PROPOSAL SKRIPSI
diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Metode Penelitian Kualitatif
Oleh
FITRIANI
1102414050
1
dan waktu belajar lebih panjang; (4) melalui seleksi yang cukup ketat terhadap pendaftar; (5)
mendapatkan amino yang besar dari masyarakat,yang dibuktikan dengan banyaknya jumlah
pendaftar dibanding kapasitas kelas, dan (6) biaya sekolah lebih tinggi dari sekolah
disekitarya.
Ada beberapa faktor yang harus dicapai bila sekolah dikategorikan menjadi sekolah
unggul (efektif) menurut Eman Suparman, yaitu sebagai berikut: (1) memiliki misi dan target
mutu; (2) memiliki kepemimpinan yang kuat; (3) harapan berprestasi yang tinggi dari
personil sekolah; (4) pengembangan staff terus menerus sesuai tuntutan IPTEK; (5) evaluasi
aspek akademis dan administratif; (6) pemanfaatan hasil evaluasi; (7) komunikasi dan
dukungan intensif orang tua; (8) lingkungan aman dan tertib (Academia, 2015).
Salah satu diantara indikator keunggulan adalah sistem pembelajaran lebih baik, waktu
belajar lebih panjang dan salah satu diantara faktor keunggulan diantaranya lingkungan yang
kondusif untuk pembelajaran, merupakan dua aspek yang dapat memunculkan fenomena
budaya belajar anak didik pada sekolah unggulan. Semangat unggulan dalam
penyelenggaraan pendidikan dapat dijumpai di Kota Boyolali khususnya SMP Negeri 1
Boyolali. Lembaga pendidikan tingkat menengah ini mampu menjaring siswa dengan
kemampuan akademik tinggi dan meluluskan siswa agar bisa masuk di sekolah favorit pada
jenjang berikutnya. Siswa juga menjuarai berbagai kejuaran lomba baik tingkat daerah
maupun nasional. Hasil UN pada tahun 2017 menduduki peringkat pertama tingkat
kabupaten dan peringkat kelima di tingkat Jawa Tengah.
Prestasi-prestasi yang ditorehkan siswa di SMP Negeri 1 Boyolali merupakan salah
satu indikator adanya budaya belajar yang unggul pada setiap siswa. Terciptanya budaya
belajar dalam setiap proses pembelajaran berawal dari dalam kelas dan terjadi pada masing-
masing individu (Jerome & Arcaro, 2003). Menciptakan mutu atau keunggulan pada
lingkungan kelembagaan pendidikan merupakan mata rantai lahirnya budaya belajar karena
“….akan terjadi strategi adaptasi yang berupa model-model pengetahuan belajar yang
mencakup serangkaian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, resep-resep, rencana, dan strategi
yang memiliki dan digunakan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan….” (Olim, 2007).
Adanya sekolah yang mempunyai predikat unggulan tersebut tentulah memiliki
budaya belajar tersendiri. Sekolah mempunyai manajemen proses pembelajaran yang mampu
membawa siswa meraih prestasi. Bertolak dari latar belakang, peneliti bermaksud melakukan
2
penelitian dengan judul “Budaya Belajar Siswa Pada Sekolah Unggul di SMP Negeri 1
Boyolali”.
V. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah yang telah dikemukakan dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa saja budaya belajar yang ada di SMP Negeri 1 Boyolali?
2. Bagaimana gambaran budaya belajar yang diterapkan di SMP Negeri 1 Boyolali?
3. Faktor-faktor apa saja yang menentukan keberhasilan budaya belajar di SMP Negeri 1
Boyolali?
3
3. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menentukan keberhasilan budaya belajar di
SMP Negeri 1 Boyolali.
4
menerima dan memberi pelajaran. Sekolah merupakan tempat kedua setelah keluarga
untuk siswa bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Sekolah juga ikut berperan aktif
dalam membentuk kepribadian seorang siswa karena tingkat intensitas pertemuan antara
siswa dengan lingkungan sekitar yang cukup lama. Oleh karena itu, sekolah dengan
kualitas pendidikan yang baik akan membantu anak untuk bersosialisasi dengan baik
kepada lingkungan sekitar. Tidak hanya kualitas dari segi pendidikan saja yang harus
baik, tetapi kualitas dari segi kepribadian juga harus di latih dengan baik sejak dini.
