Anda di halaman 1dari 22

EVALUASI PENDIDIKAN

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok 12


Mata Kuliah: Tafsir Tarbawi

DOSEN PENGAMPU : Drs. ABDUL HALIM NASUTION, M.Ag

DISUSUN OLEH:
Sem. III/PAI-5
DIKI WAHYUDI HASIBUAN (0301173474)
SITI PURNAMA (0301171335)
SYAFA’ATUL HUSNAH (0301173508)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUMATRA UTARA
MEDAN
2018
EVALUASI PENDIDIKAN
Disusun Oleh:
Diki Wahyudi Hasibuan
Siti Purnama
Syafa’atul Husnah

Abstrak
Pendidikan memainkan peranan yang sangat penting bagi kehidupan
manusia. Namun disadari bersama, pada proses dan pelaksanaan pendidikan di
beberapa lembaga pendidikan masih jauh dari yang diharapkan. Keberadaan Al-
Qur’an sebagai pedoman hidup bagi umat manusia dalam segala aspek
kehidupan, seharusnya dapat dijadikan langkah solutif untuk menjawab dan
menyelesaikan permasalahan tersebut dengan mengaplikasikan dan
mengimplementasikan evaluasi pendidikan dalam dunia pendidikan.
Evaluasi pendidikan dalam pendidikan Islam merupakan suatu proses dan
tindakan yang terencana untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan,
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik terhadap tujuan pendidikan,
sehingga dapat disusun penilaianna yang dapat dijadikan dasar untuk membuat
keputusan. Prinsip-prinsip evaluasi pendidikan dalam pendidikan Islam mengacu
pada tujuan, dilaksanakan secara objektif, bersifat komprehensif, atau
menyeluruh dan dilaksanakan secara terus menerus atau kontinu. Secara umum
tujuan dan fungsi evaluasi pendidikan dalam pendidikan Islam: untuk menguji,
mengklasifikasi, mengukur, perbaikan, memberikan tabsyir (berita gembira) dan
‘iqab/nadir (siksa/kabar buruk).
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Evaluasi dalam proses belajar mengajar merupakan komponen yang penting
dan tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan proses pembelajaran. Kepentingan
evaluasi tidak hanya mempunyai makna bagi proses belajar siswa. Tetapi juga
memberikan umpan balik terhadap program secara keseluruhan.
Menurut Supardi penilaian (evaluasi) merupakan salah satu faktor pendukung
keberhasilan proses dan hasil pembelajaran. Kegiatan penilaian memerhatkan
banyak aspek, mulai dari pemilihan instrumen penilaian, penyusunan instrumen
penilaian, analisis kualitatif dan kuantitatif butir instrumen, pelaksanaan penilaian
afektif, kognitif maupun psikomotor, dan diakhiri dengan penulisan laporan hasil
belajar, penyusunan rangking dan penyusunan profil peserta didik. Tak kalah
pentingnya adalah pembuatan instrumen penilaian pada Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan penetapan kriteria ketuntasan minimum. Selanjutnya,
Supardi juga menambahkan bahwa penilaian terhadap proses pembelajaran harus
dilakukan dengan cara yang baik dan benar karena akan memengaruhi kualitas
hasil belajar serta kelulusan peserta didik dalam suatu lembaga pendidikan.1
Selain itu, berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, khususnya Pasal 63 ayat 1 menyatakan
bahwa penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri
atas penilaian hasil belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan
pendidikan dan penilaian hasil belajar oleh pemerintah. Pasal 64 ayat 1
menyatakan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 63 ayat 1 butir (a) dilakukan secara berkesinambungan untuk
memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian,
ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.
Selanjutnya PP Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, khususnya Pasal 1 ayat 1
menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
1
Supardi, Penilaian Autentik: Pembelajaran Afektif, Kognitif, dan Psikomotor, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2016), hlm. 5.
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.2
Evaluasi pendidikan memiliki kedudukan yang amat strategis, karena hasil
dari kegiatan evaluasi dapat digunakan sebagai input untuk melakukan perbaikan
kegiatan pendidikan. Ajaran Islam juga menaruh perhatian besar terhadap evaluasi
tersebut. Allah swt., dalam berbagai firman-Nya yang terdapat di dalam kitab suci
Al-Qur’an dan Rasulullah saw, yang terdapat di dalam beberapa haditsnya,
memberitahukan kepada manusia, bahwa pekerjaan evaluasi terhadap manusia
merupakan suatu tugas penting dalam rangkaian proses pendidikan yang
dilaksanakan oleh pendidik.
Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk membuat sebuah tulisan yang berbentuk
makalah dengan judul “Evaluasi Pendidikan”. Karena sebagai pendidik nantinya
kita mempunyai kewajiban untuk melakukan penilaian hasil belajar peserta didik
agar dapat mengetahui sejauh mana perkembangan kemajuan hasil belajar peserta
didik dalam kurun waktu tertentu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan evaluasi pendidikan?
2. Apa tujuan dan fungsi evaluasi pendidikan?
3. Bagaimana prinsip-prinsip evaluasi pendidikan?
4. Apa jenis-jenis evaluasi pendidikan?
5. Apa saja ayat-ayat yang berhubungan dengan evaluasi pendidikan dan
bagaimana tafsiran ayatnya?

