Anda di halaman 1dari 21

PROGRAM BUDAYA SEKOLAH DALAM PEMBENTUKAN PERILAKU

DISIPLIN SISWA DI SMA N 1 NGEMPLAK

Krishna Adi Setiawan, Nurhadi, dan Abdul Rahman

Pendidikan Sosiologi Antropologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Krishnaadiii1995@gmail.com

Abstrak

Pembentukan perilaku disiplin di SMA N 1 Ngemplak terbentuk atas kesatuan


peran struktur atas program budaya sekolah. Siswa sebagai subjek dapat
memberikan pengaruh dalam kehidupan disekolah terutama dalam hal perilaku
siswa salah satunya perilaku disiplin. Namun pembentukan perilaku disiplin yang
menjadikan siswa sebagai objek dari program budaya yang membentuk perilaku
yang bersifat luaran dan belum dapat diterapkan secara penuh di lingkungan
keluarga dan masyarakat. Dalam analisa teori habitus, perilaku disiplin terbentuk
bukan hanya sekedar refleksi dari apa yang terjadi dari struktur sosial dan struktur
marerial yang terdapat dalam program budaya sekolah saja. Peran sekolah melalui
strategi atau cara pelaksanaan memiliki pengaruh yang signifikan. Kesatuan peran
dan struktur dalam program budaya dapat membangkitkan praktik siswa dan
membentuk habitus atas perilaku disiplin siswa. Disamping itu, habitus atas
perilaku disiplin siswa dapat membantu mempersatukan maupun membangkitkan
praktik pada kondisi-kondisi objektif yang menstruktur pada kesadaran siswa.

Kata kunci : Program Budaya, Perilaku Disiplin, Habitus

Abstract

The formation of disciplinary behavior at SMA N 1 Ngemplak was formed on the


unity of the role of structure in the school's cultural program. Students as subjects
can exert influence in school life, especially in terms of student behavior, one of
which is disciplinary behavior. However, the formation of disciplinary behavior
that makes students the object of cultural programs that shape behavior that is
external and cannot be fully applied in the family and community. In the analysis
of habitus theory, disciplinary behavior is formed not only a reflection of what
happens from the social structure and marerial structure contained in school
culture programs. The role of schools through strategies or ways of implementation
has a significant effect. The unity of roles and structures in a cultural program can
awaken student practice and shape the habits of student disciplinary behavior. In
addition, the habits of student disciplinary behavior can help unite and awaken
practices in structured objective conditions in student awareness.

Keywords: Culture Program, Disciplinary Behavior, Habitus


Pendahuluan nilai dan norma yang terwujud dalam
aturan sekolah, membuat sekolah
Sekolah merupakan lembaga
dirasa perlu untuk menjaga dan
pendidikan formal yang disadari
mewujudkan nilai – nilai luhur dan
masyarakat memiliki pengaruh besar
norma yang ada menjadi sebuah
dalam perkembangan siswa.
kultur atau budaya sekolah baik yang
Perkembangan siswa perlu mendapat
berpengaruh bagi semua warga
perhatian lebih terutama dalam
sekolah khususnya pada siswa.
kesiapan siswa beradaptasi dengan
lingkungan belajar dan lingkungan Budaya sekolah merupakan
sosialnya. Dalam Undang-undang sebuah hasil dari nilai, perilaku, dan
Nomor 20 tahun 2017 diijelaskan kebiasaan yang ada di sekolah yang
mengenai nilai – nilai pengembangan diyakini, dijaga dan dipertahankan
karakter siswa yang dapat dijadikan oleh semua warga sekolah. Budaya
pedoman sekolah yaitu: (1) Jujur, (2) sekolah yang ada dapat memberikan
Toleran, (3) Disiplin, (4) Kerja keras, pengaruh yang penting bagi sekolah
(5) Kreatif, (6) Mandiri, (7) tidak hanya dalam meningkatkan
Demokratis, (8) Rasa Ingin Tahu, (9) kualitas sekolah namun juga suasana
Semangat Kebangsaan, (10) Cinta sekolah dalam menjalankan system
Tanah Air, (11) Menghargai Prestasi, pendidikan di sekolah. Terbentuknya
(12) Bersahabat/Komunikatif, (13) budaya sekolah yang baik diperlukan
Cinta Damai, (14) Gemar Membaca, kemampuan sekolah yang baik pula.
(15) Peduli Lingkungan, (16) Peduli Budaya sekolah yang berisi nilai-nilai
Sosial.(Puskur. Pengembangan dan luhur dan kebiasaan-kebiasaan baik
Pendidikan Budaya & Karakter dapat memberikan pengaruh dalam
Bangsa: Pedoman Sekolah. 2009: 9- pembentukan perilaku disiplin siswa.
10). Tugas dan tanggung jawab (Zamroni, 2011: 99). Dengan
sekolah tidak hanya mendidik siswa demikian sekolah perlu menjadikan
dalam ranah kognitif namun sekolah budaya sekolah yang ada untuk
juga memiliki dalam hal sikap dan diwujudkan melalui pratik – praktik
perilaku siswa dengan pembinaan nyata supaya nilai yang terkandung
sikap dan perilaku siswa. Di sekolah, didalam budaya sekolah juga dapat
terwujud dalam tindakan nyata salah tujuan untuk menjadikan siswa
satunya melalui program budaya berprestasi dan berkarakter. Maka,
sekolah. pembentukan perilaku disiplin siswa
melalui program budaya sekolah
Program budaya yang berasal
sangat penting untuk dapat
dari budaya sekolah yang ada
diwujudkan oleh sekolah. Selain
diharapkan dapat membentuk sikap
untuk siswa, hal ini juga dapat
dan perilaku siswa baik di sekolah
memberikan citra pandangan
maupun di lingkungan sekitarnya.
terhadap sekolah dalam memberikan
namun hal ini akan tidak terwujud
pendidikan terhadap siswa.
tanpa adanya sikap dan perilaku
disiplin oleh semua warga sekolah Hasil observasi yang
khususnya siswa. Sikap dan perilaku dilakukan peneliti di SMA N 1
disiplin merupakan hal yang harus Ngemplak, menyebutkan bahwa
dimiliki oleh setiap orang untuk SMA N 1 Ngemplak merupakan
mencapai sebuah tujuan. Menurut sekolah yang memiliki program
nawawi (1998: 222) Perilaku disiplin budaya sekolah. Program budaya
yang dimiliki seseorang dipercayai sekolah diterapkan sebagai
dapat menjadikan bekal dalam pembentukan sikap dan perilaku
mencapai sebuah cita-cita yang semua warga sekolah khususnya pada
diharapkan. Sikap dan perilaku siswa. Pada observasi, peneliti
disiplin perlu ditanamkan agar menemukan salah satu sikap dan
seseorang memiliki pandangan dan perilaku yang diharapkan melalui
arah yang jelas dalam mencapai program budaya sekolah adalah sikap
tujuaanya. dan perilaku disiplin. Selain itu, pada
wawancara awal peneliti
Dalam system pendidikan di
mendapatkan pernyataan dari salah
sekolah, setiap warga sekolah perlu
satu pihak sekolah bahwa program
memiliki sikap dan perilaku disiplin.
budaya berjalan dengan baik salah
Tujuannya adalah agar warga sekolah
satunya dengan adanya sikap dan
dapat mendukung dan mewujudkan
perilaku disiplin yang mulai tertanam
secara nyata tujuan sekolah khusunya
seperti disiplin waktu, disiplin bersih
dan lain sebagainya. Hal itu Kajian Pustaka
diharapkan agar apa yang dilakukan
1. Budaya Sekolah
siswa di sekolah juga dapat
diterapkan dilingkungan sekitarnya. Budaya dalam kamus besar

