Anda di halaman 1dari 12

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH BERBASIS BUDAYA

MUTU (Studi Multi Situs Pada UPTD SMPN 2 Sampang dan


UPTD SMPN 3 Sampang di Kabupaten Sampang)

ST. MUTIYAH
Program Studi Manajemen Pendidikan, Program Pasca Sarjana
Universitas Gresik

ABSTRAK

Penelitian ini bermaksud mengungkap lebih mendalam tentang kepemimpinan kepala sekolah
berbasis budaya mutu pada UPTD SMPN 2 Sampang dan UPTD SMPN 3 Sampang di Kabupaten
Sampang, yang memiliki karakteristik budaya yang berbeda, baik nilai yang dianut, maupun cara
meningkatkan mutu pendidikan.
Fokus dari penelitian ini tertuju pada tiga hal, yaitu (a) bagaimana kepemimpinan kepala
sekolah di UPTD SMPN 2 Sampang dan UPTD SMPN 3 Sampang; (b) bagaimana budaya mutu di
UPTD SMPN 2 Sampang dan UPTD SMPN 3 Sampang; dan (c) bagaimana prestasi siswa di UPTD
SMPN 2 Sampang dan UPTD SMPN 3 Sampang.
Adapun pendekatan dari penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan
rancangan studi multi situs. Orientasi yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan
fenomenologis, sedangkan informan ditetapkan secara purposif.
Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi: (1) wawancara mendalam; (2) observasi
partisipan; dan (3) studi dokumentasi. Kemudian data yang terkumpul melalui ketiga teknik tersebut
diorganisir, ditafsir, dan dianalisis secara berulang-ulang, baik melalui analisis dalam situs maupun
analisis lintas situs, dalam rangka menyusun konsep dan abstraksi temuan penelitian. Kredibilitas
data di cek dengan prosedur triangulasi, pengecekan anggota, dan diskusi teman sejawat. Sedangkan
dependabilitas dan konfirmabilitas dilakukan oleh para pembimbing sebagai dependent auditor.
Temuan penelitian secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah selalu
memberi semangat, memotivasi, dan mengarahkan kegiatan-kegiatan para guru, memberikan
kepercayaan, loyalitas kepada semua guru, mengkomuni kasikan gagasan, menciptakan perubahan,
kepemimpinannya demokratis, hubungan kerja yang saling menghargai dan saling menghormati, ada
saran dan kritik, sikap supportif, dan mendukung ide guru untuk kemajuan sekolah, menciptakan
budaya mutu sekolah dengan 4 strategi, prestasi siswa dilakukan melalui penguasaan cara belajar
yang baik, membagi waktu belajar, menyukai semua mata pelajaran, menjaga sikap dan tingkah laku,
mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru, selalu aktif di kelas, selalu
memelihara motivasi belajar, menjaga kesehatan, tidak lupa berdoa dan ibadah, dan minta restu
kedua orang tua. Dengan demikian, kepala sekolah mampu meningkatkan mutu pendidikan, karena
kepemimpinannya diterima oleh semua guru, sehingga semua guru melaksanakan budaya mutu
memalui pembiasaan rutin, pembiasaan terprogram, pembiasaan spontan, dan pembiasaan
keteladanan.

