Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sekolah merupakan tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.


Belajar dan mengajar tidak hanya dimaknai sebagai kegiatan transfer ilmu
pengetahuan dari guru ke siswa. Berbagai kegiatan seperti bagaimana
membiasakan seluruh warga sekolah disiplin dan patuh terhadap peraturan yang
berlaku di sekolah, saling menghormati, membiasakan hidup bersih dan sehat
serta memiliki semangat berkompetisi secara fair dan sejenisnya merupakan
kebiasaan yang harus ditumbuhkan di lingkungan sekolah sehari-hari. Zamroni
(2003:149) mengatakan bahwa kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma, ritual,
mitos yang dibentuk dalam perjalanan panjang sekolah disebut budaya sekolah.
Budaya sekolah dipegang bersama oleh kepala sekolah, guru, staf aministrasi, dan
siswa sebagai dasar mereka dalam memahami dan memecahkan berbagai
persoalan yang muncul di sekolah. Sekolah menjadi wadah utama dalam transmisi
kultural antar generasi.

Penelitian di Amerika serikat membuktikan bahwa kultur sekolah


berpengaruh terhadap peningkatan prestasi dan motivasi siswa untuk berprestasi,
sikap dan motivasi guru serta produktivitas dan kepuasan kerja guru. Untuk
menciptakan kultur sekolah yang positif dibutuhkan adanya kesadaran dan
motivasi terutama dari diri masing-masing warga sekolah. Guru sebagai ujung
tombak di lapangan harus mampu memberikan motivasi dan inspirasi bagi siswa
khususnya. Kebiasaan guru yang datang tepat waktu dan melaksanakan tugas
mengajar dengan baik, sikap dan cara berbicara saat berkomunikasi dengan siswa
dan unsur sekolah lainnya, disiplin dalam melaksanakan tugas merupakan
kebiasaan, nilai dan teladan yang harus senantiasa dijaga dalam kehidupan
sekolah. Agar kebiasaan-kebiasaan positif tersebut terpelihara dan mendarah
daging dalam diri seluruh warga sekolah yang selanjutnya diwujudkan dalam
perilaku sehari-hari, dibutuhkan adanya “ sense of belonging” atau rasa memiliki
terhadap sekolah.

1
2

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep dasar dan pengertian budaya sekolah?
2. Bagaimana karakteristik budaya sekolah?
3. Apa unsur-unsur budaya sekolah?
4. Bagimana peran budaya sekolah?
5. Apa hal-hal yang perlu dikembangkan untuk menciptakan budaya sekolah
yang unggul ?

1.3 tujuan

1. Menjelaskan konsep dasar dan pengertian budaya sekolah.


2. Menjelaskan karakteristik budaya sekolah.
3. Menyebutkan unsur-unsur budaya sekolah.
4. Menjelaskan peran budaya sekolah.
5. Menjelaskan hal-hal yang perlu dikembangkan untuk menciptakan budaya
sekolah.
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar dan Pengertian Budaya Sekolah

