Anda di halaman 1dari 11

Proposal Penelitian

Pengaruh Organisasi Terhadap Prestasi Siswa di sekolah

Disusun oleh :
Faridl Taslim Romadhon
0142S1A020004

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BOGOR RAYA
TAHUN 2023/2024
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan dianggap sebagai fondasi pembangunan suatu bangsa dan memiliki peran
krusial dalam membentuk masa depan individu serta masyarakat. Kualitas pendidikan
dapat diukur melalui prestasi siswa, yang mencerminkan sejauh mana tujuan pendidikan
tercapai di tingkat individu dan institusi. Prestasi siswa tidak hanya dipengaruhi oleh
faktor internal, seperti kecerdasan dan bakat siswa, tetapi juga oleh faktor eksternal,
termasuk lingkungan belajar di sekolah. Sekolah, sebagai lembaga pendidikan utama,
harus menciptakan lingkungan yang mendukung dan merangsang perkembangan siswa.
Faktor organisasi di sekolah, seperti budaya sekolah, kepemimpinan, dan kebijakan
sekolah, menjadi aspek penting yang dapat memengaruhi prestasi siswa.
Budaya sekolah menciptakan landasan normatif dan nilai-nilai bersama yang
memengaruhi perilaku dan pola interaksi di antara anggota sekolah. Kepemimpinan
sekolah memiliki peran kunci dalam membentuk arah dan tujuan sekolah, serta dalam
menciptakan iklim belajar yang kondusif. Kebijakan sekolah, termasuk program
akademis dan manajemen sumber daya, dapat berdampak langsung pada proses
pembelajaran dan hasil akhir siswa.
Namun, dalam realitasnya, tidak semua sekolah memiliki faktor-faktor organisasi
yang sama kuat dan positif. Ada variasi besar dalam cara sekolah diorganisir dan dielola.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian yang mendalam untuk memahami sejauh
mana faktor-faktor organisasi di sekolah dapat memengaruhi prestasi siswa. Melalui
pemahaman ini, kita dapat mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan atau diperbaiki
dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di tingkat dasar. Penelitian ini bertujuan
untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan tentang hubungan antara faktor-faktor
organisasi di sekolah dengan prestasi siswa. Dengan menganalisis dampak budaya
sekolah, kepemimpinan, dan kebijakan sekolah, kita dapat memberikan rekomendasi
konkret untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan mencapai tujuan pendidikan
nasional. Dengan demikian, penelitian ini menjadi relevan dan mendesak dalam konteks
peningkatan sistem pendidikan nasional yang berkelanjutan.
B. Permasalahan Penelitian
1. "Bagaimana budaya organisasi di sekolah dapat memengaruhi motivasi dan
keterlibatan siswa dalam kegiatan akademis?"
2. "Apakah kepemimpinan sekolah memiliki pengaruh signifikan terhadap
pembentukan lingkungan belajar yang kondusif bagi prestasi siswa?"
3. "Apa peran kebijakan manajemen sekolah dalam menciptakan struktur dan proses
yang mendukung pencapaian tinggi siswa?"
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah budaya di sekolah dapat memengaruhi motivasi dan
keterlibatan siswa dalam kegiatan akademis.
2. Untuk mengetahui Apakah kepemimpinan sekolah memiliki pengaruh signifikan
terhadap pembentukan lingkungan belajar yang kondusif bagi prestasi siswa.
3. Untuk mengetahui Apa peran kebijakan manajemen sekolah dalam menciptakan
struktur dan proses yang mendukung pencapaian tinggi siswa.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan panduan kepada sekolah dan
pengambil kebijakan pendidikan untuk meningkatkan faktor-faktor organisasi yang
berkontribusi positif terhadap prestasi siswa.
1. Memberikan wawasan yang mendalam tentang faktor-faktor organisasi di sekolah
yang memengaruhi prestasi siswa.
2. Membantu sekolah dan lembaga pendidikan dalam meningkatkan budaya sekolah
yang kondusif untuk pembelajaran.
