Anda di halaman 1dari 49

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK SMP

MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD


BERBANTUAN GAMES ULAR TANGGA

PROPOSAL PENELITIAN SKRIPSI

Oleh:

Nama : Ellen Schumi Ferrarista Panjaitan


NPM : 19100010
Program Studi : Pendidikan Fisika

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN
2023

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut (Nursani, 2020) belajar adalah proses perubahan perilaku tetap

dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang

terampil menjadi lebih terampil dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan

baru, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri”.

Menurut (Nursari, 2020:969) hasil belajar dapat dijelaskan dengan

memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”.

Seberapa baik siswa menerima pelajaran dalam proses belajar mengajar dan

seberapa baik guru membuat pembelajaran menjadi menarik untuk siswa

terima adalah salah satu faktor penentu hasil belajar.

Menurut (Tafonao, 2018), komponen-komponen pembelajaran tersebut

harus mampu berinteraksi dan membentuk sistem yang saling berhubungan,

sehingga mampu menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas.

Komponen-komponen tersebut antara lain: a) tujuan pembelajaran, b) bahan

pembelajaran, c) metode pembelajaran, d) media pembelajaran, e) guru dan

pendidik, f) siswa, g) Penilaian dan evaluasi. Senada dengan apa yang

dikatakan oleh (Tafonao, 2018) bahwa media pembelajaran adalah salah satu

alat bantu mengajar bagi guru untuk menyampaikan materi pengajaran,

meningkatkan kreatifitas siswa dan meningkatkan perhatian siswa dalam

proses pembelajaran.

1
Menurut (Kartikaningtyas et al., 2014) Ular tangga merupakan salah

satu bentuk permainan tradisional yang telah dikenal luas dan mudah

dimainkan. Permainan ini memanfaatkan papan dengan petak bernomor,

bidak dan dadu dan melibatkan lebih dari satu pemain. Adaptasi permainan

ini ke dalam bentuk game edukatif dilakukan dengan modifikasi tampilan

dan aturan permainan dengan mengaitkan tema IPA yang dipelajari.

Berdasarkan hasil Observasi dan wawancara di SMPN 1 Medang

Deras ditemukan beberapa permasalahan seperti: siswa kurang aktif yang

ditandai dengan jarangnya siswa bertanya dalam proses mengajar dan

ketuntasan dalam pembelajaran belum semuanya tercapai karena hasil

belajar siswa rendah dibawah KKM 75 hanya 41,37% Peserta yang tuntas

pada mata pelajaran Fisika.

Kondisi-kondisi diatas menuntut adanya perubahan dan perbaikan

dalam proses belajar mengajar dalam memperbaiki hasil belajar peserta

didik. Salah satu pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar

siswa dengan adanya penerapan media pembelajaran berbasis games ular

tangga yang diharapkan untuk dapat meningkatkan hasil belajar serta dapat

memotivasi peserta didik dalam belajar. Melalui permainan ular tangga ini,

dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik, metode yang

menyenangkan karena ada unsur permainan.

Permainan ular tangga dapat dijadikan sebagai media pembelajaran

yang menyenangkan bagi peserta didik akan cenderung tertarik mengikuti

proses pembelajaran. Permainan sebagai sarana media belajar dalam

2
bentuk game edukatif merupakan stimulus unik yang mampu merangsang

peserta didik untuk terlibat aktif.

Sebagaimana diungkapkan oleh (Kartikaningtyas et al., 2014)

Stimulus yang unik akan menarik perhatian setiap orang dan cenderung

mempertahankan keterlibatan diri secara aktif terhadap stimulus tersebut.

Permainan tradisional juga mampu mengembangkan karakter menilik nilai-

nilai luhur dan pesan- pesan moral tertentu seperti nilai-nilai kebersamaan,

kejujuran, tanggung jawab, sikap lapang dada (kalau kalah), dorongan

berprestasi, dan taat pada aturan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan judul

penelitian ini sebagai berikut: Meningkatkan Hasil Belajar Melalui

Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Berbantuan Games Ular Tangga

Peserta Didik SMP

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka masalah penelitian ini dapat

diidentifikasi sebagai berikut:

1. Peserta didik kurang memperhatikan guru pada saat pembelajaran

berlangsung

2. Peserta didik kurang responsif dalam mengikuti pembelajaran

3. Peserta didik jarang bertanya saat selama penbelajaran berlangsung

4. Persentase ketuntasan belajar peserta didik sesuai dengan KKM masih

rendah

3
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka masalah pada penelitian ini

dibatasi sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran IPA cenderung masih menggunakan buku peserta

didik dan buku guru saja. dan bahkan handout yang disediakan oleh guru

merupakan hasil cetakan power point yang disampaikan pada saat

pembelajaran dan guru IPA belum menggunakan handout secara

maksimal.

2. Masih banyak peserta didik yang pasif dalam proses pembelajaran dan

tidak mau berusaha mencari sumber belajar lain selain yang diberikan

oleh guru, sehingga motivasi belajar peserta didik pada IPA materi pokok

pesawat sederhana tidak muncul.

3. Buku peserta didik untuk melatih keterampilan berpikir kritis masih

sedikit, sehingga keterampilan berpikir kritis pada peserta didik dalam

pembelajaran IPA kurang.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah

diuraikan maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

“Bagaimanakah hasil belajar peserta didik yang diajar dengan

pembelajaran kooperatif tipe-STAD berbantuan games ular tangga?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

4
Penelitian ini bertujuan untuk

1. Mengetahui hasil belajar ....?

2. Apakah aktivititas peserta didik juga ikut diteliti?

3. ...

F. Manfaat Penelitian

Penelitian in bermanfaat untuk:

1) Bagi guru; menjadi salah satu masukan dalam mengajar sehingga

pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan dapat menggunakan

kelayakan media berbasis games ular tangga ini

2) Bagi Peserta didik; dapat meningkatkan proses belajar mengajar yang

baik sehingga dapat. meningkatkan hasil belajar, motivasi serta berfikir

kritis dan bersikap ilmiah.

3) Bagi sekolah: sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pendidikan

dengan adanya penggunaan media pembelajaran berbasis games alar tangga

di Di SMPN 1 Medang Deras.

4) Meningkatkan Peneliti untuk dijadikan sebagai modal menghadapi

keikutsertaan dalam dunia pendidikan untuk memberikan gambaran

bahwa pentingnya penggunaan media berbasis games ular tangga dalam

proses pelaksanaan pembelajaran mengajar.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Pembelajaran Kooperatif tipe-STAD

2. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Ular Tangga

Media permaian ular tangga adalah sebuah media visual dua dimensi

dengan konsep permainan ular tangga pada umumnya, namun ada unsur

edukasi dalam permainan tersebut .Menurut (Aniq kh b & bagus koko

darminto, 2013) media ular tangga merupakan pengembangan dari permainan

ular tangga yang diadopsi dan dimodifikasi. Modifikasi yang dilakukan yaitu

dengan adanya pemberian kartu soal yang diletakkan pada petak-petak

tertentu serta aturan main yang disesuaikan Menurut (Emmett Grames, 2020)

bahwa permainan ular tangga merupakan jenis permainan kompetisi yang

diarahkan pada kemampuan kerjasama dan sportivitas sehingga mampu

merekayasa pengalaman sosial dan moral anak.dengan kebutuhan

pembelajaran.Permainan ular tangga merupakan salah satu jenis permainan

yang sering dimainkan oleh anak-anak.Permainan yang dimainkan oleh dua

orang atau lebih ini dapat melatih anak untuk berkompetisi.Selain itu, melalui

permainan ular tangga dapat melatih anak untuk bekerjasama serta melatih

anak untuk bertindak sportif (Zuhdi, 2014).Berdasarkan beberapa perngertian

tentang media ular tangga, maka dapat disimpulkan bahwa media ular tangga

6
merupakan media edukatif yang mengadopsi dari permainan ular tangga yang

telah dimodifikasi.