2.1.1 Konsep Dasar Budaya Sekolah

Menurut Zamroni (2011:111) memberikan batasan bahwa budaya sekolah


adalah pola nilai-nilai, prinsi-prinsip, tradisi-tradisi dan kebiasaan-kebiasaan yang
terbentuk dalam perjalanan panjang sekolah, dikembangkan sekolah dalam jangka
waktu yang lama dan menjadi pegangan serta diyakini oleh seluruh warga sekolah
sehingga mendorong munculnya sikap dan perilaku warga sekolah. Warga sekolah
menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional terdiri dari
peserta didik, pendidik, kepala sekolah, tenaga pendidik serta komite sekolah.
Salah satu subyek yang diambil dalam penelitian budaya sekolah ini yaitu peserta
didik. Budaya sekolah bersifat dinamik, milik seluruh warga sekolah, merupakan
hasil perjalanan sekolah, serta merupakan produk dari interaksi berbagai kekuatan
yang masuk ke sekolah.
Kondisi sekolah yang dinamis merupakan perpaduan seluruh warga sekolah
yang memilki latar belakang kehidupan sosial yang berbeda dan saling
berinteraksi secara kontinue, sehingga membentuk sistem nilai yang membudaya
dan menjadi milik bersama di sekolah. Budaya yang berintikan tata nilai
mempunyai fungsi dalam memberikan kerangka dan landasan yang berupa ide,
semangat, gagasan dan cita-cita bagi seluruh warga sekolah. Zamroni (2011:87)
mengemukakan pentingnya sekolah memiliki budaya atau kultur. Sekolah sebagai
suatu organisasi harus memiliki: (1) kemampuan untuk hidup, tumbuh
berkembang dan melakukan adaptasi dengan berbagai lingkungan yang ada, dan
(2) integrasi internal yang memungkinkan sekolah untuk menghasilkan individu
atau kelompok yang memiliki sifat positif. Oleh karenanya suatu organisasi
termasuk sekolah harus memiliki pola asumsi-asumsi dasar yang dipegang
bersama seluruh warga sekolah.

3
4

Memperhatikan konsep diatas, maka dapat disimpulkan bahwa budaya


sekolah merupakan pola-pola yang mendalam, kepercayaan nilai, upacara, simbol-
simbol dan tradisi yang terbentuk dari rangkaian, kebiasaan dan sejarah sekolah,
serta cara pandang dalam memecahkan persoalan-persoalan yang ada di sekolah.

Budaya sekolah (school culture) merupakan kata kunci yang perlu mendapat
perhatian secara sungguh-sungguh dari para pengelola pendidikan. Budaya
sekolah perlu dibangun berdasarkan kekuatan karakteristik budaya lokal
masyarakat tempat sekolah itu berada. Budaya sekolah adalah detak jantung
sekolah itu sendiri, perumusannya harus dilakukan dengan sebuah komitmen yang
jelas dan terukur oleh komunitas sekolah yakni guru, siswa, manajemen sekolah,
dan masyarakat.Untuk membangun atmosfer budaya sekolah yang kondusif, maka
ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu apakah yang dimaksud dengan budaya
sekolah, bagaimana penciptaannya, bagaimana peran kepala sekola selaku
pemimpin dalam mendisain budaya sekolahnya, bagaimana budaya sekolah dan
bagaimana hasil dari budaya sekolah kontribusinya terhadap keberhasilan sekolah
baik dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia maupun prestasi
sekolahnya.

Menurut Zamroni (2003) budaya sekolah sangat mempengaruhi prestasi dan


perilaku peserta didik dari sekolah tersebut. Budaya sekolah merupakan jiwa dan
kekuatan sekolah yang memungkinkan sekolah dapat tumbuh berkembang dan
melakukan adaptasi dengan berbagai lingkungan yang ada. Selanjutnya, dalam
analisis tentang budaya sekolah dikemukakan bahwa untuk mewujudkan budaya
sekolah yang akrab-dinamis, dan positif-aktif perlu ada rekayasa sosial. Dalam
mengembangkan budaya baru sekolah perlu diperhatikan dua level kehidupan
sekolah: yaitu level individu dan level organisasi atau level sekolah. Level
individu, merupakan perilaku siswa selaku individu yang tidak lepas dari budaya
sekolah yang ada. Perubahan budaya sekolah memerlukan perubahan perilaku
individu. Perilaku individu siswa sangat terkait dengan perilaku pemimpin
sekolah.
5

Budaya sekolah yang positif akan mendorong semua warga sekolah untuk
bekerjasama yang didasarkan saling percaya, mengundang partisipasi seluruh
warga, mendorong munculnya gagasan-gagasan baru, dan memberikan
kesempatan untuk terlaksananya pembaharuan di sekolah yang semuanya ini
bermuara pada pencapaian hasil terbaik. Budaya sekolah yang baik dapat
menumbuhkan iklim yang mendorong semua warga sekolah untuk belajar, yaitu
belajar bagaimana belajar dan belajar bersama. Akan tumbuh suatu iklim bahwa
belajar adalah menyenangkan dan merupakan kebutuhan, bukan lagi
keterpaksaan. Belajar yang muncul dari dorongn diri sendiri, intrinsic motivation,
bukan karena tekanan dari luar dalam segala bentuknya. Akan tumbuh suatu
semangat di kalangan warga sekoalah untuk senantiasa belajar tentang sesuatu
yang memiliki nilai-nilai kebaikan.

