Oleh:
1
BAB I
PENDAHULUAN
dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang
terampil menjadi lebih terampil dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan
Seberapa baik siswa menerima pelajaran dalam proses belajar mengajar dan
dikatakan oleh (Tafonao, 2018) bahwa media pembelajaran adalah salah satu
proses pembelajaran.
1
Menurut (Kartikaningtyas et al., 2014) Ular tangga merupakan salah
satu bentuk permainan tradisional yang telah dikenal luas dan mudah
bidak dan dadu dan melibatkan lebih dari satu pemain. Adaptasi permainan
belajar siswa rendah dibawah KKM 75 hanya 41,37% Peserta yang tuntas
tangga yang diharapkan untuk dapat meningkatkan hasil belajar serta dapat
memotivasi peserta didik dalam belajar. Melalui permainan ular tangga ini,
2
bentuk game edukatif merupakan stimulus unik yang mampu merangsang
Stimulus yang unik akan menarik perhatian setiap orang dan cenderung
nilai luhur dan pesan- pesan moral tertentu seperti nilai-nilai kebersamaan,
B. Identifikasi Masalah
berlangsung
rendah
3
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka masalah pada penelitian ini
didik dan buku guru saja. dan bahkan handout yang disediakan oleh guru
maksimal.
2. Masih banyak peserta didik yang pasif dalam proses pembelajaran dan
tidak mau berusaha mencari sumber belajar lain selain yang diberikan
oleh guru, sehingga motivasi belajar peserta didik pada IPA materi pokok
D. Perumusan Masalah
4
Penelitian ini bertujuan untuk
3. ...
F. Manfaat Penelitian
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritis
2. Media Pembelajaran
Media permaian ular tangga adalah sebuah media visual dua dimensi
dengan konsep permainan ular tangga pada umumnya, namun ada unsur
ular tangga yang diadopsi dan dimodifikasi. Modifikasi yang dilakukan yaitu
tertentu serta aturan main yang disesuaikan Menurut (Emmett Grames, 2020)
orang atau lebih ini dapat melatih anak untuk berkompetisi.Selain itu, melalui
permainan ular tangga dapat melatih anak untuk bekerjasama serta melatih
tentang media ular tangga, maka dapat disimpulkan bahwa media ular tangga
6
merupakan media edukatif yang mengadopsi dari permainan ular tangga yang
telah dimodifikasi.
menunjukkan bahwa siswa terlibat tidak hanya secara intelektual namun juga
c) memudahkan siswa belajar karena dibantu dengan gambar yang ada dalam
7
h) dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama, tinggal disesuaikan
materinya.
merujuk pada keunggulan ular tangga yang dikemukakan oleh Febryna (2014)
siswa dapat berperan aktif untuk memindahkan objek tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa terlibat tidak hanya secara intelektual namun juga
tangga, pion yang sampai pada kotak finish terlebih dahulu dinyatakan
terdapat hambatan berupa katu soal yang berada pada beberapa kotak yang
ada pada media ular tangga. Pion akan dapat maju jika kelompok dapat
menjawab pertanyaan yang ada dengan benar dan tepat waktu. Jika dalam
menjawab soal salah atau kehabisan waktu maka pion harus mundur 3 petak.
Hal ini akan menghambat pion untuk maju sampai ke kotak finish
kelompok agar dapat menjawab pertanyaan dengan benar dan tepat waktu
bekerjasama dalam menjawab soal yang ada semakin cepat kelompok tersebut
8
sampai pada kotak finish .Media ular tangga merupakan media permainan
dapat terlebih dahulu sampai dikotak finish. Struktur ganjaran yang diterapkan
pada permainan ular tangga ini yaitu struktur ganjaran yang kooperatif,
dimana ganjaran perorangan terkait secara positif, sehingga apa yang terjadi
maksimal.