3. Memberikan kontribusi pada pemahaman terhadap peran kepemimpinan sekolah
dalam merancang strategi dan kebijakan yang mendukung pengembangan
organisasi yang efektif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Faktor Organisasi di Sekolah
a) Budaya Sekolah
a. Pengertian
Budaya sekolah mencakup nilai-nilai, norma, dan keyakinan bersama yang
membentuk identitas sekolah. Menurut Deal dan Peterson (2009), budaya
sekolah dapat memengaruhi motivasi belajar siswa dan membentuk
lingkungan belajar yang positif.
Budaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bisa diartikan sebagai
pikiran, akal budi, adat istiadat, sesuatu mengenai kebudayaan yang sudah
berkembang, dan sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar
diubah. Sehingga, bisa disimpulkan bahwa budaya sekolah adalah adat
istiadat atau kebiasaan yang sudah berkembang dan sukar diubah di
lingkungan sekolah.
Pengertian budaya sekolah telah disampaikan oleh Zamroni, yaitu pola
nilai-nilai, tradisi-tradisi, prinsip-prinsip, dan kebiasaan-kebiasaan yang
terbentuk dalam perjalanan panjang sekolah, serta dikembangkan di sekolah
dalam jangka waktu lama hingga menjadi pegangan dan diyakini seluruh
warga di sekolah tersebut, sehingga memunculkan sikap dan perilaku seluruh
warga sekolah.
Sementara itu, warga sekolah didefinisikan dari UU nomor 20 tahun 2023
tentang Sistem Pendidikan Nasional, adalah peserta didik, pendidik, kepala
sekolah, dan komite sekolah. Lebih lanjut, budaya sekolah menurut Deal dan
Peterson diartikan sebagai sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi,
kebiasaan sehari-hari, dan simbol-simbol yang dipraktikkan kepala sekolah,
pendidik, petugas kependidikan, peserta didik, dan masyarakat sekitar
sekolah.
b. Tujuan budaya sekolah
Di bawah ini adalah tujuan dari budaya sekolah yang penting untuk dijaga
dalam sebuah sekolah:
1) Mewujudkan peningkatan hasil belajar siswa.
2) Menciptakan kepuasan kerja.
3) Mewujudkan produktivitas kerja.
4) Mengarahkan perilaku warga sekolah agar dapat meningkatkan
mutu proses dan hasil belajar siswa.
5) Menciptakan kerja tim warga sekolah yang kompak.
6) Menyaring budaya global yang tidak sesuai dengan budaya lokal
sekolah.
7) Mewujudkan peningkatan komitmen dan motivasi para warga
sekolah hingga orang tua siswa.
8) Mewujudkan sekolah efektif.
c. Fungsi budaya sekolah
Budaya sekolah cukup penting untuk lingkungan sekolah sehingga harus
mendapatkan dukungan dari semua kalangan, terutama warga sekolah.
Menurut Peterson, berikut ini adalah beberapa fungsi dari budaya sekolah:
1) Budaya sekolah berpengaruh pada prestasi dan perilaku sekolah
serta menjadi dasar untuk siswa agar bisa meraih prestasi. Hal ini
karena budaya sekolah yang baik bisa menciptakan suasana yang
tenang dan bisa memberikan peluang kompetitif dari siswa
tersebut.
2) Budaya sekolah menciptakan tantangan kreatif, inovatif, dan
visioner.
3) Budaya sekolah membedakan dengan sekolah lain, meskipun
menggunakan komponen yang sama.
4) Budaya sekolah membuat semua level manajemen agar fokus pada
tujuan sekolah dan budaya agar kohesi dan mengikat bersama
dalam melaksanakan misi sekolah.
5) Budaya sekolah bisa menjadi counter productive dan sebuah
rintangan suksesnya pendidikan serta budaya.
6) Budaya sekolah bisa membedakan dan menentukan kelompok
tertentu dalam sekolah.
7) Budaya sekolah untuk mentransmisikan semua bentuk perilaku
warga sekolah.
d. Unsur-unsur budaya sekolah
Budaya sekolah muncul sebagai sebuah fenomena yang unik dan menarik,
sebab padangan sikap hingga perilaku yang hidup dan berkembang di sekolah
akan mencerminkan keyakinan dan kepercayaan pada warga sekolah.
