Anda di halaman 1dari 55

ASESMEN OTENTIK

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI MATAKULIAH


Pembelajaran Terpadu
yang dibina oleh Ibu Dra. Lilik Bintartik M.Pd.

oleh :
Kelompok 9

Iftitahul ‘Ilmiyyatin Nafi’ah (160151601489)


Liana Putri Dhamara (160151601014)
Vebby Aulia Fitri (160151608088)
Offering F6

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH
PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
September 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas limpahan rahmat,

taufik, serta hidayah-Nya yang dilimpahkan kepada kami semua, sehingga kami

dapat menyelesaikan penulisan makalah ini.

Penyusunan makalah ini tak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan yang baik ini, tak lupa kami ucapkan

terima kasih kapada :

1. Ibu Dra.Lilik Bintartik, M.Pd

2. Serta berbagai pihak yang telah membantu terselesainya makalah ini.

Kami menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna.

Untuk itu, kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun

demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah yang kami susun ini bisa bermanfaat bagi para pembaca.

Blitar, 4 September 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................ i

Daftar Isi...................................................................................................... ii

Bab I Pendahuluan ......................................................................................

A. Latar belakang ........................................................................... 1


B. Rumusan masalah...................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................... 2

Bab II Pembahasan ......................................................................................

A. Definisi dan makna Asesmen Otentik ....................................... 3


B. Assesmen Otentik dan Tuntutan Kurikulum 2013 .................... 5
C. Hubungan Asessmen Otentik dan Belajar Otentik..................... 6
D. Rubrik dan Tugas-tugas Kinerja................................................. 9
E. Jenis-jenis Asesmen Otentik....................................................... 14
F. Teknik dan Instrumen Penilaian................................................. 27
G. Pengelolaan Hasil Penilaian....................................................... 42
H. Interpretasi Hasil Penilaian dalam Menetapkan Ketuntasan
Belajar ....................................................................................... 45
I. Pemanfaatan Hasil Penilaian...................................................... 47

Bab III Penutup.............................................................................................

A. Kesimpulan................................................................................. 50
B. Saran............................................................................................ 51

Daftar Pustaka............................................................................................... 52
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak sepuluh tahun terakhir terjadi peningkatan yang sangat cepat dalam
penentuan penilaian pendidikan. Bentuk penilaian yang biasa digunakan adalah
tes pilihan ganda. Ketika penilaian jenis ini dirasa tidak cukup merepresentasikan
kemampuan nyata siswa, pendidik mulai mencari alternatif lain. Penilaian
alternatif terdiri dari sejumlah metode untuk menemukan apa yang siswa ketahui
atau dapat lakukan yang menunjukkan perkembangan dan informasi bahan
pembelajaran, dan salah satu bentuk penilaian tradisional, penamaan, tes pilihan
berganda (Stiggins dalam O’malley dan Pierce, 1996:1).

Penilaian oleh pendidik merupakan suatu proses yang dilakukan melalui


langkah-langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi
melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian kompetensi peserta didik,
pengolahan dan pemanfaatan informasi tentang pencapaian kompetensi peserta
didik. Penilaian pencapaian kompetensi baik formal maupun informal diadakan
dalam suasana yang menyenangkan, sehingga memungkinkan peserta didik
menunjukkan apa yang dipahami dan mampu dikerjakannya. Pencapaian
kompetensi seorang peserta didik dalam periode waktu tertentu dibandingkan
dengan hasil yang dimiliki peserta didik tersebut sebelumnya dan tidak dianjurkan
untuk dibandingkan dengan peserta didik lainnya. Dengan demikian peserta didik
tidak merasa dihakimi oleh pendidik tetapi dibantu untuk mencapai kompetensi
atau indikator yang diharapkan.

Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah


dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Kunandar
(2013:36) mengemukakan bahwa “kurikulum 2013 mempertegas adanya
pergeseran dalam melakukan penilaian, yakni dari penilaian melalui tes
(berdasarkan hasil saja), menuju penilaian autentik (mengukur sikap,
keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil)”. Penilaian ini
mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam
rangka mengobservasi, menalar, mencoba, dan membangun jejaring. Penilaian
autentik dilakukan oleh guru dalam bentuk penilaian kelas melalui penilaian
kinerja, portofolio, produk, projek, tertulis, dan penilaian diri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dan makna Asesmen Otentik?
2. Bagaimanakah Assesmen Otentik dan Tuntutan Kurikulum 2013?
3. Bagaimanakah Hubungan Asessmen Otentik dan Belajar Otentik?
4. Apa yang dimaksud dengan Rubrik dan Tugas-tugas Kinerja?
5. Apa saja Jenis-jenis Asesmen Otentik?
6. Bagaimana Teknik dan Instrumen Penilaian?
7. Bagaimanakah Pengelolaan Hasil Penilaian?
8. Bagaimana Interpretasi Hasil Penilaian dalam Menetapkan Ketuntasan
Belajar?
9. Bagaimana Pemanfaatan Hasil Penilaian?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan definisi dan makna Asesmen Otentik
2. Menjelaskan Asesmen Otentik dan Tuntutan kurikulum 2013
3. Menjelaskan hubungan Asessmen Otentik dan Belajar Otentik
4. Menjelaskan tentang Rubrik dan Tugas-tugas Kinerja
5. Menjelaskan Jenis-jenis Asesmen Otentik
6. Menjelaskan Teknik dan Instrumen Penilaian
7. Menjelaskan proses Penilaian Pengelolaan Hasil Penilaian
8. Menjelaskan Interpretasi Hasil Penilaian dalam Menetapkan Ketuntasan
Belajar
9. Menjelaskan Pemanfaatan Hasil Penilaian
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan makna Asesmen Otentik


Penilaian otentik (authentic assessment) adalah suatu proses
pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang proses dan hasil
belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan
berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas
publik (Pusat Kurikulum, 2009). Hal ini sejalan dengan pendapat Johnson (2002)
yang mengatakan bahwa penilaian otentik memberikan kesempatan luas kepada
siswa untuk menunjukan apa yang telah dipelajari dan apa yang telah dikuasai
selama proses pembelajaran. Lebih lanjut Johnson (2009) mengatakan bahwa
penilaian otentik berfokus pada tujuan, melibatkan pembelajaran secara langsung,
membangun kerja sama, dan menanamkan tingkat berfikir yang lebih tinggi.
Melalui tugas-tugas yang diberikan, para siswa akan menunjukkan pengguasaanya
terhadap tujuan dan kedalaman pemahamanya, serta pada saat yang bersamaan
diharapkan akan dapat meningkatkan pemahaman dan perbaikan diri.
Penilaian otentik dikembangkan karena penilaian tradisional yang selama
ini digunakan mengabaikan konteks dunia nyata dan kurang menggambarkan
kemampuan siswa secara holistik (Santrock, 2007). Oleh karena itu, menurut
Pokey dan Siders (dalam Santrock, 2007), penilaian otentik diartikan sebagai
upaya mengevaluasi pengetahuan atau keahlian siswa dalam konteks yang
mendekati dunia riil atau kehidupan nyata. Dalam penilaian ini siswa ditantang
untuk menerapkan informasi dan keterampilan baru dalam situasi nyata untuk
tujuan tertentu. Dengan demikian, penilaian ini merupakan sarana bagi sekolah
untuk merealisasikan segala kemauan, kemampuan, dan kreativitas siswa (Sizer,
1992). Sejalan dengan pendapat tersebut Gulikers, Bastiaens dan Kirschner (2004)
menjelaskan bahwa penilaian otentik menurut siswa untuk menggunakan
kompetensi atau mengkombinasikan pengetahuan, kemampuan, dan sikap dalam
kriteria situasi kehidupan profesional.
Penilaian otentik juga dikenal dengan berbagai istilah seperti perfomance
assessments, alternative assessment, direct assessment, dan realistic assessment.
Penilaian otentik dinamakan penilaian kinerja atau penilaian berbasis kinerja
karena dalam penilaian ini secara langsung mengukur performance (kinerja)
aktual (nyata) siswa dalam hal-hal tertentu, siswa diminta untuk melakukan tugas-
tugas yang bermakna dengan menggunakan dunia nyata atau otentik tugas atau
konteks. Penilaian otentik dikatakan penilaian alternatif karena dapat difungsikan
sebagai alternatif untuk menggantikan penilaian tradisional. Penilaian otentik
dikatakan penilaian karena memberikan lebih banyak bukti langsung dari aplikasi
bermakna pengetahuan dan keterampilan dalam konteks dunia nyata
(www.dsea.org). Penilaian otentik juga dikatakan sebagai realistic assessment
atau berhubungan dengan penerapan dalam kehidupan nyata.
Untuk mendapatkan pemahaman yang cukup komprehensif mengenai arti
asesmen otentik berikut ini dikemukakan Beberapa definisi :
1. American library association ; assessment otentik didefinisikan sebagai
proses evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap
peserta didik pada aktivitas relevan dalam pembelajaran.
2. Newton Public School ; penilaian otentik diartikan sebagai penilaian atas
produk dan kinerja yang berhubungan dengan pengalaman kehidupan nyata
peserta didik. Wiggins (1993) mendefinisikan asesmen otentik sebagai upaya
pemberian tugas kepada peserta didik yang mencerminkan prioritas dan
tantangan yang ditemukan dalam aktivitas aktivitas pembelajaran, seperti
meneliti, menulis, merevisi, dan membahas artikel, memberikan analisa oral
terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan antar sesama melalui debat, dan
sebagainya.
3. Jon Mueller (2006) ; penilaian autentik merupakan suatu bentuk penilaian
yang para siswanya diminta untuk menampilkan tugas pada situasi yang
sesungguhnya yang mendemonstrasikan penerapan keterampilan dan
pengetahuan esensial yang bermakna.
4. Richard J. Stiggins (1987) ; penilaian otentik menekankan keterampilan dan
kompetensi spesifik, untuk menerapkan keterampilan dan pengetahuan yang
sudah dikuasai. Hal itu terungkap dalam cuplikan kalimat berikut ini : "
performance assessment call upon the examinee, to demonstrate specific
skills and competencies, that is, to apply the skills and knowledge they have
mastered" (Stiggins, 1987:34)

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa penilaian otentik adalah


proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran
perkembangan siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh
guru agar dapat memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan
benar.