Budaya sekolah yang baik dapat memperbaiki kinerja sekolah, baik kepala
sekolah, guru, siswa, karyawan maupun pengguna sekolah lainnya. Situasi
tersebut akan terwujud manakala kualifikasi budaya tersebut bersifat sehat, solid,
kuat, positif, dan professional. Dengan demikian suasana kekeluargaan,
kolaborasi, ketahanan belajar, semangat terus maju, dorongan untuk bekerja keras
dan belajar mengajar dapat diciptakan. Budaya sekolah yang baik akan secara
efektif menghasilkan kinerja yang terbaik pada setiap individu, kelompok kerja
dan sekolah sebagai satu institusi, dan hubungan sinergis antara tiga tingkatan
tersebut. Budaya sekolah diharapkan memperbaiki mutu sekolah, kinerja di
sekolah dan mutu kehidupan yang diharapkan memiliki ciri sehat, dinamis atau
aktif, positif dan profesional. Budaya sekolah sehat memberikan peluang sekolah
dan warga sekolah berfungsi secara optimal, bekerja secara efisien, energik, penuh
vitalitas, memiliki semangat tinggi, dan akan mampu terus berkembang.

2.1.2 Pengertian Budaya Sekolah


Secara etimologis, budaya berasal dari bahasa Inggris yaitu dari kata
culture. Harris (1987) mendefinisikan culture atau budaya sebagai serangkaian
aturan yang dibuat oleh masyarakat sehingga menjadi milik bersama, dapat
diterima oleh masyarakat, dan bertingkah laku sesuai dengan aturan. Dalam istilah
lain, Lawton (1975) mendefinisikan bahwa culture is everything that exists in a
6

society. Culture includes every thing that is man made : technological artifacts,
skills, attitudes, and values. Secara implisit, kesimpulan dari kedua definisi di atas
menyatakan bahwa kebiasaan-kebiasaan dan nilai-nilai yang telah diterapkan di
suatu sekolah merupakan budaya sekolah. Secara eksplisit, Deal dan Peterson
(1999) mendefinisikan budaya sekolah sebagai sekumpulan nilai yang melandasi
perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh
kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa, dan masyarakat sekitar sekolah.
Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah
tersebut di masyarakat luas.

Budaya sekolah adalah keyakinan dan nilai-nilai milik bersama yang


menjadi pengikat kuat kebersamaan mereka sebagai warga suatu masyarakat. Jika
definisi ini diterapkan di sekolah, sekolah dapat saja memiliki sejumlah kultur
dengan satu kultur dominan dan kultur lain sebagai subordinasi. Schein (2010)
mengemukakan bahwa budaya sekolah adalah suatu pola asumsi dasar hasil
invensi, penemuan atau pengembangan oleh suatu kelompok tertentu saat ia
belajar mengatasi masalah-masalah yang telah berhasil baik serta dianggap valid,
dan akhirnya diajarkan ke warga baru sebagai cara-cara yang benar dalam
memandang, memikirkan, dan merasakan masalah-masalah tersebut.

Budaya sekolah adalah merupakan suatu pola asumsi-asumsi dasar, nilai-


nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan yang dipegang bersama oleh
seluruh warga sekolah, yang diyakini dan telah terbukti dapat dipergunakan untuk
menghadapi berbagai problem dalam beradaptasi dengan lingkungan yang baru
dan melakukan integrasi internal, sehingga pola nilai dan asumsi tersebut dapat
diajarkan kepada anggota dan generasi baru agar mereka memiliki pandangan
yang tepat bagaimana seharusnya mereka memahami, berpikir, merasakan dan
bertindak menghadapi berbagai situasi dan lingkungan yang ada ( Zamroni, 2011:
297 ).