Namun pada kenyataan dilapangan Bahasa Indonesia didefinisikan

peneliti menemukan sebuah masalah sebagai pikiran, akal, budi, atau

bahwa masih di temukan siswa yang kebiasaan. (Departemen Pendidikan

melakukan tindakan tidak disiplin dan Kebudayaan, 2005). Budaya

seperti masih adanya sampah di merupakan kebiasaan yang terdiri

kantin, siswa yang tidak disiplin dari hubungan – hubungan atas

belajar, siswa yang nongkrong setelah kesatuan keyakinan dan harapan yang

pulang sekolah. Berdasarkan fakta diberikan oleh seluruh anggota

yang ditemukan peneliti menarik organisasi. (Syaiful, 2008). Selain itu,

untuk meneliti bagaimana sekolah Hofstede mengemukakan budaya

menanamkan nilai – nilai disiplin merupakan nilai – nilai dan

pada siswa agar siswa dapat memiliki kepercayaan yang memberikan orang

sikap dan perilaku disiplin yang dapat sebuah cara pandang terprogram.

diterapkan dilingkungan sekitarnya. (Khaerul, 2012). Budaya


sekolah merupakan suatu system
Dari penjelasan mengenai
nilai, kepercayaan dan aturan – aturan
perilaku disiplin yang diwujudkan
yang diyakini dan dilaksanakan
melalui program budaya sekolah
secara sadar sebagai perilaku yang
diatas, menjadikan program budaya
dibentuk dari lingkungan sekolah.
sekolah di SMA N 1 Ngempak
Budaya sekolah dapat dikatakan
menarik untuk diteliti. Maka, peneliti
sebagai sebuah bentuk kepribadian
tertarik untuk mengetahui bagaimana
sekolah yang membedakan sekolah
program budaya sekolah dalam
satu dengan yang lain dalam hal peran
pembentukan perilaku disiplin siswa
dalam melaksanakan perannya atas
melalui penelitian yang berjudul
nilai, kepercayaan, norma dari budaya
“Program Budaya Sekolah dalam
sekolah tersebut. Budaya sekolah
Membentuk Perilaku Disiplin Siswa
memiliki karakteristik beragam.
di SMA N 1 Ngemplak”
Perbedaan karakteristik ini Tanah Air, (11) Menghargai Prestasi,
dipengaruhi atas kondisi masing – (12) Bersahabat/Komunikatif, (13)
masing sekolah baik dari segi visi dan Cinta Damai, (14) Gemar Membaca,
misi, tantangan, permasalahan, (15) Peduli Lingkungan, (16) Peduli
hingga kualitas sumber daya manusia Sosial. (Puskur. Pengembangan dan
didalamnya. Budaya sekolah dapat Pendidikan Budaya & Karakter
memberikan gambaran sekolah Bangsa: Pedoman Sekolah. 2009:9-
diantaranya kualitas belajar, bekerja, 10). Dalam undang – undang tersebut
lingkungan, interaksi warga sekolah, merupakan nilai – nilai yang dapat
dan susasana akademik sebagai dikembangkan sekolah dalam
keunggulan, keunikan, dan daya saing terciptanya budaya sekolah.
sekolah. (KEMENDIKBUD, 2018). Terbentuknya budaya sekolah dapat
Dengan kata lain, Budaya sekolah dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan
mencerminkan kultur sekolah yang kepala sekolah, Kondisi lingkungan
ada seperti tatanan nilai – nilai yang sekolah, maupun lingkungan luar
berkembang serta kehidupan sekolah. sekolah seperti pengaruh dari
masyarakat dan persaingan terhadap
Pada tahun 2017, pemerintah
sekolah lain.
juga melakukan upaya dalam
mengatasi masalah penerapan 2. Program Budaya Sekolah
pendidikan karakter dengan Program budaya sekolah
menetapkan Undang-undang Nomor merupakan suatu bentuk tindakan
20 tahun 2017 sebagai pedoman sekolah yang terencana dalam hal
dalam Penanaman Pendidikan konsep maupun dalam hal
karakter. Dalam Undang – undang pelaksanaan melalui program –
tersebut dijelaskan mengenai nilai – program yang didasarkan pada
nilai sebagai pedoman pengembangan budaya sekolah yang ada. Program –
karakter siswa di antaranya : (1) Jujur, program yang ada merupakan sebuah
(2) Toleran, (3) Disiplin, (4) Kerja tindakan nyata dari budaya sekolah
keras, (5) Kreatif, (6) Mandiri, (7) yang ada yang tersusun atas visi, misi,
Demokratis, (8) Rasa Ingin Tahu, (9) nilai, norma, dan lain sebagainya
Semangat Kebangsaan, (10) Cinta yang dilaksanakan oleh semua warga
sekolah khususnya oleh siswa. Dalam secara nyata dilingkungan sekolah
pelaksanaan program budaya sekolah, terutama soal karakter siswa. Melalui
unsur – unsur dalam sekolah program budaya sekolah inilah, siswa
diperlukan untuk terlaksananya diberikan sebuah akses untuk
program yang dijalankan. Dalam hal mempraktikkan hasil dalam kelas
ini, setiap unsur baik kepala sekolah, kemudian diterapkan didalam kelas
guru, staf dan siswa perlu membentuk dan lingkungan sekitar tempat
sinergi yang baik. Hal ini tinggalnya.
dilatarbelakangi bahwa program
Pelaksanaan program budaya
budaya sekolah merupakan program
sekolah memiliki ikatan erat dengan
umum yang perlu diusahakan oleh
objek dan subjek dalam program
semua warga sekolah.
budaya sekolah yang dilaksanakan.
Program budaya sekolah Pelaksanaan program budaya yang
memiliki tujuan dalam menjaga dan baik memerlukan sebuah
mengimplementasikan budaya kesinambungan antara perencanaan,
sekolah secara nyata. Program yang pelaksanaan dan hasil. Sehingga efek
ada disusun secara matang dan yang ditimbulkan akan memberikan
memiliki tujuan tertentu pada semua efek positif bagi semua warga
warga sekolah salah satunya adalah sekolah. Dalam pelaksanaan program
mengimplementasikan visi dan misi budaya sekolah semua warga
sekolah. Selain itu program budaya memiliki keterlibatan penuh
sekolah juga memiliki tujuan yang melaksanakan program budaya
dalam rangka memajukan kualitas sekolah baik kepala sekolah sebagai
sumber daya manusia terutama siswa pemimpin dan penggerak, guru
yang sedang menempuh proses sebagai pengajar yang memberikan
belajar di sekolah. Dalam proses teladan, dan siswa sebagai subjek
belajar mengajar, siswa diberi yang melaksanakan pendidikan dan
pengetahuan secara kognitif, afektif, sebagai subjek utama. Keterlibatan
dan psikomotorik didalam kelas. yang ada inilah sesuai dengan
Namun hal tersebut belum pedoman pelaksanaan PPK berbasis
menunjukan seberapa jauh perilaku
budaya sekolah oleh Perilaku disiplin merupakan
KEMENDIKBUD pada tahun 2018. sebuah tindakan atau aktivitas yang
dilakukan seseorang maupun
Para guru dan siswa SMA N 1
kelompok berdasarkan nilai – nilai
Ngemplak telah, sedang dan akan
disiplin. Perilaku disiplin muncul
terus melaksanakan program budaya
dalam diri seseorang pastinya
sekolah sebagai upaya membentuk
membutuhkan waktu yang panjang
perilaku siswa yang memiliki disiplin
dan pembelajaran yang panjang pula
tinggi sebagai bagian dari kepribadian
mulai dari segi kesadaran sikap
dari saat belajar sampai saat bekerja.
hingga terwujud dalam sebuah
3. Perilaku Disiplin tindakan seseorang. Perilaku disiplin