2.2 Asesmen Otentik Dan Tuntutan Kurikulum 2013


Penilaian otentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah
dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. Hal ini dikarenakan,
asesmen semacam ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta
didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring,
dan lain-lain. Asesmen otentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau
konstektual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka
dalam pengaturan yang lebih otentik. Oleh karena itu, asesmen otentik sangat
relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam pembelajaran, khususnya
jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai.
Penilaian otentik sebenarnya telah digariskan dalam standar penilaian
sebagaimana ditetapkan dalam Permendiknas Nomor 20 tahun 2007 tentang
standar penilaian pendidikan. Dalam Permendiknas tersebut ditetapkan bahwa
penilaian terdiri atas tes tulis, tes lisan, praktek dan kinerja (unjuk
kerja/performance), observasi selama kegiatan pembelajaran dan diluar
pembelajaran serta penugasan (terstruktur dan tugas mandiri tak terstruktur).
Penilaian otentik sebagai bentuk penilaian yang mencerminkan hasil
belajar sesungguhnya dapat menggunakan berbagai cara atau bentuk (Hargreaves,
dkk.:2001), antara lain melalui penilaian proyek atau kegiatan siswa, penggunaan
protofolio, jurnal demonstrasi, laporan tertulis, ceklis dan petunjuk observasi.
Garis besar bentuk penilaian otentik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
Dalam kenyataan dilapangan, penilaian otentik sering dikontradiksikan
dengan penilaian yang menggunakan standar tes berbasis norma, pilihan ganda,
benar-salah, menjodohkan, atau membuat jawaban singkat. Tentu saja, pola
penilaian seperti ini tidak dinafikan dalam proses pembelajaran, karena memang
lazim digunakan dan memperoleh legitimasi secara akademik. Asesmen otentik
dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim, atau guru bekerja sama dengan
peserta didik. Dalam asesmen otentik, seringkali pelibatan siswa sangat penting.
Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar lebih baik ketika
mereka tahu bagaimana akan dinilai.
Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja
mereka sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang
tujuan pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi. Pada
asesmen otentik guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi
pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh dari luar sekolah.
Asesmen otentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar,
kegiatan siswa belajar, motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan
belajar. Karena penilaian itu merupakan bagian dari proses pembelajaran, guru
dan peserta didik berbagi pemahaman tentang kriteria kinerja. Dalam beberapa
kasus, peserta didik bahkan berkontribusi untuk mendefinisikan harapan atas
tugas-tugas yang harus mereka lakukan.
Asesmen otentik sering digambarkan sebagai penilaian atas
perkembangan peserta didik karena berfokus pada kemampuan mereka
berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang subjek. Asesmen otentik
harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang
sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik bagaimana mereka menerapkan
pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan
perolehan belajar dan sebagainya. Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi
materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan
remedial harus dilakukan.
2.3 Assesmen Otentik dan Belajar Otentik
Asesmen otentik menicayakan proses belajar yang autentik pula.
Menurut Ormiston belajar autentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah
yang dilakukan oleh peserta didik dikaitkan dengan realitas di luar sekolah atau
kehidupan pada umumnya. Assesment semacam ini cenderung berfokus pada
tugas-tugas kompleks atau konstektual bagi peserta didik, yang memungkinkan
mereka secara nyata menunjukkan kompetensi atau ketrampilan yang dimilikinya.
Sebagai contoh, asesmen otentik antara lain keterampilan kinerja, kemampuan
mengaplikasikan atau menunjukkan perolehan pengetahuan tertentu, simulasi dan
bermain peran, portofolio, memilih kegiatan yang strategis, serta memamerkan
dan menampilkan sesuatu.
Menurut ormiston belajar otentik mencerminkan tugas dan pemecahan
masalah yang diperlukan dalam kenyataannya di luar sekolah. Asesmen otentik
terdiri dari berbagai teknik penilaian. Pertama, pengukuran langsung
keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang
pendidikan seperti kesuksesan di tempat kerja. Kedua, penilaian atas tugas-tugas
yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. Ketiga,
analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respons peserta didik atas
perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada.
Dengan demikian, asesmen otentik akan bermakna bagi guru untuk
menentukan cara cara terbaik agar semua siswa dapat mencapai hasil akhir, meski
dengan satuan waktu yang berbeda. Konstruksi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan dicapai melalui penyelesaian tugas di mana peserta didik telah
memainkan peran aktif dan kreatif. Keterlibatan peserta didik dalam
melaksanakan tugas sangat bermakna bagi perkembangan pribadi mereka.
Dalam pembelajaran otentik, peserta didik diminta mengumpulkan
informasi dengan pendekatan saintifik, memahami aneka fenomena atau gejala
dan hubungannya satu sama lain serta secara mendalam, serta mengaitkan apa
yang dipelajari dengan dunia nyata luar sekolah. Disini, guru dan peserta didik
memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi. Peserta didik pun tahu apa yang
mereka ingin pelajari, memiliki parameter waktu yang fleksibel, dan bertanggung
jawab untuk tetap ada tugas. Asesmen otentik pun mendorong peserta didik
mengonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis, menyintesis, menafsirkan,
menjelaskan, dan mengevaluasi informasi untuk kemudian mengubahnya menjadi
pengetahuan baru.
Sejalan dengan deskripsi diatas, pada pembelajaran otentik guru harus
menjadi “guru otentik”. Peran guru bukan hanya pada proses pembelajaran,
melainkan juga pada penilaian. Untuk bisa melaksanakan pembelajaran otentik,
guru harus memenuhi kriteria tertentu seperti disajikan berikut ini.
1. Mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta didik serta
desain pembelajaran.
2. Mengetahui bagaimana cara membimbing peserta didik untuk
mengembangkan pengetahuan mereka sebelumnya dengan cara mengajukan
pertanyaan dan menyediakan sumber daya memadai bagi peserta didik untuk
melakukan akuisisi pengetahuan.
3. Menjadi pengasuh proses pembelajaran, melihat informasi baru, dan
mengasimilasikan pemahaman peserta didik.
4. Menjadi kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta didik dapat
diperluas dengan menimba pengalaman dari dunia di luar tembok sekolah.

Asesmen otentik adalah komponen penting dari reformasi pendidikan


sejak tahun 1990-an. Wiggins (1993) menegaskan bahwa metode penilaian
tradisional untuk mengukur prestasi, seperti tes pilihan ganda, benar-salah,
menjodohkan, dan lain-lain telah gagal mengetahui kinerja peserta didik yang
sesungguhnya. Tes semacam ini telah gagal memperoleh gambaran yang utuh
mengenai sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik dikaitkan dengan
kehidupan nyata mereka di luar sekolah atau masyarakat.
Asesmen hasil belajar yang tradisional bahkan cenderung mereduksi
makna kurikulum karena tidak menyentuh esensi nyata dari proses dan hasil
belajar peserta didik. Ketika asesmen tradisional cenderung mereduksi makna
kurikulum, tidak mampu menggambarkan kompetensi dasar, dan rendah daya
prediksinya terhadap sikap, keterampilan, dan kemampuan berpikir yang
diartikulasikan dalam banyak mata pelajaran atau disiplin ilmu; ketika itu pula
asesmen otentik memperoleh traksi yang cukup kuat. Memang pendekatan apapun
yang dipakai dalam penilaian tetap tidak luput dari kelemahan dan kelebihan.
Namun demikian sudah saatnya guru bersikap profesional pada semua satuan
pendidikan memandu gerakan memadukan potensi peserta didik, sekolah, dan
lingkungannya melalui assessment proses dan hasil belajar yang otentik.
Data asesmen otentik digunakan untuk berbagai tujuan seperti
menentukan kelayakan akuntabilitas implementasi kurikulum dan pembelajaran di
kelas tertentu. Data asesmen otentik dapat dianalisis dengan metode kualitatif
maupun kuantitatif. Analisis kualitatif dari asesmen otentik berupa narasi atau
deskripsi atas capaian hasil belajar peserta didik, misalnya mengenai keunggulan
dan kelemahan, motivasi, keberanian berpendapat, dan sebagainya. Analisis
kuantitatif dari data asesmen otentik menerapkan rubrik skor atau daftar cek
(cheklist) untuk menilai tanggapan relatif peserta didik relatif terhadap kriteria
dalam kisaran terbatas dari empat atau lebih tingkat kemahiran (misalnya : sangat
mahir, mahir, sebagian mahir, dan tidak mahir. Rubrik penilaian dapat berupa
analitik atau holistik. Analisis holistik memberikan skor keseluruhan kinerja
peserta didik, seperti menilai kompetisi olimpiade sains nasional.

2.4 Rubrik dan Tugas Tugas Kinerja

Kurikulum berbasis Kompetensi Kurikulum 2013 menuntut siswa


mendemonstrasikan apa yang sudah mereka pelajari dengan berbagai cara. Siswa
harus mendemonstrasikan kompetensi atau kemajuan mereka ke arah kompetensi.
Hal ini tidak selalu bisa dilakukan dengan menggunakan tes tulis. Oleh karena itu
diperlukan cara-cara baru untuk melakukan penilaian diperlukan.

Apa tugas kinerja dan rubrik?

Tidak seperti tes benar-salah atau pilihan ganda yang mengharuskan


siswa memilih salah satu jawaban yang tersedia, suatu penilaian kinerja menuntut
siswa untuk melakukan satu tugas atau menghasilkan sendiri jawabannya. Sebagai
contoh, penilaian kinerja menulis menuntut siswa untuk benar-benar menulis
sesuatu, bukan hanya sekedar menjawab pertanyaan pilihan ganda tentang tata
bahasa atau tanda baca.
Penilaian kinerja terdiri dari dua bagian, yaitu : satu tugas dan satu set
kriteria penskoran atau “rubrik”. Tugas itu dapat menghasilkan suatu produk,
kinerja, atau uraian jawaban dari satu pertanyaan yang menuntut siswa
menerapkan keterampilan berpikir.
Karena penilaian kinerja tidak mempunyai kunci jawaban seperti tes
pilihan ganda, penskoran kinerja dapat menghasilkan penilaian yang subjektif
mengenai kualitas dari hasil kerja siswa. Kita biasa melihat guru yang memeriksa
tulisan siswa dan memberikan skor dengan rentang 0 sampai 10. Tetapi kita tidak
mengetahui kriteria yang digunakan untuk memberi skor. Siswa tidak mendapat
informasi yang berguna tentang mengapa angka tersebut diberikan kepadanya dan
tidak ada umpan balik mengenai bagian mana dari tugas yang telah dikerjakan
dengan baik dan bagian mana yang memerlukan perbaikan.