Menurut peneliti Media Pembelajaran adalah Sarana fisik untuk

menyampaikan matei pembelajaran.

b. Keunggulan Media Ular Tangga

Menurut (Emmett Grames, 2020) keunggulan dari media ular tangga

yaitu gambar biduk yang dipindah-pindahkan dapat menarik perhatian siswa,

siswa dapat berperan aktif untuk memindahkan objek tersebut.Hal ini

menunjukkan bahwa siswa terlibat tidak hanya secara intelektual namun juga

fisik.Penggunaan media ular tangga dalam pembelajaran dapat diatur sesuai

dengan kebutuhan yaitu individual maupun secara kelompok.

Dalam pembelajaran berkelompok siswa dapat bekerjasama dalam

menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Menurut (Afandi, 2018) kelebihan

media pembelajaran ular tangga yaitu

a) Peserta didik belajar sambil bermain,

b) Peserta didik tidak belajar sendiri, melainkan harus berkelompok,

c) memudahkan siswa belajar karena dibantu dengan gambar yang ada dalam

permainan ular tangga, dan

d) tidak memerlukan biaya mahal dalam membuat media pembelajaran.

Sedangkan menurut (Lie, 2014) keunggulan media ular tangga yaitu:

e) sangat menyenangkan, penuh tantangan,

f) anak menjadi termotivasi untuk belajar,

g) murah efektif, dan efesien,

7
h) dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama, tinggal disesuaikan

materinya.

Berdasarkan beberapa uraian tentang keunggulan ular tangga, peneliti

merujuk pada keunggulan ular tangga yang dikemukakan oleh Febryna (2014)

yaitu gambar biduk yang dipindah-pindahkan dapat menarik perhatian siswa,

siswa dapat berperan aktif untuk memindahkan objek tersebut. Hal ini

menunjukkan bahwa siswa terlibat tidak hanya secara intelektual namun juga

fisik.Penggunaan media ular tangga dalam pembelajaran dapat diatur sesuai

dengan kebutuhan yaitu individual maupun secara kelompok.

Dalam pembelajaran berkelompok siswa dapat bekerjasama dalam

menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Aturan dalam permainan ular

tangga, pion yang sampai pada kotak finish terlebih dahulu dinyatakan

sebagai pemenangnya. Pada perjalanannya untuk sampai dikotak finish

terdapat hambatan berupa katu soal yang berada pada beberapa kotak yang

ada pada media ular tangga. Pion akan dapat maju jika kelompok dapat

menjawab pertanyaan yang ada dengan benar dan tepat waktu. Jika dalam

menjawab soal salah atau kehabisan waktu maka pion harus mundur 3 petak.

Hal ini akan menghambat pion untuk maju sampai ke kotak finish

terlebih dahulu. Sehingga dibutuhkan kerjasama antar semua anggota

kelompok agar dapat menjawab pertanyaan dengan benar dan tepat waktu

sehingga dapat memenangkan permainan tersebut. Semakin kelompok

bekerjasama dalam menjawab soal yang ada semakin cepat kelompok tersebut

8
sampai pada kotak finish .Media ular tangga merupakan media permainan

yang menerapkan sistem ganjaran berupa kemenangan bagi kelompok yang

dapat terlebih dahulu sampai dikotak finish. Struktur ganjaran yang diterapkan

pada permainan ular tangga ini yaitu struktur ganjaran yang kooperatif,

dimana ganjaran perorangan terkait secara positif, sehingga apa yang terjadi

pada salah seseorang mempengaruhi yang lain. Semakin baik permainan

setiap orang, semakin besar kemungkinan tim itu untuk menang.

Menurut (Sears, 2012) ganjaran dapat meningkatkan kerjasama. Dalam

penelitiannnya melalui permaianan menunjukkan bahwa kerjasama

merupakan strategi yang paling tepat untuk mendapatkan ganjaran yang

maksimal.

a. Cara Bermain Ular Tangga

Cara bermain permainan ular tangga pada dasarnya sama dengan cara

bermain permainan ular tangga pada umumnya yaitu setiap pemain mulai

dengan bidaknya di kotak pertama dan secara bergiliran melempar dadu.

Bidak dijalankan sesuai dengan jumlah mata dadu yang muncul.Bila pemain

mendarat diujung bawah sebuah tangga pemain dapat langsung pergi ke ujung

tangga lainnya.Jika mendarat dikotak dengan ular, pemain harus turun ke

kotak diujung bawah ular.

Pemain yang pertama sampai pada kotak terakhir dinyatakan sebagai

pemenang. Dalam permaianan ular tangga cara bermain dimodifikasi dengan

menambahkan kartu soal pada papan permainan sesuai materi yang diajarkan.

9
Kartu soal dijawab oleh siswa yang berada pada kotak yang terdapat kartu

soal tersebut. Media ular tangga dalam penelitian ini digunakan secara

berkelompok untuk meningkatkan kerjasama sehingga terdapat modifikasi

yang dilakukan peneliti terhadap cara bermain ular tangga. Cara bermain ular

tangga pada penelitian ini yaitu, sebagai berikut:

1) Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok. Satu kelompok

beranggotakan 5 orang pesertra didik .

2) Kelompok berdiskusi untuk menentukan anggota kelompok yang bermain

pertama kali di karena permaianan ular tangga.

3) Permainan dimulai dari petak start, pemain yang mendapat giliran pertama

berjalan sebanyak jumlah yang ditunjukkan oleh mata dadu yang

ditunjukkan oleh mata dadu.

4) Pemain yang berada pada petak yang terdapat ujung tangga dapat

langsung naik ke petak yang terdapat ujung tangga lainnya.

5) Pemain yang berada pada petak yang terdapat ekor ular harus turun ke

petak yang terdapat kepala ular

6) Pemain yang berada pada petak yang terdapat kartu soal harus menjawab

pertanyaan dengan mendiskusikan dengan teman kelompoknya. Pada saat

menjawab soal siswa diberikan waktu 3 menit untuk mendiskusikannya

dengan kelompok. Jika jawaban salah atau siswa kehabisan waktu dalam

menjawab soal, maka siswa harus mundur 3 petak.

10
7) Setelah menjawab soal anggota kelompok yang telah bermain di arena

permainan digantikan oleh anggota kelompok lain yang belum bermain,

begitu seterusnya.

