Proposal
Oleh
Eva Suwirda
1606101020032
B. Latar Belakang
sumber daya manusia agar mampu bersaing dengan sesamanya. Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan negara (UU No. 20
Tahun 2003). Sehingga dapat memperjelas bahwa, pendidikan sangat penting dalam
menciptakan masyarakat yang cerdas, berakhlak mulia, serta dapat melatih keterampilan
siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan. Selain itu, manajemen yang baik juga
efektif dan efisien. Seorang guru juga memiliki peranan yang sangat penting dalam
mencapai keberhasilan pembelajaran di sekolah. Karena pada dasarnya peran guru ialah
1
2
Berdasarkan hasil observasi serta wawancara dengan siswa dan Zuhardi pada 23
November 2020, selaku guru mata pelajaran Sejarah di SMAS Sirajul Ibad. Penulis
mendapatkan siswa XI SMAS Sirajul Ibad memiliki keaktifan yang cukup rendah.
Rendahnya keaktifan belajar siswa juga terlihat pada saat observasi pembelajaran, guru
pembelajaran siswa tidak aktif pada saat proses pembelajaran berlangsung seperti
mengancungkan tangan pada saat guru bertanya tentang materi yang disampaikan.
Siswa cenderung hanya berdiam diri pada saat guru menjelaskan dan terkadang terlihat
siswa berbicara dengan temannya. Selain itu, pada saat guru memberikan tugas untuk
dikerjakan secara kelompok, siswa terkadang hanya mengharapkan jawaban dari satu
teman yang dianggap paling bisa dalam pelajaran sejarah, sedangkan siswa lainnya
hanya bersantai dan berbicara dengan teman lainnya. Masalah lain yang juga menjadi
pemicu rendahnya keaktifan siswa mata pelajaran sejarah pada kelas XI ini dikarenakan
proses pembelajaran yang kurang bervariasi, sehingga siswa merasa jenuh dalam
sekolah tersebut, beliau sering mengajar dengan menggunakan metode diskusi, dan
jarang sekali untuk mengubah kegiatan pembelajaran atau pun menggunakan media
pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan, guru sangat sibuk dan tidak sempat untuk
Permasalahan ini merujuk pada kurangnya efektifitas belajar pada mata pelajaran
sejarah. Sehingga, berdampak pada tidak tercapainya tujuan pembelajaran, hasil belajar,
serta minat siswa dalam mengikuti pembelajaran. Pembelajaran efektif menurut Supardi
(Rohmawati, 2015: 16) adalah kombinasi yang tersusun meliputi manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan dan prosedur diarahkan untuk mengubah perilaku siswa ke arah
yang positif dan lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa
dalam pembelajaran agar pembelajaran tidak monoton dan lebih menarik. Pemilihan
dianggap sesuai dalam mengatasi permasalah tersebut. Model dan media pembelajaran
yang dipilih harus dapat mengembangkan keaktifan siswa dan menarik perhatian siswa
agar dapat diperoleh keefektifan dalam pembelajaran sejarah. Model serta media
pembelajaran yang dianggap cocok dalam mengatasi permasalahan ini ialah model
kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) merupakan suatu model yang mudah
untuk diterapkan, karena melibatkan seluruh siswa, siswa juga berperan sebagai tutor
sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement ( Shoimin, 2014: 203).
menarik namun tetap sesuai dengan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model
TGT tersebut. Media yang dianggap sesuai jika dipadukan dengan model tersebut ialah
4
media teka-teki silang (TTS). Media TTS akan memberikan pengaruh dalam
kemampuan otak dan pengetahuan, serta dapat menjadikan siswa aktif, menyenangkan,
ingat siswa, media tersebut dapat digunakan di tempat manapun tanpa ada penyesuaian
khusus, serta dapat digunakan dalam kelompok besar dan kelompok kecil (Lakoro, dkk
2020: 33).
C. Rumusan Masalah
keaktifan belajar sejarah siswa kelas XI SMAS Sirajul Ibad, Aceh Selatan?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, yang menjadi tujuan dalam penelitian ini
dalam meningkatkan keaktifan belajar sejarah siswa kelas XI SMAS Sirajul Ibad,
Aceh Selatan.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini terdiri dari manfaat teoretis dan manfaat praktis.
1) Manfaat Teoretis
d. Sebagai usaha perbaikan dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
pengajaran bidang sejarah.
2) Manfaat Praktis
didik aktif.
d. Bagi pembaca, dapat dijadikan bahan rujukan dan referensi untuk penelitian
kedepannya.
