Anda di halaman 1dari 15

BUDAYA ORGANISASI SEKOLAH

Jamari

Mahasiswa Pascasarjana Manajemen Pendidikan Islam

Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Islam

Program Pascasarjana Institut PTIQ Jakarta

*Jamari.suprat@gmail.com

ABSTRAK

Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yakni mencerdaskan

kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, sesuai amanat UU RI No.

20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. telah melahirkan berbagai kebijakan

ditingkat satuan pendidikan tentang upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Apalagi

didukung dengan adanya instrument-instrument pengembangan kualitas yang dapat

memberikan gambaran kepada pengelola sekolah bagaimana merencanakan,

mengorganisasikan, melaksanakan serta mengevaluasi perkembangan sekolahnya dari

berbagai bidang. berbagai perubahan kebijakan ini sebagaian besar belum dapat

mengembangkan budaya sekolah dalam rangka menanamkan nilai-nilai kepada

peserta didiknya. apalagi ditengah keberlangsungan hidup bangsa yang berada

ditengah-tengah perkembangan zaman dengan teknologi kian canggih menyebabkan

berbagai perubahan dan pergeseran nilai seperti yang terjadi akhir-akhir ini.

Kata kunci: budaya, budaya organisasi, pendidikan, sekolah


1. PENDAHULUAN

Para ahli pendidikan sepakat bahwa budaya adalah dasar terbentuknya

kepribadian manusia, dari budaya dapat terbentuk identitas seseorang, identitas

masyarakat bahkan identitas lembaga pendidikan. Di lembaga pendidikan secara

umum terlihat adanya budaya yang sangat melekat dalam tatanan pelaksanaannya,

serta memberikan inovasi pendidikan yang sangat cepat, budaya tersebut berupa nilai-

nilai religius, filsafat, etika dan estetika yang terus dilakukan.

Budaya organisasi terutama dalam suatu lembaga rasanya memegang peranan penting.

Sebab akan menjadikan lembaga tersebut lentur, fleksibel dan elastis, sebagaimana

budaya yang tidak akan pernah mengalami kemunduran dan akan menjadi sangat

sempurna jika dipadu dengan agama yang bersumber pada wahyu ilahi. Tidak sedikit

yang mengatakan bahwa agama termasuk dalam lingkup budaya. Itupun jika umat

beragama mampu mengaplikasikan ajaran-ajaran agama dalam kehidupan budayanya.

Sedangkan bila tidak, maka justru akan menjadi budaya umat yang termarginalkan

dalam persaingan di dunia pendidikan.

Pendidikan adalah sebuah proses humanisasi yang berusaha untuk mengembangkan

dan menginternalisasikan potensi dan nilai-nilai kemanusiaan pada diri individu agar

menjadi seorang yang dewasa yang mampu secara internal mempersepsikan dirinya

sendiri dan secara external mampu merespon dan berkomunikasi dengan dunianya.

Dalam kaitan ini maka sebuah sistem pendidikan harus diorientasikan secara aktif

mengembangkan nilai-nilai potensi kemanusiaan dan secara antisipatif memberi bekal

pada individu agar ia dapat hidup di dunianya nanti.

Antara pendidikan dan budaya organisasi terdapat hubungan yang sangat erat dalam

arti keduanya dengan suatu hal sama yaitu nilai-nilai. Pendidikan selalu berkaitan

dengan manusia, sedang manusia selalu menjadi anggota masyarakat dan mendukung
budaya tertentu. Konsep pendidikan mengangkat derajat manusia sebagai makhluk

budaya yaitu makhluk yang mempunyai kemampuan untuk menciptakan nilai budaya

dan fungsi budaya dan pendidikan adalah kegiatan melontarkan nilai-nilai.

Dengan adanya budaya di dunia pendidikan, maka timbullah berbagai organisasi,

budaya organisasi banyak menimbulkan hal-hal yang masuk dalam dunia pendidikan

berbagai interaksi-interaksi dari luar, yang menjadi budaya baru dalam pendidikan,

terutama dalam upaya mengembangkan lembaga pendidikan.