8) kelompok yang pemainnya sampai finish terlebih dahulu dinyatakan

sebagai pemenang.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division

(STAD)

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Lie, dalam (Yıldırım, 2018) menyatakan pembelajaran

kooperatif merupakan model pembelajaran yang mendasari falsafah

gotong royong dalam pendidikan. Tanpa adanya kerja sama, tidak akan

ada individu, keluarga, organisasi, atau sekolah.

Menurut (Rusman, 2014) juga mengungkapkan bahwa pembelajaran

kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam

kelompok ini membolehkan pertukaran ide dan pemeriksaan ide sendiri

dalam suasana tidak terancam, sesuai dengan falsafah konstruktivisme.

Menurut (Sanjaya, 2016) menyatakan bahwa

“Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan

menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai

enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis

kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen).Sistem penilaian

dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh

11
penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang

dipersyaratkan”.

Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

Pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang mendorong siswa

untuk belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk bertukar

ide, berkomunikasi dan bertanggung jawab. Selain itu, setiap kelompok

akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu

menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.

b. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif

1) Keunggulan

a) Siswa terlalu tergantung kepada guru, tetapi peserta didik dapat

menemukan informasi dari berbagai sumber termasuk teman.

b) Siswa dapat mengembangkan kemampuan dalam mengkomunikasi ide

atau gagasan dan melatih siswa untuk berpartisipasi aktif.

c) Mendorong peserta didik untuk respek pada orang lain dan menyadari

keterbatasannya serta dapat menerima segala perbedaan.

d) Membantu siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.

e) Mampu meningkatkan motivasi, prestasi akademik serta kemampuan

sosial.

f) Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan

pemahamannya sendiri, menerima umpan balik.

12
g) Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan

kemampuan belajar abstrak menjadi rill (Sanjaya, 2016).

2) Kelemahan

a) Persiapan yang dilakukan guru harus matang sehingga

memerlukan tenaga, pemikiran, dan waktu yang lebih banyak.

b) Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat, dan biaya yang cukup memadai agar

proses pembelajaran berjalan lancar.

c) Terdapat kecenderungan permasalahan yang sedang dibahas ketika

berdiskusi menjadi meluas sehingga banyak yang tidak sesuai.

d) Terkadang adanya dominasi oleh seseorang sehingga anggota yang lain

menjadi lebih pasif (Isjoni, 2010).

Dari pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kelebihan Pembelajaran

Kooperatif antara lain: siswa dapat menemukan informasi dari berbagai sumber,

siswa dapat mengembangkan kemampuan dalam mengkomunikasi ide atau

gagasan dan melatih siswa untuk berpartisipasi aktif, mendorong siswa untuk

respek pada orang lain dan menyadari keterbatasannya serta dapat menerima

segala perbedaan, membantu siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar,

mampu meningkatkan motivasi, prestasi akademik serta kemampuan sosial, dapat

mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya

sendiri, menerima umpan balik dan dapat meningkatkan kemampuan siswa

menggunakan informasi dan kemampuan belajar. Selain memiliki kelebihan

13
Pembelajaran Kooperatif juga meliliki kelemahan diantaranya: persiapan yang

dilakukan guru harus matang sehingga membutuhkan waktu yang lebih banyak,

dibutuhkan dukungan fasilitas yang cukup memadai agar proses pembelajaran

berjalan lancar, permasalahan yang sedang dibahas ketika berdiskusi menjadi

meluas sehingga tidak sesuai, dan adanya dominasi oleh seseorang sehingga

anggota yang lain menjadi lebih pasif.

c. Pengertian Pembelajaran Student Teams Achievement Division

(STAD)

Menurut (Slavin, 2013) dalam (Wulandari, 2022) mengatakan:

“STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling

sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para

guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif.”

Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD adalah salah satu

Model Pembelajaran Kooperatif yang membagi siswa menjadi beberapa

kelompok kecil dengan anggota empat sampai enam orang yang memiliki

beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu

pelajaran dan siswa-siswa dalam kelompok memasikan bahwa semua anggota

kelompok itu bias menguasai pelajaran tersebut dengan saling diskusi. Akhirnya

semua siswa menjalani kuis perorangan tentang materi tersebut, dan pada saat itu

mereka tidak boleh membantu satu sama yang lain. Nilai-nilai kuis siswa

14
diperbandingakan dengan nilai rata-rata mereka sendiri yang diperoleh

sebelumnya, dan nilai-nilai itu diberi hadiah berdasarkan pada seberapa tinggi

peningkatan yang bisa mereka capai atau seberapa tinggi peningkatan nilai

mereka sebelumnya atau yang sering disebut skor kemajuan. Nilai-nilai ini

kemudian dijumlahkan untuk mendapatklan nilai kelompok yang dapat mencapai

kriteria tertentu mendapatkan sertifikat, atau hadiah-hadiah lainnya (Rusman,

2014).

Menurut (Isjoni, 2010) menyatakan bahwa Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD adalah salah satu Tipe Kooperatif yang

menekannya pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk

saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi

pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal.

Dari beberapa pendapat di atas, maka Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Student Team Achievement Divisions adalah Model Pembelajaran Kooperatif

yang membagi siswa dalam kelompok kecil 4 siswa dengan keberagaman ras,

suku, kemampuan siswa untuk saling kerjasama dan berinteraksi unutk

memahami materi pelajaran kemudian mengerjakan kuis dan bersaing menjadi

tim terbaik. Kelompok yang dapat mencapai kriteria tertentu mendapatkan

sertifikat atau hadiah-hadiah.

d. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams


Achievement Division (STAD)

15
Menurut (Isjoni, 2010) mengemukakan bahwa secara garis besar tahap-

tahap pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai

berikut:

1. Tahap Penyajian Materi

Pada tahap ini, guru mulai dengan menyampaikan tujuan

pembelajaran umum dan khusus serta memotivasi rasa keingintahuan peserta

didik mengenai topik/materi yang akan dipelajari. Dilanjutkan dengan

memberikan persepsi yang bertujuan mengingatkan peserta didik terhadap materi

prasyarat yang telah dipelajari agar peserta didik dapat menghubungkan meteri

yang akan diberikan dengan pengetahuan yang dimiliki. Teknik

penyajian materi pelajaran dapat dilakukan dengan cara klasikal ataupun melalui

diskusi. Mengenai lamanya presentasi dan berapa kali harus dipresentasikan

bergantung kepada kekompleksan materi yang akan dibahas.

1) Tahap kerja Kelompok

Pada tahap ini, peserta didik diberikan lembar tugas sebagai bahan yang akan

dipelajari. Dalam kerja kelompok ini, peserta didik saling berbagi tugas dan saling

membantu penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami materi

yang akan dibahas dan satu lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok.

Pada tahap ini guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap

kelompok.

2) Tahap Tes Individual

16
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar yang akan dicapai

diadakan tes secara individual mengenai materi yang telah dibahas, tes individual

biasanya dilakukan setiap selesai pembelajaran setiap kali pertemuan, agar peserta

didik dapat menunjukkan apa yang telah dipelajari secara individu selama bekerja

dalam kelompok. Skor perolehan individu ini dikumpulkan dan diarsipkan untuk

digunakan pada perhitungan perolehan skor kelompok.