Disiplin merupakan sesuatu perlu sejak dini ditanamkan dalam

yang berkaitan dengan pengendalian diri seseorang. Hal ini dipengaruhi

diri seseorang terhadap aturan – bahwa semakin bertambahnya usia

aturan yang ada di lingkungannya. seseorang maka lingkungan yang

(Suharsini,1993: 114). Selain itu bersinggungan terhadap orang

Lemhanas (1997: 12) menjelaskan tersebut akan semakin bertambah dan

bahwa disiplin merupakan kepatuhan kewajiban untuk berikap dan

untuk menghormati dan berperilaku disiplin juga akan

melaksanakan system yang ada dan bertambah. Pembelajaran atau

berlaku bagi dirinya seperti keputusan penanaman nilai – nilai disiplin dalam

– keputusan, perintah, dan peraturan – membentuk perilaku disiplin pada diri

peraturan. Sedangkan Tu’u (2004: 33) seseorang akan membuat seseorang

mengemukakan bahwa disiplin memiliki sikap taat, patuh, setia,

merupakan upaya mengikuti dan teratur dan tertib. Selain itu dengan

mematuhi suatu aturan, nilai, dan adanya penanaman perilaku disiplin

hokum yang berlaku melalui pada diri seseorang akan dapat

kesadaran diri seseorang bahwa hal membedakan mengenai hal apa yang

tersebut berguna bagi kebaikan dan harus dilakukan, wajib dilakukan,

keberhasilan dirinya. boleh dilakukan, dan tidak boleh


dilakukan. Keberhasilan seseorang
dalam berperilaku disiplin dapat patuh atau disiplin atas aturan –
dilihat dari sikap disiplinnya. Artinya aturan kebersihan.
sikap yang dimiliki seseorang akan
Selain itu, nilai – nilai budaya
mempengaruhi tindakannya termasuk
yang dijadikan sebagai pedoman juga
sikap disiplin dalam tindakan disiplin.
merupakan salah satu sarana dalam
Disiplin merupakan sebuah rangka menanamkan sikap dan
hal yang penting yang perlu dimiliki perilaku disiplin. Dengan demikian
seseorang. Disiplin bagi seseorang disiplin dalam aktivitas siswa dapat
akan memiliki pengaruh yang cukup dilakukan melalui program – program
besar bagi kehidupannya, beberapa sekolah yang ada dengan menjaga
diantaranya adalah disiplin bersih, aturan – aturan yang mendasari
disiplin waktu, disiplin beragama, program – program yang ada. Dengan
disiplin sehat, disiplin sapa dan lain kata lain disiplin dapat diterapkan
sebagainya. Pelaksanaan pendidikan dalam satu aspek saja, namun aspek –
disiplin pada siswa perlu aspek yang ada disekitar siswa dapat
dihubungkan dengan penerapan dijadikan sebagai alat belajar dan
program – program yang muncul atas penanaman disiplin.
adanya budaya sekolah. Pelaksanaan
Dalam rangka
program yang ada dapat menjadi
membudayakan mutu. Disiplin siswa
ruang bagi siswa untuk belajar
dan guru adalah salah satu indikator
disiplin didalamnya yang seseuai
mutu sekolah. Sekolah bermutu akan
dengan pedoman yang ada. Sekolah
menghasilkan siswa yang disiplin
memiliki nilai – nilai, aturan, visi dan
belajar dengan prestasi akademik
misi, serta budaya sekolah.
yang tinggi. Siswa berprestasi
Pelaksanaan disiplin dapat
akademik akan sukses belajar
ditanamkan melalui beberapa hal
lanjutan maupan pekerjaan karena
tersebut misalnya dalam budaya
mereka membekali softskills,
sekolah yang memberikan
termasuk disiplin, ketika sudah
pembelajaran tentang kebersihan,
menjadi alumni SMA. Sekolah
maka disiplin yang bisa dilakukan
bermutu diharapkan memberikan
adalah disiplin bersih dengan maksud
guru mengajar dengan bermutu tersebut. Upaya Bourdieu mengenai
sehingga setiap siswa mudah akses asumsi tentang eksitensialisme dan
kegiatan akademik maupun non- materialisme historis dari marxisme
akademik yang bermutu. Dan, setelah membuat Bourdieu melahirkan