2. METODE

Di dalam Jurnal ini, penelitian yang dilakukan menggunakan metode studi

literatur dengan cara mengumpulkan literatur (bahan-bahan materi) yang bersumber

dari berbagai macam jurnal dan buku yang ditulis oleh orang-orang paham dan

membahas tentang pengertian budaya Organisasi, Nilai dan budaya organisasi,

tingkatan serta anailsa budaya. Setelah bahan-bahan literatur yang bersumber dari

jurnal dan buku tersebut dikumpulkan dan kemudian disusunlah artikel ini dengan

menggabungkan semua literatur didapatkan yang sesuai dengan budaya organisasi

sekolah yang sangat berkaitan tujuan pembuatan Jurnal ini.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Budaya Organisasi

Budaya adalah apa yang dilakukan orang dan apa arti tindakan mereka bagi diri

mereka. Budaya adalah gagasan, kepentingan, nilai-nilai dan sikap yang disumbangkan

oleh kelompok. Perilaku merupakan cerminan budaya dan kepemimpinan. Hal yang

dilakukan orang dalam organisasi mencerminkan budaya organisasi. Hal yang


dilakukan orang dalam organisasi mencerminkan perilaku pemimpinnya. Jika

pemimpin berprilaku positif, kaum fleksibel di tengah akan mengikuti.1

Menurut Masaong & Tilomi “budaya sekolah diartikan sebagai sistem makna yang

dianut bersama oleh warga sekolah yang membedakannya dengan sekolah lain”.

Menurut Deal & Peterson “budaya sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasi

perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh

kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa, dan masyarakat sekitar sekolah”.

Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di

masyarakat luas. budaya sekolah sebagai karakteristik khas sekolah yang dapat

didefinisikan melalui nilai yang dianutnya, sikap yang dimilikinya, kebiasaan-

kebiasaan yang ditampilkannya, dan tindakan yang ditunjukkan oleh seluruh personel

sekolah yang membentuk satu kesatuan khusus dari sistem sekolah. Menurut Riduwan

bahwa “ budaya sekolah yang kerap disebut dengan iklim kerja yang menggambarkan

suasana dan hubungan kerja antara sesama guru, antara guru dan kepala sekolah,

antara guru dengan tenaga kependidikan lainnya serta antar dinas dilingkungannya

merupakan wujud dari lingkungan kerja yang kondusif”.

Sekolah sebagai suatu organisasi, memiliki budaya tersendiri yang dibentuk dan

dipengaruhi oleh nilai-nilai, persepsi, kebiasaan-kebiasaan, kebijakan-kebijakan

pendidikan, dan perilaku orang-orang yang berada di dalamnya.Sebagai suatu

organisasi, sekolah menunjukkan kekhasan, yaitu pembelajaran. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa budaya sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasi perilaku,

1 Wibowo, Managemen Perubahan (Jakarta: PT. Rajagrafindo


Persada, 2007), Hlm.371
tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh kepala

sekolah, guru, petugas administrasi, siswa, dan masyarakat sekitar sekolah.2

3.2 Nilai Budaya Sekolah

Vijay Sethe (1985) menjelaskan bahwa nilai adalah asumsi dasar mengenai apa-apa

yang ideal yang diinginkan atau berharga (berguna). Nilai-nilai dapat mencerminkan

standar, tujuan, larangan atau falsafah sekolah sekolah tersebut. Taliziduhu Ndraha

(1997) menjelsakan bahwa nilai-nilai juga dapat dibedakan berdasarkan fakta, yaitu

sebagai berikut :

1) Nilai etika, yakni menyangkut hal baik dan buruk dalam hubungan dengan kegiatan

perilaku perbuatan manusia

2) Nilai estetika, yakni berkenaan dengan keindahan, bagus, dan jelek.

3) Nilai intelek, yakni berkaitan dengan logika dan pengetahuan

4) Nilai Agama, yakni berhubungan dengan suruhan dan larangan Tuhan yang ada

dalam kitab suci

5) Nilai Sosial, yakni menyangut hubungan antar manusia dan pergaulan

hidup.

