Artinya : Sungguh dalam diri rasul Allah kamu dapati teladan yang
palingula baik jika kamu mengharap Rahmat Allah, dan (keselamatan)
pada hari terakhir, serta senantiasa ingat Allah.
Dikarenakan titik tumpu dan pusat tauladan kepemimpinan disini adalah
Rasul Muhammad Saw, maka jenis kepemimpinan profetik yang muncul adalah
upaya untuk dimilikinya kemampuan mengendalikan diri dan mempengaruhi
orang lain untuk mencapai tujuan dengan tulus sebagaimana dilakukan
oleh para nabi, kemampuan tersebut harus melalui kekuatan pencerahan jiwa
dan pembersihan ruhani. Sebelum mempengaruhi orang lain, pemimpin
dalam kepemimpinan profetik telah dan harus mampu mempengaruhi dan
mengatur dirinya. Kekuatan pencerahan jiwa mengandung arti orang
yang mempengaruhi berarti sudah atau sedang mempraktekkan apa yang
dipengaruhkan sebagai wujud dari jiwanya yang telah tercerahkan.
93
Budhiharto dan Himam, Konstruk Teoritis dan Pengukuran kepemimpinan Profetik,
(Jurnal Psikologi Vol 33, No 2), Yogyakarta: Fak Psikologi UGM, 136.
94
Departemen Agama, 670.
81
Dengan kata lain proses mempengaruhi dijalankan dengan keteladanan
sebagaimana uswah hasanah yang jelas dipraktekkan oleh Muhammad Saw.
Dari uraian diatas maka Kepemimpinan profetik juga mempunyai
makna aktivitas mempengaruhi orang lain dengan tulus, didukung kekuatan
rabbani dan wahyu, artinya terjadi pencerahan jiwa, dan pembersihan ruhani,
diisi cahaya ke-Tuhanan, karenanya titik singgungnya kepada dimensi
kepemimpinan yang muncul darinya berupa empat aspek yaitu: sidiq, amanah,
tabligh, dan fathonah yang ke empat aspek itu dapat juga kita analogikan sebagai;
Sidiq berpedoman pada nurani & kebenaran (conscience centred), Amanah
profesional & komitmen (highly committed), Tabligh ketrampilan komunikasi
(communication skills), dan Fathanah mampu mengatasi masalah (problem
solver).
95
Kemampuan mengendalikan diri sebagaimana dilaksanakan oleh para
nabi tersebut mempunyai arti bahwa kemampuan tersebut diperjuangkan melalui
kekuatan pencerahan jiwa dan pembersihan ruhani. Sebelum mempengaruhi
orang lain, pemimpin dalam kepemimpinan profetik telah mampu mempengaruhi
dan mengatur dirinya. Kekuatan pencerahan jiwa mengandung arti orang yang
mempengaruhi berarti sudah atau sedang mempraktekkan apa yang
dipengaruhkan sebagai wujud dari jiwanya yang telah tercerahkan. Dengan kata
lain proses mempengaruhi dijalankan dengan keteladanan. Konsep keteladanan
dalam penelitian Hsu et al disebut sebagai lead by example yang merupakan
95
Budhiharto dan Himam, Konstruk Teoritis dan Pengukuran kepemimpinan Profetik, 142.
82
salah satu dari tujuh aspek kepemimpinan moral di Taiwan.
96
Kemampuan
mengendalikan diri melalui kekuatan pembersihan ruhani mempunyai makna
ajakan mempengaruhi merupakan media interaksi transendental dengan Tuhan,
selain interaksi horisontal dengan sesama, sebagaimana Konsep kepemimpinan
spiritual berdasarkan kajian Tobroni yang menjelaskan bahwa kepemimpinan
spiritual merupakan konsep kepemimpinan yang membawa dimensi keduniawian
kepada dimensi spiritual (keilahian).
97
Tuhan diyakini sebagai pemimpin sejati
yang mengilhami, mencerahkan, membersihkan nurani, dan memenangkan jiwa
hambaNya melalui pendekatan etis dan keteladanan.
Tujuan bersama dari kepemimpinan profetik yang kemudian identik
dengan model kepemimpinan spiritual mempunyai makna tujuan kehidupan di
dunia maupun di akhirat (pasca kehidupan dunia) baik bagi diri sang pemimpin
maupun orang yang berhasil dipengaruhinya. Oleh karenanya kemudian model
kepemimpinan ini disebabkan menggunakan sisi kesadaran spiritual dalam
penghayatan hidup yang berdasarkan intelektual, moral, emosiaonal dan
spiritual, maka dikatakan kesadaran spiritual ini sebagai puncak kecerdasan.
98
Hal inilah yang membedakan dengan konsep kepemimpinan yang telah
berkembang sebelumnya yang hanya berorientasi pada tujuan dunia.
96
Hsu, W.L., Cheng, B.R., Huang, M.P., & Farh, J.L., Moral Leadership in Taiwanese
Organization: Developing the Construct and the Measurement., Paper presented at Inaugural
Conference, Beijing: International Association for Chinese Management Research (IACMR),
2004, 149.
97
Sus Budiharto dan Fathul Himam, Konstruk Teoritis dan Pengukuran Kepemimpinan
Profetik (Jurnal Psikologi), Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada,Volume 33,
No. 2, 133 146, 142.
98
Michael Levin, Spiritual intelligence, Awakening the power of Michael Levin, spiritual
Intellegence, Awakening the power of your spiritual and intuition, London, Hodder and Stoughton,
2000, 175 Juga bisa dibaca pada Tobroni, The spiritual Leadership, 64.
83
2. Spiritualitas dalam Kepemimpinan
Spiritual leadership atau kepemimpinan spiritual merupakan gabungan
kata yang dapat menimbulkan multitafsir, Jika kepemimpinan telah didefinisikan
sebagai proses mempengaruhi orang lain baik secara individu maupu kelompok
dalam pencapaian tujuan dalam situasi tertentu, maka setelah dirangkai dengan
spiritual, maka akan memunculkan ambiguisitas karena mempunyai spektrum
pengertian yang teramat luas. Istilah spiritual itu sendiri dalam bahasa inggris
dapat diartikan sebagai jiwa, roh, hantu, semangat, moral dan moral atau tujuan
hakiki, sedang dalam bahasa arab maka dihubungkan dengan ruhani dan manawi
dari segala sesuatu.
99
Adapun dalam penelitian ini spiritual penulis artikan dengan sesuatu hal
yang berkaitan dengan yang ruhani dan maknawi sebagaimana artinya dalam
bahasa arab, sehingga Kepemimpinan Spiritual merupakan kepemimpinan yang
membawa dimensi keilahian, Karena Allah Swt adalah pemimpin sejati yang
mengilhami, mempengaruhi, menggerakkan dan melayani hati dan nurani semua
hamba-Nya dengan bijaksana dan melalui keteladanan dan pendekatan etis. Oleh
karenanya kepemimpinan spiritual dapat disebut juga kepemimpinan yang
mendasarkan etika agama dan keagamaan, sebagaimana maksud Tobroni dalam
mendefinisikan kepemimpinan spiritual adalah jenis kepemimpinan yang dapat
mengilhami, membangkitkan dan mempengaruhi dan menggerakkan
keteladanan, pelayanan dan kasih sayang serta implementasi sifat dan nilai-nilai
agama dan ketuhanan lainnya, baik dalam sisi tujuan, proses, perilaku dan
99
Hosen Nasr, Sayyed, Ensiklopedi Tematis Spiritualitas dalam Islam, Bandung: Mizan,
2002, 49.
84
budaya kepemimpinan, mengarahkan dari dimensi keduniaan kepada spiritual
(keilahian), dengan kata lain jenis kepemimpinan yang lebih banyak
mengandalkan kecerdasan spiritualnya.
100
Pedapat tersebut diatas menguatkan definisi kecerdasan spiritual oleh
Sinetar bahwa jenis pemikiran yang mengilhami, yaitu pemikiran yang tajam
yang mampu menghasilkan sifat dan perilaku supernatural; intuisi kekuasaan atau
otoritas batin, petunjuk moral yang kokoh, kemampuan membedakan secara
bijaksana antara salah dan benar.
101
Zohar dan Marshal menyebut kepemimpinan spiritual sebagai The
ultimate intelegence, Jika dalam diri manusia terdapat tiga jenis kecerdasan, yaitu
IQ/Intellectual Quotient atau kecerdasan intelektual, EQ/ Emotional Quotient
atau kecerdasana emosi dan SQ/Spiritual Quotient atau kecerdasan spiritual ,
maka SQ disini merupakan pondasi dasar yang teramat diperlukan bagi
keefektifan dua jenis kecerdasan lainnya, SQ is the necessary foundation for the
functioning of both IQ and EQ. It is our ultimate intelligence.
102
Kepemimpinan spiritual juga diartikan sebagai bentuk kepemimpinan
yang bukan hanya mampu menghadirkan materi tetapi jiwa dan hati mereka
dalam bekerja, dalam memimpin mampu menimbulkan kepuasan lewat
pemberdayaan dan mengntungkan siapa saja yang berhubungan dengannya,
sehingga orang yang dipimpin akan terlibat sepenuhnya (involve) dalam segala
100
Tobroni, The spiritual leadership, Malang, UMM, 2005, 84 juga dapat dilihat pada
Budhiharto&Himam, Konstruk Teoritis dan Pengukuran kepemimpinan Profetik, (Jurnal Psikologi
Vol 33, No 2), Yogyakarta: Fak psikologi UGM, 142.
101
Sinetar, Marsha, Spiritul Intelegence; Kecerdasan spiritual Belajar dari Anak yang
Mempunyai kesadaran tinggi, Jakarta: Elek Media Komputindo, 2001, 84.
102
Zohar dan Marshal, SQ ; Spiritual intelligence , The Ultimate Intellegence, London:
Bloomsbury, 2000, 206.
85
bentuk aktifitas organisasi sebagai bentuk nyata komitmen terdalamnya berupa
spiritualitas, Jenis pemimpin ini mampu menjaga nilai-nilai etis dan menjunjung
tinggi nilai-nilai spiritualnya.
103
Tjahjono mendefinisikan Kepemimpinan spiritual sebagai jenis
kepemimpinan dimensi keempat, yakni kepemimpinan yang lebih mendasarkan
pada Keimanan dan hati, melayani dan member menenangkan dan mencerahkan
jiwa dan mendasarkannya pada semangat bersyukur dan kasih,
104
sedang
Kuntowijoyo mengistilahkan kepemimpinan spiritual sebagai bentuk
kepemimpinan yang membawa dan mengemban visi dan misi suci sebagai
panggilan religius (ketuhanan) mengandung tiga komponen, : yaitu: Emansipasi/
humanisasi, Liberalisasi dan transendensi atau pencerahan, pembebasan dan
spiritualisasi.
105
Peran dari SQ menjadi lebih penting daripada peran IQ dan EQ, SQ
adalah kecerdasan yang bertumpu pada bagian terdalam dalam sebuah
komunitas. Menurut James K. Fleet menyebutkan ; The inner spirit atau The
hidden power, SQ berhubungan dengan kearifan diuar ego atau kesadaran jiwa,
SQ bukan hanya berupa kemampuan mengetahui dan menjalankan nilai, tetapi
secara kratif akan mampu menemukan nilai-nilai baru, SQ adalah landasan yang
kuat untuk kecerdasan religious, maksudnya dengan SQ.; seorang pemimpin akan
jauh lebih cerdas menjalankan agamanya bahkan ia akan mampu membangun
kehidupan menjadi luar biasa diluar jangkauan rasionalnya, dengan SQ.; Mampu
103
Hendricks dan Ludeman, The Corporate Mystics: A Guidbook for Visionarities with
Their Feel on the Ground, New York: Bantam Books, 2002, 188.
104
Tjahyono, Harry, Kepemimpinan Dimensi Keempat, Selamat Tinggal krisis
Kepemimpinan, Jakarta: Elek Media komputindo, 2003, 97.
105
Kuntowijiyo, Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi, Bandung: Mizan, 1991, 89.
86
melihat kesatuan dibalik perbedaan, potensi dibalik kenyataan. Maka dalam
konteks ini kepemimpinan spiritual melalui pola pikir holistik berbasis
kecerdasan spiritual sangat diperlukan, guna: a) menangkap makna dari konteks,
b) berfikir cepat dan holistik dalam menyelesaikan masalah, c) berfikir kreatif, d)
bertindak heroik, e) Menangkap pesan dari nurani, dan f) keberanian melakukan
perubahan.
106
Dari beberapa pengertian diatas, maka kepemimpinan spiritual yang
dimaksud adalah kepemimpinan yang beretikakan agama (islam), yang bukan
semata-mata etika yang dieksplorasi dari keyakinan religius, namun juga berasal
dari pengalaman spiritual seseorang pemimpin dalam keseharian berbentuk
agama yang biasa berkait erat dengan spiritualitas yang terorganisir dan meliputi
peraturan, keimanan bahkan tradisi. Etika religius merupakan prinsip moral yang
berbasiskan akan perilaku etis Tuhan terhadap hamban-Nya, Perilaku etis
manusia terhadap Tuhan serta perilaku etis manusia terhadap sesamanya.
3. Karakteristik Kepemimpinan Keagamaan
Telah dijelaskan dimuka bahwa kepemimpinan spiritual dinyatakan
identik secara tujuan, perilaku maupun karakternya dengan model kepemimpian
profetik, maka tidak berlebihan jika corak kememimpinannya kemudian disebut
sebagai kepemimpinan keagamaan karena disamping itu, kepemimpinan
keagamaan merupakan konsep kepemimpinan yang mendasarkan pada
paradigma, konsep dan karakteristik kecerdasan spiritual disamping
106
Bufferik Manullang dan Milfayetti, Kepemimpinan pedagogik (Membangun karakter
Sumber Daya Manusia), Medan: Program Pascasarjana Unimed, 2006, 52.
87
mendasarkan diri pada konsep kepemimpinan profetik yang lebih dominan pada
aspek perilaku dan jatidiri rasul yang Sidiq, Amanah , Tabligh dan Fathonah.
Hal tersebut juga didasari oleh adanya gabungan pendekatan kekuatan
penggerak kepemimpinan, seperti; intelektual, emosional dan spiritual yang
berciri khas didalamnya mencakup komponen kecerdasan emosional berupa
kebugaran dan kejujuran emosi sebagaimana komponen kecerdasan emosional
oleh Cooper adalah; Kebugaran Emosi, Kejujuran emosi, sikap Holistik dan
Ketulusan.
107
a. Kebugaran Emosi
Kebugaran emosi merupakan kemampuan seseorang dalam mengatur
dan menata suasana hati agar dapat mempertahankan sukacita dalam
melaksanakan pekerjaan dan tugasnya, ini berhubungan erat dengan
kemampuan pengendalian diri, menjaga hati agar tidak mudah dipengaruhi /
dirusak oleh adanya gangguan dari luar.
108
Apabila seseorang telah
mempunyai kebugaran emosi ia akan mempunyai kemampuan mengelola dan
menikmati suasana hati, oleh karenanya tidak akan mudah dirusak oleh
situasai disekitarnya, ketenangan akan dimilikinya meski muncul cemoohan
bahkan ejekan dari sejawat bahkan atasanya.
Dengan adanya kebugaran emosi seorang pemimpin akan mudah
mendapatkan ispirasi dalam meningkatkan kinerjanya, jikapun kegagalan
yang didapatkan ia akan mudah memaafkan diri dan orang disekitarnya.
107
Robert K. Cooper dan Ayman Swaf, Executive EQ; Emotional Intellegence in
Leadership and Organization, alih bahasa Alex Tri Kancono Widodo, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2002, 110.
108
Robert K. Cooper dan Ayman Swaf, Executive EQ; Emotional Intellegence in
Leadership and Organization, 113.
88
Kebugaran ini akan mendukung munculnya antusiasme dan keuletan
konstruktif dalam menghadapi tantangan dan perubahan yang akan muncul,
sebagaimana Cooper menyatakan; Kebugaran emosi mencakup; penampilan
autentik yang akan menimbulkan kebenaran emosional dalam hatinya, radius
kepercayaan yang membawa positif tingking pada diri dan orang lain,
ketidakpuasan konstruktif akan memunculkan kreatifitas dan solusi setelah
mengoreksi, pembaharuan dan ketangguhan.
109
b. Kejujuran Emosi
Jenis kejujuran ini adalah adanya kemampuan seseorang dalam
mendengarkan suasana hati, kejujuran pada emosinya. Sikap jujur ini
menuntut kemampuan diri dalam mendengarkan perasaan akan kebenaran
yang berasal dari hati dan kecerdasan emosional. Kejujuran emosi ini
diperlukan bukan hanya untuk orang lain tetapi juga untuk dirinya sendiri, ia
akan menghormati kebijakan yang berasal dari hati maupun yang berasal dari
kepalanya agar mampu mengambil keputusan yang diyakini tepat sasaran.
110
Bersikap jujur secara emosi bagi seorang pemimpin harus
mendengarkan perasaannya secara kuat yang berasal dari kebenaran yang
berasal dari hati yang terdalam dan berpusat dari pusat emosional, maka
harus dihubungkan dengan intuisi dan kecerdasannya sekaligus
merefleksikannya bertindak sebagaimana pusat hatinya.
111
109
Robert K. Cooper dan Ayman Swaf, Executive EQ; Emotional Intellegence in
Leadership and Organization, 114.
110
Bufferik Manullang dan Milfayetti, Kepemimpinan pedagogik (Membangun karakter
Sumber Daya Manusia), Medan: Program Pascasarjana Unimed, 2006, 35.
111
Robert K. Cooper dan Ayman Swaf, Executive EQ; Emotional Intellegence in
Leadership , 5.
89
c. Sikap Holistik
Perilaku menyeluruh disini merupakan bagian dari kecerdasan
spiritual, Goleman menyatakan bahwa kecerdasan spiritual/SQ sudah ada
didalam kecerdasan emosional/EQ,
112
sedangkan menurut Zohar IQ dan EQ
baru akan akan berperan dan bekerja secara efektf apabila seseorang mampu
menjalankan SQ. SQ adalah kemampuan internal yang bersifat bawaan otak
dan jiwa setiap manusia yang sumber terdalamnya adalah inti alam semesta
itu sendiri.
113
Dalam kepemimpinan, kecerdasan spiritual dapat dipergunakan untuk
menghadapi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan nilai (value),
Ia juga berarti kecerdasan untuk menempatkan perilaku kepemimpinan
dalam konteks yang lebih luas dan kaya, karenanya dengan SQ seseorang
akan mampu melihat apakah jalan hidup atau tindakan seseorang akan
mempunyai makna yang lebih dibandingkan yang dimiliki orang lain, dengan
SQ seseorang menjadi lebih kreatif dalam mengubah situasi dan aturan
disamping akan dipunyainya kemampuan membedakan serta ikatan akan
moral karenanya akan mampu menyesuaikan aturan yang kaku dengan dasar
cinta dan pemahaman sesuai batasannya, dengan SQ mampu menjadikan
pemimpin yang utuh, menyeluruh (holistik) secara intelektual, emosional dan
spiritual dengan tetap mengutamakan kebermaknaan yang lebih besar,
112
Daniel Goleman, Emotional intelligence, alih bahasa T. Hermaya, Jakarta: Gramedia
Pustaka utama, 2005, 61.
113
Zohar dan Marshall, SQ; Spiritual Intellegence, The Ultimate Intellegence, London:
Bloomsbury, 2000, 52.
90
menjaga keselarasan hubungan diri, orang lain, kelompoknya, alam maupun
dengan Tuhannya.
114
d. Ketulusan
Semua orang akan menyukai prilaku tulus, karena dengan sikap ini
orang lain akan merasa aman, merasa dihargai karena merasa yakin tidak
akan dibodohi dan dibohongi, ketulusan akan menciptakan seseorang
mengatakan kebenaran, tidak mengada-ada ataupun tidak akan
memutarbalikkan fakta, ketulusan tidak berarti menciptakan keluguan yang
dapat merugikan diri bahkan orang lain.
Demikian juga dalam kepemimpinan spiritrual, seorang pemimpin
sangat memerlukan ketulusan, sehingga akan bersemangat, berkomitmen
tinggi dalam mendorong, mengajak atau mempengaruhi bawahannya untuk
menciptakan team work yang tangguh yang bersumber dari sifat internal
nurani sang pemimpin, Motivasi utamanya bukan memperoleh penghasilan,
tetapi lebih pada prosesnya bahwa ia mampu melakukan yang terbaik dalam
hidup dan pekerjaannya.
115
Ketulusan dalam kepemimpinan spiritual
didukung oleh adanya otak dan rasa dalam dadanya dalam mengambil
keputusan yang arif dan bijaksana yang akhirnya dapat diterima dan
menguntungkan semua fihak.
114
Bufferik Manullang dan Milfayetti, Kepemimpinan , 48.
115
Bufferik Manullang dan Milfayetti, Kepemimpinan , 70.
91
4. Kepemimpinan Spiritual Penyempurna Model Kepemimpinan Lainnya
Karakteristik kepemimpinan spiritual yang berbasis etika
religius antara lain: kejujuran hati, fairness, pengenalan diri sendiri,
fokus pada amal shaleh, spiritualisme yang tidak dogmatis, bekerja
lebih efisien, membangkitkan yang terbaik dalam diri sendiri dan orang
lain, keterbukaan menerima perubahan, disiplin tetapi tetap fleksibel, santai
dan cerdas, dan kerendahan hati.
Penelitian yang dilakukan Fry, Vitucci, Cedillo, menguji model
kausal spiritual leadership theory dengan hipotesis : terdapat hubungan
positif antara kualitas spiritual leadership, spiritual survival dengan
komitmen dan produktivitas organisasi. Kesimpulan penelitian
Memberikan dukungan yang kuat terhadap spiritual leadership theory dan
pengukurannya. Terdapat hubungan yang positif antara kualitas spiritual
leadership, spiritual survival dengan komitmen dan produktivitas
organisasi.Spiritual leadership theory merupakan paradigma baru bagi teori
kepemimpinan, penelitian dan praktek yang dapat memperluas teori
transformasional dan karismatik melalui etika dan nilai-nilai berdasar teori-
teori.
116
Penelitian yang dilakukan Hennesey menyimpulkan bahwa
kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap kinerja
116
Fry Louis W, Vitucci Steve, Cedillo Marie. 2005. Spiritual Leadership and Army
Transformation: Theory, Measurement, and Establishing a Baseline, Leadership Quartely,
Greenwich, Oct. Vol. 16, Iss. 5; 835.
92
organisasi.
117
Penelitian yang dilakukan Koene, et al., menguji gaya
kepemimpinan yang berbeda terhadap dua pengukuran kinerja finansial
dan tiga iklim organisasi pada 50 toko supermarket di Netherlands.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kepemimpinan lokal berpengaruh
terhadap kinerja finansial dan iklim organisasi. Kepemimpinan
kharismatik dan perilaku konsideransi mempunyai dampak terhadap
iklim dan kinerja finansial. Kepemimpinan yang berorientasi tugas tidak
mempunyai dampak terhadap kinerja finansial atau iklim organisasi, di toko
besar maupun kecil.
118
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Chen tentang dampak
kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap kinerja melalui survei pada
manufaktur dan organisasi jasa di Taiwan menyimpulkan bahwa
kepemimpinan dengan budaya inovasi berpengaruh positif terhadap
komitmen organisasi. Komitmen organisasi memediasi hubungan antara
perilaku kepemimpinan transformasional dan kinerja, serta budaya
birokrasi.
119
117
J. Thomas Jr. Hennessey, 1988. Reinventing Goverment: Does Leadership make the
difference?, Public Administration Review, Vol. 58, No. 6, 522532.
118
Bas A.S. Koene, Vogeelar, Ad LW., Soeters, Joseph L. 2002. Leadership Effects on
Organizational Climate and Financial Performance: Local Leadership Effectin Chain
Organizations, Leadership Quartely, ISSN:1048-9843, Vol. 13, Iss:3, 193.
119
Li Yueh Chen, 2004. Examining the Effect of Organization Culture and Leadership
Behaviors on Organizational Commitment, Job Satisfaction, and Job Performance at Small and
Middle-sized Firms of Taiwan, Journal of American Academy of Business, Cambridge, Vol. 5,
Issue 1/2, .432
93
Inti dari beberapa penelitian tersebut adalah adanya kesefahaman yang
dapat dipertanggungjawabkan akan adanya hubungan yang saling mendukung
antara model kepemimpinan spiritual yang berbasiskan pada budaya, moral
etik serta keagamaan seorang pemimpin yang pada akhirnya menghasilkan
produktifitas kinerja, dukungan moral dan memunculkan pengakuan akan
karismatiknya seorang pemimpin sehingga membawa peningkatan hasil
capaian atas kerja sama diantara pemimpin, lingkungan kerja dan para
bawahannya.
Dalam berbagai studi tentang manajemen dan kepemimpinan terdapat
berbagai macam model kepemimpinan.
120
Namun demikian, sebagai
perbandingan penulis hanya mengemukakan model-model kepemimpinan
berdasarkan perspektif etis dan motivasi perilaku kepemimpinan, yaitu
kepemimpinan tranksaksional, kepemimpinan transformasional,
kepemimpinan Pancasila dan kepemimpinan spitirual yang telah
dikemukakan sebelumnya.
Kepemimpinan spiritual juga merupakan kepemimpinan yang
sangat menjaga nilai-nilai etis dan menjunjung tinggi nilai-nilai spiritual.
Terdapat Perbedaan antara kepemimpinan transaksional, transformasional
dengan kepemimpinan spiritual Jika dicermati secara mendalam, maka akan
muncul perbedaan pola kepemimpinan spiritual dengan kepemimpinan
lainnya, seperti tabel berikut :
120
Paul Hersey and Kenneth H Blanchard, Management of Organization Behavior :
Utiliszing Human Resources, Alih bahasa Agus Dharma, Jakarta: Erlangga, 1982, 297.