Hal sama juga disampaikan oleh Priansa dan Somad (2014: 38), sekolah efektif
adalah sekolah yang mempertunjukkan standar tinggi pada prestasi akademis maupun
non akademis dan mempunyai suatu kultur yang berorientasi kepada tujuan yang ingin
dicapai dan hal tersebut ditandai dengan adanya rumusan visi yang ditetapkan dan
dipromosikan bersama antar warga sekolah yang terdiri dari kepala sekolah, guru, staf,
pegawai lainnya, komite sekolah, peserta didik, serta stakeholder lainnya. Kultur
dijadikan landasan yang kuat dalam mencapai kesuksesan akademis pada sekolah
efektif.
Sekolah efektif menunjukkan pada kemampuan sekolah dalam menjalankan
fungsinya secara maksimal, baik fungsi ekonomis, fungsi sosial-kemanusiaan, fungsi
politis, fungsi budaya maupun fungsi pendidikan. Menurut Mukhtar dan Iskandar (2013:
189), sekolah efektif adalah sekolah yang mempunyai beberapa karakteristik yaitu
adanya organizational leadership (kepemimpinan organisasi), curriculum leadership
(kepemimpinan kurikulum), supervisiory leadership (pemimpin sebagai pengawas), dan
management (manajemen).
2. Kriteria Sekolah Efektif
Menurut Danim (2007: 61-62), kriteria sekolah yang efektif adalah mendorong
aktivitas, pemahaman multibudaya, kesetaraan gender, dan mengembangkan secara tepat
pembelajaran menurut standar potensi yang dimiliki oleh para pelajar, mengharapkan
para siswa untuk mengambil peran tanggung jawab dalam belajar dan perilaku dirinya,
menentukan umpan balik yang bermakna untuk siswa, sebagai contoh untuk setiap tata
tertib yang berlaku di sekolah diberikan poin bagi siswa yang melanggar dan diberikan
reward atau penghargaan bagi siswa yang terbaik dalam berperilaku sehingga ada umpan
balik dari perilaku siswa, menciptakan rasa aman, sifat saling menghargai yang
5
merupakan kebiasaan-kebiasaan positif sehingga dapat menjadi budaya di setiap sekolah,
secara aktif melibatkan keluarga di dalam membantu siswa.
Menurut Komariah dan Triatna (2010: 37), ciri-ciri sekolah efektif ditentukan oleh
adanya aspek-aspek yang diperlukan dalam menentukan keberhasilan sekolah serta dapat
menyelenggarakan proses belajar yang efektif karena ciri khas dari lembaga sekolah
adalah terjadinya proses belajar mengajar. Sehingga dalam sekolah yang efektif terdapat
proses belajar yang efektif dengan ciri-ciri pembelajaran berlangsung secara aktif,
dipengaruhi oleh adanya perbedaan individual di antara peserta didik, kondisi kelas
nyaman dan dapat terarah.
3. Budaya Sekolah
Sekolah yang mempunyai kebudayaan dan kebiasaan positif dapat mendukung
sebuah sekolah menjadi sekolah yang efektif. Sebelum membahas tentang budaya
sekolah terlebih dahulu perlu diketahui tentang pengertian kebudayaan. Kebudayaan
menurut Koentjaraningkat (2004) merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan
hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan miliknya
melalui belajar. Menurut Komariah dan Triatna (2010: 96) berdasarkan asal usulnya
(etimologis), bentuk jamak dari budaya adalah kebudayaan berasal dari bahasa
sansekerta budhayah yang merupakan bentuk jamak dari budi, yang artinya akal atau
segala sesuatu yang berhubungan dengan akal pikiran manusia.
Menurut Kemendikbud (2014: 23) budaya sekolah adalah nilai-nilai dominan
yang didukung oleh sekolah atau falsafah yang menuntun kebijakan sekolah terhadap
semua unsur dan komponen sekolah termasuk stakeholders pendidikan, seperti cara
melaksanakan pekerjaan di sekolah serta asumsi atau kepercayaan dasar yang dianut
oleh warga sekolah. Budaya sekolah merujuk pada suatu sistem nilai, kepercayaan dan
norma-norma yang diterima secara bersama, aturan yang berlaku pada sebuah
lembaga/organisasi, serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami,
yang dibentuk oleh lingkungan yang menciptakan pemahaman yang sama diantara
seluruh unsur dan stakeholder sekolah baik itu kepala sekolah, pendidik, tenaga
kependidikan, peserta didik dan masyarakat.
