Anda di halaman 1dari 26

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

Model Pembinaan dan H. Dr. Ahmad Salabi, S.Ag, M.Pd


Supervisi Pendidikan Islam

SUPERVISI DAN BUDAYA SEKOLAH

Di susun Oleh :

Kelompok 10

Muhammad Zaki Mubaraq 230211030093


Nurul Husna 230211030094
Rida 230211030095
Yulia Putri Ayu Anggraini 230211030098

PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN

2023
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan fondasi utama pembangunan suatu bangsa. Dalam


konteks pendidikan, sekolah menjadi lembaga yang memiliki peran sentral dalam
mentransfer pengetahuan, membentuk karakter, dan mengembangkan potensi
peserta didik. Namun, keberhasilan suatu sekolah tidak hanya ditentukan oleh
kualitas guru dan fasilitas belajar, tetapi juga oleh efektivitas sistem supervisi yang
diterapkan dan budaya sekolah yang berkembang di dalamnya.

Supervisi pendidikan adalah suatu proses yang bertujuan untuk


meningkatkan kinerja guru dan mutu pembelajaran melalui pengamatan,
pembinaan, dan penilaian secara berkelanjutan. Di sisi lain, budaya sekolah
mencakup nilai-nilai, norma, dan sikap yang berkembang di antara anggota sekolah.
Supervisi dan budaya sekolah saling terkait dan dapat saling mempengaruhi.
Kehadiran supervisi yang efektif dapat membentuk budaya sekolah yang positif,
sekaligus, budaya sekolah yang baik dapat mendukung efektivitas pelaksanaan
supervisi.1

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu budaya sekolah?
2. Apa itu iklim sekolah?
3. Bagaimana perencanaan perubahan sekolah?
4. Bagaimana supervisor sebagai upaya peningkatan kinerja?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui budaya sekolah
2. Untuk mengetahui iklim sekolah
3. Untuk mengetahui perencanaan perubahan sekolah
4. Untuk mengetahui supervisor sebagai upaya peningkatan kinerja

1
Sergiovanni, T. J., and Starratt, R. J, Supervision: A redefinition. New York: McGraw-
Hill (1998)

1
PEMBAHASAN

A. Budaya Sekolah

1. Pengertian Budaya Sekolah

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, budaya (cultural) adalah

pikiran, adat-istiadat, sesuatu yang berkembang, sesuatu yang menjadi

kebiasaan yang sukar diubah.2 Sedangkan menurut Nur Kholis,

budaya adalah asumsi-asumsi dasar dan keyakinan-keyakinan diantara

para anggota kelompok atau organisasi3

Koentjaraningrat mengelompokkan aspek-aspek budaya

berdasarkan dimensi wujudnya meliputi :

a. Kompleks gugusan atau ide seperti pikiran, pengetahuan, nilai,

keyakinan, norma dan sikap.

b. Kompleks aktivitas seperti pola komunikasi, tari-tarian, upacara

c. Material hasil benda seperti seni, peralatan dan sebagainya

Sebuah budaya dapat berbentuk menjadi beberapa hal yakni

artefak, sistem aktifitas, dan sistem ide atau gagasan. Kebudayaan yang

berbentuk artefak salah satu contohnya adalah benda-benda yang

merupakan hasil karya manusia. Sedangkan kebudayaan aktivitas dapat

diterjemahkan berupa tarian, olahraga, kegiatan sosial, dan kegiatan

ritual. Sedangkan kebudayaan yang berbentuk sistem ide atau gagasan

didefinisikan sebagai pola pikir yang ada di dalam pikiran manusia.

2
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online, diakses melalui https://kbbi.web.id, 13 Juli 2020
3
Nur Kholis, Manajemen Berbasis Sekolah : Teori, Model, dan Aplikasi, (Jakarta : PT. Gramedia
Widiasmara Indonesia, 2003), hlm. 200

2
Pikiran merupakan bentuk budaya abstrak yang mengawali suatu

perilaku ataupun hasil perilaku bagi setiap bangsa atau ras.

Budaya sekolah adalah kualitas sekolah di kehidupan sekolah

yang tumbuh dan berkembang berdasarkan spirit dan nilai-nilai tertentu

yang dianut sekolah Lebih lanjut dikatakan bahwa budaya sekolah

adalah keseluruhan latar fisik, lingkungan, suasana, rasa, sifat, dan

iklim sekolahyang secara produktif mampu memberikan pengalaman

baik bagi bertumbuh kembangnya kecerdasan, keterampilan, dan

aktifitas siswa. Budaya sekolah dapat ditampilkan dalam bentuk

hubungan kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lainnya

bekerja, kedisiplinan, rasa tanggung jawab, berfikir rasional, motivasi

belajar, kebiasaan memecahkan masalah secara rasional. Budaya

sekolah merupakan perpaduan nilai-nilai, keyakinan, asumsi,

pemahaman dan harapan- harapan yang diyakini oleh warga sekolah

dan dijadikan sebagai pedoman dalam berperilaku serta sebagai solusi

pemecahan masalah yang mereka hadapi. Keberadaan budaya sekolah,

mampu menjadikan warga sekolah menjalankan kewajiban-kewajiban

dan tugas serta mampumenyelesaian masalah secara konsisten. Adanya

nilai, sikap, keyakinan dan lain sebagainya yang terangkum dalam

budaya sekolah tentunya akan meningkatkan mutu pendidikan yang

diharapkan dalam komunitas sekolah tersebut

3
2. Faktor-faktor mempengaruhi budaya sekolah

Budaya sekolah dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat

memainkan peran penting dalam membentuk lingkungan belajar.