Kata Kunci:Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Mutu

ABSTRACT
In the current era of globalization, global competition in the era of free markets as it is now, demands
that every nation must have quality resources, in order to compete with other nations in the world.
Quality resources can only be obtained through a quality education process. For this reason, effective
schools are needed, which will be able to produce quality resources.
Improving the quality of education is largely determined by the quality of effective leadership and
management. Support from below will only appear on an ongoing basis, when the leaders are truly
qualified or superior. Leadership is very important in pursuing the desired quality in every school.
Schools will progress if led by visionary principals, have managerial competence, high dedication,
and personality integrity in making quality improvements.
This study intends to reveal more deeply about the leadership of quality-based school principals at the
UPTD SMPN 2 Sampang and UPTD SMPN 3 Sampang in Sampang District, which have different
cultural characteristics, both values adopted, and how to improve the quality of education.
The focus of this research is focused on three things, namely (a) how the leadership of school
principals in UPTD SMPN 2 Sampang and UPTD SMPN 3 Sampang; (b) what is the quality culture
in UPTD SMPN 2 Sampang and UPTD SMPN 3 Sampang; and (c) what are the achievements of the
students in UPTD SMPN 2 Sampang and UPTD SMPN 3 Sampang.
The approach of this research uses a qualitative approach, with a multi-site study design. The
orientation used is to use a phenomenological approach, while the informants are determined
purposively.
Data collection techniques used include: (1) in-depth interviews; (2) participant observation; and (3)
documentation study. Then the data collected through the three techniques is organized, interpreted,
and analyzed repeatedly, both through on-site analysis and cross-site analysis, in order to develop
concepts and abstraction of research findings. Data credibility is checked by triangulation, member
checking, and peer discussion procedures. Whereas dependability and confirmation are carried out by
the supervisors as the dependent auditor.
The overall research findings can be concluded that principals always encourage, motivate and
direct the activities of teachers, give trust, loyalty to all teachers, communicate ideas, create change,
democratic leadership, work relationships that respect and respect each other, there are suggestions
and criticisms, supportive attitude, and support the teacher's ideas for school progress, create a
culture of school quality with 4 strategies, student achievement is done through mastering good
learning methods, sharing learning time, liking all subjects, maintaining attitudes and behavior,
doing homework or assignments given by the teacher, always active in class, always maintaining
learning motivation, maintaining health, not forgetting to pray and worship, and asking for the
blessing of both parents. Thus, the principal is able to improve the quality of education, because his
leadership is accepted by all teachers, so that all teachers implement a quality culture through
routine habituation, programmed habituation, spontaneous habituation, and exemplary habituation.
As a result of this habituation, students gain academic and non-academic achievements at the district
level. So the leadership of quality based culture principals occurs because:(1) the principal always
encourages, motivates, and directs the activities of the teachers, gives trust, loyalty to all teachers,
communicates ideas, creates change, democratic leadership, work relationships that respect and
respect each other, there are suggestions and criticism, supportive attitude, and supporting the
teacher's ideas for school progress, so that the principal's leadership is able to improve the quality of
education, because his leadership is accepted by all teachers, thus the principal is able to influence
the teacher in order to achieve the goals set in the school's vision and mission; (2) creating a culture
of school quality using 4 (four) strategies, namely: (a) identifying changes needed by the school; (b)
prepare a plan that needs to be changed; (c) developing plans to make changes; (d) understand the
emotional transition process. Quality culture is implemented by the teacher in the form of routine
habituation, programmed habituation, spontaneous habituation, and exemplary habituation; and (3)
student achievement is done through mastering good learning methods, dividing learning time, liking
all subjects, maintaining attitudes and behavior, doing assignments or homework given by the
teacher, always active in class, always maintaining learning motivation, maintaining health, do not
forget to pray and worship, and ask for the blessing of both parents, so that the achievements
obtained by students include achievements in the academic and non academic areas at the Regency
level.

Keywords: Principal Leadership, Quality Culture


a. PENDAHULUAN Sekolah berbudaya mutu adalah yang
memberikan layanan prima yang
1.1 Konteks Penelitian merefleksikan budaya mutu. Budaya Mutu
Sekolah akan maju jika dipimpin oleh Sekolah tercermin pada komponen: (1)
kepala sekolah yang visioner, pembelajaran intrakurikuler yang efektif; (2)
memilikikompetensi manajerial, dedikasi kegiatan ekstrakurikuler yang mendukung
yang tinggi, dan integritas kepribadian pembentukkan karakter peserta didik; (3)
dalammelakukan perbaikan mutu. kepemimpinan kepala sekolah disertai
Kepemimpinan kepala sekolah tentu dalam dengan manajemen berbasis sekolah; (4)
menjalankan manajemennya disesuaikan pengelolaan perpustakaan yang mendukung
dengan iklim organisasinya. Untuk pembelajaran yang efektif dan
menciptakan sekolah yang fungsional dan menumbuhkembangkan budaya baca warga
efektif dalam mencapai harapan konsumen sekolah; dan (5) lingkungan sekolah yang
pendidikan, maka perlu diciptakan hal-hal merefleksikan kondisi bersih, rapih, dan
yang bersifat aktual (baru) dalam sehat (Kemdikbud, 2018 : 11-12).
organisasi pendidikan, baik dalam hal Budaya sekolah dapat dikatakan
pemilihan metode pembelajaran, efektifitas bermutu bilamana memungkinkan
pembiayaan, pemanfaatan dan penggunaan bertumbuhkembangnya sekolah dalam
teknologi pengajaran yang baru, materi mencapai suatu keberhasilan pendidikan.
pembelajaran yang bermutu tinggi, dan Budaya mutu sekolah adalah keseluruhan
kemampuan menciptakan serta latar fisik, lingkungan, suasana, rasa, sifat,
menawarkan lulusan yang bermutu. dan iklim sekolah secara produktif mampu
Sekolah berbudaya mutu adalah memeberikan pengalaman dan
sekolah dasar yang memberikan layanan bertumbuhkembangnya sekolah untuk
prima yang merefleksikan budaya mutu. mencapai keberhasilan pendidikan
Budaya Mutu Sekolah tercermin pada berdasarkan spirit dan nilai-nilai yang
komponen: (1) pembelajaran intrakurikuler dianut oleh sekolah. Dalam hal ini,
yang efektif, (2) kegiatan ekstrakurikuler Depdiknas (2000) telah merumuskan
yang mendukung pembentukkan karakter beberapa elemen budaya mutu sekolah
peserta didik, (3) kepemimpinan kepala sebagai berikut: (1) informasi kualitas
sekolah disertai dengan manajemen untuk perbaikan, bukan untuk mengontrol;
berbasis sekolah, (4) pengelolaan (2) kewenangan harus sebatas
perpustakaan yang mendukung tanggungjawab; (3) hasil diikuti rewards
pembelajaran yang efektif dan atau punishment; (4) kolaborasi, sinergi,
menumbuhkembangkan budaya baca warga bukan persaingan sebagai dasar kerjasama;
sekolah, dan (5) lingkungan sekolah yang (5) warga sekolah merasa aman terhadap
merefleksikan kondisi bersih, rapih, dan pekerjaannya; (6) atmorfir keadilan; (7)
sehat. (Kemdikbud, 2018 : 11-12). imbal jasa sepadan dengan nilai pekerjaan;