e. Bagi penulis, sebuah pengalaman yang berharga karena merupakan awal yang
selanjutnya
F. Anggapan Dasar
Anggapan dasar atau postulat adalah suatu hal yang diyakini kebenarannya oleh
peneliti harus dirumuskan secara jelas, dikatakan pula bahwa setiap penyelidik dapat
Adapun yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah efektivitas penerapan
media Teka-Teki Silang (TTS) dapat di terapkan pada pembelajaran sejarah di sekolah
G. Hipotesis Penelitian
jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan
pengertian tersebut, maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini bahwa penerapan
media Teka-Teki Silang (TGT) efektif terhadap pembelajaran sejarah kelas XI SMAS
pembatasan masalah yang akan diteliti agar lebih terfokus, terarah, serta dapat
memperlancar proses penelitian yang akan dilaksanakan. Adapun yang menjadi ruang
lingkup penelitian ini adalah menggunakan subjek siswa kelas XI SMAS Sirajul Ibad,
Aceh Selatan dalam meningkatkan efektivitas belajar siswa pada mata pelajaran sejarah
I. Defenisi Istilah
1) Efektivitas
Efektivitas adalah ukuran yang menyatakan sejauh mana sasaran atau tujuan
(kuantitas, kualitas dan waktu) telah dicapai. Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari
segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin
mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya. Dalam penelitian ini, untuk
media TTS efektif dalam meningkatkan keaktifan belajar sejarah didasarkan pada tes
yang di lakukan pada kelas pilihan, hasil yang diperlihatkan akan menunjukkan efektif
dalam penerapannya terdapat pembagian peserta didik ke dalam kelompok kecil lalu
menggabungkan kelompok belajar dengan kompetensi tim dan akan merangsang peserta
didik untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran ini dapat
Model pembelajaran TGT yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah suatu
model pembelajaran yang diterapkan untuk dapat mengaktifkan siswa dalam menyajikan
pembelajaran sejarah agar lebih menarik, sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa.
9
Media pembelajaran TTS adalah media permainan kata yang pada umumnya
dan vertikal yang nanti kotak-kotak tersebut akan diisi dengan kata-kata sehingga
membentuk frasa tertentu dengan menyelesaikan suatu petunjuk yang mengarah pada
jawaban tertentu. Adapun media TTS dalam penelitian ini merupakan sebuah media
4) Keaktifan Belajar
Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan
berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat di pisahkan. Adapun dalam peneltian
ini keaktifan belajar siswa dapat diukur melalui indikator keaktifan, sehingga diketahui
J. Tinjauan Pustaka
1. Efektivitas Pembelajaran
Efektivitas artinya sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai sesuai
salah satu standar mutu pendidikan dan sering kali diukur dengan tercapainya tujuan,
atau dapat juga diartikan sebagai ketepatan dalam mengelola suatu situasi ”doing the
right things”. Menurut Deassy dan Endang (Fathurrahman dkk, 2019: 844) efektivitas
pembelajaran adalah belajar yang bermanfaat dan bertujuan bagi siswa yang
memungkinkan siswa untuk belajar keterampilan spesifik, ilmu pengetahuan dan sikap
dengan mudah, menyenangkan dan juga dapat terselesaikan tujuan pembelajaran sesuai
10
yang diharapkan. Sedangkan menurut Wibowo, ddk (2020: 231) efektivitas merupakan
salah satu standart mutu pendidikan dan sering kali diukur dengan tercapainya tujuan.
Hal ini juga sejalan dengan pendapat Susanto (2013: 53) bahwa pembelajaran efektif
dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik dapat terlibat secara aktif, baik mental,
dari proses interaksi dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dilihat
dari aktivitas siswa selama pembelajaran, respon dan penguasaan materi. pembelajaran
yang efektif sangat diperlukan pada proses pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan
tujuan pembelajaran, hasil belajar sulit untuk dicapai bila proses pembelajaran tidak
berlangsung, respon siswa terhadap pembelajaran dan penguasaan konsep siswa. Untuk
mencapai suatu konsep pembelajaran yang efektif dan efesien perlu adanya hubungan
timbal balik antara siswa dan guru untuk mencapai tujuan secara bersama, selain itu juga
harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekolah, sarana, dan prasarana, serta media
perkembangan siswa.
11
b. Proses belajar mengajar harus berkualitas tinggi yang ditunjukkan dengan adanya
penyampaian materi oleh guru secara sistematis, dan menggunakan berbagai variasi
d. Motivasi belajar guru dan motivasi belajar siswa cukup tinggi (Susanto, 2013: 54)
belajar yang atraktif, melibatkan siswa secara aktif dan memiliki sarana-sarana yang
Belajar mengajar adalah suatu proses yang dilakukan dengan sadar dan
bertujuan. Membahas mengenai makna dari belajar dan pembelajaran dapat kita pahami
Slameto (Danarjati, dkk, 2014: 41) belajar adalah suatu proses perubahan yaitu
perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi
merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Proses belajar terjadi berkat
siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Hal ini sejalan dengan
12
pendapat Sadiman, dkk dalam Fathurrohman dan Sulistyorini (2012: 8) belajar adalah
suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur
hidup, sejak dia masih bayi hingga keliang lahat. Salah satu pertanda bahwa seseorang
telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan
tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersikap pengetahuan (kognitif),
Disamping itu dalam belajar menurut Driscoll (Uno, 2008: 15) terdapat dua hal
yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) belajar adalah suatu perubahan yang menetap dalam
kinerja seseorang, dan (2) hasil belajar yang muncul dalam diri siswa merupakan hasil
dari interaksi siswa dengan lingkungan. Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat
diambil suatu kesimpulan bahwa belajar merupakan usaha yang dilakukan secara
terencana serta adanya pengaruh dari lingkungan. Belajar bukan hanya sekedar
menghafal, melainkan suatu proses mental yang terjadi dalam diri seseorang.
