PENDIDIKAN ISLAM
ZULFAWARDI, S.Pd.I., MA
NIP: 19740727 200501 1008
1
atau pengajar agar siswa tidak putus asa. Dari sisi pendidik, hasil evaluasi dapat
digunakan sebagai umpan balik untuk menetapkan upaya upaya meningkatkan
kualitas pendidikan.
Evaluasi sangat dibutuhkan dalam berbagai kegiatan kehidupan manusia
sehari-hari, karena disadari atau tidak, sebenarnya evaluasi sudah sering
dilakukan, baik untuk diri sendiri maupun untuk kegiatan sosial lainnya. Hal ini
dapat dilihat mulai dari berpakaian, setelah berpakaian seseorang biasanya
berdiri dihadapan kaca untuk melihat apakah penampilannya sudah wajar atau
belum.
Dalam pendidikan Islam evaluasi merupakan salah satu komponen dari
sistem pendidikan Islam yang harus dilakukan secara sistematis dan terencana
sebagai alat untuk mengukur keberhasilan atau target yang akan dicapai dalam
proses pendidikan Islam dan proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan
kegiatan yang disengaja (sadar) oleh peserta didik dengan bimbingan atau
bantuan dari pendidik untuk memperoleh suatu perubahan. Perubahan yang
diharapkan meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Perubahan yang
diharapkan itu yang dinamakan dengan kompetensi (kemampuan melakukan
sesuatu). Untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran atau kompetensi
yang diharapkan tercapai oleh peserta didik diperoleh melalui evaluasi.
Evaluasi pendidikan perspektif Islam merupakan suatu proses dan
tindakan yang terencana berbasis Islam untuk mengumpulkan informasi tentang
kemajuan, pertumbuhan dan perkembangan (peserta didik) terhadap tujuan
(pendidikan), sehingga dapat disusun penilaiannya yang dapat dijadikan dasar
untuk membuat keputusan. Melihat kenyataan di atas, penulis menjadi tertarik
untuk mengkaji masalah Evaluasi Pendidikan dalam Perspektif Islam lebih
dalam lagi. Dengan harapan dapat menambah pengetahuan kita, khususnya bagi
penulis.
2
evaluasi terhadap tingkat kemampuan peserta didik, serta pencapaia dari tujuan
yang telah ditetapkan. Dengan adanya evaluasi dapat diketahui apakah tujuan
pendidikan sudah tercapai atau belum. Berdasarkan data dan informasi yang
diperoleh pula selanjutnya dilakukan berbagai kebijakan sebagai langkah
perbaikan (Jalaluddin, 2016: 212).
Secara Etimologi evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu
evaluation akar katanya value yang berarti nilai atau harga. Nilai dalam bahasa
Arab disebut Al-Qimah atau Al-Taqdir (Sudion, 2005: 1). Dalam bahasa Arab,
evaluasi dikenal dengan istilah imtihan, yang berarti ujian. Dikenal juga dengan
istilah khataman sebagai cara menilai hasil akhir dari proses pendidikan
(Suharna, 2016: 54). Dengan demikian secara harfiah, evaluasi pendidikan ( Al-
Taqdir al-Tarbawiy ) dapat diartikan sebagai penilaian dalam bidang pendidikan
atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan
(Ramayulis, 2002:221). Akan tetapi, dalam perkembangan selanjutnya terdapat
beberapa pendapat yang memberikan pengertian yang berbeda antara kata
evaluasi, pengukuran dan penilaian, dan ada pendapat yang memberikan
pengertian yang sama antara ketiga istilah tersebut. Penilaian merupakan kata
lain dari evaluasi, sedangkan assessment sering dihubungkan dengan
kemampuan seseorang seperti kecerdasan, keterampilan, kecepatan, dan lain-lain
(Nasution dkk, 1998:16). Sedangkan secara terminologi atau istilah, ada
beberapa pendapat, namun pada dasarnya sama, hanya berbeda dalam
redaksinya saja, sebagai berikut:
1) Fred Percival dan Henry Ellington (1998: 180) menyatakan evaluasi adalah
suatu kegiatan yang dirancang untuk mengukur efektivitas system belajar,
dan akan lebih tepat bila diadakan pengukuran-pengukuran sebelumnya.
2) Anas Sudjiono (2001: 5) yang menyatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan
atau proses untuk menilai seseuatu. Untuk menentukan nilai dari sesuatu yang
sedang dinilai itu dilakukan pengukuran, dan wujud dari pengukuran itu
adalah pengujian dan pengujian inilah di dalam dunia pendidikan dikenal
dengan istilah tes. Pendapat Anas sejalan dengan pendapat Fred Percival dan
3
Henry Ellington, karena evaluasi baru dapat dilaksanakan setelah terlebih
dahulu dilakukan proses pengkuran dengan menggunakan tes.
3) Suharsimi Arikunto (1989: 3) berpendapat bahwa mengukur adalah
membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif.
Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran
baik dan buruk. Penilaian bersifat kualitatif, mengadakan evaluasi meliputi
kedua langkah diatas, yakni mengukur dan menilai. Hal tersebut berarti
pengukuran dilaksanakan sebelum melaksanakan penilaian. Evaluasi baru
dapat dilaksanakan setelah dilakukan proses pengujukuran dan penilaian.
4) Menurut M. Chabib Thoha (1991: 2), evaluasi merupakan kegiatan yang
terencana untuk mengetahui keadaan objek dengan menggunakan instrument
dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.
Pendapat ini lebih bersifat umum karena tidak membedakan antara istilah
pengukuran, penilaian, dan evaluasi.
Berdasarkan berbagai pendapat tesebut di atas dapat dipahami
bahwasannya evaluasi jauh lebih kompleks dibandingkan dengan istilah lainnya.
Evaluasi merupakan salah satu komponen pendidikan yang memiliki fungsi
untuk menilai sampai sejauh mana tujuan telah dicapai dalam suatu kegiatan.
evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktivitas secara spontan dan incidental,
melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana,
sistematik, dan berdasarkan atas tujuan yang jelas. Jika dikaitkan pengertian
evaluasi pendidikan dengan pendidikan Islam, maka evaluasi itu berarti suatu
kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan di dalam pendidikan
Islam. Al wahab mengatakan bahwa evaluasi atau tagwim itu adalah sekumpulan
kegiatan pendidikan yang menentukan atas suatu perkara untuk mengetahui
tercapainya tujuan akhir pendidikan dan pengajaran sesuai dengan program-
program pelajaran yang beraneka ragam. Sedang daftar hasil kegiatan pada
waktu itu berupa berupa kelemahan-kelemahan dan kelebihan-kelebihan,
evaluasi menitik beratkan pada proses pendidikan dan pengajaran (Ramayulis,
2002: 223).
4
Menurut Jalaluddin (2016: 212-231) evaluasi adalah istilah-istilah yang
lebih luas dari ukuran. Evaluasi meliputi semua aspek dari penentuan batas-batas
hasil belajar, sedangkan ukuran hanya terbatas kepasa aspek-aspek kuantitatif.
Meskipun kedua istilah ini dianggap sinonim. Konsep evaluasi dalam
pendidikan islam lebih mengacu kepada penilaian terhadap sikap dan perilaku.
Bukan kepada nilai angka (score). Evaluasi mengacu kepada penialaian
peringkat kesesuaian dan keselarasan antara sikap dan perilaku dengan tujuan
pendidikan. Tujuan pendidikan yang didasarkan pada landasan filsafat yang
bersumber Al-Quran dan Hadis. Suatu bentuk tujuan pendidikan yang identik
dengan tujuan dan nilai-nilai Islam itu sendiri. Wujud konkretnya, tersimpul
dalam inti doa: “Ya Tuhan kami berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di
akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka” (QS 2:201) mencangkup
rentang masa yang sangat panjang.
Evaluasi pendidikan Islam merupakan cara atau teknik penilaian terhadap
tingkah laku manusia didik berdasarkan standar perhiungan yang bersifat
kompeherensif dari seluruh aspek-aspek kehidupan mental psikologis dan
spiritual-religius, karena manusia hasil pendidikan Islam bukan saj sosok pribadi
yang tidak hanya bersifat religious, tetapi juga berilmu dan berketrampilan yang
sanggup beramal dan berbakti kepada Tuhan dan masyarakatnya. Evaluasi
pendidikan Islam relavan dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian dapat disimpulkan evaluasi pendidikan Islam adalah suatu
rangkaian usaha untuk menilai tercapai tidaknya tujuan pendidikan Islam, dalam
membentuk kepribadian manusia paripurna, sebagai ‘abd Allah dan khalifah fi
al-ard yang berakhlak al-karimah secara serasi dan seimbang dalam berbagai
bidang kehidupan (Rusmaini, 2016: 170-171).
5
pendidikan dilandasi oleh nilai-nilai universal ajaran Islam. Prinsip tersebut
adalah sebagai berikut:
1) Prinsip berkesinambungan (continuity)
Prinsip berkesinambungan dalam melaksanakan evaluasi berarti evaluasi
dalam proses pendidikan harus dilaksanakan secara terus menerus (kontinu).
Pendidik harus selalu melakukan evaluasi terhadap peserta didik sehingga dapat
memantau tujuan yang ingin dicapai dengan memperoleh informasi yang dapat
memberikan gambaran mengenai kemajun perkembangan peserta didik. Dalam
konsep Islam, dikenal istilah istiqamah (Rusmaini, 2016:171).
2) Prinsip menyeluruh (compreherensif)
Prinsip menyeluruh adalah terlaksananya evaluasi secara menyeluruh
dari kepribadian peserta didik, baik aspek berfikir, sikap, maupun aspek
keterampilanya (Rusmaini, 2016:171).
