Anda di halaman 1dari 11

MANAJEMEN BUDAYA SEKOLAH

Neprializa
Univ. Musi Rawas, Jl. Pembangunan Komplek Perkantoran Pemda Kelurahan Air Kuti Kec.Lubuklinggau Timur I
e-mail: Nepri_keu@yahoo.co.id

Abstract: The purpose of the study was to describe the planning, implementation and evaluation
of school culture at Senior High School number 4 Lubuklinggau. The technique used to collect the
data is observation, interview, and documentation. From the title, objectives, and method were
used in this study, so the result of the study can be concluded that planning, implementation, and
evaluation of school culture requires an environment conducive through the development of
communication and good interaction between principals, students, teachers, staff, parents,
community, and the government.

Keyword: management, school culture

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menperoleh gambaran tentang perencanaan, implementasi
dan evaluasi budaya sekolah di SMA Negeri 4 Lubuklinggau. Untuk memperoleh data maka
metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Di lihat
dari judul, tujuan serta metode yang dipakai dalam penelitian ini maka dapat diambil kesimpulan
bahwa perencanaan, pengimplemntasian dan evaluasi budaya sekolah membutuhkan lingkungan
yang kondusif melalui pengembangan komunikasi dan interaksi yang sehat antara kepala sekolah
dengan peserta didik, pendidik, staf, orang tua siswa, masyarakat, dan pemerintah.

Kata kunci: manajemen, budaya sekolah

PENDAHULUAN nilai, sikap dan cara hidup warga sekolah yang


Budaya merupakan produk lembaga yang berusaha mendinamisir lingkungan sekolah
berakar dari sikap mental, komitmen, dedikasi, untuk mencapai tujuan sekolah. Budaya sekolah
dan loyalitas setiap personil lembaga. Budaya yang positif akan memberi warna tersendiri dan
merupakan pandangan hidup yang diakui sejalan dengan pelaksanaan menajemen berbasis
bersama oleh suatu kelompok masyarakat yang sekolah. Budaya positif tersebut antara lain:
mencakup cara berpikir, perilaku, sikap, dan budaya jujur, budaya saling percaya, budaya
nilai-nilai yang tercermin baik dalam wujud fisik bersih, budaya disiplin, budaya baca, budaya
maupun abstrak. Budaya adalah asumsi-asumsi kerjasama, budaya memberi teguran dan
dasar dan keyakinan-keyakinan di antara para penghargaan.
anggota kelompok atau organisasi. Budaya juga Dalam rangka mewujudkan tujuan
dapat dilihat sebagai suatu perilaku, nilai-nilai, pendidikan nasional, yakni mencerdaskan
sikap hidup, dan cara hidup untuk melakukan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
penyesuaian dengan lingkungan dan cara seutuhnya, sesuai amanat UU RI No. 20 Tahun
memandang persoalan serta pemecahannya. 2003 tentang sistem pendidikan nasional. telah
Eksistensi budaya sekolah memiliki melahirkan berbagai kebijakan ditingkat satuan
peranan yang sangat penting dalam peningkatan pendidikan tentang upaya meningkatkan kualitas
kualitas sekolah. Kondisi ini mengingat bahwa pendidikan. Apalagi didukung dengan adanya
budaya sekolah berkaitan erat dengan perilaku instrument-instrument pengembangan kualitas
dan kebiasaan-kebiasaan warga sekolah untuk yang dapat memberikan gambaran kepada
melakukan penyesuaian dengan lingkungan, pengelola sekolah bagaimana merencanakan,
serta cara memandang persoalan dan mengorganisasikan, melaksanakan serta
memecahkannya di lingkungan sekolah, mengevaluasi perkembangan sekolahnya dari
sehingga dapat memberikan landasan dan arah berbagai bidang. Namun berbagai perubahan
pada berlangsungnya suatu proses pendidikan kebijakan ini sebagaian besar belum dapat
yang efektif dan efisien. Dengan demikian maka mengembangkan budaya sekolah dalam rangka
substansi budaya sekolah adalah perilaku, nilai- menanamkan nilai-nilai kepada peserta

419
420 Manajer Pendidikan, Volume 9, Nomor 3, Juli 2015, hlm. 419-429

didiknya. apalagi ditengah keberlangsungan program pengembangannya. Kondisi ini terjadi


hidup bangsa yang berada ditengah-tengah karena sebagian kepala sekolah belum
perkembangan zaman dengan teknologi kian memahami dan terampil dalam merencanakan,
canggih menyebabkan berbagai perubahan dan melaksanakan pengembangan, dan mengukur
pergeseran nilai seperti yang terjadi akhir-akhir efektivitas pengembangan budaya sekolah. Hal
ini. itu tidak berarti kepala sekolah tidak
Dengan melihat konteks diatas organisasi memperhatikan pengembangannya. Pada Kenya-
sekolah tidak saja diharapkan bisa mengelola taannya banyak kepala sekolah yang sangat
potensi para peserta didik secara maksimal memperhatikan akan pentingnya membangun
sehingga menghasilkan lulusan-lulusan yang suasana sekolah, suasana kelas, membangun
berkualitas. Tetapi juga terkait nilai-nilai yang hubungan yang harmonis untuk menunjang
dikembangkan disekolahnya. Dengan demikian terbentuknya norma, keyakinan, sikap, karakter,
perlunya perubahan cara pandang kepala dan motif berprestasi sehingga tumbuh menjadi
sekolah, guru, administrator, murid, orangtua, sikap berpikir warga sekolah yang positif.
dan masyarakat sebagai langkah untuk merubah Hanya saja kenyataan itu sering tidak tampak
sistem, baik tindakan maupun proses pencapaian pada dokumen program pengembangan budaya.
tujuan sekolah. Dengan adanya perubahan ini Akhirnya, upaya-upaya yang dilakukan
maka implikasinya sekolah akan merancang apa untuk program pengembangan budaya dan
yang mesti dilakukan dan beusaha memahami sekolah yang kondusif perlu mendapatkan
tindakan-tindakan yang dirancangnya sebagai dukungan dari seluruh sivitas sekolah dan
sesuatu yang disepakati bersama. Dengan kata masyarakat lingkungan sekolah secara bersama-
lain tindakan ini mendorong untuk terciptanya sama dan dengan komitmen tinggi. Dilihat dari
budaya sekolah. Manajemen budaya dan SMA yang ada di Lubuklinggau peneliti tertarik
lingkungan sekolah merupakan salah satu upaya umtuk meneliti budaya sekolah yang ada di
pemerintah untuk mengembangkan karakter SMA Negeri 4 Lubuklinggau.
positif siswa. Manajemen budaya dan Menyadari pentingnya budaya sekolah,
lingkungan sekolah dilakukan agar lingkungan penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada
sekolah dapat menjadi tempat yang kondusif sekolah terkait pengembangan dan penerapan
bagi penyemaian dan pengembangan karakter secara konsisten nilai-nilai, aturan, filosofi dan
positif siswa. Selain itu, manajemen budaya dan kebiasaan-kebiasaan perilaku warga sekolah,
lingkungan sekolah bertujuan untuk mencip- dan tindakan yang ditampilkan dan ditunjukkan
takan lingkungan fisik sekolah dan lingkungan oleh seluruh warga sekolah dalam mencapai
psikologis-sosial-kultural sekolah yang kondusif tujuan sekolah yang telah ditetapkan
bagi penyemaian dan pengembangan karakter Berdasarkan latar belakang masalah
positif siswa. diatas, adapun rumusan masalah umum dalam
Manajemen budaya sekolah yang penelitian ini adalah “Bagaimana manajemen
kondusif bagi penyemaian dan pengembangan budaya sekolah di SMA Negeri 4
karakter positif siswa dilakukan dengan Lubuklinggau?”. Berdasarkan rumusan masalah
memperhatikan prinsip-prinsip berkelanjutan, umum peneliti kemudian dijabarkan dalam
terpadu, konsisten, implementatif, dan menye- rumusan masalah khusus sebagai berikut: (1)
nangkan. Untuk pengembangan budaya sekolah Bagaimana perencanaan budaya sekolah di
diperlukan empat tahapan yaitu perencanaan SMA Negeri 4 Lubuklinggau?; (2) Bagaimana
program, sosialisasi program, pelaksanaan implementasi budaya sekolah di SMA Negeri 4
program, dan evaluasi program. Lubuklinggau?; (3) Bagaimana evaluasi budaya
Untuk mengetahui keberhasilan program sekolah di SMA Negeri 4 Lubuklinggau?
pengembangan budaya sekolah perlu dilakukan Sesuai rumusan masalah diatas, maka
monitoring dan evaluasi yang bertujuan untuk secara umum tujuan penelitian ini adalah
mengetahui kesesuaian program dengan peren- Mendeskripsikan manajemen budaya sekolah di
canaan. Tingkat pencapaian program pengem- SMA Negeri 4 Lubuklinggau, sedangkan secara
bangan budaya dan lingkungan sekolah yang khusus tujuan penelitian ini adalah untuk: (1)
kondusif perlu dibuat instrumen pengukuran Mendeskripsikan perencanaan budaya sekolah di
keberhasilan. SMA Negeri 4 Lubuklinggau?; (2) Mendes-
Belum semua sekolah memahami kripsikan implementasi budaya sekolah di SMA
pentingnya budaya sekolah. Hal ini terlihat pada Negeri 4 Lubuklinggau?; (3) Mendeskripsikan
fakta bahwa belum semua sekolah memiliki
Neprializa, Manajemen Budaya Sekolah 421