2.2 Karakteristik Budaya Sekolah

Dalam pertumbuhan dan perkembangan anak mengalami perubahan.


Perubahan-perubahan itu dapat terjadi karena pengaruh lingkungan dan
7

pendidikan. Pengaruh lingkungan yang kuat adalah di sekolah karena besar


waktunya di sekolah.Sekolah memegang peranan penting dan strategis dalam
mengubah, memodifikasi, dan mentransformasikan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan keterampilan yang berhubungan dengan kebutuhan anak untuk hidup di
masyarakat sesuai dengan tuntutan jamannya.

Studi terhadap sekolah-sekolah yang berhasil atau efektif dapat diperoleh


gambaran bahwa mereka mempunyai lima karakteristik umum seperti yang
diungkapkan oleh Steven dan Keyle (1985) sebagai berikut :

a. Sekolah memiliki budaya sekolah yang kondusif


b. Adanya harapan antara para guru bahwa semua siswa dapat sukses

c. Menekankan pengajaran pada penguasaan ketrampilan

d. Sistem tujuan pengajaran yang jelas bagi pelaksanaan monitoring dan


penilaian keberhasilan kelas

e. Prinsip-prinsip sekolah yang kuat sehingga dapat memelihara kedisiplinan


siswa

Penciptaan budaya sekolah dapat dilakukan melalui :

a. Pemahaman tentang budaya sekolah


b. Pembiasaan pelaksanaan budaya sekolah

c. Penghargaan dan hukuman

Menurut Robbins (1994) karakteristik umum budaya sekolah adalah


sebagai berikut: (1) inisiatif individual, (2) toleransi terhadap tindakan beresiko,
(3) arah, (4) integrasi, (5) dukungan dari manajemen, (6) kontrol, (7) identitas, (8)
sistem imbalan, (9) toleransi terhadap konflik dan (10) pola-pola komunikasi.
Dalam lingkup tatanan dan pola yang menjadi karakteristik sebuah
sekolah, kebudayaan memiliki dimensi yang dapat di ukur yang menjadi ciri
budaya sekolah seperti:
8

1. Tingkat tanggung jawab, kebebasan dan independensi warga atau personil


sekolah, komite sekolah dan lainnya dalam berinisiatif.
2. Sejauh mana para personil sekolah dianjurkan dalam bertindak progresif,
inovatif dan berani mengambil resiko.

3. Sejauh mana sekolah menciptakan dengan jelas visi, misi, tujuan, sasaran
sekolah, dan upaya mewujudkannya.

4. Sejauh mana unit-unit dalam sekolah didorong untuk bekerja dengan cara
yang terkoordinasi.

5. Tingkat sejauh mana kepala sekolah memberi informasi yang jelas,


bantuan serta dukungan terhadap personil sekolah.

6. Jumlah pengaturan dan pengawasan langsung yang digunakan untuk


mengawasi dan mengendalikan perilaku personil sekolah.

7. Sejauh mana para personil sekolah mengidentifkasi dirinya secara


keseluruhan dengan sekolah ketimbang dengan kelompok kerja tertentu
atau bidang keahlian profesional.

8. Sejauh mana alokasi imbalan diberikan didasarkan atas kriteria prestasi.

9. Sejauh mana personil sekolah didorong untuk mengemukakan konflik dan


kritik secara terbuka.

Dari sekian karakteristik yang ada, dapat dikatakan bahwa budaya sekolah
bukan hanya refleksi dari sikap para personil sekolah, namun juga merupakan
cerminan kepribadian sekolah yang ditunjukan oleh perilaku individu dan
kelompok dalam sebuah komunitas sekolah.