lulus, para siswa merasakan konsep habitus dan field.
manfaatnya dari disiplin sejak ketika Habitus yang dimaksud
belajar di sekolah sampai ketika Bourdieu merupakan struktur –
mereka bekerja. struktur mental atau kognitif terhadap
dunia sosial. Habitus digunakan untuk
4. Teori Habitus Pierre Bourdieau.
memahami sumber-sumber budaya
Pandangan Pierre Bourdieu terhadap subjektivitas dari para actor
dalam melihat situasi sosial sosial yang disebut sebagai mesin aksi
digerakkan oleh keinginan untuk budaya. Habitus secara dialektis
mengatasi permasalahan dianggap sebagai produk internalisasi
objektivisme dan subjektivisme atau struktur-struktur. Artinya habitus
dalam bahasa Bourdieu merupakan hasil dari pekerjaan
“Pertentangan absurd antara individu melalui proses waktu tertentu dalam
dan masyarakat”. (Ritzer, 2012: 899). suatu posisi di dunia sosial. Habitus
Bourdieu menfokuskan tindakan yang bersifat tahan lama dan bisa
merupakan hubungan dialektis antara berpindah serta mampu berfungsi
struktur dan agensi. Bourdieu sebagai pembangkit prinsip dan
mengatakan bahwa apa yang pengatur praktik dan representasi.
dikatakan dan dilakukan oleh (Ritzer, 2012: 904). Dengan kata lain
individu merupakan sesuatu yang habitus merupakan kecenderungan
muncul akibat pengaruh dari luar. yang selalu ada dalam pemikiran agen
(Ritzer, 2012: 900). Dengan kata lain, yang mampu menuntun agen untuk
tindakan seseorang bukan hanya berprinsip dan menentukan strategi
sekedar refleksi dari apa yang terjadi yang akan digunakan untuk
dari struktur sosial dan struktur mendifinisikan dunia sosial, sehingga
marerial yang ada namun ada pihak menjadi sumber praktik objektif. Hal
luar yang ikut mempengruhi tindakan ini dikarenakan habitus menekankan
pada dua hal yaitu Pertama, habitus praktik cenderung membentuk
menjiwai tindakan kolektif actor- habitus dan habitus membantu
aktor sosial maupun individual. mempersatukan maupun
Artinya habitus menekan pada membangkitkan praktik. Habitus
tindakan sebagai focus dalam sebuah bekerja sebagai sebuah struktur,
struktur yang terbentuk tidak hanya namun demikian habitus bukan
pada isu namun secara praktik dalam merupakan struktur yang tetap, tetapi
kehiduan sehari-hari. Kedua, habitus habitus disesuaikan para individu
memainkan peran sentral dalam yang terus menerus berubah dalam
keawetan hierarki, (Ritzer, 2012: menghadapi situasi – situasi yang
909). Walaupun prinsip-prinsip itu bertentangan di tempat mereka
dapat dihasilkan secara subjektif, menemukan diri.
namun objektivitas berusaha
Metodologi Penelitian
menjelaskan dunia sosial dengan
menempatkan pengalaman dan Dalam penelitian ini, peneliti

subjektivitas agen serta akan melihat pelaksanaan program

mempfokuskan diri pada kondisi- budaya sekolah dalam membentuk

kondisi objektif yang menstruktur perilaku disiplin siswa. Penelitian ini

kesadaran manusia.(Edkins & menggunakan metodologi penelitian

Vaughan-Wiliams, 2013: 139). kualitatif. Tujuannya adalah untuk

Bourdieu menjelaskan bahwa memahami permasalahan dari dalam

habitus terbentuk atau diproduksi konteks masalah yang diteliti agar

oleh dunia sosial. Fokus Bourdieu pemahaman yang didapat sesuai

adalah praktik dari para agen yang dengan kondisi nyata yang objek yang

merupakan hubungan dialektis antara diteliti. Metode penelitian kualitatif

struktur dan agensi tentang merupakan jenis penelitian yang

bagaimana habitus dipengaruhi oleh digunakan untuk meneliti pada

realitas sosial. Namun habitus juga kondisi objek yang alamiahi.