3) Prinsip obyektivitas (objectivity)
Menurut Suharna (2016: 28) evaluasi dilaksanakan secara obyektif,
dalam arti bahwa evaluasi itu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, berdasarkan
fakta dan data yang ada tanpa dipengaruhi oleh unsur-unsur subyektifitas dari
evaluator (penilai). Dalam Al-Qur’an dijelaskan:
َ َ ُ
الت ْق َوى ِم ْنك ْم ك ذ ِل َك َّ وم َه ا َواَل د َم ُاؤ َه ا َو َلك ْن َي َن ُال ُه
ُ ح
َّ َ َ َ ْ َ
ُ الل َه ُل لن ين ال
ِ ِ
ُ ّ مْل ُ َ َّ َ َُ
َس َّخ َر َها لك ْم ِل ُتك ِّب ُروا الل َه َعلى َما َه َداك ْم َو َب ِش ِر ا ْح ِس ِن َين
Artinya: Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat
mencapai (keridaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat
mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya
kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah
kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (Q.S. Al-Hajj: 37).
Allah SWT. memerintahkan agar berlaku adil dalam mengevaluasi
sesuatu, jangan karena kebencian menjadikan ketidakobjektifan evaluasi yang
dilakukan (Q.S. Al-Maidah: 8). Dengan demikian, evaluasi harus
menggambarkan kemampuan obyektif siswa yang sebenarnya, bukan
6
berdasarkan suka dan tidak suka guru kepada para siswanya. Obyektivitas juga
mengarah kepada perlakuan yang sama dan adil kepada semua murid yang
dievaluasi dengan memberikan penilain yang fair atau adil. Obyektivitas dalam
evaluasi itu antara lain ditjuakan dalam sikap-sikap evaluator yang menerapakan
sifat-sifat Rasulullah SAW sebagai berikut :
a. Sikap Ash-Shidiq, yakni berlaku benar dan jujur dalam mengadakan
evaluasi. Sebaliknya tidak bersikap dusta dan curang,
b. Sikap Amanah yakni suatu sikap pribadi yang setia, tulus hati dan jujur
dalam menjalankan sesuatu yang dipercayakan kepadanya,
c. Tabligh yakni menyampaikan, dan
d. Fatonah yaitu pintar.
4) Prinsip validitas (validity) dan realibitas (reability)
Menurut Rusmaini (2016, 172) validitas atau keahlian merupakan suatu
konsep yang menyatakan bahwa alat evaluasi yang dipergunakan benar-benar
dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas merupakan ketetapa alat
evaluasi yang dipergunakan oleh pendidik dengan masalah yng akan dievaluasi.
Reabilitas atau ketetapan artinya hasil dari suatu evaluasi yang dilakukan
menunjukkan suatu ketetapan ketika diberikan kepada peserta didik yang sama
dalam waktu yang berlainan.
5) Prinsip Keteraturan
Dalam melakukan evaluasi, kita harus mengetahui dan memperhatikan
prosedur dan langkah-langkah evaluasi yang seharusnya dilakukan. Kita tidak
boleh mengambil keputusan evaluasi sebelum adanya data yang dapat dipercaya.
Juga kita tidak dapat memperoleh data yang memadai kalau tidak menggunakan
instrumen pengumpul data yang memenuhi syarat. Selain itu, kita tidak akan
dapat mengembangkan instrumen secara baik jika tidak mengetahui tujuan
evaluasi dan aspek-aspek perilaku yang semestinya diungkap. Dengan demikian,
sebelum melakukan evaluasi, harus mengikuti beberapa aturan dan urutan yang
telah ditentukan agar hasil evaluasi akuntabel. Dalam konteks ajaran Islam
ditegaskan bahwa setiap sesuatu terdapat aturan main dan ketetapan yang harus
7
dipenuhi sesuai dengan ketentuan dan kadar masing-masing (Solichin, 2007:
80).
6) Prinsip praktikabilitas (practicability)
Suatu evaluassi dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila
evaluasi terebut bersifat praktis (mudah dilaksanakan) dan mudah
pengaadministrasiannya (mudah pemeriksaanya dan dilengkapi dengan
petunjuk-petunjuk yang jelas) (Rusmaini, 2016: 172).
Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut di atas, evaluasi dalam pendidikan
Islam dilakukan secara menyeluruh, berhubungan dengan semua aspek
kehidupan, relavan dengan tujuannya untuk membentuk manusia yang
paripurna. Hal ini berarti menyangkut aspek kognitif (intelektual), afektif
(sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Ketiga aspek ini merupakan tujuan
pendidikan yang diinginkan. Hanya saja yang menjadi persoalan adalah prinsip-
prinsip evaluasi yang diterapkan. Walaupun dalam kenyataanya, indikasi yang
demikian belum teralisasi dengan baik. Mayoritas evaluasi yang dilakukan
memfokuskan pada salah satu aspek saja dan mengabaikan aspek lainnya.