94
Tabel 2.1. Perbedaan Pola Kepemimpinan
Uraian
Kepemimpinan
Transaksional
Kepemimpinan
Transformasional
Kepemimpinan
Pancasila
Kepemimpinan
Spiritual
Hakekat
Kepemimpi
nan
Fasilitas,Keperc
ayaan Manusia
(bawaan)
Amanah dari
sesama manusia
Kepercayaan
Manusia dengan
demokrasi
Ujian, Amanah
dari Tuhan dan
Manusia
Fungsi
Kepemimpi
nan
Membesarkan
diri dan
kelompoknya
atas biaya orang
lain melalui
kekuasaan
Memberdayakan
pengikut dengan
kekuasaan,
keahlian dan
keteladanan
Memberdayakan
pengikut dengan
kekuasaan dan
keahlian
Memberdayakan
dan
mencerahkan
iman dan hati
nurani melalui
jihad dan amal
solih
Etos
Kepemimpi
nan
Mendedikasikan
kepada manusia
untuk
memperoleh
imbalan
Mendedikasikan
kepada sesame
untuk hidup
bersama yang lebih
baik
Mendedikasikan
kepada sesama
dan Tuhannya
dengan kerelaan
Mendedikasikan
kepada Tuhan
dan manusia
tanpa pamrih
Sasaran
Tindakan
Kepemimpi
nan
Pikiran dan
tindakan kasat
mata
Pikiran dan hati
nurani
Akal budi dan
spiritualitas
Spriritualitas
dan nurani
Dalam
mempenga
ruhi yang
dipimpin
Posisi dan
Kekuasaan
Kekuasaan keahlian
dan kekuasaan
referensi
Keteladanan dan
nurani
Hati nurani dan
keteladanan
Cara
mempenga
ruhi
Menaklukkan
jiwa dan
membangun
wibawa melalui
kekuasaan
Membangun
kebersamaan
Menarik simpati
dan membangun
image
Menenangkan
jiwa dan
membangkitkan
iman
Target
Kepemimpi
nan
Membangun
jaringan
kekuasaan
Membangun
kebersamaan
Mendorong,
menuntun, dan
membimbing
Membangun
kasih, menabur
kebajikan dan
menyalurkan
rahmat Tuhan
Sumber : Tobroni, The spiritual leadership dan Husaini Usman, Manajemen
Teori, Praktik dan Riset Pendidikan
Dengan membaca dan memahami tabel diatas, maka dapat difahami
bahwa, terdapat 7 (tujuh) Aspek dalam memandang pola kepemimpinan yang
ada, yaitu: pertama dari sisi hakekat kepemimpinan terdapat kemiripan
antara kepemimpinan transformasional dengan kepemimpinan spiritual
95
dimana kepemimpinan merupakan amanah, sedangkan kepemimpinan
Pancasla terdapat kecenderungan searah dengan kepemimpinan
Transaksional jika dipandang dari hakekat kepemimpinan itu bersember pada
kepercayaan manusia, hanya pada kepemimpinan Transaksional menganggap
kepemimpinan merupakan bawaah manusia. Kedua dari sisi fungsi
kepemimpinan, model kepemimpinan Tranformasional dan kepemimpinan
Pancasila mempunyai arah yag sama dalam memberdayakan pengikutnya,
sedangkan pada kepemimpinan Spiritual lebih mendalam pada pencerahan
iman dan amal solih. Ketiga, dari sisi etos kepemimpinan keempat jenis
kepemimpinan diatas sama-sama bertujuan mendedikasikan diri pada
manusia atau sesama, bedanya hanya pada kepemimpinan Spiritual lebih
menekankan pada Tuhannya dan pada kepemimpiinan Transaksional lebih
menekankan tujuan pada imbalan duniawi, keempat Apabila dipandang dari
sisi sasaran tindakan kepemimpinan, maka pada jenis kepemimpinan
Pancasila dan kepemimpinan Spiritual meski keduanya berujung pada
spriritualitas tetapi pada kepemimpinan spiritual mendahulukan spriritualitas
dan pada kepemimpinan Pancasila mengedepankan akal budi. Kelima pada
konteks mempengaruhi arah yang dipimpin, maka pada jenis kepemimpinan
Transformasional dan transaksional berujung pada kekuasaan hanya titik
beratnya yang berbeda, keenam, pada segi cara mempengaruhi pada jenis
kepemimpinan transformasional mengutamakan kebersamaan sedangkan
pada jenis kepemimpinan spiritualitas mengupayakan upaya menarik simpati
dan membangkitkan keimanan sedangkan pada kepemimpinan transaksional
96
berupaya menaklukkan jiwa serta membangun wibawa melalui kekuasaan,
dan ketujuh, pada segi target kepemimpinan, masing-masing pada
kepemimpinan Transaksional hanya mengupayakan jaringan kekuasaan, pada
kepemimpinan Transformasional membangun kebersamaan, pada
kepemimpinan Pancasila terdapat upaya Mendorong, menuntun, dan
membimbing sedangkan pada jenis kepemimpinan Spritualitas lebih pada
upaya membangun kasih, menabur kebajikan dan menyalurkan rahmat
Tuhan.
97
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pengertian
Terdapat banyak pengertian tentang metode, secara sederhana dapat
diartikan sebagai upaya manusia dalam bersikap, karenanya banyak tokoh yang
berpendapat tentang definisi metode, Metode dapat berupa proses, prinsip dan
prosedur yang akan digunakan dalam rangka mencari jawaban, dapat juga
diartikan sebagai suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian,
1
Sedangkan menurut Dawson, Metode penelitian adalah alat yang digunakan
untuk mengumpulkan data oleh seorang peneliti.
2
Berbeda dengan dawson,
Furchan mendefinisikan metode penelitian sebagai strategi umum yang dianut
dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab persoalan
yang dihadapi. Ini adalah rencana pemecahan bagi persoalan yang sedang di
selidiki.
3
Dari beberapa pendapat diatas maka peneliti mendefinisikan metode
penelitian sebagai bagian yang tak terpisahkan dari upaya seseorang dalam
menemukan jawaban atas prasangka prasangka ilmiah sehingga akan
memunculkan langkah strategis dalam mencapainya.
1
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2010, 145.
2
Catherine Dawson, Metodologi Penelitian Praktis, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001, 29.
3
Arief Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1982,
50.
98
B. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian merupakan tempat penulis dapat menangkap
keadaan yang sebenarnya dari objek yang penulis teliti dalam rangka
memperoleh data. Agar data yang diperoleh lebih akurat, maka penulis
memilih sekaligus menetapkan tempat yang memungkinkan dalam upaya
menggali keterangan atau data yang dibutuhkan dengan pertimbangan agar dapat
memperoleh kemudahan dalam pengambilan data yang sesuai dengan tema
penelitian.
Adapun lokasi penelitian yang dijadikan sebagai tempat untuk
penelitian ini adalah pada SMP Negeri 4 Salatiga dan SMK N Tengaran Kab
Semarang dimana Drs. KH. Saliminuddin menjadi kepala sekolahnya
Peneliti menjadikan lokasi penelitian di sekolah itu karena ; pertama
karena kedua Lembaga tersebut adalah sebagai induk Lembaga dimana Kepala
sekolahnya menjadi subyek penelitian, kedua dua lembaga tertersebut telah
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari simbol sekolah yang representatif di
daerahnya, baik kota Salatiga maupun kabupaten Semarang. ketiga bukti
keberhasilan dan image tadi bersumber dari kiprah kepemimpinannya sehingga
dapat dinyatakan bahwa: dimanapun kepala sekolah itu berada, maka disitulah
terjadi kemajuan yang pesat, keempat keduanya berasal dan berlatar belakang
pendidikan Keagamaan yakni STAIN Salatiga.
99
C. Jenis Penelitian
Sehubungan dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti, maka
jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif.
Dengan menggunakan metode pendekatan deskriptif, dimana penulis
menggambarkan bagaimana Profil Kepemimpinan Kepala Sekolah yang berlatar
belakang Pendidikan Keagamaan (Studi Kasus Kepala SMP N 4 Kota Salatiga
dan Kepala SMK N Tengaran Kab. Semarang).
Adapun alasan penelitian menggunakan jenis penelitian kualitatif,
karena fokus penelitian yang akan dilakukan adalah interaksi langsung dengan
pimpinan puncak yakni kepala sekolah pada SMP N 4 Salatiga dan SMK
Negeri Kabupaten Semarang.
D. Subjek Penelitian
Penentuan subjek penelitian menggunakan model purposif sampling
atau sampel bertujuan yaitu sampel yang dilakukan dengan cara mengambil
subjek bukan berdasarkan atas strata tetapi adanya tujuan tertentu
4
. Teknik ini
biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan antara lain karena
keterbatasan waktu, tenaga dan biaya sehingga tidak bisa mengambil jumlah
sampel dengan jumlah besar.
Adapun sampel yang diambil peneliti sebanyak tiga kategori:
1. Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 (SMP N) Kota Salatiga (1
orang) yaitu Bapak Drs. H. Munadzir, M.Si.
4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian. Jakarta: Bina Aksara, 1998, 117.
100
2. Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMK N) kabupaten Semarang
(1 orang) yaitu Bapak Drs. KH. Saliminuddin.
3. Wakil Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 (SMP N) kota Salatiga
(1 orang) yaitu M. Budi Wibowo, S.Pd .
4. Wakil Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMK N) kab. Semarang
(1 orang) yaitu Joko Sukamto, ST, M.Eng.
5. Guru Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 (SMP N) kota Salatiga (1 orang)
yaitu Drs. SB. Hariyanto.
6. Guru Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMK N) kabupaten Semarang (1
orang) yaitu Bapak Widiyanto, ST.
7. Satpam Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 (SMP N) kota Salatiga (1
orang) yaitu Bpk Sutrisno.
8. Satpam Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMK N) kabupaten Semarang
(1 orang) yaitu Bapak Slamet Widodo.
9. Pengurus OSIS Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 (SMP N) Kota Salatiga
(1 orang) yaitu Sdri Lina Jali Petaya.
10. Pengurus OSIS Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMK N) Kabupaten
Semarang (1 orang) yaitu M. Agus.
11. Komite Sekolah Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 (SMP N) Kota Salatiga
(1 orang) yaitu Bpk Ashuri.
12. Komite Sekolah Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMK N) Kabupaten
Semarang (1 orang) yaitu Bapak H Moh Zuhri.
Jadi sampel yang diambil oleh peneliti sebanyak 12 orang yang benar-
benar mengerti tentang Profil Kepala sekolah di dua Lembaga tersebut.
101
E. Data dan Sumber Data
1. Data
a. Data Primer
Data ini berupa data yang di peroleh langsung dari orang
atau pimpinan dan informasi yang sengaja dipilih oleh peneliti untuk
memperoleh data-data atau informasi yang ada relevansinya dengan
permasalahan ini.
Adapun yang menjadi sumber data primer adalah sebagai berikut:
1) Kepala Sekolah SMP N 4 Kota Salatiga.
2) Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMK N) kabupaten
Semarang.
3) Wakil Kepala Sekolah SMP N 4 Salatiga .
4) Wakil Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMK N)
Kabupaten Semarang .
5) Salah satu Guru SMP N 4 Salatiga.
6) Guru SMK N Tengaran.
7) Satpam SMP N 4 Salatiga.
8) Satpam SMK N Tengaran.
9) Pengurus OSIS atau alumni SMP N 4 Salatiga.
10) Pengurus OSIS atau alumni SMK N Tengaran.
11) Komite Sekolah SMP N 4 Salatiga.
12) Komite Sekolah SMK N Tengaran.
102
b. Data Sekunder
Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari dokumen-
dokumen resmi dan arsip-arsip baik SMP N kota Salatiga maupun SMK
N kabupaten Semarang .
2. Sumber Data
Sumber data merupakan data-data sebagai penunjang atau acuan
dalam penelitian ini yang memiliki peran yang sangat penting dalam suatu
penelitian, khususnya sebagai alat atau teknik yang dapat digunakan untuk
memperoleh data dalam penelitian. Oleh karena itu berdasarkan jenis
datanya, data sebuah penelitian dapat berupa: a). Kata dan tindakan, b).
Sumber tertulis, c). Foto dan d). Data statistik
5
a. Kata-kata dan Tindakan
Kata-kata dan tindakan orang yang diamati atau diwawancarai
merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui
catatan tertulis.
b. Data Tertulis
Data tertulis merupakan sumber data yang diambil melalui data-data
buku, majalah i l mi ah sumber dari skripsi, dokumen dan lain-lain. Dari
data tersebut diatas peneliti dapat memperoleh data informasi yang
berkaitan sebagai bahan penelitian, seperti informasi tentang lingkaran
keluarga yang diteliti.
5
Lexy J, Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi revisi), Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011, 157.
103
F. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data penelitian memiliki peran yang sangat
penting dalam suatu penelitian, khususnya sebagai alat atau teknik yang dapat
digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian. Menurut Patton, metode
kualitatif dalam mengumpulkan data dibagi menjadi tiga; 1) Wawancara
mendalam dengan format pertanyaan terbuka, 2) Observasi langsung dan 3)
Pemanfaatan dokumen tertulis.
6
Dalam rangka menentukan kecenderungan gaya dan tipe pemimpin
contohnya, pengumpulan data yang diterapkan dalam penelitian ini,
Karenanya metode yang oleh Moleong disebut dengan teknik penelitian dan
pengumpulan datanya telah disebut diatas, maka metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah adalah; Pengamatan, wawancara, dan dokumentasi.
7
Sejalan dengan Moleong, Patton lebih merincikan bahwa metode kualitatif
dalam mengumpulkan data dibagi menjadi tiga; 1) Wawancara mendalam dengan
format pertanyaan terbuka, 2) Observasi langsung dan 3) Pemanfaatan dokumen
tertulis.
8
1. Observasi
Observasi adalah cara terjun langsung ke lapangan atau ke suatu
tempat dengan melihat fenomena yang ada hubungannya dengan
masalah yang dipaparkan melalui pengamatan dan pencatatan. Metode
observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan
6
Michael Quinn Patton, Metode Evaluasi Kualitatif, Yogyakarta: Pustaka pelajar, 1991, 1.
7
Lexy J, Moleong, Metodologi , 157.
8
Michael Quinn Patton, Metode Evaluasi , 1.
104
menggunakan panca indera mata dan dibantu dengan panca indera
lainnya.
9
Marshall menyatakan bahwa, Through observation, the
researcher learn about behavior and the meaning attached to those
behavior. Melalui observasi, penulis belajar tentang perilaku, dan makna
dari perilaku tersebut.
10
Kegiatan pegamatan atau disebut sebagai observasi adalah dapat
berupa, pertama bentuk kegiatan peneliti dengan mengamati secara terjun
langsung ke lapangan atau ke sekolah sehingga peneliti ikut aktif didalamnya
langsung melihat fenomena yang ada hubungannya dengan masalah
yang dipaparkan melalui pengamatan dan pencatatan, dalam hal ini Moleong
menyebutnya sebagai pengamatan berperan serta, sehingga peran peneliti
multi fungsi, yakni ; Berperan serta secara lengkap, dimana pengamat yang
secara utuh dan menjadi anggota peneliti, pemeranserta sebagai pengamat
(peneliti sebagai pemeranserta juga pengamat, Pengamat sebagai
pemeranserta (anggota tak penuh), dan Pengamat penuh, kedua bentuk
pengamatan tanpa berperan serta, sehingga peneliti hanya berlaku sebagai
pengamat, ia juga yang membagi pengamatan menjadi pengamatan terbuka
yakni jenis pengamatan yang jelas diketahui oleh subyek dan pegamatan
tertutup yang subyeknya tidak mengetahui, karena peristiwanya terjadi
ditempat umum, Moleong melihat adanya jenis pengamatan jika dilihat dari
latarnya, yakni Berlatar alamiah atau disebut dengan pengamatan tak
9
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial, Surabaya: Airlangga University Press,
2001, 142.
10
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D, Bandung: Alfabeta, 2007, 310.
105
terstruktur yang menurut penilaiannya lebih cocok pada jenis penelitian
kualitatif dan berlatar buatan atau terstruktur yang lebih cocok dalam
pembuatan eksperimen,
11
sependapat dengan moleong, Mulyana juga lebih
mengiyakan tentang cocoknya pengamatan tak terstruktur sebagai setting
penelitian kualitatif dan ia menamakannya sebagai penelitian naturalistik.
12
Dari uraian diatas, maka pengamatan dibagi menjadi lima
13
, yakni jika
dilihat dari :
a. Peranan pengamat yang diamati, dibagi menjadi dua, 1) Pengamatan
sebagian dan 2) Pengamatan oleh orang luar, pada sisi ini peneliti
cenderung menggunakan kedua jenis tersebut, dalam rangka
mengumpulkan data yang lengkap akurat dan lebih dapat
dipertanggungjawabkan.
b. Gambaran peran peneliti, dibagi menjadi dua: pengamatan terbuka dan
pengamatan tertutup, meski terdapat tokoh yang tidak menerima model
pengamatan tertutup,
14
namun agar diperoleh pembanding yang membuat
hasil penelitian lebih obyektif maka dalam penelitian ini penulis masih
menggunakannya.
c. Maksud pengamat, dibagi menjadi dua, 1) Subyek diberitahu maksud dan
tujuan pengamatan secara gambling, 2) Subyek diberitahu maksud dan
tujuan pengamatan secara samar karena ada hal yang juga perlu
disembunyikan, dalam penelitian yang dilakukan kali ini, untuk
11
Moleong, Metodologi , 176.
12
Mulyana, Metodologi , 159.
13
Moleong, Metodologi , 179.
14
Patton, Metode Evaluasi Kualitatif, 127.
106
melengkapi informasi menggunakan kedua-duanya, baik pada aspek
gambaran maupun maksud peneliti.
d. Waktu, pengamatan terbagi menjadui dua, 1) Pengamatan yang dilakukan
pada waktu yang singkat , satu atau dua jam tapi dilakukan berulang, dan
2) Pengamatan dengan memerlukan waktu yang lama, berbulan-bulan atau
bahkan pengamatan yang memerlukan waktu bertahun-tahun yang lazim
disebut pengamatan berganda, tentunya kita memilih waktu yang singkat
jika informasi dapat digali dengan itu, namun karena subyek peneliti
sudah dikenal lama oleh peneliti, maka berarti peneliti juga melakukan
jenis yang kedua yakni memanfaatkan waktu yang lama.
e. Fokus, pengamatan dibagi menjadi dua, 1) Fokus pengamatan yang sempit
dan 2) fokus studi yang luas dimana peneliti memandang materi
pengamatan secara holistik yang mencakup seluruh latar dengan
menyertakan unsur-unsurnya, fokus kedua inilah yang ditempuh oleh
peneliti, yakni pengamatan terfokus pada pihak kepala sekolah
sebagai pemimpin puncak baik di SMP N 4 kota Salatiga maupun SMK N
kab Tengaran kab Semarang dengan tetap mengamati semua latar dan
semua unsurnya.
Berhubungan dengan alat observasi, maka kita mengenal banyak hal,
diantaranya adalah Handycame, Tape Recorder, HP dan buku catatan,
karena buku catatan yang digunakan peneliti secara dominan, maka perlu
dicermati beberapa hal, yakni:
a) Catatan lapangan berupa catatan pokok yang ditulis dirumah dari
107
adanya catatan yang dibuat dilapangan yang dibuat sangat singkat,
dapat berupa kata inti, frase, gambar, sketsa, diagram juga sosiogram.
Catatan ini menurut Bogdam dan Biklen adalah catatan yang
didengar, dilihat, dialami dan dipikirkan dalam mengumpulkan data
dan refleksinya,
15
sedan menurut dawson aspek catatan mencakup
informasi, metode, kesan dan peran peneliti terhadap informan.
16
b) Buku harian pengalaman lapangan yang harus diisi setiap hari yang
dapat diambil dari cacatan lapangan.
c) Catatan kronologis, baik yang berlaku satu hari saja (hemerograf)
atau beberapa hari
d) Peta konteks, gambaran latar penelitian dan posisi subyek serta
perubahan-perubahanya, kadang di Ruang kerja kepala, di unit
produksi dan atau luar ruangan
e) Jadwal yang meliputi Tempat, Kapan dan siapa yang diamati,
f) Sosiometrik yang mencakup sobyek bicara dengan siapa dan tentang
apa.
g) Balikan dengan kuesioner yang diisi sendiri oleh peneliti sebagai
bahan pengecekan.
h) Elektronika yang disembunyikan.
i) Daftar cek sebagai pengingat agar semua aspek informasi telah
diperoleh atau belum, dan
15
Moleong, Metodologi , 209.
16
Mulyana, Metodologi ..., 131.
108
j) Alat topeng steno.
17
Adapun observasi yang dilakukan penulis termasuk dalam jenis
observasi partisipasif. Yaitu penulis terlibat langsung dengan kegiatan
sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai
sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, penulis ikut
melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data.
Dalam metode observasi ini penulis tidak hanya mengamati obyek
studi tetapi juga mencatat hal-hal yang terdapat pada obyek tersebut.
Selain itu metode ini penulis gunakan untuk mendapatkan data tentang
situasi dan kondisi secara universal dari obyek penelitian, yakni potret atau
sosok kepala sekolah yang berlatar belakang pendidikan Keagamaan baik di
SMP N 4 Salatiga maupun SMK N Tengaran, tentunya disamping data tentang
letak geografis/lokasi sekolah, kondisi sarana prasarana juga struktur
organisasinya.
Dalam hal ini, pengamatan terfokus pada pihak Kepala sekolah
baik di SMP N 4 Salatiga maupun SMKN Tengaran kab Semarang.
2. Wawancara
Wawancara merupakan bentuk komunikasi antara dua orang,
melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang
lainnya dengan mangajukan beberapa pertanyaan dan dengan tujuan tertentu,
adapun bentuk wawancaranya dapat terstruktur atau baku, maupun tak
17
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 131.
109
terstruktur disebut sebagai wawancara mendalam, intensif, kualitatif, terbuka,
dan wawancara etnografis.
18
Wawancara yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian. Wawancara juga diartikan sebagai cara untuk memperoleh data
dengan mengadakan tanya jawab langsung dengan obyek penelitian atau
percakapan pewawancara ( interviewer) dengan subyek penelitian atau yang
diwawancarai (interviewee ) yang member jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan yang disampaikan pewawancara, dengan maksud tertentu.
19
Secara konseptual, Patton berpendapat bahwa macam wawancara
ada tiga macam: Pertama, wawancara secara informal, sehingga dapat juga
yang diwawancarai tidak menyadari sedang diadakan wawancarai,
kedua, dengan petunjuk umum, pada saat itu pewawancara membuat
kerangka dan garis-garis pokok yang akan ditanyakan secara acak, ketiga,
Baku terbuka, pewawancara membuat daftar urutan kata baku untuk
mengantisipasi agar hasilnya tidak menjadi bias atau melenceng, pada model
ini biasanya dilakukan jika yang diwawancarai berjumlah banyak.
20
Berbeda
dengan Patton, Guba & Lincoin membagi wawancara menjadi empat, yakni;
a) oleh tim/panel, b) Tertutup dan terbuka, c) Riwayat secara lisan dan d)
Terstruktur dan tidak terstruktur
21
, sedang pada penelitian ini peneliti akan
menggunakan bentuk wawancara tidak terstruktur, yaitu wawancara yang
hanya memuat garis besar pertanyaan yang akan ditanyakan. Kedua,
18
Mulyana, Metodologi , 180.
19
Moleong, Metodologi ,186.
20
Patton, Metode , 186.
21
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 188.
110
wawancara terstruktur, yaitu wawancara yang disusun secara terperinci
sehingga menyerupai chek list yang telah peneliti siapkan.
Namun untuk menjaga formalisasi dalam wawancara maka pada
penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur,
dimana peneliti hanya membawa pedoman wawancara yang memuat
garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan kepada subyek,
sebagaimana prinsip mendasar mewawancarai secara kualitatif adalah
menyediakan kerangka kerja sehingga responden dapat memahami serta
mampu menyatakan pemahaman dengan istilahnya sendiri,
22
karenanya
pewawancara harus; memahami cara yang terbaik untuk mengontak yang
diwawancarai, secara cermat menggunakan alat, pokok-pokok pertanyaan,
telah menetapkan waktu dan telah ditentukan secara pasti siapa, apa dan
dimana akan diadakan wawancara.
23
Adapun pertanyaan yang diajukan
kepada subyek, secara garis akan mengungkap dengan beberapa
pertanyaan dari yang kurang mendalam (pheriperal) sampai pada
pertanyaan yang teramat mendalam (Probing) dalam rangka menggali,
mengklarifikasi/ mencari kesadaran kritis dalam mencari penjelasan yang
bertujuan berupaya menfokuskan kembali jika dalam wawancara terjadi
pembiasan tentang bagaimana Profil Kepemimpinan Kepala sekolah yang
berlatar belakang Pendidikan Keagamaan.
22
Patton, Metode Evaluasi Kualitatif, 185.
23
Moleong , Metodologi Penelitian Kualitatif, 200.
111
3. Dokumentasi
Dokumentasi menurut Suharsimi, yaitu teknik pengumpulan data
dengan membaca dan mencatat dari dokumen-dokumen yang ada dan
didapat dari obyek penelitian.
24
Menurut Moelong, dokumentasi
merupakan bahan tertulis atau film yang berbeda dari record, yang tidak
disiapkan karena permintaan peneliti, dokumen tersebut antara lain hampir
sama dengan data tertulis sebagaimana data- data yang berhubungan sumber
data diatas, yakni foto kegiatan, video kegiatan pembinaan pada rapat,
upacara, serta notulen rapat, dll., dan terbagi menjadi dua, yakni dokumen
pribadi dan dokumen resmi.
25
a. Dokumen Pribadi
Dokumen ini bersisikan tentang tindakan, pengalaman dan
kepercayaannya, ia dapat berupa dokumen yang adanya bukan karena
permintaan atau pesanan peneliti, yaitu ada tiga; buku harian, surat
pribadi dan autobiografi.
b. Dokumen Resmi
Jenis dokumen ini dapat berupa; pertama, dokumen internal
contohnya memo, instruksi, pengumuman, aturan, keputusan kepala serta
risalah atau laporan rapat yang berintikan informasi tentang keadaan,
aturan, displin yang mampu menunjukkan gaya kepemimpinan seseorang,
kedua dokumen eksternal berisi bahan informasi yang didapatkan dari
lembaga sosial dan atau sebuah harian media massa, dokumen ini dapat
24
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta: Bina Aksara, 2000, 134.
25
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 217.
112
juga digunakan sebagai kajian telaah konteks sosial, kepemimpinan serta
kegiatan-kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan.
Metode dokumentasi dapat juga diartikan sebagai metode
pengumpulan data yang digunakan untuk menelusuri data historis.
26
Adapun metode dokumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
Notulen rapat, catatan-catatan, Peraturan tertulis, surat kabar, Foto
kegiatan, Surat Keputusan, Koran yang berkaitan, Data-data guru yang
berhasil dipromosikan dan yang berhubungan langsung dengan penelitian
dalam tesis ini.
Metode penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam
pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab persoalan
yang dihadapi. Ini adalah rencana pemecahan bagi persoalan yang sedang di
selidiki. Didalam metode penelitian terdapat beberapa hal yang penting, yaitu
pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber
data, prosedur pengumpulan data, analisa data, pengecekan keabsahan data,
dan tahap-tahap penelitian.
G. Teknik Analisa Data
Setelah data dikumpulkan, dilakukan analisis data. Untuk menganalisis
data penulis menggunakan riset deskriptif yang bersifat eksploratif. Riset
26
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D, 152.