evaluasi budaya sekolah di SMA Negeri 4 tepat agar tidak mengganggu kegiatan
Lubuklinggau? pendidikan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat Subjek dalam penelitian ini adalah orang-
memberikan pemahaman bagi: (1) Bagi kepala orang yang dapat memberikan data tenteng
sekolah dapat menambah kajian literatur sekolah pelaksanaan manajemen budaya sekolah.
tentang pentingnya strategi pengembangan Dengan demikian yang menjadi subjek
budaya sekolah; (2) Bagi guru, guru dapat penelitian ini adalah kepala sekolah, wakil
mengembangkan budaya sekolah dalam mening- kepala sekolah, 5 orang guru dan dan kasubag
katkan kualitas pembelajaran; (3) Bagi siswa, tata usaha di SMA Negeri 4 Lubuklinggau. Jadi
dengan pengembangan budaya sekolah dapat jumlah dari subjek penelitian ini berjumlah 8
terlihat perubahan positif dalam diri siswa. orang karena untuk memberikan data yang
akurat agar penelitian ini dapat dipertang-
METODE gungjawabkan.
Berdasarkan permasalahan yang akan Teknik pengumpulan data dalam
diteliti maka rancangan penelitian ini adalah penelitian ini dilakukan dengan tiga cara yaitu :
menggunakan metode deskriptif kualitatif yang observasi, wawancara dan dokumentasi.
bertujuan untuk memberikan gambaran Dalam penelitian ini, yang menjadi
mengenai realitas dan fakta-fakta dari sifat isntrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri.
populasi penelitian ini secara detail dan teliti. Oleh karena itu segala sesuatu yang ingin dicari,
Menurut Sugiyono (2012:35) Penelitian baik mengenai masalah, sumber data, focus
deskriptif kualitatif adalah sebuah metode yang peneliti, bahkan desain peneliti sendiri belum
bertujuan untuk melukiskan atau menggam- mempunyai bentuk yang pasti, segala
barkan keadaan di lapagan secara sistematis sesuatunya di lapangan sesuai dengan kondisi
dengan fakta-fakta dengan interprestasi yang objektif yang ada.
tepat dan data yang saling berhubungan, serta
bukan hanya untuk untuk mencari kebenaran HASIL DAN PEMBAHASAN
mutlak tetapi pada hakekatnya mencari Hasil
pemahaman observasi, kemudian kedaan 1. Perencanaan Budaya Sekolah
dilapangan tersebut dievaluasi. Dalam kegiatan Budaya Sekolah sebagai lembaga
ini banyak pihak yang terkait antara lain kepala pendidikan formal, terdiri dari pendidik dan
sekolah, wakil kepala sekolah, guru dan kasubag anak didik. Antara mereka telah terjadi
tata usaha. hubungan yang berlapis-lapis, baik antara murid
Komponen-komponen yang menentukan dengan guru, murid dengan sesama murid serta
dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, murid dengan warga sekolah lainnya. Guru-guru
wakil kepala sekolah, guru dan kasubag tata sebagai pendidik, dengan wibawanya dalam
usaha. Supaya komponen-komponen tersebut pergaulan membawa murid sebagai anak didik
dapat di deskripsikan dengan jelas maka perlu ke arah kedewasaan. Memanfaatkan pergaulan
pendekatan yang menyeluruh baik meliputi sehari-hari dalam pendidikan adalah cara yang
pengamatan terhadap objek maupun konteksnya. paling baik dan efektif dalam pembentukan
Hal ini perlu dilakukan agar peneliti pribadi dan dengan cara ini pula maka hilanglah
mendapatkan temuan dalam penelitian tehadap jurang pemisah antara guru dan anak didik.
manajemen budaya sekolah secara menyeluruh Hubungan murid dengan murid juga
serta dapat mendiskripsikan perencanaan, menunjukkan suasana yang edukatif. Sesama
implementasi serta mengevalusi budaya sekolah. murid saling berkawan, berolahraga bersama
Selain itu penelitian ini diharapkan dapat dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, saling
mencari jawaban tentang pencapaian tujuan mengajak dan diajak, saling bercerita, saling
yang telah ditetapkan sebelumnya. mendisiplinkan diri agar tidak menyinggung
Untuk dapat menilai efektovitas perasaan teman sepergaulannya. Dalam
manajemen budaya sekolah di SMA Negeri 4 lingkungan sekolah seorang individu dihadapkan
Lubuklinggau peneliti akan mendiskripsikan pula pada pola orientasi kehidupan yang lebih
perencanaan, mendiskripsikan implementasi luas. Di mana perangkat-perangkat aktivitas
budaya sekolah dan mendeskripsikan evalusi tersebut tidak dia temui di dalam keluarga.
budaya sekolah. Peneliti selama melakukan Secara prinsipiil melihat sekolah sebagai ruang
penelitian akan memanfaatkan momen yang terorganisasi yang di dalamnya terdapat peran-
peran yang cukup kompleks maka seluruh siswa
422 Manajer Pendidikan, Volume 9, Nomor 3, Juli 2015, hlm. 419-429