Bentuk evaluasi yang sering dilakukan memberikan indikas, bahwa evaluasi
yang dilakukan hanya berorientasi pada aspek kognitif. Padahal aspek tersebut
bukanlah satu satunya yang akan dituju oleh pendidikan Islam. Pendidikan Islam
lebih memfokuskan aspek afektif untuk mewujudkan peserta didik terhadap ilmu
yang dimilikinya. Evaluasi yang hanya melaksanakan prinsip penilaian pada
aspek kognitif kurang menguntungkan dalam mencapai tujuan pendidikan Islam.
Alasanya, ini telah mengabaikan aspek-aspek peserta didik sebagai makhluk
yang harus mempunyai keseimbangan antara pemenuhan aspek pisik dan psikis.
Padahal proses interaksi pendidikan yang setiap hari dilakukan seringkali
terlupakan oleh pendidik untuk melakukan proses evaluasi aspek afektif dan
psikomotorik (Rusmaini, 2016: 172-173).
8
yaitu membimbing manusia agar hidup selamat di dunia, maupun tujuan jangka
panjang untuk kesejahteraan hidup di akhirat. Kedua tujuan tersebut menyatu
dalam sikap dan tingkkah laku yang mencerminkan akhlak yang mulia (akhlk al-
karimah). Sebagai tolak ukur dari akhlak yang mulia ini dapat dilihat dari
cerminan tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari (Jalaluddin dan Said,
1996: 60).
Menurut Zakiah Darajat (2001: 234) penilaian media pendidikan
bertujuan, antara lain:
1) Memilih media pendidikan yang akan dipergunakan di dalam kelas
2) Untuk melihat prosedur atau mekanisme penggunaan sesuatu alat bantu
pengajaran
3) Untuk memeriksa atau mengkaji apakah tujuan penggunaan alat-alat
tersebut telah tercapai atau belum
4) Menilai sejauh mana kemampuan guru dalam mendayaagunakan media
atau alat bantu pengajaran
5) Memberikan data atau informasi tentang daya guna sesuatu alat bagi
kepentingan pengajaran selanjutnya
6) Untuk meningkatkan daya pakai dari sesuatu alat sehingga dapat
digunakan secara tepat guna dan funggsional
7) Untuk memperbaiki alat itu sendiri sehingga dapat mencapai efisiensi
dan efektivitas yang memadai untuk meningkatkan keberhasilan belajar
mengajar
Menurut Ano Suharno (2016: 64) tujuan dan fungi dalam pendidikan
islam mengacu pada sistem evaluasi yang digariskan oleh Allah SWT dalam Al-
Quran dan dijabarkan dalam Sunnah, yang dilakukan Rasulullah Saw. dalam
proses pembinaan risalah Islamiyah. Secara umum tujuan dan fungsi evaluasi
pendidikan Islam sebagai berikut:
1) Untuk menguji. Hal ini digambarkan dalam Al-Quran tentang menguji daya
kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam problema
kehidupan yang dihadapi
9
َ ْ َ َ أْل ْ ََ ُ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ ُ َّ َ ُ ْ َ َ َ
ص ِمن ا م و ِال ٍ وع ونق
ِ ولأْلن َبل ونكم ِ َّبش ي ٍء ِمن ّ الخ و ِف والج
َ الصابر
ين َّ ات َو َبشر
ِ ِ َ َوا ْن ُفس َوالث َم
ر
ِِ ِ ِ
Artinya: Dan sungguh Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (QS. Al-
Baqarah:155)
2) Untuk mengetahui. Hal ini digambarkan dalam Al-Quran tentang sejauh
mana atau sampai dimana hasil pendidikan wahyu yang telah diaplikasikan
Rasulullah Saw. kepada umatnya
َّيك ب ه َق ْب َل َأ ْن َي ْر َت د
َ ال َّالذي ع ْن َد ُه ع ْل ٌم م َن ْالك َت اب َأ َن ا آت َ ق
َ
ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ْ ال َه َذا م ْن َف َ ُ َ ْ ًّ َ ْ ُ ُ َ َّ َ َ َ ُ ْ َ َ ْ َ
ض ِل َر ِّبي ِ َ ق ِإليك طرفك فلما رآه مست ِقرا ِعنده
ْل َي ْب ُل َوني َأ َأ ْش ُك ُر َأ ْم َأ ْك ُف ُر َو َم ْن َش َك َر َفإ َّن َم ا َي ْش ُك ُر ل َن ْفس ه َو َمن
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ٌ َك َف َر َفإ َّن َر ّبي َغن ٌّي َكر
يم ِ ِ ِ ِ
Artinya: Berkatalah seseorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab: “Aku
akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”.
Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya,
iapun berkata: “Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah
aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-nikmat-Nya). Dan barang
siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan)
dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku
Maha Kaya lagi Maha Mulia”. (QS. Al-Naml: 40)
3) Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat. Hal ini digambarkan dalam ayat
Al-Quran tentang klasifikasi atau tingkat hidup keislaman atau keimanan
seseorang, seperti pengevaluasian Allah SWT. terhadap Nabi Ibrahim as.
yang menyembelih Islamil as. putra dicintainya
10
)104( يمُ ) َو َن َاد ْي َن ُاه َأ ْن َي ا إ ْب َراه103( َف َل َّما َأ ْس َل َما َو َت َّل ُه ِل ْل َجبين
ِ ِ ِ ِ
َ َ َّ ُ مْل َ َ َ ْ ُّ َ ْ َّ َ ْ َ
) ِإن ه ذا105( الرؤ َي ا ِإ َّنا ك ذ ِل َك ن ْج ِزي ا ْح ِس ِن َين ق د ص دقت
َ ُ َ ْ اَل مْل
)107( ) َوف َد ْي َن ُاه ِب ِذ ْب ٍح َع ِظ ٍيم106( ل ُه َو ال َب ُء ا ِب ُين
Artinya: Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan
anaknya atas pelipis (nya), (nyatanya kesabaran keduanya). Dan Kami
panggillah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan
mimpi itu”, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian
yang nyata. Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.
(QS. Al-Shaffat: 103-107)
4) Untuk mengukur daya kognisi, hafalan manusia dan pelajaran yang telah
diberikan kepadanya, seperti pengevaluasian terhadap nabi Adam as.
tentang asma’ yang diajarkan Allah SWT. kepadanya di hadapan para
malaikat.
ْ َ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ َ أْل َ ْ َ َ ُ َّ َ ُ َّ َ َ َ ُ ْ َ َ مْل َاَل
ال أن ِب ُئ و ِني وعلم آدم ا س ماء كله ا ثم عرض هم على ا ِئك ِة فق
َ ب َأ ْس َم ِاء َه ُؤاَل ِء إ ْن ُك ْن ُت ْم
ص ِاد ِق َين ِ ِ
Artinya: Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemuadian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu
berfirman:”Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
memang orang-orang yang benar!” (QS. Al-Baqarah: 31)
5) Memberikan semacam tabsyir (berita gembira) /reward bagi yang
beraktivitas baik, dan memberikan semacam ‘iqlab (siksa) /punishment bagi
mereka yang beraktivitas buruk
َ َ َ َْ ْ َْ َ ْ َ َ َ َ َ َْ ْ ََْ ْ ََ
ال ذ َّر ٍة ش ًّرا َي َر ُه) ومن يعمل ِمثق7( ال ذ َّر ٍة خ ْي ًرا َي َر ُهفمن يعمل ِمثق
Artinya: Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun,
niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barang siapa yang
mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat
(balasan) nya pula. (QS. Al-Zalzalah: 7-8).
11
Menurut Nazar Al Masri (2014: 236), fungsi evaluasi pendidikan
islam adalah:
a. Islah, yaitu perbaikan terhadap semua komponen pendidikan, termasuk
perbaikan perilaku, wawasan, dan kebiasaan-kebiasaan peserta didik
b. Tazkiyah, yaitu penyucian terhadap semua komponen pendidikan
c. Tajdid, yaitu memodernisasikan semua kegiatan pendidikan
d. Al-dakhkil, yaitu masukan sebagai bagi orang tua peserta didik.
Evaluasi pendidikan dilaksanakan mempunyai tujuan yang dapat menjadi
tolak ukur keberhasilan proses pendidikan yang dilakukan. Tujuan evaluasi
adalah untuk mengembangkan suatu kebijakan yang bertanggung jawab
mengenai pendidikan (Tayibnapis, 2000: 3).
12
Meskipun dalam sumber pendidikan Islam tidakdijelskan secar eksplisit,
namun dalm praktinya dapat diketahui bahwa pada prinsipnya evaluasi-evaluasi
sejenis itu juga sering kali kita temukan baik dalm firman-firman Allah dalam
Al-Qur,an atau sunnah Nabi.
Adapun, pembagian jenis-jenis evaluasi menurut Sukardi (2014: 30),
dibedakan atas lima jenis evaluasi yaitu:
1) Evaluasi kurikulum
2) Evaluasi siswa
3) Evaluasi sekolah
4) Evaluasi dengan responden besar
5) Evaluasi proyek khusus
13
posisinya tetap tidak berubah, sedangkan objek evaluasi dikatakan dinamis jika
objek tersebut mempunyai kemungkinan berubah baik jumlah maupun
kualitasnya ketika dinilai oleh evaluator (Sukardi, 2014: 35-36).
14
Adalah penialain yang menggunakan tes yang tentukan terlebih dahulu.