1
dan (8) warga sekolah merasa memiliki terhadap orang lain dan mengilhami,
sekolah. memberi semangat, memotivasi dan
1.2 Perumusan Masalah mengarahkan kegiatan-kegiatan mereka

Berdasarkan konteks penelitian guna membantu tercapai tujuan kelompok

yang dikemukakan diatas, maka fokus atau organisasi.

penelitian ini adalah, bagaimana Menurut Stephen P. Robbins

kepemimpinan kepala sekolah berbasis (2003:40), kepemimpinan

budaya mututerjadi pada UPTD SMPN 2 adalah kemampuan untuk mempengaruhi

Sampang dan UPTD SMPN 3 Sampang suatu kelompok kearah tercapainya

di Kabupaten Sampang?. tujuan. Sedangkan definisi kepemimpinan

Fokus tersebut selanjutnya dirinci menurut Richard L. Daft (2003:50)

menjadi 3 sub fokus sebagai berikut. adalah kemampuan mempengaruhi orang

1. Bagaimana kepemimpinan kepala yang mengarah kepada pencapaian

sekolah terjadi pada UPTD SMPN 2 tujuan. Dari beberapa definisi tersebut,

Sampang dan UPTD SMPN 3 Sampang sangat jelas dikatakan bahwa

di Kabupaten Sampang?. kepemimpinan adalah fungsi manajemen

2. Bagaimana budaya mutu pada UPTD yang erat keterkaitannya dengan

SMPN 2 Sampang dan UPTD SMPN 3 pencapaian tujuan organisasi. Orang yang

Sampang di Kabupaten Sampang?. melakukan fungsi kepemimpinan ini

3. Bagaimana prestasi siswa pada UPTD biasanya disebut dengan “pemimpin” atau

SMPN 2 Sampang dan UPTD SMPN 3 dalam bahasa Inggris disebut

Sampang di Kabupaten Sampang?. dengan “Leader”. Ricky W. Griffin


(2003:68) mengatakan bahwa pemimpin
b. KAJIAN PUSTAKA adalah individu yang mampu
mempengaruhi perilaku orang lain tanpa

2.1 Kepemimpinan Kepala Sekolah harus mengandalkan kekerasan. Pemimpin

Menurut kamus besar Bahasa adalah individu yang diterima oleh orang

Indonesia, pemimpin memiliki arti: orang lain sebagai pemimpin.

yang memimpin, sedangkan Sesuai dengan Peraturan Pemerintah

kepemimpinan memiliki arti: perihal Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005

pemimpin dan atau cara memimpin, tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu

sehingga kepemimpinan sangat dekat setiap satuan pendidikan dipimpin oleh

dengan seni, teknik, dan atau metode seorang kepala sekolah sebagai penangung

memimpin suatu kelompok untuk jawab pengelolaan pendidikan. Di

mencapai tujuan. lingkungan sekolah, kepala sekolah

Gareth Jones and Jennifer George memiliki kepemimpinan kembar, yaitu

(2003:440) mengatakan bahwa kepemimpinan formal (formal leadership)

kepemimpinan adalah proses dimana dan informal (informal leardership).