Berikut adalah beberapa faktor utama yang dapat mempengaruhi

budaya sekolah:

a. Kepemimpinan Sekolah

Kepemimpinan kepala sekolah: Gaya kepemimpinan kepala sekolah

dapat memberikan arah dan nilai-nilai untuk budaya sekolah. Kepala

sekolah yang visioner dan efektif dapat membentuk budaya yang

positif.

Partisipasi dan keterlibatan kepala sekolah: Sejauh mana kepala sekolah

terlibat dan berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari dapat

memengaruhi budaya sekolah.

b. Guru dan Staf:

Gaya pengajaran guru: Gaya pengajaran setiap guru dapat membentuk

pengalaman belajar siswa dan membentuk budaya pembelajaran.

Komitmen staf: Komitmen dan motivasi staf terhadap tujuan bersama

dan nilai-nilai sekolah dapat memainkan peran besar.

c. Siswa:

Karakteristik siswa: Sifat dan nilai-nilai siswa dapat memengaruhi

dinamika dalam kelas dan di seluruh sekolah.

4
Partisipasi siswa: Keterlibatan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler,

kegiatan sosial, dan kehidupan sekolah secara keseluruhan dapat

membentuk budaya sekolah.

e. Kebijakan Sekolah:

Kebijakan pendidikan: Kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh

sekolah dapat membentuk norma-norma dan ekspektasi dalam budaya

sekolah.

f. Keterlibatan Orang Tua dan Masyarakat:

Partisipasi orang tua: Tingkat keterlibatan orang tua dalam kegiatan

sekolah dan dukungan terhadap pendidikan dapat memainkan peran

dalam membentuk budaya sekolah.

B. Iklim Sekolah
1. Pengertian Iklim Sekolah
Litwin dan Stringer menjelaskan, iklim sekolah didefinisikan
secara bervariasi oleh para ahli sebagai hasil dari persepsi subyektif
terhadap sistem formal, gaya informal kepala sekolah, dan faktor
lingkungan penting lainnya yang mempengaruhi sikap, kepercayaan,
nilai dan motivasi individu yang berada pada sekolah tersebut.4 Namun
demikian dari beberapa variasi definisi iklim sekolah tersebut apabila
ditelaah lebih mendalam, maka akan mengerucut dalam tiga pengertian.
Pertama, iklim sekolah didefinisikan sebagai kepribadian suatu sekolah
yang membedakan dengan sekolah yang lain. Kedua, iklim sekolah
didefinisikan sebagai suasana di tempat kerja yang mencakup berbagai
norma yang kompleks, nilai, harapan, kebijakan dan prosedur yang

4
Ilhan Gunbayi, “School Climate and Teachers’ Perceptions on Climate Factors: Research
Into Nine Urban High Schools,” The Turkish Online Journal of Educational Technology, (2007).h.1

5
mempengaruhi pola prilaku individu dan kelompok. Ketiga, iklim
sekolah didefinisikan sebagai persepsi individu terhadap kegiatan,
praktik dan prosedur serta persepsi tentang prilaku yang dihargai,
didukung dan diharapkan dalam suatu organisasi.
Pemahaman iklim sekolah sebagai suatu kepribadian suatu sekolah
merujuk kepada beberapa pendapat berikut. Halpin dan Croft
menjelaskan bahwa iklim sekolah sebagai suatu intangible tetapi penting
untuk sebuah organisasi dan dianalogikan dengan kepribadian seorang
individu.5 Pretorius dan Villiers menjelaskan bahwa iklim sekolah
merujuk kepada hati dan jiwa dari sebuah sekolah, psikologis dan atribut
institusi yang menjadikan sekolah memiliki kepribadian yang relatif
bertahan dan dialami oleh seluruh anggota yang menjelaskan persepsi
kolektif dari prilaku rutin dan akan mempengaruhi sikap dan prilaku
sekolah.6
Menurut Hoy, Smith dan Swetlend, iklim sekolah dipahami
sebagai manifestasi dari kepribadian sekolah yang dapat dievaluasi di
dalam sebuah kontinum dari sekolah terbuka ke iklim sekolah tertutup.
Iklim sekolah terbuka didasarkan pada rasa hormat, kepercayaan dan
kejujuran, serta memberikan peluang kepada guru, manajemen sekolah
dan peserta didik untuk terlibat secara konstruktif dan kooperatif dengan
satu sama lain.7 Menurut Sorenson dan Goldsmith, memandang iklim
sekolah sebagai kepribadian yang kolektif dari sekolah.8 Oleh karena itu
inti dari iklim sekolah adalah bagaimana kita memperlakukan satu sama
lain. Iklim sekolah sebagai kualitas dan karakter dari kehidupan sekolah

5
J.Eric Tubbs and Mary Garner, “The Impact Of School Climate On School Outcomes,”
Journal of College Teaching & Learning, (2008).h.17
6
Stephanus Pretorius and Elsabe de Villiers, “Educators’ Perceptions of School Climate
and Health in Selected Primary Schools,” Educators’ Perceptions of School Climate and Health in
Selected Primary Schools, (2009).h.33
7
Karen Milner and Harriet Khoza, “A Comparison of Teacher Stress and School Climate
across Schools with Different Matric Success Rates,” South African Journal of Education,
(2008).h.158
8
Sorenson and Ricard D, Goldmith, Llyod M, “The Principal`s Guide to Managing School
Personel”, Corwin Press, (2008),h.30