telah balajar mengenal orientasi kehidupan Selain itu juga di SMA Negeri 4
menuju pembelajaran dan persiapan untuk Lubuklinggau menerapkan 10 disiplin budaya
menyandang status orang-orang dewasa. malu yang dipasang di tiap dinding sekolah.
Sekolah merupakan miniatur masyarakat yang Adapun 10 disiplin budaya malu yaitu: (1) Malu
memiliki peran-peran yang cukup rumit dan datang terlambat; (2) Malu pulang lebih awal;
menerapkan pola-pola peraturan yang lebih (3) Malu terlalu sering izin; (4) Malu memakai
ketat. Tempat di mana proses pengajaran pakaian tidak sesuai peraturan; (5) Malu tidak
keterampilan dan macam-macam standar masuk kerja; (6) Malu bekerja tidak terprogram;
pengetahuan akan diserap dan dipahami oleh (7) Malu pekerjaan terbengkalai; (8) Malu
siswa untuk memainkan peran kehidupannya bekerja tanpa pertanggungjawaban; (9) Malu
pada jenjang kedewasaannya. Nilai-nilai budaya tempat kerja berantakan; dan (10) Malu tidak
sekolah perlu direncanakan agar terciptanya bertatakrama dan sopan santun.
hubungan yang baik antara guru dan siswa serta
sesame siswa yang ada dilingkungan SMA 2. Implementasi Budaya Sekolah
Negeri 4 Lubuklinggau. Nilai-nilai yang melandasi perilaku perlu
Untuk tradisi yang ada di SMA Negeri 4 di implementasikan menurut hasil wawancara
Lubuklinggau adalah bahwasanya di sekolah dengan dengan kepala sekolah, wakil kepala
tersebut siswa nya selalu bersilaturami sesama sekolah, guru, tata usaha mengambarkan budaya
dengan warga sekolah dengan cara berjabat sekolah disosialisasikan. Sosialisasi budaya
tangan atau bersalaman. Di sekolah tersebut sekolah dilakukan dalam vebtuk rapat dinas dan
setiap hari jumat selalu ada kegiatan rohis agar pajangan yang ditempel dilingkungan budaya
keimanan dan karakter siswa dapat tercapai. sekolah sehingga dapat dibaca seluruh warga
Tradisi yang ada di sekolah tersebut selalu sekolah di Lingkungan SMA Negeri 4
direncanakan oleh kepala sekolah agar budaya Lubuklinggau. Setiap nilai-nilai keagamaan
sekolah yang ada di SMA Negeri 4 ataupun nilai yang positif perlu diimplemen-
Lubuklinggau bisa tercapai. Hasil dari observasi tasikan yang dianut agar dapat menciptkan
yang diteliti oleh peneliti selama 2 minggu hubungan yang harmonis setiap warga sekolah
menunjukan bahwasa nya sekloah ini selalu tersebut agar tercapai proses pembelajaran yang
menerapkan tradisi yang dapat menciptakan bersifat kekeluargaan.
karakter siswa misalnya adanya kegiatan yang Tradisi yang ada di SMA Negeri 4
bisa meningkatkan keimanan siswa dalam hal ini Lubuklinggau perlu di implentasikan agar
setiap hari Jumat adanya kegiatan rohis, siswa Keimanan, ketakwaan, kejujuran dan kete-
perempuan disekilah ini bagi yang beragama ladanan dapat di implemntasikan. Keimanan
Islam di wajibkan memakai kerudung dan bagi yang ada dalam lingkungan sekolah dapat
siswa laki-laki setipa hari jumat bagi yang dibina dan ditumbuh kembangkan sesuai
beragama Islam di wajibkan memakai peci keyakinan masing-masing. Dengan keimanan
selain itu ada pengecualian bagi siswa yang diharapkan setiap peserta didik dapat membina
bukan beragama islam karena sekolah ini dirinya menjadi manusia yang berbudi pekerti
merupakan bukan sekolah madrasah. luhur. Selain itu ketaqwaan sebaiknya ditanam-
Kebiasaan yang ada disekolah tesebut kan sejak dini kepada peserta didik masuk
adalah untuk menunjang pengembangan budaya sekolah melalui berbagai kegiatan, karena pada
sekolah mengacu pada 5 prinsip yaitu : 1).Selalu dasarnya kualitas manusia ditentukan oleh
berorientasi pada pencapain tujuan; mengem- ketaqwaannya. Ketaqwaan merupakan cerminan
bangkan visi dengan jelas dan kandungannya dari nilai keimanan berupa perilaku yang
menjadi milik bersama. terwujud dalam menjalankan perintah dan
Untuk kebudayaan sekolah di SMA larangan agama.
Negeri 4 Lubuklinggau ini menurut hasil Kejujuran di sekolah juga perlu di
wawancara dengan kepala sekolah dan siswa implentasikan, sikap dan tindakan jujur
bahwa untuk siswi setiap hari wajib memakai bertanggungjawab harus diwujudkan dan
kerudung, dan selain itu juga setiap hari jumat ditumbuh kembangkan sehingga menjadi bagian
untuk siswa laki-laki wajib memakai peci. SMA dalam kehidupan sehari-hari. Baik yang
negeri 4 ini juga menerapkan 4S (Sapa, Senyum, berhubungan dengan Tuhan maupun diri sendiri
salam dan Sopan) sehingga sekolah ini bisa dan orang lain. Kejujuran dan perilaku tegas
membentuk karakter siswa sesuai dengna yang harus dilaksanakan. Selain itu juga
agama. keteladanan juga perlu di implentasikan agar
Neprializa, Manajemen Budaya Sekolah 423