siswa, baik interaksi secara langsung maupun secara tidak langsung yaitu dengan
usaha mempengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar mau belajar dengan
keagamaan, aktivitas, dan kreativitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan
pengalaman belajar. Sedangkan menurut Knirk & Kent L. Gustafson (Helmiati, 2012: 8)
13
membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan, keterampilan atau nilai yang baru
dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan evaluasi
dalam konteks kegiatan belajar mengajar. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Trianto
(Pane dan Muhammad, 2017: 338) pembelajaran adalah usaha sadar yang dilakukan
seorang guru untuk membelajarkan peserta didikny (mengarahkan interaksi peserta didik
dengan sumber belajar lain) dengan maksud agar tujuannya dapat tercapai.
dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar
dan perilaku siswa adalah belajar. Pembelajaran dapat diartikan sebagi usaha sadar
pendidik untuk membantu pesrta didik agar mereka dapat belajar sesuai dengan
kebutuhan dan minatnya. Disini guru berperan sebagai fasilisator yang menyediakan
siswa.
dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat hingga lima orang siswa dengan struktur
kelompok bersifat heterogen (Nurdyansyah dan Eni Fariyatul: 2016: 53). Pembelajaran
kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur pembelajaran
Pelaksanaan prinsip dasar pokok system pembelajaran kooperatif dengan benar akan
kooperatif prose pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa. Siswa dapat
saling membelajarkan sesama siswa lainnya. Pembelajaran oleh rekan sebaya lebih
tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga
sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerja sama, dan
membantu teman. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa terlibat aktif pada proses
pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuannya agar siswa paham
tentang materi, kemudian siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk
sebelumnya.
15
c. Penilaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan melalui tes atau
kuis, yang dilakukan secara individu atau kelompok. Tes individu akan memberikan
d. Pengakuan tim, adalah pemilihan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling
berprestasi untuk diberikan suatu penghargaan atau hadiah, dengan harapan dapat
memotivasi tim untuk terus berprestasi lebih baik lagi (Rusman, 2014: 213)
merupakan suatu model yang mudah untuk diterapkan, karena melibatkan seluruh siswa,
siswa juga berperan sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan
belajar yang menyenangkan karena dilakukan sambil bermain, mudah untuk diterapkan,
berlaku untuk semua kelas dan semua mata pelajaran, serta dapat mempengaruhi prestasi
belajar siswa di kelas (Maulidina, 2018: 142). Teams Games Tournaments (TGT) adalah
16
kemampuan, jenis kelamin, dan suku kata atau ras yang berbeda sehingga siswa dapat
kesimpulan bahwasanya, model kooperatif tipe TGT ini merupakan model pembelajaran
yang dalam pelaksanaannya berbentuk turnamen atau permainan. Hal tersebut dapat
perhatian siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik. Sehingga interaksi
siswa di dalam kelas selama proses pembelajaran akan lebih meningkat dan membangun
(TGT)
Pembelajaran kooperatif tipe TGT menurut Salvin (Dewi, dkk, 2016: 7) terdiri
atas 5 komponen, yaitu tahapan penyajian kelas (class precentation), belajar dalam
1) Penyajian kelas
Tiap pelajaran dalam TGT dimulai dengan presentasi pelajaran di dalam kelas
yang dilakukan oleh guru dengan metode seperti ceramah, demonstrasi diskusi atau
Presentasi pelajaran difokuskan pada konsep- konsep dari materi yang dibahas. Setelah
penyajian materi, siswa bekerja pada kelompok untuk menuntaskan materi pelajaran
2) Kerja tim
Pada tahapan ini tiap tim terdiri dari 4 atau 5 siswa yang mewakili seluruh bagian
dari kelas dalam hal kinerja akademik dan jenis kelamin. Fungsi utama dari tim ini
adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya
lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik.
terletak pada anggota kelompok, untuk melakukan sesuatu yang terbaik bagi
3) Permainan
atau alat pendidikan yang bersifat mendidik. Permainan atau game dirancang dengan
maksud untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas
dan pelaksanaaan kerja tim. Permainan dirancang semenarik mungkin untuk menarik
perhatian siswa.