C. Kerangka Teori
Dalam arti luas, evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh,
dan menyediakan informasi yang sangat di perlukan untuk membuat alternatif-
alternatif keputusan. Sesuai dengan pengertian tersebut maka setiap kegiatan
evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses yang di sengaja di rencanakan
2
Dedi Wahyudi, Konsepsi Al-Qur’an Tentang Hakikat Evaluasi Dalam Pendidikan Islam,
Vol. XII, No. 2, Hikmah 2016, hlm. 247.
untuk memperoleh informasi atau data. Adapun kerangka teori yang akan di bahas
meliputi: Pengertian, tujuan, fungsi, prinsip, jenis-jenis, dan ayat-ayat yang
berhubungan dengan Evaluasi Pendidikan.
BAB II
EVALUASI PENDIDIKAN

A. Pengertian Evaluasi Pendidikan


Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris “evaluation” yang berarti
tindakan atau proses untuk menemukan nilai sesuatu. 3 Dalam bahasa Arab
evaluasi dikenal dengan istilah “imtihan” yang berarti ujian dan dikenal pula
dengan istilah khataman sebagai cara menilai hasil akhir dari proses pendidikan.
Dengan demikian, secara harfiah evaluasi dapat diartikan sebagai penilaian dalam
pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan
pendidikan. Menurut istilah maka evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses
penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya.
Pendapat para ahli mengenai evaluasi yaitu:
1. Menurut Edwin Wandt, evaluasi mengandung pengertian suatu tindakan
atau proses dalam menenttukan nilai sesuatu.
2. Menurut M. Chabib Thoha, evaluasi merupakan kegiatan yang terencana
untuk mengetahuo keadaan objek dengan menggunakan instrumen dan
hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.4
3. M. Ngalim Purwanto menyatakan bahwa evaluasi adalah proses
merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat
diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.5
Dari beberapa pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi
adalah suatu proses penilaian yang terencana yang dilakukan oleh pendidik guna
untuk mengetahui tercapainya suatu tujuan pembelajaran.

B. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pendidikan


Setiap perbuatan dan tindakan dalam pendidikan selalu menghendaki hasil.
Seorang pendidik senantiasa berharap bahwa hasil yang diperoleh lebih baik dari
hasil sebelumnya. Untuk membandingkan antara hasil yang diperoleh sekarang

3
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Cet. 3, (Jakarta: Bumi Aksara,
1993), hlm. 1.
4
M. Chabib Thoha, Teknik-Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1990), hlm. 1.
5
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), hlm. 183.
dan kemarin maka perlu adanya evaluasi. Seorang pendidik melakukan evaluasi
sebagai suatu proses pendidikan memiliki beberapa tujuan yaitu:
1. Untuk memperoleh data pembuktian yang akan menjadi petunjuk sampai di
mana tingkat kemampuan dan tingkat keberhasilan peserta didik dalam
mencapai kompetensi-kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum,
setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu yang
telah ditentukan.
2. Untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program
pendidikan. Tanpa adanya evaluasi, maka tidak mungkin timbul kegairahan
atau rangsangan dalam diri peserta didik untuk memperbaiki dan
meningkatkan prestasinya masing-masing.
3. Untuk mengetahui siapa di antara peserta didik yang cerdas dan yang lemah,
sehingga yang lemah diberi perhatian khusus agar ia dapat mengejar
kekurangannya.6
Selain tujuan, evaluasi juga memiliki fungsi yang dapat di ambil dari
kegiatan evaluasi pendidikan dan pembelajaran di sekolah, yaitu:
1. Terbukanya kemungkinan bagi evaluator guna memperoleh informasi
tentang hasil-hasil yang telah dicapai dalam rangka pelaksanaan program
pendidikan dan pembelajaran.
2. Untuk mengetahui peserta didik yang terpandai dan terkurang di kelasnya.
3. Untuk mendorong persaingan yang sehat antara sesama peserta didik.
4. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah
mengalami pendidikan dan pengajaran.
5. Untuk mengetahui tepat atau tidaknya guru memilih bahan, metode dan
berbagai penyesuaian dalam kelas.
6. Sebagai laporan terhadap orang tua peserta didik dalam bentuk raport.,
ijazah piagam dan sebagainya.7
Dari uraian tersebut, maka kita menjadi lebih mengetahui betapa besarnya
fungsi evaluasi. Melalui evaluasi kita menjadi mengetahui tentang kemajuan
tentang peserta didik.
6
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir: Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm.
211.
7
Sawaludin, Konsep Evaluasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Islam, Vol. 3, No. 1, Al-
Thariqah. Januari-Juni 2018, hlm. 44.
C. Prinsip-Prinsip Evaluasi Pendidikan
Evaluasi merupakan penilaian tentang suatu aspek yang dihubungkan dengan
sitiasi aspek lainnya, sehingga diperoleh gambaran yang menyeluruh jika ditinjau
dari beberapa segi. Oleh karena itudalam melaksanakan evaluasi harus
memperharikan berbagai prinsip, yaitu:
1. Mengacu pada tujuan
Setiap aktifitas manusia sudah pasti mempunyai tujuan tertentu, karena
aktifitas yang tidak mempunyai tujuan berarti merupakan aktifitas atau
pekerjaan yang sia-sia. Pendidikan Islam bertujuan untuk mendidik individu
agar berjiwa bersih dan suci, agar mampu menjalin hubungan terus-menerus
dengan Allah, mengantar individu untuk mencapai kematangan emosional,
mendidik individu untuk bertanggung jawab, menumbuhkan dalam diri
individu rasa keterkaitan dengan komunitasnya dan sebagainya. Mengacu
pada tujuan pendidikan Islam ini, maka evaluasi adalah kegiatan
pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan sudah tercapai.
2. Prinsip kontinuitas (berkesinambungan)
Dalam ajaran Islam, sangat memperhatikan prinsip kontinuitas, karena
dengan berpegang pada prinsip ini, keputusan yang diambil oleh seseorang
menjadi valid dan stabil.
3. Prinsip totalitas atau menyeluruh (komprehensif)
Prinsip yang melihat semua aspek, meliputi kepribadian, ketajaman hafalan,
pemahaman ketulusanm kerajinan, sikap kerja sama dan tanggung jawab.
4. Prinsip Objektfitas
Dalam mengevaluasi berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak boleh
dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat emosional dan irasional. Allah swt.,
memerintahkan agar seseorang berlaku adil dalam mengevaluasi. Jangan
karena kebencian menjadikan ketidak objektifitan evaluasi yang dilakukan.8