seorang individu mempunyai pengaruh Sebagai pemimpin formal, pengaruh yang

2
diberikan kepada orang-orang yang memiliki 4 (empat) kompetensi, yaitu (1)
dipimpinnya bersifat formal. Artinya ia kompetensi pedagogik, (2) kompetensi
menggerakkan dan mengarahkan guru, profesional, (3) kompetensi kepribadian,
pegawai non guru serta anak didik dalam dan (4) kompetensi sosial. Keempat
suasana kedinasan. Kepala sekolah dapat kompetensi tersebut perlu terus
menjadi pemimpin informal karena ditingkatkan oleh guru secara
pengalamannya yang lebih banyak berkelanjutan.
dibandingkan guru. Dalam kaitannya dengan
Kepala sekolah sebagai leader harus meningkatkan mutu sekolah, Mendikbud
mampu memberikan petunjuk dan menerbitkan Permendikbud Nomor 28
pengawasan meningkatkan kemauan tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan
tenaga kependidikan, membuka Mutu Pendidikan (SPMP) Dasar dan
komunikasi dua arah, dan mendelegasikan Menengah. Pada pasal 1 ayat 3 disebutkan
tugas. Wahjosumijo (1999:110) bahwa "Sistem Penjaminan Mutu
mengemukakan bahwa kepala sekolah Pendidikan Dasar dan Menengah adalah
sebagai leader harus memiliki karakter suatu kesatuan unsur yang terdiri atas
khusus yang mencakup kepribadian, organisasi, kebijakan, dan proses terpadu
keahlian dasar, pengalaman dan yang mengatur segala kegiatan untuk
pengetahuan profesional, serta meningkatkan mutu pendidikan dasar dan
pengetahuan administrasi dan pengawasan. menengah yang saling berinteraksi secara
2.2 Budaya Mutu sistematis, terencana dan berkelanjutan."
Budaya mutu merupakan sistem nilai Sekolah berbudaya mutu adalah
dari sebuah organisasi yang menghasilkan sekolah dasar yang memberikan layanan
keadaan lingkungan yang kondusif dalam prima yang merefleksikan budaya mutu.
pembentukan perbaikan yang Budaya Mutu Sekolah tercermin pada
berkelanjutan dalam segi mutu. komponen: (1) pembelajaran intrakurikuler
Strategi untuk membangun mutu yang efektif, (2) kegiatan ekstrakurikuler
sekolah meliputi: (1) mengidentifikasi yang mendukung pembentukkan karakter
perubahan yang dibutuhkan; (2) menyusun peserta didik, (3) kepemimpinan kepala
perencanaan yang perlu dilakukan sekolah disertai dengan manajemen
perubahan; (3) mengembangkan rencana berbasis sekolah, (4) pengelolaan
untuk membuat perubahan; (4) memahami perpustakaan yang mendukung
proses transisi emosional; mengidentifikasi pembelajaran yang efektif dan
orang-orang dan mendukung mereka; menumbuhkembangkan budaya baca
mengembil pendekatan hati dan pikiran; warga sekolah, dan (5) lingkungan sekolah
menerapkan strategi courtship; dan yang merefleksikan kondisi bersih, rapih,
mendukung program budaya mutu sekolah. dan sehat. (Kemdikbud, 2018 : 11-12).
Berdasarkan amanat Undang-undang Kamarudin (dalam Mulyadi, 2010)
Nomor 14 Tahun 2005, guru harus mengatakan bahwa terdapat enam nilai