18
4) Turnamen
Turnamen ini dibagi menjadi beberapa meja turnamen. Dalam turnamen siswa
pada kelompok belajar heterogen dibagi dalam kelompok turnamen dengan kemampuan
akademik yang homogen berisi 4-5 siswa. Dalam turnamen ini siswa melakukan
adalah: kartu soal, kartu jawaban dan lembar pencatatan skor. Setiap turnamen dimulai
pada saat kartu soal telah tersedia di meja turnamen, lalu kartu soal dibacakan. Sehingga
terdengar oleh pemain lainnya dalam satu meja tersebut. Kemudian setiap pemain dalam
satu meja berusaha menjawab dan mengerjakan soal itu di kertas masing-masing atau
dijawab langsung. Setelah waktu yang disediakan berakhir, jawaban soal tersebut
dicocokkan dengan kunci jawaban yang telah dibuat oleh guru. Yang berhak mendapat
giliran menjawab pertama adalah pemain pertama. Siswa yang memperoleh giliran
pertama mengambil satu kartu bernomor, lalu membaca pertanyaan yang ada. Apabila
siswa tersebut tidak bisa menjawab boleh menyatakan lewat dan kesempatan menjawab
diberikan kepada siswa yang mendapat giliran menjawab berikutnya. Apabila siswa
giliran pertama berusaha menjawab dan siswa yang mempunyai kesempatan menantang
pertama mempunyai jawaban berbeda, maka siswa giliran kedua boleh menantang, jika
siswa tersebut tidak menantang maka kesempatan dapat diberikan kepada siswa yang
mendapat giliran berikutnya. Siswa yang dapat menjawab dengan benar, dapat
menyimpan kartu bernomor tadi sebagai bukti bahwa siswa tersebut menjawab soal yang
diberikan dengan benar. Jika jawaban pemain pertama salah, maka pemain kedua,
19
ketiga, keempat boleh menantang jawaban pemain pertama, namun apabila jawabannya
salah, ada resikonya yaitu diberi hukuman mengembalikan kartu soal yang sebelumnya
mereka peroleh ketempat semula. Berikutnya giliran pemain kedua, ketiga, keempat,
kembali ke pertama, demikian seterusnya dengan ketentuan yang sama seperti pada
putaran pertama sampai semua soal habis terjawab atau sampai waktu berakhir.
5) Penghargaan kelompok
Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor
rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk
Tournament (TGT)
Adapun yang menjadi kelebihan dari model pembelajaran kooperatif Tipe TGT
3) Dengan waktu yang sedikit siswa dapat menguasai materi secara mendalam
Di dalam model pembelajaran TGT menurut Suarjana (Dewi, dkk, 2016: 8) juga
1) Bagi Guru
akademi. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai
- Waktu yang dibutuhkan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga
melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru
2) Bagi Siswa
penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah
membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar
5. Media Pembelajaran
Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan
dan minat siswa agar proses belajar berjalan optimal (Ramli, 2012:). Menurut Smaldino
dalam Mudlofir dan Evi Fatimatur Rusyidiyah (2017: 121) media berasal dari bahasa
Latin dan dalam bentuk tunggal berasal dari kata medium. media secara harfiah
21
bermakna pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. sedangkan menurut Joni
Purwono dalam Talizaro (2018: 105) menjelaskan bahwa media pembelajaran memiliki
peranan yang sangat penting dalam menunjang kualitas proses belajar mengajar. media
Berdasarakn beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa media adalah
sebagai alat bantu yang digunakan dalam proses belajar mengajar untuk merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan atau mendorong terjadinya proses belajar.
memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga pembelajaran akan lebih
efektif dan efesien. tetapi secara khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci
menurut Kempt dan Dayton dalam Isran dan Rohani (2018: 94) mengidentifikasikan
6) Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan
saja.
7) Media dapat menumbuhkan siap positif siswa terhadap materi dan proses belajar.
22
8) Merubah peran guru kea rah yang lebih positif dan produktif.
Menurut Astrissi (Maulidina, 2018: 142), TTS merupakan suatu permainan yang
terdiri atas kotak-kotak kosong berwarna putih di dalamnya terdapat huruf kunci yang
membentuk suatu kata yang merupakan petunjuk jawaban dari suatu pertanyaan yang
diberikan. Teka-teki silang ini termasuk dalam kategori permainan edukatif karena
didalam teka-teki silang ini terdapat unsur permainan edukatif seperti menjawab
pertanyaan yang terdapat dalam kotak-kotak yang didesain mendatar dan menurun, dan
terdapat materi yang membahas permainan tersebut. Menurut Wulan, Suwatra, Jampel
(2019: 72) Teka-teki silang merupakan permainan sederhana yang banyak dimainkan
dari berbagai kalangan. Cara bermain permaian ini memang sederhana, hanya
merangkaikan jawaban soal dengan benar dan mengisikan jawabanya pada kotak kosong
yang tersedia di papan teka-teki silang namun jawaban satu dengan yang lainnya harus
Berdasarkan pendapat para ahli tesebut dapat disimpulkan bahwa, media TTS
langkah pada permainan TTS ini dapat menarik perhatian siswa dan mampu
memberikan kemudahan kepada siswa untuk memahami suatu materi yang diberikan.
23
8. Keaktifan Belajar
Keaktifan belajar siswa merupakan salah satu unsur dasar yang penting bagi
pembelajaran pada si pelajar. Menurut Sardiman (Wibowo 2016: 130) keaktifan adalah
kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu
rangkaian yang tidak dapat di pisahkan. Menurut Silbermen (Suarni 2017: 130)
keaktifan belajar adalah belajar yang meliputi berbagai cara untuk membuat siswa aktif
sejak awal melalui aktivitas-aktivitas yang membangun kerja kelompok dan dalam
waktu singkat membuat berpikir tentang materi pelajaran. Hal ini juga sejalan dengan
pendapat Nana Sudjana (Wahyuningsih 2020: 48) bahwa keaktifan siswa dapat dilihat
masalah, bertanya kepada siswa lain ataupun guru apabila tidak memahami persoalan
memecahkan masalah, melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal, serta menilai
25
kemampuan diri sendiri dan hasil-hasil yang diperoleh. Keaktifan siswa pada saat
belajar, akan tampak pada kegiatan berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran.
kesimpulan bahwa keaktifan yaitu keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran yang
sedang berlangsung di mana siswa berinteraksi dengan siswa lain maupun guru.