D. Jenis-Jenis Evaluasi Pendidikan

8
Azizah Hanum, Filsafat Pendidikan Islam, (Medan: Scientifik Corner Publishing, 2018),
hlm. 119.
Menurut Zainal Arifin, ia mengatakan ada empat macam jenis evaluasi
penilaian hasil belajar yang dapat digunakan, yaitu:
1. Evaluasi Formatif
Evaluasi yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai peserta
didik setelah ia menyelesaikan program dalam satuan bahan pelajaran pada
suatu bidang studi tertentu. Fungsi penilaian pormatif ini untuk memperbaiki
proses pembelajaran kearah yang lebih baik dan efesien atau memperbaiki
satuan atau rencana pembelajaran.
2. Evaluasi Sumatif
Evaluasi yang dilakukan terhadap hasil belajar peserta didik setelah
mengikuti pelajaran pada suatu catur wulan, satu semester, atau akhir tahun
untuk menentukan jenjang berikutnya. Fungsi penilaian sumatif untuk
mengetahui angka atau nilai murid setelah mengikuti program pembelajaran
dalam satu semester atau akhir tahun.
3. Evaluasi penempatan (placement)
Evaluasi yang dilakukan sebelum anak mengikuti proses belajar mengajar
untuk kepentingan penempatan pada jurusan atau fakultas yang di inginkan.
Fungsi dari evaluasi ini untuk mengetahui keadaan peserta didik secara
bertahap kemudian kepribadian secara menyeluruh.
4. Evaluasi Diagnostik
Evaluasi terhadap hasil peneletian tentang keadaan belajar peserta didik, baik
merupakan kesulitan - kesulitan atau hambatan yang ditemui dalam situasi
belajar mengajar. Fungsi evaluasi dianostik untuk permasalahan yang
mengganggu peserta didik, hal ini akan mengakibatkan pesera didik
mengalami kesulitan, hambatan atau gangguan dalam satu bidang studi.

E. Ayat-Ayat yang Berhubungan dengan Evaluasi Pendidikan dan


Penafsiran Ayat
1. Q.S. Al-An’am Ayat 165

‫ت لإيتمبلكتوككمم إفيِ تماَ آتتاَككمم إإنن‬ ‫ضككمم فتمو ت‬


‫ق بتمع ت‬
‫ض تدترتجاَ ت‬ ‫ض توترفتتع بتمع ت‬ ‫ف املتمر إ‬ ‫توهكتو النإذيِ تجتعلتككمم تختلئإ ت‬
‫ك تسإريِكع املإعتقاَ إ‬
‫ب توإإننهك لتتغكفومر ترإحيمم‬ ‫تربن ت‬

Artinya : “Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan


Dia meninggikan sebagian kalian atas sebagian (yang lain) beberapa derajat,
untuk menguji kalian tentang apa yang diberikanNya kepadamu. Sesungguhnya
Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun Lagi
Maha Penyayang.”

1) Tafsir Ayat
a) Tafsir Quraish Shihab
Allah lah yang menjadikan kalian sebagai pengganti umat-umat yang lalu
dalam mengembangkan alam. Dia meninggikan derajat kesempurnaan materi
dan maknawi sebagian kalian di atas yang lain, karena menempuh sebab-
sebabnya? Itu semua agar Dia menguji kalian atas nikmat yang telah
dikaruniakan-Nya, apakah kalian bersyukur atau tidak. Juga atas hukum-
hukum syariat, apakah kalian laksanakan atau tidak. Allah Maha cepat
hukumannya terhadap orang-orang yang melanggar. Sebab, hukuman-Nya
pasti akan datang. Segala yang akan datang adalah dekat. Sesungguhnya
ampunan-Nya terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh orang-orang yang
bertobat dan berbuat baik sangat besar. Kasih sayang-Nya kepada mereka amat
luas.9
b) Tafsir Ibnu Katsir
Dan Dialah yang menjadikan kalian meramaikan bumi generasi demi
generasi, kurun demi kurun, dan yang sudah lanjut diganti oleh penerusnya.
Dia membeda-bedakan di antara kalian dalam hal rezeki, akhlak, kebaikan,
kejahatan, penampilan, bentuk, dan warna. Hanya Dialah yang mengetahui
hikmah dibalik itu. Allah akan menguji kalian dalam nikmat yang telah
dikaruniakan-Nya. Dia melakukan ujian kepada kalian, orang kaya diuji dalam
kekayaannya yang menuntutnya harus mensyukuri nikmat itu, dan orang yang
miskin diuji dalam kemiskinannya yang menuntutnya untuk bersikap sabar.
Ayat ini mengandung pengertian tarhib dan targib, yakni ancaman dan
sekaligus anjuran, bahwa perhitungan dan siksa-Nya amat cepat terhadap orang
yang durhaka kepada-Nya dan menentang rasul-rasul-Nya. Dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang kepada orang yang taat kepada-Nya dan
mengikuti rasul-rasul-Nya dalam mengamalkan apa yang mereka sampaikan,
baik berupa berita maupun perintah. Menurut Muhammad Ibnu Ishaq, makna