dapat membentuk oleh dunia sosial (Sugiyono, 2015). Sedangkan

lewat para agen dalam menyusun pendekatan yang digunakan peneliti

realitas sosial. Dengan kata lain, adalah menggunakan metode studi


kasus dipilih peneliti untuk discussion (FGD). Teknik analisis
memahami secara lebih mendalam data dalam penelitian ini yaitu dengan
tentang latar belakang masalah dalam menggunakan model analisis menurut
pelaksanaan program budaya sekolah miles dan Huberman dengan tahapan
dan atas pelaku social termasuk yaitu reduksi data, penyajian data, dan
interaksi yang muncul dalam simpulan atau verikasi.
pelaksanaan program budaya sekolah.
Hasil Penelitian dan pembahasan
Sumber data dari penelitian ini yaitu
(1) informan, yaitu kepala sekolah, Program budaya sekolah dalam

wakil kepala sekolah, guru BK, siswa, pembentukan perilaku disiplin

karyawan, dan guru mata pelajaran, siswa SMA N 1 Ngemplak.

(2) tempat, yaitu tempat-tempat yang Program budaya sekolah di


digunakan dalam penelitian ini adalah SMA N 1 Ngemplak, dilaksanakan
lingkungan sekolah SMA Negeri 1 oleh sekolah ditujukan guna
Ngemplak yaitu Tempat parkir, meningkatkan kualitas mutu sekolah
halaman sekolah, ruang kelas, kantin, dan sumber daya manusia khususnya
perpustakan, masjid, tempat siswa. Perilaku disiplin disadari
berkumpul, sebagai tempat penting dalam pelaksanaan program
pelaksanaan program budaya sekolah, budaya sekolah. Sekolah
(3) peristiwa / aktivitas (Activity), menciptakan suasana sekolah yang
yaitu pada saat sebelum pelaksanaan baik sebagai bentuk usaha sekolah
meliputi persiapan pelaksanaan, pada dalam membentuk citra sekolah,
saat pelaksanaan, dan sesudah kualitas pendidikan yang unggul, dan
pelaksanaan program budaya sekolah sumber daya manusia, khususnya
yang ada dan Peristiwa atau aktvitas siswa yang berkarakter. Suasana
para aktor dalam berinteraksi. Teknik sekolah yang dijaga dan dibudayakan
pengumpulan data dalam penelitian yang ada, dikemas ke dalam bentuk
ini yaitu : (1) pengamatan (observasi) program sekolah.
terstruktur, (2) wawancara, yaitu
Berdasakan data yang
wawancara terstruktur, (3) dokumen –
diperoleh, strategi pelaksanaan
dokumen berupa foto, (4) focus group
program budaya sekolah dilakukan Pembentukan perilaku
secara teknis dan terstruktur. disiplin di SMA N 1 Ngemplak
Program budaya sekolah merupakan salah satu tujuan sekolah
dilaksanakan dengan membiasakan dalam membentuk karakter peserta
siswa pada hal-hal yang positif untuk didik yaitu karakter disiplin. Nilai
membentuk pola teratur dalam disiplin yang ada dalam masing –
mewujudkan tujuan program yang masing program budaya dilakukan
ada, dengan tujuan agar program yang dengan empat metode utama sekolah.
ada dapat berjalan terus menerus. Indikatornya adalah siswa melakukan
System pola yang berkelanjutan (taat) terhadap aturan atau mekanisme
dipakai juga oleh sekolah untuk pelaksnaan dalam tiap-tiap program
mewujudkan kebiasaan bersikap dan budaya. Pembentukan sikap dan
berperilaku siswa. Dalam tindakan disiplin siswa melalui
mewujudkan pola sikap dan perilaku, program budaya sekolah dilakukan
upaya sekolah berupa sosialisasi, sekolah dengan membina siswa
koordinasi, motivasi, pembiasaan dalam merubah cara pandang siswa
dianggap sebagai langkah paling dari tertekan menjadi menyenangkan.
efektif. Pembentukan sikap dan Artinya cara pandang negative siswa
perilaku siswa tidak hanya diubah menjadi cara pandang positif
dipengaruhi oleh rangsangan dari siswa dalam melaksanakan program
luar, melainkan juga dipengaruhi atas budaya sekolah.
rangsangan dalam berupa kesadaran
Melalui teori habitus Pierre
berupa cara pandang seseorang
Bourdieu dalam melihat pelaksanaan
terhadap sesuatu. Keempat upaya
program budaya sekolah dalam
yang dilakukan sekolah dijadikan
membentuk perilaku disiplin, situasi
sebagai langkah tambal sulam,
yang ada disekolah dijadaikan
dengan maksud langkah yang
sebagai dasar perwujudan strategi
dilakukan dapat diimbang, didukung,
yang dilakukan sekolah. Kondisi dan
dan didorong oleh langkah yang lain
situasi sekolah khususnya siswa
(misal: sosialisasi didukung dengan
sebagai pelaksana utama program
koordinasi).
memiliki kegundahan sebagai objek
atau subjek dalam program budaya sekolah yang ada perlu
sekolah. sekolah menyadari bahwa memperhatikan posisi agen (siswa)
kondisi semacam ini merupakan agar memiliki garis lurus (sejalan)
sesuatu yang segera mungkin harus dengan tujuan yang ada. maksudnya
diatasi supaya keberjalanan program ada kesesuaian pandangan dan
merupakan hal yang menjadi dukungan antar keduanya dalam
dorongan siswa melakukan sebuah mencapai tujuan.
tindakan real yang mencerminkan
Proses pembentukan perilaku
dirinya, kemudian menjadi individu
disiplin siswa lewat program budaya
yang disesuaikan dengan tujuan