2.3 Unsur-Unsur Budaya Sekolah

Bentuk budaya sekolah muncul sebagai fenomena yang unik dan menarik,
karena pandangan, sikap serta perilaku yang hidup dan berkembang disekolah
mencerminkan kepercayaan dan keyakinan yang mendalam dan khas bagi warga
sekolah yang dapat berfungsi sebagai semangat membangun karakter siswanya.
9

Menurut Ahyar (dalam Sastrapratedja), mengelompokkan unsur-unsur budaya


sekolah dalam dua kategori, yakni unsur yang kasat mata atau visual dan unsur
yang tidak kasat mata. Unsur yang kasat mata (visual) terdiri dari visual verbal
dan visual material.

Visual verbal meliputi:


a. Visi,misi, tujuan dan g. Ritual.
sasaran. h. upacara.
b. Kurikulum. i. prosedur belajar
c. Bahasa dan mengajar.
komunikasi. j. peratutan, sistem
d. Narasi sekolah. ganjaran dan hukuman.
e. Narasi tokoh-tokoh k. pelayanan psikologi
f. Struktur organisasi, sosia.
l. pola interaksi sekolah
dengan orang tua.

Unsur visual material meliputi :


1) fasilitas dan peralatan,
2) artifak dan tanda kenangan,
3) pakaian seragam.
Sedangkan unsur yang tidak kasat mata meliputi filsafat atau pandangan
dasar sekolah. Semua unsur merupakan sesuatu yang dianggap penting dan harus
diperjuangkan oleh sekolah. Oleh karena itu harus dinyatakan dalam bentuk visi,
misi, tujuan, tata tertib dan sasaran yang lebih terperinci yang akan dicapai
sekolah.
Menurut Mardapi (2003) membagi unsur-unsur budaya sekolah jika ditinjau
dari usaha peningkatan kualitas pendidikan sebagai berikut :
a. Kultur sekolah yang positif
Kultur sekolah yang positif adalah kegiatan-kegiatan yang mendukung
peningkatan kualitas pendidikan, misalnya kerjasama dalam mencapai prestasi,
penghargaan terhadap prestasi, dan komitmen terhadap belajar.
10

b. Kultur sekolah yang negatif


Kultur sekolah yang negatif adalah kultur yang kontra terhadap peningkatan
mutu pendidikan. Artinya resisten terhadap perubahan, misalnya dapat berupa:
siswa takut salah, siswa takut bertanya, dan siswa jarang melakukan kerja sama
dalam memecahkan masalah.
c. Kultur sekolah yang netral
Yaitu kultur yang tidak berfokus pada satu sisi namun dapat memberikan
konstribusi positif tehadap perkembangan peningkatan mutu pendidikan. Hal ini
bisa berupa arisan keluarga sekolah, seragam guru, seragam siswa dan lain-lain.
Budaya sekolah merupakan aset yang bersifat unik dan tidak sama antara
sekolah satu dengan yang lainnya. Budaya sekolah dapat diamati melalui
pencerminan hal-hal yang dapat diamati atau artifak. Artifak dapat diamati melalui
aneka ritual sehari-hari di sekolah, berbagai upacara, bendabenda
simbolik di sekolah, serta aktifitas yang berlangsung di sekolah. Keberadaan
kultur ini segera dapat dikenali ketika orang mengadakan kontak dengan sekolah
tersebut.
Menurut Sudrajat (2011:13) mengutip pendapat Nursyam, setidaknya ada
tiga budaya yang perlu dikembangkan di sekolah, yaitu kultur akademik, kultur
sosial budaya, dan kultur demokratis. Ketiga kultur ini harus menjadi prioritas
yang melekat dalam lingkungan sekolah. Pertama, kultur akademik. Kultur
akademik memiliki ciri pada setiap tindakan, keputusan, kebijakan, dan opini
didukung dengan dasar akademik yang kuat. Artinya merujuk pada teori, dasar
hukum, dan nilai kebenaran yang teruji. Budaya akademik juga dapat dipahami
sebagai suatu totalitas dari kehidupan dan kegiatan yang berhubungan dengan
akademik yang dihayati, dimaknai dan diamalkan oleh warga masyarakat
akademik, di lembaga pendidikan tinggi dan lembaga penelitian. Dengan
demikian, kepala sekolah, guru, dan siswa selalu berpegang pada pijakan teori
dalam berpikir, bersikap dan bertindak dalam kesehariannya.
Budaya sekolah tercermin pada keilmuan, kedisiplinan dalam bertindak,
kearifan dalam bersikap, serta kepiawaian dalam berpikir dan berargumentasi.
Ciri-ciri warga sekolah yang menerapkan budaya akademik yaitu bersifat kritis,
11