3
budaya mutu yang menjadi dasar sebuah mengenai peran serta masyarakat dalam
organisasi dalam usaha menerapkan meningkatkan prestasi belajar siswapada
budaya mutu secara menyeluruh, yaitu(1) UPTD SMPN 2 Sampang; (2) melakukan
kami semua adalah bersama (organisasi, pada situs ke dua yaitu UPTD SMPN 3
pembekal,pelanggan); (2) tidak ada orang Sampang. Tujuannya adalah untuk
bawah atau atasan dibenarkan; (3) memperoleh temuan konseptual mengenai
terbuka danperhubungan yang ikhlas; (4) peran serta masyarakat dalam
pekerja boleh mencapai maklumat yang meningkatkan prestasi belajar siswapada
diperlukan; (5) fokus kepada proses; dan UPTD SMPN 4 Sampang..
(6) tiada kejayaan atau kegagalan. 3.1 Sumber Data
Sedangkan menurut Sudrajat (2011:13) Sumber data dalam penelitian ini
mengatakan bahwa setidaknya ada tiga dibedakan menjadi dua, yaitu (1) Manusia,
budaya mutu yang perlu dikembangkan dan (2) bukan manusia. Sumber data
di sekolah, yaitu: (1) kultur akademik; (2) manusia berfungsi sebagai subjek atau
kultursosial budaya; dan (3) kultur informan kunci (key informants),
demokratis. Ketiga kultur ini menjadi sedangkan sumber data bukan manusia,
prioritas yang melekat dalam lingkungan berupa dokumen yang relevan dengan
sekolah. fokus penelitian, seperti gambar, foto,
catatan rapat atau tulisan-tulisan, yang ada
kaitannya dengan fokus penelitian.
c. METODE PENELITIAN
Penentuan informan dalam penelitian
ini, didasarkan pada kriteria, yaitu (1)
Pada penelitian kualitatif,
subjek cukup lama, dan intensif menyatu
pengumpulan data dilakukan secara natural
dengan medan aktifitas yang menjadi
setting (kondisi yang alamiah), sumber data
sasaran penelitian; (2) subjek yang masih
primer, dan observasi berperan dan
aktif terlibat di lingkungan aktifitas yang
wawancara secara mendalam. Langkah-
menjadi sasaran penelitian; (3) subjek yang
langkah yang akan ditempuh dalam
masih mempunyai waktu untuk dimintai
penelitian studi multi situs ini adalah
informasi oleh peneliti; (4) subjek yang
sebagai berikut, yaitu: (1) melakukan
tidak mengemas informasi, tetapi relatif
pengumpulan data pada situs pertama di
memberikan informasi yang sebenarnya;
UPTD SMPN 2 Sampang. Pemilihan
dan (5) subjek yang tergolong asing bagi
sekolah ini didasarkan pada informasi awal
peneliti.
mengenai latar yang direkomendasikan
Sehubungan dengan kriteria tersebut,
oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten
dan sesuai dengan tujuan penelitian, maka
Sampang. Penelitian ini dilakukan sampai
pemilihan informan dilakukan secara
pada tingkat kejenuhan data, dan selama itu
purposif. Teknik sampling purposif,
pula dilakukan kategori dalam tema-tema
digunakan untuk mengarahkan
untuk menemukan konsepsi tentatif
pengumpulan data sesuai dengan

4
kebutuhan, melalui penseleksian dan (participant observation); dan (3) studi
pemilihan informan, yang benar-benar dokumentasi (study of document). Tiga
menguasai informasi dan permasalahan teknik tersebut, merupakan tiga teknik
secara mendalam, serta dapat dipercaya dasar dalam penelitian kualitatif, yang
untuk menjadi sumber data yang mantap. disepakati oleh sebagian besar penulis
Penggunaan sampling purposif ini, (Bogdan & Biklen, 1998;Mantja, 2008;
member kebebasan peneliti dari Ahmadi, 2005; Howard, 1992; Edwards,
keterikatan proses formal, dalam 1979; LeCompte, 1992; Babbie, 1979; Gay,
mengambil sampel, yang berarti peneliti 1987; Koentjaraningrat, 1986; Arifin, 1994;
dapat menentukan sampling, sesuai Lee, 1990; Lofland, 1994; Sutopo, 1998;
dengan tujuan penelitian. Sampling yang dan Vockell, 1995).
dimaksudkan, bukanlah sampling yang
mewakili populasi, melainkan didasarkan
d. HASIL PENELITIAN DAN
pada relevansi, dan kedalaman informasi.
PEMBAHASAN
Namun demikian, pemilihan sampel tidak
sekedar berdasar kehendak subjektif
peneliti, melainkan berdasarkan tema yang 4.1 Hasil Penelitian di Situs UPTD SMPN

muncul di lapangan. 2 Sampang

Karena penelitian ini menggunakan Kepala Sekolah adalah seorang

rancangan studi multi situs, maka teknik tenaga fungsional guru yang diberi tugas

sampling penelitian ini, digunakan dalam untuk memimpin suatu sekolah, dimana

dua tahap, yaitu (1) studi situs tunggal, diselenggarakan proses belajar mengajar,

pada situs pertama digunakan teknik atau tempat di mana terjadi interaksi antara

sampling secara purposive, yaitu mencari guru yang memberi pelajaran dan murid

informan kunci (key informants), yang yang menerima pelajaran. Kepala sekolah

dapat memberi informasi kepada peneliti, dilukiskan sebagai orang yang memiliki

tentang data yang dibutuhkan; dan (2) cara harapan tinggi bagi para staf dan para

pengambilan sampel seperti pada situs siswa. Kepala sekolah adalah mereka yang

pertama, digunakan pula untuk banyak mengetahui tugas-tugas mereka,

memperoleh data pada situs kedua dan dan mereka yang menentukan irama bagi

ketiga. sekolah mereka. Rumusan tersebut

3.2 Prosedur Pengumpulan Data menunjukkan pentingnya peranan kepala

Untuk memperoleh data secara sekolah dalam menggerakkan kehidupan

holistik dan integratif, serta sekolah guna mencapai tujuan.