sekolah difokuskan pada pengaruh
program budaya sekolah yang
yang merubah individu dalam
dilaksanakan. Hal ini ditunjukan
membentuk sikap dan perilaku
berdasarkan pengalaman pihak
disiplin. Perilaku disiplin dibentuk
sekolah. Pandangan Bourdieu dengan
sekolah melalui beberapa cara yang
perpektifnya yang strukturalis tanpa
dapat menjadi sebuah pengaruh
mengabaikan agen, merupakan
terhadap siswa untuk terwujudnya
sebagai sebuah pandangan yang
perilaku yang diinginkan yaitu
menggunakan agen sebagai yang
perilaku disiplin. Habitus merupakan
memiliki peran terhadap konstruksi
sebuah cara dalam memahami sumber
struktur – struktur sosial. Dalam hal
– sumber budaya terhadap
pelaksanaan program budaya sekolah,
subjektifitas para actor social. Dengan
khususnya pembentukan perilaku
kata lain, subjektifitas siswa dapat
disiplin, disiplin yang dimaksudkan
diketahui melalui cara pandang
adalah sikap dan perilaku taat siswa
habitus dalam menjelaskan struktur
terhadap pelaksanaan program. Jadi
budaya yang ada dalam diri siswa,
dalam hal ini, kuncinya adalah siswa
lalu dijadikan sebagai sebuah alat
melakukan dengan taat (sesuai nilai
penanaman nilai – nilai budaya yang
disiplin) dan siswa membentuk
dipahami. Maka, keberadaan habitus
perilaku disiplin. Pandangan
ini sangat memiki pengaruh dalam
Bourdieu struktur dan agensi,
menciptakan struktur. Habitus
membawa pandangan bahwa struktur
melekat dalam diri seseorang, bersifat
tahan lama. Meskipun demikian bukan semata-mata atas kesadaran
habitus seseorang dapat dirubah atas siswa. Praktik yang dilakukan siswa
pengaruh luar pada seseorang dipakai sekolah sebagai langkah
tersebut. Dengan kata lain. Habitus pendisiplinan atas habitus siswa
yang dimiliki seseorang dapat dengan membiasakan secara terus
membentuk habitus baru yang berasal menerus dan berkelanjutan dengan
dari lingkungan sekitarnya. budaya yang lain. Paksaaan adalah
cara yang dilakukan sekolah pada
Pembentukan habitus disiplin
awal siswa masuk atau pada awal
dimulai atas praktik sekolah melalui
siswa mengenal program budaya
budaya sekolah. Budaya sekolah yang
sekolah dengan sanksi tertentu yang
berasal dari visi misi sekolah melalui
melekat pada paksaan tersebut.
slogan “The being school” bertujuan
membentuk praktik siswa pada output Kondisi pendisiplinan siswa
masing-masing budaya dan dalam beresiko atas pelemahan fisik dan
praktik inilah siswa melakukan psikis siswa. Sekolah dengan peran
tindakan atas kekuatan modal yang komunikasi yang efektif memuat
dimiliki oleh sekolah. Habitus yang unsur pengabaian atas kondisi yang
dimiliki siswa di atur oleh tindakan dialami siswa dengan merubah
siswa sebagai objek dalam ranah kondisi lelah secara fisik yang berasal
sekolah dengan praktik yang muncul atas praktik secara teknis serta
atas resiko yang melekat pada diri merubah tekanan psikis seperti
siswa. Resiko yang dimiliki siswa kebosanan yang berasal atas praktik
berkaitan erat atas modal yang yang monoton terus menerus menjadi
dimiliki sekolah yang muncul dari sesuatu kebutuhan bagi siswa.
kepercayaan sekolah dengan Perubahan kondisi ini merupakan
memanggil orang tua siswa sebagai tantangan terbesar sekolahan dalam
bentuk pertanggung jawaban atas proses pendisiplinan siswa serta
tindakan siswa di sekolah. Kondisi mempertahankan budaya sekolah
demikian yang memberikan dorongan yang ada. Komunikasi yang efektif
awal secara moral siswa untuk dilakukan sekolah dengan
melakukan praktik atas budaya dan mengolaborasi praktik sekolah atas
tindakan siswa dengan mengambil dalam proses tersebut siswa
contoh pada saat siswa melaksanakan membenarkan praktiknya yang
budaya bersih dan mengalami bosan selanjutnya berada dalam proses
dan lelah, sekolah menggunakan reflektif atas pentingnya karakter dari
motivasi sebagai pendorong untuk budaya sekolah yang dimilikinya.
menggerakan siswa. Motivasi yang Dengan demikian, munculnya habitus
digunakan dengan memposisikan disiplin merupakan hasil dari
siswa(objek) menjadi subjek yang perubahan struktur subjek siswa
baik dalam mewujudkan cita-cita menjadi struktur objek dimana objek
sekolah “The being school”. Dengan dibiasakan melalui mekanisme
demikian, siswa secara tidak sadar pelaksanaan budaya sekolah atas
mengabaikan padangan atas kondisi modal yang dimiliki oleh sekolah
yang dialami siswa pada budaya selanjutnya pembiasaan objek(siswa)
bersih kemudian siswa memandang dijadikan sekolah sebagai bentuk
dirinya sebagai subjek yang berperan kebenaran praktik yang membuat
penting sehingga siswa kembali siswa merubah cara pandang tentang
melakukan praktik yang diharapkan sebuah struktur pendidikan karakter
oleh sekolah. bahwa memiliki karakter disiplin
merupakan sebuah kebutuhan bagi
Tujuan atas praktik siswa
siswa.
yang diinginkan sekolah dan modal