9
Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002). Hlm. 203.
yang dimaksud ialah Allah swt., benar-benar mengasihi hamba-hamba-Nya,
sekalipun mereka berlumuran dengan dosa. 10
c) Tafsir Al-Maragi
“Sesungguhya Tuhanmu, Dia adalah Tuhan segala sesuatu. Dialah yang
menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi ini setelah lewat umat
terdahulu, yang dalam perjalanan mereka terdapat pelajaran bagi orang yang
ingat dan memperhatikan. Demikian pula Dia telah mengangkat sebagian kamu
atas sebagian lainnya tentang kekayaan, kefakiran, kekuatan, kelemahan, ilmu,
kebodohan, agar Dia menguji kalian tentang apa yang Dia berikan kepadamu.
Artinya supaya Dia memperlakukan kaum sebagian penguji terhadapmu pada
semua itu, lalu Dia beritakan balasan atas amalmu. Sebab telah menjadi
Sunnah-Nya bahwa kebahagiaan manusia secara individual maupun kelompok
di dunia dan akhirat, atau kesengsaraan mereka di dunia dan akhirat, tergantung
pada amal dan tindakan mereka.
Sesungguhnya Allah Ta’ala amat cepat siksa-Nya terhadap orang yang
kafir kepada-Nya atau kafir kepada Nabi-Nya, melanggar syari’at dan
menerjang sunnah-Nya. Siksaan yang amat cepat ini di berikan di dunia,
berupa bahaya terhadap jiwa, akal, kehormatan, harta atau urusan-urusan sosial
lainnya. Adapun siksaan dunia seperti ini bersifat umum, baik siksaan atas dosa
yang dilakukan suatu bangsa atau perorangan. Sedangkan siksa di akhirat
bersifat khusus, karena dengan melakukan dosa berarti mengotorinya. 11

2) Evaluasi berdasarkan surah Al-An’am ayat 165


Ayat ini menjelaskan bahwa Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di
muka bum dan Allah juga akan menguji manusia dengan apa yang telah
dikaruniakan Allah kepada mereka. Hal ini menunjukkan bahwa sama halnya
dalam dunia pendidikan, seorang guru atau pendidik akan menguji anak didiknya
sesuai dengan apa yang telah ia berikan. Terutama berdasarkan materi yang telah
ia berikan. Evaluasi yang dilakukan Allah terhadap umat manusia mengandung
pengertian bahwa manusia senantiasa dalam pengawasan Allah yang apabila hal
ini disadari oleh manusia berarti ia akan hati-hati dalam bertingkah laku.
10
Abu Al-Fida Ismail Ibnu Katsir, Tafsir ibn katsir, (Beirut : Dar al Fikr, 1986), hlm. 125

11
Ahmad Mustafa Al-Maragi, Terjemah Tafsir Al-Maragi, (Semarang: Karya Toha Putra,
1974), hlm. 128.
2. Q.S. An-Naml ayat 40

‫ك َ فتلتنماَ ترآهك كممستتقإررا إعمنتدهك‬ ‫طمرفك ت‬ ‫ك ت‬ ‫ك بإإه قتمبتل أتمن يِتمرتتند إإلتمي ت‬
‫ب أتتناَ آإتي ت‬
‫تقاَتل النإذيِ إعمنتدهك إعملمم إمتن املإكتتاَ إ‬
‫ضإل ترببيِ لإيتمبلكتوإنيِ أتأتمشكككر أتمم أتمكفككر ُ توتممن تشتكتر فتإ إننتماَ يِتمشششكككر لإنتمفإسششإه ُ توتمششمن تكفتششتر‬ ‫تقاَتل ههتتذا إممن فت م‬
‫فتإ إنن ترببيِ تغنإييِ تكإريِمم‬

Artinya: “Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari al-Kitab, 12 aku akan
membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berkedip. Maka tatkala
Sulaiman melihat singgasana itu terletak dihadapannya, ia pun berkata: Ini
Termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku Apakah aku bersyukur atau
mengingkari (akan nikmat-Nya). dan Barangsiapa yang bersyukur maka
sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa
yang ingkar, Maka Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”.