3) Tahap Perhitungan Skor Perkembangan Individu

Skor perkembangan individu dihitung berdasarkan skor awal.Perhitungan

skor perkembangan individu dimaksudkan agar peserta didik terpacu

untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya.

4) Tahap Penghargaan Kelompok

Pada tahap ini, perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara

menjumlahkan masing-masing skor perkembangan individu kemudian

dibagi sesuai jumlah anggota kelompoknya. Pemberian penghargaan

diberikan berdasarkan perolehan ratarata, penghargaan dikategorikan

kepada kelompok baik, kelompok hebat dan kelompok super.

Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams

Achievement Division (STAD) menurut (Rusman, 2014)dalam (Wulandari, 2022)

yaitu:

1) Penyampaian tujuan dan motivasi

17
Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran

tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.

2) Pembagian kelompok

Siswa dibagi beberapa kelompok, dimana setiap kelompaknya terdiri dari 4-5

siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi

akademik, gender/jenis kelamin, ras atau etnik sehingga tidak ada ketimpangan

kemampuan antar kelompok.

3) Presentasi dari guru

Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentinganya

pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru memberi motivasi siswa agar siswa dapat

belajar dengan aktif dan kreatif. Dalam proses pembelajaran guru dibantu oleh

media, dokumentasi, pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan

sehari-hari. Dijelaskan juga tentang keterampilan dan kemampuan yang

diharapkan dikuasai oleh siswa, tugas dan pekerjaan yang harus dilakuakn serta

cara-cara mengerjakannya.

4) Kegiatan belajar dengan tim (kerja tim)

Siswa belajar dengan kelompok yang sudah dibentuk. Guru menyiapakan

lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota

menguasai dan masingmasing memberikan kontribusi. Selama tim bekerja, guru

melakukan pengamatan, memberikan bimbingan dorongan dan membantu jika

diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri penting dari STAD.

18
Menurut (Slavin, 2013) menyebutkan pada saat kegiatan belajar dengan tim

perlu ditekankan beberapa hal agar aktivitas siswa di kelas dapat meningkat yaitu:

a) Guru harus menekankan pada siswa bahwa mereka belum selesai belajar

sampai mereka yakin bahwa teman satu tim mereka akan mendapatkan

nilai 100 untuk kuisnya.

b) Pastikan para siswa memahami bahwa lembar kegiatan adalah untuk

belajar bukan hanya sekedar diisi dan dipindah tangankan sehingga sangat

penting bagi para siswa untuk memiliki lembar jawaban untuk mengetahui

kemampuan mereka sendiri dan teman satu timnya sembari mereka

belajar.

c) Buatlah para siswa saling menjelaskan jawaban satu sama lain daripada

hanya sekedar mencocokan lembar jawaban.

d) Ingatkan kepada para siswa bahwa apabila mereka punya pertanyaan,

mereka harus bertanya kepada semua teman satu timnya terlebih dahulu

sebelum bertanya kepada guru.

e) Sewaktu para siswa sedang bekerja dalam tim, guru harus berkeliling

kelas, pujilah tim yang bekerja dengan baik, duduklah dengan setiap tim

untuk mendengar bagaimana para anggota tim bekerja.

19
1) Kuis (evaluasi)

Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang

dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-

masing kelompok.

2) Penghargaan prestasi tim

Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka

dengan rentang nilai 0-100. Selanjutnya pemberian penghargaan atas keberhasilan

kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan berikut:

a) Menghitung skor individu

Tabel 2.1perhitungan skor perkembangan


Nilai tes Skor perkembangan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 0 poin
10 poin dibawah samapi 1 poin di bawah 10 poin
skor awal
Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20 poin
Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 poin
Nilai sempurna (tanpa memperhatikan skor 30 poin
awal)

(Rusman, 2014)

a. Menghitung skor kelompok

Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor

perkembangan anggota kelompok yaitu dengan menjumlahkan

20
semua skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok

dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Sesuai dengan rata-rata

skor perkembangan kelompok, diperoleh kategori skor kelompok

sebagai berikut:

Tabel 2.2 Kategori Skor Kelompok

Rata-rata skor Kualifikasi

0≤ x ≤ 5 -

6≤ x ≤ 15 Good Team

16≤ x ≤ 20 Great Team

21≤ x ≤ 30 Super Team

(Rusman, 2014)

b. Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok.

Setelah kelompok memperoleh masing-masing predikat, guru memberikan hadiah

atau penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai prestasinya.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tahap-

tahap dalam pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams

Achievement Division (STAD) adalah sebagai berikut: tahap penyajian materi

(penyampaian tujuan pembelajaran, pemberian motivasi dan materi pembelajaran

oleh guru), tahap kerja kelompok (termasuk pembagian kelompok), tahap tes

individual, tahap perhitungan skor perkembangan individu, dan tahap

penghargaan kelompok.

21
e. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe Student

Teams Achievement Division (STAD)

Berdasarkan karakterisitiknya sebuah model pasti memiliki

kelebihan dan kelemahannya. Uraian secara rinci kelebihan model ini

ialah:

1) Setiap peserta didik memiliki kesempatan untuk memberikan

kontribusi yang substansial kepada kelompoknya, dan posisi anggota

kelompok adalah setara (Slavin, 2013).

2) Menggalakkan interaksi secara aktif, positif dan kerjasama anggota

kelompok menjadi lebih baik(Slavin, 2013).

3) Membantu peserta didik untuk memperoleh hubungan pertemanan

lintas rasial yang lebih banyak (Slavin, 2013)

4) Melatih peserta didik dalam mengembangkan aspek kecakapan sosial

di samping kecakapan kognitif (Isjoni, 2010).

5) Dalam model ini, peserta didik memiliki dua bentuk tanggung jawab

belajar. Belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesame anggota

kelompok untuk belajar (Rusman, 2014).

6) Dalam model ini, peserta didik saling membelajarkan sesama peserta

lainnya atau pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching) yang lebih

efektif daripada pembelajaran oleh guru (Rusman, 2014).

Semua model pembelajaran memang diciptakan untuk memberi

manfaat yang baik atau positif pada pembelajaran, tidak terkecuali model

22
STAD ini. Selain berbagai kelebihan, model STAD ini juga memiliki

kelemahan. Kelemahannya antara lain:

1) Berdasarkan karakteristik STAD jika dibandingkan dengan pembelajaran

konvensional (yang hanya penyajian materi dari guru), pembelajaran

menggunakan model ini membutuhkan waktu yang relatif lama, dengan

memperhatikan tiga langkah STAD yang menguras waktu seperti

penyajian materi dari guru, kerja kelompok dan tes individual/kuis.

2) Guru dituntut sebagai fasilitator dan motivator. Apabila guru tidak

mempunyai kemampuan khusus ini sudah dapat dipastikan bahwa guru

akan mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran STAD (Isjoni,

2010).

3) STAD merupakan suatu metode generik tentang pengaturan kelas dan

bukan metode pengajaran komprehensif untuk subjek tertentu, guru

menggunakan pelajaran dan materi mereka sendiri. Lembar tugas dan kuis

disediakan bagi kebanyakan subjek sekolah untuk siswa, tetapi untuk

kebanyakan guru menggunakan materi mereka sendiri untuk

menambahkan atau mengganti materi sehingga guru harus memiliki

banyak materi dan bank soal agar STAD dapat berjalan dengan baik

(Rusman, 2014).