6
yang mencerminkan norma-norma, tujuan, nilai, hubungan interpersonal,
praktek belajar mengajar serta struktur organisasi.
Pemahaman iklim sekolah sebagai suasana di tempat merujuk pada
beberapa pendapat berikut : Moss mendefinisikan iklim sekolah sebagai
pengaturan suasana sosial atau lingkungan belajar. Moss membagi
lingkungan sosial menjadi 3 kategori, yaitu : (1) hubungan, termasuk
keterlibatan, berafiliasi dengan orang lain di dalam kelas, dan dukungan
guru; (2) pertumbuhan pribadi antara orientasi tujuan, meliputi
pengembangan pribadi dan peningkatan diri semua anggota lingkungan;
dan (3) pemeliharaan sistem dan perubahan sistem, meliputi ketertiban
dari lingkungan, kejelasan dari aturan aturan dan kesungguhan dari guru
dalam menegakkan aturan.9 Wenzkaff, mengemukakan iklim suatu
sekolah menginformasikan mengenai atmosfer dalam kelas, ruang
fakultas, kantor dan setiap gang yang ada di sekolah. Haynes,
mendefinisikan iklim sekolah sebagai kualitas dan konsistensi interaksi
interpersonal dalam masyarakat sekolah yang mempengaruhi kognitif
sosial pekembangan psikologi anak.
Styron dan Nyman menjelaskan iklim sekolah adalah komponen
penting untuk mewujudkan sekolah menengah yang efektif. Iklim
sekolah adalah lingkungan remaja yang ramah, santai, sopan, tenang dan
enerjik. Keseluruhan iklim sekolah dapat ditingkatkan oleh sikap dan
prilaku positif dari para siswa dan guru. Iklim sekolah berkaitan dengan
lingkungan yang produktif dan kondusif untuk belajar siswa dengan
suasana yang mengutamakan kerjasama, kepercayaan, kesediaan,
keterbukaan, bangga dan komitmen. Iklim sekolah berkaitan juga
prestasi akademik, moral fakultas dan prilaku siswa. Iklim sekolah
menengah yang optimal adalah iklim sekolah yang resfonsif terhadap
perkembangan kebutuhan setiap siswa, merangsang pertumbuhan pribadi
dan akademik.

9
Moss, R.H, “Evaluating Educational Environments. Procedures, Measures, Findings, and
Policy Implications”, San Fransisco: Jossey-Bass, (1979) h. 81

7
Pemahaman iklim sekolah sebagai persepsi individu merujuk pada
beberapa pendapat berikut. Stichter menyimpulkan iklim sekolah sebagai
persepsi bersama tentang apa yang sedang terjadi secara akademis, secara
sosial dan lingkungan di sekolah secara rutin.10 Iklim secara luas
menggambarkan persepsi bersama menyangkut beberapa hal yang ada di
sekeliling kita. Secara sempit iklim diartikan sebagai persepsi bersama
mengenai kebijakan organisasi dan prosedur pelaksana, baik secara
formal maupun informal.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat
dinyatakan bahwa iklim sekolah adalah suasana yang diciptakan oleh
kepala sekolah selaku pemimpin yang dapat menunjang terjadinya proses
belajar mengajar.
2. Urgensi Iklim Sekolah
Uraian mengenai urgensi iklim sekolah didasarkan pada dampak
yang dapat ditimbulkannya merujuk kepada beberapa berbagai
penelitian. Freiberg menegaskan iklim sekolah dapat menjadi pengaruh
positif pada kesehatan lingkungan belajar atau hambatan yang signifikan
untuk belajar.
Tentang pentingnya iklim sekolah Marshall memberikan
beberapa kesimpulan mengenai pentingnya iklim sekolah bagi berbagai
pihak, yaitu :
1. iklim sekolah dapat mempengaruhi banyak orang di sekolah,
2. iklim sekolah di perkotaan beresiko tinggi menunjukkan bahwa
lingkungan yang positif mendukung dan budaya sadar iklim sekolah
signifikan dapat membentuk kesuksesan siswa perkotaan dalam
memperoleh gelar akademik,
3. hubungan interpersonal yang positif dan kesempatan belajar yang
optimal bagi siswa di semua lingkungan demografis dapat
meningkatkan prestasi dan mengurangi prilaku maladaptive,

10
Stichter, Kenneth, “Student School Climate Perceptions as a Measure of School District
Goal Attainment”, Journal of Educational Research & Policy Studies, (2008) h. 45

8
4. iklim sekolah yang positif berkaitan dengan peningkatan kepuasan
kerja bagi personil sekolah,
5. iklim sekolah dapat memainkan peran penting dalam menyediakan
suasana sekolah yang sehat dan positif,
6. interaksi dari berbagai sekolah dan faktor iklim kelas dapat
memberikan dukungan yang memungkinkan semua anggota
komunitas sekolah untuk mengajar dan mengajar dengan optimal,
7. iklim sekolah termasuk kepercayaan, menghormati, saling mengerti
kewajiban dan perhatian untuk kesejahteraan lainnya, memilki
pengaruh yang kuat terhadap pendidik dan peserta didik, hubungan
antara peserta didik serta prestasi akademis dan kemajuan sekolah
secara keseluruhan. Iklim sekolah yang positif merupakan lingkungan
yang kaya untuk pertumbuhan pribadi dan keberhasilan akademik.11
Banyak penelitian telah mengidentifikasi berbagai dimensi untuk
mengukur iklim sekolah. Salah satunya menurut Gunbayi adalah Halpin
dan Croft yang mengajukan delapan dimensi iklim organisasi. Empat
diantaranya berfokus pada prilaku guru yaitu disengagement, hindrance,
esprit dan intimacy. Empat dimensi lagi fokus pada prilaku kepala
sekolah, yaitu aloofness, production, thrust, dan consideration.12 Tahun
1968 Harvard Business mengidentifikasi enam dimensi iklim sekolah,
yaitu flexibility, responsibility, standards, rewards, clarity and team
commitment. Schneider pada tahun 1983 mengemukakan enam dimensi
iklim organisasi, yaitu organizational support, member quality, opennes,
supervisory style, member conflict dan member autonomy.
Tahun 1996 Hoy, Hofman, Sabo dan Bliss menjabarkan enam
dimensi iklim sekolah, yang dikelompokkan ke dalam dua aspek, yaitu
aspek prilaku kepala sekolah dan aspek prilaku guru. Tiga dimensi kepala

11
Marshall, Megan L, “Defining Factors and Educational Influences. Center of Research
on School Climate and Classroom Management Georgia State University”, Examining School
Climate, (2002), h. 2
12
Gunbayi, “School Climate and Teachers’ Perceptions on Climate Factors: Research Into
Nine Urban High Schools.”, The Turkish Online Journal of Educational Technology, (2007). h.2

9
sekolah yang diukur adalah supprtive, directive dan restrictive,
sedangkan tiga dimensi prilaku guru yang diukur adalah collegial,
commited dan disengaged.
1. Supportive adalah perilaku kepala sekolah yang diarahkan kepada
kebutuhan sosial dan prestasi kerja. Kepala sekolah suka menolong,
benar – benar memperhatikan guru dan berupaya memotivasi dengan
menggunakan kritik yang konstruktif dan dengan memnberikan
contoh melalui kerja keras.
2. Directive adalah prilaku kepala sekolah yang kaku. Kepala sekolah
terus menerus memantau hampir semua aspek prilaku guru di
sekolah.
3. Restrictive adalah prilaku kepala sekolah yang membatasi pekerjaan
guru daripada memfasilitasinya. Kepala sekolah membebani guru
dengan pekerjaan administratif dan permintaan lainnya yang
mengganggu tanggung jawab mengajar.
4. Collegial adalah prilaku guru yang terbuka dan mendukung interaksi
antara guru secara profesional. Seperti saling menghormati dan
membantu satu sama lain baik secara individu maupun secara
kelompok.
5. Committed adalah prilaku guru yang diarahkan untuk membantu
siswa dalam mengembangkan kemampuan intelektual dan sosial.
Guru bekerja ekstra keras untuk memastikan keberhasilan siswa di
sekolah.
6. Disengaged adalah prilaku guru yang kurang fokus dan bermakna
bagi kegiatan profesional.
Cohen, et, al. Menjabarkan pengukuran iklim sekolah ke dalam
sepuluh dimensi, yang dikelompokkan ke dalam 4 kategori, yaitu : safety,
teaching and learning, interpersonal relationship dan institutional
environment.
Kategori pertama terdiri atas :

10
(1) rule and norms, meliputi adanya aturan yang dikomunikasikan
dengan jelas dan dilaksanakan dengan konsisten;
(2) physical safety meliputi perasaan siswa dan orang tua siswa yang
merasa aman dari kerugian fisik di sekolah;
(3) social and emotional security meliputi perasaan siswa yang merasa
aman dari cemoohan, sindiran dan pengucilan.
Kategori kedua terdiri atas :
(1) support and learning, menunjukkan adanya dukungan terhadap
praktek – praktek, seperti tanggapan yang positif dan konstruktif,
dorongan untuk mengambil resiko, tantangan akademik, perhatian
individual dan kesempatan untuk menunjukkan pengetahuan dan
keterampilan dalam berbagai cara:
(2) social and civic learning, menunjukkan adanya dukungan untuk
pengembangan pengetahuan dan keterampilan sosial dan
kemasyarakatan, termasuk mendengarkan secara efektif, pemecahan
masalah, refleksi dan tanggung jawab serta pembuatan keputusan yang
etis.
Kategori ke tiga terdiri atas :
(1) A Resfect For Divercity, menunjukkan adanya sikap saling
menghargai terhadap perbedaan individu pada semua tingkatan, yaitu
antara siswa dengan siswa, orang tua dengan siswa dan orang tua dengan
orang tua;
(2) soccial support adults, menunjukkan adanya kerjasama dan hubungan
yang saling mempercayai antara orang tua dengan orang tua untuk
mendukung siswa dalam kaitannya dengan harapan tinggi untuk sukses,
keinginan untuk mendengar dan kepedulian pribadi;
(3) social support students, menunjukkan adanya jaringan hubungan
untuk mendukung kegiatan akademik.
Kategori ke empat terdiri atas :

11
(1) school connctedness/engagement, meliputi ikatan positif dengan
sekolah, rasa memiliki dan norma – norma umum untuk berpartisipasi
dalam kehidupan sekolah bagi siswa dan keluarga;
(2) physical surroundings, meliputi kebersihan, keteetiban dan daya tarik
fasilitas dan daya tarik fasilitas dan sumber daya alam dan material yang
memadai.

C. Perencanaan Perubahan Sekolah

Perencanaan adalah salah satu dari fungsi manajemen yang sangat


penting. Bahkan kegiatan perencanaan ini melekat pada kegiatan
sekolah. Sebuah rencana akan sangat mempengaruhi sukses atau
tidaknya suatu kegiatan. Perencanaan mempunyai posisi yang penting
dalam sebuah organisasi. Tanpa adanya perencanaan maka jalannya
organisasi tidak jelas arah dan tujuannya. Oleh karena itu perencanaan
penting karena: (1) Dengan adanya perencanaan diharapkan tumbuhnya
suatu pengarahan kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-
kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan. (2) Dengan
perencanaan, maka dapat dilakukan suatu perkiraan (forecasting)
terhadap hal-hal dalam masa pelaksanaan yang akan dilalui. (3)
Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif
tentang cara terbaik atau kesempatan untuk memilih kombinasi cara yang
terbaik. (4) Dengan perencanaan dapat dilakukan penyusunan skala
priorita. (5) Dengan adanya rencana, maka akan ada suatu alat pengukur
atau standar untuk mengadakan pengawasan atau evaluasi kerja.13

1. Pengertian Perencanaan

Menurut Marno dan Triyo Supriyatno (2008:13), perencanaan


merupakan salah satu hal penting yang perlu dibuat untuk setiap usaha
dalam rangka mencapai suatu tujuan. Demikian pula halnya dalam

13
Muhammad Sahnan, Urgensi Perencanaan Pendidikan di Sekolah Dasar. Jurnal PPKn &
Hukum. Vol. 12 No. 2 Oktober 2017. Hal. 142-143

12
pendidikan Islam, perencanaan harus dijadikan langkah pertama yang
benar-benar diperhatikan oleh para manajer dan para pengelola
pendidikan Islam. Sebab perencanaan merupakan bagian penting dari
sebuah kesuksesan, kesalahan dalam menentukan perencanaan
pendidikan Islam akan berakibat sangat fatal bagi keberlangsungan
pendidikan Islam.

Menurut Cuningham sebagaimana dikutip Made Pidarta


(2005:1), perencanaan adalah menyeleksi dan menghubungkan
pengetahuan, fakta, imajinasi dan asumsi untuk masa yang akan datang
dengan tujuan memvisualisasi dan memformulasi hasil yang
diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-
batas yang dapat diterima dan digunakan dalam penyelesaian.
Perencanaan dalam pengertian ini menitikberatkan kepada usaha untuk
menyeleksi dan menghubungkan sesuatu dengan kepentingan masa
yang akan datang serta usaha untuk mencapainya. 14

Definisi lain menyatakan bahwa perencanaan adalah hubungan


antara apa yang ada sekarang (what is) dengan bagaimana seharusnya
(what should be) yang berkaitan dengan kebutuhan, penentuan tujuan,
prioritas, program dan alokasi sumber (Made Pidarta, 2005:3). Bintoro
Tjokroamidjojo menyatakan bahwa perencanaan dalam arti luas adalah
proses mempersiapkan kegiatankegiatan secara sistematis yang akan
dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut
Muhammad Fakri, perencanaan dapat diartikan sebagai proses
penyusunan berbagai keputusan yang akan dilaksanakan pada masa
yang akan datang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Lebih
lanjut Muhammad Fakri menyatakan bahwa perencanaan dapat juga
dikatakan sebagai suatu proses pembuatan serangkaian kebijakan untuk

14
Ibid. Hal. 144

13
mengendalikan masa depan sesuai yang ditentukan (Udin Syaifuddin
Sa’ud dan Abin Syamsuddin, 2005:4).

Dari beberapa definisi tentang perencanaan tersebut di atas,


dapat disimpulkan bahwa konsep yang ada dalam pengertian
perencanaan pendidikan adalah:

a. Suatu rumusan rancangan kegiatan yang ditetapkan berdasarkan visi,


misi dan tujuan pendidikan.
b. Memuat langkah atau prosedur dalam proses kegiatan untuk mencapai
tujuan pendidikan.
c. Merupakan alat kontrol pengendalian perilaku warga satuan pendidikan
(kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, komite sekolah).
d. Memuat rumusan hasil yang ingin dicapai dalam proses layanan
pendidikan kepada peserta didik.
e. Menyangkut masa depan proses pengembangan dan pembangunan
pendidikan dalam waktu tertentu, yang lebih berkualitas.15

2. Pentingnya Perencanaan

Perencanaan mempunyai posisi yang penting dalam sebuah


organisasi. Tanpa adanya perencanaan maka jalannya organisasi tidak
jelas arah dan tujuannya. Oleh sebab itu perencanaan penting karena:

a. Dengan adanya perencanaan diharapkan tumbuhnya suatu pengarahan


kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang
ditujukan kepada pencapaian tujuan.
b. Dengan perencanaan maka dapat dilakukan suatu perkiraan
(forecasting) terhadap hal-hal dalam masa pelaksanaan yang akan
dilalui.

15
Ibid. Hal. 146

14
c. Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif
tentang cara terbaik atau kesempatan untuk memilih kombinasi cara
yang terbaik.
d. Dengan perencanaan dapat dilakukan penyusunan skala prioritas.
e. Dengan adanya rencana maka akan ada suatu alat pengukur atau standar
untuk mengadakan pengawasan atau evaluasi kerja.16

3. Perubahan Sekolah Dan Karakteristik Keberhasilannya

Perubahan sekolah merupakan setiap upaya yang dilakukan oleh


warga sekolah dalam rangka memajukan sekolah. Dengan
mengedepankan unsur pimpinan, Lunenberg dan Ornstein (2006: 241)
mendefinisikan perubahan sekolah yaitu “upaya yang dilakukan oleh
para pimpinan sekolah untuk meningkatkan efektivitas sekolah”.
Efektivitas sekolah dapat dilihat dari tingkat ketercapaian tujuan yang
ditetapkan.17

Perubahan sekolah direncanakan dan dieksplisitkan dalam Rencana


Pengembangan Sekolah dan Rencana Operasional Sekolah. Setiap
sekolah merencanakan program dan kegiatan pendidikan yang bersifat
pengembangan (improvement) agar mutu pendidikan di sekolahnya
dapat meningkat dari sebelumnya. Semua program atau kegiatan yang
telah direncanakan, selanjutnya diimplementasikan, dan diupayakan
melembaga. Melembaga berarti berbagai perubahan sekolah yang
diupayakan dapat terus berjalan, menginternal dalam diri warga sekolah
dan juga melembaga dalam kehidupan sehari-hari di sekolah. Jika hal
ini yang terjadi, maka perubahan sekolah telah berhasil.18

Setiap sekolah pasti mengalami desakan dari dalam maupun


lingkungannya untuk melakukan perubahan sekolah. Perubahan

16
Ibid. Hal. 147
17
Dwi Esti Andriani, Peran Kepala Sekolah dalam Upaya Mewujudkan Perubahan
Sekolah. No. 02/Th IV/Oktober/2008. Hal. 53
18
Ibid. Hal. 54

15
sekolah yang dilakukan hendaknya direncanakan, diimplementasikan,
dan Dengan kata lain, perubahan tidak sekedar implementasi
program/kegiatan yang berhenti seiring tercapainya tujuan
program/kegiatan. Perubahan sekolah hendaknya disadari,
direncanakan, dan dilaksanakan terus menerus dalam rangka
pencapaian mutu pendidikan yang diinginkan. Perubahan sekolah
menginternal dalam diri setiap warga sekolah dan melembaga dalam
kehidupan sekolah. Dalam konteks ini, peran kepala sekolah sebagai
katalisator, kreator, fasilitator, dan stabilisator perubahan sekolah
sangat penting.19

D. Supervisor sebagai Upaya Peningkatan Kinerja


1. Peran dan fungsi supervisor dalam konteks sekolah

Di tingkat pusat fungsi pengawasan dilaksanakan oleh Inspektur


Jenderal, di tingkat Provinsi dan di tingkat Kabupaten/Kota disebut
pengawas. Hanya saja dalam perkembangan terakhir istilah yang
banyak digunakan adalah pengawas. Sedangkan orang-orang yang
melakukan pengawasan disebut Pengawas/ Supervisor.20

Karyadi (1984:47) menjelaskan supervisor sebagai seorang di


dalam suatu organisasi yang bertanggung jawab terhadap kelompok
kerjanya. Moekijat (1990:573) menjelaskan bahwa supervisor adalah
seorang anggota dari management pertama yang bertanggung jawab
atas pekerjaan dari kelompoknya kepada tingkatan management yang
lebih tinggi. Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
supervisor adalah seorang yang bertugas dan bertanggung jawab
mengatur dan mengawasi pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya

19
Ibid. Hal. 60
20
Dr. Inom Nasution, M.Pd, Supervisi Pendidikan, ( Medan : CV. Pusdiktara Mitra Jaya, 2021).
Hal. 6

16
agar tujuan yang diinginkan data tercapai sesuai dengan apa yang sudah
direncanakan.21

Dalam konteks sekolah, kepala sekolah dapat menjadi


supervisornya. Maka, Kepala sekolah di haruskan memiliki kompetensi
supervisi supaya dapat melakukan bantuan atau bimbingan terhadap
guru-guru yang di pimpinnya dalam rangka meningkatkan
keprofesionalan guru dalam mengajar. Selain sebagai pemimpin yang
membawahi seluruh personalia yang ada, maka kepala sekolah juga
menjadi seorang supervisor yang menjalankan kegiatan supervisi.
Jabatan Supervisor adalah jabatan yang otomatis melekat padanya.
Supervisor yang dimaksud adalah orang yang berfungsi memberi
bantuan kepada guru-guru dalam menstimulasi guru-guru kearah yang
lebih baik dalam pembelajaran.
Sebagai supervisor, kepala sekolah mensupervisi pekerjaan yang
dilakukan oleh tenaga kependidikan. Supervisi sesungguhnya dapat
dilaksanakan oleh kepala sekolah yang berperan sebagai supervisor,
tetapi dalam sistem organisasi pendidikan modern diperlukan
supervisor khusus yang independen dan dapat meningkatkan
objektivitas pembinaan dan pelaksanaan tugasnya. 22

Jadi kepala sekolah memiliki peran yang amat besar guna


mewujudkan efektivitas output sumberdaya yang menjamin
kesinambungan pembangunan bangsa, lebih-lebih lagi dipengaruhi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka peran kepala
sekolah jauh lebih dominan, kenyataan yang demikian mengharuskan

21
Rinni Mongan, Et. Al. Analisis Kepemimpinan Supervisor Dalam Meningkatkan Kinerja
Karyawan F & B Service Hotel. Jurnal Hospitaliti Dan Pariwisata. Volume 1, Nomor 2, Juli 2014,
Hlm, 106-207. Hal.153
22
Ametembun, Supervisi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 1981), h.4.

17
makin perlunya penguasaan kompetensi kepemimpinan bagi seorang
kepala sekolah.

Kepala sekolah sebagai supervisor artinya kepala sekolah


berfungsi sebagai pengawas, pengendali, pembina, pengarah, dan
pemberi contoh kepada para guru dan staf yang ada di sekolah. Salah
satu hal yang terpenting bagi kepala sekolah sebagai supervisor adalah
memahami tugas dan kedudukan karyawan-karyawan atau staf di
sekolah yang dipimpinnya. Dengan demikian kepala sekolah bukan
hanya mengawasi karyawan dan guru yang sedang menjalani kegiatan,
tetapi ia membekali diri dengan pengetahuan dan pemahamannya yang
luas tentang tugas dan fungsi stafnya, agar pengawasan dan pembinaan
berjalan dengan baikdan tidak membingungkan .23

2. Keterampilan yang dibutuhkan oleh Supervisor

Kimball Wiles (1955) yang menjelaskan bahwa supervisi adalah


bantuan yang diberikan untuk memperbaiki situasi belajar mengajar
yang lebih baik. Dijelaskan bahwa situasi belajar mengajar di sekolah
akan lebih baik tergantung kepada keterampilan supervisor sebagai
pemimpin.

Seorang supervisor yang baik memiliki lima keterampilan dasar,


yaitu:

1. Keterampilan dalam hubungan-hubungan kemanusiaan


2. Keterampilan dalam proses kelompok
3. Keterampilan dalam kepemimpinan pendidikan
4. Keterampilan dan mengatur personalia sekolah

23
Herabudin, Adminisrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), h. 210

18
5. Keterampilan dalam evaluasi. 24

3. Supervisi dalam Peningkatan Kinerja

Apabila pengawas memberikan pelayanan dengan baik dan


melaksanakan supervisi dengan penuh perhatian dan sesuai dengan
kebutuhan guru maka supervisi akan bermanfaat. Apabila supervisi
dilakukan tidak dengan pelayanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
guru mengakibatkan kurangnya manfaat supervisi. Menurut Semiawan
dikutip Imron bahwa aspsek yang menyebabkan kurangnya manfaat
supervisi karena sistem supervisi kurang memadai dan sikap mental
dari supervisor yang kurang sehat. Sedangkan dikaji dari sikap mental
yang kurang sehat dari supervisor terlihat beberapa indikasi, yaitu; (1)
hubungan profesional yang kaku dan kurang akrab akibat sikap otoriter
dari supervisor, sehingga guru takut bersifat terbuka kepada supervisor,
(2) banyak supervisor dan guru merasa sudah berpengalaman, sehingga
merasa tidak perlu lagi belajar, (3) supervisor dan guru merasa cepat
puas dengan hasil belajar siswa.25 Dengan demikian, dampak yang
terjadi terhadap supervisi dapat dipengaruhi oleh apa yang dilakukan
supervisor.

Ada beberapa hal yang menyebabkan meningkatnya kinerja guru


salah satunya supervisi yang dilakukan kepala sekolah. Menurut
Wahyudi (2009), supervisi pendidikan berperan memberikan
kemudahan dan membantu kepala sekolah dan guru mengembangkan
potensi secara optimal. Supervisi harus dapat meningkatkan
kepemimpinan kepala sekolah sehingga dapat mencapai efektifits dan
efisiensi program sekolah secara keseluruhan. Melalui supervisi yang

24
Abd. Rahman, Supervisi dan Pengawasan Dalam Pendidikan, JURNAL PILAR: Jurnal Kajian
Islam Kontemporer Volume 12 , No. 2, Desember 2021 p-ISSN: 1978-5119; e-ISSN: 2776-3005,
hal,. 54
25
Dr. Inom Nasution, M.Pd, Supervisi Pendidikan, ( Medan : CV. Pusdiktara Mitra Jaya, 2021).
halm Hal. 8

19
dilakukan oleh supervisor maka guru diberikan kesempatan untuk
meningkatkan kinerja, dilatih untuk memecahkan berbagai
permasalahan yang dihadapi.26

Dengan adanya pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah


diharapkan memberi dampak terhadap terbentuknya sikap professiotal
guru. Sikap professional guru merupakan hal yang amat penting dalam
memelihara dan meningkatkan profesionalitas guru, karena selalu
berpengaruh pada perilaku dan aktivitas keseharian guru. Perilaku
profesional akan lebih diwujudkan dalam diri guru apabila institusi
tempat ia bekerja memberi perhatian lebih banyak pada pembinan,
pembentukan, dan pengembangan sikap profesional (Pidarta,
1996:380). Untuk meningkatkan kinerja guru faktor penting yang tidak
dapat diabaikan adalah motivasi, keterbukaan manajemen kepala
sekolah, dan pelaksanaan supervisi kepala sekolah yang ideal dan
sesuai dengan langkah kerja yang benar. Supervisi yang mengandung
arti semua usaha yang dilakukan supervisor dalam bentuk pemberian
bantuan, bimbingan, pergerakan motivasi, nasihat, dan pengarahan
yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam proses
belajar mengajar, yang pada gilirannya meningkatkan hasil belajar
siswa (Hamalik, 2006a:63).

Kepala sekolah dituntut memahami perannya sebagai manajer


sekolah, dan harus mampu membawa lembaga sekolah ke arah
kemajuan. Anggapan dan pola pikir yang mengharapkan pendidikan
maju tidaklah berlebihan karena kemajuan pendidikan memang sudah
melesat seiring kemajauan zaman. Melesatnya kemajuan di bidang
pendidikan menuntut adanya kinerja guru yang tinggi pula. Disamping
itu, kepala sekolah selaku supervisor harus mampu menumbukan

26
Ijang Kurnia, Peningkatan Kinerja Guru Melalui Kegiatan Supervisi Kepala Sekolah, Jurnal Visi
Ilmu Pendidikan. Hal. 552

20
kemampuan, keterampilan, dan kemauan guru untuk meningkatkan
kinerja, schingga menghasilkan prestasi kerja. 27

Kemudian, supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja guru akan


berpengaruh secara psikologis terhadap kinerja guru. Guru yang puas
dengan pemberian supervisi kepala sekolah dan motivasi kerjanya
tinggi maka ia akan bekerja dengan sukarela yang akhirnya dapat
membuat produktivitas kerja guru meningkat. Tetapi jika guru kurang
puas terhadap pelaksanaan supervisi kepala sekolah dan motivasi
kerjanya rendah maka guru dalam bekerja kurang bergairah, hal ini
mengakibatkan produktivitas guru menurun.