Hedley Beare membagi budaya sekolah menjadi dua, yaitu unsur kasat
mata dan unsurut tak kasat mata. Berikut ini rinciannya:
1) Unsur kasat mata
Unsur kasat mata yang bisa termanifestasi secara konseptual
terhadap budaya sekolah oleh Hedley Beare adalah:
a) Visi, misi, tujuan, dan sasaran
b) Kurikulum
c) Bahasa komunikasi
d) Narasi sekolah dan narasi tokoh-tokoh
e) Struktur organisasi
f) Ritual dan upacara
g) Prosedur belajar mengajar
h) Peraturan sistem ganjaran atau hukuman
i) Layanan psikologi sosial
j) Pola interaksi sekolah dengan masyarakat, orang tua, dan
materiil yang berupa fasilitas dan peralatan, artefak dan
kenangan, serta pakaian seragam.
2) Unsur tak kasat mata
Lalu, untuk unsur tak kasat mata merupakan pandangan dasar
sekolah pada kenyataan yang luas, makna hidup, atau yang
dianggap penting dan harus diperjuangkan sekolah. Misalnya
adalah rumusan visi, misi, tujuan, dan sasaran.
Berbeda dengan Hedley Beare, Djemari Mardapi membagi
unsur-unsur budaya sekolah apabila ditinjau dari kualitas
pendidikan menjadi tiga, yaitu kultur sekolah positif, negatif, dan
netral. Berikut ini rinciannya:
a) Kultur sekolah positif
Kultur sekolah positif adalah aktivitas yang mendukung
peningkatan kualitas pendidikan, seperti kerja sama dalam
mencapai prestasi, penghargaan terhadap prestasi, dan komitmen
peserta didik untuk belajar.
b) Kultur sekolah negative
Kultur sekolah negatif adalah kontra dari kultur sekolah positif
yang meningkatkan mutu pendidikan. Kultur sekolah negatif
resisten terhadap perubahan, misalnya peserta didik yang takut
salah atau bertanya serta peserta didik yang jarang mengikuti
kerja sama untuk memecahkan masalah.
c) Kultur sekolah netral
Kultur sekolah netral adalah yang tidak berfokus pada satu sisi
tetapi memberikan kontribusi positif pada peningkatan mutu
pendidikan. Contohnya adalah arisan Bapak/Ibu guru, seragam
guru, dan kegiatan lainnya.
3) Contoh budaya sekolah
Ada banyak contoh budaya sekolah yang bisa dikembangkan untuk
meningkatkan mutu pendidikan, beberapa diantaranya yaitu:
a) Gerakan literasi sekolah
Aktivitas ini bertujuan agar peserta didik memiliki minat dalam
membaca. Buku bacaan yang dipilih harus berisi nilai-nilai budi
pekerti nasional, lokal, maupun global. Sekolah bisa
mencanangkan kegiatan 15 menit membaca buku non pelajaran
sebelum atau usai waktu pelajaran.
b) Kegiatan ekstrakurikuler
Ekstrakurikuler bertujuan untuk mengembangkan bakat dan
minat peserta didik. Selain itu, dengan aktif mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler, peserta didik bisa bersosialisasi lebih baik dan
akan terbiasa aktif, kreatif, hingga bertanggung jawab.
c) Membiasakan perilaku baik dan sopan yang sifatnya spontan
Dengan membiasakan perilaku yang baik dan sopan pada
peserta didik akan menumbuhkan karakter tersebut di luar
sekolah sekaligus. Karakter baik dan sopan dinilai sudah
terbentuk dalam diri peserta didik jika mereka telah
melakukannya secara spontan.
d) Menetapkan tata tertib sekolah
Tata tertib sekolah bisa dipakai sebagai batasan boleh atau tidak
boleh peserta didik melakukan sesuatu, misalnya tidak boleh
terlambat, harus menggunakan pakaian seragam lengkap, dan
lainnya.
e) Membuat kegiatan yang rutin dilaksanakan sebelum dan sesudah
proses pembelajaran
Kegiatan yang rutin dilaksanakan sebelum dan sesudah proses
pembelajaran akan membentuk sifat konsisten dan tertib pada
peserta didik dan pendidik. Contoh kegiatannya misalnya
upacara bendera setiap hari Senin, membaca doa sebelum
melakukan pembelajaran, menyanyikan lagu nasional, dan
lainnya.