dapat memberikan contoh melalui perbuatan dimaksud mewujud dalam sikap dan perilaku
atau tindakan nyata, karena keteladanan jauh nyata komunitas sekolah, sehingga menciptakan
lebih penting dari pada memberikan pelajaran warna kehidupan sekolah yang bisa dijadikan
secara verbal. Kepala sekolah dapat memberi cermin bagi siapa saja yang terlibat di dalamnya.
keteladanan kepada guru maupun pegawai dan Contoh sederhananya adalah kebiasaan murid
selanjutnya guru kepada peserta didik, demikian bersilaturahmi dengan warga sekolah dengan
pula kakak kelas kepada adik kelas. bersalaman atau berjabat tangan tangan dan
Kebiasaan yang ada disekolah tersebut rutinitas senam/olah raga pada Jumat di sekolah.
perlu di implentasikan dalam hal ini kebiasaan Untuk mengevaluasi nilai budaya sekolah dapat
mengacu pada yaitu Selalu berorientasi pada dilihat dari perilaku siswa dalam kegiatan
pencapain tujuan; mengembangkan visi dengan sehari-hari dilingkungan sekolah. Selain itu
jelas dan kandungannya menjadi milik bersama. pembinaan dan pengembangan budaya dan
Mengembangkan kerja sama yang baik antar lingkungan sekolah dilakukan secara terus
pendidik dalam interaksi formal maupun menerus. Dengan demikian implementasinya
informal. Bagi kepala sekolah aspek mana pun dimonitor, dipantau terus menerus untuk
kembali ke pemikiran awal yang menyatakan diketahui kendalanya dan faktor pendukungnya.
bahwa seluruh unsur kebudayaan berkembang Ini digunakan sebagai upaya untuk lebih
melalui proses belajar. Oleh karena itu inti dari memantapkan implementasinya.
pengembangan kultur adalah membangun Tradisi yang ada di SMA Negeri 4
hubungan yang baik, meningkatkan keamanan Lubuklinggau perlu di evaluasi agar Keimanan,
sekolah secara fisik maupun psBudaya ketakwaan, kejujuran dan keteladanan dapat di
merupakan norma, nilai, keyakinan, ritual, implemntasikan. Keimanan yang ada dalam
gagasan, tindakan, dan karya sebagai hasil lingkungan sekolah dapat dibina dan ditumbuh
belajar. Perubahan budaya mencakup proses kembangkan sesuai keyakinan masing-masing.
pengembangan norma, nilai, keyakinan, dan Dengan keimanan diharapkan setiap peserta
tradisi sekolah yang dipahami dan dipatuhi didik dapat membina dirinya menjadi manusia
warga sekolah yang dikembangkan melalui yang berbudi pekerti luhur. Selain itu
komunikasi dan interaksi sehingga mengukuh- ketaqwaan sebaiknya ditanamkan sejak dini
kan partisipasi. Untuk dapat mengubah budaya kepada peserta didik masuk sekolah melalui
sekolah memerlukan pemimpin inspiratif dan berbagai kegiatan, karena pada dasarnya kualitas
inovatif dalam mengembangkan perubahan manusia ditentukan oleh ketaqwaannya.
perilaku melalui proses belajar. Efektivitas Ketaqwaan merupakan cerminan dari nilai
perubahan budaya sekolah dapat terwujud keimanan berupa perilaku yang terwujud dalam
dengan mengembangkan sekolah sebagai menjalankan perintah dan larangan agama.
organisasi pembelajar melalui peran kepala Kejujuran di sekolah juga perlu di implentasi-
sekolah menjadi teladan dan mengembangkan kan, sikap dan tindakan jujur bertanggungjawab
budaya sekolah memerlukan ketekunan, harus diwujudkan dan ditumbuh kembangkan
keharmonisan, dan perjuangan tiada henti karena sehingga menjadi bagian dalam kehidupan
budaya di sekitar sekolah selalu berubah ke arah sehari-hari. Baik yang berhubungan dengan
yang tidak selalu sesuai dengan harapan sekolah. Tuhan maupun diri sendiri dan orang lain.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kejujuran dan perilaku tegas yang harus
kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, tata dilaksanakan. Selain itu juga keteladanan juga
usaha dan studi dokumentasi maka didapat perlu di implentasikan agar dapat memberikan
bahwa pelaksanaan budaya sekolah digolongkan contoh melalui perbuatan atau tindakan nyata,
dalam dua program yaitu program penataan karena keteladanan jauh lebih penting dari pada
lingkungan sekolah (utamanya fisik), dan memberikan pelajaran secara verbal. Kepala
program pengembangan lingkungan psikologis-, sekolah dapat memberi keteladanan kepada guru
sosial, kultural sekolah. maupun pegawai dan selanjutnya guru kepada
peserta didik, demikian pula kakak kelas kepada
3. Evaluasi Budaya Sekolah adik kelas. Semua ini dapat di evalusi melalui
Budaya sekolah adalah pengetahuan dan kegiatan dan sikap siswa di lingkungan sekolah
hasil karya cipta komunitas sekolah yang dengan menerpkan budaya sekolah yang sudah
berusaha ditransformasikan kepada peserta direncanakan dan di implementasikan tersebut.
didik, dan dijadikan pedoman dalam setiap Kebiasaan yang ada disekolah tersebut
tindakan komunitas sekolah. Pengetahuan perlu di evalusi dalam hal ini kebiasaan
424 Manajer Pendidikan, Volume 9, Nomor 3, Juli 2015, hlm. 419-429