yang dimiliki sekolah, membuat Proses sosialisasi berpengaruh
siswa mengalami kekerasan simbolik. dalam pengetahuan siswa atas
Kekerasan tersebut muncul atas kesadaran dalam pentingnya
pengabaian struktur subjek(siswa) pendidikan karakter bagi siswa.
yang kemudian dijadikan objek Selain itu, dengan sosialisasi secara
dengan memberikan input atas modal menyeluruh dan terus menerus
yang dimiliki sekolah. kekerasan kepada warga sekolah, guru dan siswa
simbolik tersebut secara tidak sadar menyadari bahwa status sebagai
dialami siswa karena siswa telah warga sekolah memiliki pengaruh
melalui tahapan motivasi yang besar terhadap sekolah seperti
diberikan oleh sekolah sehingga tindakan saling control antar siswa
dapat berpengaruh bagi stabilnya semakin terbiasa dan memiliki
fungsi sekolah. Proses koordinasi kebetuhan dari program yang
yang dilakukan dengan pembagian dijalaninya. Proses pembiasaan yang
tugas berupa system piket sesuai dikolaborasikan dengan proses
peran masing-masing dijadikan motivasi oleh sekolah memiliki
sekolah sebagai bentuk nyata secara tujuan untuk merubah situasi jenuh
teknis dalam pelaksanaan 20 program menjadi situasi butuh. Artinya, siswa
budaya sekolah dengan tujuan untuk yang berada pada kondisi awal
memperlancar serta mempertahankan menolak dengan keluhan kemudian
keberlangsungannya. Motivasi pada akhirnya akan merasa butuh
merupakan proses yang digunakan bahwa apa yang dilakukan secara
sekolah untuk mendorong semangat terpola dan terbiasa merupakan
siswa serta alat control siswa. sebuah kebutuhan siswa dimasa
Artinya, sekolah telah mempercayai depan.
bahwa karakter terbentuk dari
Salah satu informan
kesadaran ataupun kebiasaan maka
menjelaskan bahwa ada siswa yang
memiliki resiko atau efek samping
mengalami proses perubahan karakter
yang kurang baik seperti tekanan
setelah melakukan budaya sekolah
psikis seperti stress maupun fisik
seperti salam, sapa,senyum, salim dan
seperti kelelahan. Meskipun kedua
sopan (5s). pada kondisi awal, siswa
hal itu pernah dialami oleh siswa,
merupakan anak yang tidak sopan
sekolah melakukan tindakan motivasi
terhadap orang tua, tidak pernah salim
untuk membuat siswa kembali
atau cium tangan, pulang dan pergi
bangkit untuk menjadi siswa
dari rumah tidak pernah memberikan
berkarakter. Pada akhirnya dalam
salam namun setelah terbiasa
pelaksanaan pendidikan karakter
melakukan 5s di sekolahan, siswa
melalui budaya sekolah, program
tersebut mengalami perubahan yang
budaya sekolah kemudian dibiasakan
signifikan pada lingkungan rumahnya
dengan tujuan agar melalui proses
menjadi anak yang murah senyum,
pembiasaan maka siswa akan berada
salam saat keluar masuk rumah,
pada pola yang membawa siswa
sopan dengan orang tua, dan
mencium tangan saat berangkat dan sekolah bertujuan untuk memberikan
pulang sekolah. Hal itu menunjukkan pengaruh dalam perlaksanaan
bahwa adanya pengaruh yang dialami program budaya sekolah oleh semua
siswa akibat pola pembiasaan lewat warga sekolah, khususnya siswa.
program budaya sekolah. namun Program budaya yang terlaksana
disisi lain hal itu semacam sebuah dengan baik dijadikan ciri khas
praktik yang tidak murni dilakukan sebagai modal pembangunan citra
oleh siswa. Hal ini ditunjukan pada sekolah dalam persaingan antar
saat siswa berada di luar sekolah, sekolah. Sedangkan perilaku disiplin
dimana kebiasaan pada saat siswa sebagai bekal siswa bertujuan untuk
berada disekolah tidak sepenuhnya memberikan pengaruh sebagai bekal
dilakukan diluar sekolah. siswa siswa yaitu praktik disiplin yang
cenderung merasa perilaku disiplin dibiasakan terhadap siswa secara
yang muncul hanya perlu dilakukan berkelanjutan melalui program
disekolah. Dengan demikian perilaku budaya sekolah agar tertanam dalam
disiplin yang dilakukan siswa sebagai diri siswa. Sehingga kebiasaan siswa
praktik dalam ranah sekolah belum di sekolah berpengaruh pula terhadap
sepenuhnya memiliki pengaruh kebiasaan di lingkungan keluarga dan
terhadap kehidupan siswa diluar juga lingkungan masyarakat.
lingkungan sekolah. 2. Perilaku disiplin yang terbentuk
dalam diri siswa masih kurang
Simpulan
optimal. Dalam temuan data, masih
1. Pembentukan perilaku disiplin ada siswa yang melakukan tindakan
melalui program budaya sekolah disiplin hanya karena terpaksa atas
dilaksanakan dengan 4 cara yaitu aturan yang ada. Keterpaksaan tidak
sosialisasi, koordinasi, dan bisa ditunjukan secara nyata oleh
pembiasaan. Cara tersebut merupakan siswa lantaran strategi sekolah yang
strategi sekolah untuk membentuk selalu membuat siswa mengabaikan
citra sekolah dan memberikan bekal sikap terpaksa. Hasilnya siswa
bagi kehidupan siswa. Perilaku menganggap perilaku disiplin yang
disiplin dalam pembentukan citra dilakukannya hanya sekedar untuk
menghindari sanksi atas perilaku merangsang siswa. Program yang ada