1) Tafsir ayat:
a). Tafsir Al-Maragi
“Sulaiman berkata kepada ifrit seraya menyebut-nyebut nikmat dan
keagungan karunia Allah yang dilimpahkan kepadanya, “Aku dapat melakukan
apa yang tidak dapat kamu lakukan. Aku akan mendatangkannya dalam waktu
yang sesingkat-singkatnya, aku dapat mendatangkan sebelum kamu
mengedipkan matamu.” Apa yang di katakan Sulaiman itu benar terjadi.
Tatkala Sulaiman melihat singgasana Balqis itu berada tetap dalam
keadaannya, tidak ada perubahan sedikit pun padanya, tidak pula letaknya,
Sulaiman berkata, “Ini adalah karunia dari Allah untuk mengujiku; apakah aku
bersyukur dengan memandang bahwa yang demikian itu adalah karunia Allah,
yang dengan itu Dia hendak menguji para hamba-hamba siapa yang
mensyukurinya, berarti dia telah jatuh; dan siapa yang mensyukurinya, berarti
dia telah naik selamat. Inilah yang di maksud dengan firman Allah SWT
berikut:
‫توتممن تشتكتر فتإ إننتماَ يِتمشكككر لإنتمفإسإه ُ توتممن تكفتتر فتإ إنن ترببيِ تغنإييِ تكإريِمم‬

12
Al-Kitab di sini ialah kitab yang diturunkan sebelum nabi Sulaiman A.S. ialah Taurat dan
Zabur.
Barang siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya faedah syukur itu
kembali kepada dirinya sendiri, karena hal itu dapat mengekalkan nikmat.
Tetapi siapa yang ingkar dan tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha
Kaya dari para hamba dan ibadah mereka, Maha Pemurah kepada mereka
dengan melimpahkan nikmat kepada mereka, sekalipun tidak menyembah-
Nya.13
b). Tafsir Al-Mishbah
Ayat sebelum ini menjelaskan kesediaan dan kesanggupan jin untuk
menghadirkan singgasana Ratu Saba’ dalam tempo setengah hari. Ayat itu tidak
mengemukakan tanggapan Nabi Sulaiman atas ucapan sang ‘Ifrit. Rupanya ada
tanggapan spontan dari seseorang manusia yang selama ini mengasah kalbunya
dan di anugerahi oleh Allah SWT., ilmu. Ayat di atas menjelaskan bahwa:
Berkatalah seseorang yang memiliki ilmu dari Al-kitab: “Aku akan datang
kepadamu dengannya, yakni dengan membawa singgasana itu kemari,
Sebelum matamu berkedip.” Maka serta merta tanpa menunggu tanggapan dari
siapapun, singgasana itu hadir dihadapan Nabi Sulaiman dan tatkala dia
melihatnya terletak dan benar-benar mantap di hadapannya, bukan berada jauh
darinya, diapun berkata: “Ini, yakni kehadiran singgasana sesuai keinginanku,
termasuk karunia Tuhanku dari sekian banyak karunia yang telah dilimpahkan-
Nya kepadaku. Karunia itu adalah untuk menguji aku apakah aku bersyukur
dengan mengakuinya sebagai anugerah atau kufur yakni mengingkari nikmat-
Nya, dengan menduga bahwa ia memang hakku atau merupakan usahaku
sendiri tanpa bantuan dari Allah. Dan barang siapa yang bersyukur kepada
Allah maka sesungguhnya dia bersyukur untuk kebaikan dirinya sendiri dan
barang siapa yang kufur maka itu adalah bencana untuk dirinya. Allah tidak
bertambah kaya dengan kesyukuran hamba-Nya tidak pula disentuh
kekurangan dengan kekufuran mereka karena sesungguhnya Tuhan Pemelihara
dan Pembimbingku Maha kaya lagi Maha Mulia.”14

2) Evaluasi yang terkandung dalam surah An-Naml ayat 40

13
Opcit., Tafsir Al-Maragi, hlm. 192.
14
Opcit., Tafsir Al-Mishbah, hlm.445.
Allah memberikan contoh sistem evaluasi seperti difirmankan dalam kitab
suci-Nya, yang sasarannya adalah untuk mengetahui dan menilai sejumlah mana
kadar iman, taqwa, ketahanan mental dan ketaguhan hati serta kesedihan
menerima ajakan Allah untuk mentaati dan mematuhi segala perintah dan
larangan-Nya kemudian setelah dinilai, maka Allah menetapkan kriteria-kriteria
derajat kemulian hamba-Nya. Bagi yang berderajat disisi-Nya. Dia akan memberi
hadiah atau pahala sesuai kehendak-Nya yang berpuncak pada pahala tertinggi
yaitu surga. Dan yang berderajat rendah kerena ingkar terhdap ajakan-Nya, maka
Dia akan memberikan balasan siksa, dan siksa teringgi adalah neraka.15
Jadi dapat disimpulkan bahwa ayat ini dalam sistem evaluasi adalah untuk
mengetahui sejauh mana atau sampai di mana hasil pendidikan yang telah
diaplikasikan.