Cara bermain permainan ular tangga pada dasarnya sama dengan cara
bermain permainan ular tangga pada umumnya yaitu setiap pemain mulai
Bidak dijalankan sesuai dengan jumlah mata dadu yang muncul.Bila pemain
mendarat diujung bawah sebuah tangga pemain dapat langsung pergi ke ujung
menambahkan kartu soal pada papan permainan sesuai materi yang diajarkan.
9
Kartu soal dijawab oleh siswa yang berada pada kotak yang terdapat kartu
soal tersebut. Media ular tangga dalam penelitian ini digunakan secara
yang dilakukan peneliti terhadap cara bermain ular tangga. Cara bermain ular
3) Permainan dimulai dari petak start, pemain yang mendapat giliran pertama
4) Pemain yang berada pada petak yang terdapat ujung tangga dapat
5) Pemain yang berada pada petak yang terdapat ekor ular harus turun ke
6) Pemain yang berada pada petak yang terdapat kartu soal harus menjawab
dengan kelompok. Jika jawaban salah atau siswa kehabisan waktu dalam
10
7) Setelah menjawab soal anggota kelompok yang telah bermain di arena
begitu seterusnya.
sebagai pemenang.
(STAD)
gotong royong dalam pendidikan. Tanpa adanya kerja sama, tidak akan
11
penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang
dipersyaratkan”.
1) Keunggulan
c) Mendorong peserta didik untuk respek pada orang lain dan menyadari
sosial.
12
g) Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan
2) Kelemahan
b) Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat, dan biaya yang cukup memadai agar
Kooperatif antara lain: siswa dapat menemukan informasi dari berbagai sumber,
gagasan dan melatih siswa untuk berpartisipasi aktif, mendorong siswa untuk
respek pada orang lain dan menyadari keterbatasannya serta dapat menerima
segala perbedaan, membantu siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar,
13
Pembelajaran Kooperatif juga meliliki kelemahan diantaranya: persiapan yang
dilakukan guru harus matang sehingga membutuhkan waktu yang lebih banyak,
meluas sehingga tidak sesuai, dan adanya dominasi oleh seseorang sehingga
(STAD)
sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para
kelompok kecil dengan anggota empat sampai enam orang yang memiliki
kelompok itu bias menguasai pelajaran tersebut dengan saling diskusi. Akhirnya
semua siswa menjalani kuis perorangan tentang materi tersebut, dan pada saat itu
mereka tidak boleh membantu satu sama yang lain. Nilai-nilai kuis siswa
14
diperbandingakan dengan nilai rata-rata mereka sendiri yang diperoleh
sebelumnya, dan nilai-nilai itu diberi hadiah berdasarkan pada seberapa tinggi
peningkatan yang bisa mereka capai atau seberapa tinggi peningkatan nilai
mereka sebelumnya atau yang sering disebut skor kemajuan. Nilai-nilai ini
2014).
yang membagi siswa dalam kelompok kecil 4 siswa dengan keberagaman ras,
15
Menurut (Isjoni, 2010) mengemukakan bahwa secara garis besar tahap-
berikut:
prasyarat yang telah dipelajari agar peserta didik dapat menghubungkan meteri
penyajian materi pelajaran dapat dilakukan dengan cara klasikal ataupun melalui
Pada tahap ini, peserta didik diberikan lembar tugas sebagai bahan yang akan
dipelajari. Dalam kerja kelompok ini, peserta didik saling berbagi tugas dan saling
yang akan dibahas dan satu lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok.
Pada tahap ini guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap
kelompok.