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sangat diperlukan. Karena, keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran merupakan keterlibatan siswa dalam bentuk siakap, pikiran,
Keaktifan belajar siswa menurut Rohani (Suarni 2017: 131) dapat dibagi menjadi
6 kelompok, yaitu:
sebagainya.
pikiran secara teratur dan bermakna dengan cara mengeluarkan bunyi-bunyi ataupun
secara sadar untuk mendengarkan bukan hanya kata-kata yang diucapkan orang lain,
tetapi yang lebih penting ialah berusaha memahami pesan yang disampaikan seacara
menyeluruh.
26
3) Bertanya kepada siswa lain/ kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang
dihadapinya.
Penelitian ini tidak terlepas dari penelitian sebelumnya yang dianggap relevan.
Adapun penelitian yang relevan tersebut antara lain penelitian yang dilakukan oleh
Lakoro, dkk (2020: 38) yang berjudul “Pengaruh Media Permainan Teka-Teki Silang
Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Geografi di Sma Negeri 1 Marisa”.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan
pendekatan kuantitatif, diperoleh hasil yaitu terdapat pengaruh yang positif terhadap
hasil belajar siswa yang diajar menggunakan media permainan teka-teki silang dengan
hasil belajar siswa yang diajar menggunakan media power point. Hal ini ditunjukan dari
hasil uji t. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai t yaitu t hitung= 4,57 dan t tabel=
1.99. Sampel dikatakan terdapat perbedaan yang signifikan apabila t hitung > t tabel. Hasil uji
hipotesis menununjukan bahwa t hitung > t tabel yaitu 4,57 > 1.99, sehingga dapat simpulkan
bahwa dari hasil uji t maka H0 ditolak dan Ht diterima. Dengan kata lain terdapat
perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajar menggunakan media
permainan teka-teki silang dengan hasil belajar siswa dengan menggunakan media
power point.
Penelitian yang dilakukan oleh Juaini (2020: 53-54) yang berjudul “Efektivitas
Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa”. Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Dari hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa penerapan model
28
kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) pada pembelajaran materi pokok
Selong tahun pelajaran 2019/2020. Peningkatan ini dapat dilihat dari perolehan skor
rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 21 dengan kriteria tinggi, siklus II
sebesar 22 dengan kriteria tinggi juga. Sedangkan pada siklus III skor yang diperoleh
sebesar 22,25 dengan kriteia sangat tinggi. Peningkatan aktivitas juga terjadi pada
kegiatan guru yaitu pada siklus I skor yang diperoleh sebesar 21,5 dengan kriteria baik,
siklus II sebesar 23 dengan kriteria sangat baik, dan pada siklus III skor yang diperoleh
sebesar 24 dengan kriteria sangat baik. Penerapan model kooperatif tipe Teams Games
prestasi belajar siswa kelas X MIPA-3 SMAN 3 Selong tahun pelajaran 2019/2020.
Peningkatan ini dapat dilihat dari ketuntasan klasikal yang diperoleh sebesar
65,71%pada siklus I. Sedangkan pada siklus II, ketuntasan klasikal yang diperoleh
sebesar 76,47%. Dan pada siklus III ketuntasan klasikal yang diperoleh sebesar 90,09%.
Penelitian yang dilakukan oleh Astrissi, dkk (2014: 27) yang berjudul
Teka Teki Silang Terhadap Prestasi Belajar Pada Materi Minyak Bumi Siswa Kelas X
penelitian eksperimen dengan desain penelitian pretest Posttest Control Group Design,
yang disertai media teka-teki silang efektif meningkatkan prestasi belajar siswa pada
29
materi Minyak Bumi siswa kelas X SMA Negeri 3 Sukoharjo tahun pelajaran
2012/2013 yang dibuktikan dengan harga nilai thitung yaitu 4,873 lebih tinggi
dari harga tabel yaitu 1,67 untuk prestasi belajar kognitif dan harga nilai thitung 1,784
lebih tinggi dari harga tabel yaitu 1,67 untuk prestasi belajar afektif.
sebagai rujukan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwasanya model dan media tersebut
sudah pernah diterapkan pada beberapa sekolah dengan ranah ukur dan mata pelajaran
yang berbeda-beda, namun perpaduan antara model pembelajaran kooperatif tipe TGT
berbantukan media TTS pada mata pelajaran sejarah belum pernah dilakukan. Oleh
karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul efektivitas
berbantukan media Teka-Teki Silang (TGT) pada pembelajaran sejarah siswa kelas XI
(2010: 27) penelitian kuantitatif sesuai dengan namanya, banyak menggunakkan angka,
mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari
hasilnya.