Dari pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan kelebihan model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD): setiap siswa

memiliki kesempatan untuk memberikan kontribusi yang substansial kepada

kelompoknya, menggalakkan interaksi secara aktif, positif dan kerjasama

23
anggota kelompok, terjadinya hubungan pertemanan lintas rasial, melatih siswa

dalam mengembangkan aspek kecakapan sosial, terdapat dua bentuk tanggung

jawab belajar (belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota

kelompok untuk belajar), saling membelajarkan sesama siswa yang lebih efektif

daripada pembelajaran oleh guru. Selain berbagai kelebihan, model STAD ini

juga memiliki kelemahan. Kelemahannya antara lain: pembelajaran

menggunakan model ini membutuhkan waktu yang relatif lama dan model ini

memerlukan kemampuan khusus dari guru, guru dituntut sebagai fasilitator dan

motivator apabila guru tidak mempunyai kemampuan khusus ini sudah dapat

dipastikan bahwa guru akan mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran

STAD, STAD merupakan suatu metode generic tentang pengaturan kelas dan

bukan metode pengajaran komprehensif untuk subjek tertentu, guru

menggunakan pelajaran dan materi mereka sendiri. Lembar tugas dan kuis

disediakan bagi kebanyakan subjek sekolah untuk siswa, tetapi untuk

kebanyakan guru menggunakan materi mereka sendiri untuk menambahkan atau

mengganti materi sehingga guru harus memiliki banyak materi dan bank soal

agar STAD dapat berjalan dengan baik.

f. Pelaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Tipe Student


Teams Achievement Division (STAD) berbantu Media Ular Tangga
Fisika
Pelaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Tipe Student

Teams Achievement Division (STAD) berbantu Media Ular Tangga Kalor

yaitu dimulai dengan penyampaian tujuan dan motivasi, pembagian

kelompok, presentasi dari guru, dan kegiatan belajar dengan tim (kerja

24
tim). Dalam Kegiatan belajar dengan tim dilakukan dengan berbantu

Media Ular Tangga Pesawat sederhana. Langkah langkah dalam

pelaksanaan Students Teams Achievement Division (STAD) berbantu

Media Ular Tangga Pesawat sederhana adalah sebagai berikut :

1) Penyampaian tujuan dan motivasi.

2) Guru membagi kelas menjadi 5 kelompok masing-masing kelompok

terdiri dari 6 siswa.

3) Presentasi dari guru.

4) Kegiatan belajar dengan tim (kerja tim).

5) Media Ular Tangga kalor berada di meja masing-masing kelompok.

6) Guru membacakan aturan permainan.

7) Setiap peserta didik mengerjakan kartu soal.

8) Para pemain melempar dadu. Mata ular yang keluar menunjukkan

banyaknya langkah.

9) Sebelum melangkah pemain wajib mengerjakan soal yang telah

disediakan.

10) Pemain yang berhasil menjawab/mengerjakan soal dengan benar, maka

pemain bisa melanjutkan langkah ke petak sebanyak mata ular yang

keluar, sedangkan yang tidak dapat mengerjakan soal, maka akan tetap

berada di kotak semula.

11) Pemain yang dapat mencapai garis finish terlebih dahulu, maka akan

menjadi pemenang dan berhak untuk tidak mengikuti permainan cukup

melihat saja.

25
12) Kelompok yang mendapatkan anggota kelompoknya paling banyak

mencapai finish atau telah menyelesaikan kartu soal yang tersedia akan

mendapatkan penghargaan ataupun hadiah.

13) Penghargaan prestasi tim.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan langkah-langkah dalam

Student Teams Achievement Division (STAD) berbantu Media Ular

Tangga Pesawat sederhana adalah sebagai berikut :

1) Perencanaan

a) Penyampaian tujuan dan motivasi.

b) Guru membagi kelas menjadi 5 kelompok masing-masing

c) kelompok terdiri dari 6 siswa.

2) Pelaksanaan

a) Presentasi dari guru.

b) Kegiatan belajar dengan tim (kerja tim).

c) Media Ular Tangga Kalor berada di meja masing-masing kelompok.

d) Guru membacakan aturan permainan.

e) Setiap siswa mengerjakan kartu soal.

f) Para pemain melempar dadu. Mata ular yang keluar menunjukkan

banyaknya langkah.

g) Sebelum melangkah pemain wajib mengerjakan soal yang telah

disediakan.

26
h) Pemain yang berhasil menjawab/mengerjakan soal dengan benar, maka

pemain bisa melanjutkan langkah ke petak sebanyak mata ular yang

keluar, sedangkan yang tidak dapat mengerjakan soal, maka akan tetap

berada di kotak semula.

3) Pengamatan

a) Pemain yang dapat mencapai garis finish terlebih dahulu, maka akan

menjadi pemenang dan berhak untuk tidak mengikuti permainan cukup melihat

saja

4) Refleksi

a) Kelompok yang mendapatkan anggota kelompoknya paling banyak

mencapai finish atau telah menyelesaikan kartu soal yang tersedia akan

mendapatkan penghargaan ataupun hadiah.

b) Penghargaan prestasi tim.

3. Minat Belajar

a. Pengertian Minat

Sebelum kita mengetahui minat belajar maka kita harus

mengetahui pengertian minat dan belajar. Kata minat secara etimologi

berasal dari bahasa inggris “interest” yang berarti kesukaan, perhatian

(kecenderungan hati pada sesuatu), keinginan. Jadi dalam proses belajar

siswa harus mempunyai minat atau kesukaan untuk mengikuti kegiatan

27
belajar yang berlangsung, karena dengan adanya minat akan mendorong

siswa untuk menunjukan perhatian, aktivitasnya dan partisipasinya dalam

mengikuti belajar yang berlangsung. Menurut (Susanto, 2013) Minat

adalah sikap jiwa orang seorang termasuk ketiga fungsi jiwanya (kognisi,

konasi, dan emosi), yang tertuju pada sesuatu dan dalam hubungan itu

unsur perasaan yang kuat.

Menurut (Slameto, 2010), “minat adalah kecenderungan yang tetap

untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan”.Sedangkan

menurut (Djaali, 2012) “Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan

pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh”.Sedangkan

menurut (Djaali, 2012) mengatakan bahwa “minat berhubungan dengan

gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan

dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan

itu sendiri”.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

pengertian minat adalah rasa ketertarikan, perhatian, keinginan lebih yang

dimiliki seseorang terhadap suatu hal, tanpa ada dorongan.

B. Pengertian Belajar

Skinner (Walgito, 2013) memberikan definisi belajar “Learning is a

process of progressive behavior adaptation”.

Sedangkan menurut (Walgito, 2013) “belajar merupakan

perubahan perilaku yang mengakibatkan adanya perubahan perilaku

(change in behavior or performance)”.