objektif, analitis, kreatif, terbuka untuk menerima kritik, menghargai waktu dan
prestasi ilmiah, memiliki dan menjunjung tinggi tradisi ilmiah, dinamis, dan
berorientasi ke masa depan. Kesimpulannnya, budaya sekolah lebih menekankan
pada budaya ilmiah yang ada dalam diri seseorang dalam berfikir, bertindak dan
bertingkah laku dalam lingkup kegiatan akademik.
Kedua, kultur sosial budaya tercermin pada pengembangan sekolah yang
memelihara, membangun, dan mengembangkan budaya bangsa yang positif dalam
kerangka pembangunan manusia seutuhnya serta menerapkan kehidup sosial yang
harmonis antar warga sekolah. Sekolah akan menjadi benteng pertahanan
terkikisnya budaya akibat gencarnya serangan budaya asing yang tidak relevan
seperti budaya hedonisme, individualisme, dan materialisme. Di sisi lain sekolah
terus mengembangkan seni tradisi yang berakar pada budaya nusantara. Kultur
sosial budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan
kehidupan sehari-hari, dan hampir setiap kegiatan manusia tidak terlepas dari
unsur sosial budaya.
Kultur sosial meliputi suatu sikap bagaimana manusia itu berhubungan dan
berinteraksi satu dengan yang lain dalam kelompoknya dan bagaimana susunan
unit-unit masyarakat atau sosial di suatu wilayah serta kaitannya satu dengan yang
lain. Sedangkan kultur budaya adalah totalitas yang kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan kemampuan-
kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh dari turun temurun oleh
suatu komunitas . Kesimpulannnya kultur sosial budaya lebih menekankan pada
interaksi yang berhubungan dengan orang lain, alam dan interaksi yang
cakupannnya lebih luas lagi yang diperoleh berdasarkan kebiasaan atau turun-
temurun.
Ketiga, kultur demokratis menampilkan corak berkehidupan yang
mengakomodasi perbedaan untuk secara bersama membangun kemajuan suatu
kelompok maupun bangsa. Kultur ini jauh dari pola tindakan disksriminatif serta
sikap mengabdi atasan secara membabi buta. Warga sekolah selalu bertindak
objektif dan transparan pada setiap tindakan maupun keputusan. Kultur
demokratis tercermin dalam pengambilan keputusan dan menghargai keputusan,
serta mengetahui secara penuh hak dan kewajiban diri sendiri, orang lain, bangsa
12

dan negara.Memperhatikan paparan tersebut, maka dapat diambil kesimpulan


bahwa budaya yang harus dikembangkan di sekolah ada 3 macam yaitu kultur
akademik, kultur sosial budaya dan kultur demokratis.