Group Pretest-Posttest Design yaitu desain penelitian yang terdapat Pretest sebelum
30
diberi perlakuan dan Posttest setelah diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan
dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum
diberi perlakuan (Sugiyono, 2013: 74) Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Keterangan:
O1 = nilai pretest (sebelum diberi perlakuan)
X = treatment (diberi perlakuan)
O2 = nilai posttest (setelah diberi perlakuan)
a. Tahap awal/pra-eksperimen
diawal penelitian pada tahap ini peneliti melaksanakan studi literature dan penemuan
masalah.
b. Tahap penelitian/eksperimen
Tahap ini peneliti melakukan eksperimen yang diawali dengan deskripsi, desain
instrumen dan penelitian. Kemudian peneliti melakukan pengambilan data awal dari
1. Pretest
Pretest adalah tes awal yang mana tes ini berbentuk angket, yang diberikan
kepada siswa sebelum perlakuan diberikan untuk mengetahui keaktifan belajar siswa.
2. Perlakuan (treatment)
kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan berbantukan media Teka-teki
Silang (TTS).
3. Posttest
disini menggunakan angket kembali yaitu setelah diberikan perlakuan dan untuk
membandingkan nilai angket pretest dengan nilai angket posttest. Untuk mengetahui
hasil perlakuan apakah perlakuan dari posttest dapat meningkatkan keaktifan belajar
siswa.
dilakukan tahap pasca eksperimen. Agar data pretest dan posttest dapat dianalisis
Penelitian ini dilaksanakan di SMAS Sirajul Ibad, Aceh Selatan. Adapun waktu
untuk penelitian ini dilaksanakan mulai saat peneliti mengajukan judul hingga
a. Populasi
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2013: 80). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMAS Sirajul Ibad dengan keseluruhan
siswa 24 orang.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(Sugiyono, 2013:81). Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI
yang terdiri dari 24 orang siswa sebagai satu-satunya kelas dipergunakan. Teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik sampling jenuh yaitu teknik
penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu
sebagai berikut:
a. Observasi
suatu objek dengan melibatkan seluruh indera untuk mendapatkan data. Instrumen yang
digunakan dalam observasi dapat berupa pedoman pengamatan, tes, kuesioner, rekaman
gambar, dan rekaman suara (Siyoto dan Muhammad, 2015: 81). Teknik observasi
digunakan peneliti sebelum melakukan penelitian yang mana observasi ini digunakan
untuk mendapatkan data terkait dengan keaktifan belajar siswa di dalam kelas serta
b. Angket
dijawab (Sugiyono, 2014:142). Berkaitan dengan cara yang akan ditempuh dalam
memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan, maka peneliti menggunakan angket
tipe Teams Games Tournament (TGT) berbantukan media Teka-teki Silang (TTS) pada
pembelajaran sejarah.
Penulis menggunakan metode angket ini untuk mengetahui respon siswa sebelum
tipe Teams Games Tournament (TGT) berbantukan media Teka-teki Silang (TTS) pada
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda,
dan sebagainya (Arikunto, 2010: 274). Data dokumentasi dalam penelitian ini antara lain
daftar nama siswa yang akan dijadikan sebagai sampel penelitian, foto dan profil sekolah
d. Tes
Tes ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian
(Arikunto, 2010: 266). Tes merupakan sekumpulan pertanyaan yang terkait dengan
materi belajar yang digunakan untuk melihat hasil belajar siswa setelah diterapkan
model pembelajaran kooperatif TGT berbantukan media TTS. Tes soal yang diberikan
berjumlah 15 pertanyaan ganda. Soal tersebut diberikan hanya sebagai penguat data
Setelah semua hasil tes dilakukan dan semua data terkumpul, langkah
perhitungan dengan uji validitas, reabilitas, uji normalitas, dan uji nilai t. yang bertujuan
35
a. Uji Validitas
suatu derajat, ada yang sempurna, ada yang sedang, dan ada pula yang rendah. Kedua,
validitas selalu dihubungkan dengan suatu putusan atau tujuan yang spesifik (Arifin,
2016: 247). Uji validitas yang digunakan ialah uji validitas empiris. Uji validitas empiris
dilakukan dengan cara mengujicoba instrumen di kelas uji coba. Peneliti menggunakan
30 item pernyataan dalam uji coba instrumen angket. Dengan menganalisis data peneliti
dapat menentukan valid atau tidaknya intrumen angket, dalam pengujian ini peneliti
menggunakan bantuan aplikasi SPSS versi 20. Pengujian pernyataan angket dilakukan di
satu kelas dengan melakukan satu kali pengujian, yaitu sesudah diberi terapkan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantukan media TTS yang setiap pernyataannya
b. Uji reabilitas
Uji reliabilitas menurut pendapat Sugiyono (2010: 174) adalah “syarat untuk
pengujian validitas intrumen, walaupun instrumen yang valid umumnya pasti reliabel
tetapi pengujian reliabilitas intrumen perlu dilakukan. Hasil dari pengujian reliabilitas
digunakan untuk melihat sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Suatu tes
dapat dikatakan reliabel apabila hasil yang didapat dalam beberapa pelaksanaan
36
pengukuran terhadap kelompok relatif sama. Dalam ujian reliabilitas ini peneliti
R ∑ σ2 i
a= (1− 2 )
R−1 σ x
Keterangan:
R = jumlah soal
c. Uji normalitas
Uji normalitas ini digunakan supaya dapat mengetahui apakah data dari sampel
tersebut berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini
menggunakan uji Kolmogorov Smirnov Test (K-S test) SPSS 20. Pada rumusan
hipotesis penelitian korelasi pada Kolmogorov Smirnov Test (K-S test) berdasarkan
Kriteria pengujian ialah terima H0 jika D-hitung ≤ D-tabel pada taraf signifikansi
0.05 yang artinya data berdistribusi normal, sebaliknya tolak H0 jika D-hitung > D-tabel
yang artinya data berdistribusi tidak normal. Adapun data yang di uji adalah angket.
