). Menurut pendapat Arifin (2016: 166)

angket termasuk alat untuk mengumpulkan dan mencatat data atau informasi,

pendapat, dan paham dalam hubungan kausal. Berkaitan dengan cara yang akan

ditempuh dalam rangka untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan,

maka peneliti menggunakan angket untuk mendapatkan data terkait penerapan

model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting dan Extending)


dengan berbantuan media Crossword Puzzel terhadap motivasi belajar siswa.

kuesioner disusun berdasarkan indikator.

Angket digunakan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran CORE

(Connecting, Organizing, Reflecting dan Extending) dengan berbantuan media

Crossword Puzzel terhadap motivasi belajar siswa mata pelajaran Sejarah kelas X

SMA Negeri 4 Takengon. Angket diberikan setelah kegiatan pembelajaran

menggunakan model pembelajaran untuk melihat seberapa besar motivasi belajar

menggunakan model pembelajaran tersebut.

a. Dokumentasi

Dokumentasi diperlukan untuk mencari data yang berasal dari catatan-

catatan, literatur, arsip pendukung, serta dokumen yang berkaitan dengan masalah

penelitian antara lain: (a) daftar nama siswa yang digunakan sebagai sampel

penelitian, (b) sejarah dan profil sekolah SMA Negri 4 Takengon, (c) RPP yang

digukan guru mata pelajaran Sejarah.

5) Teknik Analisis Data

Setelah selesai melakukan penelitian dan setelah terkumpulnya data secara

keseluruhan dasi hasil tes, tahab selanjutnya adalah menganalisis data, dan

kemudian data tersebut diolah untuk nantinya dapat dipertanggung jawabkan

dengan menggunakan statistik yang sesuai varians kedua kelompok sampel

homogen atau tidak, masing-masing diuji dengan;


1.1 Uji Coba Instrumen

1.1.1 Validitas

Terdapat dua unsur penting dalam validitas, pertama validitas menunjukkan

suatu derajat, ada yang sempurna, ada yang sedang, dan ada pula yang rendah.

Kedua, validitas selalu dihubungkan dengan suatu putusan atau tujuan yang

spesifik (Arifin, 2016: 247). Untuk dapat menentukan apakah tes hasil belajar

sudah memiliki validitas rasional ataukah belum, dapat dilakukan penelusuran

dari dua segi, yaitu dari segi isinya (Connent) dan dari segi susunan atau

konstruksinya (construct) (Sudijono, 2005: 164).

Teknik analisis yang digunakan adalah korelasi product moment dengan

rumus sebagai berikut:

r n ∑ xy −( ∑ x ) (∑ y )
xy=¿ ¿
√ ¿¿¿

Keterangan:
rxy = koefisien korelasi
n = jumlah responden
x = nilai item soal
y = nilai total
∑x = jumlah nilai item soal
∑y = jumlah nilai total
∑x 2
= jumlah kuadrat nilai item soal
∑y2 = jumlah kuadrat nilai total (Sudijono, 2014: 206)

Pengujian signifikansi korelasi dilakukan dengan membandingkan antara

korelasi hitung (rxy) dengan r pada tabel (r tabel) atau Pvalue dengan taraf nyata

(a). Suatu soal dikatakan valid apabila nilai pvalue lebih kecil dari pada taraf

nyata (a) atau korelasi hitung (rxy) lebih besar dari pada r pada tabel (r tabel).

1.1.2 Uji Reliabilitas


Uji reliabilitas menurut pendapat Arikunto (2006: 178) adalah “reliabilitas

menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat

dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut

sudah baik. Hasil dari pengujian reliabilitas digunakan untuk melihat sejauh mana

hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Suatu tes dapat dikatakan reliabel apabila

hasil yang didapat dalam beberapa pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok

relatif sama. Pengujian reliabilitas dilakukan menggunakan nilai Alpha Cronbach

dengan rumus sebagai berikut.


2
R ∑σ i
a= (1− 2 )
R−1 σ x

Keterangan:
a = Koefisisen Alpha Cronbach
R = jumlah soal
σ2i = varians butir soal
σ2x= jumlah varians skor total (Arifin, 2016: 264)

Nilai pengujian reabilitas dikategorikan sebagai berikut:

No Kriteria Jumlah Skor

1 Sangat Tinggi a > 0.8

2 Tinggi 0.6 < a < 0.79

3 Cukup 0.4 < a < 0.5

4 Kurang 0.2 < a < 0.39

5 Sangat Kurang a < 0.2

Korelasi Uji: jika rhitung > rtabel maka dapat disimpulkan instrumen motivasi

belajar sejarah di kelas X reliabel. Jika rhitung < rtabel maka dapat disimpulkan

instrument motivasi belajar sejarah di kelas X tidak reliabel.