Contoh berikut ini bukanlah rubrik karena tidak mencantumkan kriteria kinerja

0 1 2 3 4

Kurang Cukup Bagus Bagus Sekali Sempurna

Penilaian dengan menggunakan skala bergantung pada penafsiran


guru mengenai istilah-istilah seperti “cukup” atau “bagus”. Kalau siswa dinilai
“cukup”, siswa, orang tuanya, atau guru lain tidak mempunyai gambaran
mengenai apa yang sudah bisa dilakukan oleh siswa tersebut, dan apa yang
belum/tidak bisa dilakukannya.

Rubrik adalah kunci penskoran yang menggambarkan berbagai tingkat


kualitas kemampuan dari yang sempurna sampai yang kurang untuk menilai satu
tugas, keterampilan, proyek, esai, laporan penelitian, atau kinerja spesifik.
Tujuannya adalah untuk memberikan umpan balik tentang kemajuan kerja siswa
dan memberikan evaluasi yang rinci mengenai produk akhir.

Berikut adalah satu contoh rubrik untuk menilai karangan fiksi

Rubrik untuk karangan fiksi

Dalam contoh dibawah ini kriteria yang dinilai adalah : plot, setting,
dan tokoh. Rincian untuk kriteria tersebut adalah : siapa, apa, dimana, kapan dan
mengapa dari cerita. Tabel di bawah ini merupakan contoh dari rubrik. Dengan
membahas rubrik langkah demi langkah, siswa lebih mudah memahami standar
penilaian pekerjaan mereka.

Guru dapat menentukan standar kelulusan. Misalnya, kalau ketiga


kriteria ingin ditekankan guru dapat menentukan skor 3 sebagai standar kelulusan
untuk semua kriteria. Dengan demikian, kalau dalam salah satu kriteria siswa
mendapatkan skor kurang dari tiga, maka konsep dalam kriteria tersebut harus
diajarkan kembali dan siswa harus menulis ulang cerita tersebut dengan
bimbingan khusus dari guru.

Tingkatan
Kriteria
4 3 2 1
PLOT: “Apa” Bagian-bagian Satu dari Kedua bagian Bagian-bagian
dan “Mengapa” plot kedua- bagian plot plot digarap plot tidak ada
duanya dikembangkan tetapi tidak yang
dikembangkan penuh, dan dikembangkan dikembangkan
penuh yang kurang secara penuh secara penuh
dikembangkan
digarap sedikit
SETTING: Kedua bagian Satu bagian Kedua bagian Bagian-bagian
“Kapan” dan setting dari setting setting digarap dari setting
“Dimana” dikembangkan dikembangkan tetapi tidak tidak ada yang
penuh. penuh, dan dikembangkan dikembangkan
yang kurang secara penuh. secara penuh.
dikembangkan
digarap sedikit
TOKOH- Tokoh-tokoh Tokoh-tokoh Tokoh-tokoh Tidak satupun
TOKOH : utama utama utama tokoh-tokoh
“Siapa” dikembangkan dikembangkan diidentifikasik dikembangkan
dideskripsikan penuh dengan penuh dengan an hanya atau diberi
melalui deskripsi yang deskripsi yang dengan nama nama.
perilaku, rinci. Pembaca agak rinci. saja
wujud/penampil mempunyai Pembaca
an, kepribadian, imajinasi yang mempunyai
hidup imajinasi yang
Tingkatan
Kriteria
4 3 2 1
sifat-sifat mengenai agak kurang
khusus tokoh-tokoh jelas mengenai
tokoh-tokoh

Apabila guru hanya menekankan pada salah satu konsep, misalnya


pengembangan karakter/tokoh, maka siswa harus mendapatkan minimal skor 3
untuk pengembangan karakter agar memenuhi standar kelulusan. Sedangkan
tujuan melatih siswa untuk menuliskan ketiga komponen cerita adalah agar siswa
mendapatkan pengalaman menulis dan umpan balik untuk tugas mendatang.

Guru perlu membahas rubrik dengan para siswa sebelum mereka


memulai tugas. Rubrik dapat dipasangkan pada papan pajangan atau dibagikan
kepada siswa. Rubrik dapat pula memfokuskan proses belajar-mengajar melalui
penekanan pada konsep-konsep kunci dan standart yang harus dipenuhi siswa.

Semua rubrik biasanya mempunyai dua ciri yang sama, yaitu : satu
daftar kriteria dan gradasi atau tingkat pencapaian. Kriteria dipilih untuk memberi
pedoman belajar-mengajar. Setiap kategori di dalam rubrik memuat acuan kinerja
dan dijadikan dasar untuk menilai respon siswa. Kategori-kategori juga memuat
definisi-definisi dan contoh-contoh untuk memperjelas makna dari setiap tingkat.
Rubrik adalah pedoman kerja untuk siswa dan guru. Idealnya, rubrik diberikan
kepada siswa sebelum tugas dilakukan agar siswa memahami kriteria yang
digunakan untuk menilai hasil kerja mereka.

Semua rubrik memiliki skala pemeringkatan. Rubrik di atas


menggunakan skala pemeringkatan empat tingkat, skala 1 untuk tingkat kinerja
terendah dan skala 4 untuk tigkat kinerja tertinggi. Tidak ada skala pemeringkatan
terbaik untuk sebuah rubrik, tetapi sebaiknya menghindari rubrik yang memiliki
skala pemeringkatan lebih dari 6 tingkatan. Hal ini perlu dihindari karena skala
pemeringkatan lebih dari 6 tingkatan akan mempersulit untuk membedakan
dengan jelas antar tingkat kinerja dan mempersulit untuk mengukur perbedaan
antara kinerja-kinerja.
Guru menentukan skor akhir dan angka kelulusan untuk tugas kinerja.
Sebagai contoh, dalam rubrik di atas, skor maksimumnya adalah 12. Guru boleh
memilih untuk mengoversikan skor menjadi presentase untuk nilai akhir.
Beberapa skala pemeringkatan mencantumkan presentase untuk setiap tingkat,
misalnya 1 = (50-59), 2 = (60-69), 3 = (70-79) 4 = (80-100). Jenis pensekoran ini
memberikan rentang dalam setiap kriteria kerja.

Mengapa menggunakan rubrik?

Banyak ahli pendidikan percaya bahwa rubrik meningkatkan hasil akhir


siswa dan oleh karena itu meningkatkan belajarnya. Ketika para guru menilai
makalah atau proyek dengan menggunakan rubrik, mereka dapat melihat dengan
jels dan juga mengukur kualitas produk siswa. Kalau para siswa sudah menerima
rubrik sebelum memulai tugas, mereka memahami bagaimana kinerja mereka
akan dievaluasi, dan mereka dapat menyiapkan untuk itu. Dengan
mengembangkan kisi-kisi dan memberikanya kepada para siswa, guru
memberikan panduan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas kerja mereka
dan meningkatkan pengetahuan mereka.

Sekali rubrik sudah dibuat, rubrik dapat digunakan untuk berbagai


kegiatan. Rubrik tersebut dapat diubah sedikit dan digunakan untuk berbagai
kegiatan berikutnya. Sebagai contoh standart mutu dalam rubrik karangan fiksi
dapat tetap digunakan selama satu tahun ajaran. Hal yang berubah adalah
kompetensi siswa dan strategi pembelajaran guru. Oleh karena itu, guru tidak
perlu membuat rubrik baru untuk setiap kegiatan.

Banyak keuntungan yang dapat diperoleh guru jika menggunakan rubrik,


diantaranya :

1. Guru dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dengan memberikan fokus,


penekanan dan penekanan pada rincian tertentu sebagai model untuk siswa.
2. Siswa mempunyai pedoman yang jelas mengenai apa yang diharapkan guru.
3. Siswa dapat menggunakan rubrik sebagai alat untuk mengembangkan
kemampuanya.
4. Guru dapat menggunakan kembali rubrik tersebut untuk berbagai kegiatan
berikutnya yang sejenis.

Contoh rubrik persekoran karya siswa

Rubrik Bahasa Indonesia

Rubrik penilaian menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan


alam (kelas VII/I)

Aspek Yang Tingkat Kualitas


No
Dinilai/Kriteria 4 3 2 1
1 Ide/gagasan Gagasan Gagasan Gagasan Gagasan
kemenarikan bermakna bermakna kurang kurang
dan tetapi kurang bermakna dan bermakna
menimbulk menimbulkan kurang dan tidak
an kesan kesan menimbulkan menimbulkan
kesan kesan
Keutuhan Penggarapa Penggarapan Penggarapan Penggarapan
n ide ide lengkap ide kurang ide tidak
lengkap tetapi kurang lengkap dan lengkap dan
dan terfokus kurang tidak terfokus
terfokus terfokus
2 Pengolahan Semua larik Sedikit larik Setengah Lebih dari
bahasa variasi tergarap yang kurang larik kurang stengah larik
larik dengan padat dan padat dan kurang padat
padat dan kurang kurang dan tidak
sangat bervariasi bervariasi bervariasi
bervariasi
Diksi Menimbulk Menimbulkan Menimbulkan Tidak
an imajinasi imajinasi menimbulkan
imajinasi tetapi kurang tetapi tidak imajinasi
dan bervariasi bervariasi
bervariasi
2.5 Jenis-jenis Asesmen Otentik
Dalam rangka melaksanakan asesmen otentik yang baik, guru harus
memahami secara jelas tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu, guru harus bertanya
pada diri sendiri, khususnya berkaitan dengan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan apa yang akan dinilai; fokus penilaian yang akan dilakukan,
misalnya, berkaitan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan; dan tingkat
pengetahuan apa yang akan dinilai, seperti penalaran, memori, atau proses.
Penilaian otentik sebagai bentuk penilaian yang mencerminkan hasil belajar
sesungguhnya, dapat menggunakan berbagai cara atau bentuk (Hargreaves,
dkk.:2001), antara lain melalui penilaian proyek atau kegiatan siswa, penggunaan
portofolio, jurnal, demonstrasi, laporan tertulis, ceklis, dan petunjuk observasi.
Secara garis besar bentuk penilaian otentik tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut.
1) Penilaian Proyek
Proyek merupakan salah satu bentuk penilaian otentik yang berupa
pemberian tugas kepada siswa secara berkelompok. Kegiatan ini merupakan
cara untuk mencapai tujuan akademik sambil mengakomodasi berbagai gaya
belajar, minat, serta bakat dari masing-masing siswa. Tugas proyek akademik
yang diberikan adalah tugas yang terkait dengan konteks kehidupan nyata.
Oleh karena itu, tugas ini dapat meningkatkan partisipasi siswa. Sebagai
contoh, siswa diminta membentuk kelompok proyek untuk menyelidiki
keragaman budaya di lingkungan tempat tinggal mereka.
Penilaian proyek (Project Assessment) merupakan kegiatan penilaian
terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode
atau waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang
dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data,
pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data. Dengan
demikian, penilaian proyek bersentuhan dengan aspek pemahaman,
mengaplikasikan, penyelidikan, dan lain-lain.
Selama mengerjakan sebuah proyek pembelajaran, peserta didik
memperoleh kesempatan untuk mengaplikasikan sikap, keterampilan, dan
pengetahuanya. Oleh karena itu, pada setiap penilaian proyek, setidaknya ada
3 hal yang memerlukan perhatian khusus dari guru.
a. Ketrampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan
mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna atas
informasi yang diperoleh, dan menulis laporan.
b. Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan
sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta
didik.
c. Orsinalitas atas keaslian sebuah proyek pembeajaran yang dikerjakan
atau dihasilkan oleh peserta didik.