d. Uji Hipotesis
Untuk menguji diterima atau ditolaknya suatu hipotesis maka akan dilakukan uji
t-hitung. Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X)
yaitu model pembelajaraan tipe TGT berbantukan media TTS berpengaruh secara
r √ n−2
t=
√ 1−r 2
keterangan:
t = uji hipotesis
berikut:
1. Menentukan Hipotesis
4. Menentukan thitung
5. Menentukan ttabel
(Sudjana 2015: 50) dengan perhitungan persentase yang disebut dengan distribusi
frekuensi, yaitu:
F
P= x 100%
N
Keterangan:
P = persentase
F = frekuensi
N= sampel
f. Analisis tes
Analisis data dalam bentuk tes tulis dilakukan dengan menghitung nilai
ketuntasan individu, menghitung nilai rata rata kelas, dan ketuntasan klasikal. Untuk
T
KB = x 100
Tt
Keterangan:
Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya apabila proporsi jawaban benar siswa
memenuhi nilai Kriteria ketuntasan minimal (KKM) sekolah, dalam hal ini, nilai KKM
mata pelajaran sejarah di SMAS Sirajul Ibad adalah 75. Untuk menghitung nilai rata rata
∑ xi
M=
N
Keterangan:
N = Jumlah siswa ∑ 𝑥i
40
dibawah ini:
X
KK = x 100
Z
Keterangan:
KK = Ketuntasan klasikal
Suatu kelas dianggap sudah memenuhi kriteria ketuntasan klasikal jika dalam
kelas terdapat ≥ 85 siswa yang telah tuntas belajarnya. Dalam penelitian ini, peneliti
menentukan nilai maksimal yang harus diperoleh siswa, yaitu 100, sedangkan untuk
menentukan data interval nya dapat dilihat ada tabel sebagai berikut:
2 71-80 Baik
4 ≤ 70 Kurang
41
M. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika pada penulisan penelitian ini terdiri dari 5 bab, yaitu sebagai
berikut:
b) Bab II, landasan teoritis yang berisi mengenai efektivitas, pembelajaran dengan
c) Bab III, prosedur penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitiannya. Terbagi
dalam beberapa sub bab, diantaranya: pendekatan dan jenis penelitian, lokasi dan
waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisis
data.
d) Bab IV, hasil penelitian dan pembahasan, memaparkan tentang pengaruh penelitian
tersebut.
e) Bab V, penutup yaitu bab terakhir yang berisi kesimpulan hasil pembahasan dan
41
42
Maulidina, Zakiyatu dkk. 2018. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tgt
Berbantuan Media Tts Terhadap Hasil Belajar Siswa. Jurnal JPSD. 4 (2):141-
147
Mudlofir, Ali dan Evi Fatimatur Rusydiyah. 2017. Desain Pembelajaran Inovatif.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Nurdyansyah dan Eni Fariyatul Fahyuni. 2016. Inovasi Model Pembelajaran. Sidoarjo:
NLC
Pane, Aprida dan Muhammad Darwis Dasopang. 2017. Belajar dan Pembelajaran.
Jurnal Kajian Ilmu-ilmu Keislaman. 3(2): 33-352
Ramli, Muhammad. 2012. Media dan Teknologi Pembelajaran. Banjarmasin: IAIN
Antasari Press
Rohmawati, Afifatu. 2015. Efektivitas Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Usia Dini. 9
(1): 15-32
Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar- Ruzz Media.
Siyoto, Sandu dan Muhammad Ali Sodik. 2015. Dasar Metodologi Penelitian.
Yogyakarta: Literasi Media Publishing.
Solihah, Ai. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
Terhadap Hasil Belajar Matematika. Jurnal SAP. 1(1): 45-53
Suarni. 2017. Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Pada Kompetensi Dasar
Organisasi Pelajaran PKN Melalui Pendekatan Pembelajaran PAKEM Untuk
Kelas IV SD Negeri 064988 Medan Johor T.A 2014/2015. Jurnal PASCAL. 1(2):
129-140
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Lampiran 1
LEMBAR OBSERVASI KEAKTIFAN BELAJAR SISWA
Penelitian ini menggunakan pedoman observasi yang dirancang/disusun
untuk mempermudah peneliti melakukan penelitian. Observasi bertujuan untuk
mendapatkan data terkait dengan keaktifan belajar siswa di dalam kelas.
