net/publication/360005582
CITATIONS READS
0 1,618
2 authors, including:
Fitriani Lestari
Universitas Djuanda
3 PUBLICATIONS 0 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Fitriani Lestari on 17 April 2022.
Fitriani Lestari1*
1
Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas
Djuanda
*H.1910985@unida.ac.id
Jurnal 1
Judul Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Melalui
Pendidikan Dan Pelatihan Guru Dalam Meningkatkan
Kompetensi Profesional Guru Sekolah Dasar
Nama Jurnal Nusantara Education
Volume 3
Tahun 2020
No/ ISSN/e- ISSN 1/ ISSN 1979-9004 / e-ISSN 2598-9553
Penulis Deni Surya Permadi, Sutaryat Tarmansyah, dan Yosal Iriantara
(Permadi, 2020).
Pendahuluan Menjadi guru tidaklah mudah, karena menjadi seorang guru
harus memiliki empat kompetensi agar dapat menjadi guru
yang bermutu. Adapun kompetensi tersebut adalah kompetensi
pedagogik, professional, kepribadian, dan sosial. Semua
kompetensi tersebut haruslah dimiliki dan dikuasai oleh
seorang guru, agar dapat meningkatkan mutu pendidikan.
Pada kenyataannya hasil uji kompetensi guru (UKG) tahun
2015 pada guru di Indonesia masih jauh dari memuaskan. Hasil
UKG yang dijadikan potret kompetensi guru di Indonesia
belum mencapai target nilai rata-rata pemerintah. Rata-rata
nilai UKG nasional masih di bawah standar. Rata-rata UKG
nasional 53.02. Adapun rinciannya yaitu, rata-rata nilai
kompetensi profesional 54.77, sedangkan nilai rata-rata
kompetensi pedagogik 48.94. Kemungkinan penyebab dari
rendahnya hasil UKG pada kompetensi professional guru di
atas adalah ketidak sesuaian disiplin ilmu dengan bidang ajar
dari guru, kualifikasi guru yang belum setara Sarjana,
rekrutmen guru yang tidak efektif, lulusan Lembaga
Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK) banyak
menciptakan lulusan tidak bermutu atau kalah saing dengan
lulusan non kependidikan, dan panggilan menjadi seorang guru
merupakan pilihan akhir karena sulit mendapat pekerjaan.
Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mendapatkan
gambaran tentang Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
(PKB) dalam meningkatkan kompetensi profesional guru SD.
Sedangkan tujuan khusus terdiri dari:
(1) Mendapatkan gambaran tentang perencanaan
pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) melalui
Pendidikan dan Pelatihan Guru dalam meningkatkan
kompetensi profesional guru Sekolah Dasar, (2) Mendapatkan
gambaran tentang pengorganisasian pengembangan
keprofesian berkelanjutan (PKB) melalui Pendidikan dan
Pelatihan Guru dalam meningkatkan kompetensi profesional
guru Sekolah Dasar, (3) Mendapatkan gambaran tentang
pelaksanaan pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB)
melalui Pendidikan dan Pelatihan Guru dalam meningkatkan
kompetensi professional guru Sekolah Dasar, (4) Mendapatkan
gambaran tentang evaluasi pengembangan keprofesian
berkelanjutan (PKB) melalui Pendidikan dan Pelatihan Guru
dalam meningkatkan kompetensi professional guru Sekolah
Dasar.
Metode Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus. Melalui
penelitian kualitatif dapat mendeskripsikan pengalaman,
pemikiran, dan hal-hal yang tidak dapat diwakili oleh angka.
Hal-hal tersebut seperti rasa, harapan, hambatan, dan solusi-
solusi dari para obyek yang diteliti mengenai masalah yang
peneliti jadikan dasar penelitian.
Hasil dan Hasil dari penelitian tentang pengembangan keprofesian
Pembahasan berkelanjutan adalah Sebagai Berikut:
1. Perencanaan Implementasi
Berdasarkan data dan perencanaan yang dilakukan oleh tim
pengembang melalui diklat guru secara umum hal ini bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan
kompetensi baik pedagogic, kepribadian, professional dan
sosial serta guru dapat memiliki performa sebagai pendidik dan
pemimpin bagi peserta didiknya.
2. Perorganisasian Implementasi
Menurut hasil penelitian dengan wawancara terhadap para guru
terdapat beberapa kendala yang tidak bisa di hindari, seperto
dalam pemberian tugas terhadap peserta. Beberapa peserta pun
kesulitan mengerjakan tugas karena keterbatasan dalam bidang
IT.
3. Pelaksanaan PKB melalui Diklat Guru
Beberapa standar pelaksanaan penyelenggaraan yang
dijelaskan dalam buku panduan diwujudkan dalam pelaksanaan
dilapangan. Adapun standar yang dimaksud antara lain:
Standar Fasilitator, standar kurikulum, standar sarana, standar
penilaian dan standar soal.