3.3 Prinsip Budaya Sekolah

Pengetahuan dan kesopanan para personil sekolah yang disertai dengan

kemampuan untuk memperoleh kepercayaan dari siapa saja akan memberikan kesan

2 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2013). Hlm 79-80
yang meyakinkan bagi orang lain. Dimensi ini menuntut para guru, staf dan kepala

sekolah tarmpil, profesional dan terlatih dalam memainkan perannya memenuhi

tuntutan dan kebutuhan siswa, orang tua dan masyarakat. Menurut Mulyasa, upaya

pengembangan budaya sekolah seyogyanya mengacu kepada beberapa prinsip berikut

ini :

1. Berfokus pada Visi, Misi, dan Tujuan sekolah.

Pengembangan budaya sekolah harus senantiasa sejalan dengan visi, misi, dan

tujuan sekolah. Fungsi visi, misi, dan tujuan sekolah adalah mengarahkan

pengembagnan budaya sekolah. Visi tentang keunggulan mutu misalnya, harus disertai

dengan program-program yang nyata mengenai penciptaan budaya sekolah.

2. Penciptaan Komunikasi Formal dan Informal.

Komunikasi merupakan dasar bagi koordinasi dalam sekolah, termasuk dalam

menyamaikan pesan-pesan pentingnnya budaya sekolah, termasuk dalam

meyampaikan pesan-pesan pentingnnya budaya sekolah, komunikasi informal sama

pentingnnya dengan komunikasi formal. Dengan demikian kedua jalur komunikasi

tersebut perlu digunakan dalam menyampaikan pesan secara efektif dan efisien.

3. Inovatif dan Bersedia Mengambil Resiko.

Salah satu dimensi budaya organisasi adalah inovasi dan kesediaan mengambil

resiko. Setiap perubahan budaya sekolah menyebabkan adanya resiko yang harus

diterima khususnya bagi para pembaharu. Ketakutan akan resiko menyebabkan kurang

beraninya seorang pemimpin mengambil sikap dan keputusan dalam waktu cepat.

4. Memiliki strategi yang jelas.

Pengembangan budaya sekolah perlu ditopang oleh strategi dan program. Strategi

mencakup cara-cara yang ditempuh sedangkan program menyengkut

kegiatan operasional yang perlu dilakukan. Strategi dan program merupakan dua hal

yang selalu berkaitan.

5. Berorientasi Kinerja.
Pengembangan budaya sekolah perlu diarahkan pada sasaran yang terdapat mungkin

dapat diukur. Sasaran yang dapat diukur akan mempermudah pengukuran capaian

kinerja darsuatu sekolah.

6. Sistem evaluasi yang jelas.

Untuk mengetaui kinerja pengembangan budaya sekolah perlu dilakukan evaluasi

secara rutin dan bertahap : jangka pendek, sedang, dan jangka panjang. Karena itu

perlu dikembangkan sistem evaluasi terutama dalam hal kapan evluasi dilakukan,

siapa yang melakukan dan mekanisme tindak lanjut yang harus dilakukan.

7. Memiliki Komitmen yang Kuat.

Komitmen dari pimpinan dan warga sekolah sangat menetukan implementasi

program-program pengembagnan budaya sekolah. Banyak bukti menunjukan bahwa

komitmen yang lemah terutama dari pimpinan menyebabkan program-program tidak

terlaksana degnan baik.

8. Keputusan berdasarkan consensus.

Ciri budaya organisasi yang positif adalah pengambilan keputusan partisipatif

yang berujung pada pengambilan keputusan secara consensus. Meskipun hal itu

tergantung pada pengambilan keputusan , namun pada umumnya consensus dapat

meningkatkan komitmen anggota organisasi dalam melaksanakan keputusan tersebut.

9. Sistem Imbalan yang Jelas.

Pengambilan budaya sekolah hendaknnya disertai dengan sistem imbalan

meskipun tidak selalu dalam bentuk barang atau uang. Bentuk lainnya adalah

penghargaan atau kredit poin terutama bagi siswa yang menunjukan perilaku positif

yang sejalan dengan pengembangan budaya sekolah.