Kelas : XI
Tahun : 2020
Keterangan :
Eva Suwirda
NIM. 1606101020032
Lampiran 2
47
No. Butir
Indikator
Positif Negatif
Turut serta dalam melaksankan
1, 2, 19, 12 4,5, 8, 26,
tugas belajarnya.
pemecahan masalah.
22, 18 14
7,13, 17 11,25
Melaksanakan diskusi kelompok.
No. Butir
Indikator
Positif Negatif
dihadapinya.
Jumlah 15 15
Jumlah Keseluruhan
Hari/tanggal :
Nama :
Kelas :
Petunjuk pengisian :
Berilah tanda (√) pada kolom yang sesuai dengan jawaban anda, pilihan jawaban
terdiri dari:
Lampiran 3
52
No. Butir
Indikator
Positif Negatif
Jumlah 17 13
Jumlah Keseluruhan
53
Hari/tanggal :
Nama :
Kelas :
Petunjuk pengisian :
Berilah tanda (√) pada kolom yang sesuai dengan jawaban anda, pilihan jawaban
terdiri dari:
Lampiran 4
Tes Pilihan Ganda
Hari/Tanggal :
Nama :
Kelas :
Petunjuk Pengerjaan:
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memilih salah satu jawaban yang benar
Soal Jangan di coret-coret
3. Munculnya surat kabar pribumi pada akhir abad XIV tidak terlepas dari peranan
kaum terpelajar. Pengaruh positif perkembangan surat kabar tersebut adalah…
a. Membuka lapangan pekerjaan bagi rakyat Indonesia
b. Menunjukkan pentingnya penggunaan teknologi
c. Menumbuhkan kesadaran pentingnya kebersamaan
d. Menumbuhkan kewaspadaan terhadap bangsa-bangsa Barat
e. Mendorong bangsa-bangsa Indonesia mengenal bangsa Barat
5. Pada masa kolonial sebagin besar masyarakat Indonesia yang berada pada kelas
menengah keaatas cenderung untuk mengikuti gaya hidup bangsa Belanda. Salah
satu alasan sikap ini seperti ditujukan pada jawaban…
a. Budaya lokal dianggap sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman
b. Budaya Eropa ditetapkan sebagai budaya resmi di Indonesia
c. Gaya hidup masyarakat lokal menghabiskan biaya lebih mahal
d. Gaya hidup bangsa Eropa lebih sederhana tetapi berkelas
e. Budaya Eropa dianggap sebagai budaya yang modern
7. Gagasan Pax Nerlandica yang dicetuskan oleh Gubernur jenderal J.B Van Heuts
pada awal abad ke XII. Makna dari gagasan tersebut adalah…
a. Penggabungan kekuasaan Hindia Belanda ke dalam persekutuan Negeri
Belanda
b. Penyatuan wilayah di bawah kekuasaan kesatuan Republik Indonesia
c. Penyatuan wilayah kekuasaan Indonesia di bawah kekuasaan Hindia Belanda
d. Penyatuan kerajaan-kerajaan lokal yang ada di wilayah kepulauan Indonesia
e. Pemerataan kemakmuran untuk semua rakyat Hindia Belanda
c. Luwix Nommensen
d. Edwuard Douwes Doker
e. Crawfurd
10. Salah satu dampak pengaruh dari kolonialisme di bidang budaya yang samapai
sekarang masih bisa dirasakan oleh bangsa Indonesia adalah…
a. Banyaknya bahsa serapan yang diambil dari kosa kata Belanda, Portugis, dan
Inggris
b. Munculnya penggolongan kelas masyarakat
c. Diangkatnya para petinggi kerajaan sebagai pegawai negeri
d. Lahirnya golongan cerdik pandai
e. Dibangunnya sekolah-sekolah pemerintah
11. Gubernur bangsa belanda pada masa Hindia Belanda yang mengambil kebijakan
yang dikenal dengan tanam paksa (Cultuur Stelsel) adalah...
a. Van der Capellen
b. Edward Douwes Dekker
c. Baron van Houvel
d. Thomas Stamford Raffles
e. Van den Bosch
12. Dampak yang paling terasa dalam pelaksanaan Politik Etis di Hindia Belanda
adalah...
a. Pemerataan pembangunan di berbagai wilayah Hindia Belanda terkait
program emigrasi Politik Etis
b. Terjaganya kualitas tanaman perkebunan milik pemerintah maupun pribumi
sebagai dampak dari irigasi
c. Pendirian sekolah–sekolah umum untuk semua warga Hindia Belanda tanpa
terkecuali
d. Kebebasan berpolitik dalam Volksraad bagi warga Hindia Belanda
e. Lahirnya golongan terpelajar yang mengarahkan pergerakan Nasionalisme
bangsa
d. Ahli pertanian
e. Arsitektur
14. Trias Van Deventer merupakan sebuah konsep yang berisi mengenai...
a. Irigasi, Edukasi dan Migrasi
b. Edukasi, Transportasi dan Transmigrasi
c. Irigasi, Transportasi dan Edukasi
d. Migrasi, Transmigrasi dan Irigasi
e. Edukasi, Reformasi dan Revolusi
Kunci Jawaban:
1. A 6. E 11. E
2. A 7. A 12. E
3. C 8. A 13. A
4. E 9. B 14. A
5. E 10. A 15. D