16
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar yang akan dicapai
diadakan tes secara individual mengenai materi yang telah dibahas, tes individual
biasanya dilakukan setiap selesai pembelajaran setiap kali pertemuan, agar peserta
didik dapat menunjukkan apa yang telah dipelajari secara individu selama bekerja
dalam kelompok. Skor perolehan individu ini dikumpulkan dan diarsipkan untuk
yaitu:
17
Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran
2) Pembagian kelompok
Siswa dibagi beberapa kelompok, dimana setiap kelompaknya terdiri dari 4-5
akademik, gender/jenis kelamin, ras atau etnik sehingga tidak ada ketimpangan
pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru memberi motivasi siswa agar siswa dapat
belajar dengan aktif dan kreatif. Dalam proses pembelajaran guru dibantu oleh
media, dokumentasi, pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan
diharapkan dikuasai oleh siswa, tugas dan pekerjaan yang harus dilakuakn serta
cara-cara mengerjakannya.
lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota
18
Menurut (Slavin, 2013) menyebutkan pada saat kegiatan belajar dengan tim
perlu ditekankan beberapa hal agar aktivitas siswa di kelas dapat meningkat yaitu:
a) Guru harus menekankan pada siswa bahwa mereka belum selesai belajar
sampai mereka yakin bahwa teman satu tim mereka akan mendapatkan
belajar bukan hanya sekedar diisi dan dipindah tangankan sehingga sangat
penting bagi para siswa untuk memiliki lembar jawaban untuk mengetahui
belajar.
c) Buatlah para siswa saling menjelaskan jawaban satu sama lain daripada
mereka harus bertanya kepada semua teman satu timnya terlebih dahulu
e) Sewaktu para siswa sedang bekerja dalam tim, guru harus berkeliling
kelas, pujilah tim yang bekerja dengan baik, duduklah dengan setiap tim
19
1) Kuis (evaluasi)
Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang
dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-
masing kelompok.
Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka
(Rusman, 2014)
20
semua skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok
sebagai berikut:
0≤ x ≤ 5 -
6≤ x ≤ 15 Good Team
(Rusman, 2014)
oleh guru), tahap kerja kelompok (termasuk pembagian kelompok), tahap tes
penghargaan kelompok.
21
e. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe Student
ialah:
5) Dalam model ini, peserta didik memiliki dua bentuk tanggung jawab
manfaat yang baik atau positif pada pembelajaran, tidak terkecuali model
22
STAD ini. Selain berbagai kelebihan, model STAD ini juga memiliki
2010).
menggunakan pelajaran dan materi mereka sendiri. Lembar tugas dan kuis
banyak materi dan bank soal agar STAD dapat berjalan dengan baik
(Rusman, 2014).
23
anggota kelompok, terjadinya hubungan pertemanan lintas rasial, melatih siswa
jawab belajar (belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota
kelompok untuk belajar), saling membelajarkan sesama siswa yang lebih efektif
daripada pembelajaran oleh guru. Selain berbagai kelebihan, model STAD ini
menggunakan model ini membutuhkan waktu yang relatif lama dan model ini
memerlukan kemampuan khusus dari guru, guru dituntut sebagai fasilitator dan
motivator apabila guru tidak mempunyai kemampuan khusus ini sudah dapat
STAD, STAD merupakan suatu metode generic tentang pengaturan kelas dan
menggunakan pelajaran dan materi mereka sendiri. Lembar tugas dan kuis
mengganti materi sehingga guru harus memiliki banyak materi dan bank soal
kelompok, presentasi dari guru, dan kegiatan belajar dengan tim (kerja
24
tim). Dalam Kegiatan belajar dengan tim dilakukan dengan berbantu
banyaknya langkah.
disediakan.
keluar, sedangkan yang tidak dapat mengerjakan soal, maka akan tetap
11) Pemain yang dapat mencapai garis finish terlebih dahulu, maka akan
melihat saja.
25
12) Kelompok yang mendapatkan anggota kelompoknya paling banyak
mencapai finish atau telah menyelesaikan kartu soal yang tersedia akan
1) Perencanaan
2) Pelaksanaan
banyaknya langkah.
disediakan.