10. Evaluasi diri,

Merupakan salah satu alat untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi

disekolah. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan curah pendapat


atau menggunakan skala penilaian diri. Kepala sekolah dapat mengembagnkan metode

penilaian idri yang berguna bagi pengembangan budaya sekolah.3

3.4 Asas-asas Pengembangan Budaya Sekolah

Menurut Samsudin mengatakan upaya pengembangan budaya sekolah juga

seyogyanya berpegang pada asas-asas berikut ini:

1. Kerjasama tim (team work).

Pada dasarnya sebuah komunitas sekolah merupakan sebuah tim/kumpulan

individu yang bekerja sama untuk mencapai tujuan. Untuk itu, nilai kerja sama

merupakan suatu keharusan dan kerjasama merupakan aktivitas yang bertujuan untuk

membangun kekuatan-kekuatan atau sumber daya yang dimilki oleh personil sekolah.

2. Kemampuan.

Menunjuk pada kemampuan untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawab

pada tingkat kelas atau sekolah. Dalam lingkungan pembelajaran, kemampuan

profesional guru bukan hanya ditunjukkan dalam bidang akademik tetapi juga

dalam bersikap dan bertindak yang mencerminkan pribadi pendidik.

3. Keinginan.

Keinginan di sini merujuk pada kemauan atau kerelaan untuk melakukan tugas

dan tanggung jawab untuk memberikan kepuasan terhadap siswa dan masyarakat.

Semua nilai di atas tidak berarti apa-apa jika tidak diiringi dengan keinginan.

Keinginan juga harus diarahkan pada usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan

kemampuan dan kompetensi diri dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab

3 Nevizond Chatab, Profil Budaya Organisasi, (Bandung : Alfabeta, 2007), hlm 56-

63
sebagai budaya yang muncul dalam diri pribadi baik sebagai kepala sekolah, guru,

dan staf dalam memberikan pelayanan kepada siswa dan masyarakat.

4. Kegembiraan (happiness).

Nilai kegembiraan ini harus dimiliki oleh seluruh personil sekolah dengan

harapan kegembiraan yang kita miliki akan berimplikasi pada lingkungan dan iklim

sekolah yang ramah dan menumbuhkan perasaan puas, nyaman, bahagia dan

bangga sebagai bagian dari personil sekolah. Jika perlu dibuat wilayah-wilayah yang

dapat membuat suasana dan memberi nuansa yang indah, nyaman, asri dan

menyenangkan, seperti taman sekolah ditata dengan baik dan dibuat wilayah bebas

masalah atau wilayah harus senyum dan sebagainya.

5. Hormat (respect).

Rasa hormat merupakan nilai yang memperlihatkan penghargaan kepada siapa

saja baik dalam lingkungan sekolah maupun dengan stakeholders pendidikan lainnya.

Keluhan-keluhan yang terjadi karena perasaan tidak dihargai atau tidak

diperlakukan dengan wajar akan menjadikan sekolah kurang dipercaya. Sikap

respek dapat diungkapkan dengan cara memberi senyuman dan sapaan kepada

siapa saja yang kita temui, bisa juga dengan memberikan hadiah yang menarik

sebagai ungkapan rasa hormat dan penghargaan kita atas hasil kerja yang dilakukan

dengan baik. Atau mengundang secara khusus dan menyampaikan selamat atas

prestasi yang diperoleh dan sebagaianya.

6. Jujur (honesty).

Nilai kejujuran merupakan nilai yang paling mendasar dalam lingkungan

sekolah, baik kejujuran pada diri sendiri maupun kejujuran kepada orang lain. Nilai

kejujuran tidak terbatas pada kebenaran dalam melakukan pekerjaan atau tugas

tetapi mencakup cara terbaik dalam membentuk pribadi yang obyektif. Tanpa
kejujuran, kepercayaan tidak akan diperoleh. Oleh karena itu budaya jujur dalam

setiap situasi dimanapun kita berada harus senantiasa dipertahankan. Jujur dalam

memberikan penilaian, jujur dalam mengelola keuangan, jujur dalam penggunaan

waktu serta konsisten pada tugas dan tanggung jawab merupakan pribadi yang kuat

dalam menciptakan budaya sekolah yang baik.

