PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
22.Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, menuntut guru
mampu melaksanakan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, dan memotivasi siswa untuk aktif ,dan kreatif, dalam pembelajaran. Dimasa
pandemi guru harus lebih inovatif dan kreatif dalam proses pembelajarannya, sehingga
siswa dapat secara aktif mengembangkan, pengetahuan, keterampilan dan sikapnya.
Kemajuan sebuah bangsa dilihat dari taraf pendidikan penduduknya. Pendidikan
sebagai sebuah pilihan dalam meningkatkan taraf hidup manusia. Berdasarkan UU No. 20
Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menjelaskan bahwa. Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spiritual
keagamaan pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan juga harus
membekali siswa dengan berbagai macam ilmu pengetahuan, nilai-nilai moral, sosial,
budaya, dan dikembangkan keterampilanya. Melihat dari sisi psikologis seorang siswa
atau siswi sekolah dasar, di usia mereka sudah menjadi suatu kewajiban belajar di
sekolah, namun tidak bisa kita lepaskan faktor di usia mereka masih terkait dengan
masalah-masalah yang sifatnya bermain, karena mereka masih anak-anak
Anak usia SD biasanya masih dalam usia yang sangat suka bermain, atau bisa
dikatakan bahwa bermain merupakan suatu kebutuhan bagi mereka. Padahal waktu
bermain yang tidak tepat itu bisa mengakibatkan kurangnya konsentrasi dan kualitas
belajar siswa. Sebagai contoh anak yang belajar sewaktu teman yang lain sedang
bermain, maka konsentrasinya akan mudah terpecah dan biasanya anak cenderung lebih
tertarik untuk ikut bermain daripada meneruskan belajar, sehingga belajar yang
dilakukannya terasa berat karena dia ingin bergabung dengan temannya untuk bermain.
Fakta yang sekarang ini ada di masyarakat adalah anak yang sering menonton acara
televisi selama berjam-jam. Hal ini membuat anak menjadi kurang konsentrasi dalam
belajar. Malas belajar dan suka bermain ini disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya
kejenuhan anak ketika guru menerangkan. Apabila keadaan seperti ini terus belanjut
maka kenyamanan tidak bisa didapatkan dan berakibat pada prestasi belajar anak akan
tidak optimal. Untuk mengatasi hal tersebut guru harus kreativ untuk meningkatkan hasil
belajar siswa yang kurang memahami materi ketika guru sedang menerangkan.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas dan observasi kegiatan pembelajaran selama
belajar di kelas V SDN Marmoyo Kabuh Jombang beberapa siswa mendapat nilai di
bawah KKM, kurangnya motivasi belajar siswa, rendahnya kesadaran belajar siswa
sehingga hasil belajar siswa semakin menurun. Untuk itu, penulis ingin menciptakan
Pembelajaran Menyenangkan dengan memanfaatkan media social Youtube agar
peserta didik tidak bosan dan lebih mudah memahami materi yang disampaikan.
Youtube sudah tidak asing lagi bagi anak-anak mereka selalu mengakses
youtube setiap hari baik menonton film atrau mendengarkan lagu-lagu, maka alangkah
baiknya jika media sosial youtube kita jadikan media pembelajaran agar siswa lebih
fokus pada pembelajaran terutama dalam menerangkan demonstrasi konsep
perpindahan panas.
2. Analisi Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dapat di analisis masalah sebagai berikut :
1) Masih kurangnya pendidik memanfaatkan media dalam mengajar.
2) Peserta didik yang jenuh terhadap pembelajaran maka kurang mendengarkan
penjelasan dari guru.
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep perpindahan panas materi IPA
kelas 5 semester 2 di SDN Marmoyo Kecamatan Kabuh
2. Tujuan Khusus
Dengan media Yotube diharapkan mempermudah pemahaman tentang konsep
perpindahan panas sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat
A. Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan salah satu komponen dari sistem pengajaran yang
menjadi faktor dominan untuk menunjang berhasilnya proses belajar mengajar. Media
pembelajaran digunakan untuk mempermudah guru dalam menyampaikan materi
pelajaran sehingga siswa lebih mudah memahami materi pelajaran. Selain itu media
pembelajaran juga membantu agar kegiatan belajar mengajar yang berlangsung antara
guru dan siswa lebih variatif sehingga menimbulkan minat siswa serta memberi
rangsangan untuk belajar. 1. Pengertian Media Pembelajaran Kata media berasal dari
bahasa latin dan merupakan bentuk jamak kata medium yang secara harfiah berarti
perantara atau pengantar.
Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.
(Arif S. Sadiman, dkk., 1990: 6). Umar Suwito (Suharsimi Arikunto, 1993: 45) memberi
batasan media pembelajaran sebagai berikut: media pembelajaran adalah sarana
pembelajaran yang digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Azhar Arsyad
(2002: 4) menyatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik
digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran. R. Angkowo dan A. Kosasih
(2007: 10) menyatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat di gunakan untuk
menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan 10 kemauan siswa
sehingga dapat terdorong terlibat dalam proses pembelajaran. Berdasarkan pendapat di
atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat bantu yang digunakan
untuk membangun komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dan proses belajar
mengajar.
1. Jenis-jenis Media Pembelajaran
Nana Sujana dan Ahmad Rivai (2002: 3-4) mengemukakan ada beberapa jenis media
pengajaran yang biasa digunakan dalam proses belajar mengajar, yaitu:
a. Media Grafis Media grafis termasuk media visual sebagaimana halnya media yang
lain media grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima
pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan dan pesan yang akan
disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual. Contoh media
grafis adalah gambar, foto dan grafik (Arif S. Sadiman, dkk., 1990: 28).
b. Media Tiga Dimensi Media tiga dimensi adalah media dalam bentuk model seperti:
Model penampang dan model susun.
c. Model proyeksi seperti: slide, film strips dan penggunaan OHP.
d. Penggunaan lingkungan sebagai media pengajaran.
2. Kriteria Pemilihan Media
Media pembelajaran merupakan salah satu sarana untuk membantu
meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar. Kriteria pemilihan media harus
dikembangkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, kondisi dan keterbatasan yang
ada dengan mengingat kemampuan dan sifat-sifat khasnya (karakteristik) media yang
bersangkutan.
Dalam hubungan ini Dick dan Carey (Arif S. Sadiman, dkk., (1990: 86)
menyebutkan bahwa di samping kesesuaian dengan tujuan perilaku dipertimbangkan
dalam pemilihan media, yaitu:
a. Ketersediaan sumber setempat, artinya bila media yang bersangkutan tidak terdapat
pada sumber-sumber yang ada, maka harus dibeli atau dibuat sendiri.
b. Ketersediaan dana, tenaga dan fasilitasnya.
c. Faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan dan ketahanan media yang
bersangkutan untuk waktu yang lama.
d. Efektivitas biayanya dalam jangka waktu yang panjang.
Adapun menurut Azhar Arsyad (2002: 8) kriteria pemilihan media adalah:
a. Sesuai dengan tujuan yang dicapai media dipilih berdasarkan tujuan instruksional
yang telah ditetapkan dan secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan
dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
b. Tempat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip atau
generalisasi.
c. Praktis, luwes, dan bertahan lama
d. Guru terampil menggunakannya.
e. Pengelompokan sasaran, kesesuaian dengan sarana belajar yaitu karakteristik atau
kondisi anak dan tujuan pembelajaran.
f. Mutu teknis yaitu kesesuaian antara situasi dan kondisi anak.
Menurut Nana Sujana dan Rivai (2002: 4-5) dalam memilih media pembelajaran harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Ketepatan dengan tujuan pengajaran artinya media pengajaran dipilih atas dasar
tujuan instruksional yang telah ditetapkan.
b. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran artinya bahan pelajaran yang sifatnya fakta,
prinsip konsep dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar mudah
dipahami anak.
c. Kemudahan memperoleh media artinya media yang diperlukan mudah diperoleh,
setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar.
d. Ketrampilan guru dalam menggunakannya artinya apapun jenis media yang
diperlukan, syarat utama guru harus dapat menggunakannya dalam proses
pengajaran. Nilai dan manfaat bukan pada medianya tetapi dampak penggunaannya
oleh guru pada saat terjadinya interaksi belajar siswa dengan lingkunganya.
e. Tersedia waktu untuk menggunakannya artinya media tersebut dapat bermanfaat
bagi siswa selama pengajaran berlangsung. f. Sesuai dengan taraf berfikir siswa
artinya makna yang terkandung didalamnya dapat dipahami oleh siswa.