113
deskriptif yang bersifat eksploratif bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau
status fenomena.
27
Analisis data menurut Patton adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikan kedalam suatu pola satuan ukuran dasar. Adapun proses
analisis data dimulai dengan 1. Menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai
sumber, yaitu wawancara, dokumen resmi, gambar, foto, dan lain-lain. Setelah
dibaca, dipelajari, dan ditelaah kemudian 2. Mengadakan reduksi data yang
dilakukan dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat
rangkuman yang inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga
sehingga tetap berada didalamnya, 3. Menyusunnya dalam satuan-satuan,
kemudian 4. Dikategorikan pada langkah berikutnya. Kategori-kategori itu
dilakukan sambil membuat koding. Tahap akhir dari analisis data ini ialah (5)
Mengadakan pemeriksaan keabsahan data. Setelah selesai tahap ini, mulailah kini
tahap penafsiran data dalam mengolah hasil sementara menjadi teori substantive
dengan menggunakan beberapa metode tertentu.
Dalam hal ini peneliti berupaya menggambarkan kembali data-data yang
telah terkumpul mengenai kepemimpinan kepala sekolah yang berlatar nelakang
pendidikam Keagamaan dalam meningkatkan profesionalitas guru di SMP
Negeri 4 Salatiga dan SMK Negeri Tengaran kabupaten Semarang.
Data itu mungkin telah dikumpulkan dalam aneka macam cara
seperti observasi, wawancara, dokumentasi, tetapi analisis kualitatif
tetap menggunakan kata-kata, yang biasanya disusun ke dalam teks yang
27
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, 245.
114
diperluas. Huberman menjelaskan bahwa analisis kualitatif terdiri dari tiga alur
kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian
data, penarikan kesimpulan atau verifikasi.
28
a. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan tranformasi data
kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi
data bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisis, ia merupakan bagian
dari analisis. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu,
dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga
kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasikan. Dengan cara itu, kita
tidak menepis data yang ada dari konteks dimana data itu terjadi atau
diperoleh.
b. Penyajian Data
Alur penting yang kedua dari kegiatan analisis adalah penyajikan
data. Kami membatasi suatu penyajian sebagai sekumpulan informasi
tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Dengan melihat penyajian-penyajian kita dapat
memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan lebih jauh
menganalisis ataukah mengambil tindakan berdasarkan atas pemahaman
yang didapat dari penyajian-penyajian tersebut.
28
Michael Huberman, Analisa Data Kualitatif, Jakarta: Universitas Indonesia, 1992, 16.
115
c. Menarik Kesimpulan/Verifikasi
Kegiatan analisis ketiga yang penting adalah menarik kesimpulan
atau verifikasi dan permulaan pengumpulan data. Dari permulaan
pengumpulan data, seorang penganalisis kualitatif mulai mencari arti benda-
benda mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang
mungkin alur sebab akibat, dan proposisi. Penarikan kesimpulan dalam
pandangan peneliti hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi
yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasikan selama penelitian
berlangsung.
Dalam pengertian ini, analisis data kualitatif merupakan upaya yang
berlanjut, berulang dan terus menerus. Masalah reduksi data penyajian
data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi menjadi gambaran
keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang
saling susul menyusul. Namun dua hal lainnya itu senantiasa merupakan
bagian dari lapangan.
116
Gambar 3.1.
Komponen-Komponen Analisis Data: Model Air
Gambar 3.2.
Komponen-Komponen Analisis Data: Model Interaktif
117
Tabel 3.3.
PANDUAN PENELITIAN:
PROFIL KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH YANG
BERLATAR BELAKANG PENDIDIKAN KEAGAMAAN
(Studi Kasus Kepala SMP N 4 Kota Salatiga
dan Kepala SMK N Tengaran Kab. Semarang)
PANDUAN WAWANCARA
No SUBYEK TOPIK PANDUAN WAWANCARA
1 Kepala SMP N 4
dan
Kepala SMK N
Gambaran Umum Profil
Kepala SMP N 4 dan
Kepala SMK N
Sejarah awal menjadi Kepala
Latar pendidikannya
Visi pribadi menjadi kepala
Pola Kepemimpinannya
Pandangan terhadap kepala
dan guru lainnya
Pengaruh latar belakang
pendidikan keagamaan
terhadap pola
kepemimpinannya
2 Wakil kepala Manajemen Sekolah Gambaran Umum Sekolah
Visi dan Misi Sekolah
Karakteristik kepemimpinan
kepala sekolah
Pengembangan karir
bawahannya
Respon terhadap pola
kepemimpinannya
Relasi Kepala dengan Orang
Tua Siswa
Respon terhadap faktor
keagamaanya dalam
memimpin
Muatan/pendekatan
keagamaan dalam
kepemimpinan
3 Guru Pengelolaan Sekolah Gambaran Umum tentang
Sarprasar
Karakteristik kepemimpinan
kepala sekolah
Respon terhadap pola
kepemimpinannya
Respon terhadap faktor
keagamaanya dalam
118
No SUBYEK TOPIK PANDUAN WAWANCARA
memimpin
Pengembangan karir
Bawahannya
Suasana religious yang
membawa kepada kemajuan
sekolah
4 Penjaga keamanan Keamanan dan
kenyamanan
Penanaman Visi sekolah
Aktivitas menjaga pada siang
Aktivitas menjaga pada
malam
Respon terhadap pola
kepemimpinannya
Respon terhadap faktor
keagamaanya dalam
memimpin
Pandangan terhadap upaya
pengembangan karir
Suasana religious yang
membawa kepada kemajuan
sekolah
5 Siswa (Pengurus
Kegiatan Intra dan
ekstra kurikuler)
Motivasi dan Aktivitas Motivasi belajar di sekolah
Visi yang ditanamkan kepada
siswa
Pandangan tentang KBM di
sekolah
Keberagamaan siswa di
sekolah
Kegiatan intra dan ekstra
sekolah
Respon terhadap pola
kepemimpinannya Pandangan
kebijakan kepala
dalam melayani
Respon terhadap faktor
keagamaanya dalam
memimpin
Suasana religious yang
membawa kepada kemajuan
sekolah
6 Orang Tua Siswa Dasar Pilihan dan Relasi
dengan sekolah
Alasan Memilih sekolah
Kesan terhadap Pendidikan di
sekolah
Pandangan terhadap
kebijakan kepala dalam
119
No SUBYEK TOPIK PANDUAN WAWANCARA
mengembangkannya
Respon terhadap pola
kepemimpinannya
Respon terhadap faktor
keagamaanya dalam
memimpin
Suasana religious yang
membawa kepada kemajuan
sekolah
7 Masyarakat
Sekitar
Citra dan Aktivitas
Kepala
Relasi sekolah dan kepala
dengan Masyarakat
Pandangan Masyarakat
tentang pola
kepemimipinan kepala
Pandangan tentang Aktivitas
keagamaan kepala
Pandangan pentingya figur
Kepala
Suasana religious yang
membawa kepada kemajuan
sekolah
8 Kepala Lain Relasi dan kerja sama Relasi kepala dengan kepala
lain
Pandangan terhadap pola
kepemimpinannya
Pandangan terhadap faktor
keagamaannya dalam
memimpin
PANDUAN OBSERVASI
No FOKUS EVENT/MOMENT PANDUAN OBSERVASI
1 Gambaran Umum Situasi Fisik Lingkungan intern sekolah
Lingkungan ekstern sekolah
Situasi Non Fisik Kehidupan Keberagamaan
Aktivitas Harian
2 Situasi
Pembelajaran di
Sekolah
Pembelajaran KBM didalam Jam pelajaran
KBM diluar Jam pelajaran
3 Situasi
Pembelajaran di
rumah
Motivasi yang diberikan
4 Aktivitas Pembelaj
aran Ekstra
Ekstra Umum
Ekstra Khusus
Situasi keagamaan yang
berpengaruh pada kinerja dan /
120
No FOKUS EVENT/MOMENT PANDUAN OBSERVASI
kemajuan sekolah
5 Pembinaan para
Guru karyawan
Model dan upaya yang dilakukan
6 Pembinaan umum
terhadap Siswa
Pokok masalah dan Materi
Pembinaan yang Diberikan
7 Kegiatan
Seremonial sekolah
Macam Kegiatan
Situasi Umum
Rangkaian Acara
Bentuk kebijakan kepala dalam
membantu siswa/ orang tua
PANDUAN DOKUMEN
No FOKUS DOKUMEN YG
DIKUMPULKAN
1 Gambaran Umum Kepala Guru dan
karyawan
Profil/Sejarah Kepala sekolah
Data dan struktur
Sekolah Profil/Sejarah Sekolah
Sejarah akreditasi
2 Pembelajaran Proses
Hasil
Jadwal Kegiatan Harian dan
Mingguan (termasuk pra dan pasca
KBM)
Sejarah kelulusan dan peringkat
3 Situasi
Pembelajaran di
Sekolah
Jadwal dan bentuk Kegiatan Ekstra
Keagamaan dan non keagamaan
4 Pembinaan
Guru/karyawan
Rekaman dan / notulen hasil
pembinaan
5 Pembinaan umum
terhadap siswa
Rekaman dan / notulen hasil
pembinaan
6 Kegiatan
Seremonial
Kegiatan
121
BAB IV
PAPARAN DAN PEMBAHASAN DATA HASIL PENELITIAN
A. Paparan Data Hasil Penelitian
1. Latar Belakang Obyek Penelitian
Melalui kompetisi profesional sebagaimana lazimnya calon kepala
sekolah saat itu, Bapak Drs. Munadzir, M.Si dan Drs. H.Saliminudin, MM.
mengikuti seleksi kepala sekolah baik di tingkat Kota/Kabupaten maupun
Propinsi akhirnya menjadi kepala sekolah di SMP Negeri, keduanya adalah
sama-sama alumni IAIN Salatiga dan diawal PNSnya pernah menjadi Guru
Pendidikan Agama Islam, mengawali karirnya benar-benar alami dan setapak
demi setapak sehingga akhirnya mampu menduduki jabatan tertinggi di
sekolahnya, mereka sepakat bahwa menjadi kepala yang baik adalah harus
selalu dan berani melakukan improvisasi dan inovasi, bedanya jika pada
tokoh pertama hanya berkonsentrasi di dunia Pendidikan bahkan pernah
menjadi Dosen tidak tetap di awal tempat kulah S1nya, sedang tokoh kedua
disamping menekuni dunia Pendidikan dia juga menyandang julukan Dai
atau Penceramah bahkan orang lazim menyebutnya seorang Kyai.
Kepemimpinan keduanya dalam mengkomandani sekolahnya telah
dipandang banyak fihak berhasil (secara gemilang) memajukan Lembaga
Pendidikannya, meskipun merupakan lembaga Pendidikan Umum, mereka
tidak setuju jika terdapat anggapan bahwa Pendidikan Islam sebagai
pendidikan kelas dua atau merupakan sub sistem dari Pendidikan Nasional,
122
namun baginya hal itu merupakan bagian yang tak terpisahkan, dengan kata
lain Pendidikan Islam merupakan sebuah sistem, implementasinya,
merupakan sesuatu yang wajar jika alumni Lembaga Pendidikan Keagamaan
mampu, dapat dipandang sederajat dengan alumni Lembaga Pendidikan
Umum, bahkan dari keberadaanya, mereka dapat membuktikan mampu
bersaing dengan para alumni Perguruan Tinggi umum.
Beliau berdua dalam pola kepemimpinannya mengaku berusaha
mengacu kepada Pola Kepemimpinan Rasulullah Saw. yang inovatif,
visioner, cerdas, berani dan survive dengan selalu berupaya berpedoman pada
4 (empat) karakter pokok, yakni sidiq, amanah, tabligh dan fatonah, tentang
benar tidaknya, penulis akan menyampaikan data-data hasil penelitiannya ;
a. SMP N 4 Salatiga
1) Profil Sekolah
Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 adalah sekolah yang
awalnya merupakan Sekolah Tehnik (ST) 2 dan tahun 1974 berganti
nama menjadi SMP Negeri 4 dan berada pada dua lokasi yakni di Jl.
Veteran kecamatan Argomulyo dan Jl. Dr. Muwardi berada di wilayah
Kecamatan Sidorejo yang berakhir pada 22 Oktober 2007, dengan
dan buah upaya gigih dari sosok kepala sekolah pada saat itu, yaitu
Drs. H. Munadzir, M.Si berniat menyatukan dan memusatkan
lokalnya menjadi satu dengan cara mendekati dan memohon kepada
pemilik tanah lingkungan SMP N 4 di Jl Sumardi, yakni Bapak
Bambang Murwanto, akhirnya berhasil dan menghibahkan tanah
123
tersebut, sehingga niat mewujudkan pemusatan lokal SMP N 4
terwujud. Karenanya semua proses KBM di alamat JL. Dr. Muwardi
9 Salatiga. Kode Pos, 123456, Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga.
Dalam rangka penyempurnaan penampilan, efektif dan efisiensi jarak
pandang dan strategis, maka diadakan pengalihan wajah, dan
karenanya wajah yang awalnya menghadap ke selatan kini menghadap
ke timur ke Jalan Patimura dan membawa pergantian alamat Jl
Patimura 47 Salatiga Telp (0298) 326785.
2) Profil Kepala
Drs. H. Munadzir, M.Si. adalah kepala SMP Negeri 4 Salatiga
yang ke Sembilan sejak berdirinya tahun 1975, beliau lahir di Kab
Semarang 22 Oktober 1961. Namun dari SLTA belajar di Salatiga,
dan menempuh S1 Jurusan Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang
membawanya menjadi seorang Sarjana Pendidikan Agama Islam, dan
telah menyelesaikan S2 nya dengan gelar Magister Sains di
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
Drs. H. Munadzir, M.Si. mengawali karirnya di dunia Pendidikan
sebagai GPAI di SMP N 3 tahun 1989 yang sebelumnya pernah
menjadi Dosen IPI (Ilmu Pendidikan Islam) di IAIN Salatiga,
diangkat menjadi Kepala SMP Negeri 4 mulai Maret 2007 hingga
sekarang, sebelumnya beliau pernah menjadi kepala sekolah di SMP
N 9 selama 8 tahun, SMPN 10 selama 1 tahun.
124
b. SMK N Tengaran
1) Profil Sekolah
Pada awal berdirinya, sekolah ini bernama Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) Kecil yang berlokasi di SMP Negeri 2 Tengaran
beralamat Jalan Raya Salatiga-Solo KM. 07 Karangduren Tengaran
dengan jadwal masuk mulai jam 13.00 WIB. Pada tanggal 1 Agustus
2005, SMK Kecil tersebut berpindah di Jalan Darun Na'im,
Karangduren, Tengaran dengan menempati gedung sendiri yang
berposisi berada di belakang SMP Negeri 2 Tengaran. SMK Kecil
Tengaran tersebut dengan Program Keahlian yaitu Teknik Kendaraan
Ringan (TKR), Tata Busana (TB) yang dipimpin oleh Bapak Drs. H.
Saliminudin, MM.
Pada tahun pelajaran 2006/2007 sekolah tersebut berganti
nama, dari SMK Kecil Tengaran menjadi SMK Negeri 1 Tengaran
dan masih dibawah pimpinan Bapak Drs. H. Saliminudin, MM.
dengan bertambah jurusan menjadi 5 (lima) yaitu : Teknik Kendaraan
Ringan (TKR), Teknik Sepeda Motor (TSM), Rekayasa Perangkat
Lunak (RPL), Tata Busana (TB), Tata Boga (TG), hingga tahun
pelajaran 2013/2014 sekarang. Dengan alamat kontak SMK Negeri 1
Tengaran Alamat: Jl. Darun Na'im, Karangduren, Tengaran Kab.
Semarang - Jawa Tengah - Indonesia, Telepon: +62-0298-3405144
Fax: 0298-3405166 Email: smkntengaran@yahoo.co.id, Web:
www.smkn1tengaran.sch.id.
125
2) Profil Kepala
Drs. H. Saliminudin, M.M. adalah Kepala SMK Negeri 1
Tengaran yang pertama hingga saat ini sejak berdirinya sekolah ini
pada tahun 2004. Beliau lahir di Kab. Semarang pada tahun 1955
dan menghabiskan masa kecil sampai selesai tingkat SLTA di
Kabupaten Semarang, dan akhirnya menempuh S1 Jurusan Tarbiyah
IAIN Walisongo Semarang membawanya menjadi seorang Sarjana
Pendidikan Agama Islam pada tahun 1970. Magister Manajemen
diselesaikannya pada tahun 2009 di Universitas Islam Sultan Agung
Semarang.
Drs. H. Saliminudin, MM. mengawali karirnya di Dunia
Pendidikan pada tahun 1982 menjadi Guru Pendidikan Agama Islam
di SMP Negeri 2 Tengaran, sebelumnya beliau pada awal tahun 1992
meski telah PNS masuk daftar calon Legislatif dan berhasil, namun
pada saat menjelang pelantikannya tidak direstui orang tuanya,
akhirnya diminta menekuni dunia pendidikan dengan mengikuti
Diklat Kepala tahun 1984 dan masuk 5 besar dalam kelompoknya
tingkat Jawa Tengah, akhirnya tahun 1994 diangkat menjadi Kepala
SMP Negeri 1 Getasan hingga tahun 1999 dengan prestasi: Juara 2
Jateng Wawasan Wiyata Mandala, sebagai Pusat pesantren kilat
tingkat Kab. Semarang, sebagai tempat kerukunan umat beragama
tingkat SMP/MTs dan berhasil menfasilitasi kegiatan pesantren kilat
bagi agama lain, menghasilkan pengadaan tempat Olah Raga dan
126
membuka SMP N 3 Getasan selanjutnya tahun 1999 menjadi Kepala
SMP Negeri 2 Tengaran sampai tahun 2008 dan merintis MPMBS
(Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah) disamping
mengembangkan SMP terbuka sampai mempunyai Laboratorium,
mensponsori anak SMP bercelana panjang dan merintis radio
Pendidikan Gema 2000 serta 2004 merintis SMK kecil di SMP 2
Tengaran, 2007 SMK Pringapus, 2010 SMK Pabelan. dan pada tahun
itu pula diangkat menjadi Kepala SMK Negeri 1 Tengaran, tepatnya
pada tanggal 17 Maret 2008 melalui SK Bupati Semarang nomor
800/1126.7 BKD/2008 hingga sekarang.
2. Visi dan Misi
Suatu lembaga atau organisasi didalam menjalanan usaha atau
kegiatannya baik itu organisasi besar maupun kecil sudah mempunyai
tujuan yang jelas, maka segala aktivitas baik didalam maupun di luar
organisasi akan dapat diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan atau direncanakan terlebih dahulu. Dengan adanya tujuan
tersebut, maka dapat dinilai apakah hasil yang dicapai sesuai dengan
apa yang diharapkan ataubelum.
a) Visi:
Menjadi Pusat Diklat Sertifikasi (Centre of Training and Certification)
yang unggul dalam mewujudkan lulusan yang Profesional, Adaptabel,
Responsif didasari Iman dan Taqwa.
127
b) Misi :
(1) Menciptakan suasana yang kondusif untuk mengembangkan potensi
siswa melalui penekanan pada penguasaan kompetensi bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi serta Bahasa Inggris.
(2) Meningkatkan penguasaan Bahasa Inggris sebagai alat komunikasi
dan alat untuk mempelajari pengetahuan yang lebih luas.
(3) Meningkatkan frekuensi dan kualitas kegiatan siswa yang lebih
menekankan pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta keimanan dan ketakwaan yang menunjang proses belajar
mengajar dan menumbuhkembangkan disiplin pribadi siswa.
(4) Menumbuhkembangkan nilai-nilai ketuhanan dan nilai-nilai
kehidupan yang bersifat universal dan mengintegrasikannya dalam
kehidupan.
(5) Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga
sekolah, Lembaga Swadaya Masyarakat, stake holders dan instansi
serta institusi pendukung pendidikan lainnya.
3. Struktur Organisasi
Struktur organisasi SMP N 4 Salatiga disusun berdasarkan
berdasarkan pembagian tugas dan fungsinya. Dengan memperhatikan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Tahun 1992 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Struktur organisasi ini dimaksudkan untuk
menggambarkan diagram fungsi-fungsi, bagian-bagian atau jabatan dalam
128
menunjukkan garis komando dan susunan komunikasi yang resmi termasuk
di dalamnya tugas, wewenang dan tanggung jawab. Struktur
organisasi yang dirancang ini merupakan struktur organisasi sekolah
secara menyeluruh termasuk bagian-bagian yang terdapat di masing-
masing unit. Adapun struktur organisasi SMP Negeri 4 Salatiga dan SMK
Negeri Tengaran Kabupaten Semarang adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1.
Struktur Organisasi SMP N 4 Salatiga
Kepala sekolah
Komite Ka Tata Usaha
Wakil kepala
1.Bidang Kurikulum
2.Bidang Kesiswaan
Staf ur.
Kurikulum
Staf ur.
Kesiswaan
Wali Kelas
Guru dan Karyawan
Siswa
Sumber: Hasil observasi dan pengambilan Dokumen di SMPN 4
129
Tabel 4.2.
Struktur Organisasi SMK N 1 Tengaran
Sumber : www.smkn1tengaran.sch.id juga hasil observasi
a. Deskripsi Tugas
Dalam upaya menentukan pekerjaan yang harus dilakukan dan
dalam rangka mencapai tujuan, maka aturan-aturan dan ketentuan-
ketentuan yang mendasar harus ditetapkan secara tegas, agar masing-
masing unit yang ada dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab
yang dibebankan kepadanya secara efektif. Struktur organisasi
disusun dalam tiga tingkat dari puncak sampai dengan tingkat paling
bawah.
Deskripsi tugas dan wewenang dan tanggung jawab untuk masing-
masing bagian dan unit yang ada:
130
1) Kepala Sekolah
a) Kepala Sekolah selaku Pimpinan, mempunyai tugas :
(1) Menyusun perencanaan, (2) Mengorganisir kegiatan, (3)
Mengarahkan kegiatan, (4) Mengkoordinir kegiatan, (5)
Melaksanakan pengawasan, (6) Melakukan evaluasi setiap kegiatan,
(7) Menentukan kebijaksanaan, (8) Mengadakan rapat, (9)
Mengambil keputusan, (10) Mengatur proses belajar mengajar, (11)
Mengatur administrasi : Kantor, Siswa, Pegawai, Perlengkapan dan
Keuangan, (l2) Mengatur organisasi siswa intra sekolah (OSIS), (13)
Mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat.
b) Kepala Sekolah selaku Administrator, mempunyai tugas:
(1) Perencanaan, (2) Pengorganisasian, (3) Pengarahan, (4)
Pengkoordinasian (5) Pengawasan (6) Kurikulum (7) Kesiswaan (8)
Perkantoran (9) Kepegawaian (10) Perlengkapan (11) Keuangan
(l2) Perpustakaan.
c) Kepala Sekolah sebagai Suvervisor, mempunyai tugas Supervisi
terhadap:
(1) Kegiatan belajar mengajar (2) Kegiatan bimbingan dan
penyuluhan (3) Kegiatan ko-kurikuler dan ekstra kurikuler (4)
Kegiatan ketatausahaan (5) Kegiatan kerjasama dengan masyarakat
dan dunia usaha.
131
2 ) Komite Sekolah
Tugas komite sekolah antara lain adalah: melakukan
pendampingan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan
dan pengelolaan sekolah, membantu dalam proses dan hasil
pengawasan serta merahasiakan hasil pengawasan tersebut sekaligus
mencari solusinya. Sedangkan Wewenangnya adalah: meneliti catatan
yang ada pada sekolah, dan mendapatkan segala keterangan yang di
perlukan dan mendapatkan wewenang dalam menentukan kebijakan yang
bersifat umum dan berkenaan dengan semua wali siswa.
3) Kepala Tata Usaha
Mengkoordinasian perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian
operasi bagian akuntansi dan keuangan dan mencakup bagian
pencatatan, bagian kas kecil dan perbendaharaan secara umum,
bertanggung jawab kepada kepala sekolah tentang perencanaan
pelaksanaan maupun pengendalian keuangan serta bagian-bagian
yang terait di dalamnya, dan mengamankan dan mengelolah semua
peralatan yang ada dalam lingkungan ketatausahaan.
4) Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
Membantu peran kepala sekolah serta mengkoordinir semua
kegiatan sekolah yang berkaitan langsung dengan Kurikulum, Kalender
pendidikan bahkan perangkat kerja para pengajarnya.Mengkoordinir
penyusunan SK Pembagian Tugas Mengajar, Program Pengajaran,
Kaldik, Program KBM. Mengkoordinir Penyusunan Jadwal Pelajaran,
132
agenda kelas, Kriteria kenaikan dan Kelulusan. Mengkoordinir
penyusunan laporan pelaksanaan KBM, Pelaporan hasil pendidikan
(Rapor dan STTB/Ijasah). Mengkoordinir inventarisasi barang.
Mengkoordinir pendayagunaan sarana dan prasarana pendidikan
penunjang KBM Mengkoordinir Pengelolaa, pemeliharaan, dan
Penghapusan sarana dan prasaran pendidikan (pengamanan, penghapusan,
pengembangan).
5) Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan
Membantu peran kepala sekolah serta mengkoordinir semua
kegiatan sekolah yang berkaitan langsung dengan Kesiswaan,
Karyawisata, lomba intern dan ekstern sekolah, Mengkoordinir
penyusunan program pembinaan kesiswaan/OSIS, Mengkoordinir
penegakkan Tata Tertib Sekolah, Mengkoordinir pelaksanaan bimbingan,
pengarahan dan pengendalian kegiatan siswa/OSIS dalam rangka
menegakkan disiplin dan tata tertib sekolah, Mengkoordinir pelaksanaan
keamanan, kebersihan, ketertiban, Kerindangan, keindahan, dan
kekeluargaan (6K), Mengkoordinir pemilihan pengurus OSIS,
Mengkoordinir penyelenggaraan hubungan sekolah dengan orangtua/Wali
siswa, Mengkoordinir pembinaan hubungan antar sekolah dengan komite
sekolah, Membina pengembangan hubungan antar sekolah dengan
lembaga pemerintah, dunia usaha dan lembaga-lembaga sosial lainnya,
Mengkoordinir penyusunan laporan pelaksanaan hubungan masyarakat
secara berkala.