mengacu pada yaitu selalu berorientasi pada ketat. Tempat di mana proses pengajaran
pencapain tujuan; mengembangkan visi dengan keterampilan dan macam-macam standar
jelas dan kandungannya menjadi milik bersama. pengetahuan akan diserap dan dipahami oleh
Mengembangkan kerja sama yang baik antar siswa untuk memainkan peran kehidupannya
pendidik dalam interaksi formal maupun pada jenjang kedewasaannya. Nilai-nilai budaya
informal. Kebiasaan-kebiasaan disekolah sekolah perlu direncanakan agar terciptanya
memang sebaiknya haruslah ditanamkan ketika hubungan yang baik antara guru dan siswa serta
siswa diterima menjadi siswa disekolah tersebut. sesame siswa yang ada dilingkungan SMA
Tujuan mengevaluasi budaya dan Negeri 4 Lubuklinggau.
lingkungan sekolah yaitu: (1) mengetahui Dalam tradisi disekolah selain dengan
ketercapaian target yang telah ditetapkan; (2) setiap datang dan pulang sekolah siswa
mengetahui target yang sudah dan belum mencium tangan guru (salam) yang dapat
tercapai; (3) mengetahui faktor penghambat memberikan tradisi yang baik antara lain
ketercapaian target; (4) mengetahui upaya yang penciptaan kondisi lingkungan yang kondusif
sudah dilakukan dalam rangka mengatas membutuhkan prasyarat tertentu, yang secara
kendala; (5) mengidentifikasi unsur rencana dan khusus harus dikelola oleh manajemen sekolah
pelaksanaan program yang perlu diperbaiki dan beserta dengan stakeholder sekolah lainnya.
dikembangkan sehingga diperoleh hasil yang Beberapa hal yang harus ada dalam penciptaan
lebih optimal untuk saat yang akan datang. lingkungan sekolah yang kondusif adalah:
a) Bangunan Sekolah yang Kokoh dan Sehat
Pembahasan Bangunan sekolah merupakan sarana
1. Perencanaan Budaya Sekolah utama untuk proses pembelajaran, bangunan
Budaya Sekolah sebagai lembaga sebagai wahana untuk pelaksanaan kegiatan
pendidikan formal, terdiri dari pendidik dan pendidikan perlu didesain sebaik mungkin dan
anak didik. Antara mereka telah terjadi dibangun sekokoh mungkin. Perencanaan
hubungan yang berlapis-lapis, baik antara murid pembangunan dilakukan dengan memperhatikan
dengan guru, murid dengan sesama murid serta kebutuhan ruang dan gerak peserta didik serta
murid dengan warga sekolah lainnya. Guru-guru kehandalan bahan yang digunakan. Usia
sebagai pendidik, dengan wibawanya dalam bangunan sekolah harus bisa ditetapkan secara
pergaulan membawa murid sebagai anak didik pasti agar tidak terjadi peristiwa sekolah roboh
ke arah kedewasaan. Memanfaatkan pergaulan yang bisa memakan korban. Untuk itu, maka
sehari-hari dalam pendidikan adalah cara yang spesifikasi bahan bangunan dan kehandalan
paling baik dan efektif dalam pembentukan bahan harus diperhatikan agar kekuatan gedung
pribadi dan dengan cara ini pula maka hilanglah sesuai dengan yang diperkirakan.
jurang pemisah antara guru dan anak didik. b) Lapangan Bermain
Hubungan murid dengan murid juga Lapangan bermain merupakan sarana
menunjukkan suasana yang edukatif. Sesama yang wajib ada di suatu lembaga pendidikan,
murid saling berkawan, berolahraga bersama mengingat subyek didik adalah anak-anak yang
dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, saling membutuhkan ruang gerak luas dalam rangka
mengajak dan diajak, saling bercerita, saling mengembangkan motorik dan psikomotor.
mendisiplinkan diri agar tidak menyinggung Lapangan memiliki fungsi yang beragam, di
perasaan teman sepergaulannya. Dalam antaranya sebagai tempat upacara bendera,
lingkungan sekolah seorang individu dihadapkan lapangan olah raga, sarana bermain.
pula pada pola orientasi kehidupan yang lebih c) Pepohonan Rindang
luas. Di mana perangkat-perangkat aktivitas Pepohonan yang rindang merupakan
tersebut tidak dia temui di dalam keluarga. bagian penting dari ekosistem kehidupan,
Secara prinsipiil melihat sekolah sebagai ruang produksi oksigen yang dilakukan pohon turut
terorganisasi yang di dalamnya terdapat peran- menentukan hidup dan matinya manusia dan
peran yang cukup kompleks maka seluruh siswa binatang. Kadar oksigen yang sedikit pada
telah balajar mengenal orientasi kehidupan manusia akan menyebabkan suplai darah ke otak
menuju pembelajaran dan persiapan untuk menjadi lambat, padahal nutrisi yang kita makan
menyandang status orang-orang dewasa. sehari-hari disampaikan oleh darah ke seluruh
Sekolah merupakan miniatur masyarakat yang tubuh kita. Karena itulah dibutuhkan banyaknya
memiliki peran-peran yang cukup rumit dan pohon rindang di lingkungan pekarangan
menerapkan pola-pola peraturan yang lebih sekolah dan lingkungan sekitar sekolah agar
Neprializa, Manajemen Budaya Sekolah 425

suplai oksigen tetap terjaga. Selain rasionalitas bisa diteladani oleh para peserta didik. Berikut
tersebut pepohonan dapat memberikan rasa ada beberapa aspek yang perlu ditumbuh-
sejuk, rasa indah dan nyaman bagi orang-orang kembangkan pembinaan lingkungan sekolah
yang ada dibawahnya. antara lain:
d) Sistem Sanitasi dan Sumur Resapan Air a) Keimanan
Sanitasi dan resapan air mulai menjadi Keimanan sangat mempengaruhi perilaku
permasalahan baru yang dihadapi kota-kota seseorang. Keimanan ini perlu dibina dan
besar, akibat sistem sanitasi yang tidak tertata ditumbuhkembangkan sesuai keyakinan masing-
dengan baik disertai dengan rendahnya resapan masing. Dengan keimanan diharapkan setiap
air akibat begitu banyaknya bangunan peserta didik dapat membina dirinya menjadi
mengakibatkan banjir. Salah satu upaya untuk manusia yang berbudi pekerti luhur.
mengatasi hal tersebut adalah memperbaiki b) Ketaqwaan
sistem sanitasi dan menciptakan sumur resapan Ketaqwaan sebaiknya ditanamkan sejak
di sekitar sekolah. Sumur resapan memiliki dini kepada peserta didik masuk sekolah melalui
fungsi beragam, selain dapat menyerap air berbagai kegiatan, karena pada dasarnya kualitas
hujan, sumur dapat digunakan untuk menam- manusia ditentukan oleh ketaqwaannya.
pung air yang dapat digunakan untuk memenuhi Ketaqwaan merupakan cerminan dari nilai
kebutuhan MCK sekolah. keimanan berupa perilaku yang terwujud dalam
e) Tempat Pembuangan Sampah menjalankan perintah dan larangan agama.
Sampah pada dasarnya sumber kekayaan c) Kejujuran
yang belum terkelola dengan baik, oleh sebagian Dalam berbagai hal sikap dan tindakan
masyarakat yang kreatif benda yang dianggap jujur bertanggungjawab harus diwujudkan dan
sampah bisa menjadi sumber mata pencaharian. ditumbuhkembangkan sehingga menjadi bagian
Untuk mengoptimalkan sampah maka perlu dalam kehidupan sehari-hari. Baik yang
disediakan tempat pembuangan sampah berhubungan dengan Tuhan maupun diri sendiri
berdasarkan jenis sampah. Sampah, plastik, dan orang lain. Kejujuran dan perilaku tegas
sampah kertas dan sampah organik perlu yang harus dilaksanakan.
dipisahkan agar memudahkan pada saat proses d) Keteladanan
pengolahan sampah. Sekolah sewajarnya Keteladanan adalah memberikan contoh
menjadi pionir dalam pengelolaan sampah, melalui perbuatan atau tindakan nyata, karena
sehingga anak yang sudah mahir mengelola keteladanan jauh lebih penting dari pada
sampah sekolah dapat mengaplikasikannya di memberikan pelajaran secara verbal. Kepala
lingkungan masyarakat. sekolah dapat memberi keteladanan kepada guru
f) Lingkungan Sekitar Sekolah yang maupun pegawai dan selanjutnya guru kepada
Mendukung peserta didik, demikian pula kakak kelas kepada
Lingkungan sekitar sekolah adalah adik kelas.
keadaan bangunan dan fasilitas umum yang ada e) Suasana Demokratis
di sekitar sekolah. Untuk mendapatkan Suasana sekolah haruslah suasana yang
lingkungan yang baik maka pemilihan tempat menunjukkan adanya kebebasan mengeluarkan
untuk bangunan sekolah harus melalui pendapat dan menghargai perbedaan sesuai
pertimbangan yang komprehensip. Pemerintah dengan sopan santun berdemokrasi. Adanya
juga diharapkan membantu menciptakan suasana demokrasi di lingkungan sekolah akan
lingkungan sekolah yang nyaman dengan cara memberi pengaruh pada pengembangan budi
tidak memberikan izin pembangunan mall pekerti saling menghargai dan saling
maupun pabrik di sekitar sekolah, mengatur arus memaafkan.
lalu lintas di jalan sekitar sekolah. f) Kepedulian
Keenam hal di atas merupakan sarana Kepedulian terwujud dengan sikap empati
fisik yang mendorong terciptanya lingkungan dan saling menasehati, saling memberitahukan,
sekolah kondusif, namun untuk menuju suatu saling mengingatkan, saling menyayangi dan
kondisi kondusif diperlukan juga dukungan saling melindungi sehingga setiap masalah dapat
moral dan atau etika. diatasi cepat dan mudah.
Dalam perencanaan budaya sekolah g) Keterbukaan
dalam kebiasaan biasanya Kepala sekolah, guru, Sistem manajemen yang terbuka akan
komite sekolah, yang notabene sudah dewasa menghilangkan sikap saling curiga berburuk
harus mampu memberikan contoh baik yang sangka dan menghilangkan fitnah. Hal ini
426 Manajer Pendidikan, Volume 9, Nomor 3, Juli 2015, hlm. 419-429