7. Disiplin (discipline).

Disiplin merupakan suatu bentuk ketaatan pada peraturan dan sanksi yang

berlaku dalam lingkungan sekolah. Disiplin yang dimaksudkan dalam asas ini

adalah sikap dan perilaku disiplin yang muncul karena kesadaran dan kerelaan kita

untuk hidup teratur dan rapi serta mampu menempatkan sesuatu sesuai pada

kondisi yang seharusnya. Jadi disiplin disini bukanlah sesuatu yang harus dan tidak

harus dilakukan karena peraturan yang menuntut kita untuk taat pada aturan yang

ada. Aturan atau tata tertib yang dipajang dimana-mana bahkan merupakan atribut,

tidak akan menjamin untuk dipatuhi apabila tidak didukung dengan suasana atau

iklim lingkungan sekolah yang disiplin. Disiplin tidak hanya berlaku pada orang

tertentu saja di sekolah tetapi untuk semua personil sekolah tidak kecuali kepala

sekolah, guru dan staf.

8. Empati (empathy).

Empati adalah kemampuan menempatkan diri atau dapat merasakan apa yang

dirasakan oleh orang lain namun tidak ikut larut dalam perasaan itu. Sikap ini perlu

dimiliki oleh seluruh personil sekolah agar dalam berinteraksi dengan siapa saja dan

dimana saja mereka dapat memahami penyebab dari masalah yang mungkin

dihadapai oleh orang lain dan mampu menempatkan diri sesuai dengan harapan

orang tersebut. Dengan sifat empati warga sekolah dapat menumbuhkan budaya

sekolah yang lebih baik karena dilandasi oleh perasaan yang saling memahami.

9. Pengetahuan dan Kesopanan.


Pengetahuan dan kesopanan para personil sekolah yang disertai dengan

kemampuan untuk memperoleh kepercayaan dari siapa saja akan memberikan kesan

yang meyakinkan bagi orang lain. Dimensi ini menuntut para guru, staf dan kepala

sekolah tarmpil, profesional dan terlatih dalam memainkan perannya memenuhi

tuntutan dan kebutuhan siswa, orang tua dan masyarakat. 4

3.5 Karakteristik Budaya Sekolah

Selain itu menurut Chatab , Karakteristik budaya sekolah dapat dipandang

menurut hirarki basic assumption, values,dan norms sebagai berikut :

1. Basic Assumption/Asumsi Dasar

Kepedulian budaya pada tingkat yang paling dalam ini adalah pra anggapan

dasar dibawah sadar dan sekaligus keadaan yang diterima tentang bagaimana

persoalan sekolah seharusnya dipecahkan. basic assumption ini membertahu para

anggota organisasi bagaimana merasakan, berfikir dan adanya sentuhan tentang

banyak hal di dalam organisasi

2. Values

Level kepedulian berikut mencakup values tentang sebaiknya menjadi apa dalam

organisasi. Values memberitahu ara anggota apa yang penting dan berharga di dalam

organisasi dan apa yang mereka butuhkan untuk member perhatian.Values merupakan

keyakinan dasar yang berperan sebagai sumber inspirasi kekuatan dan pendorong

seseorang dalam mengambil sikap, tindakan dan keputusan, serta dalam

menggerakkan dan mengendalikan perlilaku seseorang dalam upaya pembentukan

budaya sekolah.

3. Norms

4 Ibid., hlm 70-75


Peran norma adalah menuntun bagaimana para anggota organisasi seharusnnya

berkelakuan didalam situasi tertentu. Hal ini menggambarkan peraturan yang tidak

tertulis dari perilaku. Setiap kelompok menetapkan norma sendiri, yaitu standar

perilaku yang dapat diterima, yang dibagi dengan para anggotannya. Norma

memberitahukan para anggota apa yang sebaiknnya dan tidak sebaiknnya untuk

melakukan diobawah keadaan tertentu. Ketika disetujui dan diterima oleh kelompok,

norma bertindak sebagai sarana mempengaruhi perilaku anggota kelompok dengan

minimum pengendalian dari eksternal. Norma berbeda diantara kelompok, komunitas

ataupun organisasi.5

3.6 Manfaat Pengembangan Budaya Sekolah

Menurut Chatab, budaya sekolah bermanfaat sebagai :