3. Q.S. Al-Ankabut ayat 2-3


‫ تولتقتمد فتتتنناَ النإذميِتن إممن قتمبلإإهمم فتلتيتمعلتتمشنن ر ك‬,‫س اترن ييِمتترككوااتمن يِنقكمولكموااتمنناَ توهكمم تليِكمفتتنكموتن‬
‫اش‬ ‫ب النناَ ك‬
‫اتتحإس ت‬
‫صتدقكمواتولتيتمعلتتمنن املتكاَإذبإميتن‬
‫النإذميِتن ت‬
Artinya: “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan
mengatakan, “Kami telah beriman” dan mereka tidak diuji?. Dan Sungguh, Kami
telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah
mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya mengetahui orang-orang
yang dusta.”
1) Tafsir Ayat:
a) Tafsir Al-Maragi
QS. Al-Ankabut ayat 2 menjelaskan, “Apakah para sahabatmu yang
selamat dari penganiayaan kaum musyrikin itu mengira Kami akan
membiarkan mereka tanpa di beri ujian dan cobaan, hanya karena mereka
mengatakan, “Kami telah beriman kepadamu dan membenarkanmu terhadap
apa yang kamu bawa kepada kami dari sisi Allah.” Sekali-kali tidak! Sungguh
Kami akan menguji kepada mereka dengan taklif-taklif yang menyusahkan,
seperti melakukan hijrah, berjihad di jalan Allah, menolak berbagai syahwat,
melaksanakan tugas-tugas ketaatan, dan menanggung berbagai musibah, yang
berkenaan dengan jiwa, harta serta buah-buahan agar dapat di bedakan antara
15
Anas Sudirjono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996),
hlm. 4
orang-orang yang ikhlas dengan orang yang munafik, antara orang-orang yang
teguh dalam memegang agama dengan orang-orang yang masih goncang dan
Kami akan memberi balasan kepada masing-masing sesuai dengan tingkatan
amalannya.
QS. Al-Ankabut ayat 3 menjelaskan, “ Sungguh Kami telah menguji
pengikut para nabi di antara umat-umat terdahulu dan Kami timpakan kepada
mereka berbagai kesusahan dan kesengsaraan, lalu mereka bersabar dan
berpegang teguh kepada agamanya. Umpamanya Kami uji Bani Israil dengan
Fir’aun dan kaumnya serta Kami timpakan kepada mereka cobaan yang besar
dan kesusahan yang berat. Demikian pula Kami telah menguji orang-orang
yang beriman kepada Isa dengan orang-orang yang mendustakannya dan
berpaling darinya. Oleh sebab itu, tidak diragukan lagi bahwa Kami pun akan
menimpakan kepada para pengikutmu penganiayaan yang berat dari orang-
orang yang menentang dan memusuhi mereka. Sungguh Allah akan
memperlihatkan orang-orang yang memiliki iman yang benar di antara mereka,
dari orang-orang yang imannya dusta dengan menimpakan apa yang
menyerupai ujian dan cobaan kepada mereka, dan sungguh Dia akan membalas
masing-masing sesuai dengan haknya.16
b) Tafsir Jalalayn
(Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan)
mengenai ucapan mereka yang mengatakan, ("Kami telah beriman",
sedangkan mereka tidak diuji lagi?) diuji lebih dulu dengan hal-hal yang akan
menampakkan hakikat keimanan mereka. Ayat ini diturunkan berkenaan
dengan orang-orang yang masuk Islam, kemudian mereka disiksa oleh orang-
orang musyrik.

2) Evaluasi pendidikan yang terkandung dalam surah Al-Ankabut ayat 2-3


Dari berbagai tafsiran di atas, sasaran evaluasi dengan tekhnik tersebut,
adalah ketahan mental beriman dan taqwa kepada Allah. Jika mereka tahan
terhadap uji coba Tuhan, mereka akan mendapatkan kegembiraan yang bersifat
mental rohaniah. Seperti kelapangan dada, ketegaran hati, terhindar dari putus asa,
kesehatan jiwa, dan kegembiraan paling tinggi nilainya adalah mendapatkan tiket
masuk syurga. Dan dapat di pahami bahwa evaluasi pendidikan yang terkandung

16
Opcit., Tafsir Al-Maragi, hlm. 154.
dalam QS. Al-Ankabut: 2-3 adalah seorang pendidik harus mengevaluasi seluruh
peserta didiknya, walaupun terdapat peserta didik yang sangat pintar dan jika di
beri ujian pasti akan mendapatkan nilai yang bagus, peserta didik tetap harus
mengevaluasinya sama seperti peserta didik-peserta didik yang lain. Dan
diberikan evaluasi dalam tingkatan yang sama, tidak ada perbedaan di dalamnya.
Dari cara evaluasi yang seperti itu, pendidik akan mengetahui mana yang benar
bersungguh-sungguh, mana yang tidak.

4. Q.S. Muhammad ayat 31


‫تولتنتمبلكتوننككمم تحرتىّ نتمعلتتم املكمجُاَإهإدميِتن إممنككمم توال ر‬
‫صبإإرميِتن تونتمبلكتوااتمختباَترككمم‬

Artinya: “Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar


kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu;
dan agar Kami menyatakan (baik-buruknya) hal ihwalmu.”