2.4 Peran Budaya Sekolah


Dalam terminologi kebudayaan, pendidikan yang berwujud dalam bentuk
lembaga atau instansi sekolah dapat dianggap sebagai pranata sosial yang di
dalamnya berlangsung interaksi antara pendidik dan peserta didik sehingga
mewujudkan suatu sistem nilai atau keyakinan,dan juga norma maupun kebiasaan
yang di pegang bersama. Pendidikan sendiri adalah suatu proses budaya. Masalah
yang terjadi saat ini adalah nilai-nilai yang mana yang seharusnya dikembangkan
atau dibudayakan dalam proses pendidikan yang berbasis mutu itu. Dengan
demikian sekolah menjadi tempat dalam mensosialisasikan nilai-nilai budaya
yang tidak hanya terbatas pada nilai-nilai keilmuan saja, melainkan semua nilai-
nilai kehidupan yang memungkinkan mampu mewujudkan manusia yang
berbudaya.
Djemari (2003) membagi karekteristik peran kultur sekolah berdasarkan
sifatnya dapat dibedakan menjadi tiga yakni :
1. Bernilai Strategis
Budaya yang dapat berimbas dalam kehidupan sekolah secara dinamis.
Misalnya memberi peluang pada warga sekolah untuk bekerja secara efisien,
disiplin dan tertib. Kultur sekolah merupakan milik kolektif bukan milik
perorangan, sehingga sekolah dapat dikembangkan dan dilakukan oleh semua
warga sekolah.
2. Memiliki Daya Ungkit
Budaya yang memliki daya gerak akan mendorong semua warga sekolah
untuk berprestasi, sehingga kerja guru dan semangat belajar siswa akan tumbuh
karena dipacu dan di dorong, dengan dukungan budaya yang memiliki daya
ungkit yang tinggi. Misalnya kinerja sekolah dapat meningkat jika disertai dengan
imbalan yang pantas, penghargaan yang cukup, dan proporsi tugas yang
seimbang. Begitu juga dengan siswa akan meningkat semangat belajranya, bila
13

mereka diberi penghargaan yang memadai, pelayanan yang prima, serta didukung
dengan sarana yang memadai.

3. Berpeluang Sukses
Budaya yang berpeluang sukses adalah budaya yang memiliki daya ungkit
dan memiliki daya gerak yang tinggi. Hal ini sangat penting untuk menumbuhkan
rasa keberhasilan dan rasa mampu untuk melaksanakan tugas dengan baik.
Misalnya budaya gemar membaca. Budaya membaca di kalangan siswa akan
dapat mendorong mereka untuk banyak tahui tentang berbagai macam persoalan
yang mereka pelajari di lingkungan sekolah. Demikian juga bagi guru mereka
semakin banyak pengetahuan yang diperolah, tingkat pemahaman semakin luas,
semua ini dapat berlangsung jika disertai dengan kesadaran, bahwa mutu atau
kualitas yang akan menentukan keberhasilan seseorang.

2.5 Hal yang Perlu Dikembangkan dalam Menciptakan Budaya Sekolah


Keberadaan budaya sekolah di dalam sebuah sekolah merupakan urat nadi
dari segala aktivitas yang dijalankan warga sekolah mulai dari guru, karyawan,
siswa dan orang tua. Budaya sekolah yang didesain secara terstruktur, sistematis,
dan tepat sesuai dengan kondisi sosial sekolahnya, pada gilirannya bisa
memberikan kontribusi yang positif bagi peningkatan kualitas sumber daya
manusia sekolah dalam menuju sekolah yang berkualitas.Ada tiga hal yang perlu
dikembangkan dalam menciptakan budaya sekolah yang berkualitas, yaitu:
1. Budaya keagamaan (religi)
Menanamkan perilaku atau tatakrama yang tersistematis dalam pengamalan
agamanya masing-masing sehingga terbentuk kepribadian dan sikap yang baik
(akhlaqul Karimah). Bentuk kegiatannya meliputi, budaya salam, doa sebelum
dan sesudah belajar, doa bersama, sholat berjamaah (bagi yang beragama islam),
peringatan hari besar keagamaan, dan kegiatan keagamaan lainnya.
2. Budaya kerjasama (team work)
Menanamkan rasa kebersamaan dan rasa sosial terhadap sesama melalui
kegiatan yang dilakukan bersama. Bentuk kegiatan meliputi, mos, kunjungan
14

industri, parents day, bakti sosial, teman asuh, olahraga dan kesenian, kunjungan
museum, pentas seni, studi banding, ekstrakurikulerl, pelepasan siswa, seragam
sekolah, majalah sekolah, potency mapping, buku tahunan, PHBN (Peringatan
hari Besar Nasional), dan PORSENI (Pekan Olahraga dan Seni)
3. Budaya kepemimpinan (leadhership)
Menanamkan jiwa kepemimpinan dan keteladanan dari sejak dinikepada
anak-anak. Bentuk kegiatannya meliputi, budaya kerja keras, cerdas dan ikhlas,
budaya kreatif; mandiri & bertanggung jawab, budaya disiplin, ceramah umum,
upacara bendera, olah raga jumat pagi, studi kepemimpinan siswa, LKMS
(Latihan Keterampilan manajemen siswa), disiplin siswa, dan OSIS (Organisasi
Siswa Intra Sekolah).
15