28
Menurut (Djamarah, 2011) merumuskan bahwa “belajar sebagai

proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau

pengalaman”. Demikian pula menurut Djamarah, 2011) belajar adalah

“serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku sebagai hasi dari pengalaman individu dalam interaksi

dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan

psikomotor”. Demikian pula menurut (Khodijah, 2014) belajar adalah

sebuah proses yang memungkinkan seseorang memperoleh dan

membentuk kompetensi, ketrampilan, dan sikap yang baru melibatkan

proses-proses mental internal yang mengakibatkan perubahan perilaku dan

sifatnya relative permanen.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian

belajar adalah perubahan dalam diri pelajarnya yang berupa, pengetahuan,

ketrampilan dan tingkah laku akibat dari interaksi dengan lingkungannya.

c. Prinsip-Prinsip Belajar

Menurut (Sanjaya, 2016) prinsip-prinsip belajar sebagai kegiatan

yang sistematis dan kontinyu memiliki prinsip-prinsip dasar sebagai


berikut:

a) Belajar berlangsung seumur hidup

b) Proses belajar adalah kompleks namun terorganisir

c) Belajar berlangsung dari yang sederhana menuju yang kompleks

d) Belajar dari mulai yang factual menuju konseptual

e) Belajar mulai dari yang konkrit menuju abstrak

29
f) Belajar merupakan bagian dari perkembangan

g) Keberhasilan belajar dipengaruhi beberapa faktor

h) Belajar mencakup semua aspek kehidupan yang penuh makna

i) Kegiatan belajar berlangsung pada setiap tempat dan waktu

j) Belajar berlangsung dengan guru ataupun tanpa guru

k) Belajar yang berencana

l) Dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan lingkungan internal

m) Kegiatan-kegiatan belajar tertentu diperlukan adanya bimbingan dari

orang lain

C. Materi Pembelajaran

Pengertian Pesawat Sederhana

Pesawat sederhana adalah suatu peralatan yang didesain untuk membantu

meringankan pekerjaan manusia dengan susunannya yang sederhana. 

Jadi, prinsip kerja dari pesawat sederhana ini adalah dengan cara mengubah arah

atau besaran dari sebuah gaya. 

Sementara itu, cara kerja dari pesawat sederhana ini sebenarnya memanfaatkan

tiga titik utama. Tiga titik utama itu perlu kalian ketahui lebih dulu sebelum

membahas lebih lanjut mengenai pesawat sederhana. Tiga titik itu antara lain: 

 Titik tumpu

Titik tumpu adalah titik yang menjadi tumpuan beban dimana sifatnya adalah

tetap. 

30
 Titik Beban

Titik beban adalah bagian yang dijadikan untuk meletakkan beban yang akan

diangkat. 

 Titik kuasa

Titik kuasa adalah tempat yang digunakan untuk memberikan gaya kuasa alias

tempat untuk memberikan gaya dalam mengangkat beban. 

Sebenarnya prinsip kerja dari pesawat sederhana juga terdapat dalam diri manusia,

misalnya adalah ketika mengangkat barbel. 

Prinsip kerja pesawat sederhana pada saat seseorang mengangkat barbel adalah

telapak tangan berperan sebagai titik beban, titik tumpu berada pada siku tangan,

sedangkan titik kuasa terdapat pada lengan bawah. Jadi, ketika tangan menjadi

mampu untuk mengangkat barbel karena adanya titik tumpu yang memudahkan

untuk mengangkat. 

Dari contoh itu tentunya sudah mulai ada sedikit gambaran kerja dari pesawat

sederhana. 

Jenis Pesawat Sederhana

Sejauh ini, terdapat empat jenis pesawat sederhana yang kerap ditemui dalam

kehidupan sehari-hari, di antaranya adalah: 

31
1. Pengungkit atau Tuas

Pengungkit adalah pesawat sederhana yang disebut paling tua dibandingkan yang

lainnya. Pada era nenek moyang, pengungkit digunakan untuk memindahkan

barang-barang berat. 

Jadi bentuk dari pengungkit berupa batang panjang yang disangga oleh titik

tumpu. Sederhananya bentuk pengungkit ini seperti mainan anak jungkat-jungkit. 

Pada pengungkit ini terdapat bagian lengan kuasa (Lk) dan lengan beban (Lb).

Lengan kuasa adalah daerah yang digunakan untuk memberikan gaya kuasa,

sedangkan lengan beban adalah wilayah lengan yang diberikan beban. 

Jadi pengungkit ini memanfaatkan panjang lengan dari suatu batang untuk dapat

memudahkan kerja. Semakin panjang lengan kuasa dan semakin pendek lengan

beban, maka akan semakin kecil gaya yang dibutuhkan. 

Untuk dapat menghitung besaran gaya yang dibutuhkan untuk mengangkat beban

dengan pengungkit adalah: 

F = w x Lb / Lk

Keterangan: 

F = Gaya Kuasa (N)

w = berat beban (N)

Lk = Lengan kuasa (m)

Lb = Lengan beban (m)

Sedangkan rumus untuk menghitung keuntungan mekanisnya adalah: 

KM = w / F

Keterangan: 

32
KM = Keuntungan mekanis

Keuntungan mekanis pesawat sederhana adalah perbandingan antara gaya

beban dan gaya kuasa atau lengan beban dan lengan kuasa.

Adapun pengungkit ini masih terbagi lagi menjadi tiga jenis, yaitu: 

 Pengungkit jenis 1

Pengungkit jenis 1 adalah pengungkit yang posisi titik tumpunya berada di antara

titik beban dan titik kuasa. Pengungkit jenis 1 ini adalah bentuk paling dasar dari

pengungkit. Contoh pesawat sederhana pengungkit jenis 1 ini adalah jungkat-

jungkit, tang, palu, gunting, linggis, dan lain sebagainya. 

 Pengungkit jenis 2

Pengungkit jenis 2 adalah pengungkit yang justru titik bebannya berada di antara

titik kuasa dan titik tumpu. Contoh pengungkit jenis 2 adalah gerobak pasir,

pembuka tutup botol, pemecah kemiri, dan lain sebagainya. 

 Pengungkit jenis 3

Pengungkit jenis tiga adalah pengungkit yang posisi titik kuasa berada di antara

titik beban dan titik tumpu. Contohnya adalah alat pancing, stapler, pinset, dan

lain sebagainya. 

2. Bidang Miring

Jenis pesawat sederhana selanjutnya adalah bidang miring. Bidang miring ini pada

dasarnya seperti perosotan anak-anak. Jadi, suatu bidang didesain dengan bentuk

miring agar dapat mempermudah pemindahan barang yang berat. 

33
Jadi pada prinsipnya semakin landai bidang miring, akan semakin kecil gaya yang

dibutuhkan. Sebaliknya, jika bidang miring semakin curam, maka gaya yang

dibutuhkan akan semakin besar. 

Contoh benda-benda yang memanfaatkan bidang miring adalah tangga yang

dibuat berkelok, pisau, kapak, sekrup, dan lain sebagainya. 

Rumus yang digunakan untuk mencari gaya yang dibutuhkan pada bidang miring

adalah: 

F x s = w x h 

Keterangan:

F = gaya (N)

w = beban (N)

h = tinggi papan (m)

s = panjang papan (m)

3. Katrol

Jenis yang ketiga adalah katrol. Katrol adalah pesawat sederhana yang

memanfaatkan benda lingkaran seperti roda untuk mengangkat beban. 