1) Tafsir ayat:
a). Tafsir Al-Maragi
Sesungguhnya Kami menguji kamu dengan menyuruh berjuan dan
pembebanan berat lainnya, sehingga dapat di bedakan manakah pejuang yang
tabah dan mana pula yang tidak, sehingga di ketahui orang yang sadar mengenai
agama dan siapa pula yang ragu dan bimbang dalam beragama , saiapa yang
beriman dan siapa pula yang munafik, dan Kami menguji hal ihwal kalian,
sehingga Kami mengetahui siapakah di antara kamu yang benar-benar
keimanannya, dan siapa pula yang dusta.17

2) Evaluasi yang terkandung dalam surah Muhammad ayat 31


Menurut Wahbah Zuhayli ujian yang dimaksud berupa perintah dan larangan,
di antaranya berjihad di jalan Allah, sehingga Dia akan mengetahui dengan
sesungguhnya, apakah ia taat menjalankan perintah Allah atau justru maksiat.
Dengan demikian dapat di katakan bahwa ayat di atas merupakan penjelasan
yang berkaitan dengan tujuan evaluasi. Dalam hal ini, salah satu tujuan yang
hendak di capai dari evaluasi itu adalah untuk mengetahui dan membedakan orang
17
Ibid., hlm.35.
yang mempunyai semangat jihad dan bersabar, dengan mereka yang bersikap
tergesa-gesa yang dengannya ia menjadi terjebak dengan kehidupan duniawi.
Dengan terlihatnya dua kelompok ini, maka akan diketahui pula kebaikan dan
keburukannya.

5. Q.S. Al-Anbiya ayat 35


‫ت تونتمبلكموككمم إباَ لنشبر تواملتخميإر فإمتنتةر تواإلتميتناَ تكمرتجكعموتن‬
‫س تذائإقتةك املتممو إ‬
‫ككيل نتمف ت‬
Artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu
dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan
hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.”

1) Tafsir ayat:
a). Tafsir Al-Maragi
Setiap yang bernyawa di antara makhluk-Nya pasti akan merasakan
pahitnya kematian dan beratnya penderitaan ketika ruh berpisah dengan nyawa.
Dan kami menguji kalian, wahai manusia, dengan kemudaratan duniawi seperti
kemiskinan, sakit dan seluruh kesusahan, dan dengan berbagai nikmat dunia,
seperti sehat, senang, gembira, dan mampu mencapai apa yang kalian inginkan,
agar Kami melihat apakah kalian bersabar dalam menghadapi cobaan itu dan
mensyukuri nikmat ataukah tidak, sehingga pahala kalian akan bertambah di sisi
Tuhan apabila kalian dapat melakukan hal itu. Dan kepada Kamilah kalian
kembali, lalu Kami memberi balasan kepada kalian sesuai dengan amal yang telah
kalian perbuat.

2) Evaluasi yang terkandung dalam surah Al-Anbiya ayat 35


Ayat di atas diawali dengan pernyataan yang menunjukkan sunnahtullah yang
akan mengenai setiap manusia, yakni setiap manusia akan mengalami kematian
yang dianggap sebagain ujian terberat bagi manusia. Di samping itu Allah pun
akan menguji manusia dengan kebaikan dan kepahitan. Hal ini menunjukkan
bahwa ujian atau evaluasi dari Tuhan tidak saja dengan hal-hal yang terasa pahit
tetapi juga dengan kesenangan-kesenangan hidup.
Dengan demikian dapat di katakan bahwa terdapat beberapa variasi evaluasi
yang di lakukan Tuhan terhadap manusia. Secara tidak langsung, kenyataan ini
menuntut seorang pendidik agar dalam melakukan evaluasi itu tidak terpaku
hanya pada satu cara, yang nantinya akan sulit menentukan kualitas murid-
muridnya.
Sementara itu, pada bagian akhir ayat di jelaskan bahwa setiap manusia pasti
kembali pada Tuhannya. Pernyataan ini menunjukkan bahwa seberat apapun ujian
yang di berikan Tuhan padanya, namun semua itu jika di lakukan dengan
kesabaran, seraya menentukan harapan pada Allah, maka ia akan berhasil dalam
menghadapinya dan ketika ia kembali kepada Tuhan ia pun akan mudah dalam
menjawab evaluasi akhir yang akan di ajukan padanya.18

6. Q.S. Al-Fajr ayat 15-16


‫ تواتنماَ اإتذاتماَ مبتتلىششهك فتقتششتدترتعلتميإه‬.‫فتاَ ت نماَا م إلمنتساَكن اإتذاتماَامبتتلىهك تريبه فتاَ تمكترتمهك تونتنعتمهك فتيتقكموكل ترببميِ اتمكترتمإن‬
‫إرمزتقه فتيتقكموكل ترببميِ اتتهاَ نتإن‬

Artinya: “Maka adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya, lalu dimuliakan-


Nya dan diberinya kesenangan, maka dia berkata: Tuhanku telah memuliakanku.
Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata:
Tuhanku menghinakanku.”

1) Tafsir ayat:
a). Tafsir Al- Maragi
QS. Al-Fajr: 15-16 menjelaskan, “Sesungguhnya manusia jika Allah
memberi kenikmatan dan melapangkan rezeki kepadanya ia menyangka bahwa
karunia ini merupakan penghormatan Allah baginya. Kemudian timbul anggapan
dalam hatinya, bahwa Allah sama sekali tidak akan menghukumnya, sekalipun ia
berbuat sekehendak hatinya. Oleh sebab itu, ia melakukan segala perbuatan yang
melewati batas dan menimbulkan kerusakan di muka bumi.