26
h) Pemain yang berhasil menjawab/mengerjakan soal dengan benar, maka
keluar, sedangkan yang tidak dapat mengerjakan soal, maka akan tetap
3) Pengamatan
a) Pemain yang dapat mencapai garis finish terlebih dahulu, maka akan
menjadi pemenang dan berhak untuk tidak mengikuti permainan cukup melihat
saja
4) Refleksi
mencapai finish atau telah menyelesaikan kartu soal yang tersedia akan
3. Minat Belajar
a. Pengertian Minat
27
belajar yang berlangsung, karena dengan adanya minat akan mendorong
adalah sikap jiwa orang seorang termasuk ketiga fungsi jiwanya (kognisi,
konasi, dan emosi), yang tertuju pada sesuatu dan dalam hubungan itu
menurut (Djaali, 2012) “Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan
itu sendiri”.
B. Pengertian Belajar
28
Menurut (Djamarah, 2011) merumuskan bahwa “belajar sebagai
proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
c. Prinsip-Prinsip Belajar
29
f) Belajar merupakan bagian dari perkembangan
orang lain
C. Materi Pembelajaran
Jadi, prinsip kerja dari pesawat sederhana ini adalah dengan cara mengubah arah
Sementara itu, cara kerja dari pesawat sederhana ini sebenarnya memanfaatkan
tiga titik utama. Tiga titik utama itu perlu kalian ketahui lebih dulu sebelum
membahas lebih lanjut mengenai pesawat sederhana. Tiga titik itu antara lain:
Titik tumpu
Titik tumpu adalah titik yang menjadi tumpuan beban dimana sifatnya adalah
tetap.
30
Titik Beban
Titik beban adalah bagian yang dijadikan untuk meletakkan beban yang akan
diangkat.
Titik kuasa
Titik kuasa adalah tempat yang digunakan untuk memberikan gaya kuasa alias
Sebenarnya prinsip kerja dari pesawat sederhana juga terdapat dalam diri manusia,
Prinsip kerja pesawat sederhana pada saat seseorang mengangkat barbel adalah
telapak tangan berperan sebagai titik beban, titik tumpu berada pada siku tangan,
sedangkan titik kuasa terdapat pada lengan bawah. Jadi, ketika tangan menjadi
mampu untuk mengangkat barbel karena adanya titik tumpu yang memudahkan
untuk mengangkat.
Dari contoh itu tentunya sudah mulai ada sedikit gambaran kerja dari pesawat
sederhana.
Sejauh ini, terdapat empat jenis pesawat sederhana yang kerap ditemui dalam
31
1. Pengungkit atau Tuas
Pengungkit adalah pesawat sederhana yang disebut paling tua dibandingkan yang
barang-barang berat.
Jadi bentuk dari pengungkit berupa batang panjang yang disangga oleh titik
Pada pengungkit ini terdapat bagian lengan kuasa (Lk) dan lengan beban (Lb).
Lengan kuasa adalah daerah yang digunakan untuk memberikan gaya kuasa,
Jadi pengungkit ini memanfaatkan panjang lengan dari suatu batang untuk dapat
memudahkan kerja. Semakin panjang lengan kuasa dan semakin pendek lengan
Untuk dapat menghitung besaran gaya yang dibutuhkan untuk mengangkat beban
F = w x Lb / Lk
Keterangan:
KM = w / F
Keterangan:
32
KM = Keuntungan mekanis
beban dan gaya kuasa atau lengan beban dan lengan kuasa.
Adapun pengungkit ini masih terbagi lagi menjadi tiga jenis, yaitu:
Pengungkit jenis 1
Pengungkit jenis 1 adalah pengungkit yang posisi titik tumpunya berada di antara
titik beban dan titik kuasa. Pengungkit jenis 1 ini adalah bentuk paling dasar dari
Pengungkit jenis 2
Pengungkit jenis 2 adalah pengungkit yang justru titik bebannya berada di antara
titik kuasa dan titik tumpu. Contoh pengungkit jenis 2 adalah gerobak pasir,
Pengungkit jenis 3
Pengungkit jenis tiga adalah pengungkit yang posisi titik kuasa berada di antara
titik beban dan titik tumpu. Contohnya adalah alat pancing, stapler, pinset, dan
lain sebagainya.