hendaklah dipraktikkan oleh kepala sekolah, Dalam proses pembelajaran yang terjadi
pegawai tata usaha, guru dan para peserta didik. dewasa ini kita sering terjebak pada pandangan
h) Kebersamaan bahwa yang dimaksud sumber belajar hanya
Kebersamaan ini diarahkan untuk sebatas kepada buku-buku, pendapat-pendapat
mempererat hubungan silaturahmi antar warga ahli, atau hasil laboratorium. Pandangan tersebut
sekolah sehingga terwujud suatu suasana memang tidak seratus persen salah namun telah
persaudaraan dalam tata hubungan sekolah yang mengenyampingkan keberadaan lingkungan
harmonis. yang pada dasarnya merupakan sumber dari
i) Keamanan segala sumber belajar. Semiawan (1989:96)
Keamanan merupakan modal pokok untuk mengemukakan sebenarnya kita sering
menciptakan suasana sekolah yang harmonis melupakan sumber belajar di sekitar kita, baik di
dan menyenangkan. Warga sekolah harus lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan
proaktif mengantisipasi dan mengatasi segala sekolah. Betapa pun kecil atau terpencil suatu
bentuk gangguan dari luar dan dalam lingkungan sekolah sekurang-kurangnya memiliki empat
sekolah. Keamanan menjadi tanggungjawab jenis kekayaan yang sangat bermanfaat, yaitu:
bersama seluruh warga sekolah. a) Masyarakat desa atau kota di sekeliling
j) Ketertiban sekolah
Dalam segala hal di sekolah ketertiban b) Lingkungan fisik di sekitar sekolah
adalah suatu kondisi yang mencerminkan c) Bahan sisa yang tidak terpakai dan barang
keharmonisan dan keteraturan dalam pergaulan bekas yang terbuang, yang dapat
antar warga sekolah. Ketertiban tidaklah tercipta menimbulkan pencemaran lingkungan,
dengan sendirinya melainkan harus diupayakan namun apabila kita olah dapat bermanfaat
oleh setiap warga sekolah. sebagai sumber dan alat bantu belajar
k) Kebersihan mengajar.
Suasana bersih, rapi dan menyegarkan d) Peristiwa alam dan peristiwa yang terjadi di
secara berkelanjutan akan memberi kesan masyarakat cukup menarik perhatian
menyenangkan bagi warga sekolah. Kebersihan peserta didik, ada peristiwa yang tidak dapat
meliputi fisik dan psikis, jasmani dan batin. dipastikan akan berulang kembali jangan
l) Kesehatan lewatkan peristiwa itu tanpa ada catatan
Kesehatan menyangkut aspek fisik dan pada buku atau alam pikiran peserta didik.
psikis, dan ini harus diupayakan dan dibangun Pendapat tersebut nampaknya telah
oleh seluruh warga sekolah. mampu mengingatkan para pendidik, bahwa
m) Keindahan yang dimaksud sumber belajar tidak hanya
Lingkungan sekolah, ruang kantor, ruang terbatas pada buku referensi, hasil penelitian
guru, ruang kelas, perpustakaan, halaman, kebun atau uji laboratorium saja. Alam sekitar sekolah
dan taman sekolah yang rapi dan indah terkesan dapat dijadikan sebagai sumber belajar yang
menyenangkan dan seni. Keindahan sekolah akan memberikan pengetahuan serta
harus diciptakan dan dijaga terus menerus oleh pemahaman lebih komprehensif bagi peserta
warga sekolah agar tidak sirna sehingga iklim didik.
sekolah selalu menjadi segar, tetap aktif dan
menyenangkan. 2. Implementasi Budaya Sekolah
n) Sopan santun Untuk mengethui implemntasi budaya
Sopan santun adalah sikap dan perilaku sekolah ini peneliti mengobservasi di SMA
sesuai dengan adat istiadat atau norma-norma Negeri 4 Lubuklinggau dengan di damping oleh
yang berlaku di masyarakat dalam hubungannya kepala sekolah dan 2 orang guru. Dalam
dengan diri sendiri, keluarga, sekolah dan penelitian ini siswa mengimplentasikan setiap
masyarakat. budaya sekolah yang telah direncanakan oleh
Simbol yang di praktikan dalam pihak sekolah.
perencanaan budaya sekolah adalah interaksi Dalam Panduan Pembinaan Pendidikan
antara manusia dengan alam atau peristiwa alam Karakter melalui Pengembangan Budaya
yang terjadi. Dapat dipastikan bahwa lingkungan Sekolah di SMA Negeri 4 Lubuklinggau ada
merupakan sumber utama proses belajar. beberapa prinsip pengembangan budaya sekolah
Interaksi antara manusia dan alam di sekitarnya dasar. Pertama, berkelanjutan, artinya pengem-
yang selanjutnya menghasilkan ilmu bangan dan pembinaan karakter dilakukan
pengetahuan. secara terus menerus dalam jangka waktu yang
Neprializa, Manajemen Budaya Sekolah 427