133
6) Wali Kelas
Mengkoordinir kegiatan dan membantu semua aktifitas dan
pembinaan kelasnya serta menjembatani hubungan siswa dengan
sesamanya secara harmonis juga dengan para guru serta karyawan yang
ada, disamping itu wali kelas juga bertugas:
a) Menyelenggarakan Administrasi Kelas, meliputi :
(1) Denah tempat duduk, Papan absen
(2) Daftar pelajaran, Daftar piket kelas
(3) Buku absen siswa, Buku kegiatan pembelajaran/Jurnal
(4) Tata Tertib
b) Menyusun pembuatan Statistik Bulanan (Absen)
c) Mengisi leger
d) Membuat catatan khusus
e) Mengisi dan Membagi Rapor
f) Membina siswa binaan didiknya dengan sebaik-baiknya.
g) Membantu kelancaran Proses Belajar Mengajar siswa di kelasnya.
h) Mengetahui identitas, Nama dan Jumlah siswa di kelasnya.
i) Mengetahui, memahami dan mengambil tindakan-tindakan yang
berkaitan dengan masalah-masalah yang timbul di kelasnya.
j) Melakukan home visit terhadap siswa yang bermasalah dan
melaporkan perkembangannya kepada guru BP.
k) Bekerja sama dengan guru BP dalam memecahkan masalah yang
dihadapi siswa dan apabila dipandang perlu mengadakan hubungan
134
dengan orang tua/wali murid dalam rangka pembinaan siswa
kelasnya.
l) Melaksanakan tugas penilaian kognitif, psikomotor dan afektif
siswa terutama terhadap budi pekerti, kelakuan dan kerajinan siswa di
kelasnya.
m) Mengawasi, memonitor serta menyampaikan laporan kepada
Kepala Sekolah secara berkala melalui Wakil Kepala Bidang
Kesiswaan mengenai pembinaan kelasnya (2 bulan sekali).
n) Turut bertanggung jawab dalam kelancaran pelaksanaan Upacara
Bendera.
o) Koordinasi dengan Waka. Bidang Kesiswaan, Tata Usaha Urusan
kesiswaan, BP, untuk siswa pindahan/mutasi karena sesuatu dan lain
hal (ketidak hadiran) prestasi rendah, dll.
7) Guru
Melaksanakan kewajibannya sebagai guru dengan seperangkat
tugas pokoknya sebagai pengajar dan mengadakan evaluasi serta
penyiapan perangkat pembelajaran yang diperlukan, antara lain;
a) Membuat program pengajaran: Analisa materi pelajaran (AMP),
Program Tahunan (Prota), Program Satuan Pelajaran (SP), Program
Rencana Pengajaran (RP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
b) Melaksanakan kegiatan pembelajaran
c) Meningkatkan Penguasaan Mapel yang menjadi tanggungjawabnya
d) Memilih metode yang tepat untuk menyampaikan materi
135
e) Melaksanakan KBM
f) Menganalisa hasil evaluasi KBM
g) Mengadakan pemeriksaan, pemeliharaan, dan pengawasan ketertiban,
keamanan, kebersihan, keindahan, dan kekeluargaan.
h) Melaksanakan kegiatan penilaian (semester/tahun)
i) Meneliti daftar hadir siswa sebelum memulai pelajaran
j) Membuat dan menyusun lembar kerja/Job Sheet
k) Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar masing-masing
siswa.
l) Mengikuti perkembangan kurikulum.
m) Mengumpulkan dan menghitung angka kredit untuk kenaikan
pangkatnya.
8) Siswa
Sebagai siswa mempunyai kewajiban untuk belajar dan saling
mengharomati dan menghargai antar sesama serta menjalin hubungan
dengan menjaga nama baik sekolahnya, selain juga harus mentaati tata
tertib dan ketentuan yang telah ditentukan baik oleh sekolah maupun
pengurus kelasnya.
136
4. Data Guru dan Karyawan SMP N 4 Salatiga
a. Rekapitulasi Guru dan Karyawan
NO URAIAN PNS CPNS GTT PTT JUMLAH
1 Kepala Sekolah 1 - - - 1
2 DPK ( Depag ) - - - - -
3 Guru 40 - 8 - 48
4 Ka TU 1 - - - 1
5 Karyawan/Pegawai 10 - - 7 17
JUMLAH
KESELURUHAN
52 - 8 7 67
b. Data Guru
NO NAMA
MATA
PELAJARAN
YANG
DIAJARKAN
Jabatan
1 Drs. HM. Munadzir, M.Si. Bhs.Inggris
Kepala
Sekolah
2 Abdul Rahman Yusuf Bhs. Indonesia Guru
3 Sabiyati, A.Md.Pd Matematika Guru
4
Sri Rahayu Sapto Riyani
S.Pd.
PKn Guru
5 M. Budi Wibowo, S.Pd BK Guru
6 Nurchani, S.Pd IPS Guru
7 Istrini, S.Pd Bhs. Indonesia Guru
8 Muslimin, S.Pd Olah Raga Guru
9 Dyah Respati, TAP, S.Pd PKn Guru
10 Dwi Partatmoko, S.Pd Seni Budaya Guru
11 Dwi Hartati, S.Si. M.Pd IPA Guru
137
NO NAMA
MATA
PELAJARAN
YANG
DIAJARKAN
Jabatan
12
Wiwik Ambar Wahyuni,
S.Pd
Matematika Guru
13 Yasinta Dwi H., S.Pd. Bhs. Indonesia Guru
14 Saliyo, S.Pd. BK Guru
15 Indah Wahyuningsih Matematika Guru
16 Tony Adriyanto, S.Pd IPS Guru
17 Bawonowati, S.Pd Seni Budaya Guru
18 Muslimah, S.Pd IPS Guru
19 Drs. SB Hariyanto PAI Guru
20 Dra. Endang Susanti BK Guru
21 Endang Wahyuningsih, S.Pd PKn Guru
22 Drs. Agus Triyanto, S.Pd Olah Raga Guru
23 Dra. Umi Saidah IPA Guru
24 Agus Prihananto, S.Pd IPA Guru
25 Markuwati, S.Pd Bhs Jawa Guru
26 Sutinah, S.Pd IPS Guru
27 Didik Widiyatmoko, S.Pd IPS Guru
28 Anisa Fatonah, S.Pd IPA Guru
29 Nur Rozi, S.Pd Matematika Guru
30 Satiman, S.Pd Elektronika Guru
31 Ira Kusumawardani, S.Si IPA Guru
32 Eni Sudaryanti, S.Pd IPS Guru
33 Yenni Deswita, S.Pd Matematika Guru
34 Dewi Indah, S.Pd Bhs Inggris Guru
138
NO NAMA
MATA
PELAJARAN
YANG
DIAJARKAN
Jabatan
35 Dwi Setyawati, SH. MPd. PKn Guru
36 Muji Lestari, S.Pd IPS Guru
37 Endang Retno H, S.Pd Seni Budaya Guru
38 Rini Kusumadewi, S.Pd IPA Guru
39 Rosmawati Yustika, S.Pd IPS Guru
40 Wiji Peni Tri Hastuti, S.Pd Bhs. Jawa Guru
41 Yeni Rika, S.Pd Bhs. Inggris Guru
42 Wildan Mustofa,S, S.Ag PAI Guru
43 Moch Solehfudin, S.Kom TIK Guru
44
Patmawat Ilyas Catur
Pamungkas, S.Pd
Bhs. Indonesia Guru
45 Aris Tyas Handayani, S.Pd Pend. Agm Katolik Guru
46 Anita Windi Astuti, S.Ag Pend. Agm Budha Guru
47 Setiyo Suharmoko, S.Pd Bhs. Inggris Guru
48
Wahyu Eko Cahyono,
S.PAK
Pend. Agm Kristen Guru
49 Ika Nuratri, S.Pd Bhs. Inggris Guru
c. Data Karyawan
NO NAMA TUGAS/JABATAN
1 Dian Aprilia A.Md. Ka Tata Usaha
2 Subiyati, A.Md.Pd Koordinator Koperasi Sekolah
3 Nurchani Koordinator Perpustakaan
4 Eka Sulistyawati Pemungut Admin. Sekolah/Koperasi
139
5 Nuzul Lusi A Pemungut Admin. Sekolah/Koperasi
6 Aris Tyas Handaya Pemungut Admin. Sekolah/Koperasi
7 Nuzul Lusi Anggraini Pemungut Admin. Sekolah/Koperasi
8 Idayati Hartini Perpustakaan
9 Rubiyanto Penjaga Malam
10 Redjo Penjaga Malam
11 Agus Widodo Kepegawaian
12 Sri Iriyanti Rumah Tangga
13 Murniyati Perpustakaan
14 Agus Riyadi Kepegawaian
15 Tri Budi Setyawan Pesuruh/Satpam
16 Sutrisno Satpam/umum
5. Data Guru dan Karyawan SMK N 1 Tengaran
a. Rekapitulasi Guru dan Karyawan
NO URAIAN PNS CPNS GTT PTT JML
1 Kepala Sekolah
1 - - - 1
2 DPK ( Depag )
1 - - - 1
3 Guru
38 7 38 - 83
4 Ka TU
1 - - - 1
5 Karyawan/Pegawai
- - - 20 20
JUMLAH
KESELURUHAN
41 - 38 20 106
140
b. Fasilitas Sarana Prasarana
No Uraian Jumlah Keadaan
Kebut.
1
Ruang Kelas
33 Baik 33
2
Ruang Lab Fisika
- - 3
3
Ruang Lab Kimia
- - 3
4
Ruang Lab Biologi
- - 1
5
Ruang Lab Bahasa
- - 3
6
Ruang Lab Komputer
3 Baik 6
7
Ruang Lab Multimedia
- - 1
8
Ruang Gambar Teknik
- - -
9
Ruang Perpustakaan
Konvensional 1 Baik -
10
Ruang Perpustakaan Multimedia
- - 1
11
R Praktik Sepeda Motor
1 Baik 1
12
R Praktik Tata Busan
2 Baik 2
13
Ruang Praktik Kendaraan
Ringan 1 Baik 1
14
Ruang Kepala Sekolah dan
Wakil 1 Baik 1
15
Ruang Guru 2
Baik 2
16
Ruang Tata Usaha
1 Baik 1
17
Ruang BP/BK 1
Baik
2
18
Ruang OSIS
- -
1
19
Ruang Pramuka
- - 1
20
Koperasi
1 Baik -
21
UKS
1 Baik -
22
Ruang Ibadah
1 Baik 1
23
Ruang Bersama /Aula
- - 1
24
Ruang Kantin Sekolah
12 Baik 12
25
Ruang Toilet
25 Baik 25
26
Ruang Gudang
4 Baik 6
27
Ruang Penjaga Sekolah
- - 2
28
Ruang Unit Produksi
3 Baik 3
29
Asrama Siswa
1 Baik 2
30
Ruang BKK/Prakerin
- - 1
141
c. Rekapitulasi Siswa
NO JURUSAN
KELAS
JML
X XI XII
1 Teknik Mesin Otomotif
230 210 191 631
2 Tata Busana
84 119 112 315
3 Rekayasa Perangkat Lunak
126 129 121 376
JUMLAH TOTAL 440 458 424 1322
d. Data Guru
NO NAMA
MATA
PELAJARAN
YANG
DIAJARKAN
Jabatan
1 Drs. Saliminudin, M.M Pendais
Kepala
Sekolah
2 Dra. Sri Wahyuni Kimia Guru
3 Sudaryanto, S.Pd, M.Or Penjas OR Guru
4 Tutik Mardining L, S.Pd, M.Pd B.Inggris Guru
5 Siti Suhartini, S.PdI Pendais Guru
6 Dwi Retnowati, S.Psi BK Guru
7 Dra. Siti Rokhatun, M.Pd Kewirausahaan Guru
8 Sriyanto, S.Pd IPS & Seni Budaya Guru
9 Indah Winanti, S.Pd PKn & IPS Guru
10 Dra. Nur Solichah, M.Pd PAI Guru
11 Dra. Sri Riatuningsih Bahasa Indonesia Guru
12 Drs. Trijoko IPS & Seni Budaya Guru
13 Harti, S.Pd, M.Kom. Komputer Guru
14 Arif Subagiono, S.Pd Matematika Guru
15 Riyanti, S.Pd Bahasa Indonesia Guru
142
NO NAMA
MATA
PELAJARAN
YANG
DIAJARKAN
Jabatan
16 Heni Wahyutisari, S.E Kewirausahaan Guru
17 Sartono, S.Pd Prod. TMO Guru
18 Ida Sriyati, S.Pd Bahasa Indonesia Guru
19 Istiqlalia Irawati, S.Psi BK Guru
20 Chomsijati, S.Pd Prod. TB Guru
21 Trisno Dirgantoro, S.Pd Prod. TMO Guru
22 Siwi Puji Setyati, S.Pd Prod. RPL Guru
23 Titin Khoufiyah, S.Pd IPS & Seni Budaya Guru
24 Joko Sukamto, S.T Prod. TMO Guru
25 Arif Suharto, S.T Prod. TMO Guru
26 Ali Mashudi, S.Pd Prod. TMO Guru
27 Ahmad Mahbub, S.T Prod. TMO Guru
28 Retno Indriyastuti, S.E Kewirausahaan Guru
29
Veronica Nining Dewi Hestuti,
S.Psi
BK Guru
30 Amy Iswardani, S.Pd Bahasa Inggris Guru
31 Mursyidun Niam, S.T Prod. TMO Guru
32 Eko Supriyadi, S.Kom Prod. RPL Guru
33 Ta'mirur Rojak DS, S.Pd Prod. TMO Guru
34 Sinung Ratih Kurniani, S.Pd Prod. TB Guru
35 Sri Wahyu Sarwoko, S.Pd Prod. TMO Guru
36 Sulasminingsih, S.Pd Prod. TB Guru
37 Aris Abadi, S.Pd Prod. TMO Guru
38 Maya Harsasi, S.Pd Matematika Guru
143
NO NAMA
MATA
PELAJARAN
YANG
DIAJARKAN
Jabatan
39 Arnik Atin, S.Pd Kimia Guru
40
Theresia Ning Yuni Rahayu,
S.Si
Biologi Guru
41 Galih Wisnu Murdhani, S.Pd Penjas OR Guru
42 Maulida Wulan Sari, S.Pd Fisika Guru
43 Nazarudin Zen, S.Kom Prod.RPL Guru
44 Arif Yuliyanto, S.Pd Bahasa Ingris Guru
45 Ni Made Astiti Byantari, S.Si Matematika Guru
46 Sugiyanto, S.Pd IPS & Seni Budaya Guru
47 Dwi Ernawati, S.Pd Prod. TB Guru
48 Erna Hestiningsih, ST Kimia Guru
49 Susi Nugraheni, S.Pd Bahasa Inggris Guru
50 Rizky Kristiana, S.Pd Prod. TB Guru
51 Ambar Rukmiati, S.Pd Prod. TB Guru
52 Sugiyanto, S.Kom Prod. TB Guru
53 Nuzul Naskin, S.Pd Prod. TB Guru
54 Afid Anggorowati, S.Pd Bahasa Inggris Guru
55 Ummi Musta'ana, S.P, M.P Fisika Guru
56 Widiyono, ST Prod. RPL Guru
57 Lutfi Ariani, S.Pd Matematika Guru
58 Luqman, ST Prod. TMO Guru
59 Mulkani, S. Ag Prod. RPL Guru
60 Rohman, S. Pd Matematika Guru
61 Sintauli Sulistyawati, S.Pd Fisika Guru
144
NO NAMA
MATA
PELAJARAN
YANG
DIAJARKAN
Jabatan
62 Titik Sifriyanti, S.Pd PKDS Guru
63 Widi Haryani, S.Pd KWU Guru
64 Siswati, ST Kimia Guru
65 Parsirih, S.Pd Matematika Guru
66 Sadiyah Woro Asih, S.Pd Prod. TB Guru
67 Misbahul Mujib, S.Pd Prod. TMO Guru
68 Erna Fasiati, S.Pd, M.Pd Bahasa Inggris Guru
69 Jupriyanto, S.Pd Prod. TMO Guru
70 Rochmadi, S.Pd Prod. TMO Guru
71 Noto Adi Winarno, ST Prod. TMO Guru
72 Agung Manik P, ST Prod. TMO Guru
73 Gunawan Akhyani, S.Pd Penjas OR Guru
74 Dwi Antari Utami Dewi, S.Pd Bahasa Indonesia Guru
75 Ninik Dwi Royani, S.Pd Bahasa Inggris Guru
76 Junaeda Khusnanto, S.T Prod. TMO Guru
77 Fathan Budiman, S.HI Pendais Guru
78 Wahyu Pagiarsih, S.Pd BK Guru
79 M. Habibi, S.T Matematika Guru
80 Tri Wahyanto, S.T Prod. TMO Guru
145
e. Data Karyawan
NO NAMA Pendidikan Jurusan Jabatan
1 Endang Widayati, S.E S1
Ekonomi
Manajemen
Kepala
Tata
Administrasi
2 Sugiyanto, S.E S1
Ekonomi
Akuntansi
Karyawan
3 Fitria Ikha Puspita, S.E S1
Ekonomi
Akuntansi
Karyawan
4 Herry Fitriyanti DIII Perusahaan Karyawan
5 Nanik Setyaningsih DIII Administrasi Karyawan
6 Obdik Yunani DIII Keperawatan Karyawan
7 Wiwit Kristiyowati DI
Komputer/Akun
tansi
Karyawan
8 Minarsih SMA IPS Karyawan
9 Ani Widiastuti SMA IPS Karyawan
10 Muslimah SMK Tata Busana Karyawan
11 Karyanto SMA IPS Karyawan
12 Supriyanto SMK Teknik Mesin Karyawan
13 Soewanto SMA IPS Karyawan
14 Slamet Widodo SMK Teknik Karyawan
15 Jaswadi SMA IPS Karyawan
16 Ahmadi SMP Karyawan
17 Sukiman SMP Terbuka Karyawan
18 Sumardi - - Karyawan
19 Rumini - - Karyawan
B. Penyajian dan Analisis Data
Setelah peneliti berhasil mengumpulkan data dengan metode wawancara,
observasi dan dokumentasi, maka akan dilakukan analisis hasil penelitian dengan
pendekatan dan teknik deskriptif kualitatif, maksudnya peneliti akan
mengambarkan, menguraikan dan menginterpretasikan semua data yang
terkumpul sehingga akan diperoleh informasi dan atau gambaran yang bersifat
holistik.
146
Mendasarkan pada hasil penelitian yang kami lakukan pada SMP Negeri
4 Salatiga dan SMK N 1 Tengaran Kabupaten Semarang dalam rangka dan
upaya memotret dan meneliti tentang Profil Kepemimpinan Kepala sekolah yang
berlatar belakang Pendidikan Keagamaan, sebagai berikut:
1. Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah Yang Berlatar Belakang
Pendidikan Keagamaan.
Sebagaimana yang telah penulis bahas pada Bab II, bahwa secara
garis besar Teori Kepemimpinan Modern meliputi: 6 (enam) pendekatan,
yakni: Berdasarkan Sifat-sifatnya, maka akan muncul kepemimpinan efektif
dan tidak efektif, kedua berdasarkan Perilaku akan memunculkan pemimpin
efektif pemimpin yang telah menggunakan gaya (style) yang mampu
mewujudkan sasaranya, contohnya mendelegasikan tugas, mengadakan
komunikasi yang efektif, memotivasi bawahannya, mengontrol dan lainnya,
namun ada juga yang membagi gaya pemimpin menjadi tiga yakni; Filosofir /
pemikir, militer/otoriter dan entrepreneur, ketiga, berdasarkan Situasional-
kontingensi akan memunculkan pemimpin yang otokratik (membuat sendiri),
konsultasi (konsultasi terlebih dahulu), dan keputusan bersama, keempat
berdasarkan teori kepemimpinan Transformasional akan memunculkan dan
membagi kepemimpinan transformasional, karismatik dan transaksional,
kelima, berdasarkan teori transaksional akan memunculkan model
kepemimpinan imbalan kontingen, MBE Aktif, MBE Pasif, sedang keenam
berdasarkan teori Pancasila akan lebih umum melahirkan tipe pemimpin fersi
147
jawa model Ki Hajar Dewantara, Sosrokartono, Sri Mangkunegara I dan
Ajaran Hasta Brata.
Terdapat juga tokoh lain yang mengkatagorikan pemimpin
berdasarkan cara melakukannya, ia membagi tipe pemimpin menjadi
empat: Tipe Otokratis, Tipe Laissez faire, Tipe Demokratis, Tipe Pseudo
Demokratis.
Dalam rangka mengkatagorikan karakter kepemimpinan atau
mempolakan kepemimpinan di SMP Negeri 4 Salatiga dan SMK N 1
Tengaran, maka perlu peneliti paparkan hasil data penelitiannya sebagai
berikut:
a. SMP Negeri 4 Salatiga
Syarat pemimpin yang efektif adalah Kreatifitas dan Orisionalitas,
Perasaan positif, Pengetahuan, Percaya diri hasrat untuk memimpin,
karisma, Luwes dan Adaptif, Kemampuan berfikir, Kejujuran dan
Integritas dan keinginan baik dari personel/pribadi dalam membuat
lingkungannya menjadi lebih baik.
Menurut hasil wawancara dengan Ibu SR. Sapto Riyani selaku
Wakil Kepala sekolah, ketika ditanya tentang Pola Kepemimpinan Kepala
di SMP N 4 Salatiga, menyampaikan:
Bapak itu cerdas, banyak ide dan selalu meminta pertimbangan saya ketika
akan menentukan sesuatunya, kemarin berbicara tentang Bu X dan Bp Y,
menurut ibu bagaimana orang ini, layak apa tidak jika masuk di Staf Kurikulum
dan bagaimana pula jika Ibu ini masuk di ektra ini?, Ya tentu dengan
sepemahaman saya, saya matur (bilang) apa adanya, akhirnya Bapak
mendengar dan memutuskan persis yang saya sampaikan.
1
1
W(S1)4
148
Demikian juga ketika salah satu ibu guru yang lain (Muji Lestari,
S.Pd.) ditanya hal yang sama yakni tentang Pola Kepemimpinan ini,
beliau mengatakan:
Bapak kepala disini itu dalam memimpin maunya lari dan ingin cepat karena
memang beliau mempunyai wawasan luas bahkan idenya banyak, ada-ada saja,
selain itu beliau juga seorang komponis (pencipta lagu) yang mampu
mengaransemen dan menyanyikannya, terbukti sudah puluhan lagu yang beliau
ciptakan dan semuanya bernuansa agama dan memotivasi anak juga para guru,
dalam memutuskan masalah sering berkompromi dulu dan berdiskusi
bagaimana baiknya dan beliau selalu ingin cepat adanya perubahan menuju
perbaikan.
2
Pendapat lain yang berhasil peneliti temukan ketika menanyakan
tentang karakter Bapak Kepala Sekolah kepada Bpk Sutrisno (salah satu
Satpam), katanya:
Ya begitu tadi, beliau tidak risih/ tidak sungkan ngobrol dengan anak buahnya
meski saya ini Satpam, Honorer lagi.. sering diajak ngobrol dan bertukar
fikiran, saya yakin itu salah satu ajaran agama disamping ciri pemimpin yang
banyak diidamkan, sehingga membuat saya salut, bangga dan enjoys dalam
bekerja
3
.
Sedangkan berdasarkan hasil Obeservasi penulis pada acara temu
muka dan latihan Wasanawarsa pada hari Rabu, 22 Mei 2013 di GPD
Salatiga dari jam 11.30 sd 12.30 WIB, maka munculah rangkaian
kegiatan dan peristiwa dalam catatan pengamatan tertutup, sebagai
berikut:
1) Jam 09.00-09.15 Semua guru, siswa dan Kepala sekolah siap
berkumpul di Ruangan GPD Salatiga
2) Jam 09.30 Acara dimulai dengan Pengarahan umum, Bapak kepala
sekolah langsung memimpin dan memandu semua jalannya acara.
3) Jam 09.30 s/d 12.00 acara gladi bersih Wasana warsa berlangsung
dengan pengulangan pada sesi yang diperlukan ,masih dipimpin oleh
kepala sekolah.
2
W(S1)5
3
W(S1)8
149
4) Jam 12.00 s/d 12.15 Istirahat (ada guru yang bertugas membagi
makanan kecil dan minuman kemasan kepada semua peserta)
5) Jam 12.00 Bapak kepala sekolah dengan memegang Mikrophone
menyampaikan; Bapak bapak dan ibu guru serta anak-anakku yang
saya hormati, terima kasih sudah melakukan latihan prosesi wasana
warsa kali ini, sambil menikmati dan istirahat, meski suasana panas
begini mari kita bersabar dulu, dari yang tadi kita lakukan silahkan
kepada semuanya utamanya Bapak ibu guru jika akan memberikan
komentar dan masukan demi kebaikan bersama
6) Jam 12.05 Seorang guru mengusulkan, pada saat menyanyikan lagu
Indonesia raya posisinya harus lebih khidmat, kata Bapak guru X
7) Jam 12.08 Ibu Guru bahasa Indonesia mengoreksi bahasa
percakapan dalam Protokol atau MC meski menggunakan bahasa
yang santai tetapi diupayakan tetap menggunakan bahasa yang benar
tidak perlu menggunakan bahasa yang lainnya., contohnya: Bro,
Sobat, Jaim dll. Disamping itu suasana harus tetap santai tidak
tegang.
8) Jam 12.10 Guru bahasa Indonesia yang lain mengomentari
percakapan dalam drama dan guru PAI mengomentari bahasa arab
pengantar pada MC.
9) Jam 12.15 Kembali Bapak kepala sekolah memegang microphone
berucap anak-anakku semua, tadi bapak ibu guru mengoreksi
bertujuan baik, maka dengarkan dan mari kita praktekkan sesuai
dengan usulan tadi, apakah difamahi? Semua menjawab faham, dan
dilanjutkanlah latihan itu.