2. Bidang Miring
Jenis pesawat sederhana selanjutnya adalah bidang miring. Bidang miring ini pada
dasarnya seperti perosotan anak-anak. Jadi, suatu bidang didesain dengan bentuk
33
Jadi pada prinsipnya semakin landai bidang miring, akan semakin kecil gaya yang
dibutuhkan. Sebaliknya, jika bidang miring semakin curam, maka gaya yang
Rumus yang digunakan untuk mencari gaya yang dibutuhkan pada bidang miring
adalah:
F x s = w x h
Keterangan:
F = gaya (N)
w = beban (N)
3. Katrol
Jenis yang ketiga adalah katrol. Katrol adalah pesawat sederhana yang
Jad prinsip kerja dari katrol adalah mengubah arah gaya sehingga beban dapat
terangkat. Sama seperti tuas, katrol juga memiliki tiga titik, yaitu titik kuasa,
34
Katrol tetap
Katrol tetap adalah jenis katrol yang paling dasar. Jadi katrol ini posisinya akan
tetap ketiak digunakan. Titik tumpu berada di antara titik beban dan titik kuasa.
Contoh sederhana yang sering ditemui dari katrol tetap adalah alat timba di
sumur.
KM = w / f
Keterangan:
KM = Keuntungan mekanik
B. Hipotesis Tindakan
belajar siswa pada mata pelajaran pesawat sederhana Kelas VIII SMP
35
BAB III
METODE PENELITIAN
36
Division) dan kelas kontrol yang menggunakan metode
langkah yaitu:
diberikan perlakuan.
2. Waktu Penelitian
bertahap.
a. Tahap persiapan
37
Tahap ini mencakup judul, pembuatan proposal, pembuatan
b. Tahap pelaksanaan
data.
c. Tahap penyusunan
Yaitu tahap pengelolaan data dan konsultasi yang diikuti
variabel yang terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel
1. Variabel Independen
38
pembelajaran konvensional.Penerapan model kooperatif tipe STAD
2. Variabel Dependen
Merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel
bebas. Variabel dependen atau variabel terikat dalam penelitian ini adalah
motivasi belajar dan hasil belajar IPA. Kedua variabel terikat ini akan saling
ini dalam pembelajaran IPA, diharapkan akan mempengaruhi motivasi belajar dan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Untuk mengukur variabel motivasi
digunakan instrumen tes. Tes yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk
pilihan ganda.
39
beragam berdasarkan gender, ras, dan etnis. Dalam STAD, siswa
40
3.3 Desain Penelitian
Penelitian quasi eksperimen ini menggunakan desain Nonequivalent
Control Group Design. Menurut (Sugiyono, 2010: 73), ditampilkan dengan bagan
sebagai berikut:
EK O1 X O2
O3 O4
Keterangan : Gambar 3.1 Bagan Desain Penelitian
E : kelompok eksperimen
K : kelompok kontrol
X : perlakuan/treatment
Berdasarkan bagan di atas dapat dilihat bahwa kedua kelompok diberi pretest untuk
kelompok kontrol. Pemberian pretest pada kelompok eksperimen dan kontrol juga
benar-benar seimbang. Setelah posisi kedua kelompok tersebut seimbang, yaitu tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol,
Division) dan O4 adalah nilai posttest kelompok kontrol yang diajar dengan model
41
pembelajaran konvensional. Nilai O2 secara signifikan lebih tinggi dari O4 maka model
bila rata-rata nilai O2 lebih besar dari rata-rata O4 dan perbedaannya signifikan.
42
3.3.1 Tahap-Tahap Kegiatan Tindakan Eksperimen
a. Memilih sebuah subjek penelitian yaitu kelas VII-2 dan kelas VII-3
posttest.
d. Mengujicobakan instrumen pretest pada kelas uji coba yaitu kelas VIII-2 dan
e. Menganalisis data hasil pretest untuk menguji apakah instrumen valid dan
reliabel.
g. Menganalisis hasil pretest yang dilakukan pada kelas VIII-2 dan VIII-3
signifikan.