menyimpang. Tindakan sekolah yang bukan hanya hasil dari refleksi atas
awalnya menjadikan subjek, lama kondisi sekolah namun merupakan
kelamaan berubah menjadi objek hasil dari pengaruh dari luar berupa
pelaksana dengan ikatan aturan yang masalah tentang pentingnya
ada dalam program budaya salah pendidikan karakter dan persaingan
satunya dengan sanksi yang ada. dalam membentuk citra sekolah.
Siswa secara personal bukan lagi Pengaruh tersebut yang membuat
dijadikan sebagai subjek dalam sekolah untuk berprinsip dan
membentuk perilaku disiplin yang menentukan strategi untuk
diinginkan. Namun cenderung membentuk perilaku disiplin siswa.
diabaikan dan bergeser menjadi objek Melalui cara yang dipakai sekolah
yang erat atas perilaku disiplin. dalam pembentukan perilaku disiplin,
Hasilnya, perilaku disiplin sekolah menjadikan praktik siswa
merupakan praktik yang muncul secara subjektif kemudian dijadikan
hanya semata - mata ditunjukan siswa sebagai praktik kolektif siswa di
dalam ranah disekolah dan belum lingkungan sekolahan dapat
nampak secara penuh pada saat siswa membentuk habitus disiplin. Lalu
berada di lingkungan keluarga, dan habitus yang muncul dijadikan
juga lingkungan masyarakat. sebagai sumber praktik objektif atau
3. Analisis program budaya sekolah dengan kata lain dijadikan sebagai
dalam pembentukan perilaku disiplin pembangkit perilaku disiplin siswa.
siswa melalui teori habitus pierre Hal ini dikarenakan supaya proses
bourdieu menyebutkan bahwa pelaksanaan program budaya sekolah
sekolah meyakini bahwa dalam berjalan sebanding dengan
pembentukan perilaku siswa dapat perilaku siswa. Sehingga, dengan
dipengaruhi oleh rangsangan dari luar memperhatikan praktik objektif siswa
individu. Keyakinan tersebut sekolah dapat menjaga
didasarkan pada munculnya program keberlangsungan program dan
budaya sekolah yang ada di SMA N 1 melanjutkannya pada jenjang siswa
Ngemplak sebagai alat untuk selanjutnya. Struktur sekolah dan
siswa memiliki pengaruh yang kuat. merupakan sebuah kebutuhan yang
Dengan kata lain, struktur melalui harus dimilikinya tanpa memberikan
konsep program dan peran yang ada celah bahkan mengabaikan struktur
mempengaruhi perilaku siswa. Maka subjek yang ada dalam siswa. Siswa
dalam pembentukan perilaku disiplin melalui mekanisme praktik dalam
pada siswa, sekolah tidak hanya program budaya sekolah pada
memfokuskan pada siswa saja namun akhirnya merasa butuh akan sebuah
melibatkan kepala sekolah, guru, dan sikap atas tindakan disiplin. maka,
karyawan untuk membangun ikatan perilaku disiplin muncul pada saat
berups teladan. Sehingga perilaku siswa mulai merubah cara pandang
disiplin yang terbentuk dapat atas praktiknya terhadap pelaksanaan
didorong melalui teladan sekolah. pendidikan karakter melalui budaya
Sekolah meyakini bahwa tanpa yang pada awal diikuti dengan
teladan, perilaku siswa akan susah pandangan terpaksa kemudian
dibentuk. Praktik-praktik yang memiliki pandangan butuh atas
dilakukan dalam ranah sekolah praktik yang dilakukannya.
membuat siswa memandang disiplin
Daftar Pustaka
Departemen Pendidikan dan Kebudyaan. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka.
Edkins, J., & Vaughan-Wiliams, N. (2013). Teori - Teori Kritis. (T. Radike, Ed.)
(VIII). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kesuma, D. D. (2013). Pendidikan karakter (4th ed.). Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Khaerul, Umam. (2012). Manajemen Organisasi. Bandung: Pustaka Setia.
Lemhanas. (1997). Disiplin Nasional. Jakarta: PT. Balai Pustaka.
Miles, Mattew B dan Amichael Huberman. Analisis Data Kualitatif Buku Sum ber
Tentang Metode - metode Baru (Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohisi). Jakarta:
Universitas Indonesia.
Nawawi, H. (1998). Manajemen Sumber Daya Manusia (Untuk Bisnis dan
Kompetitif), Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Pedoman Sekolah (2009). Pengembangan dan Pendidikan Budaya & Karakter
Bangsa. Jakarta: Pusat Kurikulum.
Ritzer, G. (2012). Teori Sosiologi dari Sosiologi Klasik sampai perkembangan
terakhir Postmodern. (W. A. Djohar, Ed.) (VIII). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Sugiyono, P. D. (2015). Memahami Penelitian Kualitatif (XI). Bandung: Alfabeta.
Suharsini, Arikunto. (1993). Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta:
Rineka Cipta.
Syaiful Bahri, Djamarah. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Tu'u, Tulus. (2004). Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta:
Grasindo.
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2017 : Penanaman Pendidikan karakter
Zamroni. (2011). Pendidikan Demoskarasi pada Masyarakat Multikultur.
Yogyakarta: Gavin Kalem Utama. Yogyakarta: Gavin Kalem Utama.

Anda mungkin juga menyukai