4. Evaluasi implementasi
Evaluasi dalam implementasi program PKB melalui Diklat
Guru di Kecamatan Paseh terbagi dalam tiga hal, yakni evaluasi
proses, evaluasi program, dan evaluasi dampak. Adapun
evaluasi proses dan program terdiri dari hambatan yang dialami
dalam penyelenggaraan program dan solusi yang dilakukan.
Hambatan yang dihadapi dalam implementasi program PKB
melalui Diklat Guru diantaranya adalah pembiayaan
penyelenggaraan yang dibebankan kepada peserta,
keterbatasan keterampilan peserta dalam menggunakan
teknologi komputer dan ketidaksesuaian materi Diklat dengan
terbatasnya waktu penyelenggaraan Diklat.
5. Strategi pelaksanaan
Metode-metode dan strategi baru dalam sistem belajar
mengajar di Sekolah yang terintegrasi dengan pengembangan
pendidikan karakter, gerakan literasi, dan pembelajaran HOTS
(High Order Thingking Skill).
Kesimpulan Program PKB melalui Pendidikan dan Pelatihan Guru secara
umum bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam
melaksanakan tugasnya melalui peningkatan kompetensi baik
pedagogik maupun profesional, serta memiliki performa
sebagai pendidik dan pemimpin bagi peserta didiknya.
Pengorganisasian dalam implementasi program PKB melalui
Diklat Guru dalam meningkatkan kompetensi profesional guru
Sekolah Dasar dilaksanakan sesuai petunjuk pelaksanaan,
walaupun belum optimal.
Jurnal 2
Jurnal 3
Berdasarkan hasil analisis jurnal yang telah dilakukan menyatakan bahwa Fakta
guru di Indonesia belum profesional. Peningkatan profesional harus dilakukan secara
teratur oleh guru agar pemikiran, pemahaman, serta kematangan yang dimiliki terus
berkembang(Wijiutami dkk., 2020) Melalui kualitas pendidikan yang baik, maka akan
dapat mendukung kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang juga baik. Namun
demikian, menciptakan pendidikan yang berkualitas pada satuan pendidikan bukan
merupakan pekerjaan yang sederhana karena satuan pendidikan harus memenuhi standar
minimal (Rusmiati Aliyyah, 2019) kualifikasi pendidikan yang sudah diformulasikan
dalam bentuk standar nasional pendidikankompetensi professional guru terlihat dari hasil
uji kompetensi guru (UKG) tahun 2015 pada guru di Indonesia masih jauh dari
memuaskan. Hasil UKG yang dijadikan potret kompetensi guru di Indonesia belum
mencapai target nilai rata-rata pemerintah. Rata-rata nilai UKG nasional masih di bawah
standar. Rata-rata UKG nasional 53.02. Adapun rinciannya yaitu, rata-rata nilai
kompetensi profesional 54.77, sedangkan nilai rata-rata kompetensi pedagogik 48.94.
Kemungkinan penyebab dari rendahnya hasil UKG pada kompetensi professional guru di
atas adalah ketidak sesuaian disiplin ilmu dengan bidang ajar dari guru, kualifikasi guru
yang belum setara Sarjana, rekrutmen guru yang tidak efektif, lulusan Lembaga
Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK). Pemerintah terus mengupayakan untuk
memperbaiki berbagai masalah yang terjadi salah satunya adalah Program
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) adalah solusi dari pemerintah untuk
peningkatan profesi pendidik (Permadi, 2020).
Hasil dari analisis yang telah dilakukan hambatan-hambatan yang ditemukan untuk
pelaksanaan program pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) melalui
pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi prosefional dan mutu
pendidikan adalah Kendala yang paling banyak adalah dari diri guru sendiri atau kendala
internal. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya bahwa kendala PKB ada yang
berasal dari diri guru seperti kurangnya waktu dan kemauan. Juga ada hambatan dari
lembaga seperti kurangnya sarana dan prasarana pendukung. Kendala lain implementasi
PKB adalah kurangnya narasumber dan padatnya kegiatan guru di sekolah (Permadi,
2020). Selama mengimplementasikan PKB terdapat beberapa kendala baik dari sisi guru,
pengurus KKG dan MGMP, sekolah, pemerintah daerah, dan kendala dari sisi
pembiayaan. Dari semua kendala tersebut kemudian disarikan apa yang menjadi kendala
utama. Kendala yang paling banyak adalah dari diri guru sendiri atau kendala internal,
kendala dari sisi pemerintah daerah, dan hambatan dari lembaga seperti kurangnya sarana
dan prasarana pendukung (Anitasari, 2018).
Kesimpulan:
Daftar Pustaka
https://doi.org/10.24246/j.jk.2019.v6.i2.p157-168
RIAU.
Sari, K. P., Marsidin, S., & Sabandi, A. (2020). Kebijakan Pengembangan Keprofesian
113–120. https://doi.org/10.31004/edukatif.v2i2.110
https://doi.org/10.17977/jptpp.v5i5.13521
https://doi.org/10.30734/jpe.v7i1.707