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Budaya sekolah yang positif akan mendorong semua warga sekolah untuk
bekerjasama yang didasarkan saling percaya, mengundang partisipasi seluruh
warga, mendorong munculnya gagasan-gagasan baru, dan memberikan
kesempatan untuk terlaksananya pembaharuan di sekolah yang semuanya ini
bermuara pada pencapaian hasil terbaik. Budaya sekolah yang baik dapat
menumbuhkan iklim yang mendorong semua warga sekolah untuk belajar, yaitu
belajar bagaimana belajar dan belajar bersama. Akan tumbuh suatu iklim bahwa
belajar adalah menyenangkan dan merupakan kebutuhan, bukan lagi
keterpaksaan.Belajar yang muncul dari dorongn diri sendiri, intrinsic motivation,
bukan karena tekanan dari luar dalam segala bentuknya.Akan tumbuh suatu
semangat di kalangan warga sekoalah untuk senantiasa belajar tentang sesuatu
yang memiliki nilai-nilai kebaikan.
Budaya sekolah yang baik dapat memperbaiki kinerja sekolah, baik kepala
sekolah, guru, siswa, karyawan maupun pengguna sekolah lainnya. Situasi
tersebut akan terwujud manakala kualifikasi budaya tersebut bersifat sehat, solid,
kuat, positif, dan professional. Dengan demikian suasana kekeluargaan,
kolaborasi, ketahanan belajar, semangat terus maju, dorongan untuk bekerja keras
dan belajar mengajar dapat diciptakan. Budaya sekolah yang baik akan secara
efektif menghasilkan kinerja yang terbaik pada setiap individu, kelompok kerja
atau unit dan sekolah sebagai satu institusi, dan hubungan sinergis antara tiga
tingkatan tersebut.
Budaya sekolah diharapkan memperbaiki mutu sekolah, kinerja di sekolah
dan mutu kehidupan yang diharapkan memiliki ciri sehat, dinamis atau aktif,
positif dan profesional.Budaya sekolah sehat memberikan peluang sekolah dan
warga sekolah berfungsi secara optimal, bekerja secara efisien, energik, penuh
16

vitalitas, memiliki semangat tinggi, dan akan mampu terus berkembang. Oleh
karena itu, budaya sekolah ini perlu dikembangkan.

3.2 Saran 15

Dari makalah ini kami berharap dapat membantu para pembaca untuk lebih
memahami tentang budaya sekolah dan dapat menerapkan budaya sekolah yang
positif di sekolah. Makalah ini juga masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kami
berharap kepada pembaca untuk memberikan masukan yang membangun. Agar
dalam penyusunan makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.
17

DAFTAR RUJUKAN

Deal, T & Peterson, K. 1990 . The principal’s role in shaping school culture.
Washington: U.S. Department of Education.

Harris. 1987. Cultural materialism : theory and practice. New York.Vintage


Books.

Lawton. 1975. Class, Culture and the Curriculum. New York. Routledge.

Mardapi & Djemari. 2003 . Desain dan Penilaian Pembelajaran Mahasiswa.


Makalah disajikan dalam Lokakarya Sistem Jaminan Mutu Proses
Pembelajaran, tanggal 19 Juni 2003 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Schein edgar. 2010. Organizational Culture and Leadership. Fourth Edition.


Fransisco CA: Jossey-Bass.

Sudrajat. 2010. Membangun Budaya Sekolah Berbasis Karakter Terpuji.


Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta.

Zamroni. 2011. Pendidikan dalam Masa Transisi. Orasi Ilmiah pada Universitas
Negeri Yogyakata. Tidak diterbitkan.

Robbins. 1994. Perilaku Organisasi. Jakarta : Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai