Anda di halaman 1dari 13

KULTUR SEKOLAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Sosiologi Antropologi

Dosen Pengampu : Yuri Alamsyah, M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 11

Syafi’i Lingga

Muhammad Luthfi Arrosyid

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PSDKU ROBITHOH

JURUSAN AL-QUR’AN DAN TAFSIR

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puja, puji serta syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya
ilmiah tentang “Kultur Sekolah”.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut membantu dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan
bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan,


baik dari penyusunan maupun tata Bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini.
Oleh karena itu, kami rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.

Bandung, 25 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam terminologi kebudayaan, pendidikan yang berwujud dalam bentuk


lembaga atau intansi sekolah dapat dianggap sebagai pranata sosial yang di
dalamnya berlangsung interaksi antara pendidik dan peserta didik sehingga
mewujudkan suatu sistem nilai atau keyakinan, dan juga norma maupun kebiasaan
yang dipegang bersama. Pendidikan sendiri adalah suatu proses budaya. Masalah
yang terjadi saat ini adalah nilai-nilai yang mana yang harus dikembangkan atau
dibudayakan dalam proses pendidikan yang berbasis mutu itu. Dengan demikian
sekolah menjadi tempat dalam mensosialisasikan nilai-nilai budaya yang tidak
hanya terbatas pada nilai-nilai keilmuan saja, melainkan semua nilai-nilai
kehidupan yang memungkinkan mampu mewujudkan manusia yang berbudaya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu kultur sekolah ?
2. Apa saja karakteristik kultur sekolah ?
3. Apa saja unsur-unsur kultur sekolah ?
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kultur Sekolah

Secara etimologis, budaya berasal dari Bahasa inggris yakni culture.


Istilah “kultur” pada mulanya datang dari didiplin ilmu Antropologi Sosial.
Istilah kultur dapat diartikan sebagai totalitas pola perilaku, kesenian,
kepercayaan, kelembagaan, dan semua produk lain dari karya dan pemikiran
manusia yang mencirikan kondisi suatu masyarakat atau penduduk yang
ditransmisikan bersama. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, budaya
(cultural) diartikan sebagai pikiran adat istiadat, sesuatu yang sudah
berkembang, sesuatu yang menjadi kebiasaan yang sukar diubah. Dalam
pemakaian sehari-hari, orang biasanya mensinonimkan pengertian budaya
dengan tradisi (tradition). Dalam hal ini, tradisi diartikan sebagai ide-ide
umum, sikap dalam kebiasaan dari kelompok dalam masyarakat tersebut.

Kultur atau budaya sekolah dapat didefinisikan sebagai tradisi,


keyakinan, dan norma-norma di dalam sekolah, yang dapat dibentuk,
diperkuat, dan dipelihara melalui pimpinan dan para guru sekolah (Short &
Greer, 1997). Istilah budaya sekolah dapat digambarkan sebagai lingkungan
yang mempengaruhi perilaku guru dan siswa. Budaya sekolah merupakan
keyakinan-keyakinan dan sikap atau perilaku bersama menandai organisasi
lingkungan sekolah dan menetapkan batas batas bagi unit-unit yang ada di
dalamnya.

Budaya sekolah menggambarkan gagasan atau ide bersama, yang


meliputi anggapan-anggapan, nilai-nilai, dan keyakinan-keyakinan, yang
menyebabkan terbentuknya suatu organisasi identitas dan standar-standar
perilaku yang diharapkan. Gagasan-gagasan tersebut telah berurat berakar
dalam diri setiap warga sekolah. Pemahaman bersama dilakukan guru,
karyawan, dan siswa untuk menyusun respon mereka terhadap harapan-
harapan yang berasal dari luar (orang tua dan masyarakat), dan juga dari
dalam (pemerintah). Budaya sekolah didasarkan pada pengalaman masa lalu
yang diorientasikan ke masa depan dengan bersandarkan pada cita-cita
‘bagaimana mewujudkan harapan-harapan tersebut dalam kehidupan di
lingkungan sekolah.

a. Komponen Kultur Sekolah


Kultur sekolah tergambar dalam suatu atmosfir organisasi, keyakinan,
dan aturan-aturan moral. Ciri-ciri lingkungan kultur sekolah dapat ditarik
atau disimpulkan dari beberapa lapis:
1. Artifak dan simbol: cara-cara bagaimana bangunan-bangunan
didekorasi dan dipelihara.
2. Nilai-nilai: sikap-sikap dan perilaku yang dipelihatkan oleh
pimpinan sekolah, guru, dan karyawan, dalam berinteraksi dan
menjalankan fungsi-fungsi mereka.
3. Anggapan: keyakinan-keyakinan yang menjamin hakekat manusia.
b. Budaya sekolah dipelihara melalui praktek-praktek berikut:
1. Keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai yang menjadi pedoman dalam
komunikasi individual dan memperkuatnya.
2. Adanya sosok atau tokoh yang berusaha keras untuk memperlihatkan
nilai-nilai itu dalam dirinya.
3. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang memperkuat nilai-nilai tesebut.
4. Kriteria yang menggabarkan ideal dan masa depan sekolah.

Lapis dan Komponen Budaya Sekolah


Lapis Budaya Mendukung Menghambat
Sekolah Pembelajaran Pembelajaran
Artifak dan Simbol Tata ruang di Tata ruang di
lingkungan sekolah lingkungan sekolah
disesuaikan dengan kurang mendukung
perkembangan, kepentingan
kebutuhan, dan perkembangan dan
pencapaian prestasi pembelajaran siswa
mereka
Nilai-nilai Guru, karyawan, Guru, karyawan,
siswa, dan orang siswa, dan orang
tua/wali siswa, tua/wali siswa tidak
berpartisipasi dalam berpartisipasi dalam
pengambilan pengambilan suara.
keputusan.
Anggapan dan  Semua siswa dapat  Sebagian siswanya
Keyakinan belajar dengan baik tidak mampu dan
dan nyaman. malas belajar.
 Orang tua/wali  Orang tua/wali
siswa siswa tidak
menginginkan memiliki
anak-anak mereka kepedulian
berhasil dengan terhadap prestasi
baik. anak.
 Orang tua/wali  Orang tua/wali
siswa menjadi siswa tidak peduli
mitra dalam proses dengan pendidikan
pendidikan.

B. Karakteristik Kultur Sekolah

Dalam lingkup tatanan dan pola yang menjadi karakteristik sebuah


sekolah, kebudayaan memiliki dimensi yang dapat diukur yang menjadi ciri
budaya sekolah. Menurut Robbins (1994) karakteristik umum budaya sekolah
adalah sebagai berikut:

1. Inisiatif individual.
Tingkat tanggung jawab, kebebasan dan independesi warga atau personil
sekolah dan lainnya dalam berinisiatif.
2. Toleransi terhadap tindakan beresiko.
Sejauh mana para personil sekolah dianjurkan dalam bertindak progresif,
inovatif, dan berani mengambil resiko.
3. Arah.
Sejauh mana sekolah menciptakan visi, misi, tujuan, sasaran sekolah, dan
upaya mewujudkannya.
4. Integrasi.
Sejauh mana unit-unit dalam sekolah didorong untuk bekerja dengan cara
terkoordinasi.
5. Dukungan dan manajemen.
Tingkat sejauh mana kepala sekolah memberi informasi yang jelas,
bantuan serta dukungan terhadap personil sekolah.
6. Kontrol.
Jumlah pengaturan dan pengawasan langsung yang digunakan untuk
mengawasi dan mengendalikan perilaku personil sekolah.
7. Identitas.
Sejauh mana para personil sekolah mengidentifikasi dirinya secasra
keseluruhan dengan sekolah ketimbang dengan kelompok kerja tertentu
atau bidang keahlian profesional.
8. Sistem imbalan.
Sejauh mana alokasi imbalan diberikan didasarkan atas kriteria prestasi.
9. Toleransi terhadap konflik.
Sejauh mana personil sekolah didorong untuk mengemukakan konflik
dan kritik secara terbuka.
10. Pola-pola komunikasi.
Sejauh ,ama komunikasi antar personil dibatasi oleh hierarki yang
formal.

Dari sekian karakterstik yang ada dapat dikatakan bahwa budaya sekolah
bukan hanya refleksi dari sikap para personil sekolah, namun juga merpakan
cerminan kepribadian sekolah yang ditunjukan oleh perilaku individu dan
kelompok dalam komunitas sekolah.

C. Unsur-unsur kultur sekolah

Budaya sekolah muncul sebagai fenomena yang unik dan menarik,


pandangan, sikap, serta perilaku yang hidup dan berkembang mencerminkan
kepercayaan dan keyakinan yang mendalam dan khas bagi warga sekolah
yang dapat berfungsi sebagai semangat membangun karakter siswanya.

Menurut Ahyar mengutip Sastrapratedja, mengelompokkan unsur-unsur


budaya sekolah dalam dua kategori:

1. Unsur yang kasat mata (visual) terdiri dari visual verbal dan visual
material. Visual verbal meliputi:
a. Visi, misi, tujuan dan sasaran.
b. Kurikulum.
c. Bahasa dan komunikasi.
d. Narasi sekolah.
e. Narasi tokoh-tokoh.
f. Struktur organisasi.
g. Ritual.
h. Upacara.
i. Prosedur belajar mengajar.
j. Peraturan, sistem ganjaran dan hukuman.
k. Pelayan psikologi sosial.
l. Pola interaksi sekolah dengan orang tua.

Adapun unsur visual material meliputi:

a. Fasilitas dan peralatan.


b. Artifak dan tanda kenangan.
c. Pakaian seragam.
2. Unsur yang tidak kasat mata sendiri meliputi filsafat atau pandangan
dasar sekolah

Semua unsur merupakan sesuatu yang dianggap penting dan harus


diperjuangkan oleh sekolah. Perlu dinyatakan dalam bentuk visi, misi, tujuan,
tata tertib dan sasaran yang lebih terperinci yang akan dicapai sekolah.
Budaya sekolah merupakan asetdan tidak sama antara sekolah satu dengan
yang lain. Budaya sekolah dapat diamati melalui pencerminan hal-hal yang
diamati atau artifak. Artifak dapat diamati melalui aneka ritual sehari-hari di
sekolah, berbagai upacara, benda-benda simbolik di sekolah, serta aktifitas
yang berlangsung di sekolah.

Keberadaan kultur ini segera dapat dikenali ketika orang mengadakan


kontak dengan sekolah tersebut. Bentuk budaya sekolah secara intrinsik
muncul sebagai suatu fenomena yang unik dan menarik, karena pandangan
sikap, perilaku yang hidup dan berkembang dalam sekolah pada dasar
mencerminkan kepercayaan dan keyakinan yang mendalam dan khas dari
warga sekolah.

Djemari Mardapi membagi unsur-unsur budaya sekolah jika ditinjau dari


usaha peningkatan kualitas pendidikan terdiri dari 3 aspek :

1. Kultur sekolah yang positif


Kultur sekolah yang positif adalah kegiatan-kegiatan yang mendukung
peningkatan kualitas pendidikan, misal kerjasama dalam mencapai
prestasi, penghargaan terhadap prestasi, dan komitmen terhadap belajar.
2. Kultur sekolah yang negatif
Kultur sekolah yang negatif adalah kultur yang kontra terhadap
peningkatan mutu pendidikan. Artinya resisten terhadap perubahan, misal
dapat berupa: siswa takut salah, siswa takut bertanya, dan siswa jarang
melakukan kerja sama dalam memecahkan masalah.
3. Kultur sekolah yang netral
Kultur sekolah yang netral adalah yang tidak berfokus pada satu sisi
namun dapat memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan
peningkatan mutu pendidikan. Hal ini bisa berupa arisan keluarga
sekolah, seragam guru, seragam siswa dan lain-lain. Budaya sekolah
sekolah terbentuk dari eratnya kegiatan akademik dan kesiswaan.
Melalui, kegiatan yang beragam dalam bidang keilmuan, keolahragaan,
dan kesenian membuat siswa dapat menyalurkan bakat minat masing-
masing.
BAB III

PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Sumar, Warni Tune, S.Pd., M.Pd. Strategi Pemimpin dalam Penguatan Iklim
Sekolah Berbasis Budaya Kearifan Lokal (Budaya Huyula): Berlandaskan
Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Deepublish, 2018.

Prof. Dr. Sudrajat (ed.), Ajat, Budaya Sekolah & Pendidikan Karakter (Kapita
Selekta). Yogyakarta: Intan Media, 2014.

Abdullah, Moh, moch. Faizin Muflich, Lailil Zumroti dan Muamad Basyrul
Muvid, PENDIDIKAN ISLAM: Mengupas Aspek-aspek Dalam Dunia
Pendidikan Islam. Yogyakarta: Aswaja Pressindo. 2019.

Amsori, 2013, Kultur Sekolah.


http://20231076.siap-sekolah.com/2013/12/04/kultur-sekolah/#_ftn2 ,
diakses: 25 November 2022

Anda mungkin juga menyukai