Penilaian proyek berfokus pada perencanaan, pengerjaan, dan produk


proyek. Dalam kaitan ini serial kegiatan yang harus dilakukan oleh guru
meliputi penyusunan rancangan dan instrumen penilaian, pengumpulan data,
analisis data, dan menyiapkan laporan. Penilaian proyek dapat menggunakan
instrumen daftar cek, skala penilaian, atau narasi. Laporan penilaian dapat
dituangkan dalam bentuk poster atau tertulis.

Produk akhir dari sebuah proyek sangat mungkin memerlukan


penilaian khusus. Penilaian produk dari sebuah proyek dimaksudkan untuk
menilai kualitas dan bentuk hasil akhir secara holistik dan analitik. Penilaian
produk dimaksud meliputi penilaian atas kemampuan peserta didik
menghasilkan produk, seperti makanan, pakaian, hasil karya seni (gambar,
lukisan, patung, dan lain-lain), barang-barang terbuat dari kayu, kertas, kulit,
keramik, karet, plastik, dan karya logam. Penilaian secara analitik merujuk
pada semua kriteria yang harus dipenuhi untuk menghasilkan produk tertentu.
Penilaian secara holistik merujuk pada apresiasi atau kesan secara
keseluruhan atas produk yang dihasilkan.
Contoh format penugasan

Penilaian Kegiatan

Menebalkan Tulisan dengan Gambar

Tema : Binatang

Subtema : Telur Burung Puyuh

Hari/Tanggal : Minggu / 13 November 2011

Kelompok/Semester : B/I

Bidang Pengembangan

Aspek yang dinilai


No Nama Anak
Keaktifan Kerapian keteraturan

Contoh Penilaian Proyek

Beberapa contoh kegiatan peserta didik dalam penilaian proyek adalah seagai
berikut:

Tugas : lakukan penelitian sederhana tentang kandungan yodium dalam garam


yang beredar di masyarakat.

Skor
No Aspek yang dinilai
B C K
Keterampilan
1. Merencanakan penelitian
2. Aktifitas Pengamatan
3. Menggambar hasil
pengamatan
4. Pembuatan catatan hasil
pengamatan
Skor
No Aspek yang dinilai
B C K
5. Pelaporan
Sikap
6. Mampu bekerja sama
7. Sistematis kalau dalam
mengerjakan tugas
8. Mengerjakan tugas
dengan serius

Keterangan :

B : Skor 5 C : Skor 3 K : Skor 1

Contoh Penilaian Proyek (Aspek Kinerja Ilmiah)

Skor
No Aspek yang dinilai
Baik Sedang Kurang
Keterampilan
1. Merencanakan penelitian/
pengamatan (menyiapkan
perlengkapan, alat dan bahan)
2. Aktifitas Pelaksanaan
Pengamatan
3. Membuat laporan sementara
(konsep) hasil pengamatan
4. Menyusun hasil pengamatan dan
menerima masukan perbaikan
5. Memperbaiki laporan setelah
menerima masukan.
Sikap
Skor
No Aspek yang dinilai
Baik Sedang Kurang
1. Kemampuan bekerja sama
dengan kelompok
2. Sistematis dalam mengerjakan
kelompok
3. Tanggung jawab dan
menjalankan tugas (keseriusan)

Keterangan :

Baik : 5 Sedang : 3 Kurang : 1

2) Penilaian Kinerja
Asesmen Otentik sebisa mungkin melibatkan partisipasi peserta
didik, khusunya dalam proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat
melakukanya dengan meminta para peserta didik menyebutkan unsur-unsur
proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria
penyelesaianya. Dengan menggunakan informasi ini, guru dapat memberikan
umpan balik terhadap kinerja peserta didik baik dalam bentuk laporan naratif
maupun laporan kelas. Ada beberapa cara berbeda untuk merekam hasil
penilaian berbasis kinerja :
a. Daftar Cek (Cheklist). Digunakan untuk mengetahui muncul atau
tidaknya unsur-unsur tertentu dari indikator atau subindikator yang
harus muncul dalam sebuah peristiwa atau tindakan.
Contoh format observasi dengan cheklist :
Nama Anak : Hari/Tanggal :
Usia : Observer :
No Aspek Ya Tidak
Aspek Perkembangan Bahasa
Menggunakan bahasa yang santun
Mengekspresikan perasaan dengan kata-kata
Menggunakan bahasa yang dapat dipahami

b. Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records). Digunakan dengan


cara guru menulis laporan narasi tentang apa yang dilakukan oleh
masing-masing peserta didik selama melakukan tindakan. Dari laporan
tersebut, guru dapat menentukan seberapa baik peserta didik memenuhi
standar yang diterapkan.
Contoh format anekdot

Pengamatan terhadap Yurisa


Perkembangan fisik : Perkembangan Sosial:
Pengamat/Tanggal : Pengamat/Tanggal:
Keterangan Pengamatan : Keterangan Pengamatan:
Perkembangan Emosional : Kreativitas:
Pengamat/Tanggal : Pengamat/Tanggal:
Keterangan Pengamatan : Keterangan Pengamatan:
Perkembangan Bahasa : Perkembangan Kognitif:
Pengamat/Tanggal : Pengamat/Tanggal:
Keterangan Pengamatan : Keterangan Pengamatan:

c. Skala Penilaian (rating scale). Biasanya digunakan dengan


menggunakan skala numerik berikut predikatnya. Misalnya: 5 = baik
sekali, 4 = baik, 3 = cukup, 2 = kurang, 1 = kurang sekali. Ada kalanya
kinerja peserta didik cukup kompleks sehingga sulit atau merasa tidak
adil kalau hanya diklasifikasikan menjadi dua kategori, ya atau tidak,
memenuhi atau tidak memenuhi. Oleh karena itu, dapat dipilih skala
penilaian lebih dari dua kategori, misalnya 1, 2, dan 3. Namun setiap
kategori harus dirumuskan deskriptornya sehingga penilai megetahui
kriteria secara akurat. Deskriptor semacam ini belum akurat karena
kriteria antara penialai belum tentu sama dengan penilai yang lain. Oleh
karena itu, deskriptor dalam rubrik harus jelas dan terukur. Berikut
contoh penilaian unjuk kerja dengan ranting scale beserta rubriknya.
d. Memori atau Ingatan (memory approach). Digunakan oleh guru dengan
cara mengamati peserta didik ketika melakukan sesuatu, tanpa membuat
catatan. Guru menggunakan informasi dari memorinya untuk
menentukan apakah peserta didik sudah berhasil ataupun belum. Cara
seperti ini tetap ada manfaatnya, tetapi tidak dianjurkan.
Penilaian kinerja memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus,
yaitu:
1. Langkah-langkah kinerja harus dilakukan peserta didik untuk
menunjukkan kinerja yang nyata untuk suatu atau beberapa jenis
kompetensi tertentu.
2. Ketepatan dan kelengkapan aspek kinerja yang dinilai.
3. Kemampuan –kemampuan khusus yang diperlukan oleh peserta
didik untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran.
4. Fokus utama dari kinerja yang akan dinilai, khususnya indikator
esensial yang akan diamati.
5. Urutan dari kemampuan atau keterampilan peserta didik yang akan
diamati.

Pengamatan atas kinerja peserta didik perlu dilakukan dalam


berbagai konteks untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan
tertentu. Penilaian diri (self assesment) termasuk dalam rumpun
penilaian kinerja. Peserta didik diminta untuk melihat dirinya sendiri
berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang
dipelajarinya. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur
kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotor.

a) Penilaian ranah sikap. Misalnya peserta didik diminta untuk


mengungkapkan curahan perasaannya terhadap suatu objek
berdasarkan kriteria yang telah disiapkan.
b) Penilaian ranah ketrampilan. Misalnya peserta didik diminta utuk
menilai kecakapan atau keterampilan yang telah diuasainnya
berdasarkan kriteria yang telah disiapkan.
c) Penilaian ranah pengetahuan. Misalnya peserta didik diminta untuk
menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai
hasil belajar dari suatu mata pelajaran tertentu berdasarkan kriteria
yang telah disiapkan.

Teknik penilaian diri memiliki berbagai manfaat positif.


1. Menumbuhkan rasa pecaya diri peserta didik
2. Peserta didik memahami kekurangan dan kelebihan dirinya
3. Mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik berperilaku jujur
4. Menumbuhkan semangat untuk maju secara personal

3) Penilaian Portofolio
Portofolio merupakan kumpulan pekerjaan siswa (tugas-tugas)
dalam kurun waktu tertentu yang dapat memberikan informasi penilaian.
Fokus penilaian portofolio berupa pemecahan masalah, berpikir, pemahaman,
menulis, komunikasi dan pandangan siswa sendiri terhadap dirinya sebagai
pembelajar. Tugas yang diberikan berupa kegiatan sehari-hari dan siswa
diharapkan memiliki kreativitas yang tinggi, memberikan kesempatan yang
luas untuk berkembang serta memotivasi siswa. Sebagai contoh, siswa
diminta untuk melakukan survei mengenai potensi wisata di lingkungan
daerah tempat tinggalnya.
Penilaian portofolio merupaan penilaian berkelanjutan, berupa karya
peserta didik dari proses pembelajaran yang dinggap terbaik, hasil tes (bukan
nilai), atau informasi lain yang relevan dengan sikap, keterampilan dan
pengetahuan. Fokus penilaian portofolio adalah kumpulan karya peserta didik
secara individu atau kelompok yang dilakukan oleh guru maupun peserta
didik sendiri.
Melalui penilaian portofolio, guru kan mengetahui perkembangan
belajar peserta didik. Misalnya, hasil karya mereka dalam menyusun
karangan, puisi, surat, komposisi musik, foto, lukisan, resensi buku/literatur,
sinopsis, dll. Atas dasar penilaian itu, guru atau peserta didik dapat
melakukan perbaikan sesuai dengan tuntutan pembelajaran.
Penilaian portofolio dilakukan dengan melakuakan langkah-langkah seperti
berikut.
1. Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.
2. Guru atau guru bersama peserta didik menyusun portofolio yang akan
dibuat.
3. Guru bersama peserta didik, baik individu maupun kelompok, serta madiri
atau dengan bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran.
4. Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat
yang sesuai, disertai dengan catatan tanggal pengumpulannya.
5. Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.
6. Jika memungkinkan, guru dan peserta didik membahas bersama dokumen
portofolio yang dihasilkan.
7. Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian
portofolio.