memperhatikan relevansi data dengan Berdasarkan peryataan ibu kepala

fokus dan tujuan, maka pengumpulan data sekolah dan beberapa guru UPTD SMP

dalam penelitian ini, menggunakan tiga Negeri 2 Sampang dapat disimpulkan

teknik, yaitu (1) wawancara mendalam (in bahwa semua guru melaksanakan budaya

depth interview); (2) observasi partisipan mutu yang telah diprogramkan oleh

5
sekolah, misalnya kegiatan: (a) 4.2 Hasil Penelitian di Situs UPTD SMPN
pembiasaan rutin, meliputi: bersalam- 3 Sampang
salaman sesama siswa dan kepada guru Kepemimpinan adalah salah satu
ketika bertemu, berdoa sebelum dan fungsi manajemen untuk mempengaruhi,
sesudah pelajaran, pemeriksaan kebersihan mengarahkan, memotivasi dan mengawasi
dan kesehatan; (b) pembiasaan terprogram, orang lain agar dapat melakukan tugas-
meliputi: shalat berjamaah, SMB (Spenda tugas yang telah direncanakan sehingga
Mencari Bakat), gerakan literasi sekolah; mencapai sasaran dan tujuan organisasinya.
(c) pembiasaan spontan, meliputi: Kemampuan memimpin seorang manajer
memberi dan menjawab salam, meminta akan sangat mempengaruhi kinerja
maaf, berterima kasih, membuang sampah organisasi terutama dalam hal pencapaian
pada tempatnya, mengunjungi teman yang tujuan organisasinya.
sakit, membantu teman yang terkena Menurut penelitian dari McCall dan
musibah, dan membudayakan antri; dan (d) Lombardo (1983), terdapat empat sifat
pembiasaan keteladanan, meliputi: kepribadian utama yang menjadi penentu
mentaati tata tertib (disiplin, taat waktu, keberhasilan atau kegagalan seorang
taat pada peraturan), berpakaian rapi, pemimpin, yaitu: (1) stabilitas dan
bersih, dan menarik, cara berbicara yang ketenangan emosional: tenang, percaya
baik dan sopan, memberikan kesempatan diri dan dapat diprediksi terutama pada
pada yang lebih tua, menghargai pendapat saat mengalami tekanan; (2) mengakui
orang lain, dan sabar mendengarkan orang kesalahan: tidak menutupi kesalahan yang
lain. telah dibuat tetapi mengakui kesalahan
Berdasarkan peryataan ibu Kepala tersebut; (3) keterampilan interpersonal
dan beberapa guru UPTD SMP Negeri 2 yang baik: mampu berkomunikasi dan
Sampang dapat disimpulkan bahwa menyakinkan orang lain tanpa
prestasi yang diperoleh oleh siswa antara menggunakan taktik yang negatif dan
lain: Juara 3 OSN IPA tingkat kabupaten paksaan; dan (4) pengetahuan yang luas
Sampang tahun 2016, Juara 2 OSN (Intelektual) : mampu memahami berbagai
Matematika tingkat Kabupaten Sampang, bidang daripada hanya memahami bidang-
Juara 2 Pidato Bahasa Inggris tingkat bidang tertentu ataupun pengetahuan
Kabupaten Sampang tahun 2018, Juara 3 tertentu saja.
OSN IPS Tingkat Kabupaten tahun 2019, Kepala Sekolah adalah seorang
Juara 3 Atletik Lari 60 M Putri O2SN tenaga fungsional guru yang diberi tugas
Kabupaten Sampang tahun 2016, Juara 3 untuk memimpin suatu sekolah, dimana
Pencak Silat Putra O2SN Tingkat diselenggarakan proses belajar mengajar,
Kabupaten tahun 2017, Juara 3 Renang atau tempat di mana terjadi interaksi antara
Putri O2SN Kabupaten Sampang tahun guru yang memberi pelajaran dan murid
2018, dan Juara 3 Bulutanngkis Tunggal yang menerima pelajaran. Kepala sekolah
Tingkat Kabupaten tahun2019. dilukiskan sebagai orang yang memiliki

