Anda di halaman 1dari 6

KELOMPOK 10 :

DWI CAHYANI ( 2201411455 )


PIPIN PALINDA ( 2201411469 )
DWI NUR AZIZA ( 2201411479 )

CARA-CARA MEMBANGUN KULTUR DAN MASYARAKAT SEKOLAH

A. Pengertian Kultur Sekolah


Dalam ilmu Antropologi masa kini terdapat dua aliran besar yang
mendefinisikan konsep kultur yaitu aliran Behavioral dan aliran Ideational. Aliran
Behavioral melihat kultur sebagai a total way of life. Pandangan ini disetujui oleh
Koentjaraningrat yang selalu menganjurkan murid-muridnya untuk memilah-milah
total way of life ini kedalam tujuh unsur universal. Sementara aliran Ideational
melihat kultur sebagai sesuatu yang abstrak, sesuatu yang bersifat ideasional
(gagasan, pemikiran), yang berfungsi untuk membentuk pola perilaku yang khas
suatu kelompok masyarakat. Kultur yang abstrak tersebut dapat berbentuk: sistem
pengetahuan, the state of mind, spirit, belief, meaning, ethos, value, the capability of
mind, dan sebagainya (Amri Marzali, 2009:52-53).
Sekolah sebagai salah satu institusi pendidikan yang sangat penting dan
memiliki fungsi strategis dalam mewujudkan tujuan pendidikan. Dalam mengusung
visi misinya sebagai lembaga layanan publik untuk mencerdaskan generasi bangsa,
maka diperlukan langkah yang kongkret untuk pelaksanaan program sekolah tersebut.
Selain itu yang paling penting dan fundamental adalah bagaimana program-program
yang dilaksanakan tersebut mampu mengokohkan kultur sekolah. Dalam upaya
pelaksanaannya dibutuhkan kesadaran yang peka terhadap budaya belajar dan budaya
mutu serta menciptakan masyarakat sekolah yang kondusif yang dapat membentuk
atmosfer pendidikan yang sehat di lingkungan sekolah.
Kultur sekolah pada dasarnya merupakan suatu kondisi yang terbentuk dari
seluruh sikap dan tindakan individu atau kelompok dalam komunitas sekolah yang
cenderung untuk melakukan segala aktivitas berbasis belajar sehingga menjadi ciri
atau kebiasaan yang dimiliki. Kokohnya kultur sekolah diawali dengan membangun
keamaan persepsi bahwa sekolah didalamnya terdapat anggota komunitas interaktif.
Di dalamnya terdapat kegiatan belajar mengajar yang memiliki tujuan untuk
membangun masyarakat yang bermoral, berilmu dan berbudaya demi
mewujudkan cita-cita dan harapan masa depan.
Sistem pendidikan mengembangkan pola kelakuan tertentu sesuai dengan apa
yang diharapkan oleh masyarakat dan dari murid-murid. Kehidupan di sekolah serta
norma-norma yang berlaku di situ dapat disebut kebudayaan atau kultur sekolah.
Walaupun kebudayaan sekolah merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat luas,
namun mempunyai ciri-ciri yang khas sebagai suatu “sub culture”. Sekolah bertugas
untuk menyampaikan kebudayaan kepada generasi baru dan karena itu harus selalu
memperhatikan masyarakat dan kebudayaan umum. Akan tetapi di sekolah itu sendiri
timbul pola-pola kelakuan tertentu (S. Nasution, 2011: 64-65).
Timbulnya sub kebudayaan sekolah juga terjadi oleh sebab sebagian yang
cukup besar dari waktu murid terpisah dari kehidupan orang dewasa. Dalam situasi
ini dapat berkembang pola kelakuan yang khas bagi anak muda yang tampak dari
pakaian, bahasa, kebiasaan kegiatan-kegiatan serta upacara-upacara. Sebab lain
timbulnya kebudayaan sekolah ialah tugas sekolah yang khas yaitu mendidik anak
dengan menyampaikan sejumlah pengetahuan, sikap, keterampilan yang sesuai
dengan kurikulum dengan metode dan teknik kontrol tertentu yang berlaku disekolah
itu (S. Nasution, 2011: 65).
Kultur sekolah sangat mempengaruhi perubahan sikap maupun perilaku dari
warga sekolah. Kultur sekolah sendiri dibedakan menjadi tiga macam yaitu kultur
sekolah yang positif, kultur sekolah yang negatif dan kultur sekolah yang netral
(Farida Hanum, 2013:206).
1. Kultur sekolah positif meliputi kegiatan-kegiatan yang mendukung (pro)
pada peningkatan kualitas pendidikan, terdiri dari:
a) Ada ambisi untuk meraih prestasi, pemberian penghargaan pada yang
berprestasi.
b) Hidup semangat menegakkan sportivitas, jujur, mengakui
keunggulan pihak lain.
c) Saling menghargai perbedaan.
d) Trust (saling percaya)
2. Kultur sekolah negatif meliputi kegiatan-kegiatan yang tidak mendukung
(kontra) pada peningkatan kualitas pendidikan, terdiri dari:
a) Banyak jam kosong dan absen dari tugas.
b) Terlalu permisif terhadap pelanggaran nilai-nilai moral.
c) Adanya friksi yang mengarah pada perpecahan, terbentuknya kelompok
yang saling menjatuhkan.
d) Penekanan pada nilai pelajaran bukan pada kemampuan.
3. Kultur sekolah netral kegiatan yang kurang berpengaruh positif maupun negatif
pada peningkatan kualitas pendidikan, terdiri dari:
a) Seragam guru.