18
Nurwadjah Ahmad, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, (Bandung: Marja, 2010), hlm. 105.
QS. Al-Fajr ayat 16 menjelaskan, “Dan jika ia disempitkan rezekinya dan
merasa rezekinya tidak kunjung datang, ia beanggapan bahwa hal ini merupakan
penghinaan Allah baginya.19

b). Tafsir Ibnu Katsir


Dalam ayat tersebut menjelaskan, Allah ta’ala mengingkari orang yang
keliru dalam memahami maksud Allah meluaskan rezeki. Allah sebenarnya
menjadikan hal itu sebagai ujian. Namun dia menyangka dengan luasnya rezeki
tersebut, itu berarti Allah memuliakannya. Sungguh tidak demikian, sebenarnya
itu hanyalah ujian.20

2) Evaluasi yang terkandung dalam surah Al-Fajr ayat 15-16


Allah SWT memberitahukan tentang tabiat manusia dari sisi
kemanusiaannya, yaitu bahwa ia (manusia itu) jahil(tidak tahu) dan zalim; ia tidak
mengetahui akibat dari sesuatu. Ia mengira bahwa keadaannya itu akan tetap
langgeng dan tidak akan berubah, dan mengira bahwa nikmat yang diberikan
Allah kepadanya menunjukkan kemuliaannya disisi-Nya dan dekat dengan-Nya.
Sebaliknya, ketika ia dibatasi rezkinya, menurutnya Allah telah menghinakannya.
Maka ayat selanjutnya Allahmembantah prasangka tersebut. Allah SWT
menyalahkan orang-orang yang mengatakan bahwa kekayaan itu adalah suatu
kemuliaan dan kemiskinan adalah suatu kehinaan seperti yang disebut ayat 15 dan
16, padahal sebenarnya Kekayaan dan kemiskinan itu adalah ujian dari Allah
kepada hamba-hamba-Nya. Demikian bahwa kemuliaan dan kemiskinan bukanlah
tergantung pada kaya atau miskin, bahkan tergantung pada taat(takwa) atau
tidaknya seseorang, namun kebanyakan manusia tidak mengerti.
Jika dihubungkan dengan pendidikan, evaluasi seperti yang disebutkan dalam
surah al-fajr tersebut adaalah seorang guru harus menjelaskan kepada muridnya
jangan terlalu berbesar hati dan sombong jika pintar dan dan mudah paham dalam
belajar, demikian juga siswa yang mengalami kesulitan pemahaman dalam belajar

19
Opcit, Tafsir Al-Maragi, hlm. 207.
20
Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an Al’Azhim, (Muassasah Qurthubag), hlm. 347.
jangan berkecil hati. Jangan berprasangka buruk. Karna semua yang dilakukan
dan dikerjakan agar lebih bermanfaat tergantung niat dan usaha.
BAB III
KESIMPULAN

A. Simpulan
Dari pembahasan yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Evaluasi pendidikan yaitu suatu proses dan tindakan yang terencana untuk
mengumpulkan informasi tentang kemajuan, pertumbuhan, dan
perkembangan peserta didik terhadap tujuan pendidikan sehingga dapat
disusun penilaiannya yang dapat dijadikan dasar untuk membuat keputusan.
2. Tujuan evaluasi yaitu mengetahui kadar pemahaman peserta didik,
mengetahui siapa di antara peserta diidk yang cerdas dan lemah,
mengumpulkan informasi, untuk mengetahui penguasaan peserta didik dalam
kompetensi/subkompetensi tertentu.
3. Terdapat empat prinsip dalam evaluasi, yaitu: mengacu pada tujuan,
berkesinambungan (kontinuitas), menyeluruh (komprehensif), dan
objektivitas.
4. Terdapat jenis-jenis dalam evaluasi, di antaranya: evaluasi formatif, evaluasi
sumatif, evaluasi penempatn (placement), dan evaluasi diagnostik.
5. Ayat-ayat yang berhubungan dengan evaluasi dalam pembahasan ini adalah:
Q.S. Al-An’am ayat 165, Q.S. An-Naml ayat 40, Q.S. Al-Ankabut ayat 2-3,
Q.S. Muhammad ayat 31, Q.S. Al-Anbiya ayat 35, dan Q.S. Al-Fajr ayat 15-
16.

B. Saran
Saran kami dalam pembahasan kali ini adalah sebagai seorang pendidik
hendaklah kita mengevaluasi peserta didik atas apa yang telah kita ajarkan kepada
mereka. Jangan mengevaluasi dengan apa yang belum pernah kita ajarkan kepada
mereka. Karena hal itu akan mempengaruhi keberhasilan tujuan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Nurwadjah. 2010. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan. Bandung: Marja.

Al Maraghi, Ahmad Mustafa. 1974. Terj. Tafsir Al Maraghi. Semarang: Karya


Thoha Putra.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Cet. 3. Jakarta:


Bumi Aksara.

Hanum, Azizah. 2018. Filsafat Pendidikan Islam. Medan: Scientifik Corner


Publishing.

Katsir, Abu Al Fida Ismail Ibnu. 1986. Tafsir Ibnu Katsir. Beirut: Dar Al Fikr.

Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakir. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:
Kencana.

Nata, Abudin. 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama.

Sawaludin. 2018. Konsep Evaluasi Dalam Pembelajaaran Pendidikan Islam. Al


Thariqah, 3 (1): 44.

Sudirjono, Anas. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

Supardi. 2016. Penilaian Autentik: Pembelajaran Afektif, Kognitif, dan


Psikomotor. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Thoha, M. Chabib. 1990. Teknik-teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja


Grafindo Persana.

Wahyudi, Dedi. 2016. Konsepsi Al-Qur’an Tentang Hakika Evaluasi Dalam


Pendidikan Islam. Hikmah, 12 (2): 247.

Anda mungkin juga menyukai