Jad prinsip kerja dari katrol adalah mengubah arah gaya sehingga beban dapat

terangkat. Sama seperti tuas, katrol juga memiliki tiga titik, yaitu titik kuasa,

beban, dan tumpuan. 

Namun yang membedakan adalah lengan yang digunakan untuk membantu

pengangkatan beban berupa benda yang menyerupai tali. 

Terdapat tiga jenis katrol, yaitu: 

34
 Katrol tetap

Katrol tetap adalah jenis katrol yang paling dasar. Jadi katrol ini posisinya akan

tetap ketiak digunakan. Titik tumpu berada di antara titik beban dan titik kuasa. 

Contoh sederhana yang sering ditemui dari katrol tetap adalah alat timba di

sumur. 

Keuntungan mekanis pada katrol tetap dirumuskan dengan: 

KM = w / f

Keterangan: 

KM = Keuntungan mekanik

F = Gaya Kuasa (N)

w = berat beban (N)

B. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan beberapa teori pendukung di atas maka hipotesis dalam

penelitian penerapan model pembelajaran cooperative Learning tipe STAD

berbantuan Games ular tangga dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi

belajar siswa pada mata pelajaran pesawat sederhana Kelas VIII SMP

Negeri 1 Medang Deras

35
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian


3.1.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian kuasi eksperimen. Kuasi eksperimen bertujuan

memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi

yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam

keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan/atau

memanipulasi semua variabel yang relevan (Sugiyono, 2010:114).

Penelitian ini dalam pengambilan kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol tidak dilakukan secara random. Dengan

membandingkan kelas eksperimen yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement

Division) dan kelas kontrol yang menggunakan metode

pembelajaran konvensional yang masih sering digunakan oleh guru

dalam mengajar yaitu dengan cara ceramah. Kemudian kedua kelas

antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan evaluasi dan

dibandingkan antara kelas eksperimen dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement

36
Division) dan kelas kontrol yang menggunakan metode

pembelajaran konvensional. Desain eksperimen ini melalui tiga

langkah yaitu:

1. Memberikan pretest untuk mengukur variabel terikat sebelum

treatment atau perlakuan diberikan.

2. Memberikan treatment atau perlakuan kepada kelas

eksperimen yaitu berupa penerapan metode pembelajaran

kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement

Division) dalam pembelajaran IPA kelas VII

3. Memberikan posttest untuk mengukur variabel terikat setelah

diberikan perlakuan.

3.1.2 Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Medang

Deras kelas VII-2 dan SMP Negeri 1 Medang Deras kelas

VII-3 Kabupaten BatuBara.

2. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dimulai pada bulan Mei 2023

sampai dengan bulan Juni 2023 dan dilakukan secara

bertahap.

Adapun tahapannya meliputi:

a. Tahap persiapan

37
Tahap ini mencakup judul, pembuatan proposal, pembuatan

instrument, permohonan izin serta survey di sekolah yang

direncanakan sebagai tempat penelitian.

b. Tahap pelaksanaan

Tahap ini mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan di

sekolah yang meliputi uji coba instrumen dan pengambilan

data.

c. Tahap penyusunan
Yaitu tahap pengelolaan data dan konsultasi yang diikuti

penyusunan laporan serta persiapan ujian.

3.2 Variabel Penelitian


Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu

yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,

kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini ada tiga

variabel yang terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel

terikat. Variabel-variabel tersebut antara lain :

1. Variabel Independen

Merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Variabel independen

atau variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran

kooperatif tipe STAD (Student Teams Achiement Division) dan model

38
pembelajaran konvensional.Penerapan model kooperatif tipe STAD

(Student Teams Achievement Division) ini diharapkan akan mempengaruhi

motivasi dan hasil belajar siswa.

2. Variabel Dependen

Merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel

bebas. Variabel dependen atau variabel terikat dalam penelitian ini adalah

motivasi belajar dan hasil belajar IPA. Kedua variabel terikat ini akan saling

dipengaruhi oleh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student

Teams Achievement Division). Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif

ini dalam pembelajaran IPA, diharapkan akan mempengaruhi motivasi belajar dan

hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Untuk mengukur variabel motivasi

belajar digunakan instrumen angket. Sedangkan untuk mengukur hasil belajar

digunakan instrumen tes. Tes yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk

pilihan ganda.

3.2.1 Definisi Operasional Variabel


1. Menurut Miftahul (2013: 201), STAD (Student Teams

achievement Division) merupakan salah satu pembelajaran

kooperatif yang di dalamnya beberapa kelompok kecil siswa

dengan level kemampuan akademik yang berbeda-beda saling

bekerja sama untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran. Tidak

hanya secara akademik, siswa juga dikelompokkan secara

39
beragam berdasarkan gender, ras, dan etnis. Dalam STAD, siswa

diminta untuk membentuk kelompok-kelompok heterogen yang

masing- masing terdiri dari 4-5 anggota. Setelah pengelompokkan

dilakukan, ada sintak empat tahap yang harus dilakukan, yakni

pengajaran, tim studi, tes, dan rekognisi. Kelompok dengan

pencapaian nilai terbaik akan mendapatkan penghargaan.

2. Dimyati dan Mudjiono (2013:80) menyatakan bahwa motivasi

belajar merupakan suatu dorongan mental yang menggerakkan

dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar.

Terdapat beberapa indikator yang menjadi pedoman dan acuan

dalam pembuatan item instrumen angket yang digunakan untuk


mengukur motivasi belajar siswa.

3. Menurut Nawawi (dalam Susanto 2013:5), hasil belajar dapat

diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari

materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang

diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran

tertentu. Hasil belajar siswa dalam penelitian ini diukur

menggunakan pretest dan posttest untuk mendapatkan data

berupa nilai tes.

40
3.3 Desain Penelitian
Penelitian quasi eksperimen ini menggunakan desain Nonequivalent

Control Group Design. Menurut (Sugiyono, 2010: 73), ditampilkan dengan bagan

sebagai berikut:

EK O1 X O2
O3 O4
Keterangan : Gambar 3.1 Bagan Desain Penelitian

E : kelompok eksperimen

K : kelompok kontrol

O1 : nilai pretest kelompok eksperimen

O3 : nilai pretest kelompok kontrol

X : perlakuan/treatment

O2 : nilai posttest kelompok eksperimen

O4 : nilai posttest kelompok control

Berdasarkan bagan di atas dapat dilihat bahwa kedua kelompok diberi pretest untuk

mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol. Pemberian pretest pada kelompok eksperimen dan kontrol juga

bertujuan untuk mengetahui kedudukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

benar-benar seimbang. Setelah posisi kedua kelompok tersebut seimbang, yaitu tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol,

maka kelompok eksperimen diberi perlakuan/treatment dalam kegiatan pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams

Achievement Division) dan kelompok kontrol menggunakan metode konvensional dalam

kegiatan pembelajaran. O2 berarti nilai posttest kelompok eksperimen setelah diajar

dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement

Division) dan O4 adalah nilai posttest kelompok kontrol yang diajar dengan model

41
pembelajaran konvensional. Nilai O2 secara signifikan lebih tinggi dari O4 maka model

pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement) mempunyai pengaruh

yang lebih baik terhadap kelompok eksperimen dibandingkan model pembelajaran

konvensional yang diberikan terhadap kelompok kontrol. Pengaruh treatment adalah

bila rata-rata nilai O2 lebih besar dari rata-rata O4 dan perbedaannya signifikan.