1. Identitas, yang merupakan ciri atau karakter organisasi,

2. Pengikat/pemersatu seperti bahasa sunda yang bergaul dengan orang sunda, sama

hobi olahraganya,

3. Sources,misalnya inspirasi,

4. Sumber penggerak dan pola perilaku,

5. Kemapuan meningkatkan nilai tambah,

6. Pengganti formalisasi, seperti olahraga rutin jumat yang tidak dipaksa,

7. Mekanisme adaptasi terhadap perubahan seperti adanya rumah susun”.

Selain beberapa manfaat diatas, manfaat lain bagi individu dan kelompok adalah :

1. Meningkatkan kepuasan kerja

2. Pergaulan lebih akrab

5 Ahmad Turmuzi, Pengembangan lingkungan dan budaya


sekolah dalam http:// edukasi.kompasiana.com/2011/10/18/pengembangan-lingkungan-
dan-budaya-sekolah-402394.html Diakses tanggal 24 April 2015
3. Disiplin menigkat

4. Pengawasan fungsional bisa lebih ringan

5. Muncul keinginan untuk selalu ingin berbuat proaktif

6. Belajar dan berprestasi terus serta

7. Selalu ingin memberikan yang terbaik bagi sekolah, keluarga, orang lain dan diri

sendiri.6

4. Kesimpulan

1. Budaya adalah apa yang dilakukan orang dan apa arti tindakan mereka bagi diri

mereka. Budaya adalah gagasan, kepentingan, nilai-nilai dan sikap yang

disumbangkan oleh kelompok.

2. Prinsip Manajemen Budaya Sekolah:

a. Berfokus pada Visi, Misi, dan Tujuan sekolah.

b. Penciptaan komunikasi Formal dan Informal.

c. Inovatif dan bersedia mengambil resiko.

d. Memiliki strategi yang jelas.

e. Berorientasi kinerja.

f. Sistem evaluasi yang jelas.

g. Memiliki komitmen yang kuat.

h. Keputusan berdasarkan consensus.

i. Sistem imbalan yang jelas.

j. Evaluasi diri.

3. Asas-asas Pengembangan Budaya Sekolah:

a. Kerjasama tim.

6 Sulistiyorini, Manajemen Pendidikan Islam, (Surabaya : Elkaf, 2006), hlm. 181.


b. Kemampuan.

c. Keinginan.

d. Kegembiraan (happynes).

e. Hormat (respec).

f. Jujur.

g. Disiplin.

h. Empati.

i. Pengetahuan dan Kesopanan.

4. Karakteristik Budaya Sekolah:

a. Basic Assumption/Asumsi Dasar.

b. Values.

c. Norms.

d. Artiface.

5. Manfaat pengembangan budaya sekolah:

a. Identitas, yang merupakan ciri atau karakter organisasi,

b. Pengikat/pemersatu seperti bahasa sunda yang bergaul dengan orang sunda,

sama hobi olahraganya,

c. Sources,misalnya inspirasi,

d. Sumber penggerak dan pola perilaku,

e. Kemapuan meningkatkan nilai tambah,

f. Pengganti formaslisasi, seperti olahraga rutin jumat yang tidak dipaksa,

g. Mekanisme adaptasi terhadap perubahan seperti adanya rumah susun.


DAFTAR RUJUKAN

Chatab, Nevizond. 2007. Profil Budaya Organisasi. Bandung : Alfabeta.

Fattah, Nanang. 2013. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sulistiyorini. 2006. Manajemen pendidikan islam. Surabaya : Elkaf.

Wibowo. 2007. Managemen Perubahan. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.

Turmuzi, Ahmad. 2011. Pengembangan lingkungan dan budaya

sekolah.http:// edukasi.kompasiana.com/2011/10/18/pengembangan-lingkungan-

dan-budaya-sekolah-402394.html Diakses tanggal 24 oktober 2013.

Anda mungkin juga menyukai