Contoh penilaian portofolio

Guru kelas VI akan melakukan penilaian portofolio untuk melengkapi blanko


penilaian yang telah dipersiapkan. Setelah melalui diskusi dengan siswa,
diperoleh keputusan bahwa siswa haru mengumpulkan portofolio. Berkas-
berkas portofolio yang dikumpulkan siswa adalah hasil pekerjaan siswa sendiri
yang telah dilaksanakan selama belajar di kelas VI. Berkas-berkas tersebut
diantaranya:

1. Gambar peta ASEAN (tugas individu materi IPS semester 1).


2. Laporan kegiatan karya wisata ke gelanggang samudra ancol (tugas
individu semester 2).
3. Maket lalu lintas (tugas kelompok, materi IPA tentang rangkaian listrik
seri dan parlel, semester 2).
Penilaian Portofolio

1. Gambar peta ASEAN


Kriteria yang akan digunakan untuk penilaian gambar peta:
NO KRITERIA SKOR KETERANGAN
1. Kebersihan gambar Bersih = 3
Agak kotor = 2
Kotor = 1
2. Kerapian gambar Rapi = 3
Agak rapi = 2
Tidak rapi = 1
3. Memenuhi syarat Syarat terpenuhi = 3
peta Kurang terpenuhi = 2
Tidak terpenuhi = 1
4. Memenuhi Memenuhi = 3
komponen peta Kurang = 2
Tidak memenuhi = 1
TOTAL SKOR Skor maksimal = 12
NILAI

Nilai = Skor yang diperoleh X


100
12
2. Laporan kegiatan karya wisata ke Gelanggang Samudra Ancol. Kriteria
yang digunakan untuk laporan kegiatan karya wisata ke gelanggang
samudra ancol:
NO KRITERIA SKOR KETERANGAN
1. Tata bahasa dan Tepat = 3
tanda baca yang Kurang tepat = 2
digunakan Tidak tepat = 1
2. Pemilihan kosakata Tepat = 3
dan keterpaduan Kurang tepat = 2
kalimat Tidak tepat = 1
3. Kelengkapan Lengkap = 3
laporan Kurang lengkap = 2
Tidak lengkap = 1
4. Sistematika laporan Sistematis = 3
Kurang sistematis = 2
Tidak sistematis = 1
5. Kerapian tulisan Rapi = 3
Kurang rapi = 2
Tidak rapi = 1
TOTAL SKOR Skor maksimal = 12
NILAI

Nilai = Skor yang diperoleh X


100
15
3. Maket lalu lintas
Kriteria penilaian maker lalu lintas
NO KRITERIA SKOR KETERANGAN
1 Ketepatan Tepat = 3
pemilihan bahan Kurang tepat = 2
dasar maket Tidak tepat = 1
2 Ketepatan Tepat = 3
pemilihan aksesori Kurang tepat = 2
Tidak tepat = 1
3 Kerapian Rapi = 3
Kurang rapi = 2
Tidak rapi = 1
4 Kebersihan Bersih = 3
Kurang bersih = 2
Tidak bersih = 1
5 Fungsi alat (alat Bekerja dengan baik = 3
bekerja dengan Ada gangguan ketika uji coba
baik) =2
Tidak bekerja = 1
TOTAL SKOR
NILAI
Nilai = Skor yang diperoleh X
100
15

FORMAT REKAP NILAI PORTOFOLIO

NO NAMA PORTOFOLIO TOTAL NILAI


1 2 3 NILAI AKHIR
1
2
3
4
5

Keterangan :
1 = Gambar peta ASEAN
2 = Laporan kegiatan karya wisata ke gelanggang samudra ancol
3 = Maket lalu lintas

4. Jurnal
Jurnal merupakan tulisan yang dibuat siswa untuk menunjukkan
segala sesuatu yang diperoleh dan dipelajari dalam proses pembelajaran.
Jurnal dapat digunakan untuk mencatat topik-topik pokok yang telah
dipelajari, perasaan siswa dalam belajar mata pelajaran tertentu, kesulitan-
kesulitan atau keberhasilan-keberhasilannya dalam menyelesaikan
masalah, topik pelajaran dan catatan.
Konsep penilaian rubrik merupakan gabungan antara skala
penilaian dengan daftar cheklist. Dalam format penilaian rubrik, setiaap
kolom mewakili aspek-aspek yang dinilai atau kinerja yang dievaluasi.
Setiap garis menggambarkan karakteristik setiap elemen atau aspek yang
dinilai disertai dengan skala nilai tentang penguasaan kompetensi atau
kinerja.
Penggunakan rubrik untuk penilaian dapat membantu menentukan
kualitas pekerjaan yang dicapai oleh siswa. Hal lain yang sangat penting
adalah siswa atau temannya dapat menilai sendiri hasil kerjanya dengan
berpedoman pada rubrik. Dengan demikian, melalui rubrik, siswa akan
terpacu untuk bekerja secara optimal, dan pelaksanaan penilaian akan
lebih objektif serta mencerminkan kemampuan dan kerja siswa.
Menurut Linn dan Burton yang dikutip oleh Cruickshank (2005), skala
penilaian, daftar cek, dan rubrik merupakan sarana yang efektif untuk
memperbaiki tingkat akurasi dalam menilai kualitas kinerja, produk dan
hasil karya siswa.

5. Penilaian Tertulis
Tes tertulis terdiri dari memilih atau mensuplai jawaban. Tes
tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu
mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis,
menyintesis, mengevaluasi atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis
bersifat komprehensif sehingga mampu menggambarkan ranah sikap,
keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.
Pada tes tertulis berbentu esai, peserta didik berkesempatan
memberikan jawaban yang berbeda dengan teman-temannya, tetapi tetap
terbuka memperoleh nilai yang sama. Misalnya, peserta didik tertentu
melihat kemiskinan dari sisi pandang kebiasaan malas bekerja, rendahnya
keterampilan, atau kelangkaan sumber daya alam. Masing-masiing sisi
pandang ini akan menghasilkan jawaban yang berbeda, tetapu tetap
terbuka memiliki kebenaran yang sama, asalkan analisisnya benar. tes
tertulis berbentuk esai berbentuk esai biasanya menuntut dua jenis pola
jawaban, yaitu jawaban terbuka (extendeed-response)atau jawaban terbatas
(restrictes-response).
Hal ini tergantung dari bobot yang diberikan guru. Tes semacam
ini memberikan kesempatan pada guru untuk dapat mengukur hasil belajar
peserta didik pada tingkatan yang lebih tinggi/kompleks.
Dengan demikian, jelas penilaian otentik dapay mengungkapkan hasil
belajar siswa secara holistik sehingga benar-benar dapat mencerminkan
potensi, kemampuan, dan kreativitas siswa sebagai hasil proses belajar
selain itu penerapan penilaian otentik akan dapat mendorong siswa untuk
lebih aktif belajar dan menerapkan hasil belajarnya dalam kehiduan nyata.
Dengan demikian, penilaian otentik akan dapat meningkatkan mutu
pendidikan.
Mengingat pentingnya penilaian otentik, baik dalam proses
penilaian maupun peningkatan kualitas pembelajaran, maka metose
penilaian seperti ini perlu diterapkan sebagai sarana untuk memperbaiki
proses pembelajran sekaligus untuk meningkatkan mutu pendidikan secara
komplemen dengan penilaian standar sesuai dengan kompetensi yang akan
dinilai.
Secara operasional penerapannya dapat dilakukan dalam tiga
tahap. Pada tahap awal, penilai otentik dapat dilakukan oleh seluruh
pendidik dalam setiap kegiatan pembelajaran, kemudian dilanjutkan
penilaian sekolah yang berupa ujian sekolah.

2.6 Teknik dan Instrumen Penilaian


Secara umum terdapat berbagai teknik penilaian yang dapat
digunakan. Teknik penilaian dalam pembelajaran menurut Tim
Pengembangan Buku Panduan Tematik Depdiknas (2013) adalah sebagai
berikut. 1) tes (tertulis, lisan dan praktik atau unjuk kerja), 2) Teknik
observasi atau pengamatan yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung
dan atau di luar pembelajaran, 3) Teknik pemberian tugas untuk perorangan
atau kelompok yang dapat berbentuk tugas rumah dan atau kelompok.
Instrumen penilaian tes:
1. Instrumen tes tertulis dalam bentuk soal.
Penilaian secara tertulis digunakan dengan tes tertulis. Penilaian
jenis ini cenderung digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik
berkaitan dengan konsep, prosedur, dan aturan-aturan. Tes tertulis
merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta
didik dalam bentuk tulisan.
Ada dua bentuk tes tertulis, yaitu:
1) Soal dengan memilih jawaban
a. Pilihan ganda
b. Dua pilihan (benar-salah, ya-tidak)
c. Menjodohkan
2) Soal dengan mensuplai jawaban
a. Isian singkat atau melengkapi
b. Uraian terbatas
c. Uraian objektif atau nonobjektif
d. Uraian terstruktur atau nonterstruktur

Dari berbagai alat penilaian tes tertulis diatas merupakan alat


yang hanya menilai kemampuan berpikir rendah, yaitu kemampuan
mengingat (pengetahuan). Tes pilihan ganda dapat digunakan untuk
menilai kemampuan mengingat dan memahami. Pilihan ganda memiliki
kelemahan, yaitu peserta didik tidak mengembangkan sendiri jawaban,
tetapi cenderung memilih jawaban yang benar, dan jika peserta didik tidak
menemukan jawaban yang benar, mereka cenderung menerka jawaban.
Hal ini menimbulkan kecenderungan peserta didik tidak belajar untuk
memahami, tetapi menghafalkan soal dan jawaban.
Tes tertulis berbentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut
peserta didik untuk mengingat, memahami, dan mengorganisasikan
gagasannya atau hal-hal yang sudah dipelajari. Peserta didik
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk
uraian tertulis dengan mengggunakan kata-katanya sendiri. Alat ini dapat
menilai berbagai jenis kompetensi, misalnya mengemukakan pendapat,
berpikir logis, dan menyimpulkan. Kelemahan alat ini antara lain cakupan
materi yang ditanyakan terbatas.
Dalam menyusun istrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan ha-hal
berikut.
a) materi, misalnya kesesuaian soal dengan kompetensi dan indikator
pencapaian pada kurikulum tingkat satuan pendidikan.
b) konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan
tegas.
c) bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang
menimbulkan penafsiran ganda.
d) kaidah penulisan harus berpedoman pada kaidah penilaian soal yang
baku dari berbagai bentuk soal penilaian.