4
Diperkuat dengan hasil wawancara langsung dengan kepala
sekolah Drs. HM. Munadzir, M.Si, dan pada saat beliau ditanya tentang
pola, idola, kebijakan dan implementasinya dalam keseharian, maka
jawabannya adalah:
Jika melihat pola tentu saya harus mengikuti dan mencontoh polanya
Rasulullah Saw sebagai panutan kita, beliau itu Cerdas, Amanah, Jujur dan
selalu mau menyampaikan yang hak dan yang batil sejara jelas, ya dalam islam
kita kenal Sidiq, Amanah, Tabligh dan Fathonah itu, saya selalu meyakini bahwa
jabatan kepala sekolah ini merupakan titipan/amanah dari Alloh Swt. Tuhan
Yang Maha Esa, jika saya mampu mengemban maka saya yakin akan diberi
sesuatu ujian lainnya, Pada saat ditanya tentang rujukan pemimpin, Ya,
mungkin soekarno, dapat juga Ki Hajar Dewantara tapi yang jelas paduan dari
beberapa itulah, jika baik saya gunakan gitu saja dan tentunya berupaya
berasaskan Demokrasi yang telah kita yakini selama ini khan, dan saat ditanya
4
O(S1)1
150
implementasinya dikeseharian, Ya, dapat anda lihat, ketika menentukan sesuatu
saya selalu meminta pendapat orang lain, dalam menaikkan dan tidak pada anak
kita selalu bermusyawarah, bahkan dalam menempatkan personal guru saja saya
selalu meminta pendapat para wakil atau pendamping saya, memang dalam
keadaan tertentu saya harus mempunyai sikap tertentu, harus cepat tapi menurut
saya itu selalu pilihan yang terbaik. Demikian juga pada suatu acara, saya pasti
memberikan kesempatan pada semua dewan guru, mana yang kurang dan siapa
yang mau mengkritisi dan sebagainya, Ketika ditanya tentang optimalisasi
peran Komite dan MKKS, katanya; Oh ya tentu, Komite selalu kita ajak bicara
dalam beberapa kegiatan, utamanya yang melibatkan anak dan orang tua,
panjenengan dapat bertanya pak Ashuri ketua komite kita, beliau juga sering
memberikan masukan kepada kita, peristiwa perubahan muka sekolah dan
alamat SMP N 4 juga atas pertimbangan beliu, Jika dengan para sekolah yang
diwadai dengan MKKS; ya saya selalu berusaha ikut, ya minimal saya
mendukung program-program yang memihak siswa, jika menghadiri
undangannya, ya jika saya dapat datang, pasti datang, tapi jika di sini (SMPN
4) ada acara yang lebih urgen tentu saya absen, tapi keputusannya saya tahu dan
ikuti koq. Dan terakhir mengenai kebijakan Guru sertifikasi dan kebijakan
pembagian Jam, Tentu kita data bersama kurikulum, dengan pertimbangan
profesionalisme kita pilah dan pilih kemudian kita panggil yang terpaksa kita
tidak dapat memenuhi jamnya, kemudian kita bebaskan mereka untuk mencari
jam di sekolah lain, tentunya harus tetap tidak meninggalkan jam disini juga
menjaga almamaternya.
5
Dengan melihat data diatas, maka pola kepemimpinan kepala
sekolah di SMP Negeri 4 Salatiga, merupakan cerminan dari tipe
pemimpin yang Efektif, Konsultatif, Demokratis, Transaksional
berkarakter MBE Aktif dan mengikuti pola kepemimpinan Ki Hajar
Dewantara yang Pancasilais dan berkecenderungan Profetik.
Namun jika kepemimpinan di SMP N 4 Salatiga itu ditinjau dari
pengertian Kepemimpinan Pendidikan berhubungan dengan roh, yang
diperkuat adanya kepribadian, emosi dan visinya sehingga secara
signifikan mampu mempengaruhi pikiran, perilaku dan/atau perasaan
orang lain serta kemampuannya itu dilakukan secara persuasif dan
partisipatif terhadap bawahannya, maka tipe yang nampak adalah
5
W(S1)1
151
Demokratisnya dan inilah gaya pemimpin menurut Tim Dosen Jurusan
Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang, apalagi jika dilihat dari
Wahjosumidjo, ciri dari perilaku pemimpin partisipatif yang kontrolitas
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan antara pimpinan dan
bawahan seimbang, pemimpin dan bawahan sama-sama terlibat dalam
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, komunikasi dua arah
makin meningkat, pemimpin makin mendengarkan secara intensif
terhadap bawahannya, keikutsertaan bawahan dalam pemecahan dan
pengambilan keputusan makin bertambah, maka dapat juga dikatakan
polanya adalah bergaya partisipatif.
Akan berbeda lagi jika kita mengingat gaya kepemimpinan oleh
Glikman, maka yang paling cocok dalam pengelompokan gaya
kepemimpinan di SMP N 4 Salatiga adalah Directive Control, karena
Kepala Sekolah selalu memberikan kebebasan pada pilihan-pilihan guru
akan tindakannya dan selanjutnya ia membantu mendukung dan
bertanggungjawab akan konsekuensinya, karena menurutnya
kepemimpinan jenis ini mampu dan mau memahami akan kebutuhan,
pengalaman, kedudukan dan upaya pengembangannya.
b. SMK N 1 Tengaran
Setiap kepala sekolah pasti mempunyai sifat, kebiasaan,
temperamen, watak dan kebiasaan sendiri yang khas, sehingga dengan
tingkah laku dan gayanya sendiri yang membedakan dirinya dengan orang
152
lain. Gaya atau tipe hidupnya ini pasti akan mewarnai perilaku dan tipe
kepemimpinannya sendiri yang membedakan dirinya dengan orang lain,
dengan kata lain, beda orang dan latar belakangnya, maka dapat
dipastikan beda gayanya, karenanya guna memetakan polanya harus
mencermati hal diatas disamping kecenderungan yang muncul.
Menurut hasil wawancara dengan Bpk. Trisno Dirgantoro, S.Pd.
(Staf Bagian Sarana Prasarana SMK N 1 Tengaran) mengenai Pola
Kepemimpinan Kepala Sekolah, sebagai berikut:
Bapak itu mempunyai watak kepemimpinan yang luar biasa, contohnya adalah
beliau itu selalu menempatkan pembantunya/ wakilnya berdasarkan keahliannya
(bukan pertimbangan DUK), Visioner, Pandai melobi kebawah, samping
sekaligus keatas, ahli dalam memanusiakan manusia dalam arti menghormati
anak buahnya, jaringannya luas, ahli berceramah yang menguasai intertainmen
dan yang terpenting itu beliau itu bersih artinya tidak pernah memperkaya
dirinya melalui jabatannya, Amanah, Cerdas dan Berwawasan luas, dan sangat
dipercaya masyarakat. Konkretnya adalah, beliau itu mempunyai jaringan bisnis
Sapi yang luas sampai 60 70 an ekor yang di peliharakan kepada masyarakat,
dan itu bukan hanya untuk bisnis tapi utuk menjalin-bisniskan kepentingan
Sekolah, beliau sering mengeluarkan uangnya untuk kepentingan makan bahkan
transportasi para guru/karyawannya, selalu mengkader dan melatih semua Guru
dan Karyawan agar mengikuti keahlian manajerialnya
6
.
Menurut Bpk Joko Sukamto, S.T beliau adalah Wakil Kepala
bagian Kurikulum SMK N 1 Tengaran, menurutnya:
Bapak Kepala itu dalam memimpin mengedepankan penanaman karakter
melaui praktek langsung dalam dirinya, sehingga orang mudah dalam melihat
bagaimana memimpin yang baik, bagaimana menghormati orang lain bahkan
bagaimana cara memperlalukan orang, baik itu sesama, anak buahnya maupun
terhadap bawahannya. Sepertinya yang beliau lakukan itu dikerjakan dengan
sengaja dan memang dilakukan sesuai dengan kata hatinya sehingga yang dilihat
orang itu sesuatu yang apa adanya tetapi menghasilkan, sedikit bicara banyak
kerja.
7
6
W(S2)d3
7
W(S2)d1
153
Menurut komite Komite SMK N 1 Tengaran Bpk H. Muh Zuhri,
Pola kepemimpinannya adalah:
Pak Saliminudin itu orangnya Jujur, selalu menghormati saya dengan sering
mengajak diskusi dan berembuk bagaimana membangun dan mengembangkan
SMK, maka dari awal berdirinya saya selalu ada, demikian juga masyarakat sini,
akan selalu melaksanakan apa yang menjadi program Pak Salimin, coba
panjenengan Tanya pada orang, didepan sekolah itu ada warga saya (karena saya
dulu Kepala Desa) pak x, saya tahu persis, orangnya sulit, maunya sendiri dan
sulit diatur, didekati Pak Salimin, tanah yang dulu dibayar tunai berapapun tidak
akan dijual, sekarang telah menjadi milik SMK dan dibangun gedung, dengan
dicicil pula, katanya, waktu itu (karena orangnya telah wafat) untuk pak sol
berapapun boleh, itung-itung untuk amal saya, bayarnya boleh kapanpun,
pendek kata, karena beliau itu ihlas dalam berbuat dan orientasinya hanya untuk
akherat, akhirya semua orang percaya dan selalu samina wa atona
8
.
Bpk. Sartono, S.Pd., Ketua BKK (Bursa Kerja Khusus) SMK N 1
Tengaran, ketika ditanya tentang Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah,
menuturkan:
Bapak itu mengutamakan dan senantiasa menanamkan karakter kepada kami
dan juga anak-anak siswa sini, contohnya disiplin waktu, menghormati sesama
apalagi dengan sesamanya, salah satunya dengan membiasakan sikap dan
perilaku keagamaan melalui pembiasaan tertib berdiri dan sabar untuk
menunggu dan salim dengan Guru yang akan mengajar, ber-asmaul husna,
sehingga kebiasaan baik ini akan terhunjam dihati para siswa yang akhirnya
akan menuntun perilaku yang baik sekaligus menjauhkan dari perilaku tercela
9
.
Sedangkan Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah, sebagaimana
hasil wawancara tertutup peneliti dengan Bpk. Bero Pujo, beliau adalah
salah satu Satpam di SMK N 1 Tengaran, katanya:
Bapak kepala itu orangnya disiplin, jika datang pasti lebih awal dari guru
kebanyakan, Pandai melobi, contohnya pengaspalan Hotmic di depan sekolah
itu, cepat selesai, karena masyarakat kompak dalam bergotong royong, biayanya
sedikit karena bekerja sama dengan DPU, bapak itu juga sangat peduli dan
8
W(S2)b
9
W(S2)d4
154
memikirkan kesejahteraan Karyawan, Pandai dalam berceramah dan bagusnya
beliau selalu melakukan apa yang dikatakan
10
.
Pemahaman tentang Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah menurut
Bpk. Slamet Widodo, juga merupakan Satpam SMK N 1 Tengaran,
menuturkan:
Pak Salimin itu orangnya tiada duanya, Pinter, bisa menempatkan dirinya
dimanapun, termasuk dengan saya, tidak sombong, tidak angkuh, sopan dan
tidak pernah menyakiti orang lain, meskipun kepada pesuruh, disamping itu
beliau itu kyai yang apa adanya, sudah kaya, sehingga tidak mungkin mau
mengambil uang dari sekolah, jika perlu mau mengeluarkan uangnya sendiri
untuk saya atau siapapun yang memerlukannya, ada lo guru sini yang dulu
pernah minta uang (karena kepepet) dan oleh beliau ya diberi, padahal tidak
sedikit, kalau ndak salah cukup untuk perjalanan 3 (tiga) orang ke daerah
Banjarnegara atau tegal gitu
11
.
Sedangkan Pola Kepemimpinan menurut Sdr. Moh Arifin Siswa
Kelas XII RPL 2 SMK N 1 Tengaran:
Pak Kepala itu orangnya selalu mau membantu dan memikirkan orang
tua dan siswanya, contohnya beliau sering mengupayakan bagaimana agar
Orang Tua tidak terbebani uang terlalu berat, Coba bayangkan pak, untuk
pengadaan semua LKS kita hanya diminta membayar Rp. 10.000, bahkan
tahun ini LKS di Gratiskan, beliau juga selalu membantu dan
menfasilitasi saya pada saat akan ikut lomba, padahal lomba itu bukan
atas nama Sekolah, Mobile Education adalah salah satu jenis lomba yang
saya ikuti dan meraih hadiah mencapai hampir 2 (dua) jutaan, karenanya
saya senang dan saya tahun ini akan ikut lagi lomba membuat Game BK
yang berbasis Flash Player
12
.
Berbeda lagi jika kita melihat pengakuan siswa yang lainnya,
yakni alumni siswa SMKN 1 Tengaran (Saudari Dani dan Endah)
mereka tamatan Tahun Ajaran 2012-2013 dan sekarang telah melanjutkan
kuliah di UMS Surakarta dan UKSW Salatiga, katanya:
10
W(S2)h1
11
W(S2)h2
12
W(S2)f
155
Bapak kepala itu orangnya penuh tanggung jawab, selalu mengupayakan
ringannya Biaya Pendidikan kami, contohnya LKS juga biaya Wisata, beliau
juga terkenal dan pandai, baik pandai dalam mempengaruhi orang saat memberi
ceramah maupun pada saat memberi pengarahan atau pembinaan, sehingga kata-
katanya mudah dimengerti, diterima selain kita juga merasa ringan dan enjoy
melaksanakannya.
13
Jika Pola kepemimpinan itu dikaitkan dengan model dan
pendekatan serta Teori Kepemimpinan Transformasional, maka
pemimpin jenis ini harus memiliki 4 (empat) karakteristik, yaitu :
karisma, inspirasional, stimulasi intelektual dan perhatian individual, ia
akan mempunyai keberanian dalam mengubah budaya dan strategi-
strategi sebuah organisasi yang diutamakan adalah hasil dan upaya
pendekatannya, sehingga akan berhasil dan tidak berhasil atau akan
kontra produktif, hal diatas cocok atau tidak keliru jika penulis
mengelompokkan Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah di SMK N 1
Tengaran adalah pemimpin Transformasional.
Hasil dari kepemimpinan diatas, menjadikan para pengikut merasa
adanya kepercayaan dan rasa hormat terhadap pemimpinnya, serta
termotivasi untuk melakukan sesuatu melebihi dari yang diharapkan
darinya. Efek-efek transformasional dicapai dengan menggunakan
karisma, kepemimpinan inspirasional, perhatian yang diindividualisasi
serta stimulasi intelektual, karenanya jenis ini mempunyai kecenderungan
pola Transformasional.
Kepemimpinan di SMKN 1 Tengaran dapat juga dikelompokkan
menjadi Democratic Leadership sebagimana Born membagi dua Gaya
13
W(S2)g
156
kepemimpinan di Sekolah, disamping Socio-Emotional Leadership,
karena pemimpin yang demokratis dalam menentukan masalah selalu
berkoordinasi dan selalu menomorsatukan kepentingan umum daripada
pribadinya, atau kepemimpinan yang mampu dan mau memahami akan
kebutuhan, pengalaman, kedudukan dan upaya pengembangan
bawahannya.
Dalam dunia pendidikan yang terpenting itu adalah bagaimana
menciptakan situasi dan kondisi akibat kepemimpinan itu mampu dan
mau memahami akan kebutuhan, pengalaman, kedudukan dan upaya
pengembangannya, serta adanya kepedulian akan para guru dan warga
sekolahnya, disamping harus handal dalam memecahkan berbagai
problem yang ada, karena sangatlah diperlukan seorang pemimpin
pendidikan yang berkepribadian dan berdedikasi tinggi, yang dapat
mengarahkan dan menggerakkan semua anggota atau komponen yang
ada.
Karenanya pemimpin yang baik haruslah mempunyai syarat
kepribadian sebagai berikut:
1) Sifat pengakuan terhadap kemampuan anggota kelompok yang
dipimpinnya.
2) Sifat jujur, tegas, dan adil.
3) Kepercayaan diri pada diri sendiri.
4) Sifat penolong, mempunyai rasa kemanusiaan yang tinggi.
5) Jiwa interpreneur, penuh inisiatif, kreatif dan dinamis.
157
6) Kemampuan dalam bidang profesi sehubungan dengan kelompok
yang dipimpin.
2. Faktor Keagamaan Dalam Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah Yang
Berlatar Belakang Pendidikan Keagamaan
a. SMP N 4 Salatiga
Secara umum KBM di SMP N 4 Salatiga sama seperti pada
sekolah lainnya, yang membedakan adalah, kebiasaan bersalaman dan
mencium tangan para Gurunya, mengawali dengan Asmaul Husna dan
ketersediaannya al-Quran di setiap ruang kelas disamping cara atau kata-
kata awal yang bernuansa religious oleh Kepala Sekolah SMP N 4
Salatiga dalam penyambutan baik pada saat Upacara Bendera maupun
pada kegiatan Rapat Pembinaan yang secara rutin dilakukan, sebagaimana
yang dinyatakan oleh Bapak Munadzir selaku Kepala Sekolah:
Mencontoh polanya Rasulullah Saw sebagai panutan kita, beliau itu Cerdas,
Amanah, Jujur dan selalu mau menyampaikan yang hak dan yang batil sejara
jelas, ya dalam Islam kita kenal denga Sidiq, Amanah, Tabligh dan Fathonah
itu, saya selalu meyakini kepala sekolah ini merupakan titipan /amanah dari
Tuhan Yang Maha Esa, jika saya mampu mengemban maka saya yakin akan
diberi sesuatu ujian lainnya
14
.
Sedangkan menurut Wakil Kepala Sekolah Ibu SR Sapto Riyani
tentang Perilaku Keagamaan Bapak kepala Sekolah, seperti berikut ini:
Jika itu berkenaan dengan agama tentu banyak ya.. Bapak tu jika pembinaan
selalu mengingatkan kita tentang Tuhan, apa itu syukur atas nikmat-Nya atau,
selalu mengingatkan kepada kita untuk berbuat baik untuk semua bahkan
memberikan pelayanan yang terbaik bagi semua siswanya, Dalam upacarapun
Bapak selalu menyerukan pentingnya menghormati Guru dengan selalu
menyalami dengan mencium tangannya, apalagi untuk kelas IX selalu diajak
14
W(S1)1
158
Mujahadah kepada Tuhan-Nya dalam rangka mendekatkan dan memohon
pertolongan-Nya utamanya untuk sukses Ujian Nasional, tapi juga memperbaiki
Ahlaq dan Budi Pekerti yang sekarang orang lazim menyebutnya
Kepribadian
15
.
Dalam rangka memantapkan hasil Wawancara, penulis sengaja
mengadakan Observasi langsung menjelang KBM, dan peneliti waktu itu
hadir hari Senin, 03 Juni 2013 pada jam 06.30 Wib, berikut ini adalah
bentuknya:
1) Jam 06.50 Wib semua anak telah siap di depan ruang kelas IX A
untuk menunggu guru pengajarnya.
2) Jam 06.57 Wib Bapak guru hadir dan semua siswa menyalaminya
dengan mencium tangannya dengan penuh tertib dan sopan
3) Jam 07.00 Wib ketua kelas menyiapkan dan mempersilahkan untuk
memasuki ruangan kelas.
4) Bapak guru membuka kelas dengan salam dan mempersilahkan anak-
anaknya untuk ber-Asmaul Husna
5) Anak-anak melafadzkan asmaul husna dengan lancar, tertib dan
penuh kekhusuan
6) Guru mengabsen siswa dan memulai pelajaran.
16
Sedangkan perilaku Keagamaan yang nampak dari
Kepemimpinan Kepala Sekolah, beliau menuturkan:
Ya begitu tadi, beliau tidak risih dan tidak sungkan ngobrol dengan anak
buahnya meski saya ini Satpam, Honorer lagi.. sering diajak ngobrol dan
bertukar fikiran, saya yakin itu salah satu ajaran agama, sehingga membuat saya
salut dan bangga.
17
Sedangkan perilaku Keagamaan yang teramat asli itu muncul
pada saat pelaksanaan kegiatan latihan Wasana Warsa dengan
pengamatan tertutup yang berhasil peneliti tangkap, pada saat itu Jam
12.30 Wib diakhir latihannya beliau memberikan kata penutupan:
15
W(S1)4
16
O(S1)6
17
O(S1)8
159
Terima kasih anak-anakku juga para ibu bapak, jangan lupa nanti kita
shalat dulu meski dirumah masing-masing, jangan sampai karena
kecapaian sehabis makan kita langsung istirahat dan tertidur
Masih hasil dari Observasi, Perilaku Keagamaan Kepala
Sekolah juga Nampak pada kata-katanya dalam pembinaan rutin
Guru/Karyawan, seperti kutipan berikut ini:
1) Jam 10.15 Wib Guru dan karyawan dan para wakil kepala sekolah
berkumpul di ruang kelas IX F
2) Jam 10.30 Wib Moderator Bp. M. Budi Wibowo, S.Pd memulai dan
membuka acara.
3) Kepala sekolah Drs. HM. Munadzir memberikan arahan kepada
semua peserta rapat, antara lain :
a) Mengajak semua guru untuk senantiasa mengerjakan kegiatan
positif.
b) Harus selalu berpegang teguh pada Tuhan Yang Maha Esa,
Spiritualitas kita harus selalu diasah, dengan
bermuhasabah/Introspeksi dan mengingat masa lalu untuk
kedepan yang lebih baik.
c) Membangun dan meningkatkan rasa syukur pada Allah Swt
dengan membuang perilaku negative, karena dengan bersyukur
akan membuka kebahagiaan kita sendiri
d) Yang kita punyai berikan yang terbaik untuk anak didik kita, kita
telah dibayar Negara, sumbangkan kepada yang berhak, Tuhan
tidak tidur, pasti kebaikan akan diganjar kebaikan
e) Memohon maaf jika terdapat kekhilafan dan mohon dimaklumi,
kita memerlukan rapat koordinasi menjelang pengumuman
kelulusan juga menjaga transparansi.
f) Jangan lupa pada saat gladi bersih wasana warsa semua harus
hadir, jaga kebersamaan, mimpi buruk kubur dalam-dalam.
4) Jam 11.30 Wib Rapat diakhiri dan dipimpin doa oleh moderator.
18
Sedangkan kegiatan pembiasaan berorientasikan keagamaan
yang nampak dari perilaku Siswa dapat dilihat dari catatan Observasi
berikut:
1) Jam 06.50 Wib semua anak telah siap di depan ruang kelas IX A
untuk menunggu guru pengajarnya.
18
O(S1)1
160
2) Jam 06.57 Wib Bapak guru hadir dan semua siswa menyalaminya
dengan mencium tangannya dengan penuh tertib dan sopan
3) Jam 07.00 Wib ketua kelas menyiapkan dan mempersilahkan untuk
memasuki ruangan kelas.
4) Bapak guru membuka kelas dengan salam dan mempersilahkan anak-
anaknya untuk ber-Asmaul Husna
5) Anak-anak melafadzkan asmaul husna dengan lancar, tertib dan
penuh kekhusuan
6) Guru mengabsen siswa dan memulai pelajaran.
19
Kegiatan kegamaan Kepala Sekolah juga dapat dilihat dari
perilaku yang nampak pada kegiatan rutin Ibadah Jumat, seperti catatan
lapangan berikut:
1) Jam 11.40 Wib semua siswa keluar ruang kelas dan berbondong ke
masjid sekolah
2) Jam 11.45 Wib semua siswa, guru dan karyawan muslim antri dengan
tertib untuk mengambil air wudlu
3) Jam 12.00 Wib Adzan dikumandangkan dan semua siswa tertib dan
khusu didalam masjid
4) Jam 12.10 Wib semua siswa melakukan shalat sunnah tahiyatal
masjid, Kepala sekolah ikut ambil bagian dalam kegiatan ini
5) Jam 12.15 Wib Imam membacakan khotbah dengan tema menyambut
Ramadhan 1434 H semua jamaah khusu mendengarkan khotbah
6) Jam 13.15 Wib khotbah berakhir, semua siswa dan kepala sekolah
melakukan shalat sunnah badiah.
7) Jam 13.25 Wib Kepala Sekolah mengecek dengan bertanya anak
yang tidak ikut shalat jumat dan menimpali khotbah dengan
mengatakan, Anak-anakku, dari khotbah tadi, telah siapkah anda
sekalian menyambut dan melakukan puasa Ramadhan?, mereka
menjawab dengan kompak, : Siap, Insyaallah.
20
8) Jam 12.30 Wib semua siswa membubarkan diri dan sebelumnya
menyalami Bapak Kepala dengan mencium tangannya.
19
O(S1)6
20
O(S1)1
161
b. SMK N 1 Tengaran
Inti dari model kepemimpinan Keagamaan yang dapat kita
identikan dengan Kepemimpinan Profetik mempunyai dua sisi, pertama,
kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain mencapai tujuan
sebagaimana yang telah dilakukan oleh para nabi, Kedua, aktifitas dan
kemampuan mengendalikan diri dan mempengaruhi orang lain untuk
mencapai tujuan dengan tulus sebagaimana dilakukan oleh para
nabi (prophet), kemampuan tersebut harus melalui kekuatan pencerahan
jiwa dan pembersihan ruhani, ketiga, aktivitas mempengaruhi orang
lain dengan tulus, didukung kekuatan rabbani dan wahyu, artinya terjadi
pencerahan jiwa, dan pembersihan ruhani, diisi cahaya ke-Tuhanan,
karenanya titik singgungnya kepada dimensi kepemimpinan yang muncul
darinya berupa empat aspek yaitu: sidiq, amanah, tabligh, dan fathonah
yang ke empat aspek itu dapat juga kita analogikan sebagai; Sidiq
berpedoman pada nurani & kebenaran (conscience centred),
Amanah profesional & komitmen (highly committed), Tabligh
ketrampilan komunikasi (communication skills), dan Fathanah mampu
mengatasi masalah (problem solver).
Dari ketiga pandangan tentang kepemimpinan profetik diatas
itulah, meski telah diungkap mendalam pada Bab II yang kemudian
menjadi landasan penulis bahwa kepemimpinan profetik sama
pengertannya dengan kepemimpinan keagamaan yang dipersempit lagi
menjadi kepemimpinan Islam.
162
Berikut adalah beberapa data yang menggambarkan
keberagamaan Kepala SMK N 1 Tengaran dalam memimpin sekaligus
secara gemilang memajukannya, sebagaimana kutipan wawancara dengan
Kepala Sekolah, (Drs. H. Saliminudin, MM./ Kepala SMK N 1
Tengaran), berikut:
Wah, saya itu tidak muluk-muluk teorinya, saya hanya menggunakan STAF
saja dalam memimpin dan itu tentunya berarti mengikuti dan mencontoh
polanya Rasulullah Saw., yaitu Sidiq, Tabligh, Amanah dan Fatonah. Selain itu
saya akan selalu ingat kata Khairun nas Anfauhum Linnas ya hanya itu saja
aslinya, disamping itu saya juga meyakini bahwa jabatan ini sebagai mata uji
Allah Swt, ya semoga saya mampu mengerjakanlah, disamping itu saya selalu
mempunyai dan menggunakan filsafat BAKSO (Berbuat baik, Amanah, Konaah,
Sabar dan Ora neko-neko).
Ketika ditanya bagaimana mempertanggungjawabkan Keuangan
dan Target akhir kepemimpinannya, beliau langsung menjawab:
Saya dalam mengelola keuangan melalui BMT (Baitul Maal Wa Tamwil)
dalam upaya open manajemen (utamanya di bagian Tata Laporan), dengan target
akhir saya, yakni mengimpikan sekolah yang bukan hanya RSBI tetapi
diatasnya yakni RSBA (Rintisan Sekolah Berbasis Akherat) dengan indikator
input-output siswa dengan moral dan keimanan.