1.2 Analisis Unit

Data yang telah dikumpulkan melalui metode pengumpulan data yang

digunakan akan mempunyai arti apabila data tersebut diolah dan dianalisis. Dari

awal analisa tersebut, maka akan dapat diinterpretasi dan selanjutnya dapat

dirumuskan kesimpulan akhir dan suatu penelitian. Untuk membuat data distribusi

frekuensi dengan panjang kelas yang sama dengan rumus yang dikemukakan oleh

Sudjana (2015: 47), maka terlebih dahulu ditentukan: Rentang (R), ialah data

tersebar dikurangi data terkecil.

 Banyak kelas interval (k) dengan menggunakan aturan yaitu:

K = 1 + (3,3) log n

 Panjang kelas interval P, dapat ditentukan oleh rumus aturan:

rentang
P=
banyak kelas

Setelah data tersebut dibuat dalam distribusi frekuensi, kemudian dianalisis

dengan menggunakan rumus-rumus statistik sebagai berikut:

1.2.1 Mean

Mean menurut Sudijono (2014:79) mean dari sekelompok (sederajat) angka

(bilangan) adalah jumlah dari keseluruhan angka (bilangan) yang ada, dibagi

dengan banyaknya angka (bilangan) tersebut. Untuk memperoleh mean dari

masing-masing variabel maka digunakan rumus sebagai berikut:

∑ fX
M x=
N

Keterangan:
Mx= Mean yang dicari
∑fX = Jumlah dari nilai-nilai yang ada
N = Jumlah responden

1.2.2 Standar Deviasi


Standar deviasi dari data yang telah disusun dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi, dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:


2
∑x
SD=
N

Keterangan:
SD = Deviasi Standar
∑x2 =Jumlah Semua Deviasi, setelah mengalami penguadratan terlebih dahulu.
N = Jumlah responden dalam penelitian (Sudijono, 2014: 157).

1.3 Uji Prasyarat Analisis

1.3.1 Menguji normalitas sebaran data

Selanjutnya untuk menguji normalitas data, digunakan statistik chi-kuadrat

yang dikemukakan oleh Sudjana (2015: 273) sebagai berikut:

k
x 2=∑ ¿ ¿ ¿ ¿
i=1

Keterangan:
X2 = Statistik chi- kuadrat
Oi = frekuensi pengamatan
Ei = frekuensi yang diharapkan

Jika harga X2 hitung ≥ X2 tabel, maka data yang diperoleh tidak

berdistribusi normal dan sebaliknya, jika X2 hitung < X2 tabel, maka yang

diperoleh distribusi normal.

1.3.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk menguji homogenitas varians data yang

akan dianalisis antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk menguji varians

kedua sampel homogen atau tidak, maka mengujian homogenitas varians

digunakan uji F dengan rumus sebagai berikut:


varians terbesar
F=
varians terkecil

Keterangan:
F = F Hitung
Varians = Kuadrat dari simpangan baku

Bila harga Fhitung > dengan Ftabel, maka varians tidak homogen.

Sedangkan bila harga Fhitung < dengan Ftabel, maka varians homogen untuk

tingkat kesalahan 5 % (Sudjana, 2015: 250).

1.3.3 Uji Hipotesis

Untuk mengetahui signifikasi pengaruh pengaruh model CORE (Variabel X)

dengan berbantuan media Crossword Puzzle (Variabel X) terhadap motivasi

belajar siswa mata pelajaran Sejarah di kelas X (Variabel Y), rumus yang

digunakan adalah independent sample t-test (tidak berkorelasi).

Pengujian hipotesis menggunakan independent sample t-test dengan rumus

Searated Varian:

t o=
1
x 1−x 2
√(n −1)s +(n −1) s
2
1 2
2
2
√ n1 n 2( n1 +n ¿ ¿ 2−2)
n1 + n2
¿

Keterangan:
x 1̅ = rata-rata sampel 1
x 2̅ = rata-rata sampel 2
s21 = varians sampel 1
s22 = varians sampel 2
n1 = jumlah sampel 1
n2 = jumlah sampel 2

jika thitung < ttabel maka terdapat komparasi variabel X dengan Variabel Y

(Supranto, 2009: 139).

Anda mungkin juga menyukai