Contoh penilaian tertulis.


Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : II / 1
Teknik
NO SK KD Indikator KK Aspek
Penilaian
1 Menggunakan Menggunak  Peserta didik 65% Pemahama Tertulis
pengukuran an alat ukur menyebutkan n Konsep
waktu, tidak baku macam-macam
panjang dan dan baku alat ukur
berat dalam (cm, m) panjang tidak
pemecahan yang sering baku dalam
masalah. digunakan. kehidupan
sehari-hari
(jengkal, depa,
langkah, kaki
dll)
 Peserta didik
dapat
menggunakan
alat ukut tidak
baku (jengkal, 65% Penalaran
depa, pecak, dan Unjuk
panjang tealpak Komunikas Kerja
i
Teknik
NO SK KD Indikator KK Aspek
Penilaian
kaki, langkah
kaki dll)
 Peserta didik
menyebutkan
alat ukur baku
cm, m yang
biasa
diggunakan 65%
dalam Pemahama
kehidupan n Konsep Tertulis
seari-hari
 Peseta didik
dapat
menggunakan
alat ukur baku
untuk megukur 60%
panjang suatu Pemecahan Unjuk
benda. Masalah kerja
 Peseta didik
dapt menarik
kesimpulan
bahwa
pengukuran
dengan alat
ukur tidak baku
hasilnya 60% Tertulis
berbeda Pemecahan
Masalah

Bentuk pilihan ganda

Berilah tanda silang pada huruf di depan jawaban yang paling tepat. Skor
setiap jawaban benar diberi nilai 1
1. Yang terasuk alat ukur tidak baku yaitu .........
a. Meter b. Centimeter c. Jengkal
2. Yang termasuk alat ukur baku adalah........
a. Cm b. Depa c. Langkah kaki
3. Dan seterusnya...............

Bentuk isian

Isilah titik-titik dibawah ini dengan jawaban yang singkat dan tepat. Skor :
setiap jawaban benar diberi nilai 2.

1. Satuan panjang centimeter dan meter adalah contoh alat ukur..............


2. Satuan panjang langkah kakau, depa dan jengkal termasuk alat
ukur...............
3. Karean menggunakan alat ukur tidak baku, maka hasil
pengukurannya.........
4. Dst.......

Penilaiannya:

Nilai = Banyak Jawaban Benar X 100


Banyak Soal

Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan

Kelas/ Semester : IV/2


No SK KD Indikator KK Aspek Teknik
Penilaian

1 Menunjukkan Menentukan  Menjelaskan 65% Penguasaan Tertulis


sikap terhadap sikap pengaruh pengertian konsep
globalisasi globalisasi globalisasi.
yang terjadi di yang terjadi di  Mengidentifikasi
lingkungannya lingkungannya sikap-sikap yang 70% Penguasaan Tertulis
sesuai dengan konsep
kepribadian
indonesia.
 Menyebutkan 65% Penguasaan Tertulis
contoh sikap konsep
positif dari
globalisasi.
 Menyebutkan
contoh pengaruh 70% Penguasaan Tertulis

negatif dari konsep

globalisasi.
 Menunjukkan
sikap dan 65% Penerapan Penilaian

perilaku yang Sikap

sesuai dengan
kepribadian
indonesia.

I. Isilah titik-titik pada soal dibawah ini dengan jawaban singkat dan
tepat.
1. Pengaruh globalisasi di bidang komunikasi di lingkungan
masyarakat misalnya.....
2. Kecenderungan masyarakat menyukai jenis musik jaz termasuk
pengaruh globalisasi di bidang.....
3. Dan seterusnya......
II. Jawablah pertanyaan di bawah ini
1. Jelaskan yang dimaksud istilah globalisasi.
2. Berikan tanggapan dan alasan terhadap pernyataan di bawah ini !
a. Dengan globalisasi kita semakin mudah menikmati siaran
televisi luar negeri.
b. Karena pengaruh globalisais masyarakat cennderung bersikap
konsumtif.
3. Dan seterusnya.......

Penilaian

Nilai = Banyak Jawaban Benar X


100
Banyak Soal

2. Instrumen unjuk kerja dalam bentuk rubrik penilaian


Contoh rubrik penilaian bermain peran

No Kriteria Baik sekali Baik Cukup Perlu bimbingan


4 3 2 1
1 Ekspresi Mimik wajah Mimik Mimik Monoton, tanp
dan gerak wajah dan wajah dan ekspresi.
tubuh sesuai gerak gerakan
dengan dialog tubuh tubuh
secara sesuai tidak
konsisten. dengan sesuai
dialog dengan
tetapi dialog.
konsisten.
No Kriteria Baik sekali Baik Cukup Perlu bimbingan
4 3 2 1
2 Volume Terdengar Terdengar Hanya Sangat pelan
suara jelas hingga jelas terdengar atau tidak
seluruh ruang hingga di bagian terdengar.
kelas. setetengah depan
ruang ruang
kelas. kelas.

Catatan : jumlah kriteria dapat dikembangkan sesuai dengan tujuan


penilaian.

Cara penilaian bermain peran.

NO Nama Siswa Perolehan skor


Kriteria 1 Kriteria 2
1 Wawan 4 3
2 Bayu 4 4
Dst

Rumus perhitungan sebagai berikut:

Jumlah skor yang diperoleh siswa skor ideal X 100

Jumlah skor yang diperoleh siswa adalah jumlah skor yang diperoleh siswa
dari kriteria 1 dan kriteria 2.

Skor ideal adalah perkalian dari banyaknya kriteria dengan skor teringgi.

Pada contoh ini, skor ideal = 2 X 4= 8

Perhitungan nilai akhir siswa:

Wawan:

7/8 x 100 = 87,5 8/8 x 100 = 100


3. Instrumen observasi berbentuk lembar pengamatan.
Contoh lembar pengamatan menegnal nama-nama hari

No Kriteria Terlihat/teramati Belum terlihat/teramati


(√) (√)
1 Siswa dengan
bantuan guru
mampu ................ ................
membuat jadwal
tiket.
2 Siswa mampu
menyebut nama- ..................
................
nama hari pada
jadwal piket.
3 Siswa mampu
menyanyikan
................ ................
lagu nama-nama
hari

Catatan : guru memberikan tanda (√) pada setiap kriteria sesuai dengan
kinerja siswa.

Hasil pengamatan mengenal nama-nama hari :

Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3


Nama Belum Belum Belum
NO Terlihat Terlihat Terlihat
Siswa terlihat terlihat terlihat
(√) (√) (√)
(√) (√) (√)
1 Wawan - - - - - -
2 Bayu - - - - - -
Dst. - - - - - -
Catatan : guru memberikan tanda (√) pada setiap kriteria sesuai dengan
kinerja siswa.

3 Penilaian sikap atau Karakter siswa


Pengertian Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang
terkait dengan kecenderungan sesorang dalam merespond sesuatu/objek.
Siakp juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang
dimiliki seseorang. Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif,
dan konatif/perilaku.
Komponen afektif adalah perasan yang dimiliki oleh seseorang dan
penilaianya terhadap suatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan
atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah
kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu
berkenaan dengan kehadiran objek sikap. Secara umum objek sikap yang
perlu dinilai dalam proses pembelajaran adalah:
a. Sikap terhadap materi pelajaran. Peserta didik perlu memiliki sikap
positif terhadap materi pelajaran. Dengan sikap tersebut, siswa akan
lebih mudah diberi motivasi dan akan lebih banyak menyerap pelajaran.
b. Sikap teradap guru/pengajar. Peserta didik perlu memiliki sikap positif
terhadap guru. Dengan sikap tersebut, siswa akan lebih mudah
menerima dan memahami pelajaran. Memiliki sikap negatif terhadap
guru/pengajar akan sukar menyerap materi pelajaran yang diajarkan
oleh guru tersebut.
c. Sikap terhadap proses pembelajaran. Proses pembelajaran mencakup
suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran
yang digunakan. Proses pembelajaran yang menarik, nyaman, dan
menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik
sehingga dapat mencapi hasil belajar yang maksimal.
d. Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubugan dengan suatu
materi pelajaran. Misalnya, masalah lingkungan hidup (materi Biologi
atau Geografi). Peserta didik perlu memiliki sikap yang tepat, yang
dilandasi oleh nilai-nilai positif terhadap kasus lingkungan tertentu
(kegiatan pelestarian/kasus kerusakan lingkungan hidup).

Teknik Penilaian Sikap

Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik.


Teknik-teknik tersebut antara lain observasi perilaku, pertanyaan
langsung, dan laporan pribadi. Teknik-teknik tersebut secara ringkas
dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Observasi perilaku
Perilaku seseorang umumnya menunjukkan kecenderungan
seseorang dalam melakukan sesuatu hal. Hasil observasi dapat
dijadikan sebagi umpan balik dalam pembinaan. Observasi perilaku
di sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan buku catatan
khusus tetang kejadian-kejadian berkaitan dengan peserta didik
selama di sekolah.
2. Pertanyaan langsung
Kita juga dapat menanyakan secara langsung tentang sikap
seseorang berkaitan dengan sesuatu hal.
3. Berdasarkan jawaban dan reaksi orang lain yang tampil dalam
memberi jawaban dapat dipahami sikap peserta didik itu terhadap
objek sikap dan membina peserta didik.
4. Laporan pribadi
Teknik ini meminta peserta didik membuat ulasan yang beri
pandangan atau tanggapannya tentang suatu masalah, keadaan, atau
hal yang menjadi objek sikap. Dari ulasan yang dibuat peserta didik
dapat dibaca dan dipahami kecenderungan sikap yang dimilikinya.

Contoh :

a) Pada semester I, berbagai sikap atau nilai karakter yang akan


dikembangkan meliputi jujur, disiplin, tanggung jawab, santun,
peduli, percaya diri, patuh terhadap tata tertib, teliti, kasih sayang,
kerja sama, menghargai, dan sebagainya.
b) Untuk mencapai sikap atau nilai karakter tersebut, selain dilakukan
secara tidak langsung melalui berbagai aktivitas pembelajaran yang
dilakukan, guru diharapkan dapat melakukan penilaian secara
langsung atas ketercapaian nilai karakter tertentu pada diri siswa.
Langkah-langkah ini dapat dilakukan sebagai pertimbangan untuk
melakukan penilaian.
c) Mengingat kendala yang ada, terutama ketersediaan waktu, maka
dalam 1 semester, guru dapat menentukan 2 atau 3 nilai karakter
yang akan dikembangkan dan dinilai secara langsung. Jenis karakter
yang dikembangkan, hendaknya menjadi keputusan sekolah,
meskipun tidak menutup kemungkinan, salam satu kelas ada
tambahan 1 atau 2 nilai karakter lain, sesuai dengan kebutuhan di
kelas tersebut.
d) Misalnya, dalam 1 semester ini, nilai karakter yang akan
dikembangkan adalah disiplin, kerjasama, dan percaya diri. Setiap
karakter memiliki indikator. Contoh indikator disiplin dapat dilihat
melalui tabel berikut.

Nilai karaker yang


Definisi Indikator
dikembangakan
Disiplin Ketaatan atau  Kehadiarn ke sekolah tepat
kepatuhan waktu
terhadap  Senantiasa menjalankan tugas
peraturan piket
 Menyelesaikan tugas sesuai
waktu yang ditentukan

Kembangkan instrumen penilaian, misalnya lembar pengamatan. Contoh


lembar pengamatan:
Bulan : ………………. 2013
Nilai karakter yang dikembangkan : Disiplin
Perkembangan *)
No Nama
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3
BT MT MB SM BT MT MB SM BT MT MB SM
1 Wayan
2 Bayu
3 Dst
*) Guru memberikan tanda () pada setiap kriteria sesuai dengan nilai karakter
yang muncul dari siswa

Keterangan :

Tahapan perkembangan nilai karakter sebagaimana tercantum dalam


Kerangka Acuan Pendidikan Karakter (Kemendiknas, 2010), meliputi:

BT = Belum Terlihat

Apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku yang


dinyatakan dala, indikator karena belum memahami makna dari nilai itu
(Tahap Anomi).

MT = Mulai terlihat

Apabila peserta didik mulai memperlihatkan adanya tanda-tanda awal


perilaku yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum kosisten karena sudah
ada pemahaman dan mendapat penguatan lingkungan terdekat (Tahap
Heteronomi).

MB = Mulai Berkembang

Apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang


dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten karena selain sudah ada
pemahaman dan kesadaran juga mendapat penguatan lingkungan terdekat dan
lingkungan yang lebih luas (Tahap Sosionomi).

SM = Sudah Membudaya

Apabila peserta didik terus-menerus memperlihatkan perilaku yang


dinyatakan dalam indikator secara konsisten karena selain sudah ada
pemahaman dan kesadaran dan mendapat penguatan lingkungan terdekat dan
lingkungan yang lebih luas sudah tumbuh kematangan mora (Tahap
Autonomi).

4 Penilaian Diri
Teknik Penilaian Diri
Penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif. Oleh
karena itu, penilaian diri oleh peserta didik di kelas perlu dilakukan melalui
langkah-langkah sebagai berikut.
a. Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai.
b. Menentukan criteria penilaian yang akan digunakan.
c. Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penskoran, daftar
tanda cek, dan skala penilaian.
d. Meminta peseta didik untuk mrlakukan penilaian diri.
e. Guru mengkaji hasil penilaian secraa acak untuk mendorong peserta
didik supaya senantiasa melakukan penilaian diri secara cermat dan
objektif.
f. Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil
kajian terhadap sampel haisl penilaian yang diambil secara acak.

Contoh format penilaian konsep diri peserta didik

Nama Sekolah :
Mata Ajar :
Nama :
Kelas :
Alternatif
No Pernyataan
Ya Tidak
1. Saya berusaha meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
kepada Tuhan YME agar mendapat ridho-nya dalam
belajar.
2. Saya berusaha belajar dengan sungguh-sungguh.
3. Saya optimis bisa meraih prestasi.
4. Saya bekerja keras untuk meraih cita-cita.
5. Saya berperan aktif dalam kegiatan sosial di skeolah dan di
masyarakat.
6. Saya suka membahas masalah politik, hokum, dan
pemerintahan.
7. Saya berusaha mematuhi segala peraturan yang berlaku.
8. Saya berusaha membela kebenaran dan keadilan.
9. Saya rela berkorban demi kepentingan masyarakat, bangsa,
dan negara.
10. Saya berusaha menjadi warga negara yang baik dan
bertanggung jawab.
Jumlah skor

Inventori digunakan untuk menilai konsep diri peserta didik dengan


tujuan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri peserta didik. Rentangan
nilai yang digunakan antara 1 dan 2. Jika jawaban YA maka diberi skor 2,
dan jika jawaban TIDAK maka diberi skor 1.

2.7 Pengelolaan Hasil Penilaian


1. Data Penilaian Untuk Kerja
Data penilaian untuk kerja adalah skor yang diperoleh dari pengamatan
yang dilakukan terhadap penampilan peserta didik dari suatu kompetensi.
Skor diperoleh dengan cara mengisii format penilaian untuk kerja yang
dapat berupa daftar cek atau skala penilaian.
2. Data Penilaian Sikap
Data penilaian sikap bersumber dari catatan haian guru berdasarkan
pengamatan/observasi terhadap sikap/perilaku peserta didik. Data hasil
pengamatan pendidik dapat dilengkapi dengan hasil penilaian
berdasarkan pertanyaan langsung dan laporan pribadi.
Hal yang harus dicatat dalam buku Catatan Harian peserta didik adalah
kejadian-kejadian yang menonjol, yang berkatan dengan sikap, perilaku,
dan unjuk kerja peserta diik, baik positif maupun negatif dan perlu
mendapat perhatian, atau perlu diberi peringatan dan penghargaan dalam
rangka pembinaan peserta didik.
3. Data Penilaian Tertulis
Data penilain tertulis adalah skor yang diperoleh peserta didik dari hasil
berbagai tes tertulis yang diikuti peserta didik. Soal tes tertulis dapat
berentuk pilihan ganda, benar salah, menjodohkan, uraian, dan jawaban
singkat.
Soal bentuk pilihan ganda diskor dengan memberi angka 1 (satu) bagi
setiap butir jawaban yang benar dan angka 0 (nol) bagi setiap butir soal
yang salah. Skor yang diperoleh peserta didik untuk suatu perangkat tes
pilihan ganda dihitung dengan prosedur :

Jumlah jawaban benar


x 100
Jumlah seluruh butir soal

Prosedur ini juga dapat dapat digunakan dalam menghitung skor


perolehan peserta didik untuk soal berbentuk benar salah, menjodohkan, dan
jawaban singkat. Soal berbentuk uraian dibedakan dalam dua kategori,
uaraian objektif dan uraian non-objektif.

Skor penilaian yang diperoleh dengan menggunakan berbagai bentuk tes


tertulis perlu digabung menjadi satu kesatuan nilai penguasaan kompetensi
dasar dan standar kompetensi mata pelajaran. Dalam proses penggabungan
dan penyatuan nilai, data yang diperoleh dengan masing-masing bentuk soal
tersebut juga perlu diberi bobot, dengan mempertimbangkan tingkat
kesukaran dan kompleksitas jawaban.

4. Data Penilaian Proyek


Data penilaian proyek meliputi skor yang dieroleh dari tahap-tahap
perencanaan/persiapan, pengumpulan data, pengolahan data, dan penyajian
data/laporan. Dalam menilai setiap tahap, pendidik dapan menggunakan
skor yang terentang dari 1 sampai 4. Berikut tabel yang memuat contoh
deskripsi dan penskoran untuk masing-masing tahap.
Tahap Deskripsi Skor
Perencanaan/persiapan Memuat : 1-4
Topik, tujuan, bahan/alat, langkah-langkah
kerja, jadwal, waktu, perkiraan data yang
akan diperoleh, tempat penilaian, daftar
pertanyaan atau format pengamatan yang
sesuai dengan tujuan.
Pengumpulan data Data tercatat dengan rapi, jelas dan 1-4
lengkap. Ketepatan menggunakan
alat/bahan.
Pengolahan data Ada pengklasifikasian data, penafsiran 1-4
data sesuai dengan tujuan penelitian
Penyajian data/laporan Merumsukan topik, merumuskan tujuan 1-4
penelitian, menuliskan alat dan bahan,
menguraikan cara kerja (langkah-langkah
kegiatan).
Penulisan laporan sistematis,
menggunakan bahasa yang komunikatif.
Penyajian data lengkap, memuat
kesimpulan dan daran.
Total skor
Keterangan :

Semakin lengkap dan sesuai informasi yang diperoleh peserta didik pada
setiap tahap semakin tinggi skor yang diperoleh.

5. Data Penilaian Produk


Data penilaian produk diperoleh dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap
pembuatan (produk), dan tahap penilaian (appraisal). Informasi tentang data
penilaian produk diperoleh dengan menggunakan cara holistik atau cara
analitik. Dengan cara holistik, pendidik menilai hasil produk peserta didik
berdasarkan kesan kseluruhan produk dengan menggunakan kriteria kualitas
dan kegunaan produk tersebut pada skala 0-10 atau 0-100. Cara penilaian
analitik, pendidik menilai hasil produk berdasarkan tahap proses
pengembangan, yaitu mulai dari tahap persiapan, tahap pembuatan, dan
tahap penilaian.
Contoh tabel penilaian analitik dan penskorannya.
Tahap Deskripsi Skor
Persiapan Kemampuan merencanakan seperti: 1-10
 Menggali dan mengembangkan gagasan.
 Mendesain produk, menentukan alat dan
bahan.
Pembuatan produk  Kemampuan menyeleksi dan 1-10
menggunakan bahan.
 Kemampuan menyeleksi dan
menggunakan alat.
 Kemampuan menyeleksi dan
menggunakan teknik.
Penilaian produk  Kemampuan peserta didik membuta 1-10
produk sesuai kegunaan/fungsinya.
 Produk memenuhi criteria keindahan

Kriteria penskoran:

 Menggunakan skala skor 1-10 atau 1-100;


 Semakin baik kemampuan yang ditam[ilkan peserta didik, semakin ringgi
skor yang diperoleh.

6. Data Penilaian Portofolio


Data penilaian portofolio peserta didik didasarkan dari hasil kumpulan
informasi yang telah dilakukan oleh peserta didik selama pembelajaran
berlangsung. Komponen penilaian portofolio meliputi catatan pendidik,
hasil pekerjaan peserta didik, dan profil perkembangan peserta didik. Hasil
pekerjaan peserta didik diberi skor berdasarkan kriteria rangkuman
portofolio, dokumentasi/data dalam folder, perkembangan dokumen,
ringkasan setiap dokumen, presentasi, dan penampilan. Hasil profil
perkembangan peserta didik mampu memberi skor berdasarkan gambaran
perkembangan pencapaian kompetensi peserta didik pada selang waktu
tertentu. Ketiga komponen ini dijadikan informasi tentang tingkat kemajuan
atau penguasaan kompetensi peserta didik sebagai hasil dari proses
pembelajaran.
7. Data Penilaian Diri
Data penilaian diri adalah data yang diperoleh dari hasil penilaian tentang
kemampuan, kecakapan, atau penguasaan kompetendi tertentu, yang
dilakukan oleh peserta didik sendiri, sesya dengan kriteria yang telah
ditetapkan.
Pada taraf awal, hasil penilaian diri yang dilakukan oleh peserta didik
tidak dapat langsung dipercayai dan digunakan karena peserta didik belum
terbiasa dan terlatih sehingga banyak melakukan kesalahan dalam
penilaian dan kemungkinan peserta didik sangat subjektif dalam
melakukan penilaian, terdorong oleh keinginan untuk mendapatkan nilai
yang baik. Hasil penilaian diri yang dilakukan peserta didik juga dapat
dipercaya serta dapat dipahami, diinterpretasikan, dan digunakan sebagai
hasil penilaian yang dilakukan oleh pendidik.

2.8 Interpretasi Hasil Penilaian dalam Menetapkan Ketuntasan Belajar


Penilaian dilakukan untuk menentukan apakah peserta didik telah
berhasil menguasai suatu kompetensi dasar mengacu ke indikator. Penilaian
dilakukan pada waktu pembelajaran atau setelah pembelajaran berlangsung.
Apabila nilai peserta didik untuk indikator pencapaian sama atau lebih
besar dari kriteria ketuntasan, dapat dikatakan bahwa peserta didik itu telah
menuntaskan indikator itu. Apabila semua indikator telah tuntas, dapat
dikatakan peserta didik telah menguasai Kompetensi Dasar bersangkutan.
Dengan demikian, peserta didik dapat diinterpretasikan telah menguasai
Standar Kompetensi dan mata pelajaran.
Apabila jumlah indikator dari suatu Kompetensi Dasar yang telah
tuntas lebih dari 50%, peserta didik dapat mempelajari Kompetensi Dasar
berikutnya dengan mengikuti remedial untuk indikator yang belum tuntas.
Sebaliknya, apabila nilai indikator dari suatu Kompetensi Dasar lebih kecil
dari kriteria ketuntasan, dapat dikatakan peserta didik itu belum menuntaskan
indikator itu. Apabila jumlah indikator suatu Kompetensi Dasar yang belum
tuntas sama dengan atau lebih dari 50%, peserta didik belum dapat
mempelajari Kompetensi Dasar berikutnya.
Contoh penghitungan nilai kompetensi dasar dan ketuntasan belajar pada
suatu mata pelajaran.

Nilai
Kriteria
Kompetensi Dasar Indikator peserta Ketuntasan
Ketuntasan
didik
Menganalisis 1. Menganalisis keterkaitan 60% 60 Tuntas
dinamika dan teori tektonik lempeng
kecenderungan terhadap persebaran
perubahan litosfer dan gunung api, gempa bumi,
pedosfer serta dan pembentukan relief
dampaknya terhadap muka bumi.
kehidupan di muka 2. Mengidentifikasi ciri 60% 59 Tidak
bumi. bentang lahan sebagai tuntas
proses pengikisan dan
pengendapan.
3. Mengidentifikasi 50% 59 Tuntas
degradasi lahan dan
dampaknya terhadap
kehidupan.

Menganalisis atmosfer 1. Mengidentifikasi ciri-ciri 60% 61 Tuntas


dan dampaknya lapisan atmosfer dan
terhadap kehidupan di pemanfaatannya.
muka bumi. 2. Menganalsis unsur-unsur 70% 80 Tuntas
cuaca dan iklim
(penyinaran, suhu, angin,
kelembapan, awan, curah
hujan).
3. Mengklasifikaiskan 60% 90 Tuntas
berbagai tipe iklim.

Bedasarkan tabel dapat diketahui bahwa alat indikator pada kompetesi dsar1
cenderung 60. Jadi, nilai dasar 1 adalah 60 atau 6. Pada kompetendi dasar 1,
indikator ke- 2 belum tuntas. Jadi, peserta didik perlu mengikuti remedial
untuk indikator tersebut.

Nilai indikator pada kompetesi dasar ke- 2 bervariasi, sehingga dihitung nilai
rata-rata indicator. Jadi nilai kompetensi dasar ke-2:

61 + 80 + 90
= 77 atau 7,7
3

2.9 Pemanfaatan Hasil Penilaian


Penilaian kelas menghasilkan informasi pencapaian kompetensi
peserta didik yang dapat digunakan antara lain perbaikan (remedial) bagi
indikator yang belum mencapai kriteria ketuntasan, pengayaan apabila
mencapai kriteria ketuntasan lebih cepat dari waktu yang disediakan,
perbaikan program dan proses pembelajaran, pelaporan, dan penentuan
kenaikan kelas.
1. Bagi peserta didik yang memerlukan remedial
Guru harus percaya bahwa setiap peserta didik dalam kelasnya mampu
mencapai kriteria ketuntasan setiap kompetensi jika peserta didik
mendapat bantuan yang tepat. Misalnya, memberikan bantuan sesuai
dengan gaya belajar peserta didik pada waktu yang tepat sehingga
kesulitan dan kegagalan tidak menumpuk.
Remedial dilakukan oleh guru mata pelajaran, guru kelas, atau oleh guru
lain yang memiliki kemampuan memberikan bantuan dan menegtahui
kekurangan peserta didik. Remedial diberikan kepada peserta didik yang
belum mencapai kriteria ketuntasan belajar. Kegiatan dapat berupa tatap
muka dengan guru atau diberi kesempatan untuk belajar sendiri,
kemudian dilakukan penilaian dengan cara menjawab pertanyaan,
membuat rangkuman pelajaran, atau mengerjakan tugas mengumpulkan
data. Waktu remedial diatur berdasarkan kesepakatan antara peserta didik
dengan guru, dapat dilaksanakan pada atau di luar jam efektif. Remedial
hanya diberikan untuk indikator yang belum tuntas.
2. Bagi peserta didik yang memerlukan pengayaan
Pengayaan dilakukan bagi peserta didik yang memiliki penguasaan lebih
cepat dibandingkan peserta didik lainnya, atau peserta didik yang
mencapai ketuntasan belajar ketika sebagian besar peserta didik yang lain
belum. Peserta didik yang berprestasi baik perlu mendapat pengayaan
agar dapat mengembangkan potensi secara optimal. Salah stau kegiatan
pengayaan yaitu memberikan materi tambahan, latihan tambahan, atau
tugas individual yang bertujuan untuk memperkaya kompetensi yang
telah dicapainya. Hasil penilaian kegiatan pengayaan dapat menambah
nilai peserta didik pada mata pelajaran bersangkutan. Pengayaan dapat
dilaksanakan setiap saat, baik pada saat pembelajaran maupun di luar jam
efektif. Bagi peserta didik yang secar konsisten selalu mencapai
kompetensi lebih cepat, dapat diberikan program akselerasi.

3. Bagi Guru
Guru dapat memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan program dan
kegiatan pembelajaran. Misalnya, guru dapat mengambil keputusan
terbaik dan cepat untuk memberikan bantuan optimal kepada kelas dalam
mencapai kompetensi yang telah ditargetkan dalam kurikulum, atau guru
harus mengulang pelajaran dengan mengubah strategi pembelajaran dan
memperbaiki program pembelajaran. Oleh karena itu, program yang telah
dirancang, strategi pembelajaran yang telah disiapkan, dan bahan yang
telah dirancang perlu dievaluasi, direvisi, atau mungkin diganti apabila
ternyata tidak efektif membantu peserta didik dalam mencapai
penguasaan kompetensi. Perbaikan program tidak perlu menunggu
sampai akhir semester karena jika dilakukan sampai akhir semester bisa
saja perbaikan itu akan sangat terlambat.
4. Bagi Kepala Sekolah
Hasil penilaian dapat digunakan kepala sekolah untuk menilai kinerja
guru dan tingkat keberhasilan peserta didik.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penilaian otentik adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa


memberikan gambaran perkembangan siswa. Gambaran perkembangan belajar
siswa perlu diketahui oleh guru agar dapat memastikan bahwa siswa mengalami
proses pembelajaran dengan benar. Penilaian otentik untuk menentukan cara cara
terbaik agar semua siswa dapat mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu
yang berbeda.

Rubrik adalah kunci penskoran yang menggambarkan berbagai tingkat


kualitas kemampuan dari yang sempurna sampai yang kurang untuk menilai satu
tugas, keterampilan, proyek, esai, laporan penelitian, atau kinerja spesifik yang
bertujuan untuk memberikan umpan balik tentang kemajuan kerja siswa dan
memberikan evaluasi yang rinci mengenai produk akhir.

Penilain portofolio merupakan penilaian berkelanjutan, berupa karya


peserta didik dari proses pembelajaran yang dinggap terbaik, hasil tes (bukan
nilai), atau informasi lain yang relevan dengan sikap, keterampilan dan
pengetahuan. Pada tahap selanjutnya merupakan jurnal. Jurnal merupakan tulisan
yang dibuat siswa untuk menunjukkan segala sesuatu yang diperoleh dan
dipelajari dalam proses pembelajaran.

Penilaian Sikap merupakan penilaian yang menilai tindakan siswa. Sikap


bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan
sesorang dalam merespond sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-
nilai atau pandangan hidup yang dimiliki seseorang. Sikap terdiri dari tiga
komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konatif/perilaku. Sedangkan Penilaian diri
dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif.
3.2 Saran

Sebelum melakukan proses penilaian, sebaiknya seorang guru terlebih


dahulu memahami aspek-aspek yang terdapat dalam sistem penilaian, hal ini
dilakukan agar dalam melakukan proses penilaian, guru benar-benar objektif,
sesuai dengan kemampuan siswa.
Daftar Rujukan

Majid, Abdul.2014.Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung : Rosdakarya

http://pendidikan.probolinggokab.go.id/penerapan-penilaian-autentik-dalam-
kurikulum-2013/, diakses 1 September 2016

Anda mungkin juga menyukai