42
3.3.1 Tahap-Tahap Kegiatan Tindakan Eksperimen
a. Memilih sebuah subjek penelitian yaitu kelas VII-2 dan kelas VII-3

Kabupaten Batu Bara.

b. Menggolongkan subjek penelitian menjadi dua kelompok antara kelompok

eksperimen yaitu Kelas VIII-3 yang diberikan perlakuan/treatment

penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Teams

Achievement Division) dan kelompok kontrol yaitu VIII-3 yang diberikan

pembelajaran seperti biasa yaitu dengan cara konvensional.

c. Menyusun kisi-kisi yang dikembangkan dalam instrument pretest dan

posttest.

d. Mengujicobakan instrumen pretest pada kelas uji coba yaitu kelas VIII-2 dan

VIII-3 SMPN 1 Medang Deras.

e. Menganalisis data hasil pretest untuk menguji apakah instrumen valid dan

reliabel.

f. Memberikan pretest pada kelas VIII-2 dan VIII-3.

g. Menganalisis hasil pretest yang dilakukan pada kelas VIII-2 dan VIII-3

untuk mengetahui bahwa kedua Kelas tidak ada perbedaan yang

signifikan.

h. Melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) di kelas

VIII-2, sedangkan di kelas VIII-3 dengan menerapkan pembelajaran

seperti biasa yang dilakukan oleh guru yaitu pembelajaran konvensional

(tanpa menerapkan model pembelajaran tipe STAD).

i. Melaksanakan posttest pada Kelas VIII-2 dan VIII-3.

j. Menghitung perbedaan antara hasil prestest dan postest untuk masing-

masing kelompok eksperimen yaitu VIII-2 dan kelompok kontrol yaitu

Kelas VIII-3.
43
k. Bandingkan perbedaan tersebut untuk menentukan apakah penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement

Division) berpengaruh besar pada kelompok eksperimen yaitu Kelas VIII-

2 Dalam menghitung dan menganalisis data dilakukan dengan bantuan

aplikasi software SPSS versions 20 for windows.

3.4 Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VIII-2 Kabupaten Batu Bara dengan

jumlah 30 siswa yang terdiri dari 21 perempuan dan 9 laki-laki. Kemudian siswa kelas VIII-3

Kabupaten Batu Bara dengan jumlah 22 siswa yang terdiri dari 10 perempuan dan 12 laki-laki.

Siswa kelas VIII-2 sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas V I I I - 3 sebagai

kelompok kontrol. Selanjutnya kelompok eksperimen dalam penelitian ini akan mendapatkan

perlakuan atau treatment berupa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

(Student Teams achievement Division), sedangkan pada kelompok kontrol tidak mendapatkan

perlakuan atau treatment dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams

achievement Division) tetapi dengan penerapan metode pembelajaran konvensional.

44
3.5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
3.5.1 Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi

Observasi dilakukan untuk memperoleh data tentang pencapaian dan perlakuan

yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas. Observasi lebih

menekankan pada pengamatan kepada guru mengenai penerapan model

pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Observasi yang

dilakukan terhadap proses pembelajaran menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD (Student teams Achievement Division). Sehinggga dalam

pelaksanaan pembelajaran benar- benar sesuai dengan kondisi dan proses

pembelajaran yang diharapkan.

b. Angket

Angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang

motivasi belajar siswa terhadap kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol. Angket berfungsi sebagai alat untuk mengukur perbedaan

terhadap motivasi belajar siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol

c. Test
Data selanjutnya yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah hasil belajar

siswa pada mata pelajaran IPA. Proses pengumpulan data dilakukan

dengan cara memberikan pretest terhadap kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol. Selanjutnya memberikan perlakuan atau treatment pada

kelompok eksperimen dengan penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dalam proses

pembelajaran IPA. Langkah terakhir adalah dengan memberikan posttest

terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.


45
Daftar Pustaka

Aniq kh b, M., & bagus koko darminto, I. (2013). TERAPAN MEDIA PERMAINAN ULAR
TANGGA PINTAR DALAM MENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR Oleh :
Moh. Aniq Kh.B, Ian Bagus Koko Darminto IKIP PGRI SEMARANG. 3, 31–41.
Arsyad. (2015). Peran Media Pendidikan Dalam Meningkatkan Kemanpuan Bahasa Arab Siswa
Madrasah. Jurnal Ilmiah Didaktika, 16, 44.
Emmett Grames. (2020). ANALISIS MEDIA PEMBELAJARAN ULAR TANGGA DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM
MENINGKATKAN MINAT BELAJAR. Agus Wiranda, 14. https://all3dp.com/2/fused-
deposition-modeling-fdm-3d-printing-simply-explained/
Kartikaningtyas, D., Yulianti, D., & Pamelasari, S. D. (2014). Pengembangan Media Game Ular
Tangga Bervisi Sets Tema Energi pada Pembelajaran IPA Terpadu untuk Mengembangkan
Karakter dan Aktivitas Siswa SMP/MTs. USEJ - Unnes Science Education Journal, 3(3),
662–668.
Nursani. (2020). Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Dengan Media Konkrit Kelas II SDN
6 Baturetno Kecamatan Baturetno Tahun Pelajaran 2019/2020. SHEs, 3(4), 968–973.
Richard oliver ( dalam Zeithml., dkk 2018 ). (2021). PENERAPAN MEDIA
PEMBELAJARAN GAMES ULAR TANGGA UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR BIOLOGI KELAS XI IPA 2 SMAN SENTAJO RAYA KABUPATEN
KUANTAN SINGIGI TAHUN AJARAN 2018/19. Angewandte Chemie International
Edition, 6(11), 951–952., 2013–2015.
Risda Tinambunan. (2017). PENGGUNAAN MODEL TPS UNTUK MENINGKATKAN Oleh :
Risda Tinambunan.
Santi, E. (2014). Peningkatan Kualitas Pembelajaran Materi Membuat Benda Konstruksi Melalui
Model Explicit Instruction. Journal of Elementary Education, 3(4), 34–41.
Tafonao, T. (2018). Peranan Media Pembelajaran Dalam Meningkatkan Minat Belajar
Mahasiswa. Jurnal Komunikasi Pendidikan, 2(2), 103.
https://doi.org/10.32585/jkp.v2i2.113
Wulandari, I. (2022). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ( Student Teams Achievement
Division) dalam Pembelajaran MI. Jurnal Papeda: Jurnal Publikasi Pendidikan Dasar,
4(1), 17–23. https://doi.org/10.36232/jurnalpendidikandasar.v4i1.1754
Yıldırım, S. (2018). PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL THINK PAIR
SHARE (TPS) DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA PADA
SISWA KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH SWASTA AN-NIZHOM TELANAIPURAKOTA
JAMBI. 21, 1–9.

Anda mungkin juga menyukai