Dengan adanya kesungguhan dalam bekerja, tidak mudah puas


atas hasil kerjanya, terus memiliki keinginan untuk meningkatkan
pengetahuan, selalu berinovasi dan kreatif dalam pembelajaran dan
mererima dorongan dari kepala sekolah maupun dari rekan kerja demi
peningkatan kerja dan kemajuan pembelajaran, sehingga berdampak
positif terhadap kinerja guru.28

27
Op,cit Ijang Kurnia, hal. 553
28
Op,cit Ijang Kurnia, hal. 554

21
PENUTUP

Simpulan

Budaya sekolah adalah kualitas sekolah di kehidupan sekolah yang


tumbuh dan berkembang berdasarkan spirit dan nilai-nilai tertentu yang
dianut sekolah Lebih lanjut dikatakan bahwa budaya sekolah adalah
keseluruhan latar fisik, lingkungan, suasana, rasa, sifat, dan iklim sekolah
yang secara produktif mampu memberikan pengalaman baik bagi
bertumbuh kembangnya kecerdasan, keterampilan, dan aktifitas siswa.

Selanjutnya, iklim sekolah didefinisikan secara bervariasi oleh


para ahli sebagai hasil dari persepsi subyektif terhadap sistem formal,
gaya informal kepala sekolah, dan faktor lingkungan penting lainnya
yang mempengaruhi sikap, kepercayaan, nilai dan motivasi individu
yang berada pada sekolah tersebut.

Kemudian, mengenai perencanaan pendidikan adalah:

a. Suatu rumusan rancangan kegiatan yang ditetapkan berdasarkan


visi, misi dan tujuan pendidikan.
b. Memuat langkah atau prosedur dalam proses kegiatan untuk
mencapai tujuan pendidikan.
c. Merupakan alat kontrol pengendalian perilaku warga satuan
pendidikan (kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, komite
sekolah).
d. Memuat rumusan hasil yang ingin dicapai dalam proses layanan
pendidikan kepada peserta didik.

Menyangkut masa depan proses pengembangan dan pembangunan


pendidikan dalam waktu tertentu, yang lebih berkualitas

Terakhir, terdapat peran dan fungsi serta keterampilan yang


dibutuhkan supervisor dalam upaya meningkatkan kinerja. Untuk
meningkatkan kinerja guru faktor penting yang tidak dapat diabaikan

22
adalah motivasi, keterbukaan manajemen kepala sekolah, dan
pelaksanaan supervisi kepala sekolah yang ideal dan sesuai dengan
langkah kerja yang benar. Supervisi yang mengandung arti semua usaha
yang dilakukan supervisor dalam bentuk pemberian bantuan, bimbingan,
pergerakan motivasi, nasihat, dan pengarahan yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan guru dalam proses belajar mengajar, yang
pada gilirannya meningkatkan hasil belajar siswa (Hamalik, 2006a:63).

23
DAFTAR PUSTAKA

Gunbayi, Ilhan. “School Climate and Teachers’ Perceptions on Climate Factors:


Research Into Nine Urban High Schools.” The Turkish Online Journal of
Educational Technology 6, no. 3 (2007).

Milner, Karen, and Harriet Khoza. “A Comparison of Teacher Stress and School
Climate across Schools with Different Matric Success Rates.” South African
Journal of Education 28 (2008). https://doi.org/10.15700/saje.v28n2a38.

Pretorius, Stephanus, and Elsabe de Villiers. “Educators’ Perceptions of School


Climate and Health in Selected Primary Schools.” Educators’ Perceptions of
School Climate and Health in Selected Primary Schools 29 (2009).
https://doi.org/10.15700/saje.v29n1a230.

Tubbs, J.Eric, and Mary Garner. “The Impact Of School Climate On School
Outcomes.” Journal of College Teaching & Learning 5, no. 9 (2008).
https://doi.org/10.19030/tlc.v5i9.1230.

Sorenson, Richard D., Goldsmith, Lloyd M. (2008). The Principal’s Guide to


Managing School Personnel. Corwin Press., (2008)

Moos, R.H. 1519. Evaluating Educational Environments: Procedures, Measures,


Findings, and Policy Implications. San Francisco: Jossey-Bass. (1979)

24
Stichter, Kenneth, “Student School Climate Perceptions as a Measure of School
District Goal Attainment”, Journal of Educational Research & Policy
Studies, (2008)

Marshall, Megan L, “Defining Factors and Educational Influences. Center of


Research on School Climate and Classroom Management Georgia State
University”, Examining School Climate, (2002)

Sergiovanni, T. J., and Starratt, R. J, Supervision: A redefinition. New York:


McGraw-Hill (1998)

Sahnan, Muhammad. Urgensi Perencanaan Pendidikan di Sekolah Dasar. Jurnal


PPKn & Hukum. Vol. 12 No. 2 Oktober 2017. Hal. 142-143

Esti Andriani, Dwi. Peran Kepala Sekolah dalam Upaya Mewujudkan Perubahan
Sekolah. No. 02/Th IV/Oktober/2008. Hal. 53

Nasution, M.Pd, Dr. Inom. Supervisi Pendidikan. Medan : CV. Pusdiktara Mitra
Jaya. 2021.

Mongan, Rinni Et. Al. Analisis Kepemimpinan Supervisor Dalam Meningkatkan


Kinerja Karyawan F & B Service Hotel. Jurnal Hospitaliti Dan Pariwisata.
Volume 1, Nomor 2, Juli 2014, Hlm, 106-207.

Ametembun, Supervisi Pendidikan. Bandung: Alfabeta. 1981.

Herabudin. Adminisrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. 2009.

Rahman, Abd. Supervisi dan Pengawasan Dalam Pendidikan. JURNAL PILAR:


Jurnal Kajian Islam Kontemporer Volume 12 , No. 2, Desember 2021 p-
ISSN: 1978-5119; e-ISSN: 2776-3005.

Kurnia, Ijang. Peningkatan Kinerja Guru Melalui Kegiatan Supervisi Kepala


Sekolah, Jurnal Visi Ilmu Pendidikan.

25

Anda mungkin juga menyukai