6
4. Hasil Penelitian Relevan
a. Syadali, Ahmad (2013) MANAJEMEN SEKOLAH/MADRASAH UNGGUL: Studi
Tentang Efisiensi dan Efektivitas Manajemen Sekolah / Madrasah Unggul di
Kabupaten Indramayu. S3 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.
b. Raharjo, Sabar Budi (2016) MANAJEMEN SEKOLAH UNTUK MENCAPAI
SEKOLAH UNGGUL YANG MENYENANGKAN: Studi Kasus Di Sman 1 Sleman
Yogyakarta. Balitbang Kemendikbud.
2. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui budaya belajar siswa pada sekolah
unggulan di SMP Negeri 1 Boyolali. Penentuan subjek penelitian dilakukan dengan
menggunakan teknik purposive-sampling yang dimaksudkan untuk memperoleh data
yang lebih fokus dan terarah dari setiap subjek yang relevan. Selain itu juga ditentukan
informan utama dari pihak siswa dan guru. Subjek penelitian yang menjadi informan
pendukung yaitu, karyawan sekolah, orang tua, dan warga di lingkungan sekitar sekolah.
7
3. Metode Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui beberapa teknik pengumpulan data kualitatif.
Teknik-teknik yang digunakan yaitu teknik wawancara mendalam, observasi, dan
dokumentasi.
a. Teknik Wawancara Mendalam
Teknik wawancara mendalam dilakukan secara mendalam kepada para narasumber
yang ditentukan melalui teknik purposive-sampling dalam hal ini yaitu kepala
sekolah, guru, siswa, karyawan, orang tua siswa dan warga di lingkungan sekitar
SMP Negeri 1 Boyolali. Teknik wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data
secara langsung dari narasumber tentang budaya belajar siswa pada sekolah unggul
di SMP Negeri 1 Boyolali. Dalam pelaksanaan teknik wawancara ini diperlukan
instrumen wawancara sebagai pedoman pengumpulan data.
b. Teknik Observasi
Teknik observasi pada penelitian ini dilakukan pada proses pembelajaran SMP
Negeri 1 Boyolali. Observasi dilakukan untuk memperoleh data mengenai fasilitas
dan dokumen pendukung. Pada penggunaan teknik observasi ini menggunakan
instrumen berupa lembar observasi yang dikembangkan dari kisi-kisi instrumen.
c. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi ini berupa perekaman data berupa objek gambar atau peristiwa,
maupun dokumen arsip. Untuk data berupa gambar dapat diperoleh dengan
mengambil objek gambar pada berbagai situasi yang sesuai dengan data yang
dikumpulkan. Demikian halnya dengan perekaman data berupa dokumen-dokumen
sekolah untuk melengkapi dan memperkuat data yang telah didapatkan dari teknik
wawancara mendalam dan teknik observasi.
8
narasumber, observasi, dan dokumentasi. Logika triangulasi tersebut digambarkan
berikut ini:
Gambar Triangulasi
(McMilan, S.H. & Shunmacher, S., 20006:374)
Proses triangulasi yang terdapat pada gambar di atas terdiri dari beberapa
triangulasi,diantaranya yaitu:
a. Triangulasi sumber yaitu melalui pembandingan data hasil wawancara dengan kepala
sekolah dengan data hasil wawancara dengan guru dan siswa serta beberapa
informan pendukung yaitu karyawan sekolah, orang tua siswa, dan warga di
lingkungan sekitar sekolah;dan
b. Triangulasi metode yaitu melalui pembandingan hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara dan diperkuat dengan hasil dokumentasi.
9
c. Celective Coding, yaitu pada tahap selective coding peneliti mengklasifikasikan
proses pemeriksaan kategori inti kaitannya dengan kategori lainnya. Selanjutnya
menghasilkan kesimpulan yang diangkat menjadi general designe. Proses
pengambilan kesimpulan sebagai langkah akhir dari kegiatan penelitian yang sesuai
dengan data utama selama dalam penelitian di lapangan.
X. Daftar Pustaka
Academia. (2015, 04 12). Perbandingan Ciri Sekolah Efektif Menurut Para Ahli. Retrieved
07 6, 2017, from Academia.edu:
https://www.academia.edu/7675906/PERBANDINGAN_CIRI_SEKOLAH_EFEKTIF
_MENURUT_PARA_AHLI_CIRI_SEKOLAH_EFEKTIF_Eman_Suparman_PEND
APAT_PARA_AHLI
Jerome, & Arcaro, J. S. (2003). Pendidikan Berbasis Mutu Prinsip-Prinsip dan Tata
Langkah Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Komariah, Aan& Triatna, Cepi. (2010). Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif.
Jakarta : Bumi Aksara.
Olim, A. (2007). Teori Antropologi Pendidikan Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung:
Pedagogiana Press.
10