4) Cara membangun budaya sekolah yang positif
Ada beberapa langkah agar dapat membangun budaya sekolah
yang positif, berikut penjelasannya
a) Guru mengontrol aktivitas peserta didik
Hubungan guru dan peserta didik sangat penting untuk
membangun budaya sekolah yang positif. Maka dari itu, guru
bisa menjadi pengontrol aktivitas para peserta didik, mulai dari
proses belajar mengajar hingga di luar aktivitas tersebut.
b) Membuat kesepakatan kelas
Kesepakatan kelas dibuat untuk membantu guru dan peserta
didik agar dapat membentuk kegiatan pembelajaran yang
efektif. Proses membuat kesepakatan kelas adalah dengan
menyusun aturan yang jelas dan tidak merugikan beberapa
pihak serta memahami harapan antara peserta didik dan
pendidik.
c) Menerapkan budaya disiplin yang positif
Kemudian, peserta didik dan pendidik harus menerapkan
budaya disiplin dengan mematuhi peraturan dan kesepakatan
yang berlaku.

2. Kepemimpinan Sekolah
Kepemimpinan sekolah menjadi faktor penting dalam membentuk organisasi yang
efektif. Menurut Leithwood et al. (2008), kepemimpinan yang kuat dapat membentuk visi
bersama dan memotivasi staf sekolah, sehingga memengaruhi prestasi siswa.
1.3 Kebijakan Manajemen Sekolah
Kebijakan manajemen sekolah melibatkan pengaturan dan strategi untuk mengelola
sumber daya, proses pembelajaran, dan hubungan di dalam sekolah. Studi oleh Hallinger
dan Heck (2010) menunjukkan bahwa kebijakan manajemen yang baik dapat
meningkatkan kinerja siswa.
2. Teori Pengaruh Organisasi terhadap Prestasi Siswa
2.1 Teori Sistem Sekolah
Teori sistem sekolah menggambarkan sekolah sebagai suatu sistem yang kompleks
dengan komponen-komponen yang saling terkait. Menurut Tschannen-Moran (2009),
perubahan dalam satu bagian organisasi sekolah dapat memengaruhi keseluruhan sistem
dan prestasi siswa.
2.2 Teori Hubungan Organisasi
Teori hubungan organisasi menyoroti pentingnya hubungan antara anggota organisasi
dalam mencapai tujuan bersama. Teori ini menunjukkan bahwa kerjasama yang baik di
antara staf sekolah dapat meningkatkan efektivitas organisasi, termasuk prestasi siswa
(Cameron & Quinn, 2011).
3. Hubungan Organisasi dan Prestasi Siswa
3.1 Budaya Sekolah dan Prestasi Siswa
Penelitian oleh Smith dan Andrews (2018) menemukan bahwa budaya sekolah yang
mendukung kerjasama dan aspirasi tinggi berkorelasi positif dengan prestasi akademis
siswa.
3.2 Kepemimpinan Sekolah dan Prestasi Siswa
Studi oleh Robinson et al. (2010) menunjukkan bahwa kepemimpinan sekolah yang
efektif, terutama dalam memberikan dukungan dan arahan, memiliki pengaruh positif
pada prestasi siswa.
3.3 Kebijakan Manajemen Sekolah dan Prestasi Siswa
Forsyth dan Pate (2016) menemukan bahwa implementasi kebijakan manajemen sekolah
yang terstruktur dan terukur berkaitan dengan peningkatan prestasi akademis siswa.
4. Kerangka Teoritis
Berdasarkan literatur ini, kerangka teoritis penelitian ini akan memperhatikan interaksi
antara budaya sekolah, kepemimpinan sekolah, dan kebijakan manajemen sekolah
sebagai faktor-faktor organisasi yang mungkin memengaruhi prestasi siswa.
Dengan merinci konsep-konsep ini, penelitian ini berharap dapat memberikan kontribusi
terhadap pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana faktor organisasi di sekolah
dapat mempengaruhi prestasi siswa di tingkat sekolah menengah.

Anda mungkin juga menyukai