b) Kegiatan arisan sekolah, jumlah fasilitas sekolah dan sebagainya.
B. Masyarakat Sekolah
Masyarakat adalah suatu komunitas yang didalamnya terdapat berbagai
individu yang hidup di suatu tempat tertentu dalam kurun waktu yang relatif lama dan
saling berinteraksi sehingga membentuk budaya bersama. Sedangkan sekolah
merupakan sebuah lembaga pendidikan yang bertujuan mendidik individu-individu
untuk menjadi generasi penerus bangsa yang berkualitas. Maka yang dimaksud
dengan masyarakat sekolah merupakan semua unsur yang yang terlibat dalam proses
pendidikan disekolah yang menciptakan sebuah kultur sekolah itu sendiri.
Seluruh komponen atau unsur-unsur dalam lingkungan sekolah memiliki
peranannya masing-masing dan tidak dapat dipisahkan. Masyarakat sekolah terdiri
dari beberapa komponen yaitu kepala sekolah, guru dan karyawan, serta siswa.
C. Membangun Kultur dan Masyarakat Sekolah
Dalam melakukan upaya pembangunan dibutuhkan suatu cara dan perbuatan
yang harus dilakukan. Begitu juga dalam upaya membangun kultur masyarakat
sekolah. Beberapa upaya membangun kultur masyarakat sekolah dapat dilakukan
dengan beberapa langkah yaitu:
1. Pertama, perlunya manajemen sekolah berbasis motivasi. Motivasi mampu
menciptakan komitmen yang nantinya akan melahirkn etos dan daya gerak untuk
menciptakan suatu perubahan yang lebih baik.
2. Kedua, diperlukannya manajemen sekolah berbasis komunikasi. Manajemen ini
menekankan akan pentingnya kesadaran bahwa etos profesionalitas sangat
ditentukan oleh kualitas komunikasi. Semakin baik komunikasi sekolah maka
kultur sekolah juga akan semakin baik.
3. Ketiga, perlunya manajemen sekolah berbasis reward and punishmen. Yaitu
penempatan orang didasarkan penghargaan atas kualitas kerja bukan pada suka
maupun tidak suka. Sedangkan hukuman penting untuk menegakkan aturan main
sehingga kultur sekolah berjalan atas aturan baku yang mengikat dan tidak
pandang bulu.
4. Keempat, perlunya manajemen sekolah berbasis baca tulis. Manajemen ini nyaris
tidak tersentuh oleh sekolah pdahal sangat penting dalam upaya peningkatan
kualitas pendidikan.
5. Kelima, perlunya manajemen sekolah berbasis jaringan. Kemajuan sekolah di era
sekarang ini mau tidak mau sangat ditentukan oleh kemampuan membangun
jaringan dengan pihak eksternal.
Dalam membangun budaya atau kultur yang kondusif bagi pembelajaran
harus ada kemauan dari semua pihak. Lembaga sekolah harus melakukan berbagai
pendekatan agar terjadi komunikasi yang baik antara sekolah dengan warga sekolah.
Pendekatan yang dilakukan bisa dalam bentuk massal maupun personal.
Dalam pendekatan itu sekolah wajib menyadarkan warga sekolah akan kebutuhan
terhadap perubahan itu sendiri, dilakukan sosialisasi, pelatihan dan sebagainya.
Disamping itu peraturan yang sudah dibuat harus ditegakkan dengan tegas.
D. Kesimpulan
Kultur masyarakat sekolah adalah segala aktivitas yang disekati dan dilakukan
sekolah oleh warga sekolah. Kultur masyarakat sekolah dalam dalam kondisi positif
akan menciptakan suasana kondusif bagi tercapainya visi dan misi sekolah, demikian
sebaliknya kultur yang negatif akan membuat pencapaian visi dan misi sekolah
mengalami banyak kendala.
Kultur sekolah yang baik misalnya kemauan menghargai hasil karya orang
lain, kesungguhan dalam melaksanakan tugas dan kewajiban, motivasi untuk terus
berprestasi, komitmen serta dedikasi kepada tanggung jawab. Pembangunan yang
dilakukan senantiasa akan menyinggung isu pemeliharaan nilai dan norma
masyarakat, namun sekaligus membuka ruang bagi isu perubahan sosial. Hal ini
logis, karena setiap kegiatan dari pembangunan akan menuntut dan mengadopsi
berbagai kondisi kemapanan yang telah diciptakan oleh masyarakat untuk terus
dinamis. Diasumsikan bahwa perubahan demi perubahan akan terjadi di dalam
pembangunan.
Dengan demikian, adaptasi akan menjadi salah satu strategi utama dalam
aktivitas masyarakat terhadap proses pembangunan. Oleh sebab itu dibutuhkan upaya
dalam membangun kultur masyarakat sekolah diantaranya melalui perbaikan
manajemen sekolah dalam membangun motivasi, komunikasi hingga hal-hal yang
positif akan senantiasa tumbuh dan berkembang dalam lingkungan sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Amri Marzali. 2009. Antropologi dan Pembangunan Indonesia. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.

Farida Hanum. 2013. Sosiologi Pendidikan. Yogyakarta: Kanwa Plublisher.

S. Nasution. 2011. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/ir/article/view/107/90.

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Membangun%20Kultur%20Sekolah%20Be
rbasis%20Karakter.pdf

Anda mungkin juga menyukai