Metode ini bertujuan untuk mrengukur dan memberikan penilaian terhadap hasil
belajar yang akan dicapai oelh siswa meliputi: kesanggupan mental,
achievement (test penguasaan hasil belajar), keterampialn, koordinSI, motorik
dan bakatbaik secara individu maupun secara berkelompok. tes hasil belajar ini
dibagi menjadi :
1) Tes tertulis (written test)
Adalah tes yang diberikan kepada siswa dengan menjawab
soalsoal secara tertulis dalam jangka waktu yang telah ditentukan.
Berikut ini merupakan macam-macam dari bentuk tes tertulis , yaitu tes
dalam bentuk essay adalah test yang soalnya disusun sedemikian rupa
sehingga jawabannya terdiri dari beberapa kalimat. Dan tes dalam bentuk
objektif yaitu tes yang disusun dengan bentuk jawaban yang ditentukan
sehingga dalam hal ini siswa hanya memilih jawaban yang sudah
ditentukan sehingga siswa hanya memilih jawaban yang dianggap benar
diantara jawaban-jawaban yang salah.
2) Tes lisan (oral tes)
Adalah tes yang dialkukan dengan cara lisan dengan sejumlah
siswa atau seorang yang dilakukan penguji. Tes ini pelaksanaannya
dengan menggnkana system Tanya jawab secara langsung.
3) Tes perbuatan (performance test)
Adalah test yang digunakan untuk menilai berbagai macam
perintah atau siswa diperintah untuk melaksanakan suatu hal yang
berkaitan dengan materi pelajaran, seperti ; praktik wudhu, tayamum,
shalat, dan lain-lain.
b. Teknik non-Test
Adalah penialian yang tidak menggunakan soal-soal test dan tujuan gar
mengetahui sikap dab sifat kepribadian siswa, yang berhubungan dengan kiat
belajar atau pendidikan. Adapun yang termasuk penialain non-Test yaitu; rating
scale (skala bertingkat), kuesioner, daftar cocok, wawancara, pengamatan/
observasi dan riwayat hidup.
15
H. Analisis
Evaluasi adalah suatu proses dan tindakan yang terencana untuk
mengumpulkan informasi tentang kemajuan, pertumbuhan dan perkembangan
peserta didik terhadap tujuan pendidikan yang efektif dan efisien, sehingga dapat
disusun penilaiannya yang dapat dijadikan dasar untuk membuat suatu
keputusan atau hasil. Dengan demikian evaluasi bukan sekedar menilai suatu
aktivitas secara spontan atau kebetulan, melainkan merupakan kegiatan untuk
menilai sesuatu yang terencana, sistematik dan berdasarkan tujuan yang jelas.
Jadi dengan evaluasi diperoleh informasi dan kesimpulan tentang keberhasilan
suatu kegiatan, dan kemudian kita dapat menentukan alternatif dan keputusan
untuk tindakan berikutnya.
Kedudukan evaluasi dalam proses kegiatan juga memiliki kedudukan
yang sama pentingnya, karena evaluasi merupakan bagian intenal dari proses
kegiatan pendidikan secara keseluruhan. Karena itu secara sederhana evaluasi
akan menjadi wahana untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari keseluruhan
aktivitas yang dilakukan serta menjadi sumber informasi yang terukur,
hambatan- hambatan atau kendala yang dihadapi di dalam proses pencapaian
tujuan yang telahdirumuskan. Evaluasi dalam proses belajar mengajar
merupakan komponen yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan
proses.
Kepentingan evaluasi tidak hanya mempunyai makna bagi proses belajar
siswa, tetapi juga memberikan umpan balik terhadap program secara
keseluruhan. Oleh karena itu, inti evaluasi adalah pengadaan informasi bagi
pihak pengelola proses belajar mengajar untuk membuat keputusan. Evaluasi
dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan pembelajaran. evaluasi dapat
dilakukan baik dalam suasana formal maupun informal, di dalam kelas, di luar
kelas, terintegrasi dalam kegiatan belajar mengajar atau dilakukan pada waktu
yang khusus. Evaluasi dilaksanakan melalui berbagai teknik, seperti teknik
evaluasi pada masa pertumbuhan Islam (zaman Rasulullah dan para sahabat)
16
atau teknik evalausi pada masa perkembngan dan kemajuan Islam (sesudah
sahabat hingga sekarang).
Prinsip-prinsip evaluasi dalam pendidikan Islam sangat diperlukan
sebagai panduan dalam prosedur pengembangan evaluasi, karena jangkauan
sumbangan penilaian dalam usaha perbaikan pembelajaran sebagian ditentukan
oleh prinsip-prinsip yang mendasari pengembangan dan pemakaiannya. Evaluasi
juga memiliki tujuan yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam mendapatkan
hasil evaluasi yang baik. Dalam kaitannya dengan evaluasi pendidikan Islam
menggariskan tolak ukur yang serasi dengan tujuan pendidikannya. Sebagai
contoh akhlak, sebagai tolak ukur akhlak yang mulia ini dapat dilihat dari
cerminan tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu fungsi
evaluasi adalah untuk membantu peserta didik agar ia dapat mengubah atau
mengembangkan tingkah lakunya secara sadar, serta memberi bantuan padanya
cara meraih suatu kepuasan bila berbuat sebagaimana mestinya, selain itu juga
dapat membantu seorang pendidik dalam mempertimbangkan metode
pengajaran serta membantu dan mempertimbangkan administrasinya.