21
Adapun menurut penjelasan salah seorang Guru, (Riyanti, S.Pd./
Guru SMK N 1 Tengaran), dalam kesehariannya Kepala Sekolah SMK N
1 Tengaran acap kali menyerukan tindakan keagaan, dengan menuturkan :
Bapak itu jika pembinaan selalu mengingatkan kita tentang Tuhan, selalu
menginstruksikan agar anak selalu bersalam-salaman dan ber Asmaul Husna
menjelang pelajaran, Dalam upacarapun Bapak menyerukan pentingnya salat
malam dan, terlebih untuk kelas IX selalu diajak Mujahadah kepada Tuhan-Nya
dalam rangka mendekatkan dan memohon pertolongan-Nya, utamanya untuk
sukses Ujian Nasional, tapi juga memperbaiki ahlaq dan budi pekerti, jangan
sampai hanya kerenanya anak menjadi gagal.
22
21
W(S2)a
22
W(S2)e
163
Sedangkan hasil wawancara dengan Guru lain, (Widiyono, S.T./
Guru SMK N 1 Tengaran), beliau mengutarakan:
Bapak itu dalam memimpin selain berwawasan luas beliau itu mempunyai
Kharisma tinggi mungkin karena ke Kyaiannya atau apa tapi ketika berbicara,
tidak ada seorangpun yang tidak serius mendengarkan, baik dalam memotivasi
anak juga para guru, dalam memutuskan masalah selalu berkompromi dulu dan
berdiskusi bagaimana baiknya dan beliau selalu ingin bergerak cepat adanya
perubahan menuju perbaikan, dalam hal keagamaan, beliu selalu
menonjolkannya, dalam pembinaan Upacara maupun kepada semua guru, selalu
mengingatkan akan upaya pendekatan pada Allah Tuhan yang Maha Esa,
menyerukan Asmaul Husna pada anak menjelang pelajaran juga bersamalan
dengan gurunya dengan mencium tangannya.
23
Berbeda lagi jika kita mencermati keberagamaan Kepala sekolah
dengan Satpam, (S.Widodo / Satpam SMK N 1 Tengaran), tuturnya:
Suatu saat saya didatangi beliau diajak ngobrol, ditanya kabar dan seterusnya,
jadinya saya malah tambah hormat serta takjub, inilah pemimpin yang
dikehendaki ummat, mau memanusiakan manusia dan tetap tidak sombong dan
tidak arogan.
24
Adapun perilaku Agama Kepala sekolah menurut Komite, (H.
Moh Zuhri/Ketua Komite SMK N 1 Tengaran), sangatlah luas, beliau
menjelaskan:
1) Tentang keagamaan yang diajarkan kepada siswa.
Saya mengenal beliau itu sudah puluhan tahun sejak ada rencana akan
didirikan SMK Kecil di komplek SMPN 2 (tahun 2002-2004), jadi saya
faham betul bapak itu, beliau itu seorang Kyai yang Kepala sekolah, jadi
amat kental nuansa religiusnya, bisa dilihat dengan anjuran dan praktek
kesehariannya, para siswa yang selalu diajari dan bersikap hormat baik
sesama terlebih dengan orang tua / guru, selalu menyalami dan mencium
tangannya, diamalkannya Asmaul Husna setiap pagi, tersedianya kitab suci
disetiap ruang kelas, beliau itu mengutamakan ahlakul karimah kepada
semua siswanya.
25
23
W(S2)e
24
W(S2)h
25
W(S2)b
164
2) Prinsip keagamaan
Ya banyak mas, coba jika dilihat, perluasan sekolah di SMK ini, mustahil
dapat berkembang jika salah seorang (menyebut nama) tidak mendukung,
karena ia mempunyai tanah yang berada persis di depan sekolah, dan ia itu
orang yang saya kenal paling sulit untuk diajak kompromi. Tapi dengan
pendekatan keagamaan pak kepala, akhirnya melepas tanah itu, dah saya
lepas tanah itu, yang penting saya bisa naik haji dan sisanya dapat dibayar
kapan dan dengan cara dicicil seadanya kata pemilik tanah saai itu ,
Tingginya daya dukung masyarakat sini (tengaran) terhadap kemajuan dan
kebijakan beliau, masyarakat sini itu jika diajak apapun untuk SMK ini
apapun dilakukan, belum lagi dengan kemampuan ceramah dan
kharismanya, beliau itu teramat kental nuansa keagamaannya, jika saya
pandang beliau itu tidak ada unsur ingin kaya atau dihormati yang ia
inginkan hanya Mardhotillah (hanya inginkan kerelaan Allah Subhanahu
Wataala)
26
.
Kepala SMK N 1 Tengaran selalu berperilaku Agama secara total,
baik dalam ucapan dan perilakunya, hal tersebut dapat dilihat dari cacatan
observasi langsung (berperanserta) yang peneliti lakukan, berikut
catatannya:
1) Jam 07.45 Wib semua Guru dan karyawan dan para wakil kepala
sekolah berkumpul di ruang guru
2) Jam 08.00 Wib pembinaan dimulai dengan pimpinan Kepala sekolah.
3) Kepala sekolah Drs. H. Saliminudin memberikan arahan kepada
semua peserta rapat, antara lain :
a) Mengingatkan akan pentingnya kegiatan positif berupa
pendampingan dan perhatian kepada anak didik.
b) Harus selalu berpegang teguh pada Allah Swt., dengan selalu
mengasah spiritualitas, dengan cara selalu bermuhasabah akan
kekurangan dan kelemahan masing-masing.
c) Meningkatkan rasa syukur pada Allah Swt dengan selalu beramal
salih dan menjauhi perilaku negatif, karena dengan bersyukur
berarti membuka diri akan kebahagiaan kita sendiri
d) Upayakan memberikan yang terbaik untuk anak didik kita,
sumbangkan kepada yang berhak, Allah Swt. pasti menggantinya
dengan kebaikan yang lebih.
26
W(S2)b
165
e) Secara pribadi meminta maaf jika jika dalam kepemimpinan
terdapat over loping, kita pasti memerlukan musyawarah
mufakat dalam segala hal.
f) Dalam pembagian tugas nanti, guru PNS sertifikasi maupun non
sertifikasi harus minimal 24 jam
g) Kelulusan 100% dengan nilai rata-rata sekolah harus kita syukuri,
tetapi kedepan harus tetap ditingkatkan minimal dipertahankan
4) Jam 10.00 Wib kepala sekolah menawarkan sesuatu hal yang belum
dibahas dan jika terdapat permasalahan, namun semua guru
menganggap memahami dan merasa cukup.
5) Jam 10.30 Wib. Rapat diakhiri dengan doa dan harapan semoga SMK
N Tengaran kedepan membanggakan untuk guru, siswa dan
masyarakat.
27
Adapun hasil pengamatan yang lainnya, nampak berikut ini:
1) Jam 07.50 Wib semua Guru dan karyawan dan para wakil kepala
sekolah berkumpul di ruang kelas guru
2) Jam 08.00 Wib pembinaan dimulai dengan pimpinan Kepala sekolah.
3) Kepala sekolah Drs. H. Saliminudin memberikan arahan kepada
semua peserta rapat, antara lain :
a) Harus selalu ingat akan Alloh Swt. karena kesempatan dan
kesehatan yang kita peroleh selama ini, ingatlah bahwa banyak
orang disekitar kita banyak kekurangan.
b) Mohon maaf jika tahun ini masih ada yang mengajar 22 jam,
karena kita tetap memprioritaskan guru sertifikasi
c) Jika nilai UN tahun ini masih ada 23 anak dengan nilai maple
dibawah 4, maka itu kesalahan saya, kerenanya kedepan kita tetap
harus semangat, kita yakin semua dapat kita tempuh dengan
kesungguhan, Ikhtiar dan tawakkal pada Alloh Swt.
d) Ada rencana tanggal 19 sd 21 Agustus 2013 kelas X outbond di
Kaveleri Ambarawa, mohon para pendamping serius ngesuhi
anak-anak dalam hal perilaku dan pergaulan, sehingga tetap
agamis dalam beroutbond
e) Pada bulan September, SMKN kita akan didatangi tim ISO,
karenanya persiapkan dan buktikan kita telah siap dan upayakan
mengesankan mereka
f) Tanggal 17 Agustus kita wajib mengikuti upacara, dalam rangka
Dzikir akan kenikmatan kita sekaligus pengorbana para
pendahulu sebagai bentuk Patriotisme dan Hubbul Waton Minal
Iman.
4) Jam 10.00 Wib kepala sekolah menawarkan sesuatu hal yang belum
dibahas dan jika terdapat permasalahan.
27
O(S2)a
166
5) Terdapat guru yang mengusulkan agar dalam upacara bendera 17
Agustus diselenggarakan selamatan dan tumpengan ala kadar, para
guru siap patungan jika diperlukan
6) Bapak kepala sekolah menawarkan kembali pada semua hadirin dan
mayoritas menyetujuinya, karenanya beliau langsung memutuskan
bahwa dana dipenuhi 100% oleh sekolah.
7) Jam 10.30 Wib Rapat diakhiri dengan doa dan harapan pada Alloh
Swt., semoga dilimpahkan kekuatan dan kesabaran dalam
menjalankan amanah kepemimpinan kita semua, demikian kata
penutup Bpk. Kepala.
28
Pengamalan Keagamaan Kepala Sekolah benar telah diamalkan
oleh para siswanya dalam keseharian, sebagaimana data hasil pengamatan
berikut:
1) Jam 06.50 Wib semua anak telah siap dengan rapi di depan ruang
kelas XI A untuk menunggu Wali Kelas.
2) Jam 06.58 Wib wali kelas hadir langsung menempatkan didepan
barisan semua siswa, ketua kelas menyiapkan barisa, semua siswa
menyalami dengan mencium tangan gurunya dengan penuh tertib dan
sopan sambil memasuki ruang kelas.
3) Jam 07.00 Wib guru mengucapkan salam dan tetap mendampingi
siswa pada saat melafadzkan Asmaul Husna yang terdengar kompak
dan khusu.
4) Jam 07.30 Salah seorang siswa memandu Tadarus al Quran juz 3 dan
terdapat anak yang lebih aktif berupaya membenarkan bacaan
temannya yang kurang benar dengan pantauan wali kelas.
5) Jam 07.50 Guru mengabsen siswa dan memulai pelajaran untuk jam
pertama.
29
Jika Faktor Keagamaan diatas yang diterapkan dalam
kepimpinannya, maka perilaku yang muncul adalah adanya upaya dan
kebijakannya membawa dimensi keduniawian kepada dimensi spiritual
(keilahian), ia berusaha mengendalikan diri melalui kekuatan
pembersihan rohani yang mempunyai makna ajakan dan merupakan
28
O(S2)a
29
O(S2)f
167
media interaksi transendental dengan Tuhan, selain interaksi horisontal
dengan sesama, upaya pengendalikan diri sebagaimana dilaksanakan oleh
para nabi tersebut mempunyai arti bahwa kemampuannya diperjuangkan
melalui kekuatan pencerahan jiwa dan pembersihan rohani.
Sebelum mempengaruhi orang lain, pemimpin dalam
kepemimpinan ini yang lazim disebut kepemimpinan profetik telah
mampu mempengaruhi dan mengatur dirinya, ia mempengaruhi dengan
perbuatan yang dijalankan dan menjadikannya keteladanan. Kekuatan
pencerahan jiwa mengandung arti orang yang mempengaruhi berarti
sudah atau sedang mempraktekkan apa yang dipengaruhkan sebagai
wujud dari jiwanya yang telah tercerahkan.
Disamping itu, beberapa data diatas maka dapat dinyatakan bahwa
Faktor keagamaan yang muncul pada diri Kepala Sekolah yang berlatar
belakang keagamaan bernuansa Robbani, ia menerapkan Pola
Kepemimpinan Profetik dimana dalam kesehariannya melakukan
sebagamana sifat dan sekaligus perilaku yang senantiasa dilakukan dan
dimiliki oleh seorang Nabi yang Sidiq, Amanah, Tabligh dan Fatonah
dengan menumbuhkan keteladanan dan perilaku mulia yang dimengerti,
dimaklumi serta secara sadar dilakukan oleh para bawahannya dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama.
168
3. Respon Warga Sekolah Terhadap Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah
Yang Berlatar Belakang Pendidikan Keagamaan.
a. SMP N 4 Salatiga
Tanggapan warga sekolah terhadap pola kepemimpinan sangat
variatif sebagaimana pola kepemimpinan yang ditampilkan pada saat itu,
tentunya pada saat pemimpin demokratis mayoritas warga sekolah
menanggapinya dengan sangat positif dan selalu mendukung kebijakan
pengembangannya meski pada suatu saat kurang mendukung
penenarapannya karena kendala biaya ataupun pada saat seorang
pemimpin menerapkan model kepemimpinannya yang kurang demokratis.
Dalam rangka katagorisasi respon Warga Sekolah tentang Pola
Kepemimpinan kepala sekolah yang berlatar belakang keagamaan secara
benar, maka dapat dicermati hasil data sebagai berikut, baik yang
bersumber dari hasil Wawancara maupun Observasi dibawah ini.
Menurut Ibu SR Sapto Riyani, (Wakil kepala Sekolah) SMP N 4
Salatiga:
Oo itu, Bapak itu cerdas, banyak ide dan selalu meminta pertimbangan saya
ketika akan menentukan sesuatunya, kemarin berbicara tentang Bu X dan Bp
Y, menurut ibu bagaimana orang ini, layak mboten jika masuk di Staf
Kurikulum dan bu ini masuk di ektra ini? Ya tentu dengan sepemahaman saya
saya matur apa adanya.
30
Adapun menurut pengakuan Ibu Muji Lestari, S.Pd (Perwakilan
Guru) tentang respon warga sekolah adalah:
Jika para guru tentu harus dan selalu berupaya mengikuti irama
(menyesuaikan) bapak meski kadang keteter (terseok juga), jika para orang tua
30
W(S1)4
169
saya yakin mengiyakan dan salut atas kepemimpinan beliau, karena beliau telah
terbukti mampu meningkatkan prestasi anak, minimal dalam meluluskan UN
yang bertahan dan mencapai 100 % demikian juga para komite, sepanjang
endingnya untuk kemajuan sekolah tentu akan mendukung dan
menyetujuinya.
31
Adapun pengakuan Bpk Sutrisno (Satpam SMP N 4 Salatiga),
tentang responnya terhadap Pola Kepemimpinan Bpk Munadzir, yaitu:
Ya begitu tadi, beliau tidak risih dan tidak sungkan ngobrol dengan anak
buahnya meski saya ini Satpam, Honorer lagi.. sering diajak ngobrol dan
bertukar fikiran, saya yakin itu salah satu ajaran agama, sehingga membuat saya
salut dan bangga
32
.
b. SMK N 1 Tengaran
Respon warga sekolah tentang kepemimpinan Kepala Sekolah
yang berlatar belakang keagamaan di SMK N 1 Tengaran, menurut Bpk
Widiyono, S.T. adalah:
Para guru disini selalu mengikuti dan menyesuaikan bapak meski kadang tidak
faham juga, contohnya Bapak itu bisa mencari harga buku LKS dengan hanya 10
sd 15 Ribu untuk semua pelajaran, menggratiskan makan siang bagi guru
karyawan SMKN sini, kita tidak tahu dari mana uang itu, karenanya para orang
tua dan para guru bahkan masyarakat saya yakin selalu mengamini semua
kebijakan dan kepemimpinan beliau, karena beliau telah terbukti mampu
meningkatkan prestasi anak, memajukan ke sarana prasaranaan disini. Tentang
kharisma tadi, coba panjenengan lihat, tanah didepan itu, oleh pemiliknya pernah
bicara dengan saya, Tanah itu jika bukan P.Kyai (Saliminudin) sendiri yang
meminta, pasti tidak akan jual, ya hitung-hitung saya ikut mendukung kebijakan
bapak yang baik dan saya dapat kebaikannya, dan sekarang bapak itu sudah
wafat.
33
Adapun respon kepemimpinan menurut Bpk S. Widodo (Salah
satu Satpam di SMK N 1 Tengaran), adalah :
Suatu saat saya didatangi beliau diajak ngobrol, ditanya kabar dan seterusnya,
jadinya saya malah tambah hormat serta takjub, inilah pemimpin yang
dikehendaki ummat, mau memanusiakan manusia dan tetap tidak sombong dan
31
W(S1)5
32
W(S1)8
33
W(S2)e
170
tidak arogan, Bapak itu khan kyai, kharismanya besar dan banyak ilmu
agamanya, sehingga wajar jika bapak selalu dipatuhi anak buah siswa dan
disegani masyarakat. Anak-anak sopan dengan kami, mereka selalu mengajak
salim dan mencium tangan saya, awalnya merinding saya, tetapi akhirnya biasa
saja. Sering beliau diundang untuk mengisi ceramah kesana kemari, sehingga
banyak yang mengenal beliau bahkan dari tahun ketahun pendaftar disini
semakin meningkat karena kepala sekolahnya seorang kyai dan nyatanya dapat
dengan sukses memimpin SMK N 1 ini bahkan sudah hampir 3 atau 4
periode.
34
Respon Warga sekolah menurut Siswa dan Alumni akan
sangatlah berfariasi, diantaranya menurut Dani dan Endah sebagai
berikut:
Beliau itu menyenangkan, hampir semua siswa mengidolakan beliau, pinter,
bijaksana dan penuh karisma dan tidak sombong, beliau ini sering berceramah
agama lo pak, penuh tanggung jawab bahkan sangat memikirkan kepentingan
orang tua dan siswa.
35
Adapun respon warga sekolah tentang bentuk nyata dukungan
warga terhadap pola kepemimpinan Bpk Kepala Sekolah SMK N 1
Tengaran, Menurut Bpk H. Moh Zuhri (Ketua Komite) adalah:
Iya mas, Pak Sholimin itu sudah 3 (tiga) periode lebih dalam memimpin SMKN
ini, dan ini masih kita pertahankan, dengan cara pendekatan dan usulan kami
lisan kepada Bpk Bupati dan alhamdulillah beliu benar dipertahankan.
36
Dari hasil penyajian data diatas, dapat menuntun kita untuk
memahami dan akhirya mampu menyimpulkan bahwa bentuk tanggapan
atau Respon Warga Sekolah terhadap pola kepemimpinan kepala sekolah
yang berlatar belakang keagamaan sangatlah mendukung dan
34
W(S2)h
35
W(S2)g
36
W(S2)b
171
menanggapinya dengan positif, responsif, adaptif disamping mampu
menciptakan rasa salut, bangga sehingga para bawahannya selalu
mengamini perilakunya, Pola kepemimpinan dan perilaku agama tersebut
juga mampu menciptakan rasa bertambahnya hormat, segan dan mampu
menciptkan kenikmatan (enjoyable) dalam berkarya, bahkan akan mampu
memunculkan kesan inilah pemimpin yang diidolakan selain juga mampu
meningkatkan prestise dan image poistif dari waktu kewaktu.
Responsifitas yang terjadi pada kenyataan diatas tentu sangatlah
mempengaruhi tingkat produktifitas dan efektif efisennya sebuah pola
kerja dan hubugan pada suatu Lembaga, karena semua civitasnya merasa
saling memiliki, membutuhkan, melindungi dan berupaya terus untuk
menjadi semakin baik, inilah yang dimaksud dengan lingkungan
kepemimpinan yang Rumangsa melu handarbeni, Wajib melu
hangrukebi dan Mulat sarira hangrasa wani.
4. Dampak/Pengaruh Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap
Kemajuan Sekolah Di SMP Negeri 4 Salatiga Dan SMK N Tengaran
Buah dari sebuah sikap atau perilaku itu adalah Norma, dan nilainya
tergantung pada dampak yang ditimbulkan, jika sebuah tindakan itu baik dan
benar tentu akan menimbulkan dampak posistif dan bernilai tinggi dan
sebaliknya, Adapun akibat akhir yang diperoleh dari suatu kepemimpinan
dalam Pendidikan adalah adanya Kemajuan atau peningkatan Kuantitas dan
Kulitasnya.
172
a. SMP Negeri 4 Salatiga
Kemajuan sekolah itu dapat dilihat dari berbagai sisi, yakni
kemajuan Fisik dan non Fisik, sesuai ungkapan Bpk Drs SB Hariyanto
(Koordinator Kurikulum SMP N 4 Salatiga), adalah:
Menurut saya semua Kepala di SMP N 4 Salatiga dan membawa peningkatan,
baik fisik maupun non fisik, dan jika dipilah, jika dengan kemajuan sekolah,
tentu banyak, contohnya: Meningkatnya kualitas karakter siswa, prestasi
akademik non akademiknya cenderung naik, SMPN 4 tambah dikenal, Program
keagamaan sukses, Bapak Munadzir itu satu-satinya kepala sekolah yang sangat
lihai dalam melobi dan tidak takut dengan siapapun, coba jika tidak beliau,
kapan SMP N 4 akan mempunyai Gedung dan tempat yang stategis seperti
ini, kita mempunyai Drum Band, Tidak dipandang sebelah mata oleh Sekolah
lain, Keahlian beliau dalam mengarang lagu, yang semuanya itu membawa
SMP N 4 bertambah dikenal, teman-teman selalu mendukung dan mengikuti
semua anjuran dan kebijakannya, sehingga tugas kita bertambah nyaman dan
ringan dan secara kualitas akademik beliau juga mampu mempertahankan
bahkan meningkatkan kelulusan UN 100%.
37
Jumlah siswa juga dapat menentukan tingkat kemajuan suatu
Sekolah, untuk menentukannya kita lihat tabel berikut:
Tabel 4.1.
Perolehan Siswa Berdasar Pendaftar Dan Agama
a. Kelas VII berdasar pendaftar tahun 2013-2014 Sebanyak 567
siswa
Agama / Jenis
Kelamin
Laki-laki Perempuan Jumlah
Islam 107 114 221
Kristen 10 10 20
Katolik 3 3 6
Hindu 0
Budha 2 2
Jumlah 122 127 249
37
W(S1)4
173
b. Kelas VIII berdasar pendaftar tahun 2012-2013 Sebanyak 459
siswa
Agama / Jenis
Kelamin
Laki-laki Perempuan Jumlah
Islam 94 116 210
Kristen 10 10 20
Katolik 1 2 3
Hindu 0
Budha 1 1
Jumlah 105 129 234
c. Kelas IX berdasar pendaftar tahun 2013-2014 Sebanyak 496
siswa
Agama / Jenis
Kelamin
Laki-laki Perempuan Jumlah
Islam 87 107 194
Kristen 8 9 17
Katolik 2 2
Hindu 0
Budha 0
Jumlah 95 118 213
Dari tabel diatas terdapat kenaikan dan peningkatan secara
signifikan tentang animo pendaftar dari 3 (tiga) tahun terakhir maupun
dilihat dari jumlah siswa Muslim yang diterima.
Adapun kemajuan itu dilihat dari hasil pengamatan peneliti pada
suatu hari yakni Senin, 03 Juni 2013, yang berhubugan dengan kualitas
siswa adalah tingkat kelulusan 100% dan upaya mempertahankannya,
sebagai berikut :
1) Jam 08.40 Wib semua Bapak Ibu Guru memasuki ruang guru
2) Jam 08.50 Acara dibuka oleh Moderator dengan Doa sesuai Agama
dan Kepercayaan masing-masing
3) Jam 09.00 Wib Bapak Kepala Sekolah memberikan pengarahan :
a) Kita harus selalu syukur karena kesempatan dan kesehatan saat ini
dapat kumpul bersama, inilah kenikmatan yang sering dilupakan.
174
b) Perlu mensyukuri hasil UN yang bertahan dan sukses 100 % ada
peningkatan perolehan nilai namun belum naik peringkat antar
sekolah.
c) Mengucapkan terima kasih kepada semua Guru karena
keberhasilan itu dan telah bersusah payah menyiapkan kegiatan
Wasana Warsa dengan matang, harapannya tahun depan lebih baik
lagi
d) Wajar jika terdapat sisi negatif pada suatu acara al; waktu yang
molor dan tari dan sambutan Pejabat terlalu lama, kedepan harus
menjadi catatan kita, adapun yang baik banyak hal.
e) Para guru merasa bangga, puas dan dengan tetap mendengarkan
semua kata dan pengarahan dari Kepala Sekolah.
4) Jam 09.30 Wib Rapat ditutup oleh Pemandu/ Moderator.
38
Akan nampak jelas kemajuaan itu dibidang Akademik khususnya
pada perolehan nilai Akhir, dapat dilihat dari grafik berikut ini:
Grafik 4.1.
Rata-rata Nilai Akhir
39
38
O(S1)1
39
D(S1)4
175
Grafik 4.2.
Rata-rata Nilai Sekolah
40
Grafik 4.3.
Rata-rata Nilai Ujian Nasional
41
Jika mencermati data berdasar tabel diatas, maka perolehan nilai
di SMP N 4 Salatiga mengalami peningkatan, hal itu nampak pada tabel
4.1 sebagai tolok ukur akhir dari penentuan kelulusan maupun tolok ukur
keberhasilan/ kemajuan suatu sekolah, utamanya jika ditinjau dari
40
D(S1)4
41
D(S1)4
176
perbandingan perolehan nilai pada tahun pelajaran sebelumnya, baik
berdasarkan Nilai UN maupun nilai Sekolah.
Berdasarkan semua data diatas, baik berdasarkan hasil
wawancara, observasi maupun dokumen berupa tabel dan grafik, maka
dapat dikatakan, SMP Negeri 4 Salatiga pasca dipimpin oleh Bpk Drs.
HM. Munadzir, M.Si yang mempunyai latar Belakang Pendidikan
Keagamaan menghasilkan kemajuan dan inovasi dibidang Pendidikan
baik secara kualitas maupun kuantitas, fisik maupun non fisik yang
dapat diakui oleh semua Warga Sekolah di dalam dan di luar Lembaga
Pendidikan tersebut.
b. SMK N 1 Tengaran
Menurut ketua Komite Sekolah Bpk Moh Zuhri kemajuan
sekolah di SMK N 1 Tengaran terbagi menjadi 2 (dua) yakni bersifat
Fisik dan bukan Fisik, antara lain:
1) Kemajuan Fisik, sebagaimana pernyataannya:
Ya banyak Mas, coba jika dilihat, Perluasan Sekolah di SMK ini, mustahil
dapat berkembang jika salah seorang (menyebut nama) tidak mendukung,
karena ia mempunyai tanah yang berada persis di depan Sekolah, dan ia itu
orang yang saya kenal paling sulit untuk diajak kompromi. Tapi dengan
pendekatan keagamaan Bapak kepala, akhirnya melepas tanah itu, Dah
saya lepas tanah itu, yang penting saya bisa naik haji dan sisanya dapat
dibayar kapan dan dengan cara dicicil seadanya kata pemilik tanah saat itu,
Tingginya daya dukung masyarakat sini (tengaran) terhadap kemajuan dan
kebijakan beliau, masyarakat sini itu jika diajak apapun untuk SMK ini
apapun dilakukan, belum lagi dengan kemampuan ceramah dan
kharismanya, beliau itu teramat kental nuansa keagamaannya, jika saya
pandang beliau itu tidak ada unsur ingin kaya atau dihormati yang ia
inginkan hanya Mardhotillah (Menginginkan dan mengharapkan Ridhlo
Allah Subhanahu Wataala).