6
harapan tinggi bagi para staf dan para sebelum dan sesudah pelajaran,
siswa. Kepala sekolah adalah mereka yang pemeriksaan kebersihan dan kesehatan; (b)
banyak mengetahui tugas-tugas mereka, pembiasaan terprogram, meliputi: shalat
dan mereka yang menentukan irama bagi berjamaah, SMB (Spenda Mencari Bakat),
sekolah mereka. Rumusan tersebut gerakan literasi sekolah; (c) pembiasaan
menunjukkan pentingnya peranan kepala spontan, meliputi: memberi dan menjawab
sekolah dalam menggerakkan kehidupan salam, meminta maaf, berterima kasih,
sekolah guna mencapai tujuan. membuang sampah pada tempatnya,
Berdasarkan peryataan ibu Kepala mengunjungi teman yang sakit, membantu
dan beberapa guru SMP Negeri 3 Sampang teman yang terkena musibah, dan
dapat disimpulkan bahwa cara membudayakan antri; dan (d) pembiasaan
kepemimpinan sekolah yang demikian itu keteladanan, meliputi: mentaati tata tertib,
adalah dalam rangka meningkatkan mutu berpakaian rapi, bersih, menarik, cara
pendidikan, karena ciri dari kepemimpinan berbicara yang baik dan sopan,
untuk meningkatkan mutu pendidikan memberikan kesempatan pada yang lebih
adalah selalu memberi semangat, tua, menghargai pendapat orang lain, dan
memotivasi, dan mengarahkan kegiatan- sabar mendengarkan orang lain.
kegiatan para guru agar tujuan yang ingin Berdasarkan peryataan ibu kepala
dicapai oleh sekolah sesuai visi dan misi dan beberapa guru UPTD SMP Negeri 3
sekolah. Demikian juga kepemimpinannya dapat disimpulkan bahwa prestasi yang
harus demokratis, yaitu membangkitkan diperoleh oleh siswa antara lain: Juara 2
kepercayaan dan loyalitas kepada semua OSN Matematika tingkat kabupaten
guru, mengkomunikasikan gagasan, Sampang tahun 2016, Juara 3 OSN IPS
menciptakan perubahan secara efektif, tingkat Kabupaten Sampang, Juara 3
saling menghargai dan saling menghormati, Pidato Bahasa Inggris tingkat Kabupaten
mau menerima kritik dan saran, sehingga Sampang tahun 2018, Juara 2 OSN Bahasa
pemimpin bisa diterima oleh guru yang Indonesia Tingkat Kabupaten tahun 2019,
dampaknya pemimpin akan mampu Juara 3 Atletik Lari 100 M Putra O2SN
mempengaruhi bawahan dalam rangka Kabupaten Sampang tahun 2016, Juara 2
mencapai tujuan yang terdapat dalam visi Pencak Silat Putri O2SN Tingkat
dan misi sekolah. Kabupaten tahun 2017, Juara 3 Renang
Berdasarkan peryataan ibu Kepala Putra O2SN Kabupaten Sampang tahun
dan beberapa guru UPTD SMP Negeri 3 2018, dan Juara 2 Bulutanngkis Ganda
Sampang dapat disimpulkan bahwa semua Tingkat Kabupaten tahun 2019.
guru melaksanakan budaya mutu yang
telah diprogramkan oleh sekolah, misalnya
e. PENUTUP
kegiatan: (a) pembiasaan rutin, meliputi:
bersalam-salaman sesama siswa dan
5.1 Simpulan
kepada guru ketika bertemu, berdoa