Objek atau sasaran evaluasi pendidikan adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan kegiatan atau proses pendidikan, yang dijadikan titik pusat
perhatian atau pengamatan, karena pihak penilai (evaluator) ingin memperoleh
informasi tentang kegiatan atau proses pendidikan tersebut. Objek evaluasi
bervariasi tergantung dari program dan kegiatan yang menjadi prioritas lembaga
dan yang ingin dinilaikan. Sedangkan, subjek evaluasi pendidikan adalah orang
yang melakukan evaluasi dalam bidang pendidikan. Sebagai contoh, untuk
evaluasi pembelajaran, dimana yang bertindak sebagai objeknya adalah peserta
didik yang akan melakukan proses pembelajaran, sedanagkan untuk subjeknya
adalah pembelajaran yang akan diajarkan.
Dalam evaluasi pendidikan terdapat komponen yang saling terkait dan
merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan yang terdapat di dalam
teknik evaluasi pendidikan seperti pengukuran dan tes. Tes merupakan salah
satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung,
yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan. Tes
17
merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk
mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Objek ini bisa berupa
kemampuan peserta didik, sikap, minat, maupun motivasi. Respons peserta tes
terhadap sejumlah pertanyaan menggambarkan kemampuan dalam bidang
tertentu.
Pengukuran dinyatakan sebagai proses penetapan angka terhadap individu
atau karakteristiknya menurut aturan tertentu Dengan demikian, esensi dari
pengukuran adalah kuantifikasi atau penetapan angka tentang karakteristik atau
keadaan individu menurut aturan-aturan tertentu. Keadaan individu ini bisa
berupa kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Pengukuran memiliki
konsep yang lebih luas dari pada tes. Kita dapat mengukur karakateristik suatu
objek tanpa menggunakan tes, misalnya dengan pengamatan, skala rating atau
cara lain untuk memperoleh informasi dalam bentukkuantitatif.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa evaluasi pendidikan adalah
suatu kegiatan yang berisi mengadakan pengukuran, penilaian dan tes terhadap
keberhasilan pendidikan dari berbagai aspek yang menyeluruh, baik kognitif,
afektif dan psikomotoriknya.
Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai
ajaran Islam sebagaimana tercantum dalam al-Qur’an dan al-Hadits serta dalam
pemikiran para ulama dan dalam praktik sejarah umat Islam. Dalam pendidikan
Islam evaluasi merupakan salah satu komponen dari sistem pendidikan Islam
yang harus dilakukan secara sistematis dan terencana sebagai alat untuk
mengukur keberhasilan atau target yang akan dicapai dalam proses pendidikan
Islam dan proses pembelajaran.
Evaluasi pendidikan perespektif Islam yaitu suatu proses dan tindakan
yang terencana berbasis Islam untuk mengumpulkan informasi tentang
kemajuan, pertumbuhan dan perkembangan peserta didik terhadap tujuan
pendidikan, sehingga dapat disusun penilaiannya yang dapat dijadikan dasar
untuk membuat keputusan. Secara umum tujuan dan fungsi evaluasi pendidikan
perspektif Islam untuk menguji, mengetahui, menentukan, mengukur daya
kemampuan manusia. Evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktivitas secara
18
spontan dan insedental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu
yang terencana, sistematik, berdasarkan tujuan yang jelas dan komprehensip.
Dengan evaluasi pendidikan perspektif Islam diharapkan mampu
memperoleh informasi dan kesimpulan tentang keberhasilan suatu kegiatan
dalam hal pendidikan, yang kemudian dapat menentukan alternatif dan
keputusan untuk tindakan berikutnya. Serta pada tujuan akhirnya mampu
menggapai tujuan-tujuan pendidikan dan menciptkan pendidikan yang sesuai
dengan apa yang diharapkan.
Berhasil atau tidaknya evaluasi dalam melakukan proses pendidikan
dapat dilihat dari hasil penilaian yang dilakukan. Jika hasilnya yang dicapai
relavan dengan tujuan yang ditetapkan berti proses pendidikan tersebut berhasil,
dan jika terjadi sebaliknya berarti proses pendidikan yang telah dilakukan
tersebut gagal.