panjang. Proses tersebut mulai dari perencanaan, sekolah wajib membaca buku sebelum kegiatan
sosialisasi, pelaksanaan pengembangan dan belajar mengajar dimulai selain itu juga di
evaluasi, secara bersiklus. Siklus tersebut dilalui sekolah ini menerpkan tradisi doa ketika mulai
sekolah dalam upaya pengembangan dan belajar dan sesudah proses belajar mengajar
pembinaan budaya sekolah agar tercipta berakhir, tradisi yang lain adanya baris ketika
implementasi budaya sekolah secara benar dan mau masuk kelas.
terinternalisasi. Selain itu pandangan lain menyebutkan
Kedua, terpadu. Pengembangan dan bahwa upaya pengembangan budaya sekolah
pembinaan budaya sekolah dilakukan secara seyogyanya mengacu kepada beberapa prinsip
terintegrasi dengan seluruh aktifitas sekolah. sebagai berikut: (1) berfokus pada visi, misi dan
Semua manajemen sekolah yang terdiri atas tujuan sekolah; (2) penciptaan komunikasi
manajemen kurikulum dan pembelajaran, formal dan informal; (3) inovatif dan bersedia
peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, mengambil resiko: (4) memiliki strategi yang
hubungan sekolah dan masyarakat, pembiayaan; jelas; (5) berorientasi kinerja; (6) sistem evaluasi
semuanya dirancang dan diarahkan agar yang jelas; (7) memiliki komitmen yang kuat;
kondusif bagi penyemaian dan pengembangan (8) keputusan berdasarkan konsensus; (9) sistem
karakter peserta didik. imbalan yang jelas; dan (10) evaluasi diri
Ketiga, konsistensi. Seluruh aktifitas (Depdiknas, 2007).
pendidik dan tenaga kependidikan konsisten Perlu adanya pengimplementasian dalam
dalam pengembangan dan pembinaan budaya kebiasaan berorientasi pada pencapain tujuan;
sekolah. Semua warga sekolah harus mengim- mengembangkan visi dengan jelas dan
plementasikan nilai-nilai positif dalam ucapan, kandungannya menjadi milik bersama.
sikap dan perilaku. Misalnya sikap jujur, adil, Mengembangkan kerja sama yang baik antar
terbuka, menghargai perbedaan pendapat, sopan pendidik dalam interaksi formal maupun
santun, gemar membaca, gemar menulis, informal, agar tercapainya visi dan misi serta
bersikap ilmiah, rendah hati, empati, disiplin, indicator yang ada disekolah.
dan hemat. Sumber belajar tidak hanya sebatas
Keempat, implementatif. Nilai budaya kepada buku-buku, pendapat-pendapat ahli, atau
sekolah tidak hanya dipajang melalui poster, hasil laboratorium namun juga keberadaan
pemberian ceramah atau pengarahan, pemberian lingkungan yang pada dasarnya merupakan
penjelasan lewat berbagai mata pelajaran, sumber dari segala sumber belajar. Semiawan
namun harus diimplementasikan berupa ucapan, (1989:96) mengemukakan sebenarnya kita
sikap, dan perilaku seluruh warga sekolah. Hal sering melupakan sumber belajar di sekitar kita,
bisa dilakukan melalui keteladanan dan baik di lingkungan sekolah maupun di luar
pemberian lingkungan yang kondusif terhadap lingkungan sekolah. Di SMA Negeri 4
penciptaan budaya positif di sekolah. Lubuklinggau setiap budaya yang ada disekolah
Kelima, menyenangkan. Suasana yang tersebut semua warga sekolahnya wajib
menyenangkan adalah bebas dari rasa takut, menerpakannya agar terciptanya lingkungan
tertekan dan terpaksa. Dengan suasana yang yang baik serta interaksi yang baik pula sesama
menyenangkan mereka menerapkan budaya warga sekolahnya sehingga tercapainya proses
dalam perilaku sehari-hari dengan penuh rasa pembelajaran yang nyman sehingga terbentuk-
tangung jawab dan dengan kesadarannya sendiri. nya karakter siswa dapat tercapai sesuai yang
Prinsip menyenangkan dapat diterapkan pada diharapkan oleh pihak sekolah untuk
saat jam istirahat, dalam kegiatan mewujudkan visi dan misi sekolah.
ekstrakurikuler, dan kegiatan di kelas yang
diciptakan guru. 3. Evaluasi Budaya Sekolah
Dalam pengimplentasian tradisi yang ada Budaya sekolah adalah pengetahuan dan
di SMA Negeri 4 Lubuklinggau warga sekolah hasil karya cipta komunitas sekolah yang
menerpakan tradisi yang ada di SMA Negeri 4 berusaha ditransformasikan kepada peserta
dengan menerapkan aturan-aturan yang didik, dan dijadikan pedoman dalam setiap
diberikan oleph pihak sekolah. Misalnya tradisi tindakan komunitas sekolah. Pengetahuan
memakai kerudung bagi siswa perempuan, dimaksud mewujud dalam sikap dan perilaku
tradisi membuang sampah pada tempatnya, nyata komunitas sekolah, sehingga menciptakan
tradisi membaca 15 menit sebelum pelajaran warna kehidupan sekolah yang bisa dijadikan
dimulai, jadi setiap pagi siswa, guru dan kepala cermin bagi siapa saja yang terlibat di dalamnya.
428 Manajer Pendidikan, Volume 9, Nomor 3, Juli 2015, hlm. 419-429