Kelas VIII-3.
43
k. Bandingkan perbedaan tersebut untuk menentukan apakah penerapan
Subjek penelitian dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VIII-2 Kabupaten Batu Bara dengan
jumlah 30 siswa yang terdiri dari 21 perempuan dan 9 laki-laki. Kemudian siswa kelas VIII-3
Kabupaten Batu Bara dengan jumlah 22 siswa yang terdiri dari 10 perempuan dan 12 laki-laki.
Siswa kelas VIII-2 sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas V I I I - 3 sebagai
kelompok kontrol. Selanjutnya kelompok eksperimen dalam penelitian ini akan mendapatkan
perlakuan atau treatment berupa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Student Teams achievement Division), sedangkan pada kelompok kontrol tidak mendapatkan
perlakuan atau treatment dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams
44
3.5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
3.5.1 Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas. Observasi lebih
b. Angket
kontrol
c. Test
Data selanjutnya yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah hasil belajar
Aniq kh b, M., & bagus koko darminto, I. (2013). TERAPAN MEDIA PERMAINAN ULAR
TANGGA PINTAR DALAM MENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR Oleh :
Moh. Aniq Kh.B, Ian Bagus Koko Darminto IKIP PGRI SEMARANG. 3, 31–41.
Arsyad. (2015). Peran Media Pendidikan Dalam Meningkatkan Kemanpuan Bahasa Arab Siswa
Madrasah. Jurnal Ilmiah Didaktika, 16, 44.
Emmett Grames. (2020). ANALISIS MEDIA PEMBELAJARAN ULAR TANGGA DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM
MENINGKATKAN MINAT BELAJAR. Agus Wiranda, 14. https://all3dp.com/2/fused-
deposition-modeling-fdm-3d-printing-simply-explained/
Kartikaningtyas, D., Yulianti, D., & Pamelasari, S. D. (2014). Pengembangan Media Game Ular
Tangga Bervisi Sets Tema Energi pada Pembelajaran IPA Terpadu untuk Mengembangkan
Karakter dan Aktivitas Siswa SMP/MTs. USEJ - Unnes Science Education Journal, 3(3),
662–668.
Nursani. (2020). Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Dengan Media Konkrit Kelas II SDN
6 Baturetno Kecamatan Baturetno Tahun Pelajaran 2019/2020. SHEs, 3(4), 968–973.
Richard oliver ( dalam Zeithml., dkk 2018 ). (2021). PENERAPAN MEDIA
PEMBELAJARAN GAMES ULAR TANGGA UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR BIOLOGI KELAS XI IPA 2 SMAN SENTAJO RAYA KABUPATEN
KUANTAN SINGIGI TAHUN AJARAN 2018/19. Angewandte Chemie International
Edition, 6(11), 951–952., 2013–2015.
Risda Tinambunan. (2017). PENGGUNAAN MODEL TPS UNTUK MENINGKATKAN Oleh :
Risda Tinambunan.
Santi, E. (2014). Peningkatan Kualitas Pembelajaran Materi Membuat Benda Konstruksi Melalui
Model Explicit Instruction. Journal of Elementary Education, 3(4), 34–41.
Tafonao, T. (2018). Peranan Media Pembelajaran Dalam Meningkatkan Minat Belajar
Mahasiswa. Jurnal Komunikasi Pendidikan, 2(2), 103.
https://doi.org/10.32585/jkp.v2i2.113
Wulandari, I. (2022). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ( Student Teams Achievement
Division) dalam Pembelajaran MI. Jurnal Papeda: Jurnal Publikasi Pendidikan Dasar,
4(1), 17–23. https://doi.org/10.36232/jurnalpendidikandasar.v4i1.1754
Yıldırım, S. (2018). PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL THINK PAIR
SHARE (TPS) DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA PADA
SISWA KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH SWASTA AN-NIZHOM TELANAIPURAKOTA
JAMBI. 21, 1–9.