42
42
W(S2)b
177
Kemajuan Sekolah menurut Bpk Widiyono, ST., adalah sangat
luas, antaranya:
KemajuanYa itu.., Coba kita lihat dengan usia yang belum lama Gedung dan
Sarana Prasarana sudah seperti ini, Meningginya pamor SMK di mata
Masyarakat dengan bukti; Animo atau minat para pendaftar yang selalu
meningkat, Perolehan Nilai UN yang meningkat atau minimal bertahan, kita
mendapatkan pengakuan Kualitas dari ISO bulan Agustus 2010, disamping
kesejahteraan Guru/Karyawan juga semakin baik, Wah ini saya mau mengajar
dulu pak, sudah dulu ya.
43
Adapun kemajuan sekolah menurut Trisno Dirgantoro, S.Pd.
(Bagian Sarpras SMK N 1 Tengaran) adalah:
Bagi saya kemajuan itu ada bila telah tencukupinya kebutuhan Sarana
Prasarana Sekolah, Gedung Sekolah, Alat Peraga, Sarana Olah Raga dan
lainnya, dimana Guru dan Siswa tidak merasa kurang dalam penyediaan alat,
sehingga Bakat Minat apalagi kebutuhan praktikum dari semua Prodi
tercukupi, dan menurut pengamatan kita kita telah pesat pengadaanya, dapat
dicermati pada Laporan Data Inventaris.
44
Tabel 4.2.
Inventaris Tanah
45
No
Nama
Barang
Luas M
2
Tahun Penggunaan Asal Ket
1 Tanah
bengkok I
5,011 m2 2004 RKB Hibah
desa
Bengkok desa
2 Tanah 1,017 m2 2004 R. TU & Kepsek Komite Beli a/n Nadliroh
3 Tanah 150 m2 2005 R Koperasi,
Parkir
dan Kantin 15
ruang
Komite Beli a/n Iman
Denin
4 Tanah 1,050 m2 2006 RKB & Parkir Komite Beli a/n Rosyid
5 Tanah 675 m2 2006 Lapangan
Olahraga
Komite Beli a/n Zaenudin
6 Tanah
bengkok
II
1,989
m2 UGB Hibah
desa
Bengkok desa
7 Tanah 120 m2 2006 UGB Komite Beli a/n Danu
43
W(S2)f
44
W(S2)d3
45
D(S2)d1
178
No
Nama
Barang
Luas M
2
Tahun Penggunaan Asal Ket
8 Tanah 400 m2 2007 Lapangan
Olahraga
Komite Beli a/n Syafi'i
10 Tanah
1,840
m2 2007 Workshop TMO Komite Beli a/n Muh.
Tarom
11 Tanah 140 m2 2007 WC Siswa Komite Beli a/n Sugito
Parjan
12 Tanah
2,660
m2 2007 Mushola, Lab,
Parkir
Komite Beli a/n Iman
Denin
15 Tanah
318
m2 2011 Lab. Tata Boga Beli a/n Imron
TOTAL
LUAS
15,052 m2
Tabel 4.3.
Inventaris Gedung
46
Jenis Barang
Nama Barang
Konstruksi Bangunan
Bertingkat/
Tidak
Beton/
Tidak
Gedung B
- Ruang kelas 5 ruang Tidak Beton
- Gudang dan wc Tidak Beton
-
Rehap menjadi bertingkat
6 lokal + tangga
Gedung C
- Ruang Kepala Sekolah Tidak Beton
- Ruang Tata Usaha Tidak Beton
- Gudang 2 Tidak Beton
- Kamar Mandi / WC 2 Tidak Beton
- Ruang Tamu Tidak Beton
-
4 RKB, R.Guru, 3 Kamar Mandi
R. Kurikulum + tangga
Gedung D
- Ruang Kelas 6 Lokal Tidak Beton
46
D(S2)d2
179
Jenis Barang
Nama Barang
Konstruksi Bangunan
Bertingkat/
Tidak
Beton/
Tidak
- Rehap menjadi bertingkat
6 lokal + tangga
Gedung IV
- Ruang Koperasi Tidak Beton
- Ruang UKS Tidak Beton
- Ruang BP Beton
- Ruang Kantin 6 ruang Tidak Beton
- Penambahan kantin
7 ruang
Gedung A (2 Lantai)
-
Ruang Praktek Tata
Busana Bertingkat Beton
-
Ruang Praktek Mesin
Otomotif Bertingkat Beton
- Ruang Komputer Bertingkat Beton
- Ruang Perpustakaan Bertingkat Beton
Gedung E & F (2 Lantai)
- Ruang Kelas 8 Lokal Bertingkat Beton
Gedung A (2 Lantai)
Timur selatan
Ruang Bengkel TMO
(th 2012 alih fungsi utk
Perpustakaan)
Tidak Beton
3 RKB
R. OSIS
Tempat parkir siswa dan guru
Gedung H
- Workshop Bengkel TKR
Gedung I
- Mushola
- Gedung UP Tata Busana
180
Jenis Barang
Nama Barang
Konstruksi Bangunan
Bertingkat/
Tidak
Beton/
Tidak
Bengkel Odner
Ruang PraktekSiswa
(RPS TSM) Tidak Beton
Ruang UP (Unit Produksi) 3 Ruang
Ruang Praktek Siswa
(RPS) Tidak Beton
Tabel 4.4.
Inventaris Lainya
47
NO Jenis/Nama Barang
Jumlah
Dipergunakan
Jumlah Barang
(Unit)
Pada Unit
Kerja
1 Konstruksi Baja, Body Line, Chasis
1 Line, Lamp 1 Unit Bengkel TKR
2 Instalasi listrik 1 Set Bengkel TKR
3 Instalasi udara tekan 1 Set Bengkel TKR
4 Konstruksi four post lift 1 Unit Bengkel TKR
2 Peralatan Pendukung Lini perakitan Bengkel TKR
1 Kompresor :3ph, 3PK 1 Unit Bengkel TKR
2 Air hose reel Auto: 5M 4 Unit Bengkel TKR
3 Troly Pallet : 1.5 ton 1 Unit Bengkel TKR
4 Karet Ganjal: 5 x 10 x 20cm 10 Buah Bengkel TKR
5 Motor hoist: Chain 5m 1 ton 1 Set Bengkel TKR
6 Tool box set: 59pcs + box 2 unit Bengkel TKR
7 Hand drill : 1ph, 13mm 1 Set Bengkel TKR
8 Vacuum cleaner: Wipro 1 Unit Bengkel TKR
9 Hot air blow gun: 1 ph 1 Unit Bengkel TKR
10 Hand poliser: 1 phase 1 Set Bengkel TKR
11 Car wash equipment: Wipro 1 Set Bengkel TKR
3 Pengadaan peralatan test perakitan Bengkel TKR
1 Engine EFI scanner JBT Asia Eropa 1 Unit Bengkel TKR
47
D(S2)d2
181
NO Jenis/Nama Barang
Jumlah
Dipergunakan
Jumlah Barang
(Unit)
Pada Unit
Kerja
2 Radiator cup tester NPA 1 Unit Bengkel TKR
3 Kunci moment americal tool 1 Unit Bengkel TKR
4 Avometer analog : YX 360 4 Set Bengkel TKR
5 SST bill joint Tekiro 1 Unit Bengkel TKR
6 Transmision gauge Jack intech 1 Unit Bengkel TKR
7 Belt tension gauge SPX OTC 1 Unit Bengkel TKR
8 Digital wheel balancer intech 1 Set Bengkel TKR
9 Semi auto tire changer 1 Set Bengkel TKR
10 Tool and parts trolly krisbow 3 Set Bengkel TKR
11 Timing light mot diesel 1 Set Bengkel TKR
4 Pengadaan peralatan uji tambahan Bengkel TKR
1 Sporing 1 Unit Bengkel TKR
- 8 Sensor wireless Bengkel TKR
2 Diesel kompresi tester 1 Unit Bengkel TKR
- Full set Bengkel TKR
5 Pengadaan peralatan perakitan Bengkel TKR
1 Trolly chassis cap 2 ton 2 set Bengkel TKR
2 Rak 75x150x120cm 2 Unit Bengkel TKR
3 Injector cleaner : cleaner 1 Unit Bengkel TKR
4 Caddy & toolset : waterlock 1 Unit Bengkel TKR
5 Clamp meter AVO AC/DC 1 Unit Bengkel TKR
6 Petrol compresi tester 2 set 1 Unit Bengkel TKR
7 Diesel smoke tester 1 Unit Bengkel TKR
8 Motor takal rantai 6m 1 ton 1 Unit Bengkel TKR
9 sclisor jack 1 Unit Bengkel TKR
10 Air impack drill 1/2 inch 4 Unit Bengkel TKR
11 Tune up kit : tacho, dwl, timing kit 2 set Bengkel TKR
12 Kain majun : kaos jahit 165 Kg Bengkel TKR
13 Tali body doking ; belt cap 2 set Bengkel TKR
6 Spray Booth 1 Bengkel TKR
7 Mini truck 1 Unit Bengkel TKR
8 Mini Bus (Avanza 1.5 S Automatic) 1 Unit Bengkel TKR
9 Mini truck L 300 PU FB 1 Unit Bengkel TKR
10 Sedan Swift ST MT 1 Unit Bengkel TKR
11 Minibus Granmax 1 Unit Bengkel TKR
12 Mesin 7K Bengkel TKR
13 Suku cadang Bengkel TKR
182
NO Jenis/Nama Barang
Jumlah
Dipergunakan
Jumlah Barang
(Unit)
Pada Unit
Kerja
14 Velg + ban Bengkel TKR
15 Besi rangka Bengkel TKR
16 Bahan praktik Bengkel TKR
17 Bahan praktik Bengkel TKR
18 Mini truck 2 Unit Bengkel TKR
19 Mesin Obras 2 Unit Tata Busana
20 Mesin Wolsom 4 Unit Tata Busana
21 Software LJK 1 Unit
22 Printer, Scanner 1 Unit Hubin
23 AC 6 Unit Lab Komputer
24 Almari kayu 2 Unit Perpus dan TU
25 Printer 1 Unit Hubin
26 Handycam 1 Unit Dokumentasi
27 Televisi 1 Unit R. Security
28 Jaringan PABX 1 Set
29 Harddisk External 1 unit
30 Drawing Pad 2 unit
2) Kemajuan Non Fisik
Pernyataan tentang Kemajuan Sekolah diperkuat dengan
peryataan Bpk Joko Sukamto (Waka Kurikulum/Pengembangan
Pengajaran), kemajuan dibidang Kurikulum yang diperoleh
berdasarkan Karakter dan Nilai Akhir Sekolah adalah:
Kurikulum dan timnya senantiasa menjaga kepercayaan Bapak dalam
mengembangkan dan atau meningkatkan kualitas Sumber Daya Siswa
dengan barometer Nilai dan Ahlaq Mulia, dan dari sisi Akademik, kita dapat
melihat laporan Nilai Ujian, kita selalu berupaya bertahan bahkan nyatanya
ada kemajuan, dari sisi karakter, kita dipercaya masyakat karena para
siswanya sopan dan tidak melakukan hal yang anarkhis selama ini, lebih
kongkretnya dapat dilihat Grafik kemajuan Nilai Akhir Sekolah yang
diperoleh dari Nilai Sekolah dan Nilai Ujian Nasional, selama 3 tahun
terakhir ini kita meningkat atau minimal bertahan, yang dapat dilihat dari
Grafik Hasil Kelulusan. Juga dapat dilihat, adakah gedung yang ada coretan
183
yang jelek, mereka bersepeda motor tidak ada yang ugal-ugalan atau tanpa
pelengkap spion, SIM bahkan tidak ada yang menggunakan knalpot
meraung-raung.
48
Grafik 4.4.
Rata-rata Nilai Akhir (NA)
49
Grafik 4.5.
Perolehan UN
50
48
W(S2)d1
49
D(S2)d
50
D(S2)d
184
Grafik 4.6.
Nilai Sekolah
51
Menurut Ketua BKK (Bursa Kerja Khusus) SMK N 1
Tengaran, kemajuan sekolah itu dinilai dari laporan outputnya yang
bersumber dari alumni, tuturnya:
Ya selama saya berhasil menyalurkan alumni ke DU/DI dan kerja sama itu
lancar dan sedikitnya angka putus sekolah atau sedikitnya angka
pengangguran pasca SMK itu saya telah puas, jika dilihat dari pasangan
DU/ DI dan angka kerja alumni SMK dari waktu ke waktu mengalami
perkembangan, sekarang ini jumlah pasangan DU/DI telah banyak
mencapai 35 di Indonesia, dan secara mandiri ada juga yang browsing
sendiri sehingga mampu bekerja di Luar Negeri, dan kita selalu
menfasilitasinya, yang dapat dilihat dari Tabel Penelusuran Tamatan.
52
Tabel 4.5.
Penelusuran Tamatan
53
Alumni Bekerja Wirausaha Melanjutkan Blm Terlacak Jlh
2010-2011 225 20 34 132 411
2011-2012 251 15 55 104 425
2012-2013 219 12 97 96 421
Total 695 47 186 332 1257
51
D(S2)d
52
W(S2)d4
53
D(S2)d3
185
Adapun kemajuan ditinjau dari pandangan Bpk Sriyato, S.Pd
(Wakil Kepala Bagian Kesiswaan SMK N1 Tengaran) adalah:
Menurut saya yang dipercaya menjadi Wakil Kepala bagian Kesiswaan,
tentu yang berkaitan langsung dengannya, contohnya : Anak-anak
berperilaku semakin sopan, Berkarakter bagus, Angka membolos menurun
dan Prestasi Akademik non Akademiknya meningkat, mungkin itu saja yang
menjadi tolok ukur meningkatnya atau majunya sekolah, jika berkenaan
dengan karekter dapat dilihat perilaku kesehariannya, namun jika dilihat dari
prestasi yang bias dilihat dari data Kejuaraan Siswa yang dapat dilihat di
Buku Catatan.
54
Tabel 4.6.
Hasil Kejuaraan Siswa
55
No Kegiatan Lomba Juara Tingkat
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Mother Day in award the Best
Culture of Batik
Bola Basket Putra O2SN
LKS SMK Software Application
Automobile Tech dan LKS SMK
LKS dan Web Design
LKS dan Animation
Pentas Seni
PMR Wira (Donor darah)
PMR Wira (Buletin)
PMR Wira (Jambore IV)
LKS RPL
LKS Tata Busana
Lomba Mapel Siswa TB
POPDA Lari 200 Meter
POPDA Lari 100 Meter
LKS TB Ladies Dress Making
LKS RPL Web Desain
LKS RPL Office Aplication
LKS Matematika non Teknik
Debat Bahasa Inggris
Kuis Budaya Jawa
III
II
III
II
II
III
II
III
III
III
II
I
I
I
II
II
II
II
II
II
Hrpn
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Propinsi
Propinsi
Propinsi
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Kabupaten
Propinsi
54
W(S2)d2
55
D(S2)d1
186
Berdasarkan data yang telah peneliti kumpulkan diatas, baik
berdasarkan wawancara, observasi maupun dokumen berupa
gambar/foto tabel dan grafik, maka dapat dikatakan, SMK Negeri 1
Tengaran Kabupaten Semarang, semenjak dipimpin oleh Bpk Drs. H.
Soliminudin, MM. yang mempunyai Latar Belakang Pendidikan
Keagamaan telah mampu menghasilkan peningkatan kemajuan dan
terbukti melakukan banyak inovasi dibidang Pendidikan yang sangat
membanggakan dan baik secara kualitas maupun kuantitas, kualitas
berupa peningkatan nilai akademik siswa, peningkatan karakter siswa,
Peningkatan pelayanan kepada warga sekolah dan masyarakat,
terciptanya kondisi yang nyaman bagi warga sekolah, sedangkan
kantitas berupa terlengkapinya sarana prasarana sekolah atau secara
fisik maupun non fisik yang dapat diakui oleh semua Warga Sekolah
di dalam dan di luar Lembaga Pendidikan tersebut, yang pada
akhirnya dapat dijadikan barometer keberhasilan Alumni IAIN/
STAIN Salatiga.
Secara detail dapat dilihat dari tabel hasil Penelitian dibawah
ini:
Tabel 4.7.
Hasil Penelitian Figur Kepala Sekolah
Variabel/
Metode
Wawancara Observasi Dokumen
Pola
kepemimpi
nan
1.Pemimpin efektif
2.Demokratis
3.Transformasional
karismatik
22 Mei (GPD)
1. Tertutup : Munculnya
kata-kata akomodatif
dan adanya upaya
Foto pada
saat
mengadakan
latihan
187
Variabel/
Metode
Wawancara Observasi Dokumen
4.Mengacu pola
kepemimpinan
Rasulullah Saw/
Profetik
(Mengedepankan
musyawarah dan cerdas
dalam memimpin dengan
tindakan/perbuatannya)
meningkatkan
partisipasi saat
memimpin acara
kegiatan
2. Terbuka :
Mempersilahkan para
guru mengkritisi
kebijakan dan acara
Wasana
warsa di
GPD
Adanya
gambar
yang
menunjukka
n keakraban
Faktor
keagamaan
dalam pola
kepemimpinan
1. Agamis dalam
kepemimpinan
(Bermusafakhan di
pagi hari, berAsmaul
Husna diawal
pelajaran, adanya
kitab suci disetiap
ruang kelas, Shalat
berjamaah,
Mujahadah dan PHBI
yang rutin, aktif isi
ceramah).
2. Menciptakan
harmonisasi atasan
bawahan, senior
yunior, guru siswa dan
guru karwanan dan
masyarakat
3. Muculnya Karisma
dan kekaguman dalam
kepemimpinan
Aktif mengikuti kegiatan
kegamaan baik Ibadah
Shalat maupun kegiatan
PHBI di Sekolah maupun
di luar Sekolah disamping
sangat
Agamis dalam
memberikan pengarahan
dan nasihat kepada
Bawahannya.
Banyaknya
kitab suci di
setiap ruang
kelas
Munculnya
karakter
yang
mencolok
pada siswa
ketika
bertemu
pada Warga
sekolah dan
antar
sesamanya
Respon Warga
Sekolah
terhadap pola
kepemimpinan
1. Sangat positif dan
selalu mendukung
kebijakan
pengembangannya.
2. Masyarakat rela
mengorbankan waktu,
tenaga maupun biaya
3. Menghormati dan
menghargai bawahan
4. Adanya rasa nyaman
dan dihargai oleh
atasan
Tingkat
kehadiran warga
sekolah yang
tinggi saat
diadakan
kegiatan
188
Variabel/
Metode
Wawancara Observasi Dokumen
Dampak/penga
ruh pola
kepemimpinan
terhadap
Kemajuan
sekolah
1. Menimbulkan
kepatuhan didepan
dan belakang.
2. Guru, Karyawan,
Komite dan siswa
aktif mengikuti semua
kegiatan yang
diprogramkan
3. Masyarakat sekitar
sekolah segan dan
hormat atas perilaku
kepemimpinannya
4. Mendapatkan
penghormatan dan
pengakuan atas
kepemimpinannya.
5. Bertahan dan
meningkatnya Prestasi
dan capaian Nilai
6. Bertambahnya
peminat dan animo
masyarakat untuk
masuk di sekolah itu
7. Munculnya
dukungangan Warga
sekolah dalam
mepertahankan
kepemimpinannya.
Ttp : Tidak adanya
penentangan terhadap
kebijakan yang diberikan
dan munculnya
keberanian untuk maju
Tbk : 1) Membagi tugas
berdasar keahlian dan
kemampuannya dan 2)
Memberikan kesempatan
yang sama dalam
pengembangan karir
bawahannya.
1.Rekapitulasi
PPDB yang
meningkat
2.Grafik perolehan
nilai yang
meningkat
3.Bertambah
pesatnya
kelengkapan
sarana prasarana
4.Gambar bukti
kemajuan dan
kelengkapan
sarana prasarasa
5.Semakin
banyaknya
menciptakan
kejuaraan bagi
siswa dalam
lomba-lomba
akademik dan
non akademik
6.Tersalurkannya
bekerja dan atau
melanjutkan bagi
alumni
189
Lampiran 4.1.
PENGKODEAN
PADA METODE PENGMPULAN DATA
DI SMPN 4 SALATIGA DAN SMK N 1 TENGARAN
SMPN 4 Salatiga SMKN 1 Tengaran
Wawancara Wawancara
1 Kepala sekolah W(S1)1 a Kepala sekolah W(S2)a
W (S1) 2 Komite Sekolah W(S1)2 W (S2) b Komite Sekolah W(S2)b
3 Tata Usaha W(S1)3 c Tata Usaha W(S2)c
4 Wakil Kepala W(S1)4 d Wakil Kepala Kurik W(S2)d1
5 Guru W(S1)5 e Wakil Kepala Kesisw W(S2)d2
6 Siswa W(S1)6 f Wakil Kepala Sarpras W(S2)d3
7 Alumni W(S1)7 g BKK W(S2)d4
8 Satpam W(S1)8 h Guru W(S2)e
i Siswa W(S2)f
j Alumni W(S2)g
k Satpam W(S2)h
Observasi Observasi
O(S1) 1 Kepala sekolah O(S1)1 O(S2) a Kepala sekolah O(S2)a
2 Komite Sekolah O(S1)2 b Komite Sekolah O(S2)b
3 Tata Usaha O(S1)3 c Tata Usaha O(S2)c
4 Wakil Kepala O(S1)4 d Wakil Kepala O(S2)d
5 Guru O(S1)5 e Guru O(S2)e
6 Siswa O(S1)6 f Siswa O(S2)f
7 Alumni O(S1)7 g Alumni O(S2)g
8 Satpam O(S1)8 h Satpam O(S2)h
Dokumen Dokumen
D(S1) 1 Kepala sekolah D(S1)1 a Kepala sekolah D(S2)a
2 Komite Sekolah D(S1)2 b Komite Sekolah D(S2)b
3 Tata Usaha D(S1)3 c Tata Usaha D(S2)c
4 Wakil Kepala D(S1)4 d Wakil Kepala Kurik D(S2)d
5 Guru D(S1)5 e Wakil Kpl Kesisw D(S2)d1
6 Siswa D(S1)6 f Wakil Kpl Sarpras D(S2)d2
7 Alumni D(S1)7 g Ketua BKK D(S2)d3
8 Satpam D(S1)8 h Guru D(S2)e
ii Siswa D(S2)f
j Alumni D(S2)g
k Satpam D(S2)h
190
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah kita membaca menelaah data dan membahas teori
kepemimpinan, pola kepemimpinan, latar belakang keagamaan dan dampak
darinya, utamanya berkenaan dengan kemajuan sekolah dalam judul Tesis
ini adalah, maka dapat kita ambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Kepala Sekolah di SMP N 4 Salatiga maupun di SMK N 1 Tengaran
Kab. Semarang keduanya mempunyai kesamaan latar belakang
Pendidikan Keagamaan dan mempunyai Pola Kepemimpinan yang
sedikit berbeda, jika Kepala Sekolah di SMP N 4 Salatiga mempunyai
pola kepemimpinan Efektif, Konsultatif, Transaksional berkarakter
MBE Aktif dan mengikuti pola kepemimpinan Ki Hajar Dewantara
yang Pancasilais dan berkecenderungan Profetik, demokratis dan
partisipatif, sedangkan Kepala Sekolah di SMK N 1 Tengaran Kab.
Semarang adalah berpola kepemimpinan Transformasional karena
sifatnya yang inspirasional dan tergolong Democratic Leadership
disamping kental keberagamaannya atau berkarakter Profetik.
2. Kedua Kepala Sekolah itu, baik di SMP N 4 Salatiga maupun di SMKN
1 Kab. Semarang sama-sama mempunyai dan menerapkan faktor
keagamaannya dalam Pola Kepemimpinan, adapun faktor keagamaan
yang muncul adalah: teraplikasikan dalam ucapan kepala sekolah yang
191
agamis seperti kata-kata muhasabah, munasabah, munajat, syukur dan
selalu mengingatkan akan Tuhannya ketika memberikan pengarahan,
selalu mengajak anak untuk berkarakter tinggi/ahlak al karimah,
bahkan mengaku berpedoman dan mencontoh pola kepemimpinan
Rasulullah Saw dengan sidiq, amanah, tabligh dan Fatonahnya, bahkan
untuk kepala sekolah di SMK N Tengaran dapat dikatakan lebih kental
nuansa keagamaannya hal tersebut utamanya jika dipandang dari sudut
profesinya sebagai dai, kyai dan seringnya mengucapkan istilah agama
yang khas seperti RSBA, filsafat BAKSO (Berbuat baik, Amanah,
Qonaah, Sabar dan Ora neko-neko), Khairunnas an fauhum linnas,
Hubbul Waton Minal Iman dan secara lugas berpeci dalam keseharian,
penuh karisma dan sangat dekat disamping selalu ngesuhi (memandang
manusia sejajar dengannya) bawahannya.
3. Respon Warga Sekolah terhadap pola kepemimpinan mereka berdua
sangatlah responsif dan ada kecenderungan mendukung dan positif,
meski kadang muncul adanya upaya yang sengaja disesuaikan dengan
kebijakan kepala sekolah, karena faktor karakter bawaannya, utamanya
pada Kepala Sekolah d SMP N 4 Salatiga, adapun respon warga
sekolah kepada kepala SMK N 1 Tengaran yang cenderung mempunyai
nilai plus karena karismanya, memiliki mampu menciptakan rasa
bertambahnya hormat, segan dan mampu menciptakan kenikmatan
(enjoyable) dalam berkarya, bahkan telah menjadi idola, mampu
meningkatkan prestise dan image poistif, menumbuhkan sikap butuh
192
akan keberadaannya, bahkan mampu menanamkan semangat untuk
terus menjadi semakin lebih baik.
4. Dampak/pengaruh Pola Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap
Kemajuan Sekolah di SMP Negeri 4 Salatiga diyakini adanya kemajuan
dan inovasi dibidang Pendidikan baik secara kualitas maupun
kuantitas, fisik maupun non fisik yang dapat diakui oleh semua Warga
Sekolah di dalam dan di luar Lembaga Pendidikan tersebut, adapun
pengaruhnya dari Kepala Sekolah di SMK N 1 Tengaran selain yang
telah disebutkan diatas, adalah semakin pesatnya kemajuan fisik,
adanya pengakuan warga tentang besar dan pentingnya sumbang sihnya
kepada warga sekolah dan masyarakat, terserapnya tenaga kerja dari
alumni SMK N 1 Tengaran dan besarnya daya dukung masyarakat
dalam dan luar sekolah akan kepemimpinan beliau serta mampu
memunculkan kenyamanan dalam bekerja.