Contoh sederhananya adalah kebiasaan murid contoh melalui perbuatan atau tindakan nyata,
mencium tangan guru dan rutinitas senam/olah karena keteladanan jauh lebih penting dari pada
raga pada hari Jumat di sekolah, kegiatn rohis, memberikan pelajaran secara verbal. Kepala
Untuk mengevaluasi nilai budaya sekolah dapat sekolah dapat memberi keteladanan kepada guru
dilihat dari perilaku siswa dalam kegiatan maupun pegawai dan selanjutnya guru kepada
sehari-hari dilingkungan sekolah. Selain itu peserta didik, demikian pula kakak kelas kepada
pembinaan dan pengembangan budaya dan adik kelas. Semua ini dapat di evalusi melalui
lingkungan sekolah dilakukan secara terus kegiatan dan sikap siswa di lingkungan sekolah
menerus. Dengan demikian implementasinya dengan menerpkan budaya sekolah yang sudah
dimonitor, dipantau terus menerus untuk direncanakan dan di implementasikan tersebut.
diketahui kendalanya dan faktor pendukungnya. Kebiasaan yang ada disekolah tersebut
Ini digunakan sebagai upaya untuk lebih perlu di evalusi dalam hal ini kebiasaan
memantapkan implementasinya. Namun mengacu pada yaitu selalu berorientasi pada
demikian, dalam konteks ini, pengembangan pencapain tujuan; mengembangkan visi dengan
Budaya Sekolah minimal mengandung lima (5) jelas dan kandungannya menjadi milik bersama.
nilai karakter yang harus dimiliki oleh para Mengembangkan kerja sama yang baik antar
siswa, yaitu: (1) beriman dan bertaqwa, (2) cinta pendidik dalam interaksi formal maupun
tanah air, (3) memiliki wawasan luas dan informal. Kebiasaan-kebiasaan di sekolah
terampil, (4) hidup sehat, bersih, dan rapi, dan memang sebaiknya haruslah ditanamkan ketika
(5) tanggung jawab, tangguh, jujur, disiplin, dan siswa diterima menjadi siswa disekolah tersebut.
peduli. Kelima nilai karakter yang harus Simbol-simbol yang dipraktikan oleh
diprioritaskan dalam pengembangan budaya kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru dan
sekolah sebagai perekat dalam Manajemen siswa adalah setiap ruangan adanya iklan yang
Sekolah, PAKEM, dan PSM dapat merujuk pada bertulisan 4S (Sapa, Senyum, salam dan Sopan)
indikator dan deskripsi lulusan SMA Negeri 4 sehingga sekolah ini bisa membentuk karakter
Lubuklinggau. Dari uraian diatas maka dapat siswa sesuai dengan agama. Untuk mengevalusi
disimpulkan bahwasanya nilai-nilai yang ini dapat dilihat dari kebiasaan siswa di
dimiliki siswa dapat di evaluasi melalui sikap lingkungan sekolah tersebut dengan menerapkan
dan tingkah laku siswa terhadap kegiatannya yang terlah diterapka oleh pihak sekolah sesuai
sehari-hari pada saat disekolah. dengan aturan yang ada di SMA Negeri 4
Tradisi yang ada di SMA Negeri 4 Lubuklinggau.
Lubuklinggau perlu di evaluasi agar Keimanan, Tujuan mengevaluasi budaya dan
ketakwaan, kejujuran dan keteladanan dapat di lingkungan sekolah yaitu: (1) mengetahui
implemntasikan sesuai Keimanan yang ada ketercapaian target yang telah ditetapkan; (2)
dalam lingkungan sekolah dapat dibina dan mengetahui target yang sudah dan belum
ditumbuh kembangkan sesuai keyakinan tercapai; (3) mengetahui faktor penghambat
masing-masing. Dengan keimanan diharapkan ketercapaian target; (4) mengetahui upaya yang
setiap peserta didik dapat membina dirinya sudah dilakukan dalam rangka mengatas
menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur. kendala; (5) mengidentifikasi unsur rencana dan
Selain itu ketaqwaan sebaiknya ditanamkan pelaksanaan program yang perlu diperbaiki dan
sejak dini kepada peserta didik masuk sekolah dikembangkan sehingga diperoleh hasil yang
melalui berbagai kegiatan, karena pada dasarnya lebih optimal untuk saat yang akan datang.
kualitas manusia ditentukan oleh ketaqwaannya. Budaya sekolah selalu di evaluasi agar
Ketaqwaan merupakan cerminan dari nilai proses pembelajaran dapat tercapai selain itu
keimanan berupa perilaku yang terwujud dalam juga berhasil tidaknya penerapan budaya sangat
menjalankan perintah dan larangan agama. terkait erat dengan bagaimana budaya itu
Kejujuran di sekolah juga perlu di implentasi- dikelola. Dan pengelolaan itu akan berjalan
kan, sikap dan tindakan jujur bertanggungjawab dengan baik jika ada pemahaman yang
harus diwujudkan dan ditumbuh kembangkan komprehensif terhadap konsep budaya sekolah
sehingga menjadi bagian dalam kehidupan ini. SMA Negeri 4 Lubuklinggau budaya
sehari-hari. Baik yang berhubungan dengan sekolah menciptakan suasana keagamaan ini
Tuhan maupun diri sendiri dan orang lain. dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:
Kejujuran dan perilaku tegas yang harus (1) Mengajak agar seluruh warga sekolah
dilaksanakan. Selain itu juga keteladanan juga bersikap dan berperilaku sesuai dengan ajaran
perlu di implentasikan agar dapat memberikan Islam, (2) Menciptakan hubungan yang Islami
Neprializa, Manajemen Budaya Sekolah 429

dalam bentuk rasa saling toleransi, (3) karakter warga sekolahnya sesuai dengan
Menyediakan sarana pendidikan yang budaya sekolah yang telah direncanakan.
diperlukan dalam menunjang terciptanya ciri Dengan demikian pengelolaan itu akan
khas agama Islam, (4) Melakukan berbagai berjalan dengan baik jika ada pemahaman yang
kegiatan yang dapat mencerminkan suasana komprehensif terhadap konsep budaya sekolah
keagamaan. ini. SMA Negeri 4 Lubuklinggau budaya
sekolah menciptakan suasana keagamaan ini
SIMPULAN DAN SARAN dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:
Simpulan (1) Mengajak agar seluruh warga sekolah
Dari hasil analisis data dan pembahasan bersikap dan berperilaku sesuai dengan ajaran
dapat disimpulkan bahwa manajemen budaya Islam, (2) Menciptakan hubungan yang Islami
sekolah dalam penelitian digolongkan menjadi dalam bentuk rasa saling toleransi, (3)
dua yaitu program penataan lingkungan sekolah Menyediakan sarana pendidikan yang
(utamanya fisik), dan program pengembangan diperlukan dalam menunjang terciptanya ciri
lingkungan psikologis, social, cultural sekolah. khas agama Islam, (4) Melakukan berbagai
Asil penelitian ini antara lain adalah : kegiatan yang dapat mencerminkan suasana
Pertama, Perencanaan Budaya Sekolah keagamaan.
yang meliputi nilai yang dianut budaya sekolah,
tradisi, kebiasaan, symbol-simbol yang Saran
dipraktikan oleh kepala sekolah, wakil kepala Berdasarkan kesimpulan dari hasil
sekolah guru dan siswa haruslah direncanakan penelitian yang telah penelti lakukan di SMA
agar dapat memanfaatkan pergaulan sehari-hari Negeri 4 Lubuklinggau, maka peneliti
dalam pendidikan. Cara yang paling baik dan memberikan beberapa saran antara lain:
efektif dalam pembentukan pribadi dan dengan diharapkan kepala sekolah dapat menciptakan,
cara ini pula maka hilanglah jurang pemisah merencanakan, mengimplementasi dan meng-
antara guru dan anak didik. Hubungan murid evaluasi serta selalu menerapkan nilai-nilai,
dengan murid juga menunjukkan suasana yang kebiasaan, tradisi dan symbol-simbol yang ada
edukatif. Sesama murid saling berkawan, disekolah untuk diterpkan dan di implentasikan
berolahraga bersama dengan ketentuan- kepada seluruh warga sekolahnya agar dapat
ketentuan yang berlaku, saling mengajak dan membentuk karakter siswa sesuai dengan
diajak, saling bercerita, saling mendisiplinkan penerapan manajmen budaya sekolah.
diri agar tidak menyinggung perasaan teman
sepergaulannya. Implementasi Budaya Sekolah.
Kedua, implementasian budaya Sekolah DAFTAR RUJUKAN
yang meliputi nilai yang dianut budaya sekolah,
tradisi, kebiasaan, simbol-simbol yang Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian
dipraktikan oleh kepala sekolah, wakil kepala Suatu pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
sekolah guru dan siswa perlu diimplemnetasikan Cipta
agar dapat menciptkan hubungan yang harmonis Departemen Pendidikan Nasional. 2003.
setiap warga sekolah tersebut agar tercapai Undang – Undang Republik Indonesia No
proses pembelajaran yang bersifat kekeluargaan 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan
selain itu agar Keimanan, ketakwaan, kejujuran Nasional. Bandung: Citra Umbara
dan keteladanan dapat tercapai. Departemen Pendidikan Nasional. 2004.
Ketiga, evalusi budaya Sekolah yang Pedoman Pembelajaran Tuntas. Jakarta:
meliputi nilai yang dianut budaya sekolah, Depdiknas
tradisi, kebiasaan, simbol-simbol yang Margono 2010. Metodologi Penelitian
dipraktikan oleh kepala sekolah, wakil kepala Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
sekolah guru dan siswa agar dapat mengetahu

Anda mungkin juga menyukai