7
Temuan penelitian secara membagi waktu belajar, menyukai
keseluruhan dapat disimpulkan sebagai semua mata pelajaran, menjaga sikap
berikut: dan tingkah laku, mengerjakan tugas
1. Kepala sekolah selalu memberi atau pekerjaan rumah yang diberikan
semangat, memotivasi, dan oleh guru, selalu aktif di kelas, selalu
mengarahkan kegiatan-kegiatan para memelihara motivasi belajar, menjaga
guru, memberikankepercayaan, kesehatan, tidak lupa berdoa dan
loyalitas kepada semua guru, ibadah, dan minta restu kedua orang
mengkomuni kasikan gagasan, tua, sehingga prestasi yang diperoleh
menciptakan perubahan, siswa meliputi prestasi di bidang
kepemimpinan nya demokratis, akademik dan non akademik tingkat
hubungan kerja yang saling Kabupaten.
menghargai dan saling menghormati,
ada saran dan kritik, sikap supportif, 5.2 Saran-saran
dan mendukung ide guru untuk Berdasarkan keseluruhan uraian dan
kemajuan sekolah, sehingga simpulan penelitian dapat disampaikan
kepemimpinan kepala sekolah mampu saran-saran kepada berbagai pihak sebagai
meningkatkan mutu pendidikan, karena berikut:
kepemimpinannya diterima oleh semua 1. Kepada Dinas Pendidikan, Yayasan
guru, dengan demikian kepala sekolah Pendidikan, dan Organisasi
mampu mempengaruhi guru dalam Keagamaan. Dalam melaksanakan
rangka mencapai tujuan yang sudah kepemimpinan kepala sekolah berbasis
ditetapkan dalam visi dan misi sekolah. budaya mutu, hendaknya : (1) kepala
sekolah selalu memberi semangat,
2. Penciptaan budaya mutu sekolah
memotivasi, dan mengarahkan
menggunakan 4 (empat) strategi yaitu:
kegiatan para guru,
(1) mengidentifikasi perubahan yang
memberikankepercayaan, loyalitas
dibutuhkan oleh sekolah; (2) menyusun
kepada semua guru,
perencanaan yang perlu dilakukan
mengkomunikasikan gagasan,
perubahan; (3) mengembangkan
menciptakan perubahan,
rencana untuk membuat perubahan; (4)
kepemimpinannya demokratis,
memahami proses transisi emosional.
hubungan kerja yang saling
Budaya mutu dilaksanakan oleh guru
menghargai dan saling menghormati,
dalam bentuk pembiasaan rutin,
ada saran dan kritik, sikap supportif,
pembiasaan terprogram, pembiasaan
dan mendukung ide guru untuk
spontan, dan pembiasaan keteladanan.
kemajuan sekolah; (2) penciptaan
budaya mutu sekolah menggunakan 4
3. Prestasi siswa dilakukan melalui
(empat) strategi yaitu: (a)
penguasaan cara belajar yang baik,
mengidentifikasi perubahan yang

8
dibutuhkan oleh sekolah; (b) menyusun Ahmadi, R. 2005. Memahami Metodologi
perencanaan yang perlu dilakukan Penelitian Kualitatif. Malang:
perubahan; (c) mengembangkan Universitas Negeri Malang.
rencana untuk membuat perubahan; (d) Bogdan, R.C. & S.K. Biklen. 1998.
memahami proses transisi emosional; Qualitative Research for
dan (3) prestasi siswa dilakukan Education: An Introduction to
melalui penguasaan cara belajar yang Theory and Methods. London:
baik, membagi waktu belajar, Allyn and Bacon, Inc.
menyukai semua mata pelajaran, Robbins, S.P. 2003. Organization Behavior.
menjaga sikap dan tingkah laku, New Jersey: Prentice Hall
mengerjakan tugas atau pekerjaan Internasional Inc.
rumah yang diberikan oleh guru, selalu Spradley, J.P. 1997. Metode Etnografi.
aktif di kelas, selalu memelihara Penerjemah Misbah Zulfa
motivasi belajar, menjaga kesehatan, Elizabeth. Yogyakarta: Tiara
tidak lupa berdoa dan ibadah, dan Wacana.
minta restu kedua orang. Wahjosumidjo, 1996. Kepemimpinan kepala
2. Kepada Para Ahli Manajemen sekolah : tinjauan teoritik dan
Pendidikan. Hendaknya temuan permasalahannya. Jakarta.
penelitian ini dikembangkan lagi agar Rayagrafindo Persada
menjadi teori kepemimpinan kepala Wahjosumidjo, 1999. Kepemimpinan Kepala
seekolah, sehingga bisa dijadikan Sekolah; Tinjauan Teoritik dan
rujukan oleh penyelenggara pendidikan Permasalahannya, Jakarta: Raja
dalam rangka memperbaiki kualitas Grafindo Persada
mutu sekolah.
3. Kepada Peneliti Lain. Hendaknya
mengembangkan dan menggali lebih
dalam lagi aspek-aspek yang berkaitan
dengan “manajemen kepemimpinan
kepala sekolah”, atau bisa juga
melakukan penelitian terhadap topik ini,
namun pendekatan dan rancangan
penelitiannya harus berbeda, agar hasil
penelitiannya dapat dijadikan
pembanding terhadap hasil penelitian
ini.

DAFTAR PUSTAKA

9
10

Anda mungkin juga menyukai