B. Saran
1. Kepala Sekolah perlu memperhatikan pola kepemimpinan yang
dipraktekkan baik dari sisi gaya bahkan tipenya sehingga para
bawahan/karwayan dan guru akan dapat menyesuaikannya, karena pada
umumnya Kepala Sekolah melakukan dan menerapkan
kepemimpinannya berjalan apa adanya sebagaimana watak atau tipe
bawaannya, hal ini akan menimbulkan proses adaptasi yang lama
karena proses ini acap terjadi pada saat awal pergantian kepala sekolah.
193
Adapun pola yang umum difahami dan mudah diterima oleh para guru
dan karyawan adalah tipe Demokratis, Pancasila dan Transformasional
karismatik serta pemimpin yang efektif dalam mengemban amanah
kepemimpinannya.
2. Faktor Keagamaan dalam kepemimpinan sangatlah perlu tetap
dimunculkan, karena dengan Faktor Agama semua sisi akan
dipandang positif oleh para koleganya, Sidiq, Amanah, Tabligh
dan Fatonah adalah contoh faktor keagaman yang patut
dikembangkan oleh seorang pemimpin, didalamnya terdapat nilai-
nilai tranparansi, musyawarah, inovatif, merendah, visioner dan
menerapkan duduk sama rendah berdiri sama tinggi degan semua
anak buahnya. Jika itu dilakukan niscaya kepemimpinannya akan
sukses penuh dukungan dalam pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan bersama.
3. Tanggapan warga sekolahpun akan selalu diperoleh respon yang
positif dan selalu kondusif karena semua warga akan merasa aman dan
nyaman karena merasa dihargai, di manusiakan dan menyadari bahwa
peran kepemimpinannya benar-benar dari dan untuk bersama, hal ini
jika pada pola dan faktor keagamaan selalu dipraktekkan dalam
perilaku kepemimpinannya, jikapun terdapat Kepala Sekolah yang
belum mampu merubah pola dan menerapkan keagamaannya, warga
sekolahpun harus tetap mendukung dan lebih proaktif sehingga dengan
pola itu lembaga dan orang yang ada didalamnya akan tetap solid dan
194
sesuai yang diidamkan.
4. Kepala Sekolah yang telah berhasil dalam menerapkan pola
kepemimpinannya, mempraktekan faktor keagamaannya dan
mendapatkan respon warga sekolah dengan/secara baik tentu akan
mampu mempengaruhi terbentuknya system didalamnya, sehingga
pada akhirnya dengan tidak disadaripun dalam kepemimpinan itu akan
mampu menciptakan situasi yang selalu mendukung karena masing-
masing individu mempunyai tanggung jawab bersama dalam
meningkatkan lembaga dan karirnya sebagaimana yang telah
dicantohkan oleh atasannya, keadaan seperti ini harus selalu
diupayakan terciptannya dan didorong dalam upaya mempertahankan
pelaksanaannya sehingga kontrol akan selalu terjadi.
5. Dalam penelitian ini peneliti secara sengaja mengadakan dan
menjabarkan beberapa pendekatan teori kepemimpinan, karenanya
mungkin akan dirasa sulit untuk memahami pola/tipe dan gaya yang
baku dalam pendidikan apalagi membaca dan memahaminya secara
parsial, kedepan, peneliti sejenis diharapkan mampu lebih membatasi
secara spesifik dan memilih pendekatan mana yang dipakai, sehingga
materi ulasannya akan lebih praktis dan mudah ditangkap, akhirnya
maksud peneliti dengan terciptanya kepemimpinan pendidikan dan
keagamaan yang berlatar belakang keagamaan benar-benar dapat
dijadikan barometer keberhasilan/kemajuan sebuah lembaga
pendidikan.
193
PEDOMAN WAWANCARA
PANDUAN PENELITIAN:
PROFIL KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH YANG BERLATAR BELAKANG
PENDIDIKAN KEAGAMAAN (Studi Kasus Kepala SMP N 4 Kota Salatiga dan Kepala
SMK N Tengaran Kab Semarang)
1. Pengantar
Daftar pertanyaan ini bertujuan untuk mengumpulkan data tentang profil
kepemimpinan kepala sekolah yang berlatar belakang Pendidikan Keagamaan . Hasil
penelitian ini akan berupa data yang nantinya akan diolah dan dianalisis dalam rangka
penyusunan tesis, untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Magister
Pendidikan Islam pada Pascasarjana STAIN Salatiga.
Oleh karena itu, demi mencapai kelancaran penulisan tesis ini, dengan rendah hati
peneliti sangat mengharapkan kesediaan bapak/ibu untuk memberikan data berupa
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dengan subjektif dan dengan sejujur-
jujurnya. Peneliti menjamin kejujuran bapak dalam memberikan jawaban tidak ada pengaruh
dan tidak ada sangkut pautnya dengan perubahan dalam kedinasan baik menyangkut PAK,
DUK maupun dalam pengangkatan serta promosi jabatan.
Akhirnya, atas kesediaan dan bantuan bapak, peneliti mengucapkan terima kasih.
II. Identitas Peneliti
Nama : Mahbub
Nim : M 1.11.011
Status : Mahasiswa Pascasarjana STAIN Salatiga
Alamat : Kelurahan Kalibening RT/RW 03/III Kec.Tingkir - Salatiga
196
PERTANYAAN PEDOMAN WAWANCARA +
Observasi
Tentang: Pola kepemimpinan kepala sekolah yang berlatar belakang keagamaan, adanya faktor
keagamaan dalam pola itu dan respon warga sekolah serta dampaknya, Adakah faktor
keagamaan dalam pola kepemimpinan kepala sekolah yang berlatar belakang keagamaan dan
Bagaimana respon WS terhadap pola kepemimpinan yang berlatar belakang keagamaan
I.1. Kepala sekolah (W1)
1.1.1 Sebagai pemimpin yang berlatar belakang keagamaan, bagaimana Bentuk dan Pola
kepemimpinan yang bapak terapkan kepada warga sekolah di lingkungan kerja SMP N
4/ SMK N Tengaran ?
1.1.2 Apakah bentuk nyata kepemimpinan Rasulullah yang telah dan akan Bpk terapkan di
sekolah?
1.1.3 Apakah bentuk nyata kepemimpinan Ki Hajar Dewantara yang telah dan akan Bpk
terapkan di sekolah?
1.1.4 Dari beberapa jenis atau tipe kepemimpinan Otokratis, Tipe Laissez faire, Tipe Demokratis,
Tipe Pseudo Demokratis manakah yang paling cocok diterapkan di dunia pendidikan?
1.1.5 Dari beberapa teori kepemimpinan yang ada (dengan pendekatan Sifat-sifat, Perilaku,
Situasional-kontingensi,Transaksional,Transformasional dan Pancasila manakah yang
paling disukai atau diterapkan? Mengapa?
1.2 Komite sekolah (W2)
1. Dari cara yang dipraktekkan Bpk kepala, menurut saudara bagaimana pola kepemimpinan
yang beliau terapkan ?
2. Bagaimana bentuk rielnya, sehingga saudara mengatakan bahwa pola kepemimpinan beliau
adalah
3. Bagaimana respon /tanggapan saudara terhadap pola kepemimpinannya
4. Bagaimana respon /tanggapan saudara terhadap faktor keagamaanya dalam
Memimpin beliau
5. Apa dan bagaimanakah bentuk riel faktor keagamaan yang dinampakkan kepala
sekolah disekolah ini
6. Bagaimana tanggapan saudara tentang pola kepemimpinan dan factor keagamaan
kepala sekolah dalam memimpin dan memajukan sekolah ini ?
1.3 Wakil kepala sekolah (W2a) Kurikulum dan (W2b) Kesiswaan
1. Dari cara yang dipraktekkan Bpk kepala, menurut saudara bagaimana pola kepemimpinan
yang beliau terapkan ?
2. Bagaimana bentuk rielnya, sehingga saudara mengatakan bahwa pola kepemimpinan beliau
adalah
3. Bagaimana respon /tanggapan saudara terhadap pola kepemimpinannya
4. Bagaimana respon /tanggapan saudara terhadap faktor keagamaanya dalam
Memimpin beliau
5. Apa dan bagaimanakah bentuk riel faktor keagamaan yang dinampakkan kepala
sekolah disekolah ini
197
6. Bagaimana tanggapan saudara tentang pola kepemimpinan dan factor keagamaan
kepala sekolah dalam memimpin dan memajukan sekolah ini ?
1.4 Perwakilan Guru
1.4.1 Guru (W3a) Wali kelas
1. Dari cara yang dipraktekkan Bpk kepala, menurut saudara bagaimana pola kepemimpinan
yang beliau terapkan ?
2. Bagaimana bentuk rielnya, sehingga saudara mengatakan bahwa pola kepemimpinan beliau
adalah
3. Bagaimana respon /tanggapan saudara terhadap pola kepemimpinannya
4. Bagaimana respon /tanggapan saudara terhadap faktor keagamaanya dalam
Memimpin beliau
5. Apa dan bagaimanakah bentuk riel faktor keagamaan yang dinampakkan kepala
sekolah disekolah ini
6. Apakah bentuk kemajuan sekolah yang dihasilkan oleh kepala sekolah (masa
kepemimpinannya) ?
1.4.2 Guru (W3b) Non Wali kelas
1. Dari cara yang dipraktekkan Bpk kepala, menurut saudara bagaimana pola kepemimpinan
yang beliau terapkan ?
2. Bagaimana bentuk rielnya, sehingga saudara mengatakan bahwa pola kepemimpinan beliau
adalah
3. Bagaimana respon /tanggapan saudara terhadap pola kepemimpinannya
4. Bagaimana respon /tanggapan saudara terhadap faktor keagamaanya dalam
Memimpin beliau
5. Apa dan bagaimanakah bentuk riel faktor keagamaan yang dinampakkan kepala
sekolah disekolah ini
1.5 Karyawan
1.5.1 Karyawan (W4a)
1. Dari cara yang dipraktekkan Bpk kepala, menurut saudara bagaimana pola kepemimpinan
yang beliau terapkan ?
2. Bagaimana bentuk rielnya, sehingga saudara mengatakan bahwa pola kepemimpinan beliau
adalah
3. Bagaimana respon /tanggapan saudara terhadap pola kepemimpinannya
4. Bagaimana respon /tanggapan saudara terhadap faktor keagamaanya dalam
Memimpin beliau
5. Apa dan bagaimanakah bentuk riel faktor keagamaan yang dinampakkan kepala
sekolah disekolah ini
1.5.2 Satpam (W4b)
1. Dari cara yang dipraktekkan Bpk kepala, menurut saudara bagaimana pola kepemimpinan
yang beliau terapkan ?
2. Bagaimana bentuk rielnya, sehingga saudara mengatakan bahwa pola kepemimpinan beliau
adalah
3. Bagaimana respon /tanggapan saudara terhadap pola kepemimpinannya
4. Bagaimana respon /tanggapan saudara terhadap faktor keagamaanya dalam
Memimpin beliau
198
5. Apa dan bagaimanakah bentuk riel faktor keagamaan yang dinampakkan kepala
sekolah disekolah ini
6. Apakah bentuk kemajuan sekolah yang dihasilkan oleh kepala sekolah (masa
kepemimpinannya) ?
1.5.3 Penjaga sekolah
1. Dari cara yang dipraktekkan Bpk kepala, menurut saudara bagaimana pola kepemimpinan
yang beliau terapkan ?
2. Bagaimana bentuk rielnya, sehingga saudara mengatakan bahwa pola kepemimpinan beliau
adalah
3. Bagaimana respon /tanggapan saudara terhadap pola kepemimpinannya
4. Bagaimana respon /tanggapan saudara terhadap faktor keagamaanya dalam
Memimpin beliau
5. Apa dan bagaimanakah bentuk riel faktor keagamaan yang dinampakkan kepala
sekolah disekolah ini
1.6 Siswa
1.6.1 Siswa (W5a)
1.6.2 Pengurus Osis (W5b)
1.6.3 Siswa non Pengurus Osis
1. Dari cara yang dipraktekkan Bpk kepala, menurut saudara bagaimana pola
kepemimpinan yang beliau terapkan ?
2. Bagaimana bentuk rielnya, sehingga saudara mengatakan bahwa pola
kepemimpinan beliau adalah
3. Bagaimana respon /tanggapan saudara terhadap pola kepemimpinannya
4. Bagaimana respon /tanggapan saudara terhadap faktor keagamaanya dalam
Memimpin beliau
5. Apa dan bagaimanakah bentuk riel faktor keagamaan yang dinampakkan
kepala sekolah disekolah ini
6. Apakah bentuk kemajuan sekolah yang dihasilkan oleh kepala sekolah (masa
kepemimpinannya) ?
II. Dampak /pengaruh pola kepemimpinan kepala sekolah yang berlatar belakang keagamaan terhadap
kemajuan sekolah (Observasi, wwncar dan dokumen)
Pedoman Observasi tentang Pola kepemimpinan (i) dan pengaruhnya (ii) terhadap kemajuan
sekolah
1. Mengamati secara langsung (terbuka dan tertutup) pada saat kepala sekolah memimpin
sebuah acara (Upacara, Rapat koordinasi, Pembinaan dll.
2. Mengamati secara langsung (terbuka dan tertutup) reaksi dan akibat yang timbul dari
kebijakan kepala sekolah pada saat kepala sekolah memimpin sebuah acara (Upacara,
Rapat koordinasi, Pembinaan dll.) atau setelahnya
3. Mencermati kemajuan (fisik non fisik) yang ditimbulkan dan dihasilkan pada masa
kepemimpinannya
4. Mengamati dokumen yang ada tentang kemajuan yang dihasilkan kepala sekolah
199
SURAT KETERANGAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Drs. H. Munadzir, M.Si
Jabatan : Kepala SMP Negeri 4 Salatiga
Kota Salatiga
Alamat : Jl. Patimura 47 Salatiga Telp (0298) 326785
Kota Salatiga
Menyatakan bahwa mahasiswa Pascasarjana Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri (STAIN) Salatiga yang bernama:
Nama : Mahbub
Nim : M.1. 11. 011
Fak/Jur : PAI/Magister Pendidikan Islam
Judul Tesis : PROFIL KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH YANG BERLATAR
BELAKANG PENDIDIKAN KEAGAMAAN (Studi Kasus Kepala SMP N 4 Kota Salatiga
dan Kepala SMK N Tengaran Kab Semarang)
Mahasiswa diatas telah melaksanakan penelitian untuk mengambil data di SMP Negeri 4
Salatiga mulai tanggal 08 Februari 2013 s/d 09 Maret 2013.
Demikian surat keterangan ini kami buat dengan sebenarnya dan digunakan
dengan sebenarnya.
Salatiga, 09 Maret 2013
Hormat kami
Kepala Sekolah SMP N 4 Salatiga
Drs. H. Munadzir, M.Si.
NIP
200
SURAT KETERANGAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Drs. H. Saliminuddin, MM
Jabatan : Kepala SMK Negeri 1 Tengaran
Kabupaten Semarang
Alamat : Jl. Darun Na'im, Karangduren, Tengaran
Kabupaten Semarang
Menyatakan bahwa mahasiswa Pascasarjana Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri (STAIN) Salatiga yang bernama:
Nama : Mahbub
Nim : M.1. 11. 011
Fak/Jur : PAI/Magister Pendidikan Islam
Judul Tesis : PROFIL KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH YANG BERLATAR
BELAKANG PENDIDIKAN KEAGAMAAN (Studi Kasus Kepala SMP N 4 Kota Salatiga
dan Kepala SMK N Tengaran Kab Semarang)
Mahasiswa diatas telah melaksanakan penelitian untuk mengambil data
Di SMP Negeri 4 Salatiga mulai tanggal 08 Februari 2013 s/d 09 Maret 2013.
Demikian surat keterangan ini kami buat dengan sebenarnya dan
digunakan dengan sebenarnya.
Salatiga, 09 Maret 2013
Hormat kami
Kepala Sekolah SMK N 1 Tengaran
Drs. H. Saliminuddin, MM.
NIP
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Panji. Psikologi Kepemimpinan, Jakarta: Rineka Cipta, 1992.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta: Bina Aksara, 2000.
Bafadal, Ibrahim, Proses Perubahan di Sekolah, Study Multisitus pada Sekolah
Dasar yang baik di Sumekar, Malang: Desertasi tidak diterbitkan,
program pasca sarjana IKIP Malang, 1995.
Bas A.S. Koene, Vogeelar, Ad LW., Soeters, Joseph L. Leadership Effects
on Organizational Climate and Financial Performance: Local
Leadership Effectin Chain Organizations, Leadership Quartely,
ISSN:1048-9843, Vol. 13, Iss:3, 2002.
Bass, BM. A New Paradigm of Leadership, An inquiry to Transformational
Leadership, Alexandria: VA Army Research Institute for The Behavioral
and Social Sciences, 1996.
Bolden, R., Gosling, J., Marturano, A. and Dennison, P. , A Review of Leadership
Theory and Competency Frameworks, United Kingdom: University of
Exeter, 2003.
Budhiharto & Himam, Konstruk Teoritis dan Pengukuran kepemimpinan Profetik,
(Jurnal Psikologi Vol 33, No 2), Yogyakarta: Fak psikologi UGM.
Budiharto, Sus dan Fathul Himam, Konstruk Teoritis dan Pengukuran
Kepemimpinan Profetik (Jurnal Psikologi), Yogyakarta: Fakultas
Psikologi Universitas Gadjah Mada,Volume 33, No. 2,
Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Sosial, Surabaya: Airlangga University
Press, 2001.
Burhanuddin, Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan,
Jakarta: Bumi Aksara, 1994.
Cooper, Robert K. dan Ayman Swaf, Executive EQ; Emotional Intellegence in
Leadership and Organization, alih bahasa Alex Tri Kancono Widodo,
Jakarta: Gramedi Pustaka Utama, 2002.
Daryanto, Administrasi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2001.
Dawson, Catherine, Metodologi Penelitian Praktis, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2001.
DEPAG RI. Pedoman Manajemen Berbasis Madrasah, Jakarta: 2005.
Departemen Agama RI., al-Quran dan Terjemah, Jakarta, Yayasan penyelenggara
Penterjemah/Pentafsir Al-Quran, 1979
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 1995.
Depdikbud. Panduan Manajemen Sekolah. dan Manajemen peningkatan Mutu
Berbasis Sekolah. Jakarta: Depdiknas, 2001.
Dirawat dkk, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional,
1983.
Djamarah, Bahri, Syaiful, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2000.
French, Jr., J.R.P. & Raven, B. The Bases of Social Power. Dlm.Cartwright, D.
(pnyt). Studies in Social Power. Ann Harbor: University of Michigan
Press. 1959.
Furchan, Arief, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, Surabaya: Usaha
Nasional, 1982.
George R. Goethals, Georgia J. Sorenson, James Mac Gregor Burns (Ed.),
Encyclopedia of leadership, California: Sage Publications, Inc., 2004.
Gibson L., James, John M. Ivan Cevish and James H Donnelly Jr, Organisasi:
Perilaku, struktur dan Proses, terjemahan Agus Dharma, Jakarta
California: Erlangga, 1994.
Glatthorn, Allan, A. Supervisory Leadership: introduction to instructional
supervision,USA California : Harper Collins Publisher, 1990.
Glickman, Carl D., Leadership for Learning: How to Help Teachers Succeed,
Virginia USA California: Library of Congress Cataloging-in-Publication
Data, 2002.
Goleman, Daniel, Emotional intelligence, alih bahasa T. Hermaya, Jakarta:
Gramedia Pustaka utama, 2005.
Gordon A. Donaldson, Jr., Cultivating Leadership In Schools Connecting People,
Purpose, & Practice, New York: Teachers College, 2006.
Harefa, Andrias, Menjadi manusia Pembelajar, Jakarta: PT Kompas Media
Nusantara, 2000.
Hendricks dan Ludeman, The Corporate Mystics: A Guidbook for Visionarities
with Their Feel on the Ground, New York: Bantam Books, 2002.
Hersey, Paul, and Kenneth H Blanchard, Management of Organization Behavior :
Utiliszing Human Resources, Alih bahasa Agus Dharma, Jakarta:
Erlangga, 1982.
Hosen Nasr, Sayyed, Ensiklopedi Tematis Spiritualitas dalam Islam, Bandung:
Mizan, 2002.
House R.J., A theory of charismatic leadership. In Leadership: The Cutting Edge
(Hunt J.G. & Larson L.L. eds), USA: Southern Illinois University Press,
Carbondale, IL, 1977.
Hsu, W.L., Cheng, B.R., Huang, M.P., & Farh, J.L., Moral Leadership in
Taiwanese Organization: Developing the Construct and the
Measurement., Paper presented at Inaugural Conference Beijing:
International Association for Chinese Management Research (IACMR),
2004.
Huberman, Michael, Analisa Data Kualitatif, Jakarta USA: Universitas
Indonesia, 1992.
Ibrahim. Inovasi Pendidikan, DEPDIKBUD, Jakarta: Proyek Pengembangan
Lembaga, 1988.
J. Thomas Jr. Hennessey, Reinventing Goverment: Does Leadership make the
difference?, Public Administration Review, Vol. 58, No. 6, 1988.
Kartono, Kartini, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2006.
Kuntowijiyo, Paradigma Islam Interpretas untuk Aksi, Bandung: Mizan, 1991.
Levin, Michael, Spiritual intelligence, Awakening the power of Michael Levin,
spiritual Intellegence, Awakening the power of your spiritual and
intuition, London: Hodder and Stoughton, 2000.
Li Yueh Chen, Examining the Effect of Organization Culture and Leadership
Behaviors on Organizational Commitment, Job Satisfaction, and Job
Performance at Small and Middle-sized Firms of Taiwan, Journal
of American Academy of Business, Cambridge, Vol. 5, Issue 1/2,
2004.
Manullang, Bufferik dan Milfayetti, Kepemimpinan Pedagogik (Membangun
karakter Sumber Daya Manusia), Medan: Program Pascasarjana Unimed,
2006.
Marno, Islam by Management and Leadership, Jakarta: Lintas Pustaka, 2007.
Maskhemi, Tipe Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Semangat Kerja Guru SLTP
Negeri Se Kabupaten Kebumen dalam Melaksanakan Tugas Jabatan
Guru. UNJ. Jakarta: Pasca Sarjana, 2001.
Michelle, Jana, Alig-Mielcarek, Michelle, A Model of School Success:
Instructional Leadership, Academic Press, And Student Achievement,
(Dissertasion), The Ohio: State University, 2003.
Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi revisi), Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011.
Mulyana, Deddy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010.
Mulyasa, E., Menjadi guru professional menciptakan pembelajaran kreatif dan
menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya Ofset, 2007.
Mulyasa, E., Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: Rosda karya, 2005.
Mulyasa. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002.
Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media, 2008.
Munir, Abdullah, Menjadi Kepala Sekolah Efektif, Jogjakarta: Ar Ruzz Media,
2008.
Nawawi, Hadari, Administrasi Pendidikan, Jakarta, Haji Masaagung, 1987.
Neouschel, Robert P., Pemimpin yang Melayani, Jakarta: Akademia, 2008.
Newstrom, JW., & Davis,K., Organizational behavior human behavior at work,
10 th edition, New York: The Graw-Hill Companies Inc, 1997.
Nurdin, Syaifrudin dan Basyrudin Usman, Guru Profesional dan Implementasi
Kurikulum, Jakarta : Ciputat Pers, 2002.
Patton, Quinn, Michael, Metode Evaluasi Kualitatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1991.
Pidarta, Made, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: PT. Bina Aksara,
2006.
Pidarta, Made, Peranan Kepala Sekolah Pada Pendidikan Dasar, Jakarta:
Gramedia Widiasarna Indonesia, 1995.
Purwanto, Ngalim dan Sutadji Djaja Pranoto, Administrasi Pendidikan, Jakarta:
Mutiara 1984
Purwanto, Ngalim, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007.
Rohmat, Kepemimpinan Pendidikan, Yogyakarta: Lentera Buku, 2010.
Saad, Saefudin, Udin, Inovasi Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2008.
Sahertian, Piet, Profil Pendidikan Profesional, Yogyakarta: Andi Offset, 1994.
Sinetar, Marsha, Spiritul Intelegence; Kecerdasan spiritual Belajar dari Anak
yang Mempunyai kesadaran tinggi, Jakarta: Efek Media Komputindo,
2001.
Slamet, PH. Menuju Pengelolaan Pendidikan Berbasis Sekolah (Makalah
Disampaikan pada Seminar Regional) dengan Tema: Otonomi
Pendidikan dan Implementasinya dalam EBTANAS pada Tanggal 8
Mei 2000 di Universitas Pancamarga Probolinggo, Jawa Timur, 2000.
Soejipto, Kosasi, Raflis, Profesi Keguruan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999.
Soemanto, Wasti dan Hendiyat Soetopo, Kepemimpinan Dalam Pendidikan,
Surabaya: Usaha Nasional, 1982.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2007.
Sutopo, Hendiyat, Soemanto, Wasty, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan,
Jakarta: Bina Aksara, 1988.
Suyanto. Wajah dan Dinamika Pendidikan Anak Bangsa. Yogyakarta: Adicita,
2001.
Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang, Administrasi
Pendidikan, Malang, IKIP Malang, 1989.
Tjahyono, Harry, Kepemimpinan Dimensi Keempat, Selamat Tinggal krisis
Kepemimpinan, Jakarta: Elek Media Komputindo, 2003.
Tobroni, The spiritual leadership, Malang: UMM, 2005.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen, Bandung: Citra Umbara, 2006.
Usman, Huseini, Manajemen, Teori, Praktek dan Riset Pendidikan, Cet 3, Jakata:
PT Bumi Aksara, 2010.
Usman, Uzer, Moh, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007.
UU RI Nomor 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen, Bandung: Citra Umbara,
2006.
UU SISDIKNAS Nomor 20 Tahun 2003, Jakarta: PT. Sinar Grafika Offset, 2005.
Wagimo dan Djamaludin Ancok, Hubungan Kepemimpinan Transformasional
dan Transaksional dengan Motivasi Bawahan di Militer, Jurnal
Psikologi, Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada,
Volume 32, No. 2,
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Raja Grafika Persada,
2002.
Wijaya, Cece, dkk. Upaya Pemabaharuan Dalam Pendidikan, Bandung: Remaja
karya, 1988.
Wijono, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Jakarta: Departeman Pendidikan
dan Kebudayaan, 1989.
Williams, Michael, Mastering leadership, London: Published by Thorogood,
2006.
Yaqub, Hamzah, Publistik Islam Tehnik Dakwah dan Leadership, Bandung: CV.
Diponegoro, 1981.
Zohar dan Marshal, SQ; Spiritual Intelligence, The Ultimate Intellegence,
London: Bloomsbury, 2000.