Dalam konteks pendidikan Islam, pengembangan evaluasi pembelajaran
ditekankan pada aspek afektif, yaitu bagaimana evaluasi diarahkan untuk
melihat sejauh mana penghayatan, penghargaan dan pengembangan perilaku
anak didik yang didasarkan kepada ajaran Islam yang telah ditentukan oleh
Allah dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Dalam perspektif ini,
pengembangan evaluasi pembelajaran pendidikan Islam tidak hanya dilakukan
untuk menilai aspek pengetahuan dan pemahaman, namun juga yang jauh lebih
penting adalah bagaimana menilai proses pembelajaran pendidikan Islam
sebagai suatu aksi moral. Ini dapat memberikan motivasi kepada anak didik
untuk tidak hanya mempelajari Islam sebagai suatu pengetahuan dan
pemahaman, namun lebih dari itu Islam dijadikan sebagai pola bertindak, pola
hidup dan pola berperilaku. Dengan pola penilaian tersebut, guru seharusnya
menilai keseluruhan perilaku anak didik melalui pengamatan langsung terhadap
kemajuan-kemajuan pengamalan moral Islam yang dilakukan anak didik, baik di
lingkungan sekolah maupun di lingkungan rumah dan masyarakatnya.
Penilaian di lingkungan sekolah dapat dilakukan dengan mengamati
siswa bagaimana berperilaku terhadap para gurunya, teman-temannya, baik yang
lebih muda ataupun yang lebih tua. Sedangkan penilaian dalam lingkungan
19
rumah dan masyarakat sekitarnya dapat dilakukan dengan melibatkan orang tua
dan tokoh masyarakat ataupun anggota masyarakat lainnya dengan
menggunakan teknik pengamatan langsung dan wawancara mendalam terhadap
perilaku anak didik di rumah dan lingkungan masyarakatnya. Dengan teknik
penilaian di atas, dapatlah memberikan gambaran yang utuh tentang perilaku dan
moral keagamaan anak dalam berbagai aspeknya sehingga dapat memberikan
penilaian yang sebaik-baiknya terhadap keberhasilan pembelajaran pendidikan
Islam.
I. Kesimpulan
Pendidikan adalah suatu usaha manusia dalam meningkatkan kualitas
dirinya, baik personal maupun kolektif, selain itu juga pendidikan juga
merupakan suatu upaya manusia untuk memanusiakan dirinya dan
membedakannya dengan makhluk lain, dimana semua itu diperoleh dari proses
pembelajaran. Dalam peningkatan kualitas pembelajaran membutuhkan adanya
peningkatan kualitas program pembelajaran secara berkelanjutan dan
berkesinambungan.
Untuk meningkatkan kualitas program pembelajaran membutuhkan
informasi tentang implementasi program pembelajaran sebelumnya. Hal ini
dapat diperoleh dengan dilakukannya evaluasi terhadap program pembelajaran
secara periodik dan sistematis. Evaluasi pembelajaran merupakan suatu proses
untuk mendapatkan informasi tentang hasil pembelajaran. Dengan demikian
fokus evaluasi pembelajaran adalah pada hasil, baik hasil yang berupa proses
maupun produk. Informasi hasil pembelajaran ini kemudian dibandingkan
dengan hasil pembelajaran yang telah ditetapkan. Jika hasil nyata pembelajaran
sesuai dengan hasil yang ditetapkan, maka pembelajaran dapat dikatakan efektif.
Sebaliknya, jika hasil nyata pembelajaran tidak sesuai dengan hasil
pembelajaran yang ditetapkan, maka pembelajaran dikatakan kurang efektif.
Pendidik menggunakan berbagai alat evaluasi sesuai karakteristik kompetensi
yang harus dicapai oleh siswa.
20
Dalam melakukan evaluasi, pendidik dapat menentukan evaluasi apa
yang akan mereka lakukan sesuai dengan kondisi lingkungan. Untuk lebih
mengoptimalkan peran guru dalam evaluasi program pembelajaran, maka
sebaiknya evaluator dalam evaluasi program pembelajaran merupakan
kombinasi antara evaluator dari dalam dan evaluator dari luar dimana evaluator
tersebut mempunyai integritas memehami materi, menguasai teknik evaluasi,
objektif, cermat, jujur, dan dapat dipercaya.
Evaluasi pendidikan Islam mempunyai fungsi untuk merealisasikan
tujuan pendidikan Islam. Hasil dari evaluasi dapat dijadikan tolak ukur tingkat
keberhasilan proses pendidikan. Dengan demikian, hal ini dapat memberikan
makna bagi peserta didik untuk memperbaiki atau meningkatkan proses
pendidikan yang dilakukannya, dan bagi lembaga pendidikan dapat dijadikan
sebagai cermin dari kualitas pendidikan yang dilaksanakannya.
DAFTAR PUSTAKA
Fred Percival dan Henry Ellington. 1998. Teknologi Pendidikan, terj. Sujarwo S.
Jakarta: Airlangga.
Jalaluddin, dan Usman Said. 1996. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT Raja
Grafindo
21
Masri, Nazar Al. 2014. Evaluasi Menurut Filsafat Pendidikan Islam. Jurnal
Kutubkhanah